5.252 rpm. Sebagai hasilnya, torsinya di atas hp-nya. Dalam kasus seperti pada mesin truk diesel,
kendaraan ini bisa menghasilkan torsi 1.200 feet/lbs pada 1.500 rpm. Tapi, pada tenaga kudanya,
hanya mencapai 400 hp di 2.000 rpm.
Pada mesin-mesin jenis sport, biasanya menggunakan rpm tinggi. Jenis sport sangat
membutuhkan akselerasi yang tinggi dengan perpindahan gigi yang singkat. Mesin empat
silinder sport memiliki mesin yang torsi puncaknya dicapai setelah 5.252 rpm. Artinya, hp
maksimalnya di atas torsi puncak. Pada motor Yamaha YZF-R6, memiliki torsi puncak sebesar
42 feet/lbs pada 9.500 rpm. Mesinnya menghasilkan tenagakuda maksimum 95 hp pada 12.800
rpm.
Karena itu, tidak heran bila kendaraan-kendaraan bermesin jenis sport mampu menempuh
jarak tertentu dalam waktu yang singkat seperti pada saat balapan. Tetapi bila pada saat
dilakukan pengereman, misalkan di gigi 3, mesinnya tidak memiliki tenaga yang cukup untuk
bergerak karena torsinya tidak memadai. Karenanya, si pengendara harus menurunkan ke gigi
rendah untuk mendapatkan tenaga tarik yang cukup.
Baik torsi maupun tenaga kuda, dipengaruhi oleh besaran volume silinder. Semakin besar
volumenya, tenaganya pun besar. Volume tersebut dihasilkan dari diameter silinder dan langkah
piston. Semakin panjang langkah piston maka rpm yang dihasilkannya rendah. Seperti pada
mesin-mesin motor Inggris dan Amerika, kendaraan turing, mobil truk dan kendaraan angkut
lainnya.
Sebaliknya, bila langkah pistonnya pendek, maka rpm-nya tinggi. Rpm tinggi itu
ditujukan untuk mendapatkan akselerasi yang tinggi. Jenis seperti ini terdapat pada kendaraan
bertipe sport.