Anda di halaman 1dari 5

SOAL : SEBUTKAN RAGAM QIRAAH AL-QURAN DITINJAU DARI

SEGI KUANTITAS DAN KUALITAS ! URAIKAN MASING-MASING


RAGAM DISERTAI DENGAN CONTOH !
a. Dari Segi Kuantitas
Dari segi kuantitas, terdapat tiga macam qiraah, yaitu :
Yang terkenal adalah tujuh orang ulama ahli qiraah yang sanadnya kuat, dan
qiraahnya dapat disesuaikan dengan mushaf Utsmani1, yaitu sebagai berikut.
1. Nafi bin Nuaim Al Madany, maha guru qiraah di Madinah. Ia menerima
qiraah dari 70 tabiin yang telah mempelajari qiraah dari Ubay bin
Kaab, Abdullah bin Abbas, dan Abu Hurairah. Diantara tokoh yang
meriwayatkan qiraahnya adalah Qalun dan Warasy.
2. Abdullah bin Katsir Al Makky, maha guru qiraah di Makkah. Ia dari
tabiin. Ia belajar dari salah seorang sahabat Nabi saw, Abdullah bin Saib.
Tokoh yang terkenal mengembangkan qiraahnya adalah Al-Bazi dan
Qunbul.
3. Abu Amer bin Al Ala, maha guru qiraah di Basrah. Diantara gurunya
adalah Abu Al-Hajjaj Mujahid, Abu Abdullah Said bin Jubair, dan Abu
Jafar Yazid bin Al-Qaqa. Diantara tokoh yang meriwayatkan qiraahnya
adalah Ad-Dauri dan As-Sausi.
4. Abdullah bin Amir Al Yashaby, maha guru qiraah di Damascus. Ia
belajar. Ia mengambil qiraah dari al Mughirah bin Syubah al-Makhzumi
yang mengambil dari Usman bin Affan dan ia bertemu dengan beberapa
sahabat. Diantaranya an- Numan bin Basyir Wailah bin al-Asqa. Ada
yang mengatakan bahwa ia bertemu dengan Usman dan belajar kepadanya.
5. Ashim Al Asady, maha guru qiraah di Kufah. Ia dari golongan tabiin. Ia
mempelajari qiraah pada Zurr bin Hubaisy yang belajar pada Abdullah
bin Masud, Abu Abdurrahman Abdullah bin Habib As-Salmi. Dintara
tokoh yang meriwayatkan qiraahnya adalah Syabah dan Hafs.
6. Hamzah bin Habib Azzaiyat, maha guru qiraah di Kufah. Ia seorang ahli
riwayat. Ia mempelajari qiraah pada Sulaiman bin Mihran al Amasy yang
1

T. M. Hasbi Ash Siddieqy, Sejarah dan Pengantatr Ilmu Al-Quran/Tafsir, PT Bulan Bintang,
Jakarta, 1980, hal. 94.

menerima dari Yahya bin Watstsab yang menerima dari Zurr bin Hubaisy
yang menerima dari Usmn, Ali, dan Masud. Diantara tokoh yang
meriwayatkan qiraahnya adalah Khalaf dan Khalad.
7. Ali bin Hamzah Al Kisa-y, maha guru qiraah di Kufah. Ia bergelar Abu
Hasan, ada orang yang mengatakan Al-Kasa-y sebab dia mengharamkan
pakaian berjahid. Ia seorang ahli riwayat. Ia belajar qiraah dari Abi
Imarah dan Ismail bin Jafar. Diantara tokoh yang meriwayatkan
qiraahnya adalah Abu al-Haris dan Hafs Ad-Dauri.
Disamping tujuh orang ulama ahli qiraah di atas, terdapat tiga ahli qiraah
lagi, yang kekuatan sanadnya berada dibawah tujuh orang ulama ahli qiraah,
yaitu
1. Abu Jafar Yazid bin Qaqa Al Madany
Ia seorang ahli riwayat. Ia mengambil qiraah dari Abdullah bin Abbas dan
Abu Hurairah yang mengambil dari Ubai bin Kaab.
2. Yaqub bin Ishaq Al Hadlramy. Ia seorang ahli riwayat.
3. Khalaf bin Hisyam bin Thalib Al Makky. Ia seorang ahli riwayat. Ia
menerima qiraah dari Sulaim bin Isa bin Habib Az-Zaiyat.
Tujuh orang ulama ahli qiraah ditambah dengan tiga ahli qiraah ini biasa
disebut qiraah 10.
Disamping itu, terdpat qiraah 14, yaitu qiraah 10 yang ditambah dengan
4 ahli qiraah berikut.
1. Qiraah Al Hasan Al Nishri maula al Anshar. Salah seorang tabiin
terbesar dan terkenal kezuhudannya.
2. Qiraah Muhammad bin Abdurrahman. Ia guru dari Abu Amru.
3. Qiraah Yahya bin Al Mubarak Al Yazidiy An Nabawiy dari Bagdad. Ia
belajar kepada Abu Amru dn Hamzah. Ia guru dari Ad Duri dan As
Susi.
4. Qiraah Abul Faraj Muhammad bin Ahmad As Yanabuzy.

b. Dari Segi Kualitas

Al-Suyuthi mengutip Bin al-Jazari mengelompokkan qiraah berdasarkan


sanad kepada enam macam, yaitu mutawatir, masyhur, ahad, syaz, maudhu,
mudraj.2
1. Mutawatir, yaitu qiraah yang diriwayatkan oleh sejumlah periwayat yang
banyak dari sejumlah periwayat yang banyak pula sehingga tidak mungkin
mereka sepakat berdusta dalalm tiap tingkatan sampai kepada Rasul.
Menurut H. Ahmad Fathoni, para ulama Al-Quran dan ahli hukum Islam
telah sepakat bahwa qiraah yang berstatus mutawatir ini adalah qiraah
yang sah dan resmi sebagai Al-Quran. Qiraah ini sah dibaca di dalam dan
di luar shalat. Qiraah ini dijadikan sumber atau hujjah dalam menetapkan
hukum.
Misalnya, sistem qiraah yang isnadnya telah disepakati bulat berasal dari
tujuh orang ulama ahli qiraah, yaitu Nafi bin Nuaim Al Madany, Abdullah
bin Katsir Al Makky, Abu Amer bin Al Ala, Abdullah bin Amir Al
Yashaby, Ashim Al Asady, Hamzah bin Habib Azzaiyat, dan Ali bin
Hamzah Al Kisa-y. 3
2. Masyhur, yaitu qiraah yang sanadnya sahih, akan tetapi jumlah
periwayatnya tidak sampai sebanyak periwayat mutawatir. Qiraah ini sesuai
dengan kaidah bahasa Arab dan tulisan mushaf Utsmani.
Misalnya, orang berbeda pendapat mengenai tujuh orang ulama ahli
qiraah sebagai sumber isnad, ada rawi yang meriwayatkan bahwa isnad itu
berasal dari mereka dan ada pula rawi yang meriwayatkan isnad itu tidak
berasal dari mereka. Kitab yang paling masyhur menyangkut qiraah ini
adalah kitab Al-Taisir karangan Al-Dani, Al-Syathibiah karangan AlSyathibi dan Thibah al-Nasyr fi al-Qiraah al-Asyr karangan Bin al-Jazari.
Menurut Al-Zarqani dan Subhi al-Shalih, kedua macam tingkatan mutawatir
dan masyhur sah bacaannya dan wajib meyakininya serta tidak boleh
mengingkari sedikitpun daripadanya.

Ramli Abdul Wahid, Ulumul Quran (edisi Revisi), PT Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2002, hal.
141-143.
3
Tim Pustaka Firdaus (ed), Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran, Pustaka Firdaus, Jakarta, 1993, hal.
333.

3. Ahad, yaitu qiraah yang sanadnya sahih, akan tetapi qiraah ini menyalahi
tulisan mushaf Utsmani atau kaidah bahas Arab atau tidak masyhur seperti
seperti qiraah yang masyhur. Qiraah ini tidak sah dibaca sebagai AlQuran dan tidak wajib meyakininya.
Misalnya, diriwayatkan oleh al-Hakim dan barasal dari Ashim al-Jahdari,
dan al-Jahdari mendengarnya dari Abu Bikrah yang mengatakan :
Bahwasanya Rasulullah saw membaca firman Allah dalam surat ar-Rahman
ayat 76 sebagai berikut : Muttakiiina Alaa rafaarifa khudrin wa
abaaqariyyin hisaan. Dan menurut sumber riwayat itu juga, konon ia
membaca firman Allah swt dalam surat at-Taubah ayat 128 : ... Laqad
jaaakum Rasuulun min anfasikum, dengan huruf fa di-fathah.4
4. Syaz, yaitu qiraah yang sanadnya tidak sahih. Qiraah ini tidak dijadikan
pegangan dalam bacaan dan bukan termasuk Al-Quran.
Misalnya, qiraah Binu-Sumaifa yang membaca surat Yunus ayat 92 : ...
li takuuna li man khalafaka (huruf laam berfathah).5
5. Maudhu, yaitu qiraah yang dibangsakan kepada seseorang tanpa dasar.
Qiraah ini tidak termasuk Al-Quran dan dapat dijadikan pegangan dalam
bacaan.
Misalnya, qiraah-qiraah yang dikumpulkan oleh Muhammad Bin Jafar al
Khuzay dan dinisbatkan kepada Abu Hanifah, seperti qiraah innama
yakhsyallahu min ibadihil ulama-a dengan merafakan isim jalalah dan
menashabkan lafadh Al Ulama.6
6. Mudraj, yaitu qiraah yang di dalamnya terdapat kata atau kalimat tambahan
yang biasanya dijadikan penafsiran bagi ayat Al-Quran. Qiraah ini tidak
termasuk Al-Quran dan dapat dijadikan pegangan dalam bacaan.
Misalnya, qiraah Saad bin Abi Waqas yang menambah min ummin
pada ayat Walahu akhun au ukhtun hingga menjadi, walahu akhun au
ukhtun min ummin.7

Ibid, hal. 334.


Ibid, hal. 335.
6
T. M. Hasbi Ash Siddieqy, Ilmu-Ilmu Al Quran, PT Bulan Bintang, Jakarta, 1993, hal. 146.
7
Ibid, hal. 146.
5

SOAL : SEBUTKAN TINGKATAN-TINGKATAN QARI AL-QURAN !


URAIKAN QUALIFIKASI DAN OTORITAS MASING-MASING !
Sebagian kaum muslimin ada yang mengambil spesialisasi bacaan AlQuran dan berusaha menghafalkannya dengan teliti, sehingga mereka menjadi
imam qiraah yang dianut dan dikunjungi kaum yang ingin belajar. Penduduk di
daerah-daerah telah bersepakat untuk menerima bacaan para imam dan
menyebarluaskannya, sehingga tidak terjadi perbedaan bacaan.

REFERENSI
Wahid, Ramli Abdul. 2002. Ulumul Quran (edisi Revisi. Jakarta : PT Raja
Grafindo Persada.
Tim Pustaka Firdaus (ed). 1993. Membahas Ilmu-Ilmu Al-Quran. Jakarta :
Pustaka Firdaus.
M. Yusuf, Kadar. 2010. Studi Alquran. Jakarta : Amzah
T. M. Hasbi Ash Siddieqy. 1980. Sejarah dan Pengantar Ilmu Al Quran/Tafsir.
Jakarta : PT Bulan Bintang.
------------------------------. 1993 .Ilmu-Ilmu Al-Quran. Jakarta : PT bulan Bintang.
Halimuddin (ed). 1993. Pembahasan Ilmu Al-Quran. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Anda mungkin juga menyukai