Preparasi sampel adalah proses penyiapan sampel sebelum dilakukan analisi yang
bertujuan untuk memisahkan atau menyingkirkan pengotor atau zat yang tidak
diinginkan (selain analit) sehingga didapat hasil yang valid (Flanagan, et al., 2007).
Preparasi sampel merupakan hal paling penting dalam suatu analisis klinik karena
membutuhkan waktu paling lama diantara langkah yang lain. Lebih jauh lagi tidak jarang
banyak kesalahan terjadi dalam proses preparasi sampel. Preparasi sampel yang salah
dapat menyebabkan kesalahan dalam interpretasi data klinik yang diperoleh. Maka dari
itu setiap langkah dalam preparasi urin harus benar-benar diperhatikan. Sampel yang
digunakan dalam analisis klinik dapat berasal dari darah maupun urin. Untuk darah dapat
dipilih whole blood, serum, ataupun plasma, tergantung dari data yang diinginkan (Rai et
al.,2005).
Preparasi sampel sendiri merupakan bagian dari proses analisis yang sangat penting.
Karena teknik preparasi sampel adalah proses yang harus dilakukan untuk menyiapkan
sampel sehingga siap untuk dianalisis menggunakan instrumentasi yang sesuai. Secara
umum proses analisis minimal mempunyai 5 langkah, yaitu sampling (pengambilan
sampel), preservasi sampel (penyimpanan sampel), preparasi sampel (penyiapan sampel),
analisis (pengukuran), interpretasi data (analisis data), dan pembuatan laporan analisis.
Kesalahan pada salah satu tahap pada proses analisis akan menyebabkan terjadinya
kesalahan hasil analisis. Akibatnya akan dihasilkan data hasil analisis yang tidak valid.
Teknik preparasi sampel dilakukan dengan tujuan khusus untuk memisahkan analit dari
matriks sampel yang sangat komplek, memekatkan analit sehingga diperoleh analit
dengan konsentrasi yang lebih tinggi dari semula, dan mengubah analit menjadi senyawa
lain yang dapat dianalisis dengan instrumentasi yang tersedia.
2.
Pemilihan Metode
3.
Pengambilan Sampel
4.
5.
6.
Pengukuran
7.
Perhitungan
8.
Pelaporan
4. Preparasi sampel
Jenis dan Wujud sampel : padat, cair, atau gas
Kelarutan analit dalam berbagai pelarut
Volatilitas analit ( perlu pemanasan atau tidak)
Jenis dan pengaruh matriks pada metode
Kadar analit ( perlu pemekatan atau tidak)
Pengubahan bentuk analit untuk pengukuran (derivatisasi)
Pengaturan kondisi ( pH, pereaksi atau pemanasan)
5. Perlakuan Pemisahan Analisis
Distilasi
Pengendapan atau pengendapan berfraksi
Ekstraksi pelarut
Solid Phase Extraction (SPE)
Pemisahan Kromatografi
Pemisahan Elektroforesis
Pemisahan Dialisis
Bentuk Pemisahan lainnya
6. Pengukuran
Kalibrasi instrumen
Validasi/Kualifikasi instrumen
Penggunaan blangko dan kontrol
Penggunaan bahan pembanding
Replikasi pengukuran
Analis yang mumpuni
Kebersihan dan perawatan yang baik
7. Perhitungan dan Pelaporan
Pemindahan data yang akurat
Preparasi sampel
Tujuan:
a)
Pemekatan analit
b)
Meningkatkan keterukuran analit melalui perubahan bentuk, reaksi kimia , derivatisasi,
agar kompatibel dengan metode analisis yang digunakan.
c)
dll.
d)
Volumetri
Spektrofotometri
Spektrofluorometri
Emisi plasma
Elektroforesis
Sp. IR
Micropobe techniques
Combustion techniques
Penguapan
Absorpsi
Kromatografi
Dialisis
Elektroforesis
Pemisahan dengan membran
Filtrasi
Sentrifugasi dan ultrasentrifugasi
Osmosis
Jenis Pemisahan
1.
Pemisahan Preparatif.
Tujuan pemisahan preparatif adalah memperoleh produk yang berharga dari suatu
campuran dengan cara menghilangkan pengotor sekecil-kecilnya.
Dapat dilakukan dengan skala besar, skala kecil dan skala sangat kecil.
Teknik pemisahan yang paling banyak digunakan adalah ekstraksi, distilasi berfraksi,
kromatografi preparatif, kristalisasi , dll
2. Pemisahan Analitik,
Tujuannya untuk memperoleh informasi analitik yang bermutu (akurat, presisi) yang
dihasilkan melalui suatu pengukuran dari hasil pemisahan.
Skala pemisahan meliputi :makro, semi mikro , mikro, nano tergantung pada kadar
analit yang diperoleh dan teknik analisis yang digunakan. Dilakukan di laboratorium Analisis.
Meliputi:
a.
b.
c.
d.
e.
Pengertian Ekstraksi
Ekstraksi atau penyarian adalah proses pemindahan atau pengucilan suatu konstituen
dalam suatu sample ke suatu pelarut dengan cara mengocok atau melarutkannya.
Proses ekstraksi melibatkan dua fase ( kedua fase dapat berupa cairan tetapi tidak
bercampur) dan dapat dilakukan dengan satu kali ekstraksi (single extraction), beberapa kali
ekstraksi (multiple extraction), dan sinambung (continues extraction).
Dalam proses ekstraksi cair-cair atau sering disebut juga sebagai ekstraksi pelarut, solut
dipindahkan dari pelarut satu ke pelarut yang lain dan tidak bercampur dengan cara
pengocokan yang berulang.
Prosedur umum: Dalam corong pemisah, siapkan larutan solut dalam suatu pelarut.
Kalau perlu atur pH larutan atau tambahkan suatu pereaksi tertentu. Masukkan pelarut kedua
yang tidak bercampur dengan pelarut pertama dan kocok. Setelah pengocokan sempurna,
campuran dibiarkan memisah dalam dua lapisan (fase air dan fase organik). Salah satu
lapisan/fase diambil, sedangkan lapisan kedua dibuang atau diekstraksi kembali dengan cara
yang sama.
a. Koefisien Distribusi
Misalkan dalam corong pemisah, suatu spesi solut terdistribusi di antara dua pelarut/fase
yang tidak bercampur. Kesetimbangan yang terjadi adalah:
SB
SA
di mana SB adalah spesi solut dalam fase bawah, dan SA adalah spesi solut dalam fase
atas.
Secara termodinamika, pada saat kesetimbangan tercapai ratio antara aktifitas kedua
spesi solut dalam kedua fase selalu tetap (Hukum Distribusi NERNST). Untuk larutan encer,
aktifitas digantikan konsentrasi .
di mana CA adalah konsentrasi spesi solut pada fase atas dan CB adalah konsentrasi dalam
fase bawah.
b.Jenis Pelarut
Pelarut yang digunakan hendaknya tidak bercampur satu sama lainnya (immiscible).
Pelarut berair (aqueous) biasanya berupa:
a. air suling
b. larutan dapar pH tertentu
c. larutan elektrolit dalam air
d. larutan pembentuk kompleks dalam air
e. larutan asam atau basa dalam air
f. kombinasi larutan-larutan tersebut di atas.
Pelarut organik yang bercampur dengan air: alkohol alifatik, asam karboksilat,
aldehida, keton, asetonitril, dimetilsulfoksida, dan dioksan, tidak sesuai digunakan sebagai
ekstraktan dari larutan berair, tetapi dapat digunakan sebagai ekstraktan dari larutan organik
yang tidak bercampur.
c. Ratio Distribusi (D)
Sesuai kondisi percobaan, maka Koefisien distribusi dapat digantikan dengan ratio
distribusi (D).
d. Persen Solut Terekstraksi
Nilai D selalu tetap pada kondisi percobaan, tetapi fraksi solut terekstraksi akan sangat
tergantung pada ratio volume dari kedua pelarut.
Jika volume pelarut organik yang digunakan besar maka fraksi solut terekstraksi akan
lebih banyak dalam fase organik agar nilai D tercapai pada kondisi tersebut.
e. Ekstraksi bertahap (multiple extraction)
Misalkan sejumlah berat W solut A dilarutkan dalam air lalu diekstraksi dengan
sejumlah tertentu pelarut organik:
KD = [A]o/[A]a = w/(W w)
w = W.KD/(1 + KD)
di mana w adalah berat A yang terekstraksi ke dalam fase organik.
Bila ekstraksi dilakukan secara bertahap n kali , maka sisa dalam air (fraksi sisa solut
dalam air) adalah :
fa = {1/(1+KD)}natau jika volumenya berbeda
fa = {Va/(Va + KD.Vo)}n
Ekstraksi pelarut sering digunakan dalam penyiapan sampel untuk analisis gravimetri,
volumetri, spektrofotometri dan kromatografi terutama untuk senyawa organik dalam
sediaan, dan dalam matriks lain seperti matriks biologi (urin dan darah).
Garam basa organik seperti sulfat atau hidrokloridanya serta garam asam organik
seperti garam Na atau K merupakan senyawa-senyawa yang mudah larut air. Sedangkan basa
organik dan asam organik melarut baik dalam pelarut organik non polar seperti kloroform
atau eter.
1.
Kelarutan analit dalam berbagai pelarut atau nilai Kd dalam sistem yang
digunakan dalam ekstraksi.
2.
3.
Pelarut hendaknya melarutkan solut sangat besar tetapi hanya tidak atau sedikit
saja melarutkan senyawa lain.
2.
Pelarut benar-benar tidak bercampur (immiscible) dengan larutan air atau sistem
berair.
3.
Ekstraksi Sinambung
Ekstraksi sekali dan berulangkali dilakukan biasanya dengan menggunakan corong
pemisah ( separation funnel ).
Agar ekstraksi cair-cair dapat berlangsung secara sinambung sehingga lebih efisien dan
praktis maka digunakan ekstraktor sinambung.
Pada dasarnya ekstraktan (pelarut) yang digunakan dipanaskan lalu dikondensasikan
secara sinambung yang akan bersentuhan dengan larutan analit dalam pelarut yang lain.
Terjadilah ekstraksi analit ke dalam ekstraktan secara sinambung. Kedua pelarut harus tidak
bercampur (immiscible).
Dikenal dua ekstraktor:
1.
2.
Pelarut pengekstraksi harus melarutkan bahan yang akan diekstraksi secara sempurna
( lihat kelarutannya dalam pelarut yang dimaksud).
Analit dalam sampel harus tahan panas yaitu tidak terurai oleh panas.
Volume pelarut pengekstraksi dalam A harus cukup agar tidak kering ( dapat dihitung
perkiraan volumenya seperti pada ekstraksi sinambung).
Pelarut pengekstraksi tidak atau sedikit saja melarutkan bahan lain selain analit yang
dimaksud.
Ekstraksi Fase Padat (SPE)
Ekstraksi pelarut sangat berguna dalam pemisahan analitik, namun masih mempunyai
beberapa kelemahan.
Misalnya pelarut yang digunakan terbatas pada pelarut yang tidak bercampur untuk
sampel larut air dengan jumlah yang cukup besar. Di samping itu pada praktek sering
terbentuk campuran emulsi pada saat pengocokan sehingga menyulitkan pemisahan kedua
pelarut.
Beberapa kelemahan ini dapat ditanggulangi dengan digunakannya ekstraksi fase padat
(Solid Phase Extraction)
Solid Phase Extraction
Keunggulan SPE
Menghilangkan partikulat
Dapat diotomatisasikan
Kelemahan SPE
Pengkondisian
Melewatkan pelarut untuk meningkatkan daya serap sorben (hidrofob)
Memasukkan sampel, dimana analit akan tertahan dan beberapa komponen lain akan
tertahan juga
Pencucian
Elusi
Mengelusi analit dengan pelarut tertentu
Penampungan Analit
Derivatisasi
Derivatisasi merupakan proses preparasi sampel yang melibatkan reaksi kimia antara
analit dengan suatu pereaksi untuk mengubah sifat fisika dan kimia dari analit.
Tujuan derivatisasi dalam analisis adalah:
v Meningkatkan detektabilitas/daya ukur analit
v Mengubah struktur molekul atau polaritas agar dapat terukur dengan lebih baik
v Mengubah sifat matriks agar diperoleh pemisahan yang lebih baik.
v Meningkatkan stabilitas kepekaan analit.
Secara ideal proses derivatisasi harus cepat, kuantitatif mungkin, dan sedikit
menghasilkan produk samping yang mengganggu. Tentu saja kelebihan pereaksi tidak boleh
mengganggu analisis.
Persyaratan pereaksi derivatisasi
Pereaksi dan hasil samping derivatisasi yang terbentuk harus tidak terdeteksi/terukur
atau dapat dipisahkan secara sempurna dari hasil reaksi dervatisasi analit
Pereaksi harus reaktif dan kalau perlu selektif terhadap analit (pada kondisi percobaan)
Reaksi kondensasi
Reaksi Sililasi
Reaksi alkilasi
Reaksi pembentukan senyawa siklik (siklisasi)
Reaksi penggabungan (coupling reaction)
Reaksi pembentukan kompleks yang berwarna atau sifat kromoforiknya meningkat.
Hasil reaksi derivatisasi tersebut pada umumnya meningkatkan sifat kromoforik, sifat
fluoroforik dan volatilitas analit.
Gugus fungsi dan hasil derivatisasinya
Ringkasan
Preparasi sampel merupakan tahapan analisis yang sangat menentukan akurasi dan
presisi hasil analisis.
Preparasi sampel mengubah sampel menjadi sesuatu bentuk yang adaptif dan sesuai
dengan metode pengukuran, meliputi pengubahan bentuk (derivatisasi ) yang akan
meningkatkan detektabilitas pengukuran.
Preparasi sampel juga meningkatkan akurasi dan presisi hasil melalui pemisahan analit
yang bebas dari pengaruh matriks dan analit yang lain.
Preparasi sampel sangat tergantung pada jenis sampel, sifat alami analit , kadar analit
dan metode pengukuran yang digunakan.