Anda di halaman 1dari 3

Mega Nurjannah Ahmad (141411045)

Lumpur aktif konvensional merupakan salah satu metoda pengolahan air limbah.
Praktikum ini dilakukan untuk mempelajari pengolahan air limbah dengan metoda lumpur
aktif. Metoda ini memanfaatkan kerja mikroba aktif yang mendegradasi bahan bahan organik
secara aerobik. Metoda ini disebut lumpur aktif karena mikroba aktif ini wujud fisiknya
menyerupai lumpur.

Tujuan dari praktikum ini yaitu menentukan konsentrasi awal

kandungan organik dalam lumpur aktif dan konsentrasi kandungan organik setelah percobaan
berlangsung selama seminggu; menentukan kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended
Solid (MLVSS) yang mewakili kandungan mikroorganisme lumpur aktif; menentukan
konsentrasi nutrisi bagi mikroorganisme pendegradasi air limbah dalam lumpur aktif serta
menghitung efisiensi pengolahan dengan cara menentukan persen (%) kandungan bahan
organik yang didekomposisi selama seminggu oleh mikroorganisme dalam lumpur aktif
terhadap kandungan bahan organik mula-mula.
Pada praktikum ini aerasi dilakukan dengan menggunakan kompressor yang tersedia
di lab PLI. Proses aerob ini akan menghasilkan CO2 dan H2O.
Analisa kandungan COD
Analisa kandungan COD sampel dilakukan dengan alat Hach COD Digester pada
suhu 150oC selama dua jam. Fungsi dari pemberian suhu tinggi ini yaitu untuk membantu
reaksi oksidasi menjadi optimum. Terdapat empat tabung Hatch, yaitu terdiri dari dua sampel
dan dua blanko. Sebelum dimasukan kedalam tabung, sampel diencerkan terlebih dahulu
sebanyak 20 kali agar kandungan zat organik dan anorganiknya tidak terlalu banyak, perihal
blanko, blanko yang digunakan adalah aquadest. Pada proses ini ditambahkan pereaksi sulfat
(H2SO4) dan Pereaksi Kromat (K2Cr2O7) berlebih pada sampel dan blanko. K2Cr2O7 berfungsi
sebagai oksidator dan sumber oksigen yang akan menjadi gas CO 2 dan gas H2O serta
sejumlah ion chrom yang nantinya akan mengoksidasi dan menguraikan zat-zat organik
menjadi zat-zat yang lebih sederhana. Panambahan asam sulfat berfungsi untuk memberikan
suasana asam akan mempercepat reaksi oksidasi.
Reaksi yang terjadi dalam sistem pengolahan air limbah ini
1. Proses oksidasi dan sintesis
CHONS + O2 + nutrisi
2. Proses respirasi

mikroba

CO2 + NH3 + C5H7NO2 + mikroba baru

Untuk mencari nilai COD digunakan rumus :


COD ( mgO 2/ L )=

( ab ) x 1000 xdxp
ml sampel

Dari perhitungan hasil praktikum didapat nilai COD rata-rata sebesar 2664 mg O2/L
dan nilai COD setelah tujuh hari pengolahan sebesar 341 mg O 2/L. Nilai COD ini mengalami
penurunan yang berarti pengolahan air limbah ini telah berhasil. Untuk mengetahui effisiensi
pengolahan limbah digunakan nilai COD dari air limbah yang telah ditambah
mikroorganisme pada wadah penampung pada hari pertama dan nilai COD setelah proses
terjadi selama tujuh hari. COD merupakan nilai yang menunjukkan jumlah oksigen yang
terkandung dalam sampel yang digunakan untuk mendegradasi zat-zat organik. Semakin
tinggi nilai COD suatu sampel maka kualitas air nya semakin buruk. Nilai COD yang tinggi
menunjukkan jumlah oksigen terlarut dalam air semakin sedikit yang akan membatasi
pertumbuhan makhluk hidup dalam lingkungan tersebut.
Menghitung Nilai Efisiensi
Menghitung efisiensi COD dilakukan untuk mengetahui seberapa besar keberhasilan
dalam pengolahan air limbah ini. Menghitung efisiensi dilakukan dengan cara mengurangi
COD awal dengan COD hari ketujuh kemudian di bagi dengan COD awal dan hasilnya di
kali 100%. Efisiensi pengolahan didapat sebesar 87,1 %.
Menentukan kandungan Mixed Liquor Volatile Suspended Solid (MLVSS)
Untuk mengetahui kandungan mikroorganisme dalam air limbah dianalisis pula
kandungan MLVSS sampel. Nilai ini dapat diasumsikan sebagai jumlah mikroba yang
terdapat dalam sampel. Nilai MLVSS ini diharapkan akan mengalami kenaikan di akhir
proses pengolahan karena hal tersebut menunjukkan bahwa jumlah mikroorganisme dalam
sampel bertambah yang berarti kandungan zat organik yang dapat terdegradasi semakin
meningkat. Nilai MLVSS sampel influen adalah sebesar 13750 mg/L dengan jumlah padatan
tersuspensinya sebesar 14500 mg/L dan padatan yang tidak teruapkannya adalah sebesar 750
mg/L.
Pemberian Nutrisi
Pemberian nutrisi ini bertujuan sebagai penambah energi bagi mikroorganisme untuk
memecah senyawa organik dalam limbah. Penambahan nutrisi ini terdiri dari penambahan
glukosa, KNO3, dan KH2PO4. Reaksi yang terjadi :
C6H12O6 + 6 O2

6CO2 + 6H2O

Berdasarkan perhitungan maka jumlah glukosa yang harus ditambahkan adalah 4,7
gram, KNO3 sebanyak 1,8 gram dan KH2PO4 sebesar 0,22gram.
KNO3 yang berfungsi untuk penambahan nitrogen yaitu sebagai cadangan makanan
karena mikroorganisme akan mengeluarkan enzim proteolitik untuk mengubah protein
menjadi asam amino. Kebutuhan fosfor didapatkan dari KH 2PO4 sebagai unsur makro yang
dibutuhkan sebagai cadangan makanan dari mikroorganisme. Kebutuhan Oksigen didapatkan
dari glukosa yang berfungsi pada oksidasi biologis oleh mikroorganisme. Oleh karena itu,
penambahan glukosa akan lebih tinggi daripada penambahan KNO3 dan KH2PO4.
Pada percobaan ini diperlukan ketelitian, kecekatan dan kehati-hatian agar semua
proses yang dilakukan dapat berjalan lancar tanpa hambatan. Ketelitian dibutuhkan saat
penambahan takaran nutrisi sedangkan kehati-hatian sangat diperlukan saat penentuan
kandungan MLVSS yang melibatkan cawan pijar yang mudah pecah.

Anda mungkin juga menyukai