Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Di lingkungan sekitar, banyak kita jumpai berbagai jenis
makhluk hidup. Setiap makhluk hidup memiliki perbedaan yang
dapat membedakan makhluk hidup tersebut dengan makhluk hidup
yang lain. Perbedaan makhluk hidup pun beragam misalnya
perbedaan bentuk tubuh, cara beradaptasi, cara berkembang biak,
cara memperoleh makanan dan tempat hidup setiap makhluk hidup
pun

berbeda.

Berbagai

keanekaragaman

perbedaan

makhluk

ini

hidup

menciptakan

yang

suatu

disebut

juga

keanekaragaman hayati atau biodiversitas.


Keanekaragaman hayati dapat terjadi pada semua makhluk
hidup atau organisme dalam berbagai tingkat kehidupan, mulai dari
organisme tingkat rendah sampai organisme tingkat tinggi. Tidak
hanya memiliki perbedaan, setiap makhluk hidup juga memiliki
persamaan yang disebut juga keseragaman. Dari keseragaman
inilah dapat diciptakan suatu pengelompokan makhluk hidup atau
klasifikasi

oleh

para

ahli.

Dengan

adanya

klasifikasi

ini

memudahkan kita dalam pembelajaran dan penelitian mengenai


keanekaragaman.
Indonesia termasuk negara yang memiliki keanekaragaman
yang tinggi. Wilayah Indonesia hanya mencakup 1,3 % permukaan
bumi, tetapi di dalamnya terkandung salah satu keanekaragaman
hayati yang paling tinggi di dunia yaitu 10 % dari semua tumbuhan
berbunga, 12 % dari jenis mamalia, 16 % dari jenis reptilia dan

amfibi, 17 % dari jenis burung dan seperempat jenis ikan air tawar
dan air laut. Kekayaan hayati yang sangat tinggi ini bukan hanya
sebuah warisan alam yang kita miliki, tetapi juga sebagai sistem
pendukung

kehidupan

kesejahteraan

masyarakat

Indonesia.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana sejarah klasifikasi organisme?
2. Bagaimana keanekaragaman hayati di alam secara umum
dan di Indonesia?
3. Bagaimana prinsip-prinsip klasifikasi organisme?
4. Apa yang dimaksud keanekaragaman tingkat sel, organisme
dan ekosistem?
5. Bagaimana contoh klasifikasi tumbuhan dan hewan?
1.3 Tujuan Penulisan
1. Menjelaskan sejarah klasifikasi organisme
2. Menjelaskan keanekaragaman hayati di alam secara umum
dan di Indonesia
3. Menjelaskan prinsip-prinsip klasifikasi organisme
4. Menjelaskan keanekaragaman tingkat sel, organisme dan
ekosistem
5. Memberikan contoh klasifikasi tumbuhan dan hewan

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Sejarah Klasifikasi
1. Aristoteles
Pada tahun 384 SM Aristoteles mengelompokkan makhluk
hidup menjadi dua kelompok, yaitu tumbuhan dan hewan.
Tumbuhan dikelompokkan menjadi herba, semak, dan pohon.
Sedangkan hewan digolongkan menjadi hewan berdarah dan
hewan tidak berdarah. (Nurhayati, dkk, 2012 : 177)
2. John Ray
Pada tahun 1627 John Ray mengelompokkan makhluk
hidup

menjadi

kelompok

kelompok

kecil

dan

memperkenalkan konsep tentang spesies. (Nurhayati, dkk ,


2012 : 177)
3. Carolus Linnaeus (Sistem Klasifikasi Dua Kingdom)
Pada abad ke- 18 tepatnya pada tahun 1735 Carolus
Linnaeus
kesamaan

mengelompokan
struktur

ke

mahluk

hidup

berdasarkan

dalam

takson-takson

dan

memperkenalkan sistem tata nama makhluk hidup. Menurut


sistem ini klasifikasi dimulai dengan dua kerajaan atau
kingdom yaitu Animalia dan Plantae. Kerajaan dibagi ke dalam
kelas dan masing-masing kelas terbagi dalam ordo, yang dibagi
dalam Genera ( bentuk tunggal atau genus) yang dibagi dalam
spesies. (Nurhayati, dkk, 2012 : 177)
4. Ernest Haeckel dan Hoog (Sistem Klasifikasi Tiga Kingdom)
Ketika makhluk hidup bersel satu ditemukan, temuan baru
ini dipecah ke dalam dua kerajaan yang dapat bergerak ke
dalam filum Protozoa, sementara alga dan bakteri ke dalam
divisi Thallophyta atau Protophyta. Namun ada beberapa
makhluk yang dimasukkan ke dalam filum dan divisi, seperti
alga yang dapat bergerak, Euglena, dan jamur lendir yang
mirip amuba. Karena dasar inilah, Ernest Haeckel pada tahun
1866 menyarankan adanya kerajaan ketiga, yaitu Protista
untuk menampung makhluk hidup yang tidak memiliki ciri
klasifikasi yang jelas. Protista adalah organisme yang memiliki
sifat-sifat tumbuhan dan hewan sekaligus. (Nurhayati, dkk ,
2012 : 178)
5. Herbet Copeland (Sistem Klasifikasi Empat Kingdom)
Pada tahun 1938 Copeland mengelompokkan organisme
dalam empat kingdom. Copeland membagi menjadi empat
Kingdom yaitu Monera, Protista, Plantae dan Animalia. Monera
adalah organisme yang belum memiliki membran inti dan
membran organel sel atau bersifat prokariotik. Berbeda dengan
Protista/Protoctista yang bersifat Eukariotik. Plantae adalah
tumbuhan

yang

mengalami

masa perkembangan

embrio,

begitu juga Animalia adalah kelompok hewan yang mengalami

masa perkembangan

embrio

dalam

siklus

hidupnya.

(Nurhayati, dkk, 2012 : 178)


6. R.H. Whittaker (Sistem Klasifikasi Lima Kingdom)
Pada

tahun

1969

R.H.

Whittaker

mengelompokkan

organisme dalam lima kingdom. R.H. Whittaker menggolongkan


makhluk hidup menjadi Animalia, Plantae, Fungi, Protista dan
Monera. Ciri-ciri pada sistem lima kingdom sebagai berikut :
-

Kingdom

Monera

Prokariot,

Uniseluler dan Multiseluler.


Kingdom Protista : Eukariot,
Uniseluler dan Multiseluler.
- Kingdom Fungi : Eukariot,

Autotrof
Autotrof

dan

Heterotrof,

dan

Heterotrof,

Heterotrof,

Uniseluler

dan

Multiseluler.
- Kingdom Plantae : Eukariot, Autotrof, Multiseluler.
- Kingdom Animalia : Eukariot, Heterotrof, Multiseluler.
(Nurhayati, dkk, 2012 : 178)
7. Carl Woese (Sistem Klasifikasi Enam Kingdom)
Pada tahun 1977 Carl Woese mengelompokkan makhluk
hidup menjadi enam kingdom, Carl Woese membagi monera
menjadi dua kingdom yaitu Archabacteria dan Eubacteria
sehingga terdapat enam kingdom. Pada tahun 1990, Carl
Woese dan rekan rakannya kembali mengusulkan sistem
pengelompokkan makhluk hidup menjadi tiga domain yaitu
Bacteria (dari Eubacteria), Archaea (dari Archabacteria), dan
Eukarya (didalamnya termasuk Protista, Fungi, Plantae, dan
Animalia).

(Nurhayati,

dkk,

2012

179)

2.2 Keanekaragaman Hayati di Alam Secara Umum dan Di Indonesia


Keanekaragaman hayati tidak merata, melainkan sangat
bervariasi di seluruh dunia maupun dalam daerah. Indonesia

merupakan negara nomor tiga di dunia yang memiliki tingkat


keanekaragaman hayati paling tinggi setelah Brazil dan Zaire.
(Haru Suandharu, 2011: 226).
Secara Geografis Indonesia terletak pada pertemuan
sirkum pasifik dan sirkum mediterania. Akibatnya, Indonesia
memiliki banyak gunung api sehingga tanahnya menjadi
sangat subur. Berdasarkan letak astronomi Indonesia terletak
di daerah beriklim tropis yaitu terletak pada 6LU-11LS dan
95-141BT. Letaknya yang strategis menyebabkan Indonesia
memiliki jenis hewan dan tumbuhan yang sangat bervariasi
sehingga

menjadi

salah

satu

negara

megabiodiversitas.

(Suharno, dkk, 2007 : 117).


Ciri-ciri keanekaragaman hayati di Indonesia:
1. Memiliki fauna tipe Oriental, Australia dan Peralihaan

Gambar 1.1 persebaran fauna di Indonesia


a. Fauna tipe Oriental

Hewan-hewan di Indonesia bagian barat meliputi daerah


Sumatera, Jawa dan Kalimantan memiliki fauna khas yaitu
gajah, banteng, harimau, badak, bekantan, beruang madu,
tapir, rusa, babi hutan, orangutan, dan berbagai jenis burung
berkicau (jalak, perkutut, kutilang). (Nurhayati, dkk, 2012 :
188).
Banteng

Gajah Sumatera

Orang Utan

Gambar 1.2 jenis-jenis fauna di kawasan Indonesia Barat


b. Fauna tipe Australia
Hewan-hewan di Indonesia bagian Timur yaitu Irian, Maluku,
Sulawesi, dan Nusa Tenggara memiliki fauna khas yaitu
kanguru, kuskus, koala, kakatua, kasuari dan cendrawasih.
( Nurhayati, dkk, 2012 : 188).
Kanguru

Kakatua

Koala

Gambar 1.3 jenis-jenis fauna di kawasan Indonesia Timur

c. Fauna tipe Peralihan


Terletak antara garis Wallace dan garis Weber. Daerahnya
meliputi pulau Sulawesi, Nusa Tenggara (P.Lombok, P.Sumbawa,
P.Sumba, P.Flores, P.Timor) dan pulau-pulau di sekitarnya.
Terdapat

hewan-hewan

endemik

yang

tidak

terdapat

di

kawasan Indonesia barat dan timur. Misalnya di Sulawesi


terdapat babi rusa (Babyrousa), anoa (Bubalus depressicornis)
dan komodo (Varanus komodoensis).(Nurhayati, dkk, 2012 :
189).
Babi rusa

Anoa

Komodo

Gambar 1.4 jenis-jenis fauna daerah peralihan


2. Memiliki flora tipe Malesiana
Kawasan Malesiana meliputi Indonesia, Malaysia, Filipina,
Papua Nugini dan Solomon. Flora khas Malesiana antara lain
kayu cendana, anggrek, meranti, keruing, ramin, kamper, rotan
dan mahoni. (Suharno, dkk, 2007 : 120).
Pohon Kamper
Pohon Ramin

Gambar 1.5 fauna malesiana


3. Memiliki flora dan fauna endemik
4. Memiliki flora dan fauna langka
Flora langka yang terancam punah yaitu

Rafflesia

arnoldii, matoa, pohon cendana dan gandaria. Fauna langka


yang terancam punah yaitu badak bercula satu, badak
Sumatera, orang utan, bekantan, kakatua raja, kasuari.
(Nurhayati, dkk, 2012 : 189).

Gandaria

Kasuari

Cendana

Kakatua Raja

Bekantan

Gambar 1.7 fauna dan flora langka di Indonesia


2.3 Prinsip-Prinsip Klasifikasi Organisme
2.3.1 Pengertian Klasifikasi
Klasifikasi adalah metode menata organisme ke dalam
kelompok

berdasarkan

menunjukkan

dekatnya

pada

kemiripan

kekerabatan

struktur

antara

yang

organisme

tersebut dan juga menunjukkan evolusinya. (Gem, Collins.


1999 : 33)
2.3.2 Tujuan Klasifikasi
a. Mengelompokkan makhluk hidup berdasarkan persamaan
ciri-ciri yang dimiliki;
b.Mendeskripsikan ciri-ciri suatu jenis makhluk hidup untuk
membedakannya dengan makhluk hidup dari jenis yang lain;
c. Mengetahui hubungan kekerabatan antar makhluk hidup;
d. Memberi nama makhluk hidup yang belum diketahui
namanya.
(Noorhidayati. 2010 : 64)
2.3.3 Tahapan Klasifikasi

Untuk mengklasifikasikan makhluk hidup harus melalui


serangkaian tahapan. Tahapan tersebut antara lain sebagai
berikut:
a. Identifikasi
Identifikasi adalah proses untuk menentukan apakah
dua hal yang menurut pendapat anda sama atau tidak. Ini
adalah prinsip dasar dari semua klasifikasi, menggunakan itu
kita dapat melihat sistem klasifikasi kita akan terbentuk.
(Jaffrey, C. 1982 : 13).
b. Tatanama
Tatanama merupakan salah satu kegiatan di dalam
taksonomi. Kegiatan ini mengenai penentuan nama yang
benar bagi takson yang telah atau harus diketahui. Nama
ilmiah dalam klasifikasi mempunyai ketentuan, antara lain :
1. Menggunakan bahasa Latin (bahasa yang dilatinkan)
2.

Menggunakan sistem binominal

nomenklatur

(sistem

binary), yaitu kata


1 menunjukkan genus, kata ke-2 sebagai petunjuk jenis
(epitheton
specificum). Epitheon spesificum dapat berasal dari nama
lokasi, sifat, nama
orang. (Wijayani, Suprih. 2013 : 131, 133)
Contoh : Primula vulgaris (Bunga Primrose)
Primula menunjukkan nama genus
vulgaris menunjukkan nama jenis. (Jaffrey, C. 1982 : 66).

c. Tingkat Taksonomi
Tingkat taksonomi disebut juga tingkat pengelompokan.
Tingkatan ini disusun oleh kelompok (takson) yang paling
umum sampai yang paling khusus, dengan urutan tingkatan
sebagai berikut :
Hewan

Tumbuhan

Kingdom
Phylum
Class
Ordo
Family
Genus
Species

Kingdom
Divisio
Class
Ordo
Family
Genus
Species

(Noorhidayati. 2010 : 64). (Campbell, Neil A. dkk. 2009 : 537).


(Jaffrey, C. 1982 : 52, 53).
2.3.4 Sistem Klasifikasi
Berdasarkan dasar atau kriteria yang digunakan, sistem
klasifikasi dapat dibedakan menjadi 3 macam, yaitu :
a. Sistem Klasifikasi Alamiah
Perintis sistem klasifikasi ini adalah Michael Adamson
dan

Jean

Baptise

de

Lamarck.

Sistem

klasifikasi

ini

mengelompokkan makhluk hidup dengan membentuk taksontakson

yang

membentuk

alami.

unit

Artinya,

takson

anggota-anggota

terjadi

secara

alamiah

yang
atau

sewajarnya seperti yang dikehendaki oleh alam. Dasar yang


digunakan adalah persamaan morfologi.
b. Sistem Klasifikasi Buatan (Artifisial)

Sistem klasifikasi artifisial mengelompokkan makhluk


hidup berdasarkan ciri morfologi, anatomi, dan fisiologi.
Tumbuhan dibedakan menjadi empat kelompok, yaitu herba,
semak rendah, semak, dan pepohonan yang dikemukakan
oleh murid Aristoteles yang bernama Theophratus dalam
bukunya yang berjudul Historia Plantarum.
c. Sistem Klasifikasi Filogenik
Sistem klasifikasi Filogenik mengelompokkan makhluk
hidup berdasarkan sejarah evolusi (hubungan kekerabatan).
(Noorhidayati, 2010 : 63, 64)
Klasifikasi Mahluk Hidup
Monera

Protista

Monera
adalah
contoh
prokariota.
Bakteria
dan
arkhae
merupakan
dua
cabang
utama
evolusi
prokariota.
Prokariota
merupakan organisme yang
paling mudah berkembang
biak
dan
memperbanyak
populasinya. Prokariota dapat
bertahan hidup di habibat
yang terlalu panas, terlalu
dingin, terlalu asin, terlalu
asam, ataupun terlalu basa
untuk
eokariota
apapun.
(Campbell,dkk,2003 : 105 )

Protista adalah eukariota yang


paling beraneka ragam. Protista
bersifat
eukariotik,
bahkan
protista yang paling sedehana
sekalipun jauh lebih kompleks
dibangdingkan
dengan
prokariota.
(Campbell,dkk, 2003 : 125)

Tumbuhan Tingkat Tinggi

Tumbuhan Tingkat Rendah

Contohnya adalah briophyta.


Tiga divisi briophyta adalah
lumut daun (moss), lumut hati (
Contohnya
adalah
liver wort), dan lumut tanduk
Angiospermae
(Tumbuhan
( horn wort).
berbunga) dan Gimnospermae.
Pada tumbuhan berbiji, biji
( Campbell,dkk,2003: 160)
menggantikan spora sebagai
cara
utama
penyebaran
keturunan.
Gimnospermae
memilik empat divisi yaitu
sikad, ginkgo, gnetofit, dan
konifer.
( Campbell,dkk,2003: 182)

Invertebrata
Invertebrata adalah hewan
yang tidak bertulang belakang.
Contoh filumnya adalah filum
porifera,
cnidaria,
dan
Mollusca.
(Campbell,dkk,2003: 213)

Vertebrata
Pial
neural
(neural
crest),
sefalisasi (chepalization) yang
nyata, tulang punggung, dan
sistem
sirkulasi
tertutup
merupakan karakteristik khas
Subfilum Vertebrata. Contohnya
:
Ikan
(Pisces).
(Campbell,dkk,2003 : 250)

2.4 Jenis-jenis Keanekaragaman Hayati


Keanekaragaman hayati dapat terjadi dalam berbagai
tingkat kehidupan, mulai dari organisasi tingkat rendah sampai
organisme tingkat tinggi. Misalnya dari makhluk bersel satu
hingga bersel banyak, dan tingkat organisasi kehidupan individu
sampai tingkat interaksi kompleks, misalnya dari spesies sampai
ekosistem.
2.4 1. Keanekaragaman Gen
Gen

adalah

faktor

pembawa

sifat

keturunan.

Gen-gen

membentuk molekul rantai ganda terpilin yang disebut DNA.


Susunan gen (genotif) akan mengekspresikan sifat individu
(fenotif). Genotip merupakan sifat yang tidak tampak dan terdiri
atas susunan gen.Fenotip merupakan sifat yang tampak dari
luar dan merupakan interaksi antara faktor genetik dengan
faktor lingkungan.
Keanekaragaman jenis dan jumlah gen yang dimiliki setiap
individu makhluk hidup merupakan bahan mentah yang dapat
dibudidayakan menjadi bibit unggul. Bahan mentah bibit unggul
ini disebut plasma nutfah, plasma nutfah (germ plasm) pertama
kali dikemukakan oleh A.Weismann untuk menjelaskan ide
tentang diwariskannya protoplasma. Plasma nutfah merupakan
sumber pembawa sifat yang terdapat dalam sel reproduksi atau
gamet, dari satu generasi ke generasi berikutnya. Istilah plasma
nutfah mengacu pada sel hewan atau tumbuhan yang dapat
ditumbuhkan menjadi generasi baru, seperti koleksi berbagai
biji, umbi-umbian, dan polong-polongan dalam bank gen.
(Suharno,dkk, 2007 : 114)

2.4.2 Keanekaragaman Jenis (spesies)


Keanekaragaman hayati tingkat jenis memperlihatkan adanya
variasi bentuk, penampilan, jumlah, sifat lain antar satu jenis
(spesies) dengan jenis lain. Variasi dalam spesies bersifat
menurun. Dengan demikian, variasi dalam spesies dapat terjadi
karena faktor keturunan atau genetika serta interaksinya
terhadap lingkungan tempat tinggalnya. Variasi pada tingkat
jenis

mudah

diamati

karena

perbedaannya

yang

mencolok.Variasi pada tingkat jenis disebabkan jumlah, bentuk,


dan susunan kromosom (tempat terdapatnya gen) berbeda,
faktor

lingkungan,

hibridisasi,

dan

mutasi

kromosom.

(Suharno,dkk, 2007 : 114)


2.4.3 Keanekaragaman Ekosistem
Ekosistem adalah komunitas organik yang terdiri atas
tumbuhan, hewan, dan mikroorganisme bersama lingkungan
fisik dan kimia tempat hidup atau habitatnya. Faktor fisik dan
kimia disebut komponen abiotik. Komponen organik yang terdiri
atas berbagai individu makhluk hidup, baik hewan, tumbuhan,
dan mikroorganisme disebut komponen biotik. Sebagai suatu
sistem, komponen ekosistem (biotik dan abiotik) merupakan
suatu kesatuan yang di dalamnya terjadi proses pengambilan
dan

perpindahan

energi

(energetika),

daur

materi,

dan

produktivitas.
Keanekaragaman ekosistem memperlihatkan adanya
berbagai individu makhluk hidup yang memiliki kemampuan
interaksi

berbeda-beda

membentuk
individu

ekosistem

tersebut.

terhadap
yang

lingkungannya

berbeda

Keanekaragaman

beda

bagi

ekosistem

sehingga
tiap-tiap

terdapat

di

Indonesia karena Indonesia memiliki berbagai spesies tumbuhan


dan hewan. (Suharno,dkk, 2007 : 114)

2.5 Klasifikasi Hewan dan Tumbuhan


Contoh klasifikasi hewan dan tumbuhan :
Hewan : Macan Tutul

Tumbuhan : Padi

Kingdom

: Animalia

Kingdom

: Plantae

Filum

: Chordata

Divisio

: Spermatophyta

Kelas

: Mammalia

Sub Divisio

: Angiospermae

Ordo

: Carnivora

Kelas

: Monocotyledoneae

Family

: Felidae

Ordo

: Poales

Genus

: Panthera

Famili

: Graminae

Spesies

: Panthera pardus

Genus

: Oryza Linn

Spesies

: Orzya sativa L.

(Campbell, 2008 : 537)

( Literatur Grist, 1960)


Perbedaan antara Tumbuhan dan Hewan (Collins, 1999 : 186 )
Tumbuhan

Hewan

Sel dilindungi dinding sel selulosa

Tidak ada dinding selulosa

Vakuola besar dalam sel berisi cairan

Vakuola jika ada, kecil

sel
Sel kecil,bentuk tidak teratur
Sel besar dengan bentuk tertentu
Gerakan bebas
Gerakan terbatas
Respon terhadap rangsangan cepat
Respon terhadap rangsangan rendah
Tidak mengandung kloroplas (klorofil)
Sel mengandung kloroplas
Harus mendapatkan makanan dari
luar

Fotosintesis

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Sejarah klasifikasi dimulai dari tahun 384 SM oleh Aristoteles
sampai ditemukannya sistem enam kingdom oleh Carl Woese
pada tahun 1977.

2. Indonesia memiliki flora dan fauna yang khas dan beragam.


Keanekaragaman hayati di Indonesia terdiri atas fauna tipe
oriental (Asia), tipe peralihan dan tipe Australia, flora dan
fauna langka, flora dan fauna endemik dan flora tipe
malesiana.
3. Prinsip-prinsip klasifikasi dipelajari dalam bidang taksonomi.
Kegiatan

taksonomi

yaitu

identifikasi,

tata

nama

dan

klasifikasi.
4. Keanekaragaman gen, jenis, dan ekosistem merupakan jenisjenis keanekargaman hayati. Keanekaragaman gen ditunjukan
adanya

variasi

yang

terjadi

dalam

satu

spesies

Keanekaragaman jenis ditunjukan adanya variasi yang terjadi


pada

berbagai

spesies.

Keanekaragaman

ekosistem

ditunjukan adanya berbagai macam ekosistem.


5. Klasifikasi hewan diambil contoh macan tutul dengan nama
ilmiahnya Panthera pardus dan tumbuhan diambil contoh padi
dengan nama ilmiahnya Oryza sativa
3.2 Saran
Kita sebagai manusia dan generasi penerus bangsa sebaiknya
memiliki kesadaran dalam menjaga alam dan keanekaragaman
hayati. Setelah membaca makalah ini kita juga perlu menyadari
pentingnya melestarikan alam, hewan dan tumbuhan yang telah
Tuhan anugerahkan bagi kita.

DAFTAR PUSTAKA

Campbell, dkk. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jilid 2. Jakarta: Penerbit


Erlangga.
Campbell, dkk. 2008. Biology Eight Edition. San Fransisco: Pearson
Benjamin Cummings
Gem, Collins. 1999. Kamus Saku Biologi. Jakarta: Erlangga.
Jeffrey, C. 1982. An introduction to plant taxonomy 2nd ed.
Cambridge: Cambridge
University Press.
Noorhidayati, Wahidah Arsyad. 2010. Bahan Ajar Biologi Umum.
Banjarmasin
Nurhayati, Nunung. 2012. Biologi Berbasis Pendidikan Karakter.
Suandharu, Haru . 2011. OSN Biologi.
Suharno, dkk. 2007. Biologi Jilid 1. Jakarta: Penerbit Erlangga
Wijayani, Suprih. 2013.Biologi. Yogyakarta: Amara Books

Anda mungkin juga menyukai