Anda di halaman 1dari 27

BAB I

PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang Masalah


BJ Habibie adalah sosok yang sangat diidolakan oleh masyarakat. Sebagai
orang yang jenius yang mampu membuat kapal terbang dan terpakai
kepandaiannya di negara modern seperti Jerman. BJ Habibie memulai kariernya
ditanah air sebagai Penasehat Pemerintah Indonesia pada bidang teknologi tinggi
dan teknologi pesawat. Dan pada tahun 1978 BJ Habibie diangkat menjadi
Menteri Negara Riset dan Teknologi. Beliau memegang jabatan ini selama lima
kali berturut-turut dalam kabinet pembangunan hingga tahun 1998. Dan selama
menjadi menristek ia juga merangkap memegang 47 posisi penting lainnya
seperti, Presiden Direktur PT PAL Surabaya, Presiden Direktur Pindad, Ketua
Otorita Pembangunan Kawasan Batam, Kepala Direktur Industri Strategis (BPIS).
Sebelum masyarakat Indonesia menggelar pemilihan umum tahun 1997,
sebenarnya BJ Habibie pernah menyampaikan niatnya kepada keluarga dan
kerabat dekat secara terbatas bahwa ia merencanakan berhenti dari jabatan selaku
menteri setelah Kabinet Pembangunan Enam berakhir. Akan tetapi pada tanggal
11 Maret 1998, MPR justru memilih dan mengangkat BJ Habibie sebagai Wakil
Presiden Republik Indonesia ketujuh. 1
Pada saat itu Indonesia sedang dilanda krisis ekonomi merata dikawasan
Asia Tenggara. Krisis moneter yang terjadi membuat situasi semakin tidak

Ahmad Shahab, Biografi Politik Presiden RI Ketiga BJ Habibie Berbasis Teknologi, Jakarta:
Peace, 2008, hal.xvi.

Universitas Sumatera Utara

terkontrol dan berkembang menjadi krisis multidimensional berkepanjangan


diberbagai bidang.
Globalisasi dan pengaruh teknologi pada umumnya dan khususnya
teknologi informasi dan teknologi pemberitaan terus berkembang. Dunia menjadi
lebih transparan. Rakyat Indonesia menanggapinya dengan menuntut kebebasan,
transparansi, keadilan, demokrasi, dilandaskan pada nilai-nilai hak asasi manusia,
tanggung jawab asasi, serta keamanan umat manusia dalam waktu sesingkatsingkatnya.
Kecemasan masyarakat akhirnya terefleksikan dalam aksi-aksi unjuk rasa,
terutama dimotori kalangan mahasiswa. Pada mulanya, belum terdengar tuntutan
agar Presiden mengundurkan diri. Namun selanjutnya, semakin tampak dukungan
rakyat kepada pemerintah mulai surut. Akhirnya, unjuk rasa bukan lagi menuntut
perubahan politik dan ekonomi, melainkan menuntut perubahan kepemimpinan
nasional. Sejak itu dari hari kehari, tuntutan agar Presiden Soeharto
mengundurkan diri semakin kencang.
Harmoko, yang berbicara atas nama Pimpinan DPR/MPR, menyampaikan
sejumlah tuntutan reformasi yang semakin deras. Tuntutan reformasi itu pada
intinya dapat disimpulkan menjadi tiga hal. Pertama, perlunya melaksanakan
reformasi total. Kedua, menyampaikan keinginan rakyat agar Presiden Soeharto
mengundurkan diri. Ketiga, mendesak dilaksanakannya Sidang Istimewa MPR.
Pernyataan Presiden Soeharto menanggapi pernyataan Pimpinan DPR/MPR,
bahwa jika rakyat memang menginginkan dia diganti, ia mempersilakan, asal
dilakukan secara konstitusional.

Universitas Sumatera Utara

Bila kita lihat kembali, apabila seorang presiden berhenti dari jabatannya
yang akan dilakukan secara konstitusional, maka wakil presiden lah yang akan
menggantikannya. Ini diatur dalam Undang-Undang Dasar 1945, pasal 8, yang isi
lengkapnya adalah jika Presiden mangkat, berhenti atau tidak dapat melakukan
kewajibannya dalam masa jabatannya ia diganti oleh Wakil Presiden sampai habis
waktunya.
Dan pada tanggal 21 Mei 1998 secara konstitusional, menurut UUD 45,
pasal 8, BJ Habibie sah diangkat menjadi presiden menggantikan Soeharto.
Habibie diambil sumpah kewajibannya sebagai Presiden.
Selama BJ Habibie menjabat menjadi Presiden, sebenarnya banyak ide
yang dilahirkan, selain melanjutkan kebijakan mantan Presiden Soeharto
pendahulunya. Salah satunya seperti yang dikatakan oleh Dody Rudianto,
sebenarnya Habibie telah berhasil meletakkan dasar-dasar bangun arsitektural
ekonomi yang menjadi landasan perbaikan ekonomi menuju kesejahteraan sosial,
yaitu sistem ekonomi pasar sosial yang diwacanakan pada waktu itu. Namun
sangat disayangkan waktunya keburu habis. Gagasannya terbengkalai, tidak
dilanjutkan oleh presiden penggantinya. 2
Malam sebelum BJ Habibie diangkat menjadi Presiden, ia juga membuat
beberapa point penting mengenai langkah-langkah awal, dasar ataupun prinsip,
sikap dan kebijakan yang akan diambil, antara lain:
1. Saya harus banyak mendengar dan tidak boleh terbuka menceritakan
kepada siapa saja apa yang akan direncanakan dan dilakukan. Termasuk
kepada istri, anak, adik, keluarga, kawan dekat dan sebagainya saya harus

Ahmad Shahab, Op cit, hal. Xiv.

Universitas Sumatera Utara

tertutup. Ini adalah keputusan yang harus diambil dan paling berat untuk
dilaksanakan karena bertentangan dengan prilaku, karakter dan sifat saya
yang sangat bebas, terbuka dan transparan.
2. Saya mewarisi bentuk institusi kepresidenan yang sangat berkuasa dalam
lingkungan dan budaya feodal. Hal ini harus segera saya akhiri, tanpa
memberi kesan yang dapat disimpulkan sebagai penguasa yang lemah
dan takut;
3. Tahanan politik harus segera dilepaskan dan tidak boleh lagi terjadi bahwa
orang yang bertentangan dengan pendapat atau rencana Presiden, harus
dimasukkan ke dalam penjara, kecuali mereka yang terbukti telah
melaksanakan tindakan criminal;
4. Kebebasan berbicara, kebebasan mengeluarkan pendapat, kebebasan pers,
dan kebebasan unjuk rasa harus segera dilaksanakan;
5. Saya menyadari dan dapat mengerti, jikalau yang pernah dirugikan dalam
masa Orde Baru menilai negatif, bahkan bersikap anti kepada saya karena
kedudukan dan kedekatan saya dengan kekuasaan selama hampir 25 tahun
lamanya, serta menganggap saya ikut bertanggung jawab atas terjadinya
multikrisis yang dihadapi. Oleh karena itu, sikap saya dalam menghadapi
semua persoalan harus arif dan toleran demi persatuan dan kesatuan dua
ratus juta lebih penduduk Indonesia;
6. DPR dan MPR harus diberi legitimasi yang kuat berdasarkan pemilu yang
demokratis. Dan kesempatan terbuka untuk mendirikan partai politik apa
saja, diperbolehkan asal tidak melanggar UUD 45 dan Ketetapan MPR.
Untuk itu saya harus berkonsultasi dengan MPR;

Universitas Sumatera Utara

7. Sidang Istimewa MPR harus segera diselenggarakan dalam waktu


sesingkat-singkatnya untuk memberi dasar hukum bagi reformasi dan
pemilu yang dibutuhkan. Hanya dengan demikian, suatu revolusi dan
khaos, yang bisa memecah belah Negara Kesatuan Republik Indonesia,
dapat dicegah; 3
BJ Habibie adalah seorang insinyur konstruksi pesawat terbang dan doktor
teknologi tinggi. Pikiran tenaga dan waktunya, seharusnya bisa tercurah penuh di
bidang teknologi. Akan tetapi pada perjalanannya BJ Habibie harus membaginya
pada bidang yang benar-benar baru baginya, yaitu dunia politik. BJ Habibie yang
brilian dibidang teknologi, diseret untuk belajar politik mulai dari Nol, seperti
layaknya anak TK yang baru masuk sekolah. Ini terjadi ketika BJ Habibie
diangkat menjadi wakil presiden pada tahun 1997 dan menggantikan Presiden
Soeharto karena mengundurkan diri pada 21 Mei 1998.
Kepemimpinan BJ Habibie ketika menjabat menjadi presiden berada pada
masa transisi, masa reformasi. Dimana masyarakat meminta begitu banyak
kebebasan.
Mencermati pada hal-hal diatas, maka penulis merasa tertarik meneliti
tentang Gaya Kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden Tahun 19981999.

BJ Habibie, Detik-Detik yang Menentukan, Jakarta: THC Mandiri, 2006, Hal. 56-58.

Universitas Sumatera Utara

I.2. Perumusan Masalah


Masalah yang diangkat sebagai isu pokok permasalahan cenderung berada
dalam ruang lingkup yang luas dan mendalam. Dari Latar belakang diatas, maka
penulis mencoba membuat suatu perumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden RI ke-3?
2. Bagaimanakah Gaya Kepemimpinan BJ Habibie ketika menjadi Presiden
RI ke-3?

I.3. Tujuan Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui bagaimana kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden
RI Ke-3.
2. Untuk mengetahui bagaimana gaya kepemimpinan BJ Habibie ketika
menjadi Presiden RI ke-3.

I.4. Manfaat Penelitian


Adapun manfaat penelitian ini adalah:
1. Secara Akademis, berfungsi sebagai referensi tambahan bagi mahasiswa
Departemen Ilmu Politik, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik
Universitas Sumatera Utara.
2. Bagi Penulis, untuk mengembangkan kemampuan dalam menulis karya
ilmiah khususnya di bidang Politik.

Universitas Sumatera Utara

I.5. Tinjauan Pustaka


I.5.1. TeoriTeori Kepemimpinan
Untuk mengetahui dan memahami teoriteori kepemimpinan, dapat dilihat
dari beberapa literatur yang pada umumnya membahas yang sama. Dari literatur
itu diketahui ada teori yang menyatakan bahwa pemimpin itu dilahirkan, bukan
dibuat. Ada juga yang menyatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya
kelompok orangorang, dan ia melakukan pertukaran dengan yang dipimpin. Dan
teori yang paling mutakhir melihat kepemimpinan lewat prilaku organisasi.
Orientasi prilaku ini mencoba mengetengahkan pendekatan yang bersifat social
learning pada kepemimpinan. Teori ini menekankan bahwa terdapat faktor
penentu yang timbal balik dalam kepemimpinan ini. Faktor penentu ini ialah
pemimpin sendiri (termasuk didalamnya kognisinya). Situasi lingkungan
(termasuk pengikutpengikutnya dan variabelvariabel makro) dan prilakunya
sendiri. Tiga faktor penentu ini merupakan dasar dari teori kepemimpinan yang
diajukan oleh ilmu prilaku organisasi.
Berikut ini akan diuraikan beberapa teori yang tidak asing bagi literatur
literatur kepemimpinan pada umumnya antara lain:
1. Teori Sifat (Trait Theory)
Teori sifat barangkali dapat memberikan arti lebih realistik terhadap
pendekatan sifat dari pemimpin, setelah mendapat pengaruh dari aliran prilaku
pemikir psikologi, yaitu suatu kenyataan yang dapat diterima bahwa sifatsifat
kepimpinan itu tidak seluruhnya dilahirkan, tetapi juga dapat dicapai lewat suatu
pendidikan dan pengalaman. Dengan demikian maka perhatian terhadap

Universitas Sumatera Utara

kepemimpinan dialihkan kepada sifatsifat umum yang dipunyai oleh pemimpin,


tidak lagi menekankan apakah pemimpin itu dilahirkan atau dibuat.
Keith Devis merumuskan empat sifat umum yang nampaknya mempunyai
pengaruh terhadap keberhasilan kepemimpinan organisasi antara lain:
a. Kecerdasan. Hasil penelitian pada umunya membuktikan bahwa pemimpin
mempunyai tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan dengan
yang dipimpin. Namun demikian pemimpin tidak bisa melampaui terlalu
banyak dari kecerdasan pengikutnya.
b. Kedewasaan dan keluasaan hubungan sosial. Pemimpin cenderung
menjadi matang dan mempunyai emosi yang stabil, serta mempunyai
perhatian yang luas terhadap aktivitas sosial.
c. Motivasi diri dan dorongan berprestasi. Para pemimpin secara relatif
mempunyai dorongan motivasi yang kuat untuk berprestasi.
d. Sikapsikap hubungan kemanusiaan. Pemimpinpemimpin yang berhasil
mau mengakui harga diri dan kehormatan para pengikutnya dan mampu
berpihak kepadanya. 4
2. Teori Kelompok
Teori kelompok ini beranggapan bahwa, supaya kelompok bisa mencapai
tujuantujuannya, maka harus terdapat suatu pertukaran yang positif diantara
pemimpin dan pengikutpengikutnya. Kepemimpinan yang ditekankan pada
adanya suatu proses pertukaran antara pemimpin dan pengikutnya ini, melibatkan
juga konsepkonsep sosiologi tentang keinginankeinginan mengembangkan

Miftah Toha, Prilaku Organisasi Konsep Dasar dan Aplikasinya, Jakarta: PT.Grafindo Persada,
1993, hal.287-288.

Universitas Sumatera Utara

peranan. Para pemimpin yang memperhitungkan pengaruh yang positif terhadap


sikap, kepuasan dan pelaksanaan kerja.
3. Model Kepemimpinan Kontijensi dari Fiedler
Model ini berisi tentang hubungan antara gaya kepemimpinan dengan
situasi yang menyenangkan itu diterangkan oleh Fielder dalam hubungannya
dengan dimensidimensi empiris sebagai berikut:
a. Hubungan pemimpinanggota. Hal ini merupakan variabel yang paling
penting didalam menentukan situasi yang menyenangkan tersebut.
b. Derajat dan struktur tugas. Dimensi ini merupakan masukan yang sangat
penting, dalam menentukan situasi yang menyenangkan.
c. Politisi kekuasaan pemimpin yang dicapai lewat otoritas formal. Dimensi
ini merupakan dimensi yang sangat penting ketika di dalam situasi yang
sangat menyenangkan. 5
4. Teori Jalan KecilTujuan (PathGoal Theory)
Secara umum berusaha untuk menjelaskan pengaruh prilaku pemimpin
terhadap motivasi, kepuasaan dan pelaksanaan pekerjaan bawahannya. Adapun
teori jalan kecil tujuan, memasukkan empat tipe atau gaya utama kepemimpinan
sebagai berikut:
a. Kepemimpinan direktif. Tipe ini sama dengan model kepemimpinan yang
otokratis. Bawahan tahu senantiasa apa yang diharapkan dirinya dengan
pengarahan yang khusus diberikan oleh pemimpin. Dalam model ini tidak
ada partisipasi dari bawahan.

Fred E.Fedler, A Theory of Leadership Effectiveness, New York: McGraw Hill Book Company,
1954, hal.132-153.(skripsi Baby Masitho. BB)

Universitas Sumatera Utara

b. Kepemimpinan yang mendukung. Tipe kepemimpinan model ini


mempunyai kesediaan untuk menjelaskan sendiri, bersahabat, mudah
didekati dan mempunyai perhatian kemanusiaan yang murni terhadap
bawahan.
c. Kepemimpinan yang partisipatif. Gaya kepemimpinan ini berusaha
meminta dan mempergunakan saranasarana dari bawahannya untuk
berprestasi.

I.5.2. Tipologi Kepemimpinan


Sebagai titik tolak dalam pembahasan tipologi kepemimpinan yang secara
luas dikenal bahwa dewasa ini, kiranya relevan untuk menekankan bahwa gaya
kepemimpinan yang menduduki jabatan pimpinan mempunyai kapasitas untuk
mengetahui situasi yang dihadapinya secara tepat dan menyesuaikan gaya
kepemimpinannya agar sesuai dengan tuntutan situasi yang dihadapinya.
Meskipun

belum

terdapat

kesepakatan

bulat

tentang

tipologi

kepemimpinan yang secara luas dikenal dewasa ini, lima tipe kepemimpinan yang
diakui keberadaannya ialah:
1. Tipologi yang Otokratik
Dilihat dari segi persepsinya, seorang pemimpin yang otokratik adalah
seseorang yang sangat egois. Egoismenya yang sangat besar akan
mendorongnya memutar-balikkan kenyataan yang sebenar-benarnya
sehingga sesuai dengan apa yang secara subjektif diinterpretasikan sebagai
kenyataan. Dengan egoisme yang sangat besar demikian, seorang
pemimpin yang otokratik melihat peranannya sebagai sumber segala

Universitas Sumatera Utara

sesuatu dalam kehidupan organisasional seperti kekuasaan yang tidak


perlu dibagi dengan orang lain dalam organisasi, ketergantungan total para
anggota organisasi megenai nasib masing-masing dan lain sebagainya.
Berangkat dari persepsi yang demikian, seorang pemimpin yang otokratik
cenderung menganut nilai organisasi yang berkisar pada pembenaran
segala cara yang ditempuh untuk pencapaian tujuannya. Sesuatu tindakan
akan dinilainya benar apabila tindakan itu mempermudah tercapainya
tujuan dan semua tindakan yang menjadi penghalang akan dipandangnya
sebagai

sesuatu

yang

tidak

baik

dan

dengan

demikian

akan

disingkirkannya, apabila perlu dengan tindakan kekerasan. Berdasarkan


nilai-nilai demikian, seorang pemimpin otoriter akan menunjukkan
berbagai sikap yang menonjolkan keakuannya antara lain dalam bentuk:
a. Kecenderungan melakukan para bawahan sama dengan alat-alat
dalam organisasi, seperti mesin, dan dengan demikian kurang
menghargai harkat dan martabat mereka.
b. Pengutamaan orientasi terhadap pelaksanaan dan penyelesaian
tugas tanpa mengaitkan pelaksanaan tugas dengan kepentingan dan
kebutuhan para bawahan.
c. Pengabaian

peranan

bawahan

dalam

proses

pengambilan

keputusan, dengan cara memberitahukan kepada para bawahan


tersebut bahwa ia telah mengambil keputusan tertentu dan para
bawahan tertentu itu diharapkan dan bahkan dituntut untuk
melaksanakannya saja.

Universitas Sumatera Utara

Sikap pemimpin demikian akan menampakkan juga pada prilaku


pemimpin yang bersangkutan dalam berinteraksi dengan pihak lain,
terutama dengan para bawahannya dalam organisasi. Yang menjadi
masalah dalam hal kepemimpinan otokratik ialah keberhasilan mencapai
tujuan dan berbagai sasaran-sasaran itu semata-mata karena takutnya
bawahan terhadap pemimpinnya dan bukan berdasarkan keyakinan bahwa
tujuan yang telah ditentukan itu wajar dan layak untuk dicapai dan disiplin
kerja yang terwujud pun hanya karena bawahan selalu dibayangbayangi
ancaman seperti pengenaan tindakan disiplin yang keras, penurunan
pangkat, dan bahkan tanpa kesempatan membela diri.
2. Tipologi yang Paternalistik
Tipe pemimpin yang paternalistik banyak terdapat dilingkungan
masyarakat yang masih bersifat tradisional, umumnya dimasyarakat
pedesaan. Persepsi seorang pemimpin yang paternalistik tentang
peranannya dalam kehidupan organisasional dapat dikatakan diwarnai oleh
harapan para pengikutnya kepadanya. Harapan itu pada umumnya
berwujud keinginan agar pemimpin mereka mampu berperan sebagai
bapak yang bersifat melindungi dan yang layak dijadikan sebagai tempat
bertanya dan untuk memperoleh petunjuk. Para bawahan biasanya
mengharapkan seorang pemimpin yang paternalistik mempunyai sifat-sifat
tidak mementingkan dirinya sendiri, melainkan memberikan perhatian
terhadap kepentingan kesejahteraan bawahannya. Akan tetapi sebaliknya,
pemimpin yang paternalistik mengharapkan bahwa kehadiran atau
keberadaannya dalam organisasi tidak lagi dipertanyakan oleh orang lain.

Universitas Sumatera Utara

Dengan perkataan lain, legitimasi kepemimpinannya dipandang sebagai


hal yang wajar dan normal, dengan implikasi organisasionalnya seperti
kewenangan

memerintah dan

mengambil keputusan tanpa harus

berkonsultasi dengan para bawahannya. Ditinjau dari segi nilai-nilai


organisasional yang dianut, biasanya seorang pemimpin yang paternalistik
kepentingan bersama dan perlakuan yang seragam terlihat menonjol juga.
Artinya pemimpin yang bersangkutan berusaha untuk memperlakukan
semua orang dan semua satuan kerja yang terdapat didalam organisasi
seadil dan serata mungkin. Dalam organisasi demikian tidak terdapat
penonjolan orang atau kelompok tertentu, kecuali sang pemimpin dengan
dominasi keberadaanya.
3. Tipe yang Kharismatik
Seorang pemimpin yang kharismatik adalah seseorang yang dikagumi oleh
banyak pengikut meskipun para pengikut tersebut tidak selalu dapat
menjelaskan secara konkrit mengapa orang tertentu tidak dikagumi.
Sesungguhnya sangat menarik untuk memperhatikan bahwa para pengikut
seorang pemimpin yang kharismatik tidak mempersoalkan nilai-nilai yang
dianut, sikap dan prilaku dan gaya yang digunakan pemimpin yang
diikutinya itu. Penampilan fisik ternyata bukan ukuran yang berlaku umum
karena ada pemimpin yang dipandang sebagai pemimpin yang kharismatik
yang kalau dilihat dari penampilan fisiknya saja sebenarnya tidak atau
kurang mempunyai daya tarik. Usia pun tidak selalu dapat dijasikan
ukuran. Sejarah telah membuktikan bahwa seorang yang berusia relatif
muda pun mendapat julukan sebagai pemimpin yang kharismatik. Jumlah

Universitas Sumatera Utara

harta yang dimiliki pun nampaknya tidak bisa digunakan sebagai ukuran.
Hanya saja jumlah pemimpin yang tergolong sebagai pemimpin yang
kharismatik tidak besar dan mungkin jumlah yang sedikit ini juga yang
menyebabkan, sehingga tidak cukup data empirik yang dapat digunakan
untuk menganalisis secara ilmiah karakteristik pemimpin yang sedemikian
dengan rinci.
4. Tipe yang Laissez Faire
Dapat dikatakan bahwa persepsi seorang pemimpin yang laissez faire
tentang

peranannya

sebagai

seorang

pemimpin

berkisar

pada

pandangannya bahwa pada umumnya organisasi terdiri dari orang-orang


yang sudah dewasa yang mengetahui apa-apa yang menjadi tujuan
organisasi, sasaran-sasaran apa yang ingin dicapai, tugas apa yang harus
ditunaikan oleh masing-masing anggota dan seorang pemimpin tidak
terlalu sering melakukan intervensi dalam kehidupan organisasional.
Dengan sikap yang persuasif, prilaku seorang pemimpin yang laissez faire
cenderung mengarah kepada tindak-tanduk yang memperlakukan bawahan
sebagai rekan kerja, hanya saja kehadirannya sebagai pemimpin
diperlukan sebagai akibat dari adanya struktur hirarki organisasi. Dengan
telah mencoba mengidentifikasi karakteristik utama seorang pemimpin
yang laissez faire ditinjau dari kriteria persepsi, nilai dan prilaku diatas,
mudah menduga bahwa gaya kepemimpinan yang digunakannya adalah
sedemikian rupa sehingga:

Universitas Sumatera Utara

a. Pendelegasian wewenang terjadi secara ekstensif.


b. Pengambilan keputusan diserahkan kepada para pejabat pemimpin
yang lebih rendah dan kepada para petugas operasional, kecuali
dalam hal-hal tertentu yang ternyata menuntut keterlibatannya
secara langsung.
c. Status quo organisasional tidak terganggu.
d. Pertumbuhan dan pengembangan kemampuan berfikir dan
bertindak yang inovatif dan kreatif diserahkan kepada para anggota
organisasi yang bersangkutan sendiri.
e. Sepanjang dan selama para anggota organisasi menunjukkan
prilaku dan prestasi kerja yang memadai intervensi pimpinan
dalam perjalanan organisasi berada pada tingkat yang minimum.
5. Tipe yang Demokratik
Tipe pemimpin yang paling ideal dan paling didambakan adalah pemimpin
yang demokratik. Pemimpin yang demokratik biasanya memandang
peranannya selaku koordinator dan integrator dari berbagai unsur dan
komponen organisasi sehingga bergerak sebagai suatu totalitas. Seorang
pemimpin yang demokratik menyadari benar bahwa akan timbul
kecenderungan dikalangan para pejabat pemimpin yang paling rendah dan
dikalangan para anggota organisasi untuk melihat peranan suatu kerja
dimana mereka berada sebagai peranan yang paling penting, paling
strategis dan paling menentukan keberhasilan organisasi mencapai
berbagai sasaran organisasional, prilaku mendorong para bawahan
menumbuhkan dan mengembangkan daya inovasi dan kreativitasnya.

Universitas Sumatera Utara

Dengan sungguh-sungguh ia mendengarkan pendapat, saran dan bahkan


kritik dari orang lain, terutama bawahannya. Bahkan seorang pemimpin
yang demokratik tidak akan takut membiarkan para bawahannya berkarya
meskipun ada kemungkinan prakarsa itu akan berakibat kesalahan. Jika
terjadi kesalahan, pemimpin yang demokratik berada disamping bawahan
yang berbuat kesalahan itu, bukan untuk menindak atau menghukumnya,
melainkan meluruskannya sedemikian rupa sehingga bawahan tersebut
belajar dari kesalahannya itu dan dengan demikian menjadi anggota
organisasi yang lebih bertanggung jawab. Karakteristik penting seorang
pemimpin yang demokratik yang sangat positif ialah dengan cepat
menunjukkan penghargaannya kepada para bawahan yang berprestasi
tinggi. 6

I.5.3. Teori Kepemimpinan


Teori kepemimpinan adalah penggeneralisasian satu seri prilaku
pemimpin dan konsep-konsep kepemimpinannya, dengan menonjolkan latar
belakang historis, sebab musabab timbulnya kepemimpinan, persyaratan menjadi
pemimpin, sifat-sifat utama pemimpin, tugas pokok dan fungsinya, serta etika
profesi kepemimpinan. 7
Teori kepemimpinan pada umumnya berusaha untuk memberikan
penjelasan dan interpretasi mengenai pemimpin dan kepemimpinan dengan
mengemukakan berbagai segi, antara lain:

Prof.DR.Sondang P.Siagian MPA, Teori dan Praktek Kepemimpinan, Jakarta: Penerbit Rineka
Cipta, 1998, hal.27-45.
7
Dr.Kartini Kartono, Pemimpin dan Kepemimpinan, Jakarta: PT.Grafindo Persada, 2005, hal.31.

Universitas Sumatera Utara

Latar Belakang Sejarah Pemimpin dan Kepemimpinan


Kepemimpinan muncul bersama-sama dengan adanya peradaban manusia
yaitu sejak zaman nenek moyang manusia berkumpul bersama, lalu bekerja
bersama-sama untuk mempertahankan eksistensi hidupnya menentang kebuasan
binatang dan alam sekitarnya. Sejak itulah terjadi kerjasama antar manusia dan
ada unsur kepemimpinan.
Sebab Munculnya Pemimpin
Dua teori yang menonjol dalam menjelaskan kemunculan pemimpin yaitu:
1. Teori Genetis menyatakan sebagai berikut:
o Pemimpin itu tidak dibuat, akan tetapi lahir jadi pemimpin oleh bakatbakat lama yang luar biasa sejak lahirnya.
o Dia ditakdirkan lahir untuk menjadi pemimpin dalam situasi dan
kondisi yang bagaimanapun juga, termasuk yang khusus.
o Secara filosofi, teori tersebut menganut pandangan deterministis.
2. Teori Sosial menyatakan sebagai berikut:
o Pemimpin itu harus disiapkan, dididik dan dibentuk, tidak terlahir
begitu saja.
o Setiap orang bisa menjadi pemimpin, melalui usaha penyiapan dan
pendidikan, serta didorong oleh kemauan sendiri.
o Teori Ekologis atau Sintesis (muncul sebagai reaksi dari kedua teori
tersebut lebih dahulu), menyatakan bahwa seorang akan sukses
menjadi kepemimpinan dan bakat-bakat ini sempat dikembangkan

Universitas Sumatera Utara

melalui pengalaman dan usaha pendidikan juga sesuai dengan tuntutan


lingkungan ekologisnya. 8
Syarat-Syarat Kepemimpinan
Konsepsi mengenai persyaratan kepemimpinan itu harus selalu dikaitkan
dengan tiga hal penting, yaitu:
a. Kekuasaan ialah kekuatan, otoritas dan legalitas yang memberikan
wewenang

kepada

pemimpin

guna

mempengaruhi

dan

menggerakkan bawahan untuk berbuat sesuatu.


b. Kewibawaan ialah kelebihan, keunggulan, keutamaan, sehingga
orang mampu mengatur orang lain, sehingga orang tersebut patuh
pada pemimpin dan bersedia melakukan perbuatan-perbuatan
tertentu.
c. Kemampuan ialah segala daya, kesanggupan, kekuatan dan
kecakapan atau ketrampilan teknis maupun sosial, yang dianggap
melebihi dari kemampuan anggota biasa.
Stogdill dalam bukunya Personal Factor Associated with Leadership
yang dikutip oleh James A.Lee dalam bukunya Management Theories and
Prescription menyatakan bahwa, pemimpin itu harus memiliki beberapa
kelebihan, Yaitu:
a. Kapasitas seperti kecerdasan, kewaspadaan, kemampuan berbicara (verbal
facility), keaslian, kemampuan manilai.
b. Prestasi (echievement) seperti gelar kesarjanaan, ilmu pengetahuan,
perolehan prestasi dalam olahraga.

Ibid, hal.34-35.

Universitas Sumatera Utara

c. Tanggung jawab seperti mandiri, berinisiatif, tekun, ulet, percaya diri,


agresif dan punya hasrat untuk unggul.
d. Partisipasi seperti aktif, memiliki jiwa sosialbilitas tinggi, mampu bergaul,
kooperatif atau suka bekerja sama, mudah menyesuaikan, punya rasa
humor.
e. Status seperti meliputi kedudukan sosial-ekonomi yang cukup tinggi,
popular dan tenar.
Sedangkan Earl Nightingale dan White Scult dalam bukunya Creative
Thingking How to Win Ideas (1965) menuliskan kemampuan pemimpin dan
syarat yang harus dimiliki ialah:
a. Kemandirian, berhasrat memajukan diri sendiri (individualism)
b. Besar rasa ingin tahu dan cepat tertarik pada manusia dan benda-benda
(corius).
c. Multi trampil atau memiliki kepandaian beraneka ragam.
d. Memiliki rasa humor, antusiasme tinggi, suka berkawan.
e. Perfeksionis, selalu ingin mendapatkan yang sempurna
f. Mudah menyesuaikan diri, adaptasinya tinggi.
g. Sabar namun ulet, serta tidak berhenti.
h. Waspada, peka, jujur, optimis, berani, gigih, ulet, realistis.
i.

Komunikatif, serta pandai berbicara atau berpidato.

j.

Berjiwa wiraswasta.

k. Sehat jasmaninya, dinamis, sanggup dan suka menerima tugas yang berat,
serta berani mengambil resiko.
l.

Tajam firasatnya dan adil pertimbangannya.

Universitas Sumatera Utara

m. Berpengetahuan luas dan haus akan ilmu pengetahuan.


n. Memiliki motivasi tinggi dan menyadari target atau tujuan hidupnya yang
ingin dicapai, dibimbing oleh idealisme tinggi.
o. Punya imajinasi tinggi, daya kombinasi dan daya inovasi
Yang

jelas,

pemimpin

itu

harus

memiliki

beberapa

kelebihan

dibandingkan anggota-anggota biasa lainnya. Sebab kelebihan-kelebihan tersebut


dia bisa berwibawa dan dipatuhi oleh bawahannya. Terutama sekali ilah kelebihan
di bidang moral dan akhlak, semangat juang, ketajaman intelegensi, kepekaan
terhadap lingkungan dan keuletan. Dan yang penting lainnya ialah memiliki
integritas kepribadian tinggi.

I.5.4. Fungsi-Fungsi Kepemimpinan


Fungsi-fungsi kepemimpinan secara singkat adalah sebagai berikut:
1. Pemimpin sebagai Penentu Arah
Telah umum diketahui bahwa setiap organisasi diciptakan atau dibentuk
sebagai wahana untuk mencapai suatu tujuan tertentu, baik yang sifatnya
jangka panjang, jangka sedang, maupun jangka pendek yang tidak
mungkin tercapai apabila diusahakan dan dicapai oleh para anggotanya
yang bertindak sendiri-sendiri. Dengan kata lain, arah yang hendak
ditempuh oleh organisasi menuju tujuannya harus sedemikian rupa
sehingga mengoptimalkan pemanfaatan dari segala sarana dan prasarana
yang tersedia. Arah yang dimaksud tertuang dalam strategi dan taktik yang
disusun dan dijalankan oleh organisasi yang bersangkutan. Tergantung
pada jenjang hirarki jabatan pemimpin yang diduduki oleh seorang dalam

Universitas Sumatera Utara

suatu organisasi. Keputusan yang diambil dapat digolongkan sebagai


berikut:
a. Keputusan strategik
b. Keputusan yang bersifat taktik
c. Keputusan yang bersifat teknis
d. Keputusan oprasional
2. Pemimpin sebagaiWakil dan Juru Bicara Organisasi
Tidak ada yang mempersoalkan kebenaran pendapat yang mengatakan
bahwa dalam usaha pencapaian tujuan dan berbagai sasarannya, tidak ada
organisasi yang bergerak dalam suasana terisolasi. Artinya, tidak ada
organisasi yang akan mampu mencapai tujuannya tanpa memelihara
hubungan yang baik dengan berbagai pihak diluar organisasi yang
bersangkutan sendiri. Prinsip yang sama berlaku bagi suatu instansi
pemerintah dalam suatu negara. Dengan bertitik tolak dari kenyataan
bahwa suatu instansi pemerintah mempunyai wewenang melaksanakan
tugas-tugas pengaturan dan berkewajiban memberikan pelayanan kepada
masyarakat, tidak ada satupun instansi pemerintah yang dapat menjalankan
wewenangnya dengan baik dan memberikan pelayanan yang menjadi
tanggung jawabnya dengan memuaskan tanpa memelihara hubungan yang
baik dengan berbagai pihak dalam dan luar pemerintah yang bersangkutan.
Kebijakan dan kegiatan organisasi perlu dijelaskan kepada berbagai pihak
tersebut, dengan maksud agar berbagai pihak tersebut mempunyai
pengertian

yang

tepat

tentang

kehidupan

organisasional

yang

bersangkutan.

Universitas Sumatera Utara

3. Pimpinan sebagai Komunikator yang Efektif


Pemeliharaan hubungan baik keluar maupun kedalam dilakukan melalui
proses komunikasi, baik secara lisan maupun secara tertulis. Berbagai
kategori keputusan yang telah diambil disampaikan kepada para pelaksana
melalui jalur komunikasi yang terdapat dalam organisasi. Bahkan
sesungguhnya interaksi yang terjadi antara atasan dengan bawahan, antara
sesama pejabat pimpinan dan antara sesama petugas pelaksana kegiatan
operasioanal dimungkinkan terjadi dengan serasi berkat terjadinya
komunikasi yang efektif. Tidak dapat disangkal bahwa salah satu fungsi
pimpinan yang bersifat hakiki adalah berkomunikasi secara efektif.
Demikian pentingnya komunikasi yang efektif itu dalam usaha
peningkatan kemampuan memimpin seseorang sehingga dapat dikatakan
bahwa penguasaan teknik-teknik komunikasi dengan baik merupakan
condition sine qua non bagi setiap pejabat pemimpin.

I.5.5. Gaya Kepemimpinan


Istilah gaya kepemimpinan secara kasar adalah sama dengan cara yang
dipergunakan pemimpin didalam mempengaruhi para pengikutnya. Gaya
kepemimpinan merupakan norma prilaku yang digunakan oleh sesorang pada saat
orang tersebut mencoba mempengaruhi prilaku orang seperti ia lihat.
Adapun gaya kepemimpinan yang dikenal antara lain:
1. Gaya Kepemimpinan Kontinum
Ada dua bidang yang berpengaruh yang ekstrem. Pertama, bidang
pengaruh pimpinan dan kedua, bidang pengaruh kebebasan bawahan.

Universitas Sumatera Utara

Kedua bidang pengaruh ini dipergunakan dalam hubungannya kalau


pemimpin melakukan aktivitas pembuatan keputusan.
2. Gaya Kepemimpinan Grid
Dalam pendekatan ini, manager berhubungan dengan dua hal, yakni
produksi di satu pihak dan orang-orang dipahak lain. Managerial Grid
ditekankan bagaimana pemimpin memikirkan mengenai produksi dan
hubungan kerja dengan manusianya. 9 Dalam hal ini ia harus mengetahui
kualitas atau kebijakan-kebijakan yang diambil, memahami proses dan
prosedur, melalui penelitian dan kreativitas, memahami kualitas pelayanan
staffnya, melakukan efisiensi dalam bekerja.

I.5.6. Kepemimpinan Politik


Secara teoritis, untuk membangun sebuah sistem yang demokratis
dibutuhkan pemimpin yang memiliki komitmen yang kuat pada demokrasi. 10
Pemimpin yang tidak memiliki komitmen kepada demokrasi, berdasarkan
kekuasaan yang dimilikinya, akan dengan mudah menghancurkan sendi-sendi
demokrasi yang ada dalam sistem tersebut.
Kris Nugroho membedakan dua tipe kepemimpinan politik. Pertama,
kepemimpinan politik yang personal dan kepemimpinan politik pluralistic. 11 Tipe
kepemimpinan personal lebih didasarkan pada kedudukan sebagai bagian dari
elite masyarakat, sedangkan kepemimpinan pluralistic didasarkan pada dukungan

Miftah Toha, op.cit, hal.306.


Alfian, Masalah dan Prospek Pembangunan Politik di Indonesia: (Kumpulan Karangan),
Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama, Hal.179.
11
Kris Nugroho, Mengembangkan Kepemimpinan Demokratis dari Kekuasaan Personal ke
Pluralistik, Makalah pada Seminar Nasional XI dan Kongres III Asosiasi Ilmu Politik
Indonesia (AIPI), Jakarta: 25-27 Januari 1994, hal.4.
10

Universitas Sumatera Utara

yang luas dari masyarakat yang secara politik pluralistic. Menurut Nugroho,
untuk alasan pembenaran politik tertentu, kekuasaan personal dalam satu segi
mendukung terciptanya kohesivitas elite massa serta mampu meredam krisis
politik yang akan terjadi. Namun, untuk menghasilkan pemerintahan yang
demokratis, kekuasaan personal merupakan hambatan bagi terbentuknya sistem
politik demokrasi. Untuk menuju sistem politik yang demokratis sistem politik
yang bersangkutan perlu mengembangkan budaya politik yang berorientasi pada
pluralistik politik. 12
Pada sisi lain, apa yang disebut Nugroho sebagai pemimpin personal ini
hampir sama dengan apa yang pernah disebut Max Weber sebagai pemimpin
kharismatik. Tipe pemimpin ini mendasarkan legitimasi kepemimpinannya pada
sifat-sifat ghaib unggul atau paling sedikit pada kekuatan-kekuatan khas dan luar
biasa. Artinya, status kepemimpinan tersebut diperoleh berdasarkan mitos-mitos
tertentu yang melekat pada dirinya. 13

I.6. Metodologi Penelitian


I.6.1. Metode Penelitian
Metode deskriptif dapat diartikan sebagai prosedur pemecahan masalah
yang diselidiki dengan menggambarkan, melukiskan keadaan subjek atau objek
penelitian seseorang, masyarakat dan lain-lain, pada saat sekarang berdasarkan
fakta-fakta yang tampak atau sebagaimana adanya. 14

12

Ibid, hal.307.
Anthony Giddens, Kapitalisme dan Teori Sosial Modern: Suatu Analisis Karya Tulis Marx,
Durkheim, dan Max Weber, Jakarta:UI Press, Hal.197.
14
Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Sosial, Yogyakarta: Gajah Mada university Press,
hal.63.
13

Universitas Sumatera Utara

Usaha yang mendeskripsikan fakta-fakta itu pada tahap permulaan tertuju


pada usaha yang mengemukakan gejala-gejala secara lengkap didalam aspek yang
diselidiki, agar jelas keadaan atau kondisinya. Pada umunya penelitian dekriptif
merupakan

penelitian

non

hipotesis

sehingga

dalam

langkah-langkah

penelitiannya tidak perlu merumuskan hipotesis.

I.6.2. Teknik Pengumpulan Data


Salah satu hal yang perlu dilakukan dalam persiapan penelitian adalah
mendayagunakan

sumber-sumber

informasi

yang

tersedia.

Pemanfaatan

perpustakaan diperlukan baik untuk penelitian bahan dokumen (data sekunder).


Dalam penelitian skripsi ini, penulis menggunakan metode penelitian dan
pengumpulan data sebagai berikut:
Library Research Methods (Metode Penelitian Kepustakaan) yaitu sumber
yang diambil langsung berasal data buku, majalah, surat kabar dan literature
lain yang berhubungan dengan judul skripsi ini. Dengan demikian diperoleh
data sekunder sebagai kerangka kerja teoritis.

I.6.3. Teknik Analisa Data


Tahap selanjutnya dalam penulisan skripsi ini adalah melakukan analisis
terhadap masalah yang telah dirumuskan. Untuk menganalisis data yang
dikumpulkan, penulis menggunakan teknik analisis:

Universitas Sumatera Utara

Teknik Analisis Deskriptif


Adalah suatu teknik analisa yang menggambarkan suatu peristiwa, tingkah
laku, perbuatan dari objek yang diteliti sehingga dapat diperoleh Gaya
Kepemimpinan BJ Habibie Sebagai Presiden Tahun 1998-1999.

I.6.4. Definisi Konsep


Definisi konsep merupakan hal yang penting dalam penelitian yang
dipakai oleh peneliti untuk menggambarkan secara abstrak suatu kejadian,
keadaan kelompok atau individu yang menjadi pusat perhatian. Ilmu sosial. 15
Dalam penelitian skripsi ini penulis menggunakan definisi konsep sebagai
berikut:
1. Pemimpin adalah seseorang yang mempunyai keahlian memimpin,
mempunyai kemampuan mempengaruhi pendirian/pendapat orang atau
sekelompok orang. Seorang pemimpin juga seseorang yang aktif membuat
rencana-rencana, mengkoordinasi, melakukan percobaan dan memimpin
pekerjaan untuk mencapai tujuan bersama.
2. Kepemimpinan adalah kemampuan, proses atau fungsi pada umumnya
untuk mempengaruhi orang-orang agar berbuat sesuatu dalam rangka
mencapai tujuan tertentu.

15

Masri Singarimbun dan Sutian Effendi, Metode Penelitian Survei, Jakarta, LP3ES, 1995,
hal.33.

Universitas Sumatera Utara

I.6.5. Sistematika Penulisan


Bab I

: Pendahuluan
Yang menjelaskan berupa latar belakang masalah, perumusan
masalah,

tujuan dan manfaat penelitian, tinjauan pustaka serta

metodologi penelitian
Bab II

: Sosok BJ Habibie

Bab III

: Kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden RI ke-3, Gaya


kepemimpinan BJ Habibie sebagai Presiden RI ke-3

Bab IV

: Penutup
Berisi kesimpulan dan Saran

Universitas Sumatera Utara

Anda mungkin juga menyukai