Anda di halaman 1dari 15

TAFSIR AYAT TENTANG RASUL

Diajukan untuk Memenuhi Perkuliahan


Tafsir Tarbawi

Oleh:
Hanum Fitriani

(11115200723)

Nidaul Hidayah

(11115202561)

Kelas:
PMT V A

Dosen Pengampu
Dr.Herlina, M.Pd

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN SYARIF KASIM RIAU
PEKANBARU
2013

TAFSIR TARBAWI
TAFSIR AYAT TENTANG RASUL
A. Surat Al-Ahzab ayat 21
1) Lafadz surat Al-Ahzab ayat 211

2) Terjemahan surat Al-Ahzab ayat 21


Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan
yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah
dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah. (Surat
Al-Ahzab:33,21).
3) Arti kosa kata surat Al-Ahzab ayat 21
ada

Sesungguhnya

Mengharap
rahmat Allah
hari

Telah ada

Kiamat (hari
kemudian)
Menyebut Allah
banyak

Bagi kamu
Pada (diri)
Rasulullah
Teladan yang
baik
Kepada siapa

4) Asbab Al-Nuzul surat Al-Ahzab ayat 21


Dari berbagai sumber tentang tafsir Al-Quran yang dicari, tetapi
tidak menemukan penceritaan tentang asbab al-nuzul dari surat Al-Ahzab
ayat 21 ini. Yang jelas ayat ini turun untuk memberitahukan kepada
1Bachtiar Surin, AZ-ZIKRA Terjemah dan Tafsir Al-Quran dalam Huruf
Arab dan Latin Juz 21-25. (Bandung: PT.Angkasa Bandung, 2004), hlm
1769.

manusia bahwa ada sosok yang akan dijadikan panutan, yang akan
menjadi sosok yang ideal untuk di teladani.
5) Kandungan dari surat Al-Ahzab ayat 212
Tepat sekali apa yang dikatakan oleh ayat 21 ini sesungguhnya
adalah bagi kamu pada Rasulullah itu teladan yang baik
Ibnu Katsir rahimahullah menjelaskan, ayat dalam surat al ahzab
di atas adalah dasar yang paling utama dalam perintah meneladani
Rasulullah baik dalam perkataan, perbuatan dan keadaannya. Oleh
karena itu Allah swt menyuruh manusia untuk meneladani baik dalam
kesabaran, keteguhan, dan kesungguh-sungguhannya, oleh karena itulah
Allah berfirman untuk orang yang takut, goncang dan hilang
keberaniannya dalam urusan mereka dalam surat Al-Ahzab ini.
Ayat ini adalah bukti kebenaran sekaligus akhlak dan buah iman
seseorang kepada Allah dan Rasul-Nya, ketika mereka menemui
rintangan dan ujian bukan menjadi murtad dan putus asa melainkan
menambah kuat iman dan mensyukuri bahwa bukti pertolongan semakin
dekat justru ketika mereka menemui aneka ragam keguncangan dan ujian
dari musuh-musuhnya.
Lanjutan ayat ialah: Bagi barangsiapa yang mengharapkan Allah
dan Hari Kemudian. Yaitu sesudah di pangkal ayat dikatakan bahwa
pada diri Rasulullah itu sendiri ada hal yang akan dapat dijadikan contoh
teladan bagi kamu. Yaitu bagi kamu yang beriman. Semata-mata
menyebut iman saja tidaklah cukup. Iman mesti disertai pengharapan,
yaitu bahwa inti dari iman itu sendiri. Inti iman ialah harapan. Harapan
akan di Ridha Allah dan harapan akan kebahagiaan di hari akhirat. Kalau
tidak ingat akan dua hal itu, atau kalau hidup tidak mempunyai harapan,
Iman tidak ada artinya. Maka untuk memelihara Iman dan Harapan
hendaklah banyak mengingat Allah. Sebab itu maka di ujung ayat
dikatakan: Dan yang banyak ingat kepada Allah. (ujung ayat 21).

2 Hamka,Tafsir Al Azhar Juzu XXI,(Jakarta: Pustaka Panjimas, 1998), hlm


221.

Ini diperingatkan di akhir ayat. Sebab barang siapa yang mudah


mengatakan mengikut teladan Rasul dan barang siapa yang mudah
mengatakan beriman. Seumpama orang yang mengambil alasan menuruti
Sunnah Rasul yang membolehkan orang beristeri lebih dari satu sampai
berempat, tetapi jarang orang yang mengikuti ujung ayat, yaitu
meneladan Rasul di dalam berlaku adil kepada isteri-isteri. Atau
umumnya orang yang mengakui umat Muhammad tetapi tidak mau
mengerjakan peraturan yang disampaikan oleh Nabi Muhammad SAW.3
6) Kaitan surat Al-Ahzab ayat 21 dengan pendidikan
Surat di atas juga menceritakan tentang pribadi nabi. Mengenal
profil Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik merupakan sebuah
keniscayaan karena pendidikan yang diberikan oleh Nabi saw
mengandung ruh dan semangat membangun umat ke arah yang jauh lebih
baik. Dalam pandangan Islam, posisi pendidik sangat penting. Tanpa
keberadaan pendidik, proses pendidikan tidak berarti apa-apa. Karena itu,
untuk mewujudkan pendidik yang memiliki ruh (spirit) Islam, perlu
melihat sisi kehidupan atau profil Nabi Muhammad SAW sebagai
pendidik, karena hakikat diutusnya Muhammad SAW sebagai Rasulullah
di muka bumi ini adalah sebagai uswatun hasanah (suri teladan) dan
rahmatan lil-alamin (rahmat bagi seluruh alam). Artinya, seluruh aspek
sunnah Nabi saw adalah panduan utama setelah al-Quran dalam seluruh
aspek kehidupan manusia, termasuk aspek pendidikan. Keberadaannya
sebagai

pendidik

merupakan

sumber

konsep

pendidikan

yang

kebenarannya direkomendasikan oleh Allah SWT.4

3 http://tafsiranmanusia.blogspot.com/2013/07/surah-al-ahzab-2130.html
4 Zaidah Kusumawati dkk, Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW,
( Jakarta: Lentera Abadi, 2011), hlm. 3-7.

Eksistensi tarbiyah (pendidikan) Nabi saw hadir untuk memberikan


pencerahan baru bagi konsep-konsep pendidikan lainnya. Diakui
memang, hingga kini masih banyak terdapat pemahaman keliru tentang
makna tugas dan tanggung jawab pendidik. Artinya, banyak pendidik
yang masih beranggapan bahwa posisi pendidik tak lebih dari sekedar
pelaku transfer ilmu pengetahuan semata. Seorang pendidikan ideal
adalah orang yang selalu merealisasikan fungsi, tugas, dan kedudukannya
sebagai murabbi, muallim, muaddib, muzakki, mudarris, mursyid, mufti,
dan ustadz.
Mempelajari profil Nabi Muhammad SAW sebagai pendidik ideal
merupakan upaya tepat untuk merekonstruksikan konsep-konsep
bangunan pendidikan, terutama komponen pendidik. Konsep murabbi,
muallim, muaddib, muzakki, mudarris, mursyid, dan konsep ustadz
sebagai konsep pendidik sangat signifikan untuk dikaji secara luas dan
mendalam. Banyak pakar yang telah mengemukakan konsep tentang
profil pendidik pendidik sebagai ustadz adalah orang yang berkomitmen
terhadap profesionalitas, yang melekat pada dirinya sikap dedikatif,
komitmen terhadap mutu proses dan hasil kerja, dan sikap yang
senantiasa mengembangkan diri.5
1. Sebagai muallim, pendidik adalah orang yang menguasai ilmu dan
mampu mengembangkan dan menjelaskan dimensi teoritis dan
praktisnya,

sekaligus

melakukan

transfer

ilmu

pengetahuan,

internalisasi, serta implementasi.


2. Sebagai murabbi, pendidik adalah orang yang mendidik dan
menyiapkan peserta didik agar mampu berkreasi, mampu mengatur
dan memelihara hasil kreasinya untuk menimbulkan manfaat bagi
dirinya, masyarakat dan alam sekitarnya.
3. Sebagai mursyid, pendidik adalah orang yang mampu menajdi model
dan sentral identifikasi diri atau menjadi pusat panutan, teladan dan
konsultan bagi peserta didiknya.\
5Ibid, hlm 8-9.

4. Sebagi mudarris, pendidik adalah orang yang memiliki kepekaan


intelektual dan informasi dan memperbaharui pengetahuan dan
keahliannya secara berkelanjutan, serta berusaha mencerdaskan
peserta didiknya, memberantas kebodohan mereka, disamping juga
melatih keterampilan sesuai dengan bakat, minat dan kemampuannya.
5. Sebagai muaddib, pendidik adalah orang yang mampu menyiapkan
peserta didik untuk bertanggung jawab dalam membangun peradaban
yang berkualitas di masa depan.
7) Kesimpulan
Rasulullah di muka bumi ini adalah sebagai uswatun hasanah (suri
teladan) dan rahmatan lil-alamin (rahmat bagi seluruh alam). Artinya,
seluruh aspek sunnah Nabi saw adalah panduan utama setelah al-Quran
dalam seluruh aspek kehidupan manusia, termasuk aspek pendidikan. Jadi,
kita sebagai umat nabi Muhammad haruslah meneladani sifat-sifat dari Nabi
Muhammad untuk kehidupan sehari-hari.
B. Surat An-Nisa ayat 115
1) Lafadz Surat An-Nisa ayat 1156

2) Terjemahan Surat An-Nisa ayat 115.


Dan barangsiapa yang menentang Rasul sesudah jelas kebenaran
baginya, dan mengikuti jalan yang bukan jalan orang-orang mukmin, Kami
biarkan ia leluasa terhadap kesesatan yang telah dikuasainya itu dan Kami
masukkan ia ke dalam Jahannam, dan Jahannam itu seburuk-buruk tempat
kembali. (Surat An-Nisa: 4,115)
3) Arti kosa kata Surat An-Nisa ayat 115.
6 Halim Bahreysy dan Said Bahreysy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu
Katsier Jilid 2, (Surabaya: PT.Bina Ilmu), hlm 543-544.

Untuk lebih memahami arti dari setiap kosa kata lafadz surat An-Nisa
maka akan dibuat arti kosa katanya tersebut, yaitu:7
Jalan

Dan barang siapa

Orang-orang

Menentang

mukmin
Kami palingkan dia

Rasul

Apa yang dia kuasai

Dari sesudah

Dan kami masukkan

Apa yang sudah jelas

dia
Neraka jahannam

Baginya

Dan seburuk-buruk

Petunjuk (kebenaran)

Tempat kembali

Dan dia mengikuti


Bukan

4) Asbabun-Nuzul Surat An-Nisa ayat 1158


Dikalangan para ulama tafsir jarang sekali dijumpai keterangan yang
menjelaskan tentang sebab-sebab turunnya ayat 115 tersebut. Penjelasan
tentang turunnya ayat 115 surat An-Nisa dijumpai pada keterangan yang
diberikan oleh Sayyid Quthub. Menurutnya bahwa ayat ini diturunkan
berkenaan dengan Basyir bin Ubairiq yang telah murtad dan menyatakan
kemusyrikannya, setelah sebelumnya mereka mendapatkan keterangan dari
Rasulullah SAW. Namun pada kitab Asbab al-Nuzul yang ditulis oleh Abi
al-Hasan Ali bin Ahmad al-Wahidi al-Naisaburi tidak dijumpai penjelasan
atau keterangan yang menjelaskan tentang turunnya ayat 115-117
sebagaimana dibahas dalam kajian ini.

7 Harun Nasution, Terjemah Al-Quran Secara Lafzhiyah Penuntun Bagi


yang Belajar Jilid II (Juz 4-5-6), (Jakarta: Yayasan Pembinaan Masyarakat
Islam Al-Hikmah ( YA SALAM), 1980). Hlm 253
8Abuddin Nata, Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Al-Tarbawi), (Jakarta:
PT.Raja Grafindo Persada, 2002), hlm 86-88

Namun dari kandungan ayat 115-117 yang antara lain berisi kecaman
terhadap orang yang menentang Rasul dengan akan dimasukkannya
kedalam neraka Jahannam, dapat diketahui bahwa ayat ini turun dalam
situasi dimana masyarakat Arab Jahiliyyah pada saat itu banyak yang
menentang Rasulullah.
Timbulnya kecaman Allah pada ayat tersebut juga sebagai akibat dari
pelanggaran yang mereka lakukan terhadap perintah Allah sebagaimana
terdapat pada ayat 59 surat An-Nisa, yaitu perintah agar mentaati Allah dan
mentaati Rasulullah saw. Ayat tersebut selengkapnya berbunyi:9

Artinya:
Hai orang-orang yang beriman, taatilah Allah dan taatilah
Rasul(nya), dan ulil amri di antara kamu.
Karena orang-orang tersebut jelas mengabaikan perintah Allah swt
tersebut maka wajar jika Allah mengecam mereka dengan neraka
Jahannam.
5) Tafsir surat An-Nisa ayat 11510
Maksud dari ayat 115 sebagaimana dijelaskan oleh al-Maraghi adalah
sebagai berikut:
Barangsiapa yang menentang Rasul dengan cara murtad
(keluar) dari islam dan menunjukkan dengan jelas permusuhan
kepadanya, setelah tampak dengan jelas hidayah (petunjuk) pada
ucapannya, dan ditegakkannya argumentasi yang kuat, serta mereka
mengikuti jalan yang tidak sesuai petunjuk, maka kami (Rasul) akan
membiarkan mereka itu berada dalam kesesatan.
Lebih lanjut al-Maraghi menjelaskan bahwa

ayat

tersebut

menerangkan sunnatullah yang berlaku terhadap amal perbuatan


manusia, serta penjelasan terhadap apa yang diberikan Allah kepadanya,
9 Syahidin, Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Quran, (Bandung:
Alfabeta, 2009), hlm 150-153.
10

berupa kehendak, kebebasan dan berbuat berdasarkan pilihannya sendiri.


Sesuatu dari aspek perbuatan yang dipilihnya untuk dilakukan, itulah pula
(balasan) yang akan diberikan Allah kepadanya. Amal perbuatannya
itulah yang menjadi pemanah dan petunjuk terhadap jalan yang
ditempuhnya. Dalam kaitan ini tidak akan dijumpai kekuasaan Allah yang
dipaksakan kepada manusia agar ia mengerjakan atau meninggalkan
perintah-Nya hingga ia dimasukkan kedalam neraka Jahannam. Mereka
masuk kedalam neraka Jahannam karena perbuatan mereka sendiri.
Dengan demikian pada manusia terdapat kebebasan untuk memilih
perbuatan yang akan dilakukannya dengan segala akibatnya. Orang-orang
yang

menentang

rasul

adalah

karena

pilihannya

sendiri;

dan

dimasukkannya mereka kedalam neraka jahannam juga karena pilihan


mereka juga.
Dari keterangan tersebut di atas dapat diketahui bahwa ayat-ayat
tersebut pada intinya berisi ancaman terhadap orang yang menentang
Rasulullah saw yang sebelumnya mereka telah memeluk islam dan
mendapatkan penjelasan tentang ajaran islam tersebut. Kerasnya ancaman
Allah terhadap orang-orang yang menentang Rasulullah saw tersebut tentu
saja memiliki maksud yang amat dalam. Allah menginginkan agar umat
manusia mengikuti ajaran Rasulullah dengan tujuan agar mereka tidak
tersesat dan tidak pula celaka. Rasulullah saw sendiri dalam salah satu
hadistnya mengingatkan: Aku tinggalkan dua perkara untukmu yang
dijamin tidak akan tersesat selama berpegang kepada keduanya, yaitu
Kitabullah (Al-Quran) dan Sunah Rasul (Hadist-nya). (H.R.Imam Malik).
Contoh-contoh dalam sejarah telah memperlihatkan bahwa orang yang
durhaka kepada para Rasul berakhir dengan kehidupan yang tragis.
Kehidupan mereka terhina, celaka dan buruk yang penyebab utamanya
adalah diri mereka sendiri. Allah swt menghendaki agar umat berikutnya
tidak mengalami nasib umat masa lalu yang tragis itu. Untuk itu Allah
memberikan penekanan pada ayat 115 surat An-Nisa tersebut di atas
bahwa orang-orang yang mengingkari Rasul kelak akan mendapatkan azab
di akhirat.

Selain itu, makna kerasnya kecaman Allah swt kepada orang yang
menentang Rasul itu dapat dipahami secara terbalik, yaitu bahwa Allah
akan memberikan pujian bagi orang-orang yang mengikuti ajaran yang
dibawa para Rasul tersebut, sebagaimana

Allah swt sendiri memuji

Rasulullah saw karena keagungan akhlaknya.


Akhlak Rasulullah yang agung itu diceritakan dalam Al-Quran dab
juga dalam riwayat hidupnya dengan tujuan agar manusia meneladaninya.
Mengikuti akhlak Rasulullah tersebut tentu saja disesuaikan dengan kadar
kesanggupan yang dimiliki manusia.
6) Kaitan ayat dengan pendidikan11
Al-Quran adalah sumber dari segala bidang ilmu, jadi dalam surat ini
banyak terdapat ilmu atau nilai-nilai pendidikan yang dapat diambil dari
makna kerasulan sebagaimana yang telah diuraikan dalam ayat diatas,
yaitu:
a) Dalam ayat tersebut makna kerasulan dapat mengingatkan kita tentang
pentingnya pendidikan akhlak.
Hal ini dapat dipahami dari misi yang dibawa Rasul yang pada
intinya adalah pembinaan akhlak. Dan Nabi Muhammad pun dengan
tegas mengatakan Bahwasanya aku diutus ke muka bumi hanyalah
untuk menyempurnakan akhlak.
Akhlak yang dimaksud disini bukanlah kajian teoritis filosofis
tentang etika sebagaimana yang dijumpai dalam kajian mengenai
filsafat etika, melainkan contoh perilaku nyata dalam berbagai aspek
kehidupan yang disertai dengan nilai-nilai luhur. Dalam bidang
ekonomi misalnya ditegakkan akhlak berupa pemerataan, anti
monopoli, menggunakan harta tidak terlalu berlebihan atau untuk
tujuan-tujuan keburukan, diperoleh dengan cara yang halal dan baik,
dan digunakan dengan cara yang baik.
Dalam bidang sosial ditegakkan akhlak kesederajatan, salang
menolong atas dasar keimanan dan ketaqwaan, anti kasta, dan
11 Ibid, hlm 88-90.

10

sebagainya. Akhlak yang demikian itulah yang selanjutnya harus


dijadikan sebagai bagian pokok dari materi pendidikan islam.
b) Makna kerasulan tersebut dapat menjelaskan tentang betapa pentingnya
mentaati guru.
Para Rasul yang di utus oleh Allah adalah guru bagi kaumnya.
Allah menyuruh umat manusia mentaati Rasul. Ini berarti Allah
menyuruh umat manusia mentaati guru, dan jangan sekali-kali
menentangnya. Ketaatan kepada guru ini adalah terkait dengan peran
guru sebagai agen ilmu pengetahuan, bahkan agen spiritual.
Dalam pandangan para ahli pendidikan menyimpulkan dan
mengatakan bahwa semua ilmu itu datangnya dari Allah dan para guru
sebagai mediator yang menyampaikan ilmu dari Allah itu kepada
manusia yang lain. Sehingga jika orang ingin mendapatkan ilmu harus
menghormati guru tersebut.
c) Makna kerasulan tersebut juga mengingatkan tentang pentingnya
profesionalisme bagi seorang guru.
Para ahli pendidikan pada umumnya sepakat bahwa guru yang
profesional adalah guru yang menguasai materi pelajaran dengan
sebaik-baiknya dan mampu menyampaikan materi pelajaran tersebut
secara efektif dan efisien, juga harus memiliki akhlak yang mulia dan
berkepribadian yang mulia. Hal demikian dapat dipahami dari sikap
yang diperlihatkan oleh Rasul. Rasul itu selain menguasai dengan baik
ajaran Allah yang harus disampaikannya kepada umat manusia,
keberhasilan

Rasulullah

dalam

mengemban

ajaran

Allah

itu

menunjukkan bahwa beliau adalah seorang guru yang profesional.


d) Dapat mengingatkan kita tentang banyaknya tugas yang harus
dilaksanakan oleh seorang guru.
Ia bukan hanya sebagai penyampai ilmu pengetahuan dan ajaranajaran, melainkan ia juga sebagai pengawal moral dan sebagai teladan.
Selain itu Rasul juga harus tampil sebagai reformer, inovator, guru
bangsa, pejuang keras, wiraswasta, orang tua yang baik dan
bertanggung jawab, sahabat yang setia, hakim yang adil, pemimpin
yang bijaksana, dan sebagainya.

11

Peran-peran positif yang harus dilakukan oleh guru dapat dianalisis


melalui peran kerasulan sebagai berikut:12
a. Tugas Rasulullah sebagai pengajar dan pendidik, dapat dilihat dalam
Al-Quran:

Artinya:
Dialah yang mengutus kepada kaum yang buta huruf seorang
Rasul kepada mereka, yang membacakan ayat-ayat-Nya kepada
mereka, mensucikan mereka dan mengajarkan kepada mereka kitab
dan hikmah. Dan sesungguhnya mereka sebelumnya benar-benar
dalam kesesatan yang nyata. (Q.S. Al-Jumah, 62:2).
b. Tugas dan fungsi Rasul sebagai saksi atau penilai terhadap perbuatan
manusia. Di dalam Al-Quran Allah swt menyatakan:

Artinya:
dan demikian pula Kami telah menjadikan kamu menjadi saksi
atas perbuatan manusia agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas
perbuatan kamu. (Q.S. Al-Baqarah, 2:143).
Sebagai saksi Rasul memberikan pernyataan dan bukti-bukti yang
meyakinkan dan objektif terhadap perbuatan yang dilakukan oleh
umatnya. Oleh karena itu, seorang guru harus memberikan penilaian
yang objektif terhadap siswanya.
c. Tugas dan fungsi Rasul sebagai muballigh yaitu menyampaikan
ajaran yang diwahyukan Tuhan kepada manusia. Di dalam AlQuran:
Artinya:
dan kewajiban Rasul itu, tidak lain
hanyalah menyampaikan agama Allah dengan seterang-terangnya.
(Q.S Al-Ankabut, 29:18).
12 Ibid, hlm 91-99.

12

Hal ini berarti bahwa seorang guru disamping sebagai pengajar ia


juga sebagai muballigh yang harus menyampaikan pesan sesuai
dengan tingkat kecerdasan anak didiknya.
d. Tugas dan fungsi Rasul sebagai mubayyin atau orang yang diberi
mandat untuk menjelaskan wahyu dari Allah swt kepada umat
manusia. Di dalam Al-Quran:

Artinya:
Dan Kami turunkan kepadamu (Muhammad) Al-Quran, agar
kamu menerangkan kepada umat manusia apa yang telah
diturunkan kepada mereka, dan supaya mereka memikirkan. (Q.S.
An-Nahl, 16:44)
e. Tugas dan fungsi Rasul sebagai reformer (pembaharu) terhadap
ajaran agama-agama yang datang sebelumnya. Pembaharuan tersebut
dilakukan

mengingat

ke

dalam agama-agama

yang

datang

sebelumnya itu pernah terjadi upaya-upaya memutar balik,


menambah, mengubah dan sebagainya sehingga agama-agama
tersebut tidak murni lagi. Upaya pembaharuan yang dilakukan
dengan penuh tantangan dan risiko ini tetap dilaksanakan dengan
tujuan agar umat mendapatkan petunjuk yang tidak keliru dan
menyesatkan. Hal ini yang dinyatakan dalam Al-Quran:

Artinya:
Dialah yang telah mengutus Rasul-Nya dengan membawa
petunjuk Al-Quran dan agama yang benar untuk dimenangkan-Nya
atas

segala

agama,

walaupun

orang-orang

musyrik

tidak

menyukainya. (Q.S. At-Taubah, 9:33).


f. Tugas dan fungsi Rasul sebagai uswah hasanah yaitu sebagai contoh
dan panutan yang baik, atau sebagai model ideal bagi kehidupan
dalam segala bidang, terutama dari segi akhlak yang mulia. Rasl

13

selalu memberi contoh yang baik dalam bertutur kata, berjalan,


makan, minum, berpakaian, tidur, berperang, dan sebagainya. Tugas
dan fungsi uswah hasanah yang dicontohkan oleh Rasul tersebut
mengharapkan kita sebagai seorang guru harus bisa menjadi
seseorang yang bisa diambil contoh oleh siswa, memiliki budi
pekerti yang baik.
g. Tugas dan fungsi Rasul sebagai hakim yang mengadili perkara yng
terjadi diantara para pengikutnya, dengan berpedoman kepada AlQuran. Allah swt berfirman:

Artinya:
Sesungguhnya

kami

tekah

menurunkan

Kitab

kepadamu

(Muhammmad) denagn membawa kebenaran, supaya kamu mengadili


antara manusia dengan apa-apa yang telah Allah wayukan
kepadamu, dan janganlah kamu jadi penantang (orang yang tidak
bersalah), karena membela orang yang khianat. (Q.S. An-Nisa,
4:105).
7) Kesimpulan
Dengan demikian, jika dalam surat An-Nisa ayat 115 di atas dijumpai
kecaman Allah terhadap orang-orang yang menentang Rasul, maka ini
dapat pula dipahami sebagai kecaman terhadap orang-orang yang
menentang para ulama, termasuk menentang guru. Hal yang demikian
tujuannya bukan untuk Rasul, ulama, atau guru, tetapi untuk umat itu
sendiri.
Dengan mengikuti ajaran Rasulullah, yang kemudian disampaikan
oleh para ulama dan guru, maka manusia tersebut akan ditempatkan pada
posisi yang bermartabat, terhormat, maju secara seimbang, serta
penguasaan terhadap ilmu pengetahuan dan teknologi. Manusia-manusia
yang demikian itulah yang akan mampu bersaing di pasaran global dan
meraih kesuksesan hidup.

14

KEPUSTAKAAN
Abuddin Nata. 2002. Tafsir Ayat-ayat Pendidikan (Tafsir Al-ayat Al-Tarbawi).
Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada.
Bachtiar Surin. 2004. AZ-ZIKRA Terjemah dan Tafsir Al-Quran dalam Huruf Arab
dan Latin Juz 21-25. Bandung: PT.Angkasa Bandung.
Halim Bahreysy dan Said Bahreysy, Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsier Jilid 2,
(Surabaya: PT.Bina Ilmu), hlm 543-544.
Hamka. 1998. Tafsir Al Azhar Juzu XXI. Jakarta: Pustaka Panjimas.
Harun Nasution. 1980. Terjemah Al-Quran Secara Lafzhiyah Penuntun Bagi
yang Belajar Jilid II (Juz 4-5-6). Jakarta: Yayasan Pembinaan Masyarakat
Islam Al-Hikmah ( YA SALAM).
Syahidin. 2009. Menelusuri Metode Pendidikan dalam Al-Quran. Bandung:
Alfabeta.
Zaidah Kusumawati, dkk. 2011. Ensiklopedia Nabi Muhammad SAW.

Jakarta:

Lentera Abadi.
http://tafsiranmanusia.blogspot.com/2013/07/surah-al-ahzab-21-30.html

15

Anda mungkin juga menyukai