Anda di halaman 1dari 43

ANATOMY DAN FISIOLOGI SYSTEM IMUN DAN HEMATOLOGI

ANATOMY DAN FISIOLOGI SYSTEM IMUN


DAN HEMATOLOGI
A. Anatomi dan Fisiology Sistem Imun
Sistem imun adalah serangkaian molekul, sel dan organ yang bekerja sama dalam
mempertahankan tubuh dari serangan luar yang dapat mengakibatkan penyakit, seperti
bakteri,jamur dan virus. Kesehatan tubuh bergantung pada kemampuan sistem imun untuk
mengenali dan menghancurkankan serangan ini. jadi kalo kelainan sistem imun berarti
kemampuan untuk mempertahankan kekebalan tubuh terganggu sehingga mudah diserang
penyakit. Sistem Imun (bahasa Inggris: immune system) adalah sistem pertahanan manusia
sebagai perlindungan terhadap infeksi dari makromolekul asing atau serangan organisme,
termasuk virus, bakteri, protozoa dan parasit. Sistem kekebalan juga berperan dalam
perlawanan terhadap protein tubuh dan molekul lain seperti yang terjadi pada autoimunitas,
dan melawan sel yang teraberasi menjadi tumor.
Sistem kekebalan atau sistem imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar
biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem
kekebalan bekerja dengan benar, sistem ini akan melindungi tubuh terhadap infeksi bakteri
dan virus, serta menghancurkan sel kanker dan zat asing lain dalam tubuh. Jika sistem
kekebalan melemah, kemampuannya melindungi tubuh juga berkurang, sehingga
menyebabkan patogen, termasuk virus yang menyebabkan demam dan flu, dapat berkembang
dalam tubuh. Sistem kekebalan juga memberikan pengawasan terhadap sel tumor, dan
terhambatnya sistem ini juga telah dilaporkan meningkatkan resiko terkena beberapa jenis
kanker.
1. Nodus Limfe
Dalam tubuh manusia ada semacam angkatan kepolisian dan organisasi intel kepolisian
yang tersebar di seluruh tubuh. Pada sistem ini terdapat juga kantor-kantor polisi dengan
polisi penjaga, yang juga dapat menyiapkan polisi baru jika diperlukan. Sistem ini adalah
sistem limfatik dan kantor-kantor polisi adalah nodus limfa. Polisi dalam sistem ini adalah
limfosit.
Sistem limfatik ini merupakan suatu keajaiban yang bekerja untuk kemanfaatan bagi
umat manusia. Sistem ini terdiri atas pembuluh limfa-tik yang terdifusi di seluruh tubuh,
nodus limfa yang terdapat di beberapa tempat tertentu pada pembuluh limfatik, limfosit yang

diproduksi oleh nodus limfa dan berpatroli di sepanjang pembuluh limfatik, serta cairan getah
bening tempat limfosit berenang di dalamnya, yang bersirkulasi dalam pembuluh limfatik.
Cara kerja sistem ini adalah sebagai berikut: Cairan getah bening dalam pembuluh limfatik
menyebar di seluruh tubuh dan berkontak dengan jaringan yang berada di sekitar pembuluh
limfatik kapiler. Cairan getah bening yang kembali ke pembuluh limfatik sesaat setelah
melaku-kan kontak ini membawa serta informasi mengenai jaringan tadi. Infor-masi ini
diteruskan ke nodus limfatik terdekat pada pembuluh limfatik. Jika pada jaringan mulai
merebak permusuhan, pengetahuan ini akan diteruskan ke nodus limfa melalui cairan getah
bening.
2. Lien (Limpa)
Anatomi Lien
Lien/ spleen/limfa merupakan organ RES (reticuloendothelial system) yang terletak di
cavum abdomen pada regio hipokondrium/ hipokondriaka sinistra. Lien terletak sepanjang
costa IX, X, dan XI sinistra dan ekstremitas inferiornya berjalan kedepan sampai sejauh linea
aksilaris media. Lien juga merupakan ogan intra peritonial.
Morfologi Lien
Lien mempunyai 2 facies, facies diaphragmatica yang berbentuk konvex dan facies viscelais
yang berbentuk lebih datar. Facies diaphragmatica lin berhadapan dengan diphragma dan
costa IX-XI sinistra. Sedangkan facies viceralis memiliki 3 facies, yaitu facies renalis yang
berhdapan dengan ren sinistra, facies gstric yang berhadapan dengan gaster, dan facies colica
yang berhadapan dengan flexura coli sinistra.
Vaskularisasi Lien
Lien di vaskularisasi oleh arteri renalis yang merupakan cabang dari truncus coeliacus / tripel
hallery bersama arteri hepatica communis dan arteri gastric sinistra.tripel hallery sendiri
merupakan cabang dari aorta abdominalis yang di cbangkan setinngi vertebra thoracal XII
vertebra lumbal I

Innervasi Lien
Lien diinervasi oleh persyarafan simpatis nervus sympaticus sngmen thoracal VI X dan
persarafan parasimpatisnya oleh nervus fagus.
Fisiologis Lien
Organ limfoid terbesar

Tempat pembentukan sel darah saat fetus


Tempat perombakan HB
Sewaktu janin limpa atau lien membentuk sel darah merah dan mungkin pada orang dewasa
juga masih mengerjakannya apabila fungsi sum-sum tulang rusak. Sel darah merah yang telah
rusak di pisahkan dari sirkulasi.Limpa juga menghasilkan limfosit yang berfungsi juga dalam
perlindungan terhadap penyakit dan mengasilkan zat-zat antibodi. Pada seluruh jaringan dan
organ-organ tubuh terdapat sel-sel tertentu yang dapat memakan (fagositose) benda- benda
asing dan bakteri atau virus. Mereka terutama berpusat dalam kelenjar limfe, lien, hati, dan
sum-sum tulang belakang. Sel-sel ini memiliki kemampuan besar untuk berkembng biak dan
bertalian dengan limfosit dan dengan organ-organ pembentuk darah yang bertugas dalam
perlindungan tubuh terhadap infeksi.
Lien atau limpa bukan organ yang sangat penting untuk melangsungkan kehidupan.dalam
beberapa keadaan nemi hemolitik, limpa diangkat melalu operasi splenoktomi dan hasil dari
tindakan ini ialah bahwa kerapuhan sel darah merah berkurang dan dapat memperingan
penyakit.
Pemeriksaan fisik Lien
Meliputi palpasi dan perkusi pada ndaerah abdomen.
Palpasi lien ; apabila lien mengalami pembesaran akan teraba pembesaran lien ke arah
caudomedioanerior. Oleh karena itu, palpasi lien dilakukan sepanjang garis schuffner, yaitu
garis yang terbentang dari spina ischiadica anterior superior (SIAS) dextra melewati
imbilicus smp ke arcus costae sinistra.
Perkusi lien ; untuk melakukan perkusi pada lien, kita dapat melakukan nya pada area traube
atau traubes space. Yaitu merupakan sebuah tempat yang terletak antara ICS(intercostae
space) terbawah pada linea aksilaris media. Normalnya akan terdengar suara timpani, lalu
kita menyuruh pasien menarik dalam dan ditahan, lalu kita lakukan perkusi kembali, apabila
tidak didapatkan splenomegali, maka akan terdengar bunyi timpani. Sedangkan bila di
dapatkan splenomegali akan terdengar bunyi redup/ pekak saat di perkusi.
3. Sumsum tulang
Sumsum tulang (bahasa Inggris: bone marrow, medulla ossea) adalah jaringan lunak yang
ditemukan pada rongga interior tulang yang merupakan tempat produksi sebagian besar sel
darah baru. Ada dua jenis sumsum tulang:

sumsum merah, dikenal juga sebagai jaringan myeloid. Sel darah merah, keping
darah, dan sebagian besar sel darah putih dihasilkan dari sumsum merah.

sumsum kuning. Sumsum kuning menghasilkan sel darah putih dan warnanya
ditimbulkan oleh sel-sel lemak yang banyak dikandungnya.

Kedua tipe sumsum tulang tersebut mengandung banyak pembuluh dan kapiler darah.
Sewaktu lahir, semua sumsum tulang adalah sumsum merah. Seiring dengan pertumbuhan,
semakin banyak yang berubah menjadi sumsum kuning. Orang dewasa memiliki rata-rata 2,6
kg sumsum tulang yang sekitar setengahnya adalah sumsum merah. Sumsum merah
ditemukan terutama pada tulang pipih seperti tulang pinggul, tulang dada, tengkorak, tulang
rusuk, tulang punggung, tulang belikat, dan pada bagian lunak di ujung tulang panjang femur
dan humerus. Sumsum kuning ditemukan pada rongga interior bagian tengah tulang panjang.
Pada keadaan sewaktu tubuh kehilangan darah yang sangat banyak, sumsum kuning dapat
diubah kembali menjadi sumsum merah untuk meningkatkan produksi sel darah.
4. Tymus
Pada masa kanak-kanak, tymus merupakan organ yang mengisi sebagian besar mediastinum
superius. Tymus terdiri dari jaringan lymphoid berbentuk agak gepeng, mempunyai 2 lobi
dan tampak berbenjol-benjol. Letaknya di belakang os sternum, tetapi pada bayi baru lahir,
dapat mencapai daerah leher melewati aperturthoracis superior sehingga terdapat di depan
pembuluh darah besar. Pada anak yang lebih besar dan pubertas, thymus akan mengecil. Pada
orang dewasa hamper tidak dapat ditemukan lagi kecuali sebagai nodulus kecil terbungkus
jaringan ikat jarang. Thymus mendapat darah dari arteria thyroidea inferior dan arteria
thoracica interna. Fungsi thymus adalah membentuk T-lymphocytes yg berhubungan dengan
proses imunologi
5. C i n c i n w a l d e y e r
Merupakan
jaringan

limfoid

yang

mengelilingi

faring.

B a g i a n terpentingnya adalah tonsil palatina dan tonsil faringeal (adenoid). Unsur


yang lain adalahtonsil lingual, gugus limfoid lateral faring dan kelenjar-kelenjar limfoid
yang tersebar dalamf o s a R o s e n m u l l e r , d i b a w a h m u k o s a d i n d i n g p o s t e r i o r
f a r i n g d a n d e k a t o r i f i s i u m t u b a eustachius.
6. GALT (Gutassosiated lymphoid tissue)

Sistem kekebalan saluran pencernaan yang sering disebut sebagai GALT (Gutassosiated
lymphoid tissue) dan bekerja untuk melindungi tubuh dari invasi. GALT adalah contoh dari
mukosa terkait jaringan limfoid .
Fungsi
Para saluran pencernaan merupakan komponen penting dari tubuh sistem kekebalan tubuh .
Bahkan, usus memiliki massa terbesar dari jaringan limfoid dalam tubuh manusia.

[1]

The

GALT terdiri dari beberapa jenis jaringan limfoid yang menyimpan sel-sel kekebalan tubuh,
seperti T dan limfosit B, yang melakukan serangan dan membela terhadap patogen .
Penelitian baru menunjukkan bahwa GALT mungkin terus menjadi situs utama HIV kegiatan,
bahkan jika terapi obat telah mengurangi jumlah HIV dalam darah perifer.
Komponen
Jaringan limfoid di usus terdiri dari sebagai berikut:

Tonsil (cincin Waldeyer s)

Adenoid (tonsil faring)

Peyer ini patch

Limfoid agregat dalam lampiran dan usus besar

Limfoid jaringan terakumulasi dengan usia di perut

Kecil limfoid agregat dalam esofagus

Difus didistribusikan sel limfoid dan sel plasma dalam lamina propria usus

7. BALT (bronchial-associated lymphoid tissue)


Bronkus-Associated limfoid Tissue (BALT) adalah struktur limfoid yang dapat ditemukan di
daerah peribronchial, perivaskular dan interstisial paru-paru. Pembentukannya dapat dipicu di
paru-paru tikus dan manusia dengan pertemuan dengan antigen, infeksi atau peradangan,
tetapi tidak biasanya hadir dalam paru-paru yang sehat dari spesies ini . BALT terdiri dari
agregat limfosit yang menonjol, sering ditandai oleh proliferasi sel B dan germinal center,

didukung oleh jaringan dendritik folikular sel pusat. Sel T dan sel dendritik Interfollicular
terletak di bawah epitel folikel terkait (FAE) dan terletak di sekitar daerah sel B . Konstituen
penting lainnya dari jaringan limfoid khusus adalah limfatik dan venula endotel tinggi
(HEVs) mengungkapkan vaskular seluler-molekul adhesi-1 (VCAM-1).
Telah dilaporkan bahwa struktur serupa terbentuk sebagai akibat langsung dari penyakit
infeksi pernapasan tertentu pada model hewan percobaan. Virus influenza memicu
pembentukan apa yang dikenal sebagai BALT inducible (iBALT) pada tikus kekurangan
organ limfoid konvensional. Disarankan bahwa iBALT mungkin memainkan peran penting
dalam perlindungan . Juga, paru-paru beberapa spesies hewan lain yang terinfeksi baik
secara alami atau eksperimental dengan sejumlah patogen bakteri dan virus daerah juga
dikembangkan dari folikel limfoid terorganisir -. Paru-paru pasien dengan komplikasi paru
sindrom Sjogren (SS) dan rheumatoid arthritis (RA) menunjukkan daerah daerah limfoid
terorganisir, juga disebut sebagai iBALT [34] . Meskipun memiliki peran penting dalam
modulasi respon inflamasi lokal pada tikus diinokulasi dengan Influenza (JRM komunikasi
pribadi), fungsi spesifik dari iBALT dalam infeksi dan kekebalan masih tetap kontroversial,
mengingat bahwa jaringan ini hanya berkembang sebagai konsekuensi dari penyakit menular
tertentu, tetapi bukan orang lain.
B. Anatomi dan Fisiologi Sistem Hematologi
HEMATOLOLOGI
Darah terdiri dari sel dan plasma darah. Sel darah terdiri dari sel darah merah (eritrosit),sel darah putih
(leukosit) dan trombosit (platelet)leukosit terdiri dari dua jenis yaitu polimorfonuklear (intinya banyak), yaitu
neutrophil,eosinophil, basophil. Lalu yang kedua mononuklear yang terdiri dari monosit/makropagdan
limfosit.Sel darah ini pada orang dewasadi produksi pada sum2 tulang panjang, seperti di pahaatau di lengan
atas.Lalu plasma darah, merupakan bagian yang cair dari darah terdiri atas air dan protein2darah sert faktor2
pembekuan darah.
Fisiologinya
eritrosit berfungsi mengikat oksigen untuk dibawa keseluruh tubuhleukosit sebagai imunitas tubuhtrombosit
untuk pembekuan darahnah...Pada hemofilia,, ada gangguan pada pembekuan darah..jadi harus tau
fisiologipembekuan darahpembekuan darahnormalnya saat seseorang mengalami pecah pembuluh darah
maka tubuh akanmelakukan sistempertahanan dengan membentuk gumpalan darah yang
berfungsimenutuppi pembuluh darah yang pecah tersebut sehigga tidak terjadi perdarahan lebihlanjut hal ini
dinamakan hemostasisada dua mekanismenya1. Hemostasis primer: respon tercepat saat terjadi pecah
pembuluh darah adalahmenempelnya trombosit pada pembuluh darah tersebut dan ini akan

mencegahkeluarnya darah dari pecahan tersebut,,namun trombosit ini hanya bersifat sementara,tidak dapat
bertahan lama,,,ia butuh tambahan pelekat berupa benang2 fibrin yangberfungsi sebagai pengikat antar
trombosit. Apabila benang2 fibrin tersebut tidakterbentuk maka sususnan trombosit itu akan pecah dan
peredaran kembali lagi.
Komponen Darah
1.

Eritrosit
S e l d a r a h m e r a h ( e r i t r o s i t ) Bentuk dan ukuran sel darah merah tergantung dari
jenis hewan. Padamamalia sel darah merahnya tidak mempunyai inti, bentuknya bulat
(kecuali padacamellidae bentuknya lonjong) dan bikonkaf. Sel darah merah pada
kebanyakanvertebrata yang lain mempunyai bentuk lonjong, berinti dan bikonfeks.Pada
umumnya sel darah merah yang tidak berinti mempunyai ukuranlebih kecil dibandingkan
dengan sel darah merah yang berinti. Sel darah merah yang ukurannya paling besar
terdapat pada hewan amfibia. (Eckert, 1978)Pada manusia sel darah merahnya mempunyai
ukuran sebagai berikut :d i a m e t e r r a t a - r a t a 7 , 5 m i k r o n , s e d a n g k a n t e b a l n y a
a d a l a h 1 m i k r o n d i b a g i a n tengah dan 2 mikron di bagian tepi, dan luas
permukaannya adalah 120 mikron.D u l u d i a n g g a p s e b a g a i s u a t u s e l y a n g
m a t i , k a r e n a t i d a k m e m p u n y a i i n t i d a n konsumsi O2 -nya sangat sedikit.
Tetapi

eritrosit

melakukan

proses

metabolismedan

juga

membutuhkan

O2meskipun sedikit. Karena alasan ini, dapat dianggap bahwa eritrosit merupakan
jenis khusus dari sel hidup. Agak sukar membedakansecara morfologi eritrosit manusia
dengan hewan mamalia yang lain. (Wulangi, 1993)
Menurut strukturnya eritrosit terdiri atas membran sel yang merupakandinding
sel. Substansi seperti spons yang disebut stroma dan hemoglobin yangmenempati
ruang-ruang kosong dari stroma. Analisa kimia membuktikan bahwa dinding
eritrosit terdiri terutama dari 2 macam substansi yaitu protein dan lipida.Kombinasi protein
dan lipida ini disebut lipo-protein. (Maskoeri, 1989)1.1Eritrosit pada manusiaErirosit
pada manusia berbentuk kepingan bikonkaf yang diratakan dandiberikan tekanan di bagian
tengahnya, dengan bentuk seperti barbelljika dilihatsecara melintang. Bentuk ini
(setelah nukei dan organelnya dihilangkan) akanmengoptimisasi sel dalam proses
perukaran oksigen dengan jaringan tubuh disekitarnya. Bentuk sel sangat
fleksibel sehingga muat ketika masuk ke dalam pembuluh kapiler yang kecil. Eritrosit
biasanya berbentuk bundar.Kepingan eritrosit manusia memiliki diameter sekitar 6-8
mikronmeter dan ketebalan 2 mikronmeter, lebih kecil daripada sel-sel lainnya

yang terdapat p a d a t u b u h m a n u s i a . E r i t r o s i t n o r m a l m e m i l i k i v o l u m e
s e k i t a r 9 f e m t o l i t e r. Sekitar sepertiga dari volume diisi oleh hemoglobin, total
dari 270 juta molekulhemoglobin, dimana setiap molekul membawa 4 gugus heme.
(Maskoeri, 1993)O r a n g d e w a s a m e m i l i k i 2 - 3 x 1 0 1 3 e r i t r o s i t s e t i a p w a k t u
(wanitam e m i l i k i 4 - 5 j u t a e r i t r o s i t p e r m i k r o l i t e r d a r a h d a n p r i a
m e m i l i k i 5 - 6 j u t a . Sedangkan orang yang tinggal di dataran tinggi yang memiliki
kadar oksigen yangr e n d a h m a k a c e n d e r u n g u n t u k m e m i l i k i s e l d a r a h m e r a h
y a n g l e b i h b a n y a k ) . Eritrosit terkandung di darah dalam jumlah yang tinggi
dibandingkan dengan partikel darah yang lain, seperti misalnya sel darah putih
yang hanya memilikisekitar 4000-11000 sel darah putih dan platelet yang hanya
memiliki

150000-400000

di

setiap

mikroliter

dalam

darah

manusia.

(Eckert,

1978)Morfologi sel darah merah yang normal adalah bikonkaf. Cekungan (konkaf)
pada eritrosit digunakan untuk memberikan ruang pada hemoglobin yangakan mengikat
oksigen
2. Leukosit
Sel

darah

putih

( l e u k o s i t ) Sel darah putih yang dikenal juga sebagai

leukosit terdapat di dalamdarah dan cairan limfa, tetapi sering juga terdapat di
cairan jaringan. Sel darah p u t i h y a n g t e r g o l o n g g r a n u l o s i t d i b u a t d i d a l a m
s u m s u m t u l a n g , s e d a n g k a n limfosit dan monosit dibuat di nodus limfatikus.
Sel darah putih berbeda dari sel darah merah dalam hal

bahwa

a d a beberapa ciri yang dimiliki oleh sel darah putih yaitu : mempunyai nukleus,
tidak m e n g a n d u n g h e m o g l o b i n , m e m p u n y a i u k u r a n y a n g r e l a t i v s l e b i h
b e s a r, d a n jumlahnya lebih sedikit dibandingkan dengan sel darah merah.
Kecuali ciri-ciritersebut masih ada beberapa sifat penting yang dimiliki oleh sel darah
putih yaitu p e r g e r a k a n n y a y a n g s e p e r t i a m o e b a . S e l d a r a h p u t i h d a p a t
bergerak dari satutempat ke tempat lain dengan cara menjulurkan
s i t o p l a s m a n y a k e a r a h y a n g dikehendaki. (Wulangi, 1993)
Sel darah putih dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu granulosit dan aranulosit : dari
kedua kelompok tersebut terdapat 5 jenis sel darah putih yangdapat dibedakan satu dengan
yang lainnya dari ukuran, bentuk, dan ada tidaknyagranula yang terdapat di
sitoplasmanya. Ciri-ciri granulosit adalah nukleusnya terdiri dari beberapa lobus
dan sitoplasmanya mengandung granula. Ada 3 jenis sel darah putih yang tergolong
granulosit yaitu neutrofil, eosinofil, dan basofil. Neutrofil mempunyai ciri-ciri seperti
nukleusnya terdiri dari 3 sampai5 l o b u s , s i t o p l a s m a n y a m e n g a n d u n g g r a n u l a

yang

halus,

ukurannya

berkisar antara

sampai

12

mikron

dan

j u m l a h n y a p a l i n g b a n y a k d i a n t a r a s e s a m a s e l darah putih yaitu antara 65


sampai 75% dari seluruh sel darah putih. (Maskoeri, 1989)
Eosinofil memiliki ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya terdiri dari 2 l o b u s ,
sitoplasmanya

mengandung

granula

yang

besar

dan

kasar,

ukurann ya berkisar antara 9 sampai 12 mikron dan jumlahnya antara 2


s a m p a i 1 2 % d a r i seluruh sel darah putih. (Eckert, 1978)
Basofil merupakan sel darah putih yang paling sedikit jumlahnya yaitusekitar 0,5% dan
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya relativ besar, t e t a p i b a t a s b a t a s l o b u s n y a t i d a k j e l a s d a n u k u r a n n y a r a t a - r a t a 1 0 m i k r o n . (Wulangi,
1993)
Dari namanya, agranulosit menunjukkan tidak memiliki granula disitoplasmanya
dan mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : dapat memperbanyak dengan jalan
mitosis dan mempunyai kemampuan untuk bergerak seperti amubad a n

dapat

menembus

putih

dinding

kapiler.

Ada

dua

jenis

sel

darah

y a n g tergolong agranulosit yaitu limfosit dan monosit.


Limfosit

mempunyai

ciri-ciri

seperti

nukleusnya

besar

dan

h a m p i r menempati sebagian besar dari sel, ukurannya antara 8 sampai 12


mikron dan jumlahnya berkisar antara 20 sampai 25% dari seluruh sel darah putih.Monosit
mempunyai ciri-ciri sebagai berikut : nukleusnya besar dan b e r b e n t u k s e p e r t i
s e p a t u k u d a , u k u r a n n y a a n t a r a 1 2 s a m p a i 1 5 m i k r o n d a n jumlahnya
berkisar antara 3 sampai 8% dari seluruh sel darah putih. (Wulangi, 1993)3 .
3. Trombosit
Trombosit

atau

disebut

juga

keping

darah

merupakan

sel

y a n g berbentuk agak bulat, tidak mengandung inti, tidak berwarna,


b e r a t j e n i s n y a rendah dan berukuran kecil dengan diameter antara 1 sampai 4
mikron. Volumes e t i a p t r o m b o s i t a n t a r a 7 s a m p a i 8 m i k r o n 3
dan jumlahnya bervariasai antara150000 sampai 400000 per mm, tetapi jumlahnya rataratanya adalah 250000 per mm . dinding trombosit bersifat sangat rapuh dan cenderung untuk
melekat pada permukaan kasar seperti pada pembuluh darah yang robek. Setelah
banyak

yangm e l e k a t

pada

permukaan

m e n g a l a m i a g l u t i n a s i . (Wulangi, 1993)

kasar,

trombosit

kemudian

Keseimbangan Sel-Sel Darah dan Transportasi Darah


Darah berada didalam pembuluh darah karena p e n g a r u h d u a j e n i s
gaya

yang

seimbang

yaitu

gaya

yangmendorong

cairan

darah

k e l u a r d a r i p e m b u l u h , d a n g a y a yang menahan cairan untuk tetap berada


didalam

pembuluh.D a l a m

keadaan

seimbang

cairan

darah

mengalir

d e n g a n kecepatan sangat tinggi dipompa oleh jantung dengan cairand a r a h b e r a d a


dibagian

tepi

pembuluh

sedang

sel-sel

d a r a h dan butir pembeku ada

dibagian tengah aliran. Darah bersih y a n g m e n g a n d u n g e k s t r a k m a k a n a n d a r i


u s u s d a n o k s i g e n serta gas yang bermanfaat dipompa oleh jantung dand i a l i r k a n
melalui pembuluh arteri ke seluruh bagian tubuhuntuk mensuplai nutrisi
s e l , s e m e n t a r a s e k a m b a l i n y a d a r i jantung, dan sekembalinya dari ja r i n g a n a k a n
m e m b a w a s i s a m e t a b o l i s m m e l a l u i p e m b u l u h vena ka jantung. Kemudian, darah
kotor tersebut dipompa kep a r u u n t u k d i b u a n g g a s y a n g t i d a k b e r g u n a
u n t u k d i g a n t i dengan gas yag dibutuhkan tubuh. Darah selalu dalamkeadaan seimbang.
Cairan darah yang rusak atau hilang akandiganti dengan yang baru demikian pula sel darah
yang mati,melalui pabriknya dibentuk stem sel yang akan membentuk sel darah baru.

BAB III
Klasifikasi dan Respon Pertahanan Sistem Imun
INNATE IMUNE (KEKEBALAN BAWAAN)
Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia untuk
mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity merupakan kekebalan nonspesifik. Artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi tanpa memperhatikan
jenis dari mikroba itu. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua sistem pertahanan, pertahanan
tingkat pertama dan pertahanan tingkat kedua. Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan
dilindungi dari segala macam mikroba patogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan
flora normal. Dan pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikroba
patogen meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba. Yang termasuk sel
fagosit adalah makrofag, sel dendrit, neutrofil. Sedangkan Inflamasi merupakan respon tubuh
terhadap sel yang rusak, repon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas, bengkak.
Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi invasi oleh mikroba agar tidak menyebar lebih luas
lagi, serta memperbaiki jaringan atau sel yang telah rusak oleh mikroba. Dan jenis pertahanan
kedua yang terakhir yaitu substansi mikroba.
Substansi mikroba yang dimaksud adalah komplemen. Sistem komplemen merupakan
sistem yang penting dalam innate immunity karena fungsinya sebagai opsonisator untuk
meningkatkan fagositosis sel fagosit dan kemoatrtaktor untuk menarik sel-sel radang yang
menyebabkan inflamasi.
Innate immunity, atau sering disebut imunitas alamiah, merupakan mekanisme
pertama yang akan terjadi saat infeksi berlangsung, terjadi secara cepat terhadap infeksi

mikrobia, dan terjadi antara jam ke-0 sampai jam ke-12 infeksi. Sistem imun turunan terdiri
dari berbagai sel dan mekanisme yang mempertahankan tubuh suatu organisme dari infeksi
organisme lain, secara non-spesifik. Ini berarti sel-sel dari sistem imun turunan mengenali
dan merespon patogen dalam cara yang umum, namun tidak seperti sistem imun adaptif,
sistem imun turunan tidak menyediakan kekebalan yang protektif dan jangka panjang bagi
organisme yang memilikinya. Sistem imun turunan menyediakan pertahanan menengah
melawan infeksi, dan dapat ditemukan pada semua tumbuhan dan hewan.
Sedangkan menurut Sherwood (2001) sistem imun bawaan atau sistem imun nonspesifik
adalah respon pertahanan inheren yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi
benda asing atau abnormal dari jenis apapun, walaupun baru pertama kali terpajan. Respon
ini membentuk lini pertama pertahanan terhadap berbagai faktor yang mengancam, termasuk
agen infeksi, iritan kimiawi, dan cedera jaringan yang menyertai trauma mekanis atau luka
bakar termasuk dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme. Sistem ini disebut
nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu (Baratawidjaya, 2002).
Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan agen patogen atau
asing, tidak memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki durasi yang singkat
(OGorman and Albert, 2008).
a. Fungsi Sistem innate immune
Fungsi utama dari sistem imun turunan vertebrata yaitu:
1. Mengambil sel imun ke wiayah infeksi dan inflamasi, melalui produksi faktor kimia,
termasuk mediator kimia terspesialisasi yang disebut sitokin.
2. Aktivasi lembah komplemen untuk mengidentifikasi bakteri, mengaktivasi sel dan melakukan
pembersihan sel mati atau sisa-sisa antibodi.
3. Identifikasi dan memindahkan substansi asing yang terdapat pada organ, jaringan, darah dan
limpa, oleh sel darah putih yang terspesialisasi.
b. Macam-macam innate imune (kekebalan bawaan)
Innate immune atau kekebalan bawaan merupakan salah satu macam dari kekebalan bawaan.
Kekebalan bawaan merupakan mekanisme pertama pertahanan bagi tubuh. Dan kekebalan
bawaan ini di bagi lagi menjadi dua macam pertahanan, pertahanan tingkat pertama dan
pertahanan tingkat kedua.
1. Pertahanan pertama
Sistem pertahanan pertama pada kekebalan bawaan meliputi faktor fisik, kimia dan
flora normal tubuh (mikriba normal tubuh). Yang merupakan faktor fisik adalah kulit,
kelenjar air mata, kelenjar air lidah (saliva), kelenjar mukus, silia, dan urine. Kulit yang

tertutup merupakan pertahanan paling kuat. kulit yang tertutup melindungi dari masuknya
mikroba patogen. Air mata berperan dalam melindungi mata dari mikroba patogen karena
terdapat lisozim pada air mata yang merupakan enzim yang mampu menghancurkan dinding
bakteri. Saliva juga mempunyai enzim lisozim ini untuk menghancurkan bakteri. Mukosa
berperan dalam hal mencegah invasi mikroba ke epitel dan jaringan sekitar bahkan sistemik.
Bakteri mikroba yang terperangkap dalam mukosa akan dikeluarkan melalui silia dari epitel
dalam bentuk batuk (pada saluran pernapasan) atau dengan aliran urine (pada saluran
genitourinaria).
Faktor pertahanan pertama selanjutnya adalah faktor kimia. Yang termasuk di
dalamnya adalah Sebum, lisozim dan pH. Lisozim telah dijelaskan di atas. Cairan sebum
mengandung asam lemak tak jenuh yang dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen.
pH juga berperan dalam imunitas karena kebanyakan mikroba tidak tahan terhadap asam
contohnya asam lambung (pH 1.2 - 3.0).
Dan Faktor normal mikrobiota. Sebenarnya pada tubuh manusia terdapat banyak
mikroba normal yang membantu fungsi fisiologis manusia. Contoh mikroba normal adalah E.
coli pada colon yang berperan dalam pembusukan sisa makanan. Peran mikroba normal (flora
normal) dalam imunitas adalah, dalam hal kompetisi nutrisi dengan mikroba patogen. Flora
normal akan beerkompetisi dalam perolehan nutrisi dengan bakteri patogen. Flora normal
juga mengeluarkan zat metabolit yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba patogen.
2. Pertahanan kedua
Pertahanan kedua ini meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba.
a. Fagosit.
Fagosit adalah sel yang mengeliminasi mikroba dengan cara 'memakan' mikroba tersebut
secara endositosis, mikroba tersebut terperangkap dalam fagosom, setelah itu fagosom berfusi
dengan lisosom membentuk fagolisosom kemudian enzim-enzim dari lisosom akan
menghancurkan mikroba tersebut.
Fagosit berarti 'sel yang dapat memakan atau menelan material padat . Sel imun ini
menelan pathogen atau partikel secara fagositosis. Untuk menelan partikel atau patogen,
fagosit memperluas bagian membran plasma, membungkus membran di sekeliling partikel
hingga terbungkus. Sekali berada di dalam sel, patogen yang menginvasi disimpan di dalam
endosom yang lalu bersatu dengan lisosom. Lisosom mengandung enzim dan asam yang
membunuh dan mencerna partikel atau organisme. Fagosit umumnya berkeliling dalam tubuh
untuk mencari patogen, namun mereka juga bereaksi terhadap sinyal molekuler terspesialisasi
yang diproduksi oleh sel lain, disebut sitokin. Sitokin adalah polipeptida yang memiliki

fungsi penting dalam regulasi semua fungsi sistem imun. Sitokin berperan dalam menentukan
respon imun alamiah dengan cara mengatur atau mengontrol perkembangan, differensiasi,
aktifasi, lalulintas sel imun, dan lokasi sel imun dalam organ limfoid. Sitokin merupakan
suatu kelompokmessenger intrasel yang berperan dalam proses inflamasi melalui aktifasi
sel imun inang. Sitokin Juga memainkan peran penting dalam atraksi leukosit dengan
menginduksi produksi kemokin, yang kita kenal sebagai mediator poten untuk inflamasi sel.
Sitokin dan kemokin menghasilkan hubungan kompleks yang dapat mengaktifkan atau
menekan respon inflamasi (OGorman and Albert, 2008). Beberapa sel fagosit bisa menjadi
sel penyaji antigen (Antigen Presenting Cell / APC).
Yang termasuk sel fagosit adalah makrofag, sell dendrit, neutrofil.
Makrofaga
Makrofaga berasal dari bahasa Yunani yang berarti pemakan sel yang besar. Makrofaga
adalah leukosit fagositik yang besar, yang mampu bergerak hingga keluar system vaskuler
dengan menyebrang membran sel dari pembuluh kapiler dan memasuki area antara sel yang
sedang diincar oleh patogen. Di jaringan, makrofaga organ-spesifik terdiferensiasi dari sel
fagositik yang ada di darah yang disebut monosit. Makrofaga adalah fagosit yang paling
efisien, dan bisa mencerna sejumlah besar bakteri atau sel lainnya. Pengikatan molekul
bakteri ke reseptor permukaan makrofaga memicu proses penelanan dan penghancuran
bakteri melalui "serangan respiratori", menyebabkan pelepasan bahan oksigen reaktif.
Patogen juga menstimulasi makrofaga untuk menghasilkan kemokin, yang memanggil sel
fagosit lain di sekitar wilayah terinfeksi.
Neutrofil.
Neutrofil bersama dengan dua tipe sel lainnya: eosinofil dan basofil dikenal dengan nama
granulosit karena keberadaan granula di sitoplasma mereka, atau disebut juga dengan
polymorphonuclear karena bentuk inti sel mereka yang aneh. Granula neutrofil mengandung
berbagai macam substansi beracun yang mampu membunuh atau menghalangi pertumbuhan
bakteri dan jamur. Mirip dengan makrofag, neutrofil menyerang patogen dengan serangan
respiratori. Zat utama yang dihasilkan neutrofil untuk melakukan serangan respiratori adalah
bahan pengoksidasi kuat, termasuk hidrogen peroksida, oksigen radikal bebas, dan hipoklorit.
Neutrofil adalah tipe fagosit yang berjumlah cukup banyak, umumnya mencapai 50-60% total
leukosit yang bersirkulasi, dan biasanya menjadi sel yang pertama hadir ketika terjadi infeksi
di suatu tempat. Sumsum tulang normal dewasa memproduksi setidaknya 100 miliar neutrofil
sehari, dan meningkat menjadi sepuluh kali lipatnya juga terjadi inflamasi akut.
Sel dendritik

Sel dendritik adalah sel fagositik yang terdapat pada jaringan yang terhubung dengan
lingkungan eksternal, utamanya adalah kulit (umum disebut sel Langerhans) dan lapisan
mukosa dalam dari hidung, paru-paru, [lambung], dan usus. Mereka dinamai sel dendritik
karena dendrit neuronal mereka, namun mereka tidak berhubungan dengan sistem syaraf. Sel
dendritik sangat penting dalam proses kehadiran antigen dan bekerja sebagai perantara antara
sistem imun turunan dan sistem imun adaptif.
Fagositosis dari sel dari organisme yang memilikinya umumnya merupakan bagian
dari pembentukan dan perawatan jaringan biasa. Ketika sel dari organisme tersebut mati,
melalui proses apoptosis ataupun oleh kerusakan akibat infeksi virus atau bakteri, sel
fagositik bertanggung jawab untuk memindahkan mereka dari lokasi kejadian. Dengan
membantu memindahkan sel mati dan mendorong terbentuknya sel baru yang sehat,
fagositosis adalah bagian penting dari proses penyembuhan jaringan yang terluka.
b. Inflamasi.
Inflamasi merupakan respon tubuhterhadap sel yang rusak, repon ini ditandai dengan adanya
kemerahan, nyeri, panas, bengkak. Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi invasi oleh
mikroba agar tidak menyebar lebih luas lagi, serta memperbaiki jaringan atau sel yang telah
rusak oleh mikroba. Vasodilatasi (pelebaran pembuluh darah) dan permeabilitas vaskular
terjadi pada setiap inflamsi akut. Adanya vasodilatasi menyebabkan kemerahan pada daerah
yang terjadi inflamasi, sedangkan permebilitas vaskuler menyebabkan keluarnya cairan yang
plasma sehingga menyebabkan edema (bengkak). Vasodilatasi dan permebilitas vaskuler
disebabkan oleh mediator-mediator kimia yaitu prostaglandin, bradikinin, histamin dan
Interluikin.
c. Substansi antimikroba.
Substansi mikroba yang dimaksud adalah komplemen. Sistem komplemen merupakan sistem
yang penting dalam innate immunity karena fungsinya sebagai opsonisator untuk
meningkatkan fagositosis sel fagosit dan kemoatrtaktor untuk menarik sel-sel radang yang
menyebabkan inflamasi. Komplemen juga bisa melisiskan bakteri secara langsung dengan
membentuk sebuah 'hole' sehingga isi bakteri akan keluar (lisis). Komplemen yang ada di
darah harus diaktifkan sebelum dapat berperan dalam innate immunity. Ada 3 jalur
pengaktifan komplemen yaitu jalur klasik, jalur lektin dan jalur alternatif. Pengaktifan
komplemen jalur klasik membutuhkan intervensi antibodi dalam pengaktifannya, sedangkan
jalur lektin dan jalur alternatif tidak membutuhkan antibadi untuk pengektifannya. Perbedaan
antara Jalur lektin dan jalur alternatif adalah dalam hal stimulator aktifnya jalur ini. Pada jalur

lektin, stimulatornya adalah MBL (Manose Binding lectin) suatu zat yang ada pada didnding
mikroba/bakteri. Sistem komplemen, semua jalur pengaktifannya akan menghasilkan produk
pecahan molekul kecil dan pecahan molekul besar. Produk molekul kecil ini akan beredar ke
darah dan produk yang besar akan berikatan pada reseptornya. Jalur-jalur ini memecah C3
menjadi C3a (pecahan kecil) dan c3b (pecahan besar). C3a (suatu anafilaktor) akan beredar
ke darah. C3b mampu mengopsonisasi bakteri agar dapat dengan mudah difagosit oleh
makrofag. Jika semua molekul komplemen C3b, C5b C6, C7, C8 dan C9 berikatan dengan
sempurna, maka akan dapat melisiskan bakteri.
Komponen lain yang berperan sebagai innate immunity :
Sel mast
Sel mast adalah tipe sel imun turunan yang berdiam di antara jaringan dan di
membran mucus, dan sel mast sangat berhubungan dengan bertahan melawan patogen,
menyembuhkan luka, dan juga berkaitan dengan alergi dan anafilaksis. Ketika diaktivasi, sel
mast secara cepat melepaskan granula terkarakterisasi, kaya histamin dan heparin, bersama
dengan berbagai mediator hormonal, dan kemokin, atau kemotaktik sitokin ke lingkungan.
Histamin memperbesar pembuluh darah, menyebabkan munculnya gejala inflamasi, dan
mengambil neutrofil dan makrofaga.
Basofil dan Eosinofil
Basofil dan eosinofil adalah sel yang berkaitan dengan neutrofil. Ketika diaktivasi
oleh serangan patogen, basofil melepaskan histamine yang penting untuk pertahanan
melawan parasit, dan memainkan peran dalam reaksi alergi (seperti asma). Setelah diaktivasi,
eosinofil melepaskan protein yang sangat beracun dan radikal bebas yang sangat efektif
dalam membunuh bakteri dan parasit, namun juga bertanggung jawab dalam kerusakan
jaringan selama reaksi alergi berlangsung. Aktivasi dan pelepasan racun oleh eosinofil diatur
dengan ketat untuk mencegah penghancuran jaringan yang tidak diperlukan.
Sel pembunuh alami
Sel pembunuh alami adalah komponen dari sistem imun turunan. Sel pembunuh alami
menyerang sel yang terinfeksi oleh mikroba, namun tidak menyerang mikroba tersebut. Sel
pembunuh menyerang dan menghancurkan sel tumor, sel yang terinfeksi virus, dan
sebagainya dengan proses yang disebut dengan missing-self. Istilah ini muncul karena
rendahnya jumlah penanda (marker) permukaan sel yang disebut MHC I (major
histocompatibility complex), suatu keadaan yang muncul ketika terjadi infeksi. Mereka
dinamai sel pembunuh alami karena mereka bergerak tanpa membutuhkan aktivasi.
Kesimpulan

1. Kekebalan bawaan atau innate imunity merupakan suatu mekanisme pertahanan tubuh yang
paling pertama sehingga tubuh tidak terkena atau terlindungi dari berbagai mikroba pathogen.
Tetapi sistem pertahanan ini belum bisa mengenali mikroba patogen secara spesifik atau
masih bersifat umum untuk semua jenis mikroba.
2. Kekebalan bawaan di bagi menjadi dua langkah pertama pertahanan pertama meliputi secara
fisik, kimia dan flora normal yang ada di dalam tubuh. Pertahanan kedua meliputi fagosit,
inflamasi demam dan substansi antimikroba.
3. Komponen lain yang berperan sebagai kekebalan bawaan adalah sel mast, Basofil dan
Eosinofil serta sel pembunuh alamiah.
Adaptive Immune defenses
Respon Imun Spesifik
1.Imunitas yang diperantarai oleh AB turunan limfosit B
2.Imunitas yang diperantarai oleh sel limfosit T
Limfosit BAntibodi berdasarkan aktifitas biologis, dibagi :
1.Imunoglobulin M, Ig MReseptor permukaan sel B, tempat antigen melekat
2.IgG, dihasilkan >> jika tubuh terpajan ulang antigen samaIgG & IgM Bakteri dan beberapa
jenis virus
3.IgE, untuk respons alergi seperti asma, biduran.
4.IgA, dalam seleksi sistem pencernaan, pernafasan, genitourinaria, air susu dan air mata.
5.IgD, dipermukaan sel B, fungsi belum jelas.

Lymphocytes originate as stem cells in the bone marrow. Some migrate to the Thymus&
develop into T-cells;others remain in the Bone marrow & develop into B-cells. Both B-& Tcells then migrate to lymphoid tissue.
Setiap antigen merangsang klon limfosit B yang berbeda untuk menghasilkan antibodi
Imunitas aktif: Pembentukan antibodi akibat pajanan ke suatu antigen
Imunitas pasif: Imunitas yang diperoleh segera setelah menerima antibodi yang sudah
dikenal,Limfosit TSel T diaktifkan oleh antigen asing hanya apabila antigen tersebut
membawa identitas individu yang bersangkutan.

B-cells: Antibody-mediated immunity

B-sel: antibodi-mediated immunity


B-sel yang mengikat dengan antigen kemudian akan
berdiferensiasi menjadi sel plasma & sel Memori
Plasma sel-mulai memproduksi antibodi (sampai
2.000 per detik)
Memori sel-tetap terbengkalai sampai seseorang
lagi terkena antigen yang sama
Aktivasi Sel B Membuat Antibodi
Sel B menggunakan reseptor untuk mengikat antigen yang
cocok, yang hasil untuk menelan dan proses. Kemudian
menggabungkan fragmen antigen dengan penanda khusus,
kelas II protein. Ini kombinasi antigen dan penanda diakui
dan terikat oleh sel T membawa reseptor yang cocok.
Mengikat mengaktifkan sel T, yang kemudian melepaskan
limfokin-interleukin-yang mengubah sel B menjadi sel
plasma
plasma sel

yang

mensekresi

antibodi.

Terdapat 3 sub populasi Sel T:


1.Sel T sitotoksik mengancurkan sel pejamu yang memiliki antigen asing (contoh : virus,
kanker)
2.Sel T penolong menaikkan perkembangan sel B aktifsel plasmaMemperkuat sel T sitotoksik
dan sel T penekan.Mengaktifkan makrofag
3.Sel T penekan Menekan produksi antibody sel B dan aktifkan sel T sitotoksik, sel T
penolong
Limfosit B
Sel B berikatan dengan antigen Sel plasma yang
menghasilkan antibodi.
Antibodi dikeluarkan ke dalam darah / limfe memperoleh akses ke darah Globulin /
Imunoglobulin.
Antibodi mengidentifikasi zat asing dan meningkatkan aktivitas
berbagai sistem pertahanan melalui :
1.Pengaktifan sistem komplemen
2.Peningkatan fagositosis
3.Stimulasi sel pembunuh.

Effector Responses Of the Immune System


Sistem kekebalan tubuh adalah suatu organ komplek yang memproduksi sel-sel yang khusus
yang dibedakan dengan sistem peredaran darah dari sel darah merah (erithrocyte), tetapi
bekerja sama dalam melawan infeksi penyakit ataupun masuknya benda asing kedalam tubuh
(sebagai antigen). Semua sel imun mempunyai bentuk dan jenis sangat bervariasi dan
bersirkulasi dalam sistem imun dan diproduksi oleh sumsum tulang (bone marrow).

Sedangkan kelenjar limfe adalah kelenjar yang dihubungkan satu sama lain oleh saluran limfe
yang merupakan titik pertemuan dari sel-sel sistem imun yang mempertahankan diri dari
benda asing yang masuk kedalam tubuh. Limpa adalah organ yang penting tempat dimana sel
imun berkonfrontasi dengan mikroba asing, sedangkan kantung-kantung organ limpoid yang
terletak diseluruh bagian tubuh seperti: sumsum tulang, thimus, tonsil, adenoid dan apendix
adalah juga merupakan jaringan limpoid.
Beberapa macam sel imun yang bersirkulasi dalam sistem imun diproduksi didalam
sumsum tulang. Sumsum tulang adalah merupakan jaringan lemak yang mengisi rongga
tulang dimana sumsum tulang tersebut terdiri dari dua tipe yaitu sumsum kuning dan merah.
Sumsum yang berwarna kuning mengisi rongga yang besar dari tulang yang besar dan terdiri
dari sebagian besar sel lemak dan beberapa sel darah yang muda. Sumsum yang berwarna
merah adalah jaringan haematopoietik tempat dimana sel darah merah dan leukosit granula
diproduksi.

Gambar 1: Sumsum tulang yang mengisi rongga tulang


Ada dua jenis limposit yang penting yaitu sel B yang tumbuh dan matang dalam
sumsum tulang dan sel T yang diproduksi dalam sumsum tulang dan matang dalam kelenjar
thimus. Sel B memproduksi antibodi yang bersirkulasi dalam saluran darah dan limfe dan
antibodi tersebut akan menempel pada antigen asing yang memberi tanda (mengkodenya)
supaya dapat dihancurkan oleh sel imun. Sel B adalah bagian dari jenis sel yang disebut
antibody-mediated atau imunitas humoral, disebut demikian karena antibodi tersebut
bersirkulasi dalam darah dan limfe.

Gambar 2. sel B yang memproduksi antibodi yang akan bersirkulasi dalam darah dan limfe
Sel T yang dimatangkan dalam thimus juga bersirkulasi dalam darah dan limfe dan
juga untuk menandai antigen asing, tetapi sel ini juga dapat langsung menghancurkan antigen
asing tersebut. Sel T bertanggung jawab atas Cell mediated immunity atau imunitas seluler.
Sel T merancang, mengatur dan mengkoordinasi respon imun secara keseleruhan. Sel T
bergantung pada molekul permukaan yang unik yang disebut major histocompatibility
complex (MHC) yang membantu untuk mengenaili fragmen antigen.

Ganbar 3. Sel T dan proses pengaktivannya untuk membentuk helper T sel dan cytotoksik T
sel

Antibodi

Antibodi yang diproduksi oleh sel B adalah penanda dasar pada daerah khusus yang
spesifik untuk antigen target. Dengan melalui proses kimia atau sel tertentu, sel imun memilih
sasaran antigen yang dapat dihancurkannya. Dalam hal ini antibodi yang berbeda memilih
antigen yang sesuai dengannya untuk dihancurkannya. Bilamana antibodi berikatan dengan
antigen, maka akan mengaktifkan aliran 9 protein yang disebut complement yang biasanya
bersirkulasi secara non-aktif didalam darah. Komplemen tersebut merupakan partner dari
antibodi, dimana sekali mereka bereaksi dengan antigen, langsung menolong untuk
menghancurkan antigen asing tersebut dan mengeluarkan dari tubuh, disamping itu tipe lain
dari antibodi juga dapat mencegah masuknya virus kedalam sel.
Sel T
Sel T mempunyai dua peranaan penting dalam sistem kekebalan. Regulator sel T
adalah sel yang merancang respon sistem kerja sama diantara beberapa beberapa tipe sel
imun. Helper sel T yang disebut juga CD4 positif T cells (CD4+ T cells) mempeeringatkan
sel B untuk mulai membentuk antibodi. CD4+ sel T juga dapat mengaktifkan sel T dan sistem
imun yang disebut sel makrofag yang mempengaruhi sel B untuk menentukan antibodi yang
diproduksi. Sel T tertentu yang disebut CD8 positif T cells (CD8+ T cells), dapat menjadi
sel pembunuh sel asing dengan menyerang dan menghancurkan sel yang menginfeksi
tersebut. Pembunuh sel T (T cells killer) juga disebut cytotoxic T cells atau CTLs
(Cytotoxic lymphocytes).
Aktivasi helper T sel
Antigen asing yang masuk dalam tubuh dipagosit oleh sel makrofag, kemudian
diproses dan terbentuk fragmen antigen yang akan berkombinasi dengan protein klas IIMHC
pada permukaan sel makrofag. Antigen-protein kombinasi tersebut mempengaruhi helper sel
T untuk menjadi aktif. Reseptor yang bersikulasi dalam darah akan mempengaruhi sitotoksik
sel T mengaktifkan sitotoksik sel T sehingga sitotoksik sel T menyerang sel yang terinfeksi
tersebut dan menghancurkannya.

Gambar 4. Proses antibodi bekerja untuk melawan antigen


Aktivasi sel B untuk memproduksi antibodi
Sel B digunakan sebagai salah satu reseptor untuk mengikat antigen dengan jalan
memfagositosis dan memprosesnya. Kemudian sel B meperlihatkan fragmen antigen tersebut
yang terikat oleh protein klas II MHC pada permukaannya. Bentuk ikatan tersebut kemudian
mengikat sel T helper yang aktif. Proses pengikatan tersebut menstimuli terjadinya
transformasi dari sel B menjadi sel plasma yang akan mengekskresi antibodi.

Gambar 5. Proses pembentukakn sel plasma untuk memproduksi antibodi


Antibodi
Setelah antigen masuk dalam tubuh, maka helper sel T memberi peringatan pada sel B
untuk bertransformasi menjadi plasma sel yang akan mensintesis molekul antibodi atau
imunoglobulin yang dapat bereaksi terhadap antigen. Imunoglobulin adalah kelompok
molekul yang erat hubungannya dengan glikoprotein yang terdiri dari 82-96% protein dan 418% karbohidrat. Pada dasarnya molekul imunoglobulin mempunyai bentuk ikatan 4 rantai
yang terdiri dari dua rantai kembar yang kuat (H=heavy) dan dua rantai kembar yang lemah
(L=light), dimana kedua bentuk rantai tersebut dihubungkan dengan molekul disulfida (S 2).
Didalam rantai ikatan disulfida tersebut bertanggung jawab terhadap formasi dua jalur ganda
yang menguatkan antibodi yang juga merupakan ciri khas dari molekul antibodi tersebut.
Pada ujung terminal amina dan rantai H dan L terciri dengan sifat yang berubah-ubah
(variasi) dari komposisi asam aminonya, sehingga disebut V H (variasi heavy) dan VL (variasi
light). Bagian yang tetap atau konstant dari rantai L disebut sebagai C L, sedangkan dari
rantai H disebut CH, sedangkan CH sendiri dibagi menjadi sub unit: CH1, CH2, dan CH3.
Fungsi dan daerah yang bervariasi tersebut (V) adalah terlihat dan berperan dalam pengikatan

antigen. Sedangkan pada daerah C adalah berperan untuk menguatkan ikatan dalam molekul
dan daerah C ini terlibat dalam proses sistem biologik sehingga disebut fungsi efektor seperti:
complement binding (ikatan komplemen, pasase plasenta dan berikatan dengan membran
sel).

Gambar 6. bentuk monomer dari imunoglobulin


Imunoglobulin dan imunitas humoral
Komponen glikoprotein dari imunoglobulin G (IgG), adalah molekul efektor yang
terbesar dalam respon sistem imun humoral pada orang, jumlahnya sekitar 75% dari total
imunoglobulin dalam plasma darah orang yang sehat. Sedangkan empat imunoglobulin
lainnya yaitu IgM, IgA, IgD dan IgE hanya mengandung sekitar 25% glikoprotein
(Spiegelbert, 1974). Antibodi dari IgG menunjukkan aktifitas yang dominan selama terjadi
respon antibodi sekunder. Hal tersebut menunjukkan bahwa IgG adalah merupakan respon
antibodi yang telah matang yang merupakan kontak antibodi yang kedua dengan antigen.
Antibodi yang diproduksi pertama kali oleh sel B adalah IgM, sekali diproduksi
konsentrasi IgM meningkat dengan cepat dalam serum darah. Beberapa jam setelah IgM
diproduksi, sel B mulai memproduksi IgG, yang kemudian konsentrasi IgG meningkat cepat
melebihi konsentrasi IgM. Antibodi IgG ini lebih kuat untuk melawan kuman patogen karena
ukurannya yang kecil, sehingga ia dapat berpenetrasi kedalam jaringan pada tempat yang
penting. Sedangkan aktifitas IgM terbatas pada saluran darah, tetapi IgM merupakan respon
antibodi pertama (antibodi primer) dalam mempertahankan tubuh terhadap antigen sampai
cukup terbentuknya IgG (antibodi sekunder).
Kedua bentuk antibodi tersebut secara terus menerus diproduksi selama ada antigen
dalam tubuh. Antibodi yang diproduksi oleh sel B tersebut akan melekat pada antigen dan
dikeluarkan dari tubuh, dimana antibodi lainnya yang tidak digunakan di katabolisme dan
hancur sendiri. Setiap antibodi mempunyai kemampuan hidup yang berbeda yaitu: Waktu

paroh biologi (biological half life) dari antibodi: IgG1, IgG2 dan IgG4 adalah 20 hari, IgM
selama 10 hari, IgA 6 hari dan IgD, IgE selama 2 hari.
Sintesis imunoglobulin dan bentuk molekulernya
Rantai polipeptida ditandai dengan tiga non-link cluster dari gen autosoma, satu
cluster untuk rantai H dari semua klas antibodi, kedua dengan rantai kappa L dan ketiga
dengan lambda L. Ketiga gen cluster ini disebut H-, k- dan y famili gen. Pada orang famili
gen H terdapat kromosom 14, gen k pada kromosom 2 dan famili gen y pada kromosom 22.
Studi gen molekuler menunjukkan adanya keterkaitan segmen gen dalam famili rantai H dan
rantai L. Setiap rantai H ditandai dengan 4 tipe segmen gen yaitu V H , D dan JH. Rantai L
ditandai sebagai segmen 3 segmen gen yaitu VL, JL dan CL. Daerah variabel dari rantai L
ditandai (encoded) sebagai segmen VL dan JL.
Segmen

gen C dari rantai H dan L dikode sebagai daerah konstant. Sembilan imunoglobulin dari
isotop rantai H ditemukan pada manusia adalah: IgM, IgD, IgE, IgG (dengan subklas: IgG1,
IgG2, IgG3, IgG4) dan IgA (dengan subklas: IgA1 dan IgA2). Segmen gen C H diidentifikasi
sebagai klas/subklas rantai H, sedangkan VH, D dan JH diidentifikasi sebagai antigen bagian
dari molekul imunoglobulin. Dalam proses kematangan sel B progeni (muda), menjadi sel B
matang, rantai exon H dibentuk oleh VH, D dan JH yang berintegrasi (rekombinan gen
VHDJH), diikuti penyambungan lokus gen CH- tertentu. Kemudian ditranskrip ke mRNA
(messenger RNA) dan diterjemahkan sebagai molekul rantai imunoglobulin H. Gen C H
terdekat dengan lokus JH, gen C (IgM), adalah isotop pertama yang dekspresikan.

Gambar 7. Bentuk genetik rantai H dan rantai L dalam imunoglobulin

A. Darah
B. Sistem imun
Imunitas adalah kemampuan tubuh untuk menahan atau menghilangkan benda asing atau
sel abnormal yang berpotensi merugikan.
Sistem imun yang terpisah tetapi saling bergantung yaitu sistem imun bawaan atau di
dapat. Respon kedua sistem ini berbeda dalam waktu dan dalam selektivitas mekanisme
pertahanannya.
1. Innate immune defenses
Komponenkomponen sistem imun bawaan selalu berada dalam keadaan siaga,
2. Adaptive immune defences
3. Efector response of the immune system
4. Pemeriksaan-pemeriksaan diagnostik sistem imun dan hematologi
Untuk memastikan diagnosis harus ditunjang dengan pemeriksaan labolatorium dan
pemeriksaan spesifik. Pemeriksan yang dapat dilakukan ialah :
a. Pemeriksaan darah rutin feses dan kemih, serta kimia darah
b. Pemeriksaan sediaan apus basah seperti pemeriksaan terhadap hiva ( dengan KOH 10% )
trikomonas ( NaCI 0,9% )
c. Periksaan sekret/ bahan-bahan dari kulit dengan pewarnaan kusus, seperti gram ( untuk
bakteri ), Ziehl Nielsen untuk hasil tahan asam, gentian violet untuk virus, microscop

lapangan gelap untuk spiroketa, pemeriksaan cairan gelembung( untuk menghitung


d.
e.
f.
g.
1)

eosinofil ) dan pemriksaan sel tzanck.


Pemeriksaan serologik untuk sefilis, frambusia.
Pemeriksaan dengan sinar wood terhadap infeksi jamur kulit.
Pemeriksaan terhadap alergi: uji gores, tetes, tempel, tusuk, dan uji suntik\
Pemeriksaan Lab yang berhubungan dengan hematologi adalah sebagai berikut :
Pemeriksaan Hemaglobin, Jumlah Leokosit, Eritrosit, Trombosit, Hemaorit, Retikulosit,

Fibrinogen, Gol. Darah dan Rh-faktor.


2) Pemeriksaan Lab yang berhubungan dengan imunolgi adalah sebagai berikut :
Widal, ASTO, Rheumatoid, C-Reactive Protein, Seramoeba, V.D.R.L, T.P.H.A, R.P.R, AntiHIV, HbsAG, Anti-HbeAG, Anti-HBc totall, IgM Anti-HBc dan IgM Anti-HAV.
5. Pengkajian keperawatan sistem imun
6. Perencanaan keperawatan sistem imun
7. Penatalaksanaan asuhan keperawatan sistem imun
8. Klasifikasi kasus dan prioritas masalah sistem imun dengan gangguan :
a) Penyakit autoimun SLE ( Systemik Lupus Erythematosus)
Lupus Eritematosus merupakan gangguan inflamatorik kronis pada jaringan ikat dan
muncul pada dua bentuk, yaitu lupus eritematosus diskoid, yang hanya menyerang kulit dan
lupus eritematosus sistemik (systemic lupus erythemaosus/ SLE), yang menyerang sistem
organ multiple ( termasuk kulit) dan bisa berakibat fatal. Seperti artritis reumatoid, SLE
ditandai dengan remisi dan eksaserbasi yang muncul berulang-ulang dan paling sering terjadi
selama musim semi dan musim panas. Serangannya bisa akut atau tersembunyi dan tidak
menunjukkan pola klinis yang khas. SLE menyerang wanita 8 kali lebih sering daripada pria
dan meningkat sampai 15 kali pada wanita yang sedang mengandung. SLE muncul diseluruh
dunia, tetapi prevalensinya paling tinggi adalah pada orang Asia dan orang kulit hitam.
Dengan deteksi dan penanganan dini, prognosisnya membaik namun masih buruk pada
pasien yang mengalami komplikasi kardiovaskular, renal atau neurologis atau infeksi bakteri
parah.
Penyebab
Tidak diketahui
Faktor predisposisi
Metabolisme estrogen abnormal
Obat, misalnya procainamide, hydralazine dan antikonvulsan
Paparan sinar matahari atau sinar ultraviolet
Imunisasi
Kehamilan
Infeksi streptokokus atau virus
Stres
Tanda dan Gejala

American Rhaumatism Association telah mengeluarkan daftar kriteria klasifikasi SLE.


Biasanya empat tanda atau lebih dari tanda-tanda berikut ini muncul beberapa kali selama

rangkaian penyakit :
Ruam malar atau diskoid
Fotosensitivitas
Ulserasi oral atau nasofaringeal
Artritis nonerosif ( di dua sendi periferal atau lebih)
Pleuritis atau perikarditis
Proteinurea yang sangat banyak (lebih dari 0,5/hari atau struktur silinder selular yang
berlebihan dalam urin.
Sawan atau psikosis
Anemia hemolitik, leukopenia, limfopenia, atau trombositopenia
Uji anti-double-stranded deoxyribonucleic acid (anti-DNA) atau antibodi antiSmith atau
temuan positif dalam antibodi antifosfolipid (kenaikan antibody imunoglobulin IgE atau IgM,
uji positif untuk antikoagulan lupus, atau uji serologi false-positive untuk sifilis)
Titer antibodi antinuklear abnormal
Uji Diagnostik
Uji khusus untuk SLE meliputi antibodi antinuklear (ANA), anti-DNA, dan uji sel lupus
eritematosus (LE), yang menghasilkan temuan positif pada sebagian besar penderita SLE
aktif, tetapi hanya berguna sebatas untuk mendiagnosis penyakit. ANA merupakan uji sensitif
namun tidak khusus untuk SLE, anti-DNA merupakan untuk uji khusus untuk SLE, namun
tidak sensitif, dan uji LE bukanlah uji yang sensitif maupun khusus untuk SLE.
Perbedaan jumlah sel darah lengkap bisa menunjukkan anemia dan berkurangnya sel darah

putih
Jumlah keping darah bisa turun
Tingkat sedimentasi eritrosit bisa naik
elektroforensis serum bisa menunjukkan hipergamaglobulinemia
Studi urine bisa menunjukkan sel darah merah dan WBC, struktur silinder dan sedimen urin,

dan protein yang hilang secara signifikan (lebih dari 0,5 g/24 jam).
Studi darah memeperlihatkan turunnya kadar komplemen serum (C3 dan C4), yang
mengindikasikan penyakit aktif.
Sinar-X dada bisa menunjukkan pleurisy atau lupus pneumonitis
Elektrokardiografi bisa menunjukkan kelainan konduksi yang disertai keterlibatan kardiak
atau perikarditis
Biopsi ginjal menentukan stadium penyakit dan perluasan keterlibatan ginjal
Beberapa pasien menunjukkan hasil positif pada uji antikoagulan lupus dan pada uji anti
kardiolipin. Pasien tersebut cenderung mudah menderita sindrom antifosfolipid (trombosis,
aborsi dan trombisitopenia)
Penanganan
Penderita penyakit ringan membutuhkan sedikit medikasi atau tidak sama sekali

Obat anti-imfalamatorik nonsteroidal, termasuk aspirin, mengontrol gejala artritis di banyak


pasien
Lesi kulit memerlukan pengobatan topikal. Krim kortikosteroid, misalnya hidrokortison atau
tiamcinolone, direkomendasikan untuk lesi akut.
Prioritas Masalah
Diagnosa Keperawatan menurut carpenito,2006, anatara lain :
Ketidakberdayaan yang berhubungan dengan perjalanan penyakit yang tidak dapat
diperkirakan
Ketidakefektifan koping yang berhubungan dengan perjalanan penyakit yang tidak dapat
diperkirakan dan perubahan penampilan
Resiko isolasi sosial yang berhubungan dengan keadaa yang memalukan dan respon orang
lain terhadap penampilan
Risiko gangguan konsep diri yang berhubungan dengan ketidakmampuan untuk mencapai
tugas perkembangan sekunder akibat kondisi cacat dan perubahan penampilan
Risiko cedera yang berhubungan dengan peningkatan kerentanan kulit sekunder akibat
proses penyakit
Keletihan yang berhubungan dengan penurunan mobilitas dan efek inflamasi kronis
Risiko ketidakefektifan penatalaksanaan program terapeutik yang berhubungan dengan
ketidakcukupan pengetahuan tentang kondisi, istirahat versus kebutuhan aktivitas, terapi
farmakologis, tanda dan gejala komplikasi, faktor risiko dan sumber komunitas.
b) AIDS
AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrom) adalah kumpulan dari beberapa gejala
penyakit akibat menurunnya system kekebalan tubuh yang disebabkan oleh HIV.
Virus HIV adalah retrovirus yang termasuk golongan virus RNA yaitu virus yang
menggunakan RNA sebagai molekul pembawa infromasi genetik. Virus ini pertama kali
ditemukan pada Januari 1983 oleh Luc Montaigner di Perancis pada seorang pasien
Limfadenopati.
A. Anatomi

B. Etiologi
HIV ditularkan melalui empat cara :
1. Hubungan seks tanpa perlindungan (penggunaan kondom) dengan orang yang sudah
terinfeksi.
2. Melalui darah yang sudah terinfeksi (transfuse darah tanpa screnning )
3. Penggunaan jarum suntik narkoba, tindik dan tato yang tidak steril/bergantian.
4. Melalui ibu hamil pada bayi yang dikandungnya.
HIV tidak menular melalui :
1. Gigitan nyamuk atau serangga.
2. Bersalaman dan berpelukan.
3. Batuk ataupun bersin.
4. Memakai fasilitas umum seperti toilet dan kolam renang.
5. Berbagi makanan atau menggunakan alat makan bersama. Semua kegiatan aman selama
tidak ada sarana perpindahan cairan tubuh dan darah.

C. Patofisiologi
Sal T dan makrofag serta dendritik/langerhans(sel imun) adalah sel-sel yang terinfeksi
oleh Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan terkonsentrasi dikelenjar limfe, limpa dan
sumsum tulang. HIV menginfeksi sel lewat pengikatan dengan protein perifer CD$, dengan
bagian virus yang bersesuaian yaitu antigen.
Pada saat sel T4 terinfeksi dan ikut dalam respon imun, maka HIV menginfeksi sel lain
dengan meningkatkan reproduksi dan banyaknya kematian sel T4 yang juga dipengaruhi
respon imun sel killer penjamu, dalam usaha mengeliminasi virus dal sel yang terinfeksi.
Dengan menurunnya jumlah sel T4, maka sistem imun selulur makin lemah secara progresif.
Fase-fase HIV dalam tubuh manusia:
1. Fase Pertama (Window Period/Mulai tertular HIV atau periode jendela)
HIV masuk dalam tubuh manusia tidak ada tanda-tanda khusus, orang yang tertular HIV
tetap tampak sehat dan merasa sehat seperti orang lain yang tidak tertular HIV periode
jendela adalah masa antara masuknya HIV kedalam tubuh manusia sampai terbentuknya
antibody (penangkal penyakit) terhadap HIV dalam darah. Periode ini biasanya antara 8-12
minggu bila dilakukan test darah untuk HIV hasilnya mungkin negatif karena antibody

terhadap HIV belum terdeteksi dalam darah meskipun tanpa gejala sudah dapat menularkan
HIV kepada orang lain.
2. Fase Kedua (HIV positif tanpa gejala, umumnya selama 3-10 tahun, tergantung stamina
tubuh)
HIV berkembang biak dalam tubuh tidak ada tanda-tanda khusus, orang tertular HIV tetap
tampak sehat dan merasa sehat bila dilakukan test darah untuk HIV antibody sudah
terdeteksi karena telah terbentuk antibody terhadap HIV dalam darah atau disebut HIV
positif.
3. Fase Ketiga (Muncul gejala)
System kekebalan tubuh munurun mulai muncul gejala-gejala penyakit akibat terinfeksi
HIV, contoh pembengkakan kelenjar getahbening pada seluruh tubuh, flu, diare terusmenerus, dan lain-lain.
4. Fase Keempat (AIDS)
System kekebalan tubuh sangat melemah mulai muncul gejala-gejala infeksi oportunistik.
D. Tanda dan Gejala
1. Berat badan menurun lebih dari 10% dalam 1 bulan dari berat awal.
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari 1 bulan.
4. Penurunan kesadaran dan gangguan sistem saraf.
5. Penurunan daya ingat.
6. Batuk menetap lebih dari 1 bulan.
7. Infeksi kulit pada daerah kelamin.
8. Sariawan pada saluran pencernaan dan terdapatnya lapisan putih pada lidah.
9. Infeksi jamur berulang pada alat kelamin wanita.
10. Pembengkakan kelenjar leher atau ketiak.
1.
2.
3.
4.
5.

Orang-orang yang beresiko terinfeksi HIV :


PSK (wanita pekerja seks atau pria pekerja seks).
Pengguna narkoba yang menggunakan jarum suntik secara bergantian.
Waria.
Gay atau pasangan-pasangan homo seksual.
Orang yang suka berganti-ganti pasangan seksual.

E. Pemeriksaan Diagnostik
Untuk mengetahui derajat penurunan imunitas dan evolusi infeksi HIV digunakan test yang
sesuai :
1. Hitung limfosit total

2. Hitung CD4 dan / atau presentasinya


Untuk menilai infeksi yang akan timbul dapat dilakukan :
1.
2.
3.
4.
5.

Serologi : toksoplasmosis, hepatitis, herpes simpleks, infeksi cytomegalovirus.


Tes tuberkulin
Pemeriksaan darah tepi lengkap, laju endap darah
Tes fungsi hari
Rontgen dada
Nilai dari tes tuberkulin sangat terbatas untuk meningkatkan diagnosis tuberkolosis, oleh
karena tingginya kejadian anergia pada orang yang terinfksi HIV. Reaktifitas mungkin masih
ada pada individu yang derajat imunitasnya masih agak tinggi, sedangkan pada individu
dengan tahapan infeksi yang lebih lanjut dan pada AIDS, reaktivitas mungkin tidak ada lagi.
Bila anda terlibat kegiatan penuh resiko dalam 6 bulan sebelum menjalani tes, anda perlu
menjalani tes lagi 6 bulan kemudian, walaupun hasil tes pertama negatif.
Sebelum anda menjalani tes, jangan lupa berbicara dengan konselor terlatih atau dokter.
Penting sekali bagi anda untuk memahami hasil tes dan langkah-langkah yang perlu anda
tempuh.

F. Komplikasi
Infeksi Oportunistik adalah penyakit infeksi yang disebabkan oleh organisme yang tidak
menimbulkan penyakit pada orang yang memiliki sistem kekebalan tubuh normal.
Contoh : infeksi paru (TBC), infeksi jamur pada mulut (sariawan yang parah), kanker kulit
(Sarkoma Kaposi), dll.
G. Pencegahan
A: Anda jauhi seks, berarti anda tidak melakukan hubungan seks sama sekali.
B: Bersikap saling setia dengan pasangan.
C: Cegah dengan selalu menggunakan kondom secara benar.
D: Dilarang menggunakan narkoba.

Gejala
Tanda

I.
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a. Aktivitas / Istirahat.
: mudah lelah, berkurang intoleransi terhadap aktivitas biasanya, progesis kelalahan / malaise,
perubahan pola tidur.
:

kelamahan otot, menurunnya massa otot.


Respon fisiologis terhadap aktivitas seperti perubahan dalam TD, frekuensi jantung,
pernapasan.

Gejala
Tanda

b. Sirkulasi
: proses penyembuhan luka yang lambat (bila anemia); perdarahan lama pada cedera (jarang
terjadi).
:
Takikardia, perubahan TD potural.
Menurunnya volume nadi perifer.
Pucat atau sianosis; perpanjangan pengisisn kapiler.
c.

Intergitas Ego
Gejala
:
Faktor stress yang berhubungan dengan kehilangan, misalnya : dukungan keluarga,

hubungan dengan orang lain, penghasilan, gaya hidup tertentu, dan distres spiritual.
Mengkuatirkan penampilan: alopesia, lesi cacat, dan menurunnya berat badan.
Mengingkari diagnosa, merasa tidak berdaya,putus asa, tidak berguna, rasa bersalah,
kehilangan kontrol diri, dan depresi.
Tanda

Mengingkari, cemas, depresi, takut, menarik diri.


Perilaku marah, mengelak, menangis, dan kontak mata yang kuarang.

d. Eliminasi
Gejala
:
Diet yang intermiten, sering dengan atau tanpa disertai kram abdominal / daerah sekitar

perut.
Nyeri panggul, rasa terbakar saat miksi/ BAK.

Tanda

Fesses encer dengan atau tanpa disertai mukus atau darah.


Diare pekat yang sering.
Nyeri tekan abdominal.
Lesi atau abses rektal, perianal.
Perubahan dalam jumlah, warna dan karakteristik urine.

e.

Makanan / Cairan
Gejala
:
Tidak nafsu makan, mual dan muntah.
Disfagia, nyeri restrosternal saat menelan.
Perubahan berat badan yang cepat/progresif.

f.

Tanda
:
Adanya bising usus progresif.
Penurunan berat badan : perawatan kurus, menurunnya lemak subkutan / massa otot.
Turgor kulit buruk.
Leis pada rongga mulut, adanya selaput putih atau perubahan warna.
Kesehatan gigi/ gusi yang buruk, adanya gigi yang tanggal.
Edema (umum,dependen).
Higiene
Gejala
: tidak dapat menyelesaikan AKS.
Tanda
:
Memperlihatkan penampillan yang tidak rapi.
Kekurangan dalam banyak atau semuaperawatan diri, aktivitas perawatan diri.

g. Neurosensori
Gejala
:
Pusing / pening, sakit kepala.

Perubahan status menta, kehilangan ketajaman atau kemampuan diri untuk mengatasi

masalah, tidak mampu mengingat dan konsentrasi menurun.


Kerusakan sensasi, atau indra posisi dan getaran.
Kelemahan otot, tremor, dan perubahan ketajaman penglihatan.
Kebas, kesemutan pada ekstremitas (kaki yang tampak menunjukan perubahan awal)
Tanda
:
Perubahan status mental dengan rentang antara kacau mental sampai dimensia, lupa,
konsentrasi buruk, tingkat kesadaran menurun, apatis, retradasi psikomotor / respon

melambat.
Ide paranoid, ansietas yang berkembang bebas, harapan yang tidak realistis.
Timbul refleks tidak normal, menurunnya kekuatan otot, dan gaya berjalan ataksia.
Tremor pada motorik kasar/ halus, menurunya motorik fokalis; hemiparesis, kejang.
Hemoragi retinadan eksudat ( renitis CMV ).
h. Nyeri / Kenyamanan
Gejala
:
Nyeri umum atau lokal, sakit, rasa terbakar pada kaki.
Sakit kepala.
Nyeri dada pleuritis.
Tanda
:
Pembengkakan pada sendi, nyeri pada kelenjar, nyeri tekan.
Penurunan rentang gerak, perubahan gaya berjalan pincang.
Gerak otot melindungi bagian yang sakit.
i.

Pernapasan
Gejala
:
ISK sering atau menetap.
Nafas pendek yang progresif.

Batuk (mulai dari sedang sampai parah), produktif / non produktif sputum (tanda awal dari
adanya PCP mungkinbatuk spasmodik saat napas dalam).
Bendungan atau sesak pada dada.
Tanda

Takipnea, distres pernapasan.


Perubahan pada bunyi napas / bunyi napas adventisius.
Sputum kuning (pada pneunomia yang menghasilkan sputum).

j.

Keamanan
Gejala
:
Riwayat jatuh, terbakar, pingsan, luka yang lambat proses penyembuhannya.
Riwayat menjalani transfusi darah yang sering atau berulang ( mis : hemofilia, operasi

vaskuler mayor, insiden traumatis).


Riwayat penyakit defisiensi imun, yakni kanker tahap lanjut
Riwayat berulang infeksi dengan PHS
Demam berulang; suhu rendah, peningkatan suhu intermiten / memuncak; berkeringat
malam.
Tanda

Perubahan intergitas kulit: terpotong, ruam, misalnya : akzema, eksantem, psoriasis,


perubahan warna, perubahan ukuran/warna mola,; mudah menjadi memar yang tidak dapat

dijelaskan sebabnya.
Rektum, luka-luka perianal atau abses.
Timbulnya nodul-nodul, pelebaran kelenjar limfe pada dua area tubuh atau lebih (misalnya :

leher, ketiak, paha).


Menurunya kekuatan umum, tekanan otot, perubahan gaya berjalan.

k. Seksualitas
Gejala
:

Riwayat perilaku beresiko yakni mengadakan hubungan seksualdengan pasangan positif

HIV, pasangan seksual multipel, aktivitas seksual yang tidak terlindungi, dan seks anal.
Menurunnya libido, terlalu sakit untuk mengadakan hubungan seks.
Penggunaan kondom yang tidak konsisten.
Menggunakan pil pencegahan kehamilan (meningkatan kerentanan terhadap virus pada
wanita yng diperkirakan dapat terpajan karena peningkatan kekeringan / iritabilitas vagina).
Tanda

Kehamilan atau resiko terhadap hamil.

Genetalia : menifesitas kulit (misalnya : herpes, kulit); rabas.

l.

Interaksi Sosial
Gejala
:
Kehilangan kerabat,/oreng

terdekat,

teman,

pendukung.

Rasa

takut

untuk

mengungkapkannyapada orang lain, takut akan penolakan / kehilangan pendapat.


Isolasi, kesepian, teman dekat atau pasangan seksual yang meninggal karena AIDS.
Mempertanyakan kemampuan untuk tetap mandiri, tidak mampu membuat rencana.
Tanda
:
Perubahan pada interaksi keluarga / orang terdekat.
Aktivitas yang sering tak terorganisasi, perubahan penyusunan tujuan.

2. Diagnosa Keperawatan
Dp 1. Resiko tinggi terhadap ( progresi menjadi sepsis atau awitan infeksi oportunistik ) infeksi
berhubungan dengan:
a. pertahanan primer tak efektif, kulit rusak jaringan traumatik, stasis cairan tubuh.
b. Depresi sistem imun; penggunaan agen antimikroba.
c. Pemajanan lingkungan, teknik invansif.
d. Penyakit kronis; malnutrisi.
Dp 2. Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan berhubungan dengan :
a. Kehilangan cairan yang berlebihan : diare berat, berkeringat, muntah.
b. Status hipermetabolisme, demam
c. Pembatasan pemasukan : mual, anorexia, letargi
Dp 3. Resiko tinggi terhadap kerusakan perubahan pertukaran gas/pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan:
a.

Ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan, penurunan energi atau

kepenatan, penurunan ekspansi paru).


b. Menahan sekresi (obstruksi trakebronkial), proses infeksi/inflamasi; rasa sakit.
c. Ketidakseimbangan perfusi ventilasi (PCP/Pneumonia interstisial, anemia)

3. Rencana Keperawatan
Dp 1. Resiko tinggi terhadap ( progresi menjadi sepsis atau awitan infeksi oportunistik ) infeksi
berhubungan dengan:
a) pertahanan primer tak efektif, kulit rusak jaringan traumatik, stasis cairan tubuh.
b) Depresi sistem imun; penggunaan agen antimikroba.
c) Pemajanan lingkungan, teknik invansif.

d) Penyakit kronis; malnutrisi.


HYD :
a. Mengidentifikasi / ikut serta dalam perilaku yang mengurangi resiko infeksi.
b. Mencapai masa penyembuhan luka / lesi.
c. Tidak demam dan bebas dari pengeluaran atau sekresi purulen dan tanda-tanda lain dari
kondisi infeksi.
Intervensi
a.

Kaji tanda-tanda vital termasuk suhu.


Rasional : memberikan informasi data dasar, awitan atau peningkatan suhu secara berulangulang dari demam yang terjadi untuk menunjukan bahwa tubuh bereaksi pada proses infeksi
yang baru dimana obat tidak lagi dapat secara efektif mengontrol infeksi yang tidak dapat

disembuhkan.
b. Berikan laingkungan yang bersih dan berventilasi yang baik. Periksa pengunjung atau staf
terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi.
Rasional : mengurangi patogen pada sistem imun dan mengurangi kemungkinan pasien
mengalami infeksi nosokomial
c. Cuci tangan sebelum dan sesudah seluruh kontak dilakukan. Intruksikan kepada pasien atau
orang terdekat untuk mencuci tangan sesuai indikasi.
Rasional : mengurangi resiko kontaminasi silang.
d. Periksa adanya luka atau lokasi alat invasif, perhatikan tanda-tanda inflamasi atau infeksi
lokal
Rasional : indentifikasi atau perawatan awal dari infeksi skunder dapat mencegah terjadinya
e.

sepsis
Kolaborasi untuk pemberian antibiotik antijamur atau agen antimikroba
Rasional : membantu menghambat proses infeksi
Dp 2. Resiko tinggi terhadap kekurangan cairan berhubungan dengan :

a. Kehilangan cairan yang berlebihan : diare berat, berkeringat, muntah.


b. Status hipermetabolisme, demam
c. Pembatasan pemasukan : mual, anorexia, letargi
HYD : mempertahankan hidrasi dibuktikan oleh membran mukosa lembab, turgor kulit baik,
TTV stabil, haluaran urine adekuat, secara pribadi
Intervensi :
a.

Pantau TTV, termasuk CVP bila terpasang. Catat hipertensi termasuk perubahan postural
Rasional : indikator dari volume cairan sirkulasi.
b. Catat peningkatan suhu dan durasi demam, Berikan kompres air hangat sesuai indikasi,
pertahankan pakaian tetap kering, pertahankan kenyamanan suhu lingkungan.
Rasional : meningkatkan kebutuhan metabolisme dan dioforesis yang berlebihan yang
dihubungkan dengan demam dalam meningkatkan kehilangan cairan tak kasat mata.

c.

Kaji turgor kulit, membran mukosa, dan rasa haus


Rasional : indikator tidak langsung dari status cairan.
d. Ukur haluaran urine dan berat jenis urin, ukur atau kaji jumlah kehilangan diare.
Rasional : peningkatan berat jenis urine atau penurunan haluaran urine menujukkan
perubahan perfusi ginjal atau volume sirkulasi.
e. Pantau pemasukan oral dan memasukkan cairan kurang lebih 2500ml/hari.
Rasional : mempertahankan keseimbangan cairan, mengurangi rasa haus, dan melembabkan
membran mukosa.
f. Kolaborasi memberikan cairan/elektrolit melalui selang pemberi makanan/IV.
Rasional : diperlukan untuk mendukung atau memperbesar volume sirkulasi, terutama jika
pemasukan oral tidak adekuat, mual atau muntah terus-menerus.
Dp.3 resiko tinggi terhadap kerusakan perubahan pertukaran gas/pola nafas tidak efektif
berhubungan dengan:
a.

Ketidak seimbangan muskuler (melemahnya otot-otot pernafasan, penurunan energi atau

kepenatan, penurunan ekspansi paru).


b. Menahan sekresi (obstruksi trakebronkial), proses infeksi/inflamasi; rasa sakit.
c. Ketidakseimbangan perfusi ventilasi (PCP/Pneumonia interstisial, anemia)
HYD:
a. Mempertahankan pola pernapasan efektif.
b. Tidak mengalami sesak nafas atau sianosis dengan bunyi nafas dan sinar X bagian dada yang
bersih atau meningkat dan GDA dalam batas normal pasien.
Intervensi :
a.

Kaji kecepatan atau kedalaman pernafasan, sianosis, penggunaan otot aksesoris/peningkatan


kerja pernafasan dan munculnya dispnea, ansietas.
Rasional : takipnea, sianosis, tak dapat beristirahat, dan peningkatan nafas menunjukan
kesulitan pernafasan dan adanya kebutuhan untuk meningkatkan pengawasan atau intervensi
medis.

b. Auskultasi bunyi nafas, tandai daerah paru yang mengalami penurunan/kehilangan ventilasi,
dan munculnya bunyi adventisius misalnya: krekels, mengi, ronki.
Rasional : memperkirakan adanya perkembangan komplikasi atau infeksi pernafasan
c.

misalnya atelektasis atau pneumonia.


Tinggikan kepala tempat tidur, usahakan pasien untuk berbalik, batuk,menarik nafas sesuai
kebutuhan.
Rasional : meningkatkan fungsi pernafasan yang optimal dan mengurangi aspirasi atau
infeksi yang ditimbulkan karena atelektasis.

d.

Berikan periode istirahat yang cukup diantara waktu aktifitas perawatan, pertahankan

lingkungan yang tenang.


Rasional : menurunkan konsumsi O2.
e. Kolaborasi memberikan tambahan O2 yang dilembabkan melalui cara yang sesuai misalnya
melalui kanula, masker, intubasi atau ventilasi mekanis.
Rasional : mempertahankan ventilasi atau oksigenasi efektif untuk mencegah atau
memperbaiki krisis pernafasan.

DAFTAR PUSTAKA
Namiroh Murinda Selasa, 14 September 2010. Diakses tanggal 26 September 2012. Sumber
(internet) http://murindasari.blogspot.com/2010/09/anatomi-dan-fisiologi-sistem-imundan.html
Anonym. 16 September 2011. Diakses tanggal 23 September 2012. Sumber (Internet)
http://aianpramadhan.blogspot.com/2011/09/anatomi-dan-fisiologi-sistem-imun-dan.html
http://id.wikipedia.org/wiki/Sumsum_tulang

http://translate.google.co.id/translate?hl=id&sl=en&u=http://www.plosone.org/article/info
%253Adoi%252F10.1371%252Fjournal.pone.0011156&prev=/search%3Fq%3Dbalt
%2Bbronchus-associated%2Blymphoid%2Btissue%26hl%3Did%26biw%3D1525%26bih
%3D786%26prmd
%3Dimvns&sa=X&ei=hRZnUKfNEsjMrQeZ_oCoAw&ved=0CEsQ7gEwAw(Damiana
Chiavolini 1 , Javier Moreno Rangel- 2 , Gretchen Berg 1 , Kate Christian 1 , Laura OliveiraNascimento 1 , 3 , Susan Weir 1 , Joseph Alroy 4 , Troy D. Randall 2 , Lee M. Wetzler 1 *)
http://www.scribd.com/doc/52056262/Gangguan-Keseimbangan-Cairan
Diposkan oleh Muhammad Yusuf. S,Kep. Ners di 20.03
Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke
Pinterest

Anda mungkin juga menyukai