ARIFA RAHMI (Tafsir Mandiri)
ARIFA RAHMI (Tafsir Mandiri)
Tugas Mandiri
KEDUDUKAN AKAL DAN NAFSU DALAM PENDIDIKAN
Diajukan untuk Memenuhi Tugas Perkuliahan
Tafsir Tarbawi
Oleh:
Arifa Rahmi
11115200797
Dosen Pengampu:
Dr. Herlina, M.Pd.
KELAS PMT V A
JURUSAN PENDIDIKAN MATEMATIKA
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
1435 H/2014 M
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Dalam siklus
sebuah
meninggikan
derajat
pengetahuan
telah
manusia.
Melalui
penciptaan,
Allah
manusia.
Beragam
dianugerahkan
Allah
akal
inilah
perantara
SWT
telah
ilmu
dan
SWT
kepada
Tuhan
untuk
Kauniyah,
yang
Allah
SWT
berikan
sehingga
untuk
mengkombinasikan
untuk
antara
akal
dan
nafsunya
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana kedudukan akal?
1
2. Bagaimana kedudukan nafsu?
3. Bagaimana hubungan kedudukan akal dan nafsu dalam
pendidikan?
C. Identifikasi Masalah
1. Kedudukan akal
2. Kedudukan nafsu
3. Hubungan kedudukan akal dan nafsu dalam pendidikan
D. Manfaat Penulisan
1. Untuk mengetahui Kedudukan akal
2. Untuk mengetahui Kedudukan nafsu
3. Untuk mengetahui Hubungan kedudukan akal dan nafsu
dalam pendidikan
E. Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk
memenuhi tugas perkuliahan Tafsir Tarbawi.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kedudukan Akal
Allah SWT menganugerahkan akal (logika, otak, rasio)
kepada seluruh manusia yang menjadi pembeda manusia
dibanding dengan makhluk-makhluknya yang lain. dengan
menggunakan akalnya manusia dapat membuat hal-hal yang
dapat mempermudah urusan mereka di dunia.
Kata akal berasal dari bahasa Arab al-aql ( )yang
artinya paham dan mengerti. Menurut syaikhul islam Ibnu
Taimiyah, kata akal berarti menahan, mengekang, menjaga
dan
semacamnya.
memegang
erat
Maka
ilmu
akal
yang
adalah
menahan
mengharuskan
dan
untuk
kata
akal
diidentikkan
Artinya:
Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan
silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi
orang-orang yang berakal
Menurut Ath-Thabrani dan Ibn Abi Hatim meriwayatkan
dari
Ibnu
Abbas,
dia
berkata,
Orang-orang
Quraisy
2 Ibid,.
Apa tanda-tanda yang dibawa Musa pada kalian? Orangorang yahudi itu menjawab, Tongkat dan tangan yang putih
bagi orang-orang yang melihatnya. Lalu orang-orang Quraisy
itu mendatangi orang-orang Nasrani, lalu bertanya kepada
mereka,Apa tanda-tanda yang diperlihatkan Isa? Mereka
menjawab, Dia dulu menyembuhkan orang-orang buta,
orang-orang yang sakit kusta dan menghidupkan orang-orang
mati. Lalu mereka mendatangi
3 Nabi saw. lalu mereka berkata
kepada beliau, Berdoalah kepada Tuhanmu untuk mengubah
bukit Shafa dan Marwah menjadi emas untuk kami. 3 Lalu
beliau berdoa, maka turunlah firman Allah, Sesungguhnya
dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya
malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal.
Menurut Abu Ishak al-Maqariy, Abdullah bin Hamid,
Ahmad bin Muhammad bin Yahya al-Mahany, Yakub al-Qumy,
Jafar bin Abi al-Mughirah, Said bin Jubair dari Ibn Abbas,
bahwa orang Quraisy Yahudi berkata; Apakah ayat-ayat yang
telah dibawa oleh Musa? Mereka menjawab: tongkat dan
tangannya putih bagi orang yang melihatnya. Selanjutnya
mereka datang kepada orang-orang Nasrani dan berkata:
Bagaimana dengan yang dibawa oleh Isa kepadamu? Mereka
menjawab: menyembuhkan orang yang lepra dan penyakit
kulit serta menghidupkan orang mati. Kemudian mereka
datang kepada Nabi dan berkata: Coba engkau ubah bukit
Shafa ini menjadi emas untuk kami, maka turunlah ayat
tersebut.4
3 Jalaluddin As-Suyuthi, Asbabun Nuzul:Sebab Turunnya Ayat Al-Quran. Cet 1, Jakarta:
Gema Insani, 2008, hal 149.
4 Abuddin Nata, Tafsir Ayat-Ayat Pendidikan. Ed 1-5, Jakarta: Rajawali Pers, 2012, hal
131.
yakni
mengingat
Allah
dan
tafakkur
yakni
para
mufassir
yang
menunjukkan
adanya
keteraturan
dan
artinya
beraturan;
al-ayat
pergantian
siang
dan
artinya
dalil-dalil
malam
yang
secara
menunjukkan
hal
yang
menunjukkan
perhatian
dan
kekuatan
akal
kepada tafakkur
lebih
dan
lanjut
kemenangan
mengatakan
akan
tercipta
bahwa
dengan
yang
dapat
mengantarkan
orang-orang
yang
B. Kedudukan Nafsu
Nafsu atau biasa disebut dengan hawa nafsu adalah
istilah keislaman yang digunakan dalam Al-Quran dan Sunnah.
Dalam Al-Quran terdapat 37 kata al-Hawa yang dapat
mencakup berbagai aspek.
1. Menyangkut pengertian kebinasaan
Hal ini dapat dilihat pada ayat yang berbunyi Wa man
yahlil alaihi ghadlabiy fa qad hawa artinya Dan barang
siapa yang ditimpa kemurkaan-Ku, maka sesungguhnya
binasalah ia.
2. Berkenaan dengan sifatnya yaitu enggan menerima
kebenaran
Seperti pada ayat yang berbunyi Kullama jaa bun
rasulun bima la tahwa anfusuhum fariqan kazzabu wa
6 Ahmad Musthafa al-Maraghi, Tafsir al-Maraghy, Jilid I, Mesir: Dar al-Fikr, 1974,
hal162.
yang
menahan
diri
takut
dari
kepada
kebenaran
keinginan
hawa
Tuhannya
nafsunya,
dan
maka
dan
mengikutinya. Atas
menghinakan
bagi
orang
yang
'Makan-minum'
dilakukan
manusia
tanpa
susah-payah
dan
pengorbanan sedikitpun, karenanya nilainya pun tak berarti. Oleh sebab itu,
selama perbuatan menuntut manusia untuk lebih bersungguh-sungguh dalam
menentang hawa nafsu dan syahwat, maka selama itu pula perbuatan akan
lebih besar nilainya dalam tagarrub manusia kepada Allah dan lebih agung
pula pahala yang Allah berikan kepadanya kelak di surga.
Imam Ali as pernah menukil sabda Rasulullah SAW yang demikian
bunyinya: "Sesungguhnya (jalan ke surga) penuh dengan kesusahan, sedang
(jalan ke) neraka penuh dengan nafsu (Baca : kemudahan). Camkanlah!
Ketaatan kepada Allah dilakukan dengan kesusahan. Sedang kemaksiatan
kepada Allah dilakukan dengan nafsu. Semoga Allah merahmati orang yang
menjauhkan jiwanya dari rayuan syahwatnya dan orang yang mengalahkan
hawa nafsunya.
Oleh karena itu, Surga adalah terminal akhir gerak askendensial
(menaik) manusia menuju Allah, sedang neraka adalah terminal akhir gerak
deskendensial (menurun) manusia menuju kehancuran. Tujuan yang
pertama itu diliputi berbagai derita dan rintangan. Berbagai cerita dan
10
rintangan itu terjadi akibat dari upaya jiwa menentang dan menolak ajakan
hawa nafsu. Adapun tujuan yang keduanya penuh dengan kesenangan yang
mudah menggelincirkan seorang ke jurang hawa nafsu. Melalui sabda Nabi
SAW di atas, Imam Ali as menciptakan suatu landasan umum yaitu, tiada
ketaatan yang diperoleh seorang kecuali dengan ketidaksukaan. Dan tiada
kemaksiatan yang dilakukan seorang kecuali dengan kesenangan (nafsu).
Setelah uraian ini, tidak sulit bagi kita untuk menerima kenyataan
bahwa mengapa jalan menuju kesempurnaan. pertumbuhan dan gerakan
menuju Allah harus melintasi hawa nafsu. Dan hanya melalui hawa nafsu ini
manusia dapat naik menuju Allah SWT. Sekiranya tak ada hawa nafsu yang
telah diciptakan-Nya, niscaya tak ada pula jalan yang mengantarkan
manusia mendaki ke puncak ilahi.
3. Internal Jiwa Manusia8
Hawa nafsu ialah potensi yang disimpan Allah pada diri setiap
manusia. Manusia akan mengeluarkannya (mengaktualisasikannya) bila
dibutuhkan. Seperti juga Allah telah meletakkan berbagai energi dalam perut
bumi untuk bahan makanan, pakaian dan beragam prasarana kehidupan
lainnya. Begitu pula dengan "suplai" air dan oksigen yang sangat
dibutuhkan manusia.
Berbagai potensi yang diberikan Allah itu antara lain, pengetahuan.
kebulatan tekad, keyakinan, kesetiaan, keberanian, ketulusan, 'iffah
(menjaga harga-diri), disiplin, bashrah (visi), kreativitas, kesabaran,
penolakan, penghambaan ('ubdiyyah) serta penegasan. Kemampuankemampuan ini ada dalam hawa nafsu manusia secara potensial.
Hawa nafsu dan kemampuan instingtif lainnya adalah tahap
kebinatangan manusia. Namun, berbeda dari semua binatang yang lain,
Allah
telah
memberinya
kemampuan
untuk
mengendalikan
dan
11
Dalam salah satu ayat Allah SWT berfirman dalan AlQuran Surat Shaad ayat 26:
Artinya:
Hai
Daud,
sesungguhnya
Kami
menjadikan
kamu
12
ayat
berikutnya
juga
merupakan
tempat
syaitan
memasukkan
13
terkandung
fungsi
mengetahui,
memahami,
dalam
ranah
afektif
terkandung
fungsi
kemampuan
intelektuanya,
menguasai
ilmu
14
dan
mata
pelajaran
yang
terdapat
dalam
kegiatan
15
asa
karena
dengan
akal
dan
pikirannya
ia
11 AA. Qowiy, 10 Sikap positif, Menghadapi Kesulitan Hidup. Cet 1, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2011, hal 41.
16
beraturan;
al-ayat
artinya
dalil-dalil
yang
dan
memikirkan
terhadap
segala
makhluk-Nya.
dan
meyakini
segala
ciptaan
Allah
itu
dengan
dengan
sasaran
yang
lawannya
menyesatkan
yaitu
al-haqq
(kebenaran)
e.
Berkenaan dengan pahala bagi orang yang tidak
terpedaya oleh hawa nafsu dan lebih mematuhi perintah
Allah SWT
1
4
17
f. Berkenaan
dengan
mengikutinya
Dengan demikian
akibat
bagi
dapat
orang-orang
diketahui
bahwa
yang
nafsu
yang
diperingkan
mengikutinya.
agar
Atas
berhati-hati
dasar
untuk
itu
tidak
manusia
terpedaya
B. Saran
Akal dan nafsu dalam pendidikan itu sangat erat
kaitannya sebab pendidikan akan membina dan mengembangkan potensi
18
Daftar Kepustakaan
19