Anda di halaman 1dari 42

1

Laporan Home Visit FK UWKS

No. Berkas :

Berkas Pembinaan Keluarga

No. RM

Puskesmas Tulangan

Nama KK

:
:Tn. J

Tanggal kunjungan pertama kali 3 Oktober 2014,


Nama pembina keluarga pertama kali: Riska Mustika, S.Ked
Tabel 1. CATATAN KONSULTASI PEMBIMBING (diisi setiap kali selesai satu
periode pembinaan )

Tanggal

Tingkat
Pemahaman

Paraf Pembimbing

KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Nama Kepala Keluarga
: Tn. J

Paraf

Keterangan

Alamat lengkap

: Desa kepunten Rt 006/003 kecamatan tulangan

Bentuk Keluarga

kabupatn sidoarjo
:Nuclear Family

Tabel 1. Daftar Anggota keluarga yang tinggal dalam satu rumah


Kedudukan
No
1
2

Nama

dalam

Jono

keluarga
suami

Waginah

istri

L/

Pasien

Umur
(th)

Pendidikan

Pekerjaan

Klinik

69

SMP

Buruh tani

(Y/T)
T

70

SMP

IRT

Ket
HT stage II+
+ Vertigo

LAPORAN KASUS KEDOKTERAN KELUARGA

BAB I
STATUS PENDERITA
A. PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah
normal. Seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli yaitu 140/90mmHg
(Joint National Committee VII, 2003). Tekanan darah normal adalah 110/90
mmHg.
Laporan ini diambil berdasarkan kasus yang diambil dari seorang
penderita hipertensi, perempuan usia 70 tahun, dimana penderita merupakan salah
satu dari penderita hipertensi yang berada di wilayah Puskesmas Tulangan,
Kabupaten Sidoarjo, dengan berbagai permasalah yang dihadapi. Mengingat kasus
ini masih ditemukan di masyarakat khususnya di daerah Puskesmas Tulangan
Kabupaten Sidoarjo beserta permasalahan dan kambuhnya penyakit. Oleh karena
itu penting kiranya bagi penulis untuk memperhatikan dan mencermati
penatalaksanaan yang tepat untuk mengurangi kekambuhan secara seksama untuk
kemudian bisa menjadikannya sebagai pengalaman selama turun langsung ke
lapangan.
2. Tujuan
1. Mengetahui penyebab dan faktor resiko hipertensi
2. Mengetahui tanda dan gejala hipertensi
3. Mengetahui pencegahan dan penatalaksanaan hipertensi
3. Manfaat
Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang hipertensi, cara
pencegahan, dan penatalaksanaannya.

B.

IDENTITAS PENDERITA
Nama
Umur
Jenis kelamin
Pekerjaan
Pendidikan
Agama
Alamat

: Ny. W
: 70 th
: Perempuan
: Ibu rumah tangga
: SMP
:Islam
: Desa Kepunten

006/003

Kecamatan

Tulangan Sidoarjo
Suku
: Jawa
Tanggal periksa pertama ke puskesmas : 30-9-2014
Tanggal Home Visit
: 3-10-2014
C. ANAMNESIS
Keluhan Utama

: kepala terasa berat

1. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien mengatakan kepala bagian belakang terasa berat yang hilang timbul
sejak 10 tahun yang lalu. Gejala muncul terutama saat setelah beraktifitas
berat, dan kadang saat pasien mengalami banyak masalah. Biasanya gejala
diawali dengan perasaan berdebar debar. Pasien juga mengeluh apabila saat
berjalan terasa berputar. Dan pasien juga mengatakan pendengarannya
berkurang semenjak kepalanya sakit. Gejala tidak berkurang apabila pasien
beristirahat. Pasien juga mengatakan adanya rasa nyeri pada kedua tangan dan
kaki nyeri timbul terutama saat memulai berdiri dari posisi duduk . Pasien
tidak ada keluhan , mual, muntah. Nafsu makan pasien cukup baik dan teratur.
Buang air besar lancar. Buang air kecil dalam batas normal.

2. Riwayat Penyakit Dahulu


Darah tinggi

: ada

Sakit gula

: disangkal

Alergi obat/makanan/benda : disangkal


Riwayat sesak

: disangkal

Riwayat batuk lama

: disangkal

Riwayat penyakit jantung

: disangkal

Riwayat penyakit tulang

: disangkal

Riwayat hernia

: disangkal

3. Riwayat Penyakit Keluarga


Riwayat sakit sesak nafas

: Disangkal

Riwayat darah tinggi

: (+) saudara kandung pasien

Riwayat sakit gula

: Disangkal

Riwayat alergi obat/makanan : Disangkal


Riwayat penyakit jantung

: Disangkal

Riwayat sakit sesak nafas

: Disangkal

4. Riwayat Kebiasaan
Riwayat merokok

: perokok pasif, suami pasien merokok.

Riwayat kebersihan badan: Pasien mandi 2 kali sehari.


Riwayat olah raga
tangga sehari-hari

: tidak pernah, hanya melakukan pekerjaan rumah

Riwayat pengisian waktu luang: menyelesaikan tugas rumah


Riwayat kebiasaan batuk, pilek dan meludah sembarangan : disangkal

II.

Riwayat Sosial Ekonomi


Pasien memiliki 3 orang anak, 2 anak perempuan dan 1 anak laki-laki.

Pasien tidak tinggal bersama anak di rumah.dahulu pasien bekerja sebagai


buruh tani namun saat ini pasien tidak bekerja dan hanya menyelesaikan
pekerjaan rumah. Suami pasien saat ini juga sudah tidak bekerja.

Pasien saat ini tinggal di daerah padat penduduk, dengan kondisi


rumah yang terkesan kurang rapi. Rumah berukuran 6x8 meter persegi dan
letaknya berdekstan dengan rumah tetangga. Ventilasi rumah kurang, cahaya
matahari tidak dapat masuk dari sisi depan dan kiri rumah.

III.

Riwayat Gizi
Pasien sehari-hari rutin makan 3 kali sehari porsi cukup dengan nasi, lauk
pauk seperti tahu, tempe , kerupuk dan sayuran seperti sayur bayam, sup
dan sayur lodeh. Pasien sering mengolah lauk dengan cara digoreng.
Pasien jarang mengkonsumsi buah, adapun buah yang lebih sering
dikonsumsi seperti pepaya, pisang . Kesan status gizi saat ini: Cukup

IV.

Riwayat Pengobatan
Pasien mengkonsumsi obat hipertensi dari puskesmas (pasien
mengatakan lupa nama obatnya) namun kadang pasien tidak
mengkonsumsi obat hipertensi saat dirasakan tidak ada keluhan. Saat
minum obat tekanan darahnya turun dan apabila obatnya sudah habis
tekanan darahnya naik lagi.
Pasien mendapatkan obat

tetes

telinga

dari

puskesmas

(Chlorampenicol 3tetes sehari )

D. ANAMNESIS SISTEM
1. Kulit
: warna kulit sawo matang, kulit gatal (-)
2. Kepala
: bentuk kepala: bulat, lonjong, pusing (-), nyeri/ terasa
berat (+), rambut kepala (tidak rontok, beruban), luka

pada kepala (-),

benjolan/borok dikepala (-)


3. Mata
: pandangan mata berkunang-kunang (-), penglihatan
kabur (-), ketajaman baik
4. Hidung
: tersumbat (-), mimisan (-), berair (-)
5. Telinga
(-)

: pendengaran berkurang (+ ),berdengung (-), cairan (-), gatal

6. Mulut

: sariawan (-), mulut kering (-), lidah terasa pahit (-),

lidah kotor (-)


7. Tenggorokan

: nyeri saat menelan (-), serak (-)

8. Pernafasan

: sesak nafas(-), batuk (+), batuk lama(-), mengi (-),

batuk darah (-)


9. Kadiovaskuler

: berdebar-debar (+), nyeri dada (-), sesak (-)

10. Gastrointestinal : mual (-), muntah (-), diare (-), nafsu makan menurun
(-), nyeri perut (-), BAB tidak ada keluhan
11. Genitourinaria
12. Neuropsikiatri

: BAK dalam batas normal (jumlah, ukuran, warna)


: Neurologik
: kejang (-), lemah (-)
Psikiatrik
: emosi stabil, mudah marah (-)
13. Muskuloskeletal : nyeri sendi lutut kanan dan kiri (-), nyeri otot (-)
14. Ekstremitas
: Atas: bengkak (-), sakit (-)
Bawah: bengkak (-), sakit (-)
E. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum : Baik, Kesadaran Composmentis, GCS E4V5M6, status
gizi normal
2. Tanda Vital dan Status Gizi
Tanda Vital
Nadi
: 98x/menit
Pernafasan :20x/menit
Suhu
: 36,6C
Tensi
:130/80 mmHg
Status gizi ( BMI )
BB
: 50 kg
TB
: 155 cm
BMI
: BB/(TBxTB) (m)
BMI=50/(1,55x1,55)
BMI=20,8
Status Gizi : dalam batas normal
3. Kulit
Warna
: kecoklatan, ikterik (-), sianosis (-)
4. Kepala
: bentuk normal, tidak ada luka, rambut tidak mudah dicabut,
atrofi m.temporalis (-), makula (-), papula (-), nodula (-), kelainan mimik
wajah/bells palsy (-)

Mata

: Conjuctiva anemis (-/-), sklera ikterik(-/-), pupil (isokor

3mm/3mm), reflek kornea (+/+), warna kelopak (coklat kehitaman),


radang/conjuctivitis/uveitis (-/-/-)
Hidung
: Nafas cuping hidung (-), sekret (-), epistaksis (-), deformitas
hidung (-), hiperpigmentasi (-), sadle nose (-)
Mulut
: Bibir pucat (-), bibir kering (-), lidah kotor (-), papil lidah
atrofi (-), tepi lidah hiperemis (-), tremor (-)
Telinga
: Nyeri tekan mastoid (-), sekret (-), pendengaran berkurang
(+), keadaan cuping telinga dalam batas normal
Tenggorokan : Tonsil membesar (-), pharing hiperemis (-)
5. Leher
: JVP (3cm) cm tidak meningkat, trakea ditengah, pembesaran
kelenjar tiroid (-), pembesaran kelenjar limfe (-), lesi pada kulit (-)
6. Thoraks
Simetris/, retraksi interkostal (-), retraksi subkostal (-)
a. Cor :I : ictus cordis tak tampak
P : ictus cordis tak kuat angkat
P : batas kiri atas

:SIC II 1 cm lateral LPSS

batas kanan atas

:SIC II LPSD

batas kiri bawah

:SIC V 1 cm lateral LMCS

batas kanan bawah :SIC IV LPSD


batas jantung kesan tidak melebar
A: BJ III intensitas normal, regular, bising (-)
b. Pulmo: statis( depan dan belakang)
I: pengembangan dada kanan sama dengan kiri
P: fremitus raba dada kanan sama dengan kiri
P: sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (+/+)
Suara tambahan Rhonci (-/-), wheezing (-/-)
Dinamis (depan dan belakang)
I: pergerakan dada kanan sama dengan kiri
P: fremitus raba dada kanan sama dengan kiri
P: sonor/sonor
A: suara dasar vesikuler (-/-)
Suara tambahan Rhonci (-/-), wheezing -/7. Abdomen
I : dinding perut sejajar dengan dinding dada

A: peristaltik (+) normal


P: supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba
P: timpani
8. Sistem columna vertebralis
I : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
P: nyeri tekan (-)
P: Nyeri ketok Columna Vertebralis (-)

9. Ekstremitas
Akral hangat

Oedem

10. Sistem genetalia : dalam batas normal


11. Pemeriksaan neurologik:

K:

Fungsi luhur

: dalam bataas normal

Fungsi vegetatif

: dalam batas normal

Fungsi sensorik

: dalam batas normal

Fungsi motorik

:dalam batas normal

T: 5

RF: 5

RP: -

12. Pemeriksaan Psikiatrik


Penampilan
Kesadaran
Orientasi

: sesuai umur, perawatan diri cukup


: kualitatif tidak berubah, kuantitatif compomentis
: Waktu
:baik
Tempat
:baik

10

Orang
Afek
Psikomotor
Proses pikir

:baik

: baik
: appropriate
: Bentuk
Isi

Arus
Intelegensi ( berhitung memori)
Waham
Persepsi (Halusinasi) : tidak ditemukan
Insight
: baik

: realistik
:waham (-), halusinasi
(-), ilusi(-)
: koheren
: cukup
:tidak ditemukan

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan laboratorium
: tidak dilakukan
Pemeriksaan imaging
: tidak dilakukan
Pemeriksaan EKG
: tidak dilakukan
G. RESUME
- Pasien mengatakan kepala bagian belakang terasa berat yang hilang timbul
sejak 10 tahun yang lalu. Gejala muncul terutama saat setelah beraktifitas
berat, dan kadang saat pasien mengalami banyak masalah. Biasanya gejala
diawali dengan perasaan berdebar debar. Pasien juga mengeluh apabila
saat berjalan terasa berputar. Dan pasien juga mengatakan pendengarannya
berkurang semenjak kepalanya sakit. Gejala tidak berkurang apabila
-

pasien beristirahat.
Pasien mengkonsumsi obat hipertensi dari puskesmas (pasien mengatakan
lupa nama obatnya) namun kadang pasien tidak mengkonsumsi obat
hipertensi saat dirasakan tidak ada keluhan. Saat minum obat tekanan
darahnya turun dan apabila obatnya sudah habis tekanan darahnya naik
lagi.

Pasien mendapatkan obat tetes telinga dari puskesmas (Chlorampenicol


3tetes sehari)

H. PATIENT CENTERED DIAGNOSIS


i. Diagnosis Biologis
: Hipertensi primer, stage 2 (JNC 7) + Vertigo
ii. Diagnosis Psikologis : iii. Diagnosis Sosial Ekonomi dan Budaya :
Kondisi lingkungan kurang sehat (padat penduduk dan kurang rapi)

11

Status ekonomi menengah ke bawah


Penyakit mengganggu aktivitas sehari- hari
I. PENATALAKSANAAN
1. Non Medikamentosa / Non Farmakologis :
1. Bed Rest tidak total
Diharapkan agar pasien mengurangi aktivitas berat yang dapat
menurunkan kondisi tubuh pasien, mengurangi emosi yang dapat
mencetuskan stress dan peningkatan tekanan darah.
2. Diet Rendah Garam (RG)
Diharapkan agar pasien mengkonsumsi makanan dengan garam rendah
natrium dan membatasi konsumsi garam satu sendok teh per hari.
3. Olah raga
Diharapkan pasien dapat menjaga kesehatan tubuhnya dengan melakukan
olah raga ringan seperti lari-lari kecil atau bersepeda selama 30 menit per
hari selama 5 sampai 7 hari per minggu.
4. Mengurangi stress tertentu
Diharapkan pasien mendapat motivasi yang adekuat dari keluarga untuk
kesembuhan pasien salah satunya dengan cara lebih banyak memberikan
perhatian dan meluangkan waktu untuk berbincang-bincang dan lebih
mendekatkan diri kepada Tuhan Yang Maha Esa.

2.
-

Medikamentosa / Farmakologis
Captopril 12,5 mg
HCT
Betahistin

12

BAB II
IDENTIFIKASI BERBAGAI FUNGSI KELUARGA
A. FUNGSI KELUARGA
1. Fungsi Biologis :
Keluarga terdiri dari pasien, dan suami pasien (Tn. Jono 69 tahun )
2. Fungsi Psikologis :
Hubungan keluarga pasien terjalin cukup akrab, terbukti dengan
permasalahan-permasalahan yang dapat diatasi dengan baik dalam
keluarga ini. Hubungan diantara mereka cukup dekat antara satu dengan
yang lain. Hubungan dengan ketiga anak pasien yang lain juga terjalin
cukup baik. Sehari-hari pasien lebih banyak menghabiskan waktunya di
rumah mengerjakan pekerjaan rumah. Untuk kebutuhan sehari- hari di
dapat dari anak dan menantunya yang bekerja sebagai buruh pabrik dan
pegawai di kereta api. Permasalahan yang timbul dalam keluarga
dipecahkan secara musyawarah dan mencari jalan tengah, serta dibiasakan
sikap saling tolong menolong baik fisik, dukungan mental, maupun jika
ada salah seorang di antaranya yang menderita kesusahan. Meskipun
penghasilan mereka pas-pasan, namun mereka tetap bidup bahagia dan
selalu bersyukur kepada Tuhan.
3. Fungsi Sosial :
Pasien sering berinteraksi dengan orang-orang sekitar rumah,
mengikuti kegiatan bersama yang dikoordinir salah satu warga secara
rutin.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan :
Pasien tidak bekerja selama 2 tahun terakhir dan pemenuhan
kebutuhan sehari-hari dicukupi oleh anak- anaknya.
Penghasailan tersebut hanya digunakan untuk membiayai kebutuhan
pasien, seperti makan, minum dan iuran membayar listrik. Untuk
kebutuhan air dengan menggunakan pompa air. Untuk memasak memakai

13

kompor gas. Makan sehari-hari lauk pauk, tempe tahu, ikan laut, telur,
ayam dan buah. Frekuensi makan kurang lebih 3 kali sehari dengan porsi
yang cukup. Kalau ada keluarga yang sakit biasa berobat ke puskesmas,
dan pasien sudah mempunyai kartu sehat.

5. Fungsi Penguasaan Masalah dan Kemampuan Beradaptasi :


Penderita termasuk orang yang terbuka sehingga jika mendapat
masalah sering bercerita kepada anak dan menantunya.
B. APGAR SCORE
ADAPTATION
Selama ini dalam menghadapi masalah keluarga, pasien pertama kali
mengungkapkan kepada anak pertamanya dan anggota keluarga yang lain dan
mengungkapkan apa yang diinginkan dan menjadi keluhannya baik keluhan
tentang penyakitnya maupun tentang kegiatannya. Keluarga dan petugas
kesehatan selalu memberikan motivasi yang cukup baik untuk kesembuhan
pasien.
Pasien merasa berat dengan penyakit yang dideritanya tetapi mengaku
masih dapat melakukan pekerjaan seperti biasa. Pasien juga memeriksakan
dirinya bila ada keluhan ke pusat pelayanan kesehatan sehingga untuk
keperluan berobat dapat dijangkau dengan cepat karena lokasi yang dekat
antara rumah dan tempat pelayanan kesehatan.

PARTNERSHIP
Anak, menantu dan tetangga Ny. W mendukung dalam upaya
pengobatan sehingga Ny. W. merasa penyakitnya bukan halangan untuk
melakukan aktivitas.

GROWTH

14

Ny. W sadar bahwa ia harus bersabar menghadapi penyakitnya yang


harus teratur minum obat serta menjaga pola hidup.

AFFECTION
Ny. W merasa hubungan kasih sayang dan interaksinya dengan anaknya
cukup baik. Bahkan perhatian yang dirasakannya bertambah dari keluarga ke
dirinya, bahkan oleh menantunya, begitu pula sebaliknya.
RESOLVE
Ny. W merasa cukup puas dengan kebersamaan dan waktu yang ia
dapatkan dari anak-anaknya, menantu dan

cucu walaupun waktu yang

tersedia tidak banyak karena harus bekerja dengan jadwal yang tidak tetap.
Dan karena jarak rumah yang lumayan jauh.

APGAR Ny W terhadap keluarga


A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke
keluarga saya bila saya menghadapi
P

masalah
Saya puas dengan cara keluarga saya
membahas dan membagi masalah dengan

Sering

Kadang

/selalu

-kadang

saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya
menerima dan mendukung keinginan saya

untuk melakukan kegiatan baru atau arah


hidup yang baru
A Saya puas dengan cara keluarga

saya

mengekspresikan kasih sayangnya dan

merespon emosi saya seperti kemarahan,


perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan
saya membagi waktu bersama-sama
Total poin =

Jarang/tidak

15

C. SCREEM Ny. W
SUMBER
Sosial

PATHOLOGY
KET
Interaksi sosial yang baik antar anggota keluarga juga dengan saudara partisipasi mereka dalam masyarakat

Cultural

cukup meskipun banyak keterbatasan.


Kepuasan atau kebanggaan terhadap budaya baik, hal ini dapat dilihat dari pergaulan sehari-hari baik dalam
keluarga maupun di lingkungan, banyak tradisi budaya
yang masih diikuti. Sering mengikuti acara yang bersifat
hajatan, sunatan, nyadran dll. Menggunakan bahasa jawa,

tata krama dan kesopanan


Religius
Pemahaman agama cukup. Namun penerapan ajaran Agama menawarkan
agama kurang, hal ini dapat dilihat dari penderita dan
pengalaman spiritual
orang tua hanya menjalankan sholat sesekali saja. Sebelum
yang baik untuk
sakit penderita rutin belajar mengaji di sore hari di masjid
ketenangan individu
dekat rumah.
yang
tidak
didapatkan dari yang
lain
Ekonomi

Ekonomi keluarga ini tergolong menengah ke bawah, +


untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi, meski
belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder rencana
ekonomi tidak memadai, diperlukan skala prioritas untuk

Edukasi

pemenuhan kebutuhan hidup


Pendidikan anggota keluarga kurang memadai. Tingkat pendidikan dan pengetahuan orang tua masih rendah.
Kemampuan untuk memperoleh dan memiliki fasilitas

Medical

pendidikan seperti buku-buku, koran terbatas.


Pelayanan kesehatan puskesmas memberikan perhatian
khusus terhadap kasus penderita
Tidak mampu membiayai pelayanan kesehatan yang lebih
baik Dalam mencari pelayanan kesehatan keluarga ini
biasanya menggunakan Puskesmas dan hal ini mudah

16

dijangkau karena letaknya dekat.


Keterangan
Ekonomi (+) artinya keluarga Ny. W masih menghadapi permasalahan
dalam hal perekonomian keluarga. Hal ini dapat dilihat dari pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang pas-pasan dan belum dapat memnuhi
kebutuhan sekunder dan tertiernya.
Religius (-) artinya Ny. W tidak ada masalah dalam bidang agama, karena
masih tetap menjalankan perintah Nya dengan keadaan yang ada sekarang
itu membantu / mempengaruhi ketentraman batin karena penderita dekat
dengan Tuhan terutama dalam menghadapi berbagai permasalahan yang
ada.
Edukasi (-) artinya Ny. W tidak menghadapi permasalahan dalam bidang
pendidikan. Ny W hanya tamatan SD
Sosial (-) artinya Ny. W mampu bersosialisasi dengan keluarga dan
tetangga serta merasa dipedulikan oleh keluarga dan tetangganya.
Kultural (-) Ny. W masih mampu mengikuti kegiatan-kegiatan di sekitar
lingkungannya
Medical (-) Ny.W memiliki kartu jaminan kesehatan sehingga penderita
mudah mendapatkan pelayanan kesehatan.

D. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA


Alamat lengkap : Desa Kepunten 006/003 Kec. Tulangan ,Kab . Sidoarjo
Bentuk Keluarga : Nuclear Family
Diagram 1. Genogram Keluarga Ny. W
Dibuat tanggal 3-10-2014

Sumber informasi / Responden :

17

Keterangan :
E. Informasi Pola Interaksi Keluarga :
Keluarga
Hubungan antara Ny. Waginah dengan anak, menantu dan cucunya
baik dan dekat. Dalam keluarga ini tidak sampai terjadi konflik atau hubungan
buruk antar anggota keluarga.

Pasien

Anak pasien
Keterangan :

Menantu pasien
: hubungan baik

F. Pertanyaan Sirkuler
1. Ketika penderita jatuh sakit siapa yang merawat?
Jawab :

Anak anak akan bergantian untuk merawat dan menjaga

penderita, menantu juga turut menjaga dan merawat penderita.


2. Ketika menantu bertindak seperti itu apa yang dilakukan keluarga pasien
yang lain?
Jawab : Turut membantu dan saling mendukung.
3. Ketika menantu seperti itu apa yang dilakukan anggota keluarga yang
lain?
Jawab : setuju, dan juga bergantian merawat
4. Kalau butuh dirawat/operasi ijin siapa yang dibutuhkan?
Jawab : Suami pasien, anggota yang lain terserah pada keputusan suami
pasien
5. Siapa anggota keluarga yang terdekat dengan penderita?
Jawab : Anak pertama pasien

18

6. Selanjutnya siapa ?
Jawab : menantu dan anak ketiga pasien
7. Siapa yang secara emosional jauh dari penderita?
Jawab : Tidak ada
8. Siapa yang selalu tidak setuju dengan pasien?
Jawab : Tidak ada
9. Siapa yang biasanya tidak setuju dengan anggota keluarga lainnya?
Jawab : Tidak ada

19

BAB III
IDENTIFIKASI BERBAGAI FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku dan Non Perilaku Keluarga

i.

Faktor Perilaku Keluarga


Ny. W adalah seorang ibu dari 3 anaknya, serta seorang nenek.

Pendidikan terakhir penderita adalah SMP dan tidak bekerja, hanya mengurus
rumah dan kebutuhan sehari-hari. Pasien merasa kesehatanya terganggu sejak
5 tahun yang lalu. Keluhan adanya rasa berat di kepala bagian belakang mulai
muncul saat 5 tahun yang lalu. Tetapi

dalam bersosialisasi dengan

lingkungannya masih dapat dilakukan. Anak dan menantu pasien saling


bergantian menjaga pasien apabila kondisi pasien mulai tidak enak. Penderita
belum banyak mengetahui tentang penyakit yang dideritanya khususnya
tentang apa yang menyebabkan dan akibat dari darah tinggi dan vertigo.
Menurut Ny. W yang dimaksud sehat adalah keadaan terbebas dari
sakit, yaitu yang menghalangi aktivitas sehari-hari. Ny. W juga menyadari
bahwa kesehatan sangat penting untuk dirinya sendiri karena apabila sakit
tidak dapat beraktifitas dengan baik. Ny. W meyakini bahwa penyakit yang
dideritanya bukanlah penyakit yang gawat karena terkadang keluhan yang
muncul dapat hilang dengan beristirahat.
Walaupun perabot rumah tidak tertata dengan rapi namun keluarga ini
berusaha menjaga kebersihan lingkungan rumahnya misalnya dengan
menyapu rumah dan halaman paling tidak sehari dua kali, pagi dan sore.
Keluarga ini memiliki fasilitas mesin pompa airyang digunakan untuk
memasak, minum, mandi dan mencuci.

ii.

Faktor Non Perilaku


Dipandang dari segi ekonomi, Ny. W termasuk ekonomi menengah

kebawah. Karena sumber penghasilannya hanya dari pendapatan menantu dan

20

pemberian dari anak pasien yang lain. Total semua penghasilan tersebut
keluarga dapat memenuhi kebutuhan sehari-hari walaupun belum semua
kebutuhan dapat terpenuhi terutama kebuthan sekunder dan tertier.
Rumah yang dihuni keluarga ini kurang memadai karena masih ada
kekurangan dalam pemenuhan standar kesehatan. barang-barang tampak
tertata kurang rapi karena ukuran ruangan yang tidak cukup luas. Lantai
rumah menggunakan keramik berwarna putih, pencahayaan ruangan cukup,
ventilasinya cukup. Pembuangan limbah keluarga memenuhi sanitasi
lingkungan karena limbah keluarga dialirkan. Sampah keluarga dibuang
ditempat pembuangan sampah yang ada di belakang rumah. Fasilitas
kesehatan yang sering dikunjungi oleh keluarga ini jika sakit adalah
Puskesmas tulangan.

B. Identifikasi Lingkungan Rumah


1. Gambaran Lingkungan
Rumah Ny. W ini tinggal di sebuah rumah berukuran 6 x 8 m2 yang
berdempetan dengan rumah tetangganya dan menghadap ke utara. Tidak
memiliki pekarangan rumah dan pagar pembatas. Terdiri dari teras, ruang
menonton TV, ada ruang tamu ,kamar tidur, ruang makan, dapur, dan
kamar mandi + WC. Terdiri dari 2 pintu keluar, yaitu 1 pintu depan, dan
pintu belakang. Jendela ada 2 buah.
Di depan rumah terdapat teras yang berukuran 2x1,5 m2. Lantai
rumah semua terbuat dari keramik. Ventilasi dan penerangan rumah cukup.
Atap rumah tersusun dari genteng, . Kamar

memiliki dipan untuk

meletakan kasur dengan sprei. Dinding rumah terbuat dari batu bata yang
sudah dicat permanen. Perabotan rumah tangga minim. Sumber air untuk
kebutuhan sehari-harinya Ny W menggunakan mesin pompa air. Secara
keseluruhan kebersihan rumah masih kurang. Sehari-hari Ny. W memasak
menggunakan kompor minyak.
2. Denah Rumah

21

Kamar mandi

+WC

A
P
U
R

Gudang
Kamar tidur
Ruang Tamu
Kamar Tidur
Teras
Keterangan :

: dinding
: pintu
: jendela
: teras

Ruang Tamu dan Kamar Tidur

22

23

Dapur

Kamar Tidur

Kamar Mandi

24

BAB IV
DAFTAR MASALAH
1. Masalah aktif :
Hipertensi derajat 2 + Vertigo
Pengetahuan pasien kurang untuk memahami sakitnya
2. Faktor risiko :

a. Usia
b. Aktifitas
c. Pola makan

DIAGRAM PERMASALAHAN KESEHATAN PASIEN


(Menggambarkan hubungan antara timbulnya masalah kesehatan yang ada
dengan berbagai faktor risiko yang ada dalam kehidupan pasien)

Faktor Lingkungan
Fisik: BIologis:Sosial

Faktor Penduduk
Anggota keluarga lain tidak ada
yang memiliki hipertensi
Ny. W usia 70tahun, dengan
hipertensi derajat 2 + Vertigo

Keluarga: Teman dekat: Orang panutan: Tetangga: -

Faktor
Pelayanan
Kesehatan
Jenis: Promotif
Preventif
Kuratif
Rehabilitative
Sifat: Dapat diterima
Ketersediaan
Mudah dicapai
Biaya
terjangkau

Faktor Perilaku
Pengetahuan:
pasien
BABpengetahuan
V
Teman kerja: kurang
tentang
sakitnya
Kultural: PATIENT
Sikap: - MANAGEMENT
Praktik/Tindakan
Gaya hidup (terkait) :
Kurang konsumsi sayur dan buah,
A. PATIENT CENTERED MANAGEMENT
1. Dukungan Psikologis lebih sering konsumsi masakan
yangdukungan
digoreng psikologis mengenai faktor-faktor
Pasien memerlukan
yang dapat menimbulkan kepercayaan baik pada diri sendiri maupun
kepada dokternya, antara lain dengan cara :

25

a. Memberikan perhatian pada penyakit yang dihadapi agar pasien dapat


beristirahat teratur.
b. Memberikan perhatian pada pemecahan masalah yang ada. Memantau
kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan.
c. Memantau kondisi fisik dengan teliti dan berkesinambungan
d. Timbulnya kepercayaan dari pasien, sehingga timbul pula kesadaran
dan kesungguhan untuk mematuhi nasihat-nasihat dari dokter
Pendekatan spiritual, diarahkan untuk lebih mendekatkan diri
kepada Tuhan TME, misalnya dengan rajin ibadah, berdoa dan memohon
hanya kepada Tuhan YME.
Dukungan psikososial dari keluarga dan lingkungan merupakan hal
yang harus dilakukan. Bila ada masalah, evaluasi psikologis dan evaluasi
kondisi sosial, dapat dijadikan titik tolak program terapi psikososial.
2. Penentraman Hati
Menentramkan hati diperlukan untuk pasien dengan problem
psikologis antara lain yang disebabkan oleh presepsi yang salah tentang
penyakitnya, kecemasan yang dialami akibat penyakitnya. Faktor yang
penting adalah ketekunan dalam menjalani pengobatan sesuai petunjuk
dokter. Selain itu juga didukung dengan pola makan yang teratur dan
istirahat yang cukup. Diharapkan pasien bisa berpikir positif, tidak
berperasangka buruk terhadap penyakitnya, bisa beristirahat teratur dan
membangun semangat hidupnya sehingga bisa mendukung penyembuhan
dan meningkatkan kualitas hidupnya.
3. Penjelasan, Basic Konseling dan Pendidikan bagi Pasien
Diberikan penjelasan tentang penyakit, hubunganya dengan faktor
risiko keturunan, komplikasi dan pengobatan pada penderita dan keluarga.
Hal ini bisa dilakukan melalui konseling setiap kali pasien kontrol dan
melalui kunjungan rumah baik oleh dokter maupun oleh Yankes. Penderita
juga diberi penjelasan tentang pentingnya menjaga makanan dan kurangi
merokok dan kopi juga olah raga yang teratur.
4. Menimbulkan rasa percaya diri dan tanggung jawab pada diri sendiri
Dokter perlu menmbulkan rasa percaya dan keyakinan pada diri pasien
bahwa ia bisa melewati berbagai kesulitan dan penderitaanya. Selain itu juga
ditanamkan rasa tanggung jawab terhadap diri sendiri mengenai kepatuhan

26

dalam jadwal kontrol, keteraturan minum obat, diet yang dianjurkan dan hal-hal
yang perlu dihindari serta yang perlu dilakukan.
5. Pengobatan
Medika mentosa dan non medika mentosa seperti yang tertera
dalam penatalaksanaan.
6. Pencegahan dan Promosi Kesehatan
Hal yang tidak boleh terlupakan adalah promosi kesehatan berupa
perubahan tingkah laku (berhenti merokok, kopi juga cara memasak
makanan yang banyak menggunakan garam dan penyedap rasa).
Kebersihan lingkungan rumah, meningkatkan daya tahan tubuh dan
menjaga pola makan dan olah raga yang teratur.
B. PREVENSI BEBAS PENYAKIT UNTUK KELUARGA LAINNYA

(AYAH, IBU, DAN KELUARGA LAINNYA)


Pervensi untuk hipertensi keluarga lainya dengan memberi
penjelasan tentang penyakit, pencegahan , pengobatan pnyakit.
C.

PREVENSI BEBAS PENYAKIT UNTUK MASYARAKAT


Prevensi hipertensi pada lingkungan sekitar pasien yaitu tetangga-tetangga
dekat

rumah

dengan

memberikan

penyuluhan

tentang

penyakit,

pencegahannya, dikaitkan dengan hal-hal yang dapat dikerjakan sendiri


seperti modifikasi gaya hidup.

27

BAB VI
TINJAUAN PUSTAKA
1. Hipertensi
1.1 Pengertian Hipertensi
Hipertensi adalah peningkatan tekanan darah yang melebihi tekanan darah
normal. Seperti apa yang telah disepakati oleh para ahli yaitu 140/90mmHg
(Joint National Committee VII, 2003).
1.2 Klasifikasi Hipertensi
Klasifikasi Tekanan Darah dari JNC-VII 2003

1.3 Etiologi hipertensi


1. Hipertensi Preimer atau Esensial (95%) adalah hipertensi yang tidak diketahui
penyebabnya
2. Hipertensi Sekunder(Robbins, 2007).
a. Penyakit ginjal dapat berupa:
glumerulonefritis akut
penyakit ginjal kronis
penyakit polikistik
stenosis arteri renalis
vaskulitis ginjal
tumor penghasil rennin
b. Sistem endokrin dapat berupa:
hiperfungsi adrenokorteks (sindroma cushing, aldosteronisme primer,
hiperplasia adrenal
kongenital, ingesti licorice)

28

hormon eksogen (glukokortikoid, estrogen [termasuk akibat kehamilan


dan kontrasepsi oral]
makanan yang mengandung tiramin simpatomimetik, inhibitor
monoamine oksidase)
feokromositoma
akromegali
hipotiroidisme (miksedema)
hipertiroidisme (tirotoksikosis)
kehamilan
c. Penyebab dari sistem kardiovaskular antara lain, yaitu:
koarktasio aorta
poliarteritis nodosa
peningkatan volume intravascular
peningkatan curah jantung
rigiditas aorta (Repository USU, 2010)
1.4 Faktor Resiko

Obesitas
Dislipidemia
Diabetes Melitus
Merokok
Usia
Inaktifitas fisik
Genetic
Asupan garam (Repository USU, 2010)

1.5 Patofisiologi Hipertensi


Tekanan darah dipengaruhi volume sekuncup dan Total Peripheral
Resistance. Apabila terjadi peningkatan salah satu dari variabel tersebut yang
tidak terkompensasi maka dapat menyebabkan timbulnya hipertensi. (Kartikasari.
2012)
Tubuh memiliki sistem yang berfungsi mencegah perubahan tekanan darah
secara akut yang disebabkan oleh gangguan sirkulasi dan mempertahankan
stabilitas tekanan darah dalam jangka panjang. Sistem pengendalian tekanan darah
sangat kompleks. Pengendalian dimulai dari sistem reaksi cepat seperti refleks
kardiovaskuler melalui sistem saraf, refleks kemoreseptor, respon iskemia,

29

susunan saraf pusat yang berasal dari atrium, dan arteri pulmonalis otot polos.
Sedangkan sistem pengendalian reaksi lambat melalui perpindahan cairan antara
sirkulasi kapiler dan rongga intertisial yang dikontrol oleh hormon angiotensin
dan vasopresin. Kemudian dilanjutkan sistem poten dan berlangsung dalam
jangka panjang yang dipertahankan oleh sistem pengaturan jumlah cairan tubuh
yang melibatkan berbagai organ. (Kartikasari. 2012)
Menurut Kartikasari, 2012 patofisiologi hipertensi primer terjadi melalui
mekanisme :
1) Curah jantung dan tahanan perifer
Peningkatan curah jantung terjadi melalui dua cara yaitu peningkatan
volume cairan atau preload dan rangsangan saraf yang mempengaruhi
kontraktilitas jantung. Curah jantung meningkat secara mendadak akibat adanya
rangsang saraf adrenergik. Barorefleks menyebabkan penurunan resistensi
vaskuler sehingga tekanan darah kembali normal. Namun pada orang tertentu,
kontrol tekanan darah melalui barorefleks tidak adekuat sehingga terjadi
vasokonstriksi perifer.
Peningkatan volume sekuncup yang berlangsung lama terjadi apabila
terdapat

peningkatan

volume

plasma

berkepanjangan

akibat

gangguan

penanganan garam dan air oleh ginjal atau konsumsi garam berlebihan.
Peningkatan pelepasan renin atau aldosteron maupun penurunan aliran darah ke
ginjal dapat mengubah penanganan air dan garam oleh ginjal. Peningkatan
volume plasma menyebabkan peningkatan volume diastolik akhir sehingga terjadi
peningkatan volume sekuncup dan tekanan darah. Peningkata preload biasanya
berkaitan dengan peningkatan tekanan sistolik.
Keseimbangan curah jantung dan tahanan perifer sangat berpengaruh
terhadap normalitas tekanan darah. Tekanan darah ditentukan oleh konsentrasi sel
otot halus yang terdapat pada arteriol kecil. Peningkatan konsentrasi sel otot halus
berpengaruh pada peningkatan konsentrasi kalsium intraseluler. Peningkatan
konsentrasi otot halus mengakibatkan penebalan pembuluh darah arteriol yang

30

dimediasi oleh angiotensin dan menjadi awal meningkatnya tahanan perifer yang
irreversible.
Peningkatan resistensi perifer disebabkan oleh resistensi garam (hipertensi
tinggi renin) dan sensitif garam (hipertensi rendah renin). Penderita hipertensi
tinggi renin memiliki kadar renin tinggi akibat jumlah natrium dalam tubuh yang
menyebabkan pelepasan angiotensin II. Kelebihan angiotensin II menyebabkan
vasokonstriksi dan memacu hipertrofi dan proliferasi otot polos vaskular. Kadar
renin dan angiotensin II yang tinggi pada hipertensi berkorelasi dengan kerusakan
vaskular. Sedangkan pada pasien rendah renin, akan mengalami retensi natrium
dan air yang mensupresi sekresi renin. Hipertensi rendah renin akan diperburuk
dengan asupan tinggi garam.
Jantung harus memompa secara kuat dan menghasilkan tekanan lebih
besar untuk mendorong darah melintasi pembuluh darah yang menyempit pada
peningkatan Total Periperial Resistence. Keadaan ini disebut peningkatan
afterload jantung yang berkaitan dengan peningkatan tekanan diastolik.
Peningkatan afterload yang berlangsung lama, menyebabkan ventrikel kiri
mengalami hipertrofi. Terjadinya hipertrofi mengakibatkan kebutuhan oksigen
ventrikel semakin meningkat sehingga ventrikel harus mampu memompa darah
lebih keras untuk memenuhi kebutuhan tesebut. Pada hipertrofi, serat-serat otot
jantung

mulai

menegang

melebihi

panjang

normalnya

yang

akhirnya

menyebabkan penurunan kontraktilitas dan volume sekuncup.


2) Sistem renin-angiotensin
Ginjal mengontrol tekanan darah melalui pengaturan volume cairan
ekstraseluler dan sekresi renin. Sistem renin-angiotensin merupakan sistem
endokrin penting dalam pengontrolan tekanan darah. Renin disekresi oleh
juxtaglomerulus aparantus ginjal sebagai respon glomerulus underperfusion,
penurunan asupan garam, ataupun respon dari sistem saraf simpatetik.
Mekanisme terjadinya hipertensi melalui terbentuknya angiotensin II dari
angiotensin I oleh angiotensin I-converting enzyme(ACE). ACE memegang

31

peranan fisiologis penting dalam pengaturan tekanan darah. Darah mengandung


angiotensinogen yang diproduksi hati, kemudian oleh hormon renin yang
diproduksi ginjal akan diubah menjadi angiotensin I (dekapeptida tidak aktif).
Angiotensin I diubah menjadi angiotensin II (oktapeptida sangat aktif) oleh ACE
yang terdapat di paru-paru. Angiotensin II berpotensi besar meningkatkan tekanan
darah karena bersifat sebagai vasokonstriktor melalui dua jalur, yaitu:
a) Meningkatkan sekresi hormon antidiuretik (ADH) dan rasa haus. ADH
diproduksi di hipotalamus (kelenjar pituitari) dan bekerja pada ginjal
untuk mengatur osmolalitas dan volume urin. Dengan meningkatnya ADH,
sangat sedikit urin yang diekskresikan ke luar tubuh (antidiuresis)
sehingga urin menjadi

pekat

dan tinggi

osmolalitasnya.

Untuk

mengencerkan, volume cairan ekstraseluler akan ditingkatkan dengan cara


menarik cairan dari bagian instraseluler. Akibatnya volume darah
meningkat sehingga meningkatkan tekanan darah.
b) Menstimulasi sekresi aldosteron dari korteks adrenal. Aldosteron
merupakan hormon steroid yang berperan penting pada ginjal untuk
mengatur volume cairan ekstraseluler. Aldosteron mengurangi ekskresi
NaCl dengan cara reabsorpsi dari tubulus ginjal. Naiknya konsentrasi
NaCl akan diencerkan kembali dengan cara meningkatkan volume cairan
ekstraseluler yang pada akhirnya meningkatkan volume dan tekanan darah.
3) Sistem saraf simpatis
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi pembuluh darah
terletak di pusat vasomotor pada medula otak. Dari pusat vasomotor ini bermula
jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke bawah ke korda spinalis dan keluar dari
kolumna medula spinalis ke ganglia simpatis di toraks dan abdomen. Rangsangan
pusat vasomotor dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah
melalui saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron preganglion
melepaskan asetilkolin yang merangsang serabut saraf paska ganglion ke

32

pembuluh darah, di mana dengan dilepaskannya norepinefrin mengakibatkan


konstriksi pembuluh darah.
Sirkulasi sistem saraf simpatis menyebabkan vasokonstriksi dan dilatasi
arteriol. Sistem saraf otonom memiliki peran penting dalam mempertahankan
tekanan darah. Hipertensi terjadi karena interaksi antara sistem saraf otonom dan
sistem renin-angiotensin bersama dengan faktor lain termasuk natrium, volume
sirkulasi, dan beberapa hormon.
Hipertensi rendah renin atau hipertensi sensitif garam, retensi natrium
dapat disebabkan oleh peningkatan aktivitas adrenergik simpatis atau akibat defek
pada transpor kalsium yang berpapasan dengan natrium. Kelebihan natrium
menyebabkan vasokonstriksi yang mengubah pergerakan kalsium otot polos.
4) Perubahan struktur dan fungsi pembuluh darah
Perubahan struktural dan fungsional sistem pembuluh darah perifer
bertanggung jawab terhadap perubahan tekanan darah terutama pada usia lanjut.
Perubahan struktur pembuluh darah meliputi aterosklerosis, hilangnya elastisitas
jaringan ikat, dan penurunan relaksasi otot polos pembuluh darah, yang
mengakibatkan penurunan kemampuan distensi dan daya regang pembuluh darah.
Sel endotel pembuluh darah juga memiliki peran penting dalam
pengontrolan pembuluh darah jantung dengan cara memproduksi sejumlah
vasoaktif lokal yaitu molekul oksida nitrit dan peptida endotelium. Disfungsi
endotelium banyak terjadi pada kasus hipertensi primer.

33

1.6 Tanda dan Gejala Hipertensi


Pada pemeriksaan fisik, tidak dijumpai kelainan apapun selain tekanan
darah yang tinggi, tetapi dapat pula ditemukan perubahan pada retina, seperti
perdarahan, eksudat (kumpulan cairan), penyempitan pembuluh darah, dan pada
kasus berat, edema pupil (edema pada diskus optikus). (Repository USU, 2008)
Individu yang menderita hipertensi kadang tidak menampakan gejala
sampai bertahun-tahun. Gejala bila ada menunjukan adanya kerusakan vaskuler,
dengan manifestasi yang khas sesuai sistem organ yang divaskularisasi oleh
pembuluh

darah

bersangkutan.

Perubahan

patologis

pada

ginjal

dapat

bermanifestasi sebagai nokturia (peningkatan urinasi pada malam hari) dan


azetoma [peningkatan nitrogen urea darah (BUN) dan kreatinin]. Keterlibatan
pembuluh darah otak dapat menimbulkan stroke atau serangan iskemik transien

34

yang bermanifestasi sebagai paralisis sementara pada satu sisi (hemiplegia) atau
gangguan tajam penglihatan (Wijayakusuma,2000 ).
Crowin (2000: 359) menyebutkan bahwa sebagian besar gejala klinis
timbul setelah mengalami hipertensi bertahun-tahun berupa :Nyeri kepala saat
terjaga, kadang-kadang disertai mual dan muntah, akibat peningkatan tekanan
darah

intrakranial,Penglihatan

kabur

akibat

kerusakan

retina

akibat

hipertensi,Ayunan langkah yang tidak mantap karena kerusakan susunan saraf


pusat,Nokturia

karena

peningkatan

aliran

darah

ginjal

dan

filtrasi

glomerolus,Edema dependen dan pembengkakan akibat peningkatan tekanan


kapiler.
Gejala lain yang umumnya terjadi pada penderita hipertensi yaitu pusing,
muka merah, sakit kepala, keluaran darah dari hidung secara tiba-tiba, tengkuk
terasa pegal dan lain-lain (Wiryowidagdo,2002).
1.7. Komplikasi Hipertensi
Stroke dapat timbul akibat perdarahan tekanan tinggi di otak, atau akibat
embolus yang terlepas dari pembuluh non otak yang terpajan tekanan tinggi.
Stroke dapat terjadi pada hipertensi kronik apabila arteri-arteri yang
memperdarahi otak mengalami hipertropi dan menebal, sehingga aliran darah ke
daerah-daerah yang diperdarahinya berkurang.
Arteri-arteri otak yang mengalami arterosklerosis dapat melemah sehingga
meningkatkan kemungkinan terbentuknya aneurisma (Corwin, 2000).
Gejala terkena stroke adalah sakit kepala secara tiba-tiba, seperti, orang
bingung, limbung atau bertingkah laku seperti orang mabuk, salah satu bagian
tubuh terasa lemah atau sulit digerakan (misalnya wajah, mulut, atau lengan terasa
kaku, tidak dapat berbicara secara jelas) serta tidak sadarkan diri secara mendadak
(Santoso, 2006).
Infark Miokard dapat terjadi apabila arteri koroner yang arterosklerosis
tidak dapat menyuplai cukup oksigen ke miokardium atau apabila terbentuk
trombus yang menghambat aliran darah melalui pembuluh darah tersebut. Karena
hipertensi kronik dan hipertensi ventrikel, maka kebutuhan oksigen miokardium
mungkin tidak dapat terpenuhi dan dapat terjadi iskemia jantung yang
menyebabkan infark. Demikian juga hipertropi ventrikel dapat menimbulkan
perubahan-perubahan waktu hantaran listrik melintasi ventrikel sehingga terjadi

35

disritmia, hipoksia jantung, dan peningkatan resiko pembentukan bekuan


(Corwin, 2000).
Gagal ginjal dapat terjadi karena kerusakan progresif akibat tekanan tinggi
pada kapiler-kepiler ginjal, glomerolus. Dengan rusaknya glomerolus, darah akan
mengalir keunit-unit fungsional ginjal, nefron akan terganggu dan dapat berlanjut
menjadi hipoksia dan kematian. Dengan rusaknya membran glomerolus, protein
akan keluar melalui urin sehingga tekanan osmotik koloid plasma berkurang,
menyebabkan edema yang sering dijumpai pada hipertensi kronik (Corwin, 2000).
Gagal jantung atau ketidakmampuan jantung dalam memompa darah yang
kembalinya kejantung dengan cepat mengakibatkan cairan terkumpul di paru,kaki
dan jaringan lain sering disebut edma.Cairan didalam paru paru menyebabkan
sesak napas,timbunan cairan ditungkai menyebabkan kaki bengkak atau sering
dikatakan edema (Amir, 2002)
Ensefalopati dapat terjadi terjadi terutama pada hipertensi maligna
(hipertensi yang cepat). Tekanan yang tinggi pada kelainan ini menyebabkan
peningkatan tekanan kapiler dan mendorong cairan ke dalam ruang intertisium
diseluruh susunan saraf pusat. Neron-neron disekitarnya kolap dan terjadi koma
serta kematian (Corwin, 2000).

1.8. Penatalaksanaan
Non Medikamentosa
Perubahan gaya hidup sehat bagi semua individu dengan prehipertensi
dan hipertensi. Adapun komponen modifikasi gaya hidup meliputi penurunan
berat badan, DASH makan rencana, pengurangan sodium diet, aktivitas fisik
aerobik, dan moderasi konsumsi alkohol.

36

Medikamentosa
Rekomendasi JNC 8
1. Pada pasien berusia 60 tahun , mulai pengobatan farmakologis pada
tekanan darah sistolik 150mmHg atau diastolik 90mmHg dengan
target terapi untuk sistolik < 150mmHg dan diastolik < 90mmHg .
(Rekomendasi Kuat-grade A)
2. Dalam populasi umum lebih muda dari 60 tahun, memulai pengobatan
farmakologis untuk menurunkan BP pada DBP dari 90 mm Hg atau lebih
tinggi
Untuk usia 30 sampai 59 tahun, Rekomendasi kuat - Grade A
Untuk usia 18 sampai 29 tahun, Opini Ahli - Kelas E
3. Pada pasien berusia < 60 tahun , mulai pengobatan farmakologis pada
tekanan darah sistolik 140mmHg dengan target terapi < 140mmHg .
( Opini Ahli - kelas E )
4. Pada pasien berusia 18 tahun dengan penyakit ginjal kronis , mulai
pengobatan farmakologis pada tekanan darah sistolik 140mmHg atau

37

diastolik 90mmHg dengan target terapi sistolik < 140mmHg dan


diastolik < 90mmHg . ( Opini Ahli - kelas E )
5. Pada pasien berusia 18 tahun dengan diabetes , mulai pengobatan
farmakologis pada tekanan darah sistolik 140mmHg atau diastolik BP
90mmHg dengan target terapi untuk sistolik gol BP < 140mmHg dan
diastolik gol BP < 90mmHg . ( Opini Ahli - kelas E )
6. Pada populasi umum bukan kulit hitam, termasuk orang-orang dengan
diabetes , pengobatan antihipertensi awal harus mencakup diuretik tipe
thiazide, CCB , ACE inhibitor atauARB ( Rekomendasi sedang-Grade B )
Rekomendasi

ini

berbeda

dengan

JNC

yang

mana

panel

merekomendasikan diuretik tipe thiazide sebagai terapi awal untuk


sebagian besar pasien .
7. Pada populasi umum kulit hitam , termasuk orang-orang dengan diabetes ,
pengobatan antihipertensi awal harus mencakup diuretic tipe thiazide atau
CCB. ( Untuk penduduk kulit hitam umum : Rekomendasi Sedang - Grade
B , untuk pasien hitam dengan diabetes : Rekomendasi lemah-Grade C)
8. Pada penduduk usia 18 tahun dengan penyakit ginjal kronis , pengobatan
awal atau tambahan antihipertensi harus mencakup ACE inhibitor atau
ARB untuk meningkatkan outcome ginjal . (Rekomendasi sedang -Grade
B)
9. Jika target tekanan darah tidak tercapai dalam waktu satu bulan
pengobatan, tiingkatkan dosis obat awal atau menambahkan obat kedua
dari salah satu kelas dalam Rekomendasi 6 . Jika target tekanan darah
tidak dapat dicapai dengan dua obat , tambahkan dan titrasi obat ketiga
dari daftar yang tersedia. Jangan gunakan ACEI dan ARB bersama-sama
pada pasien yang sama .

Anti Hiipertensi pada ibu hamil


Metyldopa 2x250mg/harivdapat dinaikkan sampai maksimal 4g per hari

38

Guadeline Management Hipertension Algoritma

39

40

Compelling Indication

41

BAB VII
PENUTUP
A. KESIMPULAN
1. Segi Biologis
:
a. Ny. S( 59 th), menderita hipertensi derajat 2
b. Status gizi baik
c. Rumah dan lingkungan sekitar keluarga baik
2. Segi fisik
:
Rumah dan lingkungan sekitar keluarga padat penduduk.
3. Segi Psikologis
:
Hubungan antara anggota keluarga cukup terjalin dengan baik
terutama kepada anak ketiganya, menantu, cucu dan begitu pula
dengan hubungan masyarakat.
Pengetahuan akan penyakit hipertensi yang masih kurang yang
berhubungan dengan tingkat penyebab dan akibat yang akan terjadi.
Tingkat kepatuhan dalam mengkonsumsi obat bisa dilakukan dengan
baik.
4. Segi Sosial

Problem ekonomi masih menjadi kendala pada penderita ini.


B. SARAN
Preventif:
Diet rendah lemak, diet rendah garam
menghindaari asap rokok
mengurangi mengkonsumsi daging
Hidup dengan tenang dan santai, hindari stress
Olahraga secara teratur yang disesuaikan dengan kondisi tubuh
Promotif:
Edukasi penderita dan keluarga mengenai hipertensi dan pengobatannya oleh
petugas kesehatan atau dokter yang menangani
Kuratif: Saat ini psaien menjalani terapi pengobatan untuk hipertensi
DAFTAR PUSTAKA

Jnc 7. 2003. Seventh Report Of The Joint National Committee On Prevention,


Detection, Evaluation, And Treatment Of High Blood Pressure (Jnc 7): U .
S . Departement of Health and Human Rv Ices.
Kartikasari. 2012. Faktor Risikp Hipertensi Pada Masyarakat. Diunduh di:

42

http://eprints.undip.ac.id/37291/1/AGNESIA_NUARIMA_G2A008009_L
AP_KTI.pdf diakses pada tanggal 24 Agustus 2014.
Repository USU. 2010. Hipertensi. Diunduh di:
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/23512/5/Chapter%20II.pdf
diakses pada tanggal 24 Agustus 2014
Repository USU. 2008. Penatalaksanaan Hipertensi. Diunduh
di:http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/17124/4/Chapter
%20II.pdf diakses pada tanggal 24 Agustus 2014

Anda mungkin juga menyukai