Dibuat oleh :
Noviana Diyah Larassanti
(1606016048)
Prodi Ilmu Politik 1B
dari dekat atau jauh bahwa Rasul mengawini wanita-wanita ini untuk besenang-senang
dengan mereka. Dan jauh untuk kesenangan dan kenikmatan, karena yang dinikahinya adalah
mereka yang lanjut usia dan para janda miskin.
Dari sini jelaslah bagi setiap orang yang adil bahwa Muhammad adalah manusia yang
terhormat, sempurna lagi mulia dan suci, segala sifat kemanusiaan yang penyayang telah
sempuna dalam dirinya, maka ia pasti akan tersentuh apabila melihat para wanita ini hidup
tanpa ada yang menopang, mereka menghadapi penghinaan dan peremehan dan kesucian
mereka ada dalam bahaya, beliau ingin menyelamatkan mereka dan mengangkat derajat
mereka ketempat yang mulia, da ia telah melakukan maka ia berha mendapatkanpujan
kemanusiaan tanpa ragu, maka sesungguhnya yang diajarkan Tuhannya layak menempakan
dirinya pada posisi kemanusiaan yang mulia ini.
Oleh karena itu, Rasullulah memberikan pilihan kepada para istrinya untuk tetap
berada dalam kesederhanaan hidup, disertai kenikmatan karena kemulian pertalian denganya,
atau mereka rela dan senang denan kenikamatn dunia dan meneima bagian mereka seperti
istri kaum muslim yang lain. Tidak mungkin ragu lagi bahwa Muhamad mencintai para
istrinya da menginginkan kebaikan yang besar bagi mereka, dengan bukti bahwa ia sangat
sayang kepada wanita secara umum, dan mengakui hak-hak mereka secara keseluruhan.
Jadi, islam adalah agama pertama yang membela wanita, mengembalikan kehormatan
mereka, da menetapkan hak-hak mereka yang banyak yang mereka impikan sebelumnya, dan
para istrinya mengajukan permintaan yang masuk akal yaitu, meeka berhak mendapatkan
bagian mereka dan nasib baik dalam kehidupan baru, tetapi Muhammad menolak hal tersebt
bagi mereka, sehingga kita idakbisa mengaakan ahwa sesnggunya ia mendirikan negara dan
menyebarkan dakwah dengan tjuan untk menkmati kesenangan seperti yang dilakukan
seluruh raja dan pembesar di dunia, bdan setalah semua itu, kita juga tdak bisa mengakan
bahwa sesunguhnya Muhammad memikirkan pemikiran seks dengan memperbanyak istrinya,
karena sesunggunya pemikiran ini jauh dari pikirannya. Dan perlu diperhatikan, bahwa ia
berpoligami antara tahun ketiga dan keempat hijrah, yaitu periode peperangan berkecamuk,
dalam jalan menyebarkan dakwah islam, dan kaum Muslim menderita kekurangan jiwa dan
harta.