Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ORGANIK KI-2051

PERCOBAAN 1
PEMISAHAN DAN PEMURNIAN ZAT CAIR:
DISTILASI DAN TITIK DIDIH

Nama

: Stella Dwijayanti Santoso

NIM

: 13013068

Kelompok

: VII

Tanggal Percobaan

: 4 Februari 2015

Tanggal Laporan

: 11 Februari 2015

Asisten

: Edi Ilimo

LABORATORIUM KIMIA ORGANIK

PROGRAM STUDI KIMIA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI BANDUNG

2015

I. Tujuan Percobaan
1. Memisahkan campuran aseton-air (1:1) dengan distilasi sederhana dan distilasi
bertingkat.
2. Memisahkan campuran aseton-air (1:1) dengan distilasi azeotrop terner.
3. Menghitung titik didih distilat dan indeks bias zat dari hasil distilasi biasa, distilasi
bertingkat, dan distilasi azeotrop terner.

II.

Teori Dasar
Metode yang sangat baik untuk pemurnian zat cair adalah distilasi. Ketika suatu
molekul zat cair mendekati perbatasan fasa uap-cair, maka molekul tersebut jika
memiliki energi yang cukup, dapat berubah dari fasa cair menjadi fasa gas. Dalam
kesetimbangan, banyak molekul zat cair yang memasuki fasa uap dan kembali lagi
menjadi fasa cair sehingga terukur tekanan uapnya. Jumlah relatif komponen dalam fasa
uap berhubungan dengan tekanan uap tiap zat murni.
Distilasi sederhana adalah proses distilasi yang tidak melibatkan kolom fraksinasi
atau proses yang biasanya untuk memisahkan salah satu komponen zat cair dari zat-zat
non volatile atau zat cair lainnya yang perbedaan titik didihnya paling sedikit 75 oC.
Distilasi bertingkat adalah proses dimana yang melibatkan kolom fraksinasi sehingga
pemisahan senyawa-senyawa yang memiliki titik didih berdekatan dapat dipisahkan
dengan baik. Kolom fraksinasi diisi dengan materi berpori yang menyediakan luas
permukaan yang lebih besar untuk proses kondensasi berulang.
Kurva distilasi memberikan informasi efisiensi pemisahan komponen suatu
campuran. Kelebihan distilasi bertingkat daripada distilasi sederhana dapat dilihat pada
datarnya kurva. Artinya titik didih lebih akurat dan dapat digunakan untuk
mengidentifikasi titik didih fraksi tiap komponen. Suatu campuran zat cair dengan
komposisi tertentu yang mengalami distilasi pada suhu konstan tanpa adanya perubahan
dalam komposisinya disebut azeotrop.
Kalibrasi termometer (titik nolnya) dengan cara mencelupkan termometer pada
campuran air-es yang diaduk homogen. Sedangkan untuk kalibrasi titik skala 100
termometer digunakan sedikit batu apung.

III.

Alat dan Bahan


Alat
-

Gelas kimia 400 mL


Termometer
Peralatan distilasi sederhana (statif,
klem, thermometer, kondensor, labu,
batang pengaduk magnet, adaptor, base

Bahan
-

head, gelas ukur, pemanas)

IV.

Peralatan distilasi bertingkat

Data Pengamatan
A. Distilasi Sederhana
- Suhu saat tetesan pertama terjadi : 37oC
- Indeks bias distilat : 1.355
No

Volume (mL)

.
1.
2.
3.
4.

5
10
15
20

Suhu (oC) Indeks Bias


37
54
57
61

1.355
1.0099
1.575
1.622

B. Distilasi Bertingkat
- Suhu saat tetesan pertama terjadi : 40oC
- Indeks bias distilat : 1.3554
No

Volume (mL)

.
1.
2.
3.
4.

5
10
15
20

Suhu (oC) Indeks Bias


40
55
54.5
47

1.3575
1.3554
1.3533
-

C. Distilasi Azeotrop
- Suhu saat tetesan pertama terjadi : 49oC
- Indeks bias distilat : 1.3956
No

Volume (mL)

.
1.
2.
3.
4.

5
10
15
20

Suhu (oC) Indeks Bias


49
65
65.5
68

1.3956
1.4029
-

Bongkahan kecil es
Air dingin
Campuran aseton-air (1:1)
Campuran methanol-air (1:1)
Benzena atau toluena

V.

Perhitungan dan Pengolahan Data


A. Kurva Regresi
1. Distilasi Sederhana

Kurva Distilasi Biasa


70
60
50
40

Suhu (oC) 30
20
10
0

10

12

14

16

18

20

22

Volume (mL)

y=1.5 x +33.5
R2=0.840179
2. Distilasi Bertingkat

Kurva Distilasi Bertingkat


60
50
40

Suhu (oC) 30
20
10
0

10

12

14

Volume (mL)

y=0.41 x+ 44
R2=0.138983
3. Distilasi Azeotrop

16

18

20

22

Kurva Distilasi Azeotrop


80
70
60
50

Suhu (oC) 40
30
20
10
0

10

12

14

16

18

20

22

Volume (mL)

y=1.15 x+ 47 .5
2

R =0.730865

B. Perhitungan Galat
1. Distilasi Sederhana
n aseton referensi = 1.35916
n aseton distilat = 1.355
n asetonliteratur n aseton percobaan

100
n aseton literatur

galat=
1.359161.355

100
1.35916

galat=
galat=0.31
2. Distilasi Bertingkat
n aseton referensi = 1.35916
n aseton distilat = 1.3554
n asetonliteratur n aseton percobaan
galat=
1.359161.355 4
galat=
galat=0.27

100
1.35916

100
n aseton literatur

3. Distilasi Azeotrop
n metanol referensi = 1.3288
n metanol distilat = 1.3956
n metanolliteratur n metanol percobaan

100
n metanol literatur

galat=
1.32881.3956

100
1.3288

galat=
galat=5.03
VI.

Pembahasan
Pada percobaan ini dilakukan proses pemisahan dan pemurnian zat cair.
Untuk memisahkan campuran asetonair (1:1) dilakukan dengan metode distilasi
sederhana (biasa) dan distilasi bertingkat. Distilasi sederhana (biasa) merupakan
proses distilasi yang tidak melibatkan kolom fraksinasi atau proses yang biasanya
untuk memisahkan salah satu komponen zat cair dari zat-zat non volatile atau zat
cair lainnya yang perbedaan titik didihnya paling sedikit 75 oC. Jika campuran
dipanaskan maka senyawa yang memiliki titik didih lebih rendah akan menguap
terlebih dahulu.
Distilasi bertingkat adalah proses dimana yang melibatkan kolom fraksinasi
sehingga pemisahan senyawa-senyawa yang memiliki titik didih berdekatan dapat
dipisahkan dengan baik. Kolom fraksinasi diisi dengan materi berpori yang
menyediakan luas permukaan yang lebih besar untuk proses kondensasi berulang.
Dari literatur, titik didih air pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm adalah 100oC.
Sedangkan titik didih aseton pada suhu 25oC dan tekanan 1 atm adalah 56.2oC.
Dengan demikian terdapat perbedaan senilai 43.8oC diantara titik didih kedua
senyawa tersebut yang disebabkan oleh lebih kuatnya ikatan hidrogen pada
molekur air. Hal ini membuat ketika proses distilasi dilakukan aseton akan
menguap terlebih dahulu dibandingkan air. Berdasarkan percobaan yang
dilakukan, pada distilasi sederhana suhu tetesan pertama hasil kondensasi uap
aseton adalah 37oC. Sementara pada distilasi bertingkat suhu tetesan pertamanya
adalah 40oC. Hal ini menunjukkan hasil pemisahan melalui proses distilasi
bertingkat lebih baik dibandingkan distilasi sederhana. Suhu keduanya lebih dekat

dengan titik didih metanol daripada air. Hal ini menunjukkan bahwa aseton yang
titik didihnya lebih rendah telah menguap terlebih dahulu dibanding air.
Indeks bias aseton menurut literatur adalah 1.35916. Perhitungan indeks bias
yang dilakukan setelah proses distilasi sederhana adalah 1.355 dan 1.3544 untuk
hasil distilasi bertingkat. Terdapat galat sebesar 0.270,31%. Galat ini yang dapat
menunjukkan seberapa murni zat yang dihasilkan dari distilasi. Semakin kecil
galat, semakin murni zat yang pertama kali keluar dari distilasi, dalam hal ini
aseton. Ada kemungkinan air ikut terkondensasi bersama aseton. Dari galat indeks
bias tersebut juga menunjukkan hasil distilasi bertingkat lebih baik.
Sedangkan untuk memisahkan campuran metanolair (1:1) dilakukan dengan
distilasi azeotrop terner. Azeotrop adalah campuran dari dua atau lebih komponen
yang memiliki titik didih yang konstan sehingga dapat membuat hasil distilasi
tidak maksimal. Komposisi dari campuran azeotrop tetap konstan sekalipun dalam
pemberian atau penambahan tekanan. Akan tetapi apabila tekanan total berubah,
kedua titik didih dan komposisi dari azeotrop berubah. Sebagai akibatnya,
azeotrop bukanlah merupakan komponen tetap, yang komposisinya harus selalu
konstan dalam interval suhu dan tekanan, tetapi lebih ke campuran yang
dihasilkan dari saling memengaruhi dalam kekuatan intramolekuler dalam larutan
Memisahkan campuran azeotrop biasanya melibatkan senyawa lain yang dapat
memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan tekanan tinggi
Peralatan yang digunakan dalam proses ini adalah peralatan distilasi
bertingkat. Senyawa yang ditambahkan untuk memecah ikatan azeotrop dari
campuran metanolair (1:1) adalah benzena atau toluena. Distilat yang terlebih
dahulu keluar yaitu berupa azeotrop karena zat azeotrop memiliki titik didih yang
lebih rendah daripada zat murninya.
Pada percobaan ini suhu 5 mL tetesan pertamanya adalah 49 oC (distilat mulai
mendidih) dan indeks biasnya 1.3956. Dari literatur didapatkan titik didih air
adalah 100 oC, metanol 64.7oC, dan benzena 80.1oC sehingga metanol yang akan
menjadi distilat pada campuran ini. Perbedaan titik didih percobaan dengan
literatur sangat jauh karena keadaan kondensor yang belum kering saat dipakai.
Hal ini memungkinkan air atau zat cair lainnya ikut terkondensasi jika terdapat
tekanan.
Indeks bias hasil percobaan yang terdekat dengan indeks bias literatur adalah
1.3956. Galat sebesar 5.03% dapat disebabkan oleh kesalahan pembacaan indeks

bias (kurang terampil) ataupun terdapat zat pengotor yang ikut terkondensasi
karena sifatnya yang mudah menguap.
VII.

Kesimpulan
- Pada pemisahan senyawa aseton air (1:1) melalui distilasi biasa dan
bertingkat, aseton menjadi distilat karena titik didihnya lebih rendah daripada
-

air. Sedangkan pada distilasi azeotrop, yang menjadi distilat adalah metanol.
Dalam distilasi sederhana, didapatkan titik didih aseton adalah 37 C dan
indeks biasnya sebesar 1.355 dengan galat 0.31%. Pada distilasi bertingkat,
distilat aseton yang menetes pertama kali yaitu pada suhu 40 C dan indeks
biasnya juga sama yaitu 1.3554 dengan galat 0.27%. Sedangkan pada distilasi
azeotrop terner, diperoleh indeks bias metanol yaitu 1.3956 dengan galat
5.03% dan cairan distilat yang menetes pertama kali dengan metode ini
memiliki suhu 49 C.

VIII. Daftar Pustaka


Fessenden, Fessenden. 1992. Kimia Organik . Jakarta : Erlangga. Hal 69-72
Schoffstal,

A.M.

1999.

Microscale

and

Miniscale

Organic

Chemistry Laboratory Experiments, 1st edition. Mc Graw Hill:


New York, 57-75
Syukri.2007. Kimia Dasar 2. Penerbit ITB. Bandung

Anda mungkin juga menyukai