Kelompok Qiraat
Kelompok Qiraat
T. M. Hasbi Ash Siddieqy, Sejarah dan Pengantatr Ilmu Al-Quran/Tafsir, PT Bulan Bintang,
Jakarta, 1980, hal. 94.
menerima dari Yahya bin Watstsab yang menerima dari Zurr bin Hubaisy
yang menerima dari Usmn, Ali, dan Masud. Diantara tokoh yang
meriwayatkan qiraahnya adalah Khalaf dan Khalad.
7. Ali bin Hamzah Al Kisa-y, maha guru qiraah di Kufah. Ia bergelar Abu
Hasan, ada orang yang mengatakan Al-Kasa-y sebab dia mengharamkan
pakaian berjahid. Ia seorang ahli riwayat. Ia belajar qiraah dari Abi
Imarah dan Ismail bin Jafar. Diantara tokoh yang meriwayatkan
qiraahnya adalah Abu al-Haris dan Hafs Ad-Dauri.
Disamping tujuh orang ulama ahli qiraah di atas, terdapat tiga ahli qiraah
lagi, yang kekuatan sanadnya berada dibawah tujuh orang ulama ahli qiraah,
yaitu
1. Abu Jafar Yazid bin Qaqa Al Madany
Ia seorang ahli riwayat. Ia mengambil qiraah dari Abdullah bin Abbas dan
Abu Hurairah yang mengambil dari Ubai bin Kaab.
2. Yaqub bin Ishaq Al Hadlramy. Ia seorang ahli riwayat.
3. Khalaf bin Hisyam bin Thalib Al Makky. Ia seorang ahli riwayat. Ia
menerima qiraah dari Sulaim bin Isa bin Habib Az-Zaiyat.
Tujuh orang ulama ahli qiraah ditambah dengan tiga ahli qiraah ini biasa
disebut qiraah 10.
Disamping itu, terdpat qiraah 14, yaitu qiraah 10 yang ditambah dengan
4 ahli qiraah berikut.
1. Qiraah Al Hasan Al Nishri maula al Anshar. Salah seorang tabiin
terbesar dan terkenal kezuhudannya.
2. Qiraah Muhammad bin Abdurrahman. Ia guru dari Abu Amru.
3. Qiraah Yahya bin Al Mubarak Al Yazidiy An Nabawiy dari Bagdad. Ia
belajar kepada Abu Amru dn Hamzah. Ia guru dari Ad Duri dan As
Susi.
4. Qiraah Abul Faraj Muhammad bin Ahmad As Yanabuzy.
Ramli Abdul Wahid, Ulumul Quran (edisi Revisi), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal.
141-143.
3
Tim Pustaka Firdaus (ed), Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1993, hal.
333.
3. Ahad, yaitu qiraah yang sanadnya sahih, akan tetapi qiraah ini menyalahi
tulisan mushaf Utsmani atau kaidah bahas Arab atau tidak masyhur seperti
seperti qiraah yang masyhur. Qiraah ini tidak sah dibaca sebagai AlQuran dan tidak wajib meyakininya.
Misalnya, diriwayatkan oleh al-Hakim dan barasal dari Ashim al-Jahdari,
dan al-Jahdari mendengarnya dari Abu Bikrah yang mengatakan :
Bahwasanya Rasulullah saw membaca firman Allah dalam surat ar-Rahman
ayat 76 sebagai berikut : Muttakiiina Alaa rafaarifa khudrin wa
abaaqariyyin hisaan. Dan menurut sumber riwayat itu juga, konon ia
membaca firman Allah swt dalam surat at-Taubah ayat 128 : ... Laqad
jaaakum Rasuulun min anfasikum, dengan huruf fa di-fathah.4
4. Syaz, yaitu qiraah yang sanadnya tidak sahih. Qiraah ini tidak dijadikan
pegangan dalam bacaan dan bukan termasuk Al-Quran.
Misalnya, qiraah Binu-Sumaifa yang membaca surat Yunus ayat 92 : ...
li takuuna li man khalafaka (huruf laam berfathah).5
5. Maudhu, yaitu qiraah yang dibangsakan kepada seseorang tanpa dasar.
Qiraah ini tidak termasuk Al-Quran dan dapat dijadikan pegangan dalam
bacaan.
Misalnya, qiraah-qiraah yang dikumpulkan oleh Muhammad Bin Jafar al
Khuzay dan dinisbatkan kepada Abu Hanifah, seperti qiraah innama
yakhsyallahu min ibadihil ulama-a dengan merafakan isim jalalah dan
menashabkan lafadh Al Ulama.6
6. Mudraj, yaitu qiraah yang di dalamnya terdapat kata atau kalimat tambahan
yang biasanya dijadikan penafsiran bagi ayat Al-Quran. Qiraah ini tidak
termasuk Al-Quran dan dapat dijadikan pegangan dalam bacaan.
Misalnya, qiraah Saad bin Abi Waqas yang menambah min ummin
pada ayat Walahu akhun au ukhtun hingga menjadi, walahu akhun au
ukhtun min ummin.7
REFERENSI
Wahid, Ramli Abdul. 2002. Ulumul Quran (edisi Revisi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Tim Pustaka Firdaus (ed). 1993. Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran. Jakarta :
Pustaka Firdaus.
M. Yusuf, Kadar. 2010. Studi Alquran. Jakarta : Amzah
T. M. Hasbi Ash Siddieqy. 1980. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Quran/Tafsir.
Jakarta : PT Bulan Bintang.
------------------------------. 1993 .Ilmu-Ilmu Al-Quran. Jakarta : PT bulan Bintang.
Halimuddin (ed). 1993. Pembahasan Ilmu Al-Quran. Jakarta : PT Rineka Cipta.