Pengaturan suhu tubuh (termoregulasi), pengaturan cairan tubuh, dan ekskresi adalah
elemen-elemen dari homeostasis.Dalam termoregulasi dikenal adanya hewan berdarah dingin
dan hewan berdarah panas (Suripto, 2010). Termoregulasi bergantung pada kemampuan hewan untuk mengontrol pertukaran panas dengan lingkungannya. Organisme apapun, seperti objek apapun, mempertukarkan panas melalui empat proses fisik: konduksi, konveksi, radiasi, dan evaporasi. Esensi termoregulasi adalah mempertahankan laju perolehan panas yang setara dengan laju kehilangan panas.Pada beberapa mamalia, beberapa dari mekanisme ini melibatkan sistem integument, lapisan terluar tubuh, yang terdiri dari kulit, rambut, dan kuku (cakar atau kikil pada beberapa spesies).Salah satu adaptasi termoregulasi utama pada mamalia dan burung adalah insulasi, yang mengurangi aliran panas antara hewan dan lingkungan.Sumber-sumber insulasi mencakup rambut, bulu, dan lapisan lemak yang dibentuk oleh jaringan adipose. Sistem sirkulasi menjadi rute utama aliran panas antara tubuh bagian interior dan eksterior (Campbell, 2008 : 16-17). Suhu tubuh yang biasa dikatakan normal berkisar pada 37oC.Namun, sebenarnya tidak ada suhu yang normal, karena suhu bervariasi dari organ ke organ.Dalam termoregulatorik, tubuh dapat dianggap sebagai suatu inti di tengah (central core) dengan lapisan pembungkus di sebelah luar (outer shell).Yang termasuk suhu inti berada pada organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat serta otot rangka.Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh yang harus dipertahankan kestabilannya.Penambahan panas harus seimbang dengan pengurangan panas agar suhu inti tetap stabil. Suhu inti mengandung panas total tubuh maka untuk mempertahankan kandungan panas yang konstan sehingga suhu inti stabil. Pemasukan panas melalui penambahan panas dari lingkungan eksternal dan produksi panas internal.Sedangkan pengurangan panas terjadi melalui pengurangan panas dari permukaan tubuh yang terpejan ke lingkungan eksternal. Biasanya manusia berada di lingkungan yang suhunya lebih dingin daripada tubuh mereka, sehingga ia harus terus menerus menghasilkan panas secara internal untuk mempertahankan suhu tubuhnya. Pembentukan panas akhirnya bergantung pada oksidasi bahan bakar metabolik yang berasal dari makanan (Isnaeni, 2006). Suhu di inti bagian dalam yang terdiri dari organ-organ abdomen dan toraks, sistem saraf pusat, serta otot rangka, umumnya relative konstan sekitar 37,80C (1000F) .Suhu inti internal inilah yang dianggap sebagai suhu tubuh dan menjadi subjek pengaturan ketat untuk mempertahankan kestabilannya. Suhu kulit dapat berfluktuasi antara 200C (680F) dan 400C (1040F) tanpa mengalami kerusakan. Ini karena suhu kulit sengaja diubah-ubah sebagai
tindakan kontrol untuk membantu mempertahankan agar suhu di tengah tetap
konstan (Sherwood, 2001). Bagian otak yang mempengaruhi terhadap pengaturan suhu tubuh adalah hipotalamus anterion dan hipotalamus posterior.Hipotalamus anterior berperan meningkatkan hilangnya panas, vasilodatasi dan menimbulkan keringat.Hipotalamus posterior berfungsi meningkatkan penyimpanan panas, menurunkan aliran darah, piloenektik, menggigil, meningkatnya produksi panas, meningkatnya produksi hormon tiroid dan mensekresi epinefrin dan norepnefrin serta meningkatkan basal metabolism rate. Jika terjadi penurunan suhu tubuh inti, maka akan terjadi mekanisme homoestatis yang membantu memproduksi panas melalui mekanisme feel back negative untuk dapat meningkatkan suhu tubuh ke arah normal (Tortora, 2000). Hipotalamus berfungsi sebagai thermostat tubuh. Hipotalamus sebagai pusat intergrasi termoregulasi tubuh, menerima informasi aferen mengenai suhu di berbagai bagian tubuh dan memulai penyesuaian-penyesuaian terkoordinasi yang sangat rumit dalam mekanisme penambahan atau pengurangan panas sesuai dengan keperluan untuk mengkoreksi setiap penyimpangan suhu inti dari patokan normal. Hipotalamus mampu berespons terhadap perubahan suhu darah sekecil 0,010C. tingkat respons hipotalamus terhadap penyimpangan suhu tubuh disesuaikan secara sangat cermat, sehingga panas yang dihasilkan atau dikeluarkan sangat sesuai dengan kebutuhan untuk memulihkan suhu ke normal (Isnaeni, 2006).