Anda di halaman 1dari 4

Apa yang dimaksud dengan Photochemical Smog?

Photochemical smog adalah suatu keadaan ketika polutan primer (Oksida nitrogen
NOx dan VOC yang dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil dan biomassa) bereaksi
dengan bantuan sinar matahari dan menghasilkan polutan sekunder yang lebih
berbahaya. Keadaan ini ditunjukkan dengan adanya kabut tipis di atas langit kota.
Biasanya fenomena ini terjadi pada musim panas.
Polutan sekunder yang paling berbahaya adalah ozon yang terbentuk di troposfer atau
lapisan atmosfer terdekat dari permukaan bumi. Sementara ozon diproduksi secara
natural di lapisan stratosfer, bila zat ini ditemukan di troposfer maka ia termasuk zat
yang berbahaya. Polutan lainnya yang juga terbentuk adalah PAN (Peroxyacetyl nitrate).
Selain dihasilkan secara alami, Oksida nitrogen dan VOC juga diemisikan dari kegiatan
antropogenik. Oksida nitrogen dihasilkan terutama dari pembakaran bahan bakar fosil.
VOC terbentuk dari pembakaran tidak sempurna dari bahan bakar fosil, penguapan dari
bahan bakar dan solvent, serta dari pembakaran zat organik seperti dedaunan dan kayu.
Reaksi pembentukan ozon dan PAN yang mengakibatkan photochemical smog dapat
dijelaskan sebagai berikut.

Kendaraan bermotor mengemisikan gas yang mengandung oksida nitrogen


seperti NO2dan NO. Pada suhu tinggi, nitrogen dari emisi kendaraan bermotor dan
oksigen di udara bereaksi membentuk NO.

N2 (g) + O2 (g) 2 NO (g)


NO kemudian bereaksi dengan oksigen untuk membentuk Nitrogen dioksida (NO 2).
2NO (g) + O2 (g) 2 NO2 (g)
Dengan bantuan sinar matahari, atom O terurai dari molekul NO2.
NO2 (g) + sunlight NO (g) + O (g)
Atom oksigen kemudian bereaksi dengan molekul O2 membentuk ozon.
O (g) + O2 (g) O3 (g)
NO kemudian memecah ozon, menjadi NO2 dan oksigen.
NO (g) + O3 (g) NO2 (g) + O2 (g)
Ketika rasio NO2 dengan NO lebih besar dari 3, reaksi pembentukan ozon menjadi
reaksi dominan. Ketika rasio lebih kecil dari 0,3, NO memecah ozon dengan laju
yang setara dengan laju pembentukan ozon, sehingga ozon tetap berada pada
kandungan aman di atmosfer.

Reaksi hidrokarbon dengan NO dan oksigen menghasilkan NO2 dalam

kondisi sinar matahari yang berlebih, meningkatkan rasio NO2 terhadap NO.
Nitrogen dioksida (NO2), oksigen (O2), dan hidrokarbon bereaksi dengan
bantuan sinar matahari membentuk Peroxyacetylnitrate (CH 3CO-OO-NO2).

NO2 (g) + O2 (g) + hidrokarbon + sunlight CH3CO-OO-NO2 (g)

Apa yang bisa dilakukan untuk mencegah terjadinya Photochemical Smog?


Untuk mengurangi emisi polutan yang dapat mengakibatkan terjadinya photochemical
smog, upaya yang dapat dilakukan antara lain adalah dengan memasang catalytic
converter pada knalpot kendaraan bermotor. Catalytic converter dapat mengurangi emisi
karbon monoksida dan oksida nitrogen. Katalis yang digunakan dapat berupa platinum
atau kombinasi platinum dan rhodium. Platinum mengkatalisis reaksi hidrokarbon seperti
pentana dan oksigen untuk menghasilkan karbon dioksida (CO2) dan uap air (H2O).
C5H12 (pentana) +
2 + katalis platinum 5 CO2 dan 6 H2O

Rhodium mengkatalisis reaksi karbon monksida (CO) dan NO untuk membentuk karbon
dioksida dan N2.
2CO + 2NO + katalis rhodium 2CO2 + N2
Reduksi NO menjadi gas N2 harus terproses lebih cepat daripada oksidasi CO menjadi
CO2atau seluruh karbon monoksida akan teroksidasi menjadi karbon dioksida sebelum ia
dapat digunakan untuk mereduksi NO.
Kendaraan bermotor hanya dapat menggunakan catalytic converter bila berbahan bakar
petrol tanpa timbal, karena timbal dalam petrol dapat menonaktifkan katalis.
Selain menggunakan catalytic converter, emisi polutan tentunya juga bisa dikurangi
dengan pola hidup ramah lingkungan. Mengupayakan penggunaan kendaraan umum
untuk menggantikan kendaraan pribadi akan secara signifikan mengurangi jumlah
polutan yang dilepaskan dari knalpot kendaraan bermotor. Dengan berkurangnya emisi
kendaraan bermotor tersebut, resiko terjadinya photochemical smog dapat diminimalisir.
Sehingga udara bersih dapat dinikmati oleh seluruh k

Photochemical smog
Pernahkah di suatu hari yang cerah kita melihat ke arah bangunan seperti tampak kabut
yang tebal ? sesungguhnya kabut itu adalah smog, suatu fenomena polusi udara yang dapat
membahayakan kesehatan. Berikut akan diulas mengenai smog dan dampaknya terhadap
kesehatan.

SMOG (singkatan dari Smoke Fog asap kabut kadang di Indonesia disebut Asbut) adalah
istilah yang dipopulerkan oleh Dr. Henry Antoine Des Voeux di dalam makalahnya di tahun
1905 pada suatu kongres kesehatan masyarakat. Smog adalah suatu jenis polusi udara yang
berasal dari emisi kendaraan bermotor dan industri yang bereaksi di dalam atmosfer dengan
cahaya matahari untuk membentuk polutan sekunder dan jika bercampur dengan emisi
primer membentuk photochemical smog.
Terbentuk ketika matahari terkena berbagai macam polutan (nitrogen oksida (NOx) dan
Volatile Organic Compound (VOCs)) di dalam udara dan membentuk campuran kimia yang
saling bertentangan serta meninggalkan partikulat dan ground level ozone.
Nitrogen oksida dilepaskan oleh nitrogen dan oksigen di dalam udara bereaksi bersama di
bawah suhu tinggi seperti pembakaran mesin berbahan bakar fosil seperti mobil, truk,
pembangkit listrik tenaga batu bara dan pabrik-pabrik industri manufraktur. VOCs
dilepaskan dari bahan-bahan buatan manusia seperti bensin, cat, pelarut, pestisida dan
sumber-sumber
biogenic
seperti
emisi
pohon
pinus
dan
citrus.
Campuran polutan udara berbahaya itu dapat meliputi aldehida (RCHO), Nitrogen oksida,
Peroxyacil nitrates (PAN), ozon troposfer dan volatile organic compounds (VOCs). Bahanbahan kimia ini biasanya sangat reaktif dan mudah teroksidasi. Photochemical smog
disebut-sebut sebagai permasalahan industri modern. Fenomena ini terjadi di semua kotakota modern, tetapi seringkali terjadi pada saat kota di dalam kondisi terik, hangat, iklim
kering dan terdapat banyak kendaraan bermotor. Karena smog dapat berpindah dengan
angin, smog dapat mempengaruhi daerah yang jarang penduduknya.
Dampak terhadap kesehatan
Smog berbahaya bagi kesehatan manusia khususnya masyarakat dengan kondisi paru-paru
dan jantung yang lemah seperti emfisema, bronchitis dan asma. Sebuah studi terbaru
membuktikan bahwa bahkan di dalam level terendah, smog ozon dapat meningkatkan resiko
serangan asma dan iritasi terhadap sistem respirasi; bersam dengan polusi udara dapat juga
berkontribusi terhadap serangan jantung dan stroke.

PHOTOCHEMICAL SMOG
Photochemical smog merupakan keadaan yang berkembang ketika polutan primer (NOx
dan senyawa organic volatile dihasilkan dari pembakaran bahan bakar fosil) berinteraksi di
bawah pengaruh sinar matahari untuk menghasilkan ratusan campuran beragam dan bahan
kimia berbahaya disebut sebagai polutan sekunder.
Photochemical smog terjadi apabila kondisi di bawah ini terpenuhi :

Cahaya matahari
Produksi oksida nitrogen (NOx)
Produksi senyawa organik volatil (VOCs)

Jika kesemua kriteria ada, beberapa reaksi akan nampak menghasilkan konstituen kimia
beracun dari photochemical smog. Berikut ini proses yang menghasilkan formasi bahan
kimia beracun paling dominan : ozon (O3) dan peroxyacetyl nitrat (PAN).
Nitrogen dioksida terbentuk terbentuk dengan cara :
O3 + NO NO2 + O2
NO + RO2 NO2 + produk lain
Cahaya mengurai nitrogen dioksida (NO2) kembali membentuk ntrogen oksida (NO)
NO2 + cahaya matahari NO + O
Atom oksigen (O) dibentuk pada reaksi di atas kemudian bereaksi dengan sejumlah molekul
oksigen (yang menyusun 20,94 % gas atmosfer) menghasilkan ozon
O + O2 O3
Nitrogen dioksida (NO2) juga bereaksi dengan radikal yang dihasilkan dari senyawa organik
radikal membentuk peroxyacetyl nitrat (PAN).
Efeknya akan sangat mengena pada penderita gangguan pernafasan seperti asma.

Anda mungkin juga menyukai