Anda di halaman 1dari 13

PENDAHULUAN

Latar Belakang
Pendididikan dan kesehatan merupakan tujuan dari pembangunan yang
mendasar. Kesehatan merupakan kesejahteraan, sedangkan pendidikan merupakan hal
yang pokok untuk menggapai kehiduapan yang memuaskan dan berharga, keduanya
merupakan hal yang penting unuk membentuk kapabilias manusia yang lebih luas
yang berada pada inti makna pembangunan. Pembangunan kesehatan merupakan
upaya yang dilaksanakan oleh semua komponen bangsa yang bertujuan untuk
meningkatkan kesadaran, kemauan dan kemampuan hidup sehat bagi setiap orang,
agar peningkatan derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-tingginya dapat
terwujud (Depkes RI, 2009),
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) adalah sekumpulan perilaku yang
dipraktikkan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan
individu/kelompok dapat menolong dirinya sendiri dalam bidang kesehatan dan
berperan aktif dalam mewujudkan derajat kesehatan masyarakat. PHBS di sekolah
adalah upaya untuk memperdayakan siswa, guru, dan masyarakat lingkungan sekolah
agar tahu, mau, dan mampu mempraktikkan PHBS dan berperan aktif dalam
mewujudkan sekolah sehat. Perilaku hidup bersih dan sehat juga merupakan
sekumpulan perilaku yang dipraktikkan oleh peserta didik, guru, dan masyarakat
lingkungan sekolah atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran, sehingga secara
mandiri mampu mencegah penyakit, meningkatkan kesehatannya , serta berperan
aktif dalam mewujudkan lingkungan sehat (Depkes RI, 2007).
Indikator PHBS di sekolah salah satunya adalah mencuci tangan dengan air
bersih mengalir dan sabun. Mencuci tangan merupakan teknik dasar yang paling
penting dalam pencegahan dan pengontrolan infeksi (Potter & Perry, 2005). Mencuci
tangan dengan air saja tidak cukup, dibutuhkan sabun untuk menghilangkan kuman
yang tidak tampak seperti minyak,lemak,kotoran di permukaan kulit, serta
menimbulkan wangi (kemenkes RI,2010)
1

Perilaku cuci tangan yang benar adalah cuci tanga pakai sabun (CTPS)
(panduan HTCPS 2012) dan cuci tangan enam langkah sesuai standar WHO
(keterampilan keperawatan paket 1). WHO mengeluarkan panduan mencuci tangan
yang dapat kita ikuti untuk mendapatkan hasil yang optimal dari mencuci tangan
(Soetomenggolo, 2012). The center for disease control (CDC) dan Public health
center mencatat paling sedikit 1-15 detik akan memusnahkan mikroorganisme
transien paling banyak dari kulit menurut Garner dan Favero(1986 dikutip dari Potter
& Perry,2005). Penelitian terbaru dalam Journal of Environmental Research and
Public Health menemukan, saat seseorang mencuci tangannya dengan sabun dan air
menghilangkan 92% organisme (penyebab penyakit infeksi) di tangan. Cuci Tangan
Pakai Sabun (CTPS) merupakan perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah
dapat mencegah penyebaran penyakit-penyakit menular seperti kecacingan, diare,
ISPA dan Flu Burung, bahkan disarankan untuk mencegah penularan virus H1N1
(Buku Panduan Hari Cuci Tangan Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) tahun 2012).
Di sini jelas cuci tangan adalah hal yang sangat penting untuk menjaga
kesehatan kita seutuhnya. Namun fenomena yang ada dalam masyarakat belum
mengaplikasikan kebiasaan mencuci tangan dengan benar dalan kehidupan seharihari. Masyarakat hanya mencuci tangan sekedarnya dan ala kadarnya. Penelitian
Afrina (2009)

mengenai praktik cuci tangan menurut standard

WHO

mengungkapkan bahwa ternyata dari 27 responden (100%) tidak melakukan praktik


cuci tangan tersebut dengan benar
Institusi pendidikan dipandang sebagai sebuah tempat yang strategis untuk
mempromosikan kesehatan, sekolah juga merupakan institusi yang efektif untuk
mewujudkan pendidikan kesehatan, dimana peserta didik dapat diajarkan tentang
maksud perilaku sehat dan tidak sehat serta konsekuensinya (Sarafino, 2004).
Sekolah adalah sebagai perpanjangan tangan keluarga dalam meletakkan dasar
perilaku

untuk

kehidupan

anak

selanjutnya,

termasuk

perilaku

kesehatan

(Notoatmodjo, 2010). Peserta didik dengan umur 6-12 tahun merupakan kelompok
usia sekolah dasar (Wong,2009). Pembentukan perilaku kesehatan pada umur tersebut
2

pendidikan lebih mudah pelaksanaannya daripada setelah anak

menginjak usia

dewasa. Murid Madrasah Ibtidaiyah (MI) atau setara dengan murid Sekolah Dasar
(SD) adalah sumberdaya manusia yang kelak akan menjadi generasi penerus
perjuangan bangsa.
Untuk itu disini penulis ingin memberikan gagasan yang strategis dan solutif
untuk meningkatkan pendidikan PHBS kepada anak sekolah. Dalam hal ini dapat
memaksimalkan mata pelajaran pendidikan jasmani dan kesehatan (penjaskes),
dengan penambahan satu buah kompetensi dasar yang berisikan pendidikan kesehatan
tentang berupa praktik cuci tangan pakai sabun dan teknik cuci tangan yang benar
sesuai Standar WHO. Metode yang digunakan adalah metode bernyanyi, menari
(senam),poster,multimedia dan demonstrasi peragaan. Metode ini adalah metode yang
paling disukai oleh anak-anak di

sekolah dasar karena dapat membuar rasa

aman,nyaman, senang, riang dan gembira. Sehingga, anak-anak dapat berpartisipasi


aktif dalam mengikuti pembelajaran, merangsang kreatifitas, dan mengembangkan
kemampuan motoric. Jika program ini dapat berjalan dengan baik maka akan
meningkatkan taraf kesehatan anak bangsa, sehingga pembangunan Millenium
(MDGs) untuk menurunkan 2/3 kasus kematian anak pada tahun 2015 yang akan
datang pun akan terealisasi.
Tujuan dan manfaat
Tujuan penyusunan gagasan

adalah

1. Inovasi dalam mensukseskan gerakan cuci tangan pakai sabun (CTPS) dan teknik
cuci tangan enam benar standar WHO di kalangan anak sekolah
2. Meningkatkan pengetahuan dan menanamkan kesadaran perilaku hidup bersih
sehari-hari.
3. Memberikan metode pembelajaran dengan mengunakan metode yang menarik
dan menyenangkan, sehingga benar-benar akan diimplementasikan.
Manfaat penulisan ;

Manfaat gagasan ini bagi masyarakat adalah Menambah pengetahuan anak-anak


mengenai pentingnya perilaku cuci tangan dengan benar dalam keseharian untuk
meningkatkan perilaku hidup bersih, sehingga akan meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat. Manfaat bagi sekolah itu sendiri adalah sebagai alternative penanganan
masalah PHBS di lingkungan sekolah dan solusi cerdas dan kreatif dalam mencapai
pembelajaran

pendidikan kesehatan. Dan bagi pemerintah yaitunya

dapat

mensukseskan dalam pengimplementasian program kesehatan untuk menuju visi


Indonesia Sehat 2015.
GAGASAN
Kondisi terkini
Dari hasil riset kesehatan dasar (RISKESDAS) depkes tahun 2013, rerata
proporsi perilaku cuci tangan secara benar hanya (45,0%). Hasil penelitian Afrina
(2009)

mengenai praktik cuci tangan menurut standard WHO mengungkapkan

bahwa ternyata dari 27 responden (100%) tidak melakukan praktik cuci tangan
tersebut dengan benar. Menurut standard Depkes mengungkapkan bahwa ternyata
dari 27 responden (100%) tidak melakukan praktik cuci tangan tersebut sesuai
standar. Hal ini disebabkan karena responden tidak melakukan langkah-langkah
praktik cuci tangan secara urut dan benar, sebanyak 25 responden (92,6%) positif
terdapat bakteri Staphylococcus sp pada tangannya. Sebanyak 22 responden (88,0%)
yang telapak tangannya mengandung bakteri jenis Staphylococcus albus dan
sebanyak 3 responden (12,0%) pada telapak tangannya mengandung jenis bakteri
patogen yaitu Staphylococcus aureus. Fenomena tersebut menunjukan rendahnya
pengetahuan dan kesadaran masyarakat dalam perilaku hidup bersih dan sehat
terutama dalam tindakan cuci tangan. Padahal cuci tangan yang benar merupakan
perilaku sehat yang telah terbukti secara ilmiah dapat mencegah penyebaran
penyakit-penyakit menular seperti kecacingan, diare, ISPA dan Flu Burung, bahkan
disarankan untuk mencegah penularan virus H1N1 (Buku Panduan Hari Cuci Tangan
Pakai Sabun Sedunia (HCTPS) tahun 2012).

RISKESDAS tahun 2013 menunjukan penderita ISPA 25 %, diare 7% dengan


responden. Hasil survei kecacingan oleh Ditjen Pengendalian Penyakit dan
Penyehatan Lingkungan (P2PL) Departemen Kesehatan tahun 2009 menyebutkan
31,8 persen siswa sekolah dasar mengalami kecacingan. Data Dinas Kesehatan
(DinKes) Kota Padang tahun 2011, mengatakan penyakit diare termasuk sepuluh
penyakit terbanyak di kota Padang. Data menunjukkan bahwa di antara 20 puskesmas
yang ada, penyakit diare terbanyak didapatkan di puskesmas Lubuk Buaya, yaitu
pada kelompok usia >5 tahun sebesar 943 (8,09%) kasus, kelompok usia 1-4 tahun
sebesar 493 (4.23%) kasus (DinKes Padang, 2010). Studi pendahuluan pada
penelitian
Studi Komparasi Pendidikan Kesehatan Multimedia Pembelajaran Dan Metode
Demonstrasi Terhadap Tindakan Mencuci Tangan Pakai Sabun Pada Siswa Kelas V
Sd Negeri 20 Dadok Tunggul Hitam Dan Sd Negeri 23 Pasir Sebelah Padang Tahun
2012" oleh intan tahun 2012, dilakukan ke enam sekolah dasar negeri (SDN) pada
tanggal 29 Februari 2012 yang berada di kawasan wilayah kerja puskesmas Lubuk
Buaya yang memiliki sanitasi lingkungan kurang bersih dengan cara menyebarkan
kuesioner. Pada SDN 20 Dadok Tunggul Hitam didapatkan penyakit diare sebanyak
25 kasus (13,73%) dan penyakit cacingan sebanyak 20 kasus (10,98%). Sekolah ini
menempati urutan kedua yang mengalami penyakit diare dan cacingan terbanyak
setelah SDN 23 Pasir Sebelah, yaitu didapatkan penyakit diare sebanyak 87 kasus
(44,84%) dan penyakit cacingan sebanyak 60 kasus (30,92%). Hasil wawancara
dengan Kepala Sekolah SDN 20 Dadok Tunggul Hitam dan SDN 23 Pasir Sebelah
Padang pada tanggal 20 Februari 2012 didapatkan bahwa informasi mengenai
perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS) khususnya materi pelajaran tentang CTPS
yang diperoleh siswa-siswi di sekolah belum maksimal. Informasi yang diperoleh dari
guru hanya sebatas menyuruh siswa untuk mencuci tangan, misalnya setelah
pelajaran olahraga tangan jadi kotor karena bermain di halaman sekolah. Program
dari puskesmas belum ada penyuluhan perihal cuci tangan pakai sabun di sekolah
tersebut. Ini membuktikan materi pelajaran cuci tangan pakai sabun (CTPS) yang
diperoleh siswa-siswi d7i sekolah belum maksimal.
5

Kurangnya pendidikan kesehatan di sekolah menyebabkan anak-anak tidak


terbiasa cuci tangan dalam kehidupan sehari-hari, terlebih dari orang tua di rumah
pun jarang dalam memberikan pendidikan kesehatan pada anak. Sehingga kesadaran
hidup bersih pada Anak-anak

tidak tertanan dalam dirinya. Padahal Perilaku cuci

tangan pakai sabun merupakan intervensi kesehatan yang paling murah dan efektif
dibandingkan dengan hasil intervensi kesehatan dengan cara lainnya.
Solusi terdahulu
Solusi yang pernah ada dalam mensuksekan cuci tangan dengan benar ini
adalah penyuluhan yang dilakukan oleh mahasiswa yaitu dengan mendia pamphlet
dan leaflet. Hanya saja upaya tersebut hanya masih sebatas tugas kuliah, pengabdian
masyarakat, serta penelitian dalam rangka pembuatan skripsi dan belum terealisasi
secara intensif. Jika dari pemerintah dilakukan perlombaan cuci tangan yang hanya
dilakukan sekali setahun dalam rangka merayakah Hari Cuci Tangan Pakai Sabun
(HTCPS).
Prediksi hasil
Program Kretivitas Mahasiswa Gagasan Tertulis ini memberikan suatu inovasi
dalam pemberian pembelajaran cara cuci tangan dengan benar yang di intervensi
melalui suatu kompetensi dasar yang baru melalui mata pelajaran Penjaskes pada
anak SD.
Dari penelitian zil fadillah 2012,efektifitas pendidikan kesehatan melalui
metode bernyanyi dan media gambar terhadap cuci tangan yang benar pada siswa
kelas III SD negeri 33 kalumbuk dan sd negeri 28 korong gadang tahun 2012
menyebutkan terdapat pengaruh yang bermakna pemberian pendidikan kesehatan
melalui metode bernyanyi dan media gambar dengan tindakan sisiwa mencuci tangan
yang benar.
Menurut Honig, dalam Murdiono (2011) menyatakan bahwa bernyanyi
memiliki banyak manfaat dalam praktik pembelajaran anak, pengembangan pribadi
secara luas. Sebab bernyanyi dapat: menyenangkan, menghilangkan kecemasan,

mengungkapkan ekspresi,membantu rasa percaya diri,membantu daya ingat anak,


mengembangkan

rasa

humor,

mengembangkan

keterampilan

berpikir

dan

kemampuan motoric anak. Bernyanyi juga bermanfaat untuk menimbulkan motivasi


yang tinggi pada anak serta mampu meningkatkan daya focus yang optimal.
Melalui bernyanyi pesan-pesan yang mengandung unsur pendidikan dapat
disampaikan dan anak menjadi senang serta serta lebih mudah memahami materi ajar
yang disampaikan. Penelitian di Northrumbia University dan Youth music
mengungkapkan aktivitas bernyanyi aktivitas bernyanyi juga dapat meningkatkan
kemampuan menghafal kata da kalimat pada anak-anak.
Nyanyian akan disertai dengan gerakan yang dibuat dalam bentuk tarian atau
senam dimana akan

mengikuti makna dari lagu tersebut. Gerakan tangan

mengajarkan langkah-langkah cuci tangan yang benar dan dikuti oleh gerakan tubuh
sesuai music lagu tersebut sehingga akan menambah semanagat pada anak. Dengan
gerakan tersebut anak dapat menghayati makna dari dari setiap kata yang terdapat
dalam lirik lagu tersebut dan dapat menerapkan pesan-pesan yang disampaikan.
Meode pembelajaran selanjutnya menggunakan multimedia terdiri dari
kombinasi atau gambaran teks, gambar, grafik, suara dan video. Istilah multimedia
didiskripsikan sebagai penerapan untuk gambar. Multimedia yang digunakan kali ini
yang menciptakan presentasi yang dinamis dan interaktif yang mengkombinasikan
teks, grafik, animasi, audio, dan gambar video mengenai praktik cuci tangan yang
benar. Dalam hal ini dapat meningkatkan daya Tarik, perhatian, dan minat siswa
untuk belajar. Siswa menjadi mengerti secara jelas jalanya proses cuci tangan yang
benar. Metode demonstarsi ataupun penggunaan multimerisnadia pembelajaran dirasa
tepat bila melihat sasaran pendidikan kesehatan yaitu siswa sekolah dasar yang
berumur 6-12 tahun. Notoatmodjo (2007) mengatakan menurut penelitian para ahli,
indra yang paling banyak menyalurkan pengetahuan kedalam otak adalah mata.
Kurang lebih 75% sampai 87% dari penegtahuan manusia diperoleh/disalurkan
melalui mata. Sedangkan 13-25%lainnya tarsalur melalui indra yang lain.

Metode simulasi merupakan metode yang dilakukan dengan praktik langsung


dalam situasi yang sebenarnya. Simulasi diawali dengan demonstrasi oleh guru dan
selanjutnya di praktikan langsung oleh siswa. Guru dalam ahal ini penting sekali
untuk dapat memperhatikan siswanya apakah sudah benar atau belum.
Penelitian yang dilakukan intan tahun 2012 tentang, Studi komparasi
pendidikan kesehatan multimedia Pembelajaran dan metode demonstrasi terhadap
Tindakan mencuci tangan pakai sabun pada siswa Kelas v sd negeri 20 dadok tunggul
hitam dan Sd negeri 23 pasir sebelah padang tahun 2012, menyebutkan didapatkan
pengaruh pendidikan kesehatan terhadap perubahan tindakan siswa mencuci tangan
pakai sabun.
Metode gambar dapat dilakukan dengan menggunakan poster-poster yang
akan di temple di kelas, toilet, kantin dan ruangan-ruangan lainnya yang sering
dikunjungi oleh siswa. Dengan gambar

kita dapat menyampaikan pesan yang

dituangkan dalm bentuk simbol-simbol komunikasi visual.selain itu dengan media


gambar kita dapat memperjelah sajian ide, mengilustrasikan fakta dan akan menarik
perhatian. Secara umum fungsi media gamabar menurut basuki dan farida (2001)
Sutrisna (2008 diacu dalam Mardiya 2010) mengatakan bahwa tujuan
Penjaskes merupakan bagian integral dari pendidikan keseluruhan adalah untuk
mengembangkan aspek kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir
kritis, keterampilan social, penalaran, stabilitas, emosisonal, tindakan moral, aspek
pola hidup sehat dan pengenalan lingkungan bersih melalui aktivitas jasmani,
olahraga dan kesehatan terpilih yang direncanakan secara sistematis dalam rangka
mencapai tujuan pendidikan nasional. Jika selama ini Penjaskes yang diterapkan
hanya sebatas aktivitas fisik (olahraga) dan belum menyentuh pengetahuan tentang
penerapan perilaku hidup bersih. Oleh karena itu, kami memberikan gagasan untuk
menambah satu buah kurikulum pemebelajaran mengenai PHBS yang berfokus pada
cara cuci tangan yang benar. Dimana proses pembelajaran dilakukan modifikasi
sedemikian rupa dengan cara menggunakan metode pembelajaran, bernnyanyi,
menari, senam, multimedia dan demonstrasi.

Pembelajaran biasa dilakukan dengan menerangkan kemudian mencontohkan


dan selanjutnya melakukan gerakannya bersama-sama. Pembelajaran seperti ini
disebut dengan metode audio, visual, kinestetik. Siswa akan berusaha mengahafal,
berlatih kemudiang mengulang-ulang. Lagu gerak cuci tangan dengan sabun dan air
dan juga posternya, merupakan salah satu pembelajaran dengan menggunakan otak
kanan selain otak kiri. Adanya poster berwarna, musik, lirik, dan juga gerakan yang
mudah

diikuti

merupakan

merupakan

penggunaan

teknik

visual,

fantasi

(membayangkan mencuci tangan), bahasa evoratif (bahasa berkesan), pengalaman


langsung

(mempraktekkan

gerak),

pembelajaran

multisensoris

(audiovisual

kinestetik), dan musik. Hasilnya tentu saja akan lebih optimal membuat siswa
menghafalkan 6 langkah cuci tangan dari WHO. Dengan demikian semoga dengan
inovasi ini akan membuat siswa tertarik untuk menerapkan perilaku hidup bersihdan
mempunyai ketsadaran untuk melakukan cuci tangan setiap hari dimanapun berada.
Dan siswa akan senantiasa cuci tangan setiap melakukan kegiatan seperti sebelum
dan sesudah makan, sesudah dari buang air atau ke toilet, setelah bermain,setelah
bersin, batuk, membuang ingus, setelah bepergian, setelah memegang hewan
peliharaan dan lain lain.
Pihak-pihak yang terkait
Peran beberapa pihak sangat diperlukan guna terlaksananya program ini,
antara lain pemerintah, dinas kesehatan, dinas pendidikan, pihak sekolah, guru, orang
tua dan masyarakat. Pemerintah diharapkan dapat ikut serta dalam memfasilitasi
pelaksanaan metode-metode pembelajaran dan penyedia media kesekolah-sekolah..
Bekerja secara sinergis antara Dinas pendidikan dan dinas Kesehatan untuk
memberikan dukungan kebijakan dalam pengimplementasian program ini, dan
sebagai upaya dalam penambahahan kompetensi dasar mata pelajaran penjaskes.
Pihak sekolah berperan sebagai penyelenggara dan pendukung program ini. Orang tua
dan masyarakat diharapkan juga dapat membantu proses pembelajaran ini di luar
sekolah.
Langkah strategis
9

Pemerintah memutuskan kebijakan untuk penambahan kompetensi dasar


teknik cuci tangan dalam mata pelajaran Penjaskes. Selanjutnya pemerintah
mendiskusikan dengan dinas pendidikan dan dinas kesehatan sub bab yang akan
diajarkan. Pemerintah juga memfasilitasi metode pembelajaran seperti metode
bernyanyi pemerintah memilih lagu dengan music dan lirik yang terbaik untuk
diajarkan. Metode tarian atau senam pemerintah juga akan memutuskan gerakangerakan yang tepat. Disini bertujuan agar ilmu yang diterima dari satu sekolah dengan
dsekolah lain sama. Metode multimedia, poster pun pemerintah juga harus
memfasiliasi itu semua, dapat dilakukan dengan cara lomba poster atau video
mengenai cuci tangan antar mahasiswa auatu umum. Di sini diharapkan pemerintah
dapat terus memperbarui atau menginovasi setiap metode tersebut tiap tahunnya.
Selanjutnya pihak sekolah pun akan menerapkan pembelajarn tersebut, para guruguru diharapakan dapat memiliki kreativitas dalam mengajarkanny kepada anak-anak.
Untuk hasil yang maksimal guru penjaskes akan diberikan pelatihan khusu dalam
menyiapkan kompetensi dasa ini. Pihak sekolah tidk lupa untuk selalu mengimgatkan
siswa nya untuk senantiasa mengaplikasikanny dalam kehidupan sehari-hari baik itu
dalam bentuk poster-poster yang ditempel pada setiap ruangan maupun para selau
mengingatkannya di dalam kelas.
KESIMPULAN
Gagasan yang diajukan
Penambahan satu buah kompetesi dasar dalam mata pelajaran Penjaskes di
sekolah dasar adalah upaya dalam mensukseskan gerakan Cuci tangan dengan benar.
Gagasan ini dilakukan dalam upaya pendidikan kesehatan pada anak-anak usia enam
sampai sepuluh tahun, dengan metode-metode pembelajaran yang menarik dalam
program ini maka anak-anak akan tumbuh kesadaran untuk berprilaku hidup bersih
dan selalu cuci tangan setiap melakukan kegiatan seperti sebelum dan sesudah
makan, sesudah dari buang air atau ke toilet, setelah bermain,setelah bersin, batuk,
membuang ingus, setelah bepergian, setelah memegang hewan peliharaan dan lain

10

lain. Semua ini dapat tidak akan terealisasi jika hanya diharapkan penyuluhan dari
puskesmas ataupun mahasiswa yang pelaksanaanya tidak rutin dan intensif.
Teknik implementasi yang dilakukan adalah mengadvokasi pemerintah
khususnya dinas pendidikan untuk memasukkan teknik cuci tangan yang
benarsebagai satu buah kompetensi dasar dalam mata pelajaran Penjaskes. Dinas
kesehatan dan pikah sekolah diharapkan untuk dapat mensukseskan program ini.
Prediksi hasil
Apabila terlaksana dengan baik, diharapkan cara ini dapat membantu
pemerintah dalam mengajak anak bangasa untuk dapat mempunyai prilaku hidup
bersih dalam kesehariannya . Dengan metode-metode pembelajaran yang disukai oleh
anak-anak selanjutnya akan dapat meningkatkan sikap kritis dan kreativitas siswa.
Dampak positif dari program ini adalah pengembangan kreativitas, kognitif, Bahasa,
dan pengembangan nilai sikap dan perilaku pada anak. Siswa menjadi terbiasa hidup
bersih, dan terbiasa untuk melakukan teknik cuci tangan yang benar. Siswa akan
menganggap bahwa cuci tangan itu tdak sulit, tetapi menyenangkan. Dengan
demikian jika Gagasan ini dapat di laksanakan dengan baik maka kita dapat
menciptakan lingkungan sekolah sebagai Kawasan Rutin Cuci Tangan dengan
Benar. Sehingga hasil akhir dari gagasan ini adalah meningkatkan taraf kesehatan
anak bangsa, yang mana pembangunan Millenium (MDGs) untuk menurunkan 2/3
kasus kematian anak pada tahun 2015 yang akan datang pun akan terealisasi.

DAFTAR PUSTAKA
11

DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan R.I. 2009. Undang- Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009. Tentang Kesehatan, (online) http://www.dikti.go.id/files/atur/sehat/UU36- 2009
Kesehatan.pdf (diakses 1 maret 2014).

Departemen Kesehatan RI.(2011). Cuci Tangan Pakai Sabun Dapat Mencegah


Berbagai Penyakit.From http://www.depkes.go.id. Diakses 5 maret 2014.
Dinas Kesehatan Kota Padang. (2010). Data 10 Penyakit Terbanyak Pada Balita Per
Puskesmas tahun 2010
Luthfianti. Faktor factor yang mempengaruhi kecacingan [Skripsi]. Depok: Fakultas
Kesehatan Mayarakat Universitas Indonesia; 2008.
Notoatmodjo,S (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: Rhineka Cipta
Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan Departemen Kesehatan RI. (2010).
Perilaku Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS) dapat Menurunkan Insiden Diare.
Potter & Perry .(2005). Buku ajar Fundamental Keperawatan: Konsep, Proses dan Praktik
(Edisi 4).Jakarta: EGC
PPTK TK dan PLB. (2010). Aplikasi Multimedia Dalam Desain Pembelajaran. Diakses
tanggal

11 Maret 2014 dari http://ebookbrowse.com/5- aplikasi multimedia-desain-

pembelajaran-pdf-d33787829
SUSISTI,m (2008) Keterampilan Keperawatan Dasar Paket 1. Jakarta: Erlangga
Umar Z. Perilaku cuci tangan sebelum makan dan kecacingan pada murid SD di Kabupaten
Pesisir Selatan Sumatera. Kesmas. J Kesehatan Masyarakat Nasional. 2008;2(6):249-54.
WHO. WHO guidelines on hand hygiene in health care. 2009.

12

13

Anda mungkin juga menyukai