Penda Hulu An

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 11

Pendahuluan

A. Latar belakang
Kaidah Akuntansi dalam konsep Syariah Islam dapat didefinisikan sebagai kumpulan
dasar-dasar hukum yang baku dan permanen, yang disimpulkan dari sumber-sumber
Syariah Islam dan dipergunakan sebagai aturan oleh seorang akuntan dalam pekerjaannya,
baik dalam pembukuan, analisis, pengukuran, pemaparan, maupun penjelasan, dan menjadi
pijakan dalam menjelaskan suatu kejadian atau peristiwa.
Apa dasar hukum akuntansi syariah itu sendiri. Dalam Akuntansi Islam ada konsep
Akuntansi yang harus dipatuhi, yaitu hukum Syariah yang berasal dari Tuhan yang bukan
ciptaan manusia dan Akuntansi Islam sesuai dengan kecenderungan manusia yaitu hanief
yang menuntut agar perusahaan juga memiliki etika dan tanggung jawab sosial, bahkan ada
pertanggungjawaban di akhirat, dimana setiap orang akan mempertanggungjawabkan
tindakannya di hadapan Allah SWT. Selain dasar hukumnya ada juga filsafat yang
melandasi akuntansi syariah.

PEMBAHASAN
A. Dasar Hukum Akuntansi Syariah
Akuntansi syariah diartikan sebagai proses akuntansi atas transaksi-transaksi
yang sesuai dengan aturan yang telah ditetapkan oleh Allah SWT. Oleh sebab itu,
akuntansi syariah diperlukan untuk mendukung kegiatan yang harus dilakukan
sesuai syariah.1
Dasar hukum dalam Akuntansi Syariah bersumber dari Al Quran, Sunah
Nabawiyyah, Ijma (kesepakatan para ulama), Qiyas (persamaan suatu peristiwa
tertentu), dan Uruf (adat kebiasaan) yang tidak bertentangan dengan Syariah Islam.
Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah, memiliki karakteristik khusus yang membedakan
dari kaidah Akuntansi Konvensional. Kaidah-kaidah Akuntansi Syariah sesuai
dengan norma-norma masyarakat islami, dan termasuk disiplin ilmu sosial yang
berfungsi sebagai pelayan masyarakat pada tempat penerapan Akuntansi tersebut.
Pembahasan akuntansi dalam islam ini tidak mengada ada dan
tidak bersyifat apolodia , tetapi benar- benar dapat di pertanggung
jawbkan sesuai dengan sumber referensinya yang sah. Akuntansi
dalam islam dapat kita lihat melalu pedoman suci umat islam ,
yakni al qur`an surat al baqarah ayat 282 sebagai berikut:

1 Sri Nurhayati, 2012. Akuntansi Syariah di Indonesia, Jakarta: selembar empat,


hal.2.
2




Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu bermuamalah tidak secara tunai
untuk waktu yang ditentukan, hendaklah kamu menuliskannya. Dan hendaklah
seorang penulis di antara kamu menuliskannya dengan benar. Dan janganlah penulis
enggan menuliskannya sebagaimana Allah telah mengajarkan-nya, maka hendaklah
dia menulis, dan hendaklah orang yang berhutang itu mengimlakkan (apa yang akan
ditulis itu), dan hendaklah dia bertakwa kepada Allah Rabbnya, dan jangan-lah dia
mengurangi sedikitpun daripada hutangnya. Jika yang berhutang itu orang yang
lemah akalnya atau lemah (keadaannya) atau dia sendiri tidak mampu
mengimlakkan, maka hendaklah walinya mengimlakkan dengan jujur. Dan
persaksikanlah de-ngan dua orang saksi dari orang-orang lelaki (di antaramu). Jika
tak ada dua orang lelaki, maka (boleh) seorang lelaki dan dua orang perempuan dari
saksi-saksi yang kamu ridhai, supaya jika seorang lupa maka yang seorang
mengingatkannya. Janganlah saksi-saksi itu enggan (memberi keterangan) apabila
mereka dipanggil; dan janganlah kamu jemu menulis hutang itu, baik kecil maupun
besar sampai batas waktu membayarnya. Yang demikian itu, lebih adil di sisi Allah
)dan lebih menguatkan persaksian dan lebih dekat kepada tidak (menimbulkan
3

keraguanmu. (Tulis-lah muamalahmu itu), kecuali jika muamalah itu perdagangan


tunai yang kamu jalankan di antara kamu, maka tidak ada dosa bagi kamu, (jika)
kamu tidak menulisnya. Dan persaksikanlah apabila kamu berjual beli; dan
janganlah penulis dan saksi saling sulit menyulitkan. Jika kamu lakukan (yang
demikian), maka sesungguhnya hal itu adalah suatu kefasikan pada dirimu. Dan
bertakwalah kepada Allah; Allah mengajarmu; dan Allah Maha Mengetahui segala
sesuatu.
Dari ayat diatas jelas bahwa Islam mengharuskan pencatatan untuk tujuan keadilan
dan

kebenaran.

Akuntansi

merupakan

bukti

transaksi

yang

dapat

di

pertanggungjawabkan.
Islam menekankan untuk wajib melakukan pencatatan agar menjadi bukti
dilakukannya

transaksi

(muamalah)

yang

menjadi

dasar

nantinya

dalam

menyelesaikan persoalan selanjutnya dan menjaga agar tidak terjadi manipulasi, atau
penipuan baik dalam transaksi maupun hasil dari transaksi itu (laba).
Yang dicatat oleh akuntansi adalah transaksi (muamalah). Transaksi adalah: the
occurence of an event or of a condition that must be recirded (Niswonger & Fees)
atau segala sesuatu yang mengakibatkan perubahan dalan aktiva dan passiva
perorangan atau perusahaan.
Dasar pencatatan transaksi adalah bukti (evidence) atau disebut juga businnes
paper seperti faktur, surat utang, cek, kuitansi, dan lain-lain. Yang dianggap sebagai
bukti adalah bukti yang didukung oleh sifat-sifat kebenaran tanpa ada penipuan.
Menurut Islam dalam akuntansi ada jenis dan tingkatan bukti yang menandakan
kuat tidaknya suatu bukti yaitu:

Real Evidence, yaitu bukti fisik,


Testimonial Evidence yaitu bukti yang berasal dari pihak luar,
Indirect Evidence yaitu bukti yang diperoleh secara tidak langsung.

Bukti yang diperoleh dari luar perusahaan lebih kuat dibandingkan dengan bukti yang
diperoleh dari dalam sendiri. Bukti yang diperoleh dari sisten Internal Control
perusahaan yang lebih baik lebih kuat dari yang diperoleh dengan internal control
yang lemah dan bukti yang diperoleh secara langsung oleh Akuntan lebih kuat dari
bukti yang diperoleh secara tidak langsung. Islam menginginkan bukti yang benar
sejajar dengan keinginan Akuntansi yang hanya mencatat bukti yang absyah (valid).
Dalam Islam keadilan sangat penting dan tercantum dalam al-Quran yang terdapat
pada surat al-Hadid ayat 25

Artinya:
Sesungguhnya Kami telah mengutus rasul-rasul Kami dengan membawa
bukti-bukti yang nyata dan telah Kami turunkan bersama mereka Al Kitab dan
neraca (keadilan) supaya manusia dapat melaksanakan keadilan. Dan Kami ciptakan
besi yang padanya terdapat kekuatan yang hebat dan berbagai manfaat bagi manusia,
(supaya mereka mempergunakan besi itu) dan supaya Allah mengetahui siapa yang
menolong (agama) Nya dan rasul-rasul-Nya padahal Allah tidak dilihatnya.
Sesungguhnya Allah Maha Kuat lagi Maha Perkasa.

Dalam al-Quran surat Asy-Syuraa ayat 181-183


Sempurnakanlah takaran dan janganlah kamu termasuk orang-orang yang merugikan
(QS.Asy-Syuraa:181)


dan timbanglah dengan timbangan yang lurus. (QS.Asy-Syuraa:182)



Dan janganlah kamu merugikan manusia pada hak-haknya dan janganlah kamu
merajalela di muka bumi dengan membuat kerusakan. (QS.Asy-Syuraa:183)

Sunah Nabawiyah
Yang pertama di hisab di hari kiamat nanti adalah shalat. Jika shalat itu
dikerjakan dengan benar, benarlah semua perbuatannya. Tetapi jika shalat itu
rusak, rusaklah semua amal perbuatannya. (H.R. Tabrani)
Tidak boleh membahayakan diri sendiri dan tidak boleh pula membahayakan
orang lain. (H.R. Ibnu Maajah, Ahmad dan Malik)
Pendapat para Sahabat dan Ulama Salaf
Umar Ibnul Khatthab r.a berkata : Hisablah dirimu sendiri sebelum kamu
dihisab. Timbanglah amalanmu, sebelum kamu ditimbang, dan bersiaplah untuk
menghadapi hari dimana semua amal perbuatan dibeberkan.
Penggunaan sistem akuntansi jelas merupakan manifestasi dari pelaksanaan
perintah itu. Karena sistem akuntansi dapat menjaga agar asset yang dikelola terjaga
6

accountability-nya. Sehingga tidak ada yang dirugikan, jujur, adil, dan kepada yang
berhak akan diberikan sesuai haknya.2

B. Filsafat Akuntansi Syariah


Filsafat adalah ilmu pengetahuan tentang realita segala sesuatu dalam batas
kemampuan manusia, karena orientasi filosof dalam pengetahuan teoretis adalah
untuk mendapatkan kebenaran, dan dalam pengetahuan praktis adalah berprilaku
sesuai dengan kebenaran.3
Dasar hukum akuntansi syariah terdapat pada surat al-Baqarah ayat 282 Prof. Dr.
Hamka dalam tafsir Al-Azhar juz 3 mengemukakan beberapa hal yang relevan
dalam akuntansi yang tercantum dalam surat al-Baqarah ayat 282 sebagai berikut:
Perhatikanlah tujuan ayat! Yaitu kepada sekalian orang yang beriman kepada
Allah supaya utang piutang itu ditulis, itulah dia yang membuat sesuatu
pekerjaan karena Allah, karena perintah Allah dilaksanakan. Oleh sebab itu,
tidaklah layak berbaik hati kepada kedua belah pihak lalu berkata tidak perlu
dituliskan karena kita sudah percaya mempercayai padahal umur kedua pihak
sama-sama berada di tangan Allah. Si Anu mati dalam berutang, tempat
berutang menagih pada warisnya yang tinggal. Si waris bisa mengingkari
utang itu karena tidak ada surat perjanjian.
2 Nia romadaniati,2012.teori akuntansi
syariah.http://niia1993.blogspot.com/2012/12/teori-akuntansisyariah.html di unduh tanggal 09-02-2012 pukul 10.19.
3 Seyyed Hosein Nasr,2012.definisi dan konsep filsafat dalam islam.
http://newjoesafirablog.blogspot.com/2012/04/defenisi-dan-konsep-filsafat-dalam.html di
unduh pada tanggal 09-02-2013 pukul 09.30.

Beliau mengungkapkan secara jelas betapa wajibnya memelihara tulisan. Dan


perintah inilah yang selalu diabaikan umat manusia dewasa ini. Bahkan yang lebih
parahnya sudah sampai pada satu situasi seolah-olah menuliskan transaksi seperti ini
menunjukkan kekurangpercayaan satu sama lain, padahal sudah jelas Allah
memerintahkan kepada umat-Nya yang harus tetap dipenuhi.
Buya Hamka melanjutkan lagi:
...dan apabila dibelakang hari perlu dipersaksikan lagi sudah ada hitam diatas putih
tempat berpegang dan keragu-raguan hilang, sebab sampai sekecil-kecilnya pun
dituliskan.
...di zaman kemajuan sebagai sekarang orang berniaga sudah lebih teratur,
sehingga membeli kontan pun dituliskan orang juga, sehingga si pembeli dapat
mencatat beberapa uangnya yang keluar pada hari itu dan si penjual pada menghitung
penjualan berapa barang yang laku dapat pula menjumlahkan dengan sempurna.
Tetapi yang semacam ini terpuji pada syara. Kalau dikatakan tidak mengapa (dalam
al-Quran.pen) tandanya ditulis lebih baik.
Pendapat Buya Hamka ini menunjukkan bahwa sebenrnya syara pun
menganjurkan pencatatan baik yang tunai maupun yang masih accrual sebagaimana
yang sekarang diterapkan dalam akuntansi.
Rasulullah mengatakan: Kamu lebih tahu urusan duniamu. Urusan manusia
(dalam tanda kutip) yang diserahkan bulat-bulat kepada manusia merupakan bukti
kebebasan berfikir sekaligus membuktikan kedinamisan Islam, dan menjaga alQuran tetap up to date dan tidak pernah ketinggalan karena perubahan dan
kemajuan cara berfikir manusia.

PENUTUP
Kesimpulan
Dasar hukum akuntansi syariah adalah al qur`an, assunah, Dan akuntansi syariah
merupakan upaya untuk mencapai keadilan dalam bermuamalah. Dari ushul fiqih di
sebutkan untuk mencapai sesuatu yang di wajibkan maka sarana untuk mencapainya pun
menjadi wajib.mala yummitul wajibu ila bihi fahuwa wajibun. Jika untuk melaksanakan
sesuatu yang hukumnya wajib harus dengan dia, maka dia itupun akan menjadi wajib.
Oleh karena itu dapat di sebutkan memelihara pencatatan baik sebagai informasi, untuk

penyaksian, untuk pertanggungjawaban, untuk pemeliharaan hak , atau untuk keadian


maka hukumnya termasuk wajib.akuntansi islam bukan mengenai agama ia sejajar dengan
ilmu akuntansi kapitalis, jika akuntansi kaptalis di bangun atas dasar filsafat materialisme,
sekularisme, hasil pemikiran manusia tanpa campurtangan Allah sedangkan akuntnasi
islam di bangun atas dasar pemikitan manusia yang mengindahkan hukum-hukum Allah.

DAFTAR PUSTAKA
Harahap Sofyan Hadi, 1992. Akuntansi Pengawasan

& Management

dalam Perspektif
Islam. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Trisakti.
Harahap Sofyan Syafri, 2001. Teori Akuntansi. Jakarta: PT Grafindo
Persada.
Nia romadaniati,2012. Teori Akuntansi Syariah dalam

10

http://niia1993.blogspot.com/2012/12/teori-akuntansisyariah.html di unduh pada


tanggal 09-02-2012 pukul 10.19.
Nurhayati

Sri, 2012. Akuntansi Syariah di Indonesia. Jakarta: Selembar

Empat.
Pamungkas Sagita Catur, 2012. Akuntansi Syariah.
http://id.shvoong.com/social-sciences/economics/2333882
akuntansi-syari-ah
diunduh pada tanggal 07-02-2013 pukul 22.14
Seyyed Hosein Nasr,2012.definisi dan konsep filsafat dalam islam dalam
http://newjoesafirabog.blogspot.com/2012/04/defenisi-dan-konsep-filsafat
dalam.html
di unduh pada tanggal 09-02-2013 pukul 09.30.
Syahatah Husein, 2001. Pokok-Pokok Pikiran Akuntansi Islam. Jakarta:
Akbar Media Eka Sarana

11

Anda mungkin juga menyukai