Anda di halaman 1dari 7

FAKTOR-FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN

BERAT LAHIR BAYI DI RSUD WONOSARI GUNUNGKIDUL


YOGYAKARTA TAHUN 2012
Vitrianingsih1, Kusharisupeni2 dan Luknis Sabri3
ABSTRAK
Kematian neonatus sebagian besar disebabkan oleh Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) (32,4%).
Berat lahir sangat penting diperhatikan karena berhubungan erat dengan kelangsungan hidup
bayi selanjutnya. Bayi Berat Lahir Rendah akan meningkatkan morbiditas dan mortalitas bayi.
Faktor yang dapat mempengaruhi berat lahir bayi meliputi umur ibu, jarak kelahiran, paritas,
kadar hemoglobin, status gizi, pemeriksaan kehamilan, asupan zat gizi dan tingkat sosial ekonomi
serta faktor penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan dengan frekuensi Antenatal Care.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya hubungan antara umur, paritas, status
gizi, kadar Hb, pendidikan dan pekerjaan dengan berat lahir bayi. Penelitian menggunakan
pendekatan kuantitatif dengan desain Cross Sectional. Variabel independen meliputi umur,
paritas, status gizi, kadar Hb, pendidikan dan pekerjaan. Populasi dan sampel dalam penelitian
yaitu seluruh ibu yang melahirkan pada bulan Januari-Desember 2012 di RSUD Wonosari.
Pengambilan data dilakukan pada bulan Juli tahun 2013 dengan teknik simple random sampling.
Analisis data yang dilakukan adalah univariat, bivariat dan multivariat.
Hasil analisis membuktikan bahwa persentase responden yang melahirkan bayi BBLR sebanyak
16%. Berdasarkan analisis chi-square semua variabel independen berhubungan dengan berat
lahir bayi. Faktor yang dominan berhubungan dengan berat lahir bayi adalah status gizi
(OR=6,081).
Kata Kunci: Berat lahir bayi

ABSTRACT
Neonatal mortality is largely due caused by Low Birth Weight (LBW) (32.4%). Birth weight is very
important to noticed because it is closely related to subsequent infant survival. Low Birth Weight
will increase infant morbidity and mortality. Factors that can affect birth weight infants include
maternal age, birth spacing, parity, hemoglobin levels, nutritional status, prenatal care, nutrient
intake and socio-economic level as well as factors related to the use of health facilities with the
frequency of Antenatal Care. The purpose of this study was to determine the relationship between
age, parity, nutritional status, hemoglobin concentration, education and occupation with birth
weight infants. The research uses a quantitative approach with a Cross-Sectional design.
Independent variables included age, parity, nutritional status, hemoglobin concentration,
education and occupation. Population and sample in the study of all women who gave birth in
January to December 2012 at the Wonosari Regional General Hospital. Data collection was
conducted in July of 2013 with a simple random sampling technique.. Data analysis is univariate,
bivariate and multivariate analyzes. Analysis results proved that the percentage of respondents
who gave birth to LBW babies as much as 16%. Based on chi-square analysis of all the
independent variables associated with birth weight infants. The dominant factors associated with
infant birth weight is nutritional status (OR = 6.081).
Keywords: birth weight infants
1. Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Respati Indonesia,
Jakarta, Kode Pos 13890, Indonesia
2. Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Respati Indonesia,
Jakarta, Kode Pos 13890, Indonesia
3. Prodi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Program Pascasarjana, Universitas Respati Indonesia,
Jakarta, Kode Pos 13890, Indonesia

jumlah persalinan pada tahun 2012 sebanyak 1384

PENDAHULUAN
Survei

persalinan dan sebanyak 223 (16,1%) melahirkan

Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun

BBLR. Prevalensi BBLR di RSUD Wonosari

2012, AKB di Indonesia adalah 32 per 1.000

cukup tinggi dan

kelahiran hidup sedangkan untuk Angka Kematian

Nasional yang hanya 11,1%. Berdasarkan latar

Neonatus (AKN) yaitu 19 per 1.000 kelahiran

belakang diatas penulis tertarik untuk melakukan

hidup. Dari seluruh kematian bayi di Indonesia

penelitian

sebanyak 46,2% meninggal pada masa neonatus

berhubungan dengan Berat Badan Lahir di Rumah

(usia dibawah 1 bulan). Penyebab kematian

Sakit Umum Daerah Wonosari Gunungkidul

neonatus

gangguan

Tujuan penelitian. Tujuan umum dari penelitian

pernafasan/asfiksia (35,9%) dan Bayi Berat Lahir

ini adalah teridentifikasinya faktor-faktor yang

Rendah (BBLR) (32,4%) (Kemenkes, 2012).

berhubungan dengan berat badan lahir

Latar

Belakang.

Berdasarkan

sebagian

besar

hasil

karena

melebihi prevalensi BBLR

mengenai

Faktor-faktor

yang

Berat badan lahir merupakan hasil interaksi

Kajian Teori. Berat lahir adalah berat bayi yang

dari berbagai faktor melalui suatu proses yang

ditimbang dalam 1 jam setelah lahir. Menurut

berlangsung selama berada dalam kandungan.

Manuaba (2005), bayi baru lahir normal adalah

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi berat

bayi yang lahir dari kehamilan atrem (37 minggu

badan lahir

sampai 42 minggu dengan berat badan lahir diatas

menurut Manuaba (1998) meliputi

faktor lingkungan internal yaitu umur ibu, jarak

2500 gram).

kelahiran, paritas, kadar hemoglobin, status gizi ibu

Berat badan lahir sangat penting diperhatikan

hamil, pemeriksaan kehamilan, dan penyakit pada

karena berhubungan erat dengan kelangsungan

saat

eksternal

hidup bayi selanjutnya. Bayi Berat Lahir Rendah

meliputi kondisi lingkungan, asupan zat gizi dan

akan meningkat morbiditas dan mortalitas bayi

tingkat sosial ekonomi ibu hamil dan faktor

(Bennu, 2012). BBLR yang tidak ditangani dengan

penggunaan sarana kesehatan yang berhubungan

baik dapat mengakibatkan timbulnya masalah pada

frekuensi pemeriksaan kehamilan atau Antenatal

semua sistem organ tubuh, gangguan mental dan

Care (ANC)

fisik serta tumbuh kembang selanjutnya

kehamilan,

faktor

lingkungan

Kejadian BBLR yang tinggi menunjukkan


bahwa

kualitas

kesehatan

masyarakat

masih

rendah.

diperlukan

upaya

untuk

dan
Oleh

kesejahteraan
karena

menurunkan

Hipotesis. Hipotesis dalam penelitian ini adalah:


1.

badan lahir

itu

angka

2.

masyarakat

menjadi

meningkat.

3.

4.

5.

Berdasarkan

studi

pendahuluan

yang

telah

dilakukan di RSUD Wonosari didapatkan data

Ada hubungan antara kadar Hb ibu dengan


berat badan lahir

selain itu rumah sakit ini juga menjadi tempat


pelayanan rujukan utama di daerah Gunungkidul.

Ada hubungan antara status gizi ibu dengan


berat badan lahir

Sakit Umum Daerah (RSUD) Wonosari merupakan


rumah sakit terbesar di Kabupaten Gunungkidul,

Ada hubungan antara jarak kehamilan dengan


berat badan lahir

Kejadian BBLR ini bisa dicegah bila kita


mengetahui faktor-faktor penyebabnya. Rumah

Ada hubungan antara paritas ibu dengan berat


badan lahir

kejadian BBLR agar kualitas kesehatan dan


kesejahteraan

Ada hubungan antara umur ibu dengan berat

6.

Ada hubungan antara Pendidikan ibu dengan


berat badan lahir

7.

Ada hubungan antara Pekerjaan ibu dengan


berat badan lahir

METODE PENELITIAN
Penelitian ini dilakukan di RSUD Wonosari

Tabel 2
Distribusi ibu berdasarkan faktor umur,
paritas, status gizi, kadar Hb, pendidikan dan
pekerjaan di RSUD Wonosari Gunungkidul
tahun 2012

Gunungkidul. Waktu penelitian dilaksanakan pada

Variabel

Frekuensi

Prosen

(n=293)

tase

bulan Juli 2013


Jenis

Penelitian.

Jenis

penelitian

ini

menggunakan metode survei analitik dengan


pendekatan Cross sectional.
Teknik Pengambilan sampel. Teknik sampling
dalam penelitian ini meggunakan purposive
sampling. Adapun sampel dalam penelitian yaitu
ibu yang melahirkan pada periode JanuariDesember 2012 di RSUD Wonosari Gunungkidul
yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi
sebanyak 293.
Teknik Pengumpulan Data. Jenis data dalam
penelitian

ini

menggunakan

data

sekunder

meliputi data usia ibu, jarak kelahamilan, paritas


ibu, status gizi ibu, kadar Hb ibu, pendidikan ibu,
pekerjaan ibu

dan berat badan lahir bayi.

Pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan


dengan cara studi dokumentasi yaitu mengambil
data ibu bersalin yang melahirkan di RSUD
Wonosari Gunungkidul periode Januari-Desember

(100%)
Umur
Tidak berisiko

214

73,0

Berisiko

79

27,7

Tidak Berisiko

180

61,4

Berisiko

113

38,6

Tidak Risiko KEK

247

84,3

Risiko KEK

46

15,7

Tidak anemia

184

62,8

Anemia

109

37,2

Tinggi

129

44

Dasar

164

56

Tidak bekerja

155

52,9

Bekerja

138

47,1

Paritas

Status Gizi

Kadar Hb

Pendidikan

Pekerjaan

2012 yang telah ada didalam rekam medis pasien.


Analisa Data. Uji hipotesis yang digunakan
adalah uji analisis multiple regression logistic.

HASIL DAN PEMBAHASAN


Hasil
Tabel 1
Distribusi Frekuensi Berat Lahir Bayi
Kategori
Frekuensi
Prosentase
(n=293)
(100%)
Tidak BBLR
246
84
BBLR
47
16

Tabel 3
Analisis Regresi Logistic Ganda

OR
(2)

khusus karena angka kejadian BBLR masih

1,7848,855
0,079 2,107 0,9164,844
3 Status
15,77 0,000 6,081 2,495-18gizi
4
821
4 Kadar
16,00 0,000 5,365 2,356Hb
8
12,218
5 Pendidik 5,913 0,015 3,059 1,242an
7,533
6 Pekerjaa
5,170 0,023 2,581 1,140n
5,845
Pemodelan kedua (setelah variabel paritas dikeluarkan)
1 Umur ibu 15,58 0,000 4,755 2,19319,6
9
10,310
%
2 Status
16,17 0,000 6,119 2,5310,6
gizi
7
14,792
%
3 Kadar
15,29 0,000 5,008 2,2336,6
Hb
0
11,231
%
4 Pendidik 4,389 0,036 2,508 1,06118
an
5,928
%
5 Pekerjaa
4,684 0,030 2,443 1,0885,3
n
5,486
%
Pemodelan ke tiga (akhir)
1 Umur ibu 11,40 0,001 3,975 1,7845
8,855
2 Paritas
3,078 0,079 2,107 0,9164,844
3 Status
15,77 0,000 6,081 2,495-18gizi
4
821
4 Kadar
16,00 0,000 5,365 2,356Hb
8
12,218
5 Pendidik 5,913 0,015 3,059 1,242an
7,533
6 Pekerjaa
5,170 0,023 2,581 1,140n
5,845

kejadian BBLR nasional yang hanya 11,1%.

Pembahasan

dengan sel telur pada wanita dengan usia

a. Berat lahir Bayi

reproduksi sehat (20-35 tahun). Jika proses

N Variabel Wald
o
Pemodelan Awal
1 Umur ibu 11,40
5
2 Paritas
3,078

Sig

0,001

OR
(1)

95%CI

3,975

cukup tinggi dimana angka ini melebihi angka

Penanganan kasus BBLR sebaiknya dilakukan


dengan peran serta berbagai pihak mulai dari
dinas kesehatan sebagai pemegang kebijakan,
tenaga kesehatan sebagai pemberi pelayanan,
peran kader dan masyarakat untuk ikut serta
memberi pengawasan, peran keluarga dan ibu
hamil itu mengupayakan pencegahan kelahiran
BBLR
b. Hubungan umur ibu dengan berat lahir
Hasil analisis hubungan antara umur ibu dengan
berat lahir bayi diperoleh bahwa ada sebanyak
17 (7,9%) ibu dengan umur tidak berisiko
melahirkan bayi BBLR. Sedangkan ibu dengan
umur berisiko ada 30 (38%) yang melahirkan
bayi BBLR. Dari halisis bivariat menunjukkan
p-value 0,001 dan nilai OR 3,975 maka dapat
disimpulkan ada hubungan antara umur ibu
dengan berat lahir bayi dimana ibu dengan
umur berisiko akan berpeluang 4 kali untuk
melahirkan BBLR dibandingkan ibu dengan
umur tidak berisiko. Hal ini sejalan dengan teori
yang disampaikan Sulistyawati (2009) bahwa
pada proses pembuahan kualitas sel telur wanita
usia ini sudah menurun jika dibandingkan

Hasil penelitian menunjukkan sebagian besar

pembuahan mengalami gangguan makan dapat

yaitu 246 (84%) responden melahirkan bayi

menyebabkan terjadinya ganggguan pembuhan

tidak BBLR, sedangkan jumlah ibu yang

pada buah kehamilan, hal ini kemungkinan

melahirkan bayi BBLR 47 (16%). Hasil analisis

menyebabkan IUGR

frekuensi berat lahir bayi yang paling rendah

BBLR. Hal ini juga sejalan dengan penelitian

adalah 2000 gram dan paling tinggi adalah 4050

yag dilakukan oleh Ruji (2009) menyatakan

gram, rata-rata bayi lahir yaitu 2896 gram

bahwa terdapat hubungan antara umur ibu

dengan modus 3000 gram. Dengan demikian

dengan kejadian BBLR dimana ibu hamil

dapat diketahui bahwa berat lahir bayi di RSUD

dengan uumur kurang dari 20 tahun dan diatas

Wonosari dalam kategori normal, namun

35 tahun memiliki risiko 12,5 kali untuk

demikian

tetap

perlu

mendapat

perhatian

yang

berakibat

bayi

c.

melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu

Hasil analisis hubungan antara kadar Hb dengan

yang berumur 20-35 tahun

berat lahir bayi dieroleh bahwa p-value 0,000

Hubungan paritas dengan berat lahir bayi

dan nilai OR=5,365 artinya ada hubungan

Hasil uji statistik diperoleh p-value 0,079

antara kadar Hb dengan berat lahir, dimana ibu

artinya

tidak ada hubungan antara paritas

dengan anemia akan mempunyai peluang 5 kali

dengan berat lahir bayi. Penelitian ini tidak

untuk melahirkan BBLR dibandingkan dengan

sejalan

pernah

ibu yang tidak anemia. Hasil penelitian ini

dilakukan sebelumnya oleh Joeharno & Zaenab

sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh

(2006)

paritas

Hidayati (2005) yang menyatakan bahwa ibu

merupakan faktor risiko penyebab kejadian

hamil yang terpapar anemia memiliki peluang

BBLR pada bayi, hasil pengujian statistik

3,7 kali lebih besar untuk melahirkan BBLR

diperoleh OR=2,438 sehingga dapat dikatakan

dibandingkan yang tidak anemia. Hal ini juga

bahwa ibu dengan paritas >3 berisiko 3 kali

sejalan dengan penelitian Rachmawati (2009)

untuk melahirkan BBLR. Hal ini dimungkinkan

bahwa

ibu

banyak

mempunyai risiko 3,74 kali lebih besar untuk

pengalaman

melahirkan bayi dnegan BBLR dibandingkan

dengan

yang

menyatakan

dengan

mempunyai

penelitian

paritas

yang

bahwa

tinggi

pengetahuan

lebih

dan

karena kehamilan yang lalu sehingga ibu dapat


menjaga dan mempertahankan kehamilannya
dengan

d.

lebih

baik

sehingga

bayi

hamil

yang

terpapar

anemia

ibu hamil yang tidak terpapar anemia.


f.

yang

Hubungan pendidikan dengan berat lahir


Hasil uji statistik didapatkan p-value 0,015 dan

dilahirkan tidak BBLR.

nilai OR=3,059 artinya ada hubungan antara

Hubungan status gizi dengan berat lahir

pendidikan ibu dengan berat lahir bayi dimana

Hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,000

ibu dnegan pendidikan dasar akan mempunyai

dengan OR=6,081 artinya ibu dengan risiko

peluang 3 kali untuk melahirkan BBLR

KEK akan mempunyai peluang 6 kali untuk

dibandingkan dengan ibu yang berpendidikan

melahirkan BBLR dibandingkan dengan ibu

tinggi. Hasil penelitian ini sesuai dengan

yang tidak KEK. Gizi ibu saat hamil sangat

penelitian yang dilakukan oleh Jayant (2010)

penting

yang

tentang Faktor Risiko Maternal Kejadian Bayi

dikandung. Gizi yang baik diperlukan agar

Berat Lahir Rendah di Maharashtra Barat, India

janin berkembang pesat dan tidak megalami

yang

hambatan. Terkait begitu pentingnya status gizi

berhubungan dengan kejadian BBLR, dimana

pada ibu hamil terhadap pertumbuhan janin

ibu yang berpendidikan rendah akan berisiko

maka status gizi harus benar-benar mendapat

1,6 kali untuk melahirkan BBLR dibandingkan

perhatian. Status gizi janin menentukan berat

dengan ibu yang berpendidikan tinggi.

untuk

pertumbuhan

janin

badan bayi baru lahir dan status gizi janin

e.

ibu

g.

menyatakan

bahwa

pendidikan

Hubungan pekerjaan dengan berat lahir

ditentukan oleh status gizi ibu selama hamil

Hasil uji statistik hubungan antara pekerjaan ibu

sampai melahirkan. Status gizi ibu dipengaruhi

dengan berat lahir bayi diperoleh p-value 0,023

oleh

keadaan

dan nilai OR=2,581 yang artinya ada hubungan

kesehatan dan gizi, jarak kelahiran, paritas dan

antara pekerjaaan ibu dengan berat lahir bayi

umur kehamilan (Arisman, 2004)

dimana ibu yang bekerja akan mempunyai

Hubungan kadar Hb dengan berat lahir

peluang 3 kali untuk melahirkan BBLR

keadaan

sosial

ekonomi,

h.

dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja.

Saran. Berdasarkan kesimpulan diatas dapat

Hasil penelitian ini sesuai dengan penelitian

dituliskan saran-saran sebagai berikut:

yang

1.

dilakukan

oleh

Thomre

(2012)

Bagi instansi pemerintah

menjelaskan bahwa pekerjaan merupakan faktor

a. Hendaknya memprioritaskan pelaksanaan

risiko terjadinya BBLR. Berdasarkan penelitian

program promosi kesehatan dan upaya

yang dilakukan dengan membandingkan ibu

preventif terkait penanganan kejadian

hamil yang bekerja ringan dan ibu hamil yang

BBLR

bekerja berat didapatkan nilai OR=4,37 artinya

berhubungan

ibu hamil yang melakukan pekerjaan keras

contohnya pencanangan program KB,

memiliki risiko 4,37 kali untuk melahirkan

adanya promosi kesehatan masyarakat,

BBLR dibandingkan dengan ibu yang bekerja

peningkatan atau perbaikan status gizi ibu

ringan.

hamil

Variabel Dominan

tambahan

Variabel yang dominan berhubungan dengan

suplementtasi gizi, suplementasi tablet

berat lahir bayi adalah variabel status gizi ibu

besi dengan monitoring secara intensif

mengacu

pada

dengan

seperti

hal-hal

kejadian

pemberian

bagi

ibu

yang
BBLR

makanan

hamil

dan

dengan OR=6,081 artinya ibu dengan risiko

b. Handaknya dibuat kebijakan mengenai

KEK memiliki peluang 6 kali untuk melahirkan

cuti kerja bagi ibu hamil dan bersalin

BBLR dibandingkan dengan ibu yang tidak

terkait begitu pentingnya istirahat untuk

KEK setelah dikontrol variabel umur, paritas,

ibu hamil sebagai upaya pencegahan

kadar Hb,pendidikan dan pekerjaan

BBLR serta cuti bagi ibu bersalin sebagai


upaya pensuksesan ASI eksklusif 6 bulan
2.

PENUTUP

Bagi

RSUD

Wonosari

Gunungkidul

Kesimpulan. Berdasarkan hasil penelitian dan

Hendaknya ikut berperan serta dalam upaya

analisis data yang telah dilakukan maka dapat

penurunan

disimpulkan bahwa:

meningkatakan

1. Dari 293 sampel bayi menunjukkan bahwa

manusia, ketersediaan sarana dan prasarana

angka

2. Variabel yang berhubungan dengan berat lahir

status gizi (p-value 0,000), kadar Hb (p-value

3.

dan

mortalitas

akibat

Bagi tenaga kesehatan agar tenaga kesehatan

status gizi ibu hamil

3. Variabel yang dominan dengan berat lahir


bayi adalah variabel status gizi ibu dnegan OR
dengan

morbiditas

dan monitoring kesehatan terutama tentang

pekerjaan (p-value 0,023)

ibu

sumberdaya

lebih intensif dalam memberikan penyuluhan

pendidikan (p-value 0,015), dan

artinya

kompetensi

serta

BBLR.

bayi adalah variabel umur (p-value 0,001),

6,081

BBLR

dalam penanganan BBLR guna menurunkan

presentase BBLR sebanyak 16%.

0,000),

kejadian

risiko

KEK

4.

Bagi peneliti selanjutnya diharapkan mampu


mengembangkan

penelitian

memiliki peluang 6 kali untuk melahirkan

menyertakan

BBLR dibandingkan dengan yang tidak

berhubungan dengan berat lahir bayi seperti

berisiko KEK setelah dikontrol variabel umur,

gaya hidup, status ekonomi, penyakit yang

paritas, kadar Hb, pendidikan dan pekerjaan.

diderita ibu, faktor janin, faktor plasenta dan


sebagainya

faktor-faktor

dengan

serta

lain

memperluas

yang

wilayah

penelitian

dan

memperdalam

penelitian

7.

kaitannya status gizi ibu dengan berat lahir.

Kemenkes RI. 2012 Survei Demografi dan


Kesehatan Indonesia 2012. Diakses tanggal
10

2.

20Penelitian/SDKI%202012/Laporan%20Pen

Buku Ajar Ilmu Gizi. Jakaerta:EGC

dahuluan%20SDKI%202012.pdf

Bennu M. 2012. Hubungan umur, status gizi

Berat Lahir Rendah di RS Bersalin Pertiwi

Baru Lahir di Indonesia.


9.

Hidayati, M. 2005. Kurang Energi Kronis dan

Manuaba, I.G.B. 2005. Pengantar Buku


Obstetri. EGC: Jakarta.

10. Rachmawati.

2006.

Anemia

Ibu

Hamil

Kejadian Bayi Berat Lahir Rendah di Kota

sebagai Faktor Risiko Bayi Berat Lahir

Mataram Propinsi Nusa Tenggara Barat.

Rendah (BBLR) di Kabupaten Aceh Besar

Tesis, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta

Pasca Tsunami 2004. Tesis, Universitas

Jayant, D. 2005. Maternal Risk Factors for

Gadjah Mada
11. Ruji,

M.

2009.

Faktor-faktor

yang

Based Case Control Study In Rural Area

Berhubungan dengan Kejadian BBLR di

Western Maharashtra India. Jurnal. Diunduh

Kabupaten

melalui http://njcmindia.org/uploads/2-3_394-

Universitas Gadjah Mada.

Joeharno & Zaenab R. 2006. Beberapa faktor


Risiko Kejadian BBLR di Rumah Sakit AlFatah

Kotawaringin

Timur.

Tesis,

12. Sulistyawati, A. 2009. Asuhan Kebidanan Ibu

398.pdf

Ambon

Periode

Januari-Desember

Tahun 2006
6.

Kemenkes RI. 2012. Upaya Percepatan


Penurunan Angka Kematian Ibu dan Bayi

Low Birth Weight Neonates: A Hospital

5.

8.

dan Paritas Ibu Hamil dengan Kejadian Bayi

Anemia Ibu Hamil sebagai Faktor Risiko

4.

melalui

Arisman. 2004. Gizi dalam Daur kehidupan:

Makassar 2007.
3.

2013

http://www.bkkbn.go.id/litbang/pusdu/Hasil%

DAFTAR PUSTAKA
1.

Mei

Kemenkes RI. 2012. Profil Data Kesehatan


Indonesia Tahun 2011.

dan Anak. Yogyakarta: Graha Ilmu


13. Thomre,

P.

Maternal

Risk

factors

Determining Birth Weight of Newborns: A


Tertiary

Care

Hospital

Based

Study.

Anda mungkin juga menyukai