1. TUJUAN PERCOBAAN
Adapun tujuan dari praktikum pengujian kejut (Impact Test) adalah
1. Menentukan energi yang dapat diserap logam terhadap beban yang mendadak.
2. Pengaruh temperatur terhadap ketahanan impact.
2. METODOLOGI PERCOBAAN
2.1. Alat dan Bahan yang digunakan
2.1.1 Alat
Pada praktikum uji kejut menggunakan beberapa alat, yaitu :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
2.1.2 Bahan
Pada praktikum uji kejut menggunakan beberapa bahan, yaitu :
1. ASTM A131
2.2. Langkah Percobaan
1. Percobaan ini dilakukan pada kondisi temperature -20oC, 00C dan 1000C.
2. Ukur dimensi spesimen (panjang, lebar, tebal) sampai tiga kali.
3. Untuk menghitung energy secara teoritis seperti yang telah dirumuskan
dalam hukum kekekalan tenaga, maka terlebih dahulu harus dihitung
panjang batang bandul (l) dan berat bandul (W).
4. Bentuk U notch dengan menggunakan gergaji besi.
I
-20C
II
0C
III
100C
Panjang Spesimen
Tebal (A)
Tebal (C)
Saat Percobaan
Waktu
periode
62,4 mm
10,05 mm
10,10 mm
62,5 mm
10,05 mm
10,15 mm
60/50
60/50
60/50
84 mm
84 mm
84 mm
(P)
Sudut awal ()
Sudut akhir ()
Energi
untuk
156
83
156
10,5
156
32,5
mematahkan
16,4
29,7
8 mm
5,6 mm
5,2mm
2,05mm
4,45 mm
4,85mm
(T50)
Jarak
Tumpuan
(Ekpm)
Sesudah Percobaan
Tebal patahan (D)
Tebal sisa patahan
(D)
3.2
62,4 mm
10,05 mm
9,9 mm
27,6
dengan suhu -20oC , 0oC dan 100oC. Panjang spesimen masing-masing adalah 63,33
mm,
Dilihat dari gambar 3.2, pada spesimen yang digunakan pada temperature
-20oc, diketahui dengan mengukur menggunakan jangka sorong, yaitu tinggi
spesimen (A) adalah 10.05 mm, panjang spesimen (B) adalah 62.4 mm, tebal
spesimen (C) adalah 9.9 mm. Tebal patahan (D) 8 mm. Untuk tebal sisa patahan (D)
adalah 2.05 mm. Saat percobaan jarak tumpuan spesimen adalah 84 mm dan sudut
awal () adalah 156o. Sudut akhir () spesimen adalah 83o. Energi untuk mematahkan
spesimen adalah 16.4 kpm.
3.2.2 Contoh perhitungan
Perhitungan ini dilakukan untuk mengetahui periode, energi pada
mesin, dan impact strength.
1. Periode (T50)
T 50=2
l
g
1,2=2 .3,14
l
9,8
1,2
l
=
6,28
9,8
l=0,35 m
cos cos
Emax =W . l
o
0 cos 156
cos
30=W . 0,35
W =44,87 N
cos cos
E 1=W .l
2,82 kgm
16,35 kgm
14,15 kgm
IS=
E
A
IS=
16,4
10,05 x 9,9
IS=0,164
kpm
mm2
29,7
10,05 x 10,10
IS=0,292
kpm
2
mm
E
A
27,6
10,05 x 10,15
IS=0,27
kpm
mm2
cos cos
W .l
IS =
2,82 kgm
kgm
=0,028
10,05 X 9,9
mm2
cos cos
W .l
IS =
0,16
kgm
mm2
cos cos
W . l
IS =
0,13 kgm/mm2
Sudut
Energi
Energi
Impact
Akhir
(Mesin)
(Teori)
()
83
10,5
32,5
kpm
16.4
29.7
27.6
kpm
16.26
29.79
27.59
(kgm/mm2)
0.164
0.292
0.27
3.4 Pembahasan
3.4.1 Pembahasan Pola Patahan
A.
Impact
(kgm/mm2)
0.028
0.16
0.13
C.
Energi Mesin
Energi (kpm) 15
Energi Teori
10
5
0
-20
100
Temperture
Grafik 3.6 Grafik perbandingan antara Emesin dan Eteori. terhadap temperatur
Grafik diatas merupakan perbandingan antara Energi pada mesin dengan
perhitungan energy berdasarkan teori terhadap temperatur. Energi mesin dapat
diketahui pada percobaan sedangkan nilai energy secara teori didapatkan dari
persamaan
-20oC adalah 16,4 kpm, suhu 0oC memiliki energy 29,7 kpm, dan suhu 100 oC
memiliki energy sebesar 27,6 kpm. Energi teori pada suhu material -20 oC
adalah 2,82 kpm, pada suhu 0oC memiliki energy sebesar 16,35 kpm, dan pada
suhu 100oC memiliki energy sebesar 14,15 kpm.
Berdasarkan teori, ketika energi yang diserap material tinggi maka
material tersebut bersifat ulet. Jika energi yang diserap material rendah maka
material tersebut bersifat getas. Spesimen pada suhu -20 oC menyerap energy
paling rendah hal tersebut menandakan material tersebut bersifat paling getas
sedangkan material pada suhu 100 derajat seharusnya memiliki keuletan yang
tinggi, akan tetapi pada grafik diatas, besarnya energy untuk material pada suhu
100 derajat lebih rendah dari suhu 0 derajat hal tersebut dikarenakan panas
yang berpindah dengan cepat sehingga material belum bersifat ulet secara utuh
pada suhu 100 derajat.
0.1
0.05
0
-20
100
Temperature
memiliki nilai 0,16 kgm/mm2, dan pada temperature 100oC memiliki nilai sebesar
0,13 kgm/mm2.
Berdasar teori semakin tinggi temperatur maka semakin besar nilai impact
strength dan energi yang dapat diserap oleh material tersebut. Pada percobaan ini
terdapat ketidak sesuaian nilai pada suhu 100 derajat yang disebabkan karena
material belum bersifat getas secara utuh akibatnya perpindahan panas secara cepat
saat memindahkan material dengan menggunakan tang dari heater ke penyangga.
Secara umum percobaan ini telah dapat membuktikan nilai impact strength material
dengan variasi suhu.
4.
Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang telah dilakukan, dapat ditarik kesimpulan
sebagai berikut:
1. Nilai impact strength untuk mesin ketika spesimen bersuhu -20C sebesar
0,164 kpm/mm2, pada suhu 0C sebesar 0,292 kpm/mm 2, dan pada suhu
100C sebesar 0,27 kpm/mm2. Sedangkan, Nilai impact strength untuk
teori ketika spesimen bersuhu -20C sebesar 0,028 kpm/mm2, pada suhu
0C sebesar 0,16 kpm/mm2, dan pada suhu 100C sebesar 0,13 kpm/mm2.
2. Nilai energi untuk mesin ketika spesimen bersuhu -20C sebesar 16,4
kpm, pada suhu 0C sebesar 29,7 kpm, dan pada suhu 100C sebesar 27,6
kpm. Nilai energi untuk teori saat spesimen bersuhu -20C sebesar 16,26
kpm, pada suhu 0C sebesar 29,79 kpm, dan pada suhu 100C sebesar
27,59 kpm.
3. Pola patahan yang terbentuk pada ketiga spesimen ASTM A131berbeda
bergantung kondisinya. Pada suhu -20C berbentuk butiran dan patah
tidak sempurna, pada suhu 0C pola berbentuk serabut dan butiran, dan
pada suhu 100C pola patahan berbentuk serabut dan specimen mengalami
patah tidak sempurna..
4. Berdasarkan pola patahan yang didapatkan dan besar energi yang diserap
spesimen, temperatur memiliki pengaruh besar terhadap keuletan suatu
material dan besar energi yang diserap. Semakin tinggi temperaturnya
material tersebutmaka material semakin ulet dan bisa menyerap energi
lebih besar dan sebaliknya.