Isi
Isi
Latar Belakang
Pendididikan dan kesehatan merupakan tujuan dari pembangunan yang
mendasar. Kesehatan merupakan kesejahteraan, sedangkan pendidikan merupakan hal
yang pokok untuk menggapai kehiduapan yang memuaskan dan berharga, keduanya
merupakan hal yang penting unuk membentuk kapabilias manusia yang lebih luas
yang berada pada inti makna pembangunan. Pembangunan kesehatan merupakan
upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang,
agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud (Depkes RI, 2009),
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. PHBS di sekolah
adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah
agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara
mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan
aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
Indikator PHBS di sekolah salah satunya adalah mencuci tangan dengan air
bersih mengalir dan sabun. Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005). Mencuci
tangan dengan air saja tidak cukup, dibutuhkan sabun untuk menghilangkan kuman
yang tidak tampak seperti minyak,lemak,kotoran di permukaan kulit, serta
menimbulkan wangi (kemenkes RI,2010)
1
Perilaku cuci tangan yang benar adalah cuci tanga pakai sabun (CTPS)
(panduan HTCPS 2012) dan cuci tangan enam langkah sesuai standar WHO
(keterampilan keperawatan paket 1). WHO mengeluarkan panduan mencuci tangan
yang dapat kita ikuti untuk mendapatkan hasil yang optimal dari mencuci tangan
(Soetomenggolo, 2012). The center for disease control (CDC) dan Public health
center mencatat paling sedikit 1-15 detik akan memusnahkan mikroorganisme
transien paling banyak dari kulit menurut Garner dan Favero(1986 dikutip dari Potter
& Perry,2005). Penelitian terbaru dalam Journal of Environmental Research and
Public Health menemukan, saat seseorang mencuci tangannya dengan sabun dan air
menghilangkan 92% organisme (penyebab penyakit infeksi) di tangan. Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS) merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah
dapat mencegah penyebaran penyakit-penyakit menular seperti kecacingan, diare,
ISPA dan Flu Burung, bahkan disarankan untuk mencegah penularan virus H1N1
(Buku Panduan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) tahun 2012).
Di sini jelas cuci tangan adalah hal yang sangat penting untuk menjaga
kesehatan kita seutuhnya. Namun fenomena yang ada dalam masyarakat belum
mengaplikasikan kebiasaan mencuci tangan dengan benar dalan kehidupan seharihari. Masyarakat hanya mencuci tangan sekedarnya dan ala kadarnya. Penelitian
Afrina (2009)
WHO
untuk
kehidupan
anak
selanjutnya,
termasuk
perilaku
kesehatan
(Notoatmodjo, 2010). Peserta didik dengan umur 6-12 tahun merupakan kelompok
usia sekolah dasar (Wong,2009). Pembentukan perilaku kesehatan pada umur tersebut
2
menginjak usia
dewasa. Murid Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau setara dengan murid Sekolah Dasar
(SD) adalah sumberdaya manusia yang kelak akan menjadi generasi penerus
perjuangan bangsa.
Untuk itu disini penulis ingin memberikan gagasan yang strategis dan solutif
untuk meningkatkan pendidikan PHBS kepada anak sekolah. Dalam hal ini dapat
memaksimalkan mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes),
dengan penambahan satu buah kompetensi dasar yang berisikan pendidikan kesehatan
tentang berupa praktik cuci tangan pakai sabun dan teknik cuci tangan yang benar
sesuai Standar WHO. Metode yang digunakan adalah metode bernyanyi, menari
(senam),poster,multimedia dan demonstrasi peragaan. Metode ini adalah metode yang
paling disukai oleh anak-anak di
adalah
1. Inovasi dalam mensukseskan gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan teknik
cuci tangan enam benar standar WHO di kalangan anak sekolah
2. Meningkatkan pengetahuan dan menanamkan kesadaran perilaku hidup bersih
sehari-hari.
3. Memberikan metode pembelajaran dengan mengunakan metode yang menarik
dan menyenangkan, sehingga benar-benar akan diimplementasikan.
Manfaat penulisan ;
dapat
bahwa ternyata dari 27 responden (100%) tidak melakukan praktik cuci tangan
tersebut dengan benar. Menurut standard Depkes mengungkapkan bahwa ternyata
dari 27 responden (100%) tidak melakukan praktik cuci tangan tersebut sesuai
standar. Hal ini disebabkan karena responden tidak melakukan langkah-langkah
praktik cuci tangan secara urut dan benar, sebanyak 25 responden (92,6%) positif
terdapat bakteri Staphylococcus sp pada tangannya. Sebanyak 22 responden (88,0%)
yang telapak tangannya mengandung bakteri jenis Staphylococcus albus dan
sebanyak 3 responden (12,0%) pada telapak tangannya mengandung jenis bakteri
patogen yaitu Staphylococcus aureus. Fenomena tersebut menunjukan rendahnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat
terutama dalam tindakan cuci tangan. Padahal cuci tangan yang benar merupakan
perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran
penyakit-penyakit menular seperti kecacingan, diare, ISPA dan Flu Burung, bahkan
disarankan untuk mencegah penularan virus H1N1 (Buku Panduan Hari Cuci Tangan
Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) tahun 2012).
tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif
dibandingkan dengan hasil intervensi kesehatan dengan cara lainnya.
Solusi terdahulu
Solusi yang pernah ada dalam mensuksekan cuci tangan dengan benar ini
adalah penyuluhan yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu dengan mendia pamphlet
dan leaflet. Hanya saja upaya tersebut hanya masih sebatas tugas kuliah, pengabdian
masyarakat, serta penelitian dalam rangka pembuatan skripsi dan belum terealisasi
secara intensif. Jika dari pemerintah dilakukan perlombaan cuci tangan yang hanya
dilakukan sekali setahun dalam rangka merayakah Hari Cuci Tangan Pakai Sabun
(HTCPS).
Prediksi hasil
Program Kretivitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ini memberikan suatu inovasi
dalam pemberian pembelajaran cara cuci tangan dengan benar yang di intervensi
melalui suatu kompetensi dasar yang baru melalui mata pelajaran Penjaskes pada
anak SD.
Dari penelitian zil fadillah 2012,efektifitas pendidikan kesehatan melalui
metode bernyanyi dan media gambar terhadap cuci tangan yang benar pada siswa
kelas III SD negeri 33 kalumbuk dan sd negeri 28 korong gadang tahun 2012
menyebutkan terdapat pengaruh yang bermakna pemberian pendidikan kesehatan
melalui metode bernyanyi dan media gambar dengan tindakan sisiwa mencuci tangan
yang benar.
Menurut Honig, dalam Murdiono (2011) menyatakan bahwa bernyanyi
memiliki banyak manfaat dalam praktik pembelajaran anak, pengembangan pribadi
secara luas. Sebab bernyanyi dapat: menyenangkan, menghilangkan kecemasan,
rasa
humor,
mengembangkan
keterampilan
berpikir
dan
mengajarkan langkah-langkah cuci tangan yang benar dan dikuti oleh gerakan tubuh
sesuai music lagu tersebut sehingga akan menambah semanagat pada anak. Dengan
gerakan tersebut anak dapat menghayati makna dari dari setiap kata yang terdapat
dalam lirik lagu tersebut dan dapat menerapkan pesan-pesan yang disampaikan.
Meode pembelajaran selanjutnya menggunakan multimedia terdiri dari
kombinasi atau gambaran teks, gambar, grafik, suara dan video. Istilah multimedia
didiskripsikan sebagai penerapan untuk gambar. Multimedia yang digunakan kali ini
yang menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan
teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video mengenai praktik cuci tangan yang
benar. Dalam hal ini dapat meningkatkan daya Tarik, perhatian, dan minat siswa
untuk belajar. Siswa menjadi mengerti secara jelas jalanya proses cuci tangan yang
benar. Metode demonstarsi ataupun penggunaan multimerisnadia pembelajaran dirasa
tepat bila melihat sasaran pendidikan kesehatan yaitu siswa sekolah dasar yang
berumur 6-12 tahun. Notoatmodjo (2007) mengatakan menurut penelitian para ahli,
indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan kedalam otak adalah mata.
Kurang lebih 75% sampai 87% dari penegtahuan manusia diperoleh/disalurkan
melalui mata. Sedangkan 13-25%lainnya tarsalur melalui indra yang lain.
diikuti
merupakan
merupakan
penggunaan
teknik
visual,
fantasi
(mempraktekkan
gerak),
pembelajaran
multisensoris
(audiovisual
kinestetik), dan musik. Hasilnya tentu saja akan lebih optimal membuat siswa
menghafalkan 6 langkah cuci tangan dari WHO. Dengan demikian semoga dengan
inovasi ini akan membuat siswa tertarik untuk menerapkan perilaku hidup bersihdan
mempunyai ketsadaran untuk melakukan cuci tangan setiap hari dimanapun berada.
Dan siswa akan senantiasa cuci tangan setiap melakukan kegiatan seperti sebelum
dan sesudah makan, sesudah dari buang air atau ke toilet, setelah bermain,setelah
bersin, batuk, membuang ingus, setelah bepergian, setelah memegang hewan
peliharaan dan lain lain.
Pihak-pihak yang terkait
Peran beberapa pihak sangat diperlukan guna terlaksananya program ini,
antara lain pemerintah, dinas kesehatan, dinas pendidikan, pihak sekolah, guru, orang
tua dan masyarakat. Pemerintah diharapkan dapat ikut serta dalam memfasilitasi
pelaksanaan metode-metode pembelajaran dan penyedia media kesekolah-sekolah..
Bekerja secara sinergis antara Dinas pendidikan dan dinas Kesehatan untuk
memberikan dukungan kebijakan dalam pengimplementasian program ini, dan
sebagai upaya dalam penambahahan kompetensi dasar mata pelajaran penjaskes.
Pihak sekolah berperan sebagai penyelenggara dan pendukung program ini. Orang tua
dan masyarakat diharapkan juga dapat membantu proses pembelajaran ini di luar
sekolah.
Langkah strategis
9
10
lain. Semua ini dapat tidak akan terealisasi jika hanya diharapkan penyuluhan dari
puskesmas ataupun mahasiswa yang pelaksanaanya tidak rutin dan intensif.
Teknik implementasi yang dilakukan adalah mengadvokasi pemerintah
khususnya dinas pendidikan untuk memasukkan teknik cuci tangan yang
benarsebagai satu buah kompetensi dasar dalam mata pelajaran Penjaskes. Dinas
kesehatan dan pikah sekolah diharapkan untuk dapat mensukseskan program ini.
Prediksi hasil
Apabila terlaksana dengan baik, diharapkan cara ini dapat membantu
pemerintah dalam mengajak anak bangasa untuk dapat mempunyai prilaku hidup
bersih dalam kesehariannya . Dengan metode-metode pembelajaran yang disukai oleh
anak-anak selanjutnya akan dapat meningkatkan sikap kritis dan kreativitas siswa.
Dampak positif dari program ini adalah pengembangan kreativitas, kognitif, Bahasa,
dan pengembangan nilai sikap dan perilaku pada anak. Siswa menjadi terbiasa hidup
bersih, dan terbiasa untuk melakukan teknik cuci tangan yang benar. Siswa akan
menganggap bahwa cuci tangan itu tdak sulit, tetapi menyenangkan. Dengan
demikian jika Gagasan ini dapat di laksanakan dengan baik maka kita dapat
menciptakan lingkungan sekolah sebagai Kawasan Rutin Cuci Tangan dengan
Benar. Sehingga hasil akhir dari gagasan ini adalah meningkatkan taraf kesehatan
anak bangsa, yang mana pembangunan Millenium (MDGs) untuk menurunkan 2/3
kasus kematian anak pada tahun 2015 yang akan datang pun akan terealisasi.
DAFTAR PUSTAKA
11
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan R.I. 2009. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009. Tentang Kesehatan, (online) http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/UU36- 2009
Kesehatan.pdf (diakses 1 maret 2014).
pembelajaran-pdf-d33787829
SUSISTI,m (2008) Keterampilan Keperawatan Dasar Paket 1. Jakarta: Erlangga
Umar Z. Perilaku cuci tangan sebelum makan dan kecacingan pada murid SD di Kabupaten
Pesisir Selatan Sumatera. Kesmas. J Kesehatan Masyarakat Nasional. 2008;2(6):249-54.
WHO. WHO guidelines on hand hygiene in health care. 2009.
12
13