Anda di halaman 1dari 29

JUDUL

PERJANJIAN

KERJA

SEBAGAI

UPAYA

MEMBERIKAN

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI

A. Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara kepulauan yang kaya akan sumberdaya alam, dilain pihak
terdapat berbagai keanekaragaman suku dan buadaya. Dengan keanekaragaman tersebut tidak
mejadikan indonesia menjadi negara yang terpecah belah, malah sebaliknya dengan
keanekaragaman tersebut menjadikan indonesia menjadi negara yang di kagumi oleh negara
lain di sebabkan karena dapat mempertahankan keanegaragaman tersebut dalam wadah
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dengan luas suatu wilayah tentu di imbangi denagn
pertumbuhan dan kepadatan penduduk, dengan pertumbuhan dan kepadatan penduduk
tersebut

akan berimplikasi pada pertumbuhan tenaga kerja. sehingga pemerintah perlu

mebuka lapangan kerja untuk mensejahterakan rakyatnya. Penduduk Indonesia dengan


populasi sekitar 185 juta orang pada tahun 1990 merupakan jumlah keempat terbesar di
dunia, yaitu setelah Republik Rakyat China, India, dan Amerika Serikat, jumlah ini
sebenarnya tidak jauh berbeda dengan beberapa negara berkembang lainnya. Walaupun
dalam 10 tahun terakhir ini terjadi Penurunan. tetapi jumlahnya masih relatif besar dan
memiliki rasio ketergantungan cukup tinggi. Sejak tahun 1971. hingga tahun 1980, rata-rata
pertumbuhan penduduk Indonesia per tahun adalah 2,3%. Berdasarkan laporan survei Proyek
Strategi Pembangunan Perkotaan Indonesia 1985 bahwa, jumlah penduduk indonesia
diperkirakan terus rneningkat dan mencapai 210 juta orang pada tahun 2000.
Namun keadaan tersebut tidak membuat Indonesia menelantarakan para penduduknya.
Negara Indonesia memiliki tujuan yang mulia dalam rangka mensejahterakan rakyatnya.
Dalam pembukaan Undang- Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 dalam alenia ke-

4.di sebutkan tujuan Negara Indonesia yaitu Kemudian dari pada itu untuk membentuk
suatu pemerintahan Negara Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umam, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan
ketertiban dunia yang berdasarkan kemardekaan , perdamain abadi dan keadilan sosial. Dan
dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 2 di sebutkan bahwa tiap- tiap warga neragara berhak atas
pekarjaan dam penghidupan yang layak bagi kemanusiaan..dan pasal 28D Ayat 2 di
sebutkan bahwa Setiap orang berhak untuk bekerja serta mendapat imbalan dan perlakuan
yang adil dan layak dalm hubungan kerja.1
Untuk mencapai tujuan amanat UUD 1945, maka pemerintah berkewajiban menampung
dan mebuka lapangan kerja bagi rakyatnnya. Namun di sadari bahwa pertumbuhan penduduk
semakin meningkat sehingga menjadi kendala bagi pemerintah dalam

memberikan

pekerjaan. Untuk menyelesaikan permasalahn tersebut, maka pemerintah selayaknya


membuka terobosan-terobosan dalam menangulanginya, yaitu dengan cara membuka kerja
sama antara pemerintah dengan investor asing maupun dalam negeri, dan membuka kerja
sama antar Negara .

Dari dimensi kesejahteraan sosial, karena sngat terbatasnya kemampuan pemerintah


dalam memberikan kesejahteraan bagi rakyatnya, peran TKI cukup besar dalam membantu
pemerintah meningkatkan taraf hidup masyarakat desa. Di sisi, peran pemerintah yang sangat
mulia tersebut haarus di barengi dengan menaggung beban yang cukup besar bagi TKI
sendiri, dengan berbagi problematikanya, sedangkan di tinjau dari sosila politik, harus di akui
masih banyak vestet- interest dari berbagai intansi serta sulitnya koordinasi konsolidasi
1 Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945,Kartika, Surabaya, 2004

antara pihak terkait yang masih acrut mautnya pelaksanaan kebijakan di dalam bidang
ketenaga kerjaan ini. 2
Harus diakui bahwa keterbatasan kemampuan pemerintah dalam menyediakan lapangan
pekerjaan kepada rakyatnya, mendorong pemerintah untuk mengeluarkan kebijakan khusus
bagi mereka yang akan mencari dan bekerja diluar negeri, melalui program penempatan TKI
di luar negeri. Selain itu, tidak dapat dipungkiri bahwa penempatan TKI diluar negeri,
menjadi salah satu alternatif pemecahan masalah pengangguran serta penerimaan devisa
negara.. Di sisi lain, bekerja di luar negeri ditambah dengan motivasi kuat akan penghasilan
yang relatif lebih tinggidibandingkan dengan penghasilan di dalam negeri, merupakan daya
tarik tersendiri bagi Tenaga Kerja Indonesia.
Salah satu upaya yang di anggap efektif untuk mengatasi masalah penduduk adalah
melaksnakaan pengiriman tenaga kerja keluar negeri melalui antarkerja antar negara.
Pengiriman tyersebut setidak tidaknya telah mendatangkan manfaat yang besar, yaitu :3
1. mempererat hubungan antar negara ( negara pengirim dan negara penerima );
2. mendorong terjadinya pengalaman kerja alih teknologi;
3. meningkatkan pembayaran di dalam pembyaran neraca pembayarn negara ( devisa);
Dengan pengiriman tenaga kerja keluar negeri tidak hanya membawa dampak positif
bagi negara akan tetapi di lain pihak dapat membawa dampak negatif bagi kedua negara baik
2 Prof.Dr.Payaman J.Simanjutntak, Kompleksitas Masalah Ketenagakerjaan, kumpulan Artikel yang
diterbitkan oleh Bitjen PPTKLN, Depnakertrans:
http://www.kbrisingapura.com/docs/Buku_PLRT/isibuku.pdf
3 Senjun H. Menulang dalam Zaeni Asyhadie, Hukum Ketenagakerjaan : Bidang Hubungan Kerja,PT.
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2007, hal. 198

negara pengirim maupun negara penerima kususnya tenaga kerja itu sendiri. Adapun dapak
negatif dari pengirim tenaga kerja yaitu mengurangi martabat dan harga diri dari negara
pengirim, adanya kemungkanan tindak kekerasan dan pelecehan seksual khususnya bagi
tenaga kerja perempun,sehingga menyebabkan pertentangan antara negara pengirim dan
negara penerima. Negara menjamin perlindungan hukum bagi masyarakat (dalam hal ini
khususnya TKI) yang bertujuan untuk menciptakan kesejahteraan bagi masyarakat, hal
tersebut didasarkan pada penerapan pancasila yaitu sila ke lima yang berbunyi Keadilan
sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Perlindungan hukum oleh negara atau pemerintah lebih
di tekankan pada unsur negara atau pemerintah sebagai pemegang kedaulatan. Untuk itu .
perlindungan hukum yang di berikan oleh negara kepada warga negaranya dapat dilihat
dalam instrumen hukum dan kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah.

Perlindungan buruh migran diatur dalam Konvensi Internasional tentang Perlindungan Hak
Semua Buruh Migran dan Anggota Keluarganya (International Convention on the Protection
of the Rights of All Migrant Workers and Members of Their Families) 1990. Di samping itu
ada konvensi internasional lainnya. Sedangkan perlindungan terhadap TKI diatur dalam
Undang-Undang Nomor 39 Tahu 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan Tenaga Kerja
Indonesia di Luar Negeri, namun Undang-Undang ini lebih banyak mengatur prosedural dan
tata cara penempatan TKI ke luar negeri, dan hanya sedikit mengatur hak-hak dan jaminan
perlindungan hak-hak buruh migran dan anggota keluarganya. Selain itu perlindungan
terhadap buruh migran diberikan pemerintah berdasarkan konstitusi negara, sebagaimana
dilakukan oleh Departemen Luar Negeri (Deplu) RI.
Perlindungan hukum akan terus diberikan kepada buruh yang berada pada kondisi
ekonomi lemah terhadap kekuasaan pengusaha yang kuat secara sosial ekonomi dalam
hukum perburuhan atau ketenaga kerjaan.

Dalam literatur hukum buruh (Arbeidsbercherming) merupakan perlindungan untuk


menjamin terpenuhinya hak-hak buruh agar tidak diberlakukan sewenang-wenang oleh pihak
majikan. Perlindungan hukum bagi buruh migran, menurut Aloysius Uwiyono meliputi
perlindungan sosial, perlindungan ekonomis, dan perlindungan teknis. Perlindungan sosial
merupakan perlindungan yang bertujuan agar burug migran dijunjujng tinggi harkat dan
martabatnya sebagai manusia pada umumnya, bukan sebagai faktor produksi belaka dan juga
bukan sebagai komoditi.

B. Perumusan Masalah
Dari latar belakang di atas maka dapat di rumuskan permasalahannya yaitu:
1. Bagaimana bentuk perjanjian kerja antara tenaga kerja indonesia dengan pelaksana
penempatan tenaga kerja indonesia diluar negeri di tinjau dari undang- undang nomor
39 tahun 2004 ?
2. Apakah dengan adanya perjanjian kerja dapat memberikan jaminan perlindungan
terhadap TKI di luar negeri?
C.

Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. untuk mengetahui bentuk perjanjian kerja antara tenaga kerja indonesia dengan
pelaksan penempatan tenaga kerja indonesia di luar negeri
2. untuk mengetahi hak- hak dan kewajiban tenaga kerja indonesia dan hak-hak dan
kewajiban pelaksana penempatan tenaga kerja indonesia.
2. Manfaat Penelitian
Dari tujuan yang ingin dicapai oleh penyusun maka penelitian ini dapat memberikan manfaat
baik secara akademis maupun secara praktis.
1. Manfaat secara akedemis

Dari penelitian ini dapat memberikan pemahaman dan pengetahuan secara teoritis bagi
saya khususnya dan aktivitas akedemika pada umumnya tentang bentuk perjanjian serta hak
dan kewajiban antara tenaga kerja indonesia dengan pelaksana penempatan tenaga kerja
indonesia diluar negeri.
2. Manfaat secara praktis
Dari penelitian ini tidak hanya memberikan manfaat secara teoritis akan tetapi dapat
memberikan pemahaman dan pengetahuan bagi masyarakat secara umum dam bagi para
pihak yang berhubungan secara langsung baik tenaga kerja indonesia dan penyalur tenaga
kerja indonesia itu sendiri tentang bentuk perjanjian serta hak dan kewajiban masing masing
para pihak.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Untuk menantisipasi terjadinya pembiasan ruang lingkup penelitian, maka penelitian
ini hanya mengkaji bentuk perjanjian antara tenaga kerja indonesia dengan pelaksana
penempatan tenaga kerja indonesia diluar negeri dan bentuk hak dan kewajiban tenaga
kerja indonesia dan penyalur tenaga kerja indonesia diluar negeri di tinjau dari Undang
undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang penempatan tenaga kerja di luar negeri.

TINJAUAN PUSTAKA

Pengertian Perjanjian Kerja

Hubungan kerja adalah hubungan antara pekerja dengan pengusaha yang terjadi
setelah adanya perjanjian kerja. Dalam pasal 1 angka 15 Undang-Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan disebutkan bahwa hubungan kerja adalah hubungan antara
pengusaha dengan pekerja atau buruh berdasarkan perjanjian kerja yang mempunyai unsur
pekerjaan,upah, dan perintah. Oleh karena itu pengusaha dan pekerja atau buruh (Lalu
husni,2003:53).
Dari pengertian tersebut jelaslah bahwa hubungan kerja sebagai bentuk hubungan
hukum lahir atau tercipta setelah adanya perjanjian kerja antara pekerja dengan pengusaha.
Substansi perjanjian kerja yang dibuat tidak boleh bertentangan dengan Perjanjian Kerja
Bersama (PKB) yang ada, demikian halnyan dengan peraturan perusahaan, substansinya tidak
boleh bertentangan dengan PKB. Atas dasar itulah, dalam pembahasan mengenai hubungan
kerja ketiganya akan dibahas secara terpadu karena merupakan satu kesatuan yang tidak
dapat dipisahkan sebagai komponen hubungan industrial.4 Perjanjian kerja yang dalam
Bahasa Belanda disebut arbeid soverenkomst, mempunyai beberapa pengertian. Pasal 160
(1a) KUHPerdata memberikan pengertian sebagai berikut: Perjanjian kerja adalah suatu
perjanjian di mana pihal lesatu (si buruh), mengikatkan dirinya untuk di bawah oerintah pihak
yang lain, si majikan untuk suatu waktu tertentu melakukan ekerjaan dengan menerima
4 Saprudin, Perkembangan Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Aura
Pustaka,Yogyakarta,2013,hal.25

upah. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang Ketenagakerjaan, pasal 1 angka 14


memberikan pengertian yakni: Perjanjian kerja adalah suatu perjanjian antara pekerja/buruh
dan pengusaha atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja hak dan kewajiban kedua
belah pihak.
Selain pengertian normatif seperti tersebut di atas, Iman Soepomo (53:1983)
berpendapat bahwa perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu (buruh),
mengikakan diri untuk bekerja dengan menerima upah dari pihak kedua yakni majikan, dan
majikan mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah. Menyimak
pengertian perjanjian kerja menurut KUHPerdata seperti tersebut di atas tampak bahwa ciri
khas perjanjian kerja adalah di bawah perintah pihak lain, di bawah perintah ini
menunjukan bahwa hubungan antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan bawahan dan
atasan (subordinasi). Pengusaha sebagai pihak yang lebih tinggi secara sosial-ekonomi
mempunyai kedudukan yang lebih rendah untuk melakukan pekerjaan tertentu. Adanya
Wewenang perintah inilah yang membedakan antara perjanjian kerja dengan
perjanjian lainnya.
Pengertian perjanjian kerja menurut Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2013 tentang
Ketanagakerjaan sifatnya lebih umum. Dikatakan lebih umum karena menunjuk pada
hubungan antara pekerja dan pengusaha yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban
para pihak.5 Syarat kerja berkaitan dengan pengakuan terhadap serikat pekerja, sedangkan
hak dan kewajiban para pihak salah satunya adalah upah disamping hak dan kewajiban lain
yang akan dibicarakan secara tersendiri. Pengertian perjanjian kerja berdasarkan UndangUndang Nomor 13 Tahun 2013 ini tidak menyebutkan bentuk perjanjian kerja itu lisan atau

5 Ibid,hal.26

tertulis, demikian juga mengenai jangka waktunya ditentukan atau tidak sebagaimana
sebelumnya diatur dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 1997 tentang Ketenagakerjaan.

Unsur-Unsur Dalam Perjanjian Kerja


Menurut Lalu Husni (2003), berdasarkan pengertian perjanjian kerja di atas,
dapat ditarik beberapa unsur dari perjanjian kerja yakni :

1. Adanya unsur Work atau Pekerjaan


Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (objek
perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya dengan seizin
majikan dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam KUHPerdata pasal 1603a yang
berbunyi :Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya; hanya dengan seizin majikan ia
dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya. Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja
itu sangat pribadi karena bersangkutan dengan keterampilan/keahliannya, maka menurut
hukum jika pekerja meninggal dunia maka perjanjian kerja tersebut putus demi hukum.

2.Adanya unsur Perintah


Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah pekerja
yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan sesuai
dengan yang diperjanjikan. Disinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan lainnya,
misalnya hubungan antara dokter dengan pasien, pengacara dengan klien. Hubungan tersebut
bukan merupakan hubungan kerja, karena dokter, pengacara tidak tunduk pada perintah
pasien atau klien.6
6 Ibid, hal.27

3.Adanya Upah
Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja (perjanjian kerja), bahkan dapat
dikatakan bahwa tujuan utama seorang pekerja bekerja pada pengusaha adalah untuk
memperoleh upah. Sehingga jika tidak ada unsur upah, maka suatu hubungan tersebut
bukan merupakan hubungan kerja. Seperti seorang narapidana yang diharuskan untuk
melakukan pekerjaan tertentu. Seorang mahasiswa perhotelan yang sedang melakukan
praktik lapangan di hotel.

Para Pihak dalam Perjanjian Kerja

Para pihak dalam pekerja yaitu pengusaha atau majikan dan pekerja atau buruh.
Zaeni Aayhadie menyebut para pihak dalam perjanjian yaitu subjek pejanjian, bahwa subjek
perjanjian adalah orang-orang yang terikat di dalamnya. Dengan pengertian ini maka subjek
perjanjian kerja adalah pengusaha dan pekerja buruh.sementara itu, subjek perjanjian kerja
bersama bukan hanya serikat pekerja/serikat buruh dan pengusaha saja tetapi juga pekerja
atau buruh.7
Dari penjelasan di atas bahwa para pihak dalam perjanjian kerja tidak hanya melibatkan
pegusaha atau serikat pekerja akan tetapi pekerja atau buruh, yang secara lansung terikat
dengan para pengusaha yang mempekarjakan buruh tersebut.
Dalam Undang-undang Nomor 39 tahun 2004 Pasal 10 di sebutkan bahwa para pihak dalam
penempatan tenaga indonesia antara lain :
a. Pemerintah
b. Penempatan TKI swasta
7 Zaeni Asyhadie, Hukum Ketenagakerjaan : Bidang Hubungan Kerja,PT. RajaGrafindo Persada, Jakarta,
2007, hal.49

Syarat Sahnya Perjanjian Kerja

Dalam Undang- Undang Nomor 13 Tahun 2003 Pasal 52 Ayat 1 di sebutkan bahwa
perjanjian kerja di buat atas dasar :
1.
2.
3.
4.

Kesepakatan kedua belah pihak;


Kemampuan atau kecakapan dalam melakukan perbuatan hukum;
Adanya pekerjaan yang di perjanjikan;
Pekerjaan yang di perjanjikan tidak bertentangan dengan ketertiban umum,
kesusiaan dan peraturan perundang- undangan yang berlaku.8
Kesepakatan kedua belah pihak yang lazim disebut kesepakatan bagi yang
mengikatkan dirinya maksudnya bahwa pihak-pihak yang mengadakan perjanjian
kerja harus setuju atau sepakat, mengenai hal-hal yang diperjanjikan. Apa yang
dikehendaki pihak yang satu dikehendaki pihak yang lain. Pihak pekerja menerima
pekerjaan yang ditawarkan dan pihak pengusaha menerima pekerja tersebut untuk
dipekerjakan.
Kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak yang membuat perjanjian maksudnya
pihak pekerja maupun pengusaha cakap membuat perjanjian. Seseorang dipandang
cakap membuat perjanjian jika yang bersangkutan telah cukup umur. Ketentuan
hukum ketenagakerjaan menerikan batasan umur minimal 18 tahun (Pasal 1 angka 26
Undang-Undang No. 13 Tahun 2003). Selain itu seseorang dikatakan cakap membuat
perjanjian jika orang tersebut tidak terganggu jiwanya atau waras.

Adanya pekerjaan yang diperjanjikan,dalam istilah pasal 1320 KUHPerdata adalah hal
tertentu. Pekerjaan yang diperjanjikan merupakan objek dari perjanjian kerja antara pekerja
8 Saprudin, Perkembangan Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Aura
Pustaka,Yogyakarta,2013,hal.28

dengan pengusaha, yang akibat hukumnya melahirkan hak dan kewajiban para pihak, yang
akibat hukumnya melahirkan hak dan kewajiban para pihak. Selanjutnya, objek perjanjian
(pekerjaan) harus halal yakni tidak boleh bertentangan dengan Undang-Undang,ketertiban
umum, dan kesusilaan. Jenis pekerjaan yang diperjanjikan merupakan salah satu unsur
perjanjian kerja yang harus disebutkan secara jelas.
Keempat syarat tersebut bersifat kumulatif artinya harus dipenuhi semuanya baru
dapat dikatakan bahwa perjanjian tersebut sah. Syarat kemauan bebas kedua belah pihak dan
kemampuan atau kecakapan kedua belah pihak dalam membuat perjanjian dalam Hukum
Perdata disebut sebagai syarat subjektif karena menyangkut mengenai orang yang membuat
perjanjian, sedangkan syarat adanya pekerjaan yang diperjanjikan dan pekerjaan yang
diperjanjikan harus halal disebut sebagai syarat objektif karena menyangkut objek
perjanjian, kalau syarat objektif tidak dipenuhi, maka perjanjian itu batal demi hukum
artinya dari semula perjanjian tersebut dianggap tidak pernah ada. Jika yang tidak
dipenuhi syarat subjektif,maka akibat hukum dari perjanjian tersebut dapat
dibatalkan, pihak-pihak yang tidak memberikan persetujuan secara tidak bebas, demikian
juga oleh orang tua/wali atau pengampu bagim orang yang tidak cakap membuat perjanjian
dapat meminta pembatalan perjanjian itu kepada hakim. Oleh karena itu, perjanjian tersebut
mempunyai kekuatan hukum selama belum dibatalkan oleh hakim.9

Salim HS, menjelaskan syarat sahnya perjanjian sebagai berikut :


1. Adanya kesepakatan ( toesteming/ izin ) kedua belah pihak

9 Ibid, hal 29

Yang di maksud kedua belah pihak adalah persesuaian pernyataan kehendak antara satu
orang atau lebih dengan pihak lainya.
1. Kecakapan bertindak
Kecakapan bertindak kecakapan atau kemampuan untuk melakukan perbuatan hukum.
Perbuatan hukum adalah perbuatan yang akan menimbulkan akibat hukum.
c.

Adanya objek perjanjian ( onderwerp der overeenskomst )

Yang menjadi objek perjanjian adalah prestasi 9 pokok perjanjian ). Perstasi adalah apa yang
menjadi kewajiban debitur dan apa yang menjadi hak kreditur.( Yahya arhap,1986:36,
mertokusumo, 1986:36)
d.

Adanya klausula yang halal (georloofde oorzaak )

Dalam Pasal 1320 KUH Perdata tidak di jelaskan pengertian orzaak ( klusula yang halal ). Di
dalam Pasal 1337 KUH Perdata hanya di sebutkan causa yang terlarang. Suatu sebab adalah
terlarang apabila bertentangan dengan UU, kesusilaan dan ketertiban umum.10

Kewajiban Para Pihak dalam Perjanjian Kerja


1. Kewajiban Buruh/Pekerja
Dalam KUHPerdata ketentuan mengenai kewajiban buruh/pekerja diatur dalam pasal

1603,1603a,1603b, dan 1603c KUHPerdata yang pada intinya adalah sebagai berikut:

10 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (BW), Sinar Grafika,


Jakarta,2005,Hal162-166

Buruh/pekerja wajib melakukan pekerjaan; melakukan pekerjaan adalah tugas utama


dari seorang pekerja yang harus dilakukan sendiri, meskipun demikian dengan seizin
pengusaha dapat diwakilkan. Untuk itulah mengingat pekerjaan yang dilakukan oleh
pekerja yang sangat pribadi sifatnya karena berkaitan dengan keahliannya, maka
berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan jika pekerja meninggal dunia,

maka hubungan kerja berakhir dengan sendirinya (PHK demi hukum).


Buruh/pekerja wajib mentaati aturan dan petunjuk majikan/pengusaha;dalam
melakukan pekerjaan buruh/pekerja wajib mentaati petunjuk yang diberikan oleh
pengusaha. Aturan yang wajib ditaati oleh pekerja sebaiknya dituangkan dalam

peraturan perusahaan sehingga menjadi jelas ruang lingkup dari petunjuk tersebut.
Kewajiban membayar ganti rugi dan denda; jika buruh/pekerja melakukan perbuatan
yang merugikan perusahaan baik karena kesengajaan atau kelalaian, maka sesuai
dengan prinsip hukum pekerja wajib membayar ganti-rugi dan denda.

2. Kewajiban Pengusaha
Kewajiban membayar upah; dalam hubungan kerja kewajiban utama bagi pengusaha
adalah membayar upah kepada pekerjaanya secara tepat waktu. Ketentuan tentang
upah ini juga telah mengalami perubahan pengaturanke arah hukum publik. Hal ini
terlihat dari campur tangan pemerintah dalam menetapkan besarnya upah terendah
yang harus dibayar oleh pengusaha yang dikena dengan nama upah minimum,
maupun pengaturan upah dalam peraturan Pemerintah No. 8 Tahun 1981 tentang
Perlindungan Upah. Campur tangan pemerintah dalam menetapkan besarnya upah ini
pentig guna menjaga agar jangan sampai besarnya upah yang diterima oleh pekerja
terlampau rendah sehingga tidak dapat memenuhi kebutuhan hidup pekerja meskipun

secara minimum sekalipun.


Kewajiban memberikan isitirahat/cuti; pihak majikan/pengusaha diwajibkan untuk
memberikan istirahat tahunan kepada pekerja secara teratur. Hak atas istirahat ini
penting artinya untuk menghilangkan kejenuhan pekerja dalam melakukan pekerjaan.

Dengan demikian diharapkan gairah kerja akan tetap stabil. Cuti tahunan yang
lamanya 12 hari kerja. Selain itu pekerja juga berhak atas cuti panjang selama 2 bulan
setelah bekerja terus menerus selama 6 tahun pada suatu perusahaan (pasal 79 ayat 2
-

Undang-Undang No. 13 Tahun 2003).


Kewajiban mengurua perawatan dan pengobatan; majikan/pengusaha wajib mengurua
perawatan/pengobatan bagi pekerja yang bertempat tinggal di rumah majikan (pasal
1602xKUHPerdata). Dalam perkembangan hukum ketanagakerjaan, kewajiban ini
tidak hanya terbatas bagi pekerja yang bertempat tinggal di rumah majikan.
Perlindungan bagi tenaga kerja yang sakit, kecelakaan, kematian telah dijamin melalui
perlindungan Jamsostek sebagaimana diatur dalam Undang-Undang No.3 Tahun 1992

tentang Jamsostek.
Kewajiban memberikan surat keterangan; kewajiban ini didasarkan pada ketentuan
pasal 1602a KUHPerdata yang menentukan bahwa majikan/pengusaha wajib
memberikan surat keterangan yang diberi tanggal dan dibubuhi tanda tangan. Dalam
surat keterangan tersebut dijelaskan mengenai sifat pekerjaan yang dilakukan,
lamanya hubungan kerja (masa kerja). Surat keterangan itu juga diberikan meskipun
inisiatif pemutusan hubungan kerja datangnya dari pihak pekerja. Surat keterangan
tersebut sangat penting artinya sebagai bekal pekerja dalam mencari pekerjaan barn,
sehingga diperlakukan sesuai dengan pengalaman pekerjaannya.
Kewajiban pekerja/buruh yang telah dipaparkan diatas merupakan hak penguasa atau
pemberi kerja,sebaliknya kewajiban pengusaha merupakan hak pekerja.11
3.
Kewajiban lainya

Kewajiban lain yang tidak kalah pentingnya dari seorang pengusaha adalah bertindak
sebagai pengusaha yang baik.

Bentuk dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja

11 Saprudin, Perkembangan Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Aura


Pustaka,Yogyakarta,2013,hal.32-34

Perjanjian kerja dapat dibuat dalam bentuk lisan atau tertulis (pasal 51 ayat 1 UndangUndang No. 13 Tahun 2003). Secara normatif bentuk tertulis menjamin kepastian hak dan
kewajiban para pihak, sehingga jika terjadi perselisihan akan sangat membantu
perusahaan-perusahaan yang tidak atau belum membuat perjanjian kerja secara tertulis
disebabkan karena ketidaklaziman, sehingga atas dasar kepercayaan membuat perjanjian
kerja secara lisan.
Dalam Pasal 54 Undang-Undang No. 13 Tahun 2003 tentang Ketangakerjaan
menyebutkan bahwa perjanjian kerja yang dibuat secara tertulis sekurang-kurangnya
memuat keterangan :
-

Nama,alamat perusahaan, dan jenis usaha;


Nama,jenis kelamin,umur, dan alamat pekerja/buruh;
Jabatan atau jenis pekerjaan;
Tempat pekerjaan;
Besarnya upah dan cara pembayaran;
Syarat-syarat kerja yang memuat hak dan kewajiban pengusaha dan pekerja/buruh;
Mulai dan jangka waktu berlakunya perjanjian kerja;
Tempat dan tanggal perjanjian kerja dibuat; tanda tangan para pihak dalam perjanjian
kerja.
Jangka waktu perjanjian kerja dapat dibuat untuk waktu tertentu bagi hubungan kerja
yang dibatasi jangka waktu berlakunya, dan waktu tidak tertentu bagi hubungan kerja
yang tidak dibatasi jangka waktu berlakunya atau selesainya pekerjaan tertentu.
Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu lazimnya disebut dengan perjanjian
kerja kontrak atau Perjanjian Kerja Waktu Tertentu (PKWT). Status pekerjanya adalah
pekerja tidak tetap atau pekerja kontrak. Sedangkan untuk perjanjian kerja yang
dibuat untuk waktu tidak tertentu biasanya disebut dengan Perjanjian Kerja Waktu
Tidak Tertentu (PKWTT) dan status pekerjanya adalah pekerja tetap.
Perjanjian kerja yang dibuat untuk waktu tertentu harus dibuat secara tertulis
(pasal 57 ayat 1 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan).

Ketentuan ini dimaksudkan untuk lebih menjamin atau menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan segubungan dengan berakhirnya kontrak kerja. Perjanjian kerja untuk
waktu tertentu tidak boleh mensyaratkan adanya masa percobaan.
Masa percobaan adalah masa atau waktu untuk menilai kinerja dan kesungguhan,
keahlian seorang pekerja. Lama masa percobaan adalah 3 (tiga) bulan, dalam masa
percobaan pengusaha dapat mengakhiri hubungan kerja secara sepihak (tanpa izin dari
pejabat yang berwenang). Ketentuan yang tidak membolehkan adanya masa
percobaan dalam perjanjian kerja untuk waktu tertentu karena perjanjian kerja
berlangsung realtif singkat. Dalam masa percobaan ini pengusaha dilarang membayar
upah di bawah upah minimum yang berlaku.
Dalam pasal 59 ayat 1 Undang-Undang No.13 Tahun 2003 menyebutkan bahwa
Perjanjian Kerja untuk waktu tertentu hanya dapat dibuat untuk pekerjaan tertentu
yang menurut jenis dan sifat atau kegiatan ekerjaannta akan selesai dalam waktu
-

tertentu, yaitu :
Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya;
Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak terlalu lama

dan palingn lama 3 (tiga) tahun;


Pekerjaan yang bersifat musiman; atau
Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru atau produk
tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan.

Berdasarkan ketentuan tersebut, maka jelaslah bahwa erjanjian kerja untuk waktu tertentu
tidak dapat diadakan untuk pekerjaan yang bersifat tetap.12

Berakhirnya Perjanjian Kerja

12 Saprudin, Perkembangan Hukum Ketenagakerjaan di Indonesia, Aura


Pustaka,Yogyakarta,2013,hal.30-31

Perjanjian kerja berakhir sebagai mana di sebutkan dalam undang-undang nomor 13 tahun
2003 pasal 61.perjanjian kerja berakhir apabila :
1. pekerja meninggal dunia;
2. berakhirnya jangka waktu bekerja;
3. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penempatan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap; dan
4. adanya keadaan kejadiantertentu yang di cantumkan dalam perjajian kerja, peraturan
perusahaan atau perjanjian kerja bersama yang dapat menyebabkan berakhirnya
hubungan kerja.

METODE PENELITIAN
-

Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang akan digunakan pada penelitian ini adalah penelitian normatif yaitu
penelitian hukum yang mengkaji sistematika peraturan perundang undangan dan peneliti
ingin meneliti mengenai tinjauan yuridis terhadap perlindungan tenaga kerja Indonesia di luar
negeri.
-

Metode Pendekatan

Metode penelitian dalam sebuah penelitian mempunyai peranan yang sangat penting karena
dapat dipergunakan sebagai pedoman guna mempermudah dalam mempelajari, menganalisa
dan memahami permasalahan yang sedang diteliti.
Dalam pembuatan proposal peenelitian ini agar memenuhi kriteria ilmiah dan dapat
mendekati kebenaran, maka metode pendekatan yang digunakan adalah:
a)

Pendekatan Perundang-Undangan

merupakan pendekatan yang mengkaji tentang asas-asas hukum, norma-norma hukum dan
peraturan perundang-undangan baik yang berasal dari Undang-Undang, dokumen, bukubuku, dan sumber-sumber resmi yang berkaitan dengan pembuatan proposal penelitian ini.
b)

Pendekatan Komparatif

Yakni melakukan perbandingan terhadap peraturan peraturan perundangan yang diteliti dan
juga perbandingan terhadap mahkamah konstitusi yang ada dibeberapa negara yang penulis
peroleh dari buku-buku.
c)

Pendekatan Historis

Melakukan pentahapan perkembangan hukum atau perkembangan perundang-undangan, dan


juga berkembang hak uji materiil di Indonesia.

Sumber dan jenis bahan hukum


Bahan hukum yakni berupa :

a)

Bahan hukum primer, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan pada hukum

sekunder yang terdiri dari peraturan Perundang-undangan, antara lain Undang-Undang Dasar
Negara Republik Indonesia Tahun 1945, Undang Nomor 39 Tahun 2004 tentang Penempatan
& Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia di Luar Negeri, Undang Undang Nomor 13 Tahun
2003 tentang Ketenagakerjaan dan Peraturan Pemerintah Nomor 81 Tahun 2006 tentang
Badan Nasional Penempatan & Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia.
b)

Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang meliputi buku-buku, referensi,

makalah, majalah, hasil penelitian dan lain-lain, yang berkaitan dengan masalah yang diteliti.
c)

Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum penunjang yang meliputi, kamus hukum dan

putusan mahkamah konstitusi.


1. Analisis bahan hukum
Data yang berhasil dikumpulkan dan diperoleh dalam penelitian kemudian diolah secara
sistematis, selanjutnya dilakukan analisis dengan metode kualitatif, yaitu data yang disusun
dan disajikan berupa rangkaian kalimat-kalimat yang menggambarkan hasil penelitian yang
didasarkan pada masalah yang diteliti.
2. Tehnik pengumpulan bahan hukum
Dalam proses pengumpulan bahan, peneliti menggunakan studi dokumenter, yaitu
mengumpulkan bahan-bahan kepustakaan yang berupa peraturan perundang-undangan,
jurnal, literatur dan karya tulis yang berhubungan dengan materi penelitian.

SISTEMATIKA PENULISAN
Sistematika penulisan proposal penelitian ini secara runtun terdiri dari empat yaitu :
Yang pertama mencakup beberapa sub bahasan, antar lain : latar belakang masalah,rumusan
masalah, tujuan dan manfaat penelitian, serta ruang lingkup penelitian.
Yang

kedua

merupakan

penelitian,metode

metode

pendekatan,

penelitian

yang

pendekatan

didalamnya

mencakup

perundang-undangan,

jenis

pendekatan

komporatif,pendekatan historis, sumber dan jenis bahan hukum yakni bahan hukum primer,
bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier, analisis bahan hukum, dan tehnik
pengumpulan bahan hukum.
Yang ketiga mencakup tinjauan pustaka tentang perjanjian kerja sebagai upaya memberikan
perlindungan tenaga kerja indonesia diluar negeri. bahasan ini terdiri dari mengenai
pengertian perjanjian kerja, unsur-unsur dalam perjanjian kerja,para pihak dalam perjanjian
kerja,syarat sahnya perjanjian kerja,kewajiban para pihak dalam perjanjian kerja, bentuk dan
jangka waktu perjanjian kerja, dan berakhirnya dalam perjanjian kerja.
Yang keempat adalah berisikan kesimpulan dan saran.

Kesimpulan :
Berdasarkan penelitian yang diatas, maka dapat diambil kesimpulan mengenai
Perjanjian Kerja sebagai Upaya Memberikan Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar
Negeri

bahwa perjanjian kerja adalah suatu perjanjian di mana pihak kesatu (buruh),

mengikakan diri untuk bekerja dengan menerima upah dari pihak kedua yakni majikan, dan
majikan mengikatkan diri untuk mempekerjakan buruh dengan membayar upah. Menyimak
pengertian perjanjian kerja menurut KUHPerdata seperti tersebut di atas tampak bahwa ciri
khas perjanjian kerja adalah di bawah perintah pihak lain, di bawah perintah ini
menunjukan bahwa hubungan antara pekerja dan pengusaha adalah hubungan bawahan dan
atasan (subordinasi).
Saran :
Untuk meningkatkan perlindungan bagi TKI saya memberikan saran kepada :
1. Pemerintah
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi (Kemenakertrans)

Kemenakertrans selaku regulator haruslah lebih berupaya dalam hal


memberikan perlindungan bagi TKI dengan merevisi peraturan yang mengatur
penempatan

maupun

perlindungan

bagi

TKI.

Hal

ini

dikarenakan

permasalahan TKI merupakan masalah yang sampai sekarang belum


menemukan titik penyelesaian yang tepat. Revisi Undang-Undang Nomro 39
Tahun 2004 tentang Penempatan dan Perlindungan TKI di Luar Negeri perlu
dilakukan oleh pemerintah. Hal ini dikarenakan undang-undag tersebut ratarata hanya mengatur tentang masalah penempatan, sedangkan ketentuan
mengenai perlindungan yang kurang.
2. Tenaga Kerja Indonesia
Calon tenaga kerja Indonesia

pada

prakteknya

harus

lebih

memperhatikan sert mentaati ketentuan yang berlaku, serta mencri


informasi pekerjaan yang jelas dan latar belakang tempat yang dituju.
Peraturan yang diberlakukan oleh pemerintah dimaksudkan untuk
perlindungan TKI sendiri, serta mencegah hal-hal buruk yang
kemungkinan terjadi. Pemerintah akan mengahadapi kesulitan apabila
TKI tidak mengikuti prosedur yang benar untuk bekerja di luar negeri.

DAFTAR PUSTAKA

Indonesia 2004, Undang-undang Dasar Republik Indonesia 1945, Jakarta, Ganeca Sains
Indonesia, 2004.Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, Surabaya:
Kartika. 2006. Undang-undang Ketenagakerjaan, Jakarta, Fakusmedia
Asyhadiw, Zaeni. 2007. Hukum Kerja, Hubungan Ketenagakerjaan Bidang Hubungan Kerja,
Jakarta:PT Raja Grafindo Persada
Khakim, Abdul. 2007. Pengantar Hukum Ketenagakerjaan Indonesia. Cetakan Kedua.
Bandung: Citra Aditya Bakti
Abdurrahman, Muslan.2007. Ketidakpatuhan TKI. Cetakan Pertama. Malang: UMM Press
HS, Salim, 2005.Pengantar hukum Perdata Tertulis (BW),Cetakan Ketiga. Jakarta: Sinar
Grafika
Simanjutnta,Payaman,

Kompleksitas

Masalah

Ketenagakerjaan,

kumpulan

Depnakertrans: http://www.kbrisingapura.com/docs/Buku_PLRT/isibuku.pdf .

Artikel

Soepomo, Imam 1983. Pengantar Hukum Perburuhan, Surabaya.


Saprudin,2013. Perkembangan Hukum Ketanagakerjaan di Indonesia.yogyakarta: Aura
Pustaka

TUGAS METODE PENELITIAN DAN PENULISAN HUKUM


PROPOSAL PENELITIAN
TENTANG
PERJANJIAN KERJA SEBAGAI UPAYA MEMBERIKAN PERLINDUNGAN
TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI
REGULER B

OLEH :
VICKY NOVAL P.S
B1A012420

Fakultas Hukum
Universitas Lambung Mangkurat
Banjarmasin
2014/2015
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segala
limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat menyelesaikan proposal penelitian ini yang
berjudul

PERJANJIAN

KERJA

SEBAGAI

UPAYA

MEMBERIKAN

PERLINDUNGAN TENAGA KERJA INDONESIA DI LUAR NEGERI. Proposal


penelitian ini dibuat

untuk

mengupas pemahaman-pemahaman yang berkaitan tentang

Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri yang diuraikan dan disusun secara
sistematis agar semua orang dengan mudah dapat memahaminya.
Sebelum kita melangkah lebih jauh, diperlukan suatu pemahaman khusus mengenai
hal-hal mendasar yang ada pada Tenaga Kerja Indonesia. Untuk itu, penyusunan proposal
penelitian ini, diharapkan dapat bermanfaat bagi kita semua.
Pembuatan

proposal penelitian ini dapat terselenggara berkat sumber-sumber

referensi yang sangat membantu mengenai Perjanjian Kerja Sebagai Upaya Memberikan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia Di Luar Negeri dan saya berharap dengan proposal
penelitian ini dapat membantu atau menambah wawasan semua orang.

Saya mohon maaf jika Proposal Penelitian ini banyak kekurangan maka dari itu saya
mengharapkan agar para pembaca proposal penelitian ini dapat memberikan saran serta
kritiknya untuk perbaikan yang semestinya.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
1.1.

Latar Belakang Masalah ..........................................................

1.2.

Perumusan Masalah ..................................................................

1.3.

Tujuan Penelitiaan ......................................................................

1.4.

Manfaat Penelitian .......................................................................

1.5.

Ruang Lingkup Penelitian.............................................................

METODE PENELITIAN
2.1.

Jenis Peneltian..........................................................................

2.2.

Metode Pendekatan................................................................

2.3.

Sumber Dan Jenis Bahan Hukum...............................................

2.4.

Analisis Bahan Hukum................................................................

2.5.

Tehnik Pengumpulan Bahan Hukum..........................................

TINJAUAN PUSTAKA
3.1.

Pengertian Perjanjian Kerja..........................................................

3.2.

Unsur-Unsur Dalam Perjanjian Kerja..........................................

3.3.

Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja.............................................

3.4.

Syarat Sahnya Perjanjian Kerja..................................................

3.5.

Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Kerja..........................

3.6.

Bentuk Dan Jangka Waktu Perjanjian Kerja..............................

3.7.

Berakhirnya Perjanjian Kerja.....................................................

3.8 kesimpulan
3.9 saran
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai