Anda di halaman 1dari 40

Kata Pengantar

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul

Asuhan Keperawatan Pada Ny.S Dengan

Post Op Amputasi Ulkus Diabetikum


Makalah ilmiah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan
bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah
ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang
telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.
Akhirnya kami berharap semoga makalah dengan judul Asuhan
Keperawatan Pada Ny.S dengan Post Op Amputasi Ulkus Diabetikum semoga
bermanfaat untuk masyarakat maupun menjadi inpirasi bagi pembaca.

Yogyakarta, Oktober 2016

Penyusun

DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ...............................................................................................i
KATA PENGANTAR .............................................................................................ii
DAFTAR ISI ..........................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................4
A. Latar Belakang...........................................................................................4
B. Rumusan Masalah......................................................................................5
C. Tujuan.........................................................................................................5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA..............................................................................7
A. Definisi Amputasi........................................................................................7
B. Etiologi.........................................................................................................8
C. Manifestasi Klinis........................................................................................8
D. Jenis Amputasi.............................................................................................9
E. Pathway Amputasi.....................................................................................10
F. Teknik Anputasi ........................................................................................11
G. komplikasi..................................................................................................12
H. Pemeriksaan Penunjang.............................................................................13
I. Penatalaksanaan.........................................................................................13
J. Asuhan Keperawatan.................................................................................14
BAB III KASUS DAN PROSES KEPERAWATAN.............................................19
A.
B.
C.
D.
E.

Kasus..........................................................................................................19
Pengkajian Post Oprasi Amputasi..............................................................19
Pengelompokan Data Post Oprasi Amputasi.............................................21
Analisa Data Post Oprasi Amputasi...........................................................21
Rumusan Data Keperawatan Berdasarkan Prioritas..................................22

BAB IV PEMBAHASAN......................................................................................32
A. Pengkajian..................................................................................................32
B. Diagnosa Keperawatan..............................................................................35
C. Perencanaan Keperawatan.........................................................................38
BAB V PENUTUPAN
A. Kesimpulan ...............................................................................................42
B. Saran..........................................................................................................42
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................iv

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Amputasi adalah hilangnya sebagian alat gerak yang menyebabkan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan aktivitas dalam derajat yang
bervariasi, tergantung dari bagianmana alat gerak yang hilang, usia, dan

penanganan operasi (untuk kasus kehilangan alat gerak yang disebabkan


amputasi). Kehilangan alat gerak tersebut dapat disebabkan berbagai
hal,seperti penyakit, faktor cacat bawaan lahir, ataupun kecelakaan.
Operasi pengangkatan alat gerak pada tubuh manusia ini disebut dengan
amputasi. Menurut Crenshaw, dalam Vitriana(2002), amputasi pada alat
gerak bawah mencapai 85%-90% dari seluruh amputasi, dimana amputasi
bawah lutut (transtibial amputation) merupakan jenis operasi amputasi
yang paling sering dilakukan. Angka kejadian amputasi yang pasti di
Indonesia saat ini tidak diketahui, tapi menurut Vitriana (2002) di Amerika
Serikat terjadi 43.000 kasus per tahun dari jumlah penduduk 280.562.489
jiwa atau sekitar 0,02%, sedangkan dalam (Raichle et al,2009) disebutkan
bahwa terjadi kasus amputasi sekitar 158.000 per tahun dari jumlah
penduduk 307.212.123 atau sekitar 0,05%. Dengan demikian dapat
diketahui bahwa terjadi peningkatan kasus amputasi di Amerika Serikat,
baik secara jumlah, maupun secara persentase dari jumlah penduduk.
Menurut Vitriana (2002), angka kejadian pasti kasus amputasi di
Indonesia belum dapat diketahui. Berdasarkan data survei Di Indonesia,
berdasarkan laporan Riskesdas 2007 yang dikeluarkan oleh Badan
Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Departemen Kesehatan,
Republik Indonesia, prevalensi nasional penyakit DM adalah 1,1%
(Riskesdas, 2007). Indonesia kini telah menduduki rangking keempat
jumlah penyandang DM terbanyak setelah Amerika Serikat, China dan
India. Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah
penyanang diabetes pada tahun 2003 sebanyak 13,7 juta orang dan
berdasarkan pola pertambahan penduduk diperkirakan pada 2030 akan ada
20,1 juta penyandang DM dengan tingkat prevalensi 14,7 persen untuk
daerah urban dan 7,2 persen di rural. Organisasi Kesehatan Dunia (World
Health Organization, WHO) memprediksi kenaikan jumlah penyandang
DM di Indonesia dari 8,4 juta pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta
pada tahun 2030 (Pusat Data dan Informasi PERSI, 2012).
Risiko infeksi dan amputasi masih cukup tinggi, yaitu 40-80%
ulkus kaki diabetik mengalami infeksi (Bernard, 2007), 14-20%
4

memerlukan amputasi (Frykberg dkk., 2000), 66% mengalami


kekambuhan dan 12% memiliki risiko amputasi dalam 5 tahun setelah
sembuh. Kebanyakan pasien datang berobat dalam fase lanjut, terlihat dari
proporsi ulkus kaki diabetik Wagner III-V mencapai 74,6 % dibandingkan
dengan Wagner I-II yang hanya mencapai 25,4 % dari seluruh kasus ulkus
kaki diabetik yang dirawat di RS Sanglah, dengan kecendrungan semakin
tinggi derajat ulkus semakin besar risiko amputasi (Muliawan dkk., 2005).
Untuk itu peran perawat sangat diperlukan dalam kasus amputasi
sebagai tenaga kesehatan yang membantu proses penyembuhan klien.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana cara pengkajian dan melakukan tindakan asuhan
keperawatan pada klien dengan masalah Post Op Amputasi?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Penulis mampu melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah Post Op Amputasi.
2. Tujuan Khusus
Setelah melakukan penyusunan makalah ini penulis berharap
mampu :
a. Mengetahui konsep asuhan keperawatan pada pasien dengan Post Op
Amputasi
b. Memperoleh data pengkajian pada klien dengan masalah Post Op
Amputasi
c. Menegakkan diagnosa keperawatan pada klien dengan masalah Post
Op Amputasi
d. Menyusun rencana tindakan asuhan keperawatan pada klien dengan
masalah Post Op Amputasi
e. Melaksanakan implementsi keperawatan pada klien dengan masalah
Post Op Amputasi.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi Amputasi
Amputasi berasal dari kata amputare yang berarti pancung.
Amputasi adalah penghilangan satu atau lebih bagian tubuh dan bisa
sebagai akibat dari malapetaka atau bencana alam, belum pernah terjadi
sebelumnya, seperti kecelakaan, gempa dengan intensitas kuat, terorisme
dan perang, atau dilakukan karena alasan medis dengan motif untuk
meningkatkan kesehatan dan kualitas hidup pasien.
Tindakan ini merupakan tindakan yang dilakukan dalam kondisi
pilihan terakhir apabila masalah organ yang terjadi pada ekstremitas sudah
tidak mungkin dapat diperbaiki dengan menggunakan teknik lain, atau
apabila kondisi organ dapat membahayakan keselamatan tubuh klien
secara utuh atau merusak organ tubuh yang lain (Demet K, 2003, Glass,
Vincent, 2004).
Amputasi merupakan tindakan yang melibatkan beberapa sistem
tubuh seperti sistem integumen, sistem persarafan, sistem muskuloskeletal
dan sistem cardiovaskuler. Lebih lanjut amputasi dapat menimbulkan
masalah psikologis bagi klien atau keluarga berupa penurunan citra diri
dan penurunan produktifitas (Wahid, 2013).
Amputasi ekstremitas bawah adalah prosedur pembedahan yang
dihasilkan dari sebuah kondisi medis yang serius seperti diabetes, trauma

atau neoplasma, gangren, deformitas kongenital. Dari semua penyebab


tadi, penyakit vaskuler merupakan penyebab yang tertinggi amputasi
ekstremitas bawah (Senra, Arago, Leal, 2011).

Amputasi

B. Etiologi
Menurut Muttaqin dan Sari (2009) berbagai kondisi kaki yang
dapat menyebabkan amputasi, meliputi:
1. Kondisi fraktur multipel pada ekstermitas bawah yang tidak
mungkin dapat diperbaiki
2. Keadaan kehancuran jaringan lunak luas yang tidak mungkin
diperbaiki
3. Kondisi penyakit vaskular perifer progresif (sering sebagai gejala
sisa diabetes mellitus)
4. Infeksi yang berat atau beresiko terjadi sepsis
5. Adanya tumor keganasan pada ektermitas bawah yang tidak
mungkin diterapi secara konservatif
6. Deformitas organ kongenital
C. Manifestasi Klinis
1. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)
2. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung
saraf yang dekat dengan permukaan.
3. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa
dengan Keronitis.

4. Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau


aterom)
5. Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
6. Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
7. Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan
(grieving process)
D. Jenis Amputasi
Menurut Wahid (2013) ada beberapa jenis amputasi yaitu :
1. Amputasi selektif/terencana :
Amputasi jenis ini dilakukan pada penyakit yang terdiagnosis dan
mendapat penanganan yang baik serta terpantau secara terus menerus.
Amputasi dilakukan sebagai salah satu tindakan alternatif terakhir.
2. Amputasi akibat trauma :
Merupakan amputasi yang terjadi sebagai akibat trauma dan tidak
direncanakan. Kegiatan tim kesehatan adalah memperbaiki kondisi
lokasi amputasi serta memperbaiki kondisi umum klien.
3. Amputasi darurat :
Kegiatan amputasi dilakukan secara darurat oleh tim kesehatan.
Biasanya merupakan tindakan yang memerlukan kerja yang cepat
seperti pada trauma dengan patah tulang multipel dan
kerusakan/kehilangan kulit yang luas.

E. Pathway Amputasi
Trauma/Injury
Fraktur multipel,combustion
Kerusakan Jaringan ekstremitas
Yang tidak mungkin diperbaiki
Atau disembuhkan

Infeksi,DM,Hipertensi,dsb
Kerusakan Pembuluh Kapiler
Penurunan Suplai O2
dan nutrisi ke jaringan

Proliferasi Sel
Proliferasi sel
Tumor Maligna
TumorTumor
Ganas Maligna
di
ekstremitas
atas/bawah
8
Tumor Ganas di
ekstremitas atas/bawah

Iskemik

Nekrosis
Terbentuknya Gangren
AmputasiBedah

Gambar 1. Patofisiologi Amputasi


(Kowalak dan Jennifer,2006)

F. Teknik Amputasi
Menurut Smeltzer & Brenda G. Bare (2002) proses amputasi
daapat dilakukan menjadi dua cara yaitu :
1. Amputasi Terbuka ( Guillotine )
Amputasi terbuka dilakukan pada klien dengan infeksi yang
mengembang. Bentuknya benar-benar terbuka dan dipasang
drainase agar lebih bersih dan luka dapat ditutup setelah tidak
terinfeksi. Operasi dilakukan hanya satu kali. Penanganan post
operasi yakni pembalutan rigid dan pemasangan prosthesis
sementara. Kemungkinan komplikasi yang dapat terjadi antara lain:
a. Hematoma
b. Infeksi
c. Nekrosis
d. Kontraktur
e. Neuroma
f. Sensasi phantom
2. Amputasi Tertutup ( Definitive Amputation )

Pada amputasi tertutup ini kulit tepi ditarik pada atas ujung
tulang dan dijapit pada daerah yang di amputasi, tidak semua
amputasi di operasi dengan terencana. Klasifikasi yang ada karena
trauma amputasi. Amputasi tertutup dibagi menjadi dua:
a. Definitive end-bearing amputation
Digunakan pada level dimana menyebabkan beban tubuh
bertumpu ujung stump.
b. Definitive non-end-bearing amputation. Beban tubuh tidak
bertumpu pada ujung stump.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan pada teknikini antara
lain :
1) Penggunaan
2) Torniket
Sangat membantu (kecuali pada tungkai yang iskemik)
3) Level Amputasi
Berhubungan dengan prosthesis yang tersedia (dulu)
4) Flap dari kulit
Penting disbanding dengan level amputasi
5) Otot
Otot-otot dipotong kurang lebih 5 cm distal dari level tulang
yang diamputasi
6) Syaraf
Ahli bedah yang terbaik yang telah melakukan operasi setelah
dibebaskan dari jaringan sekitar, syaraf ditarik ke distal &
dipotong.
7) Pembuluh Darah
Dipisahkan kemudian diligasin dua kali
8) Tulang
Tonjolan tulang yang tidak dapat tertutup jaringan lunak sekitar
harus direseksi
9) Penggunaan Drain
G. Komplikasi
Komplikasi amputasi meliputi :
1.
2.
3.
4.

Perdarahan,
Infeksi,
Syok,
Sepsis, dan kerusakan kulit.

10

Perdarahan dapat terjadi akibat pemotongan pembuluh


darah besar dan dapat menjadi masif. Infeksi dapat terjadi pada
semua pembedahan dengan peredaran darah yang buruk atau
adanya kontaminasi serta dapat terjadi kerusakan kulit akibat
penyembuhan luka yang buruk dan iritasi penggunaan protesis.
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Foto rontgen untuk mengidentifikasi abnormalitas tulang
2. CT Scan untuk mengidentifikasi lesi neoplastik, osteomielitis, dan
pembentukan hematoma.
3. Aniografi dan pemeriksaan aliran untuk mengevaluasi perubahan
sirkulasi/perfusi jaringan dan membantu memperkirakan potensi
penyembuhan jaringan setelah amputasi.
4. Ultrasound Doppler, flowmetri Doppler dilakukan untuk mengkaji
dan mengukur aliran darah
5. Tekanan O2 transkutaneus untuk member peta pada area perfusi
paling besar dan paling kecil dalam ketrelibatan ekstremitas.
6. Termografi untuk mengukur perbedaan suhu pada tungkai iskemik
di dua sisi dari jaringan kutaneus ketengah tulang. Perbedaan yang
rendah antara dua pembacaan, makin besar untuk sembuh.
7. Plestimografi untuk mengukur TD segmental bawah terhadap
ekstremitas bawah mengevaluasi aliran darah arterial.
8. LED, peningkatan mengidentifikasikan respon inflamasi.
9. Kultur luka untuk mengidentifikasi adanya infeksi dan organisme
penyebab.
10. Biopsi, menginformasi diagnosis massa/benigna.
11. Hitung darah lengkap/diferensial, peninggian dan pergeseran ke
kiri diduga proses infeksi.
I. Penatalaksanaan
1. Pre-Amputasi :
a. Foto rontgen
b. Pemeriksaan laboratorium
c. Kesiapan pasien
d. Informed concent
e. Pasien diberikan nutrisi yang cukup/adekuat
f. Kondisi psikologi yang stabil

11

g. Menentukan macam anastesi : narkose umum, spinal atau block


anastesi.
2. Post-Amputasi :
a. Pemberian obat-obatan analgetik dan antibiotik
b. Perawatan luka dengan teknik aseptik
Untuk melakukan pencucian/pembersihan luka biasanya
digunakan cairan atau larutan antiseptik seperti :
1) Alkohol, sifatnya bakterisida kuat dan cepat (efektif dalam
2 menit).
2) Halogen dan senyawanya :
a) Yodium, merupakan antiseptik yang sangat kuat,
berspektrum luas dan dalam konsentrasi 2%
membunuh spora dalam 2-3 jam.
b) Povidon Yodium (Betadine, septadine dan isodine)
c. Pemberian atau asupan nutrisi yang adekuat
d. Latihan room pasif-pasif.
J. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat kesehatan klien
1) Riwayat kesehatan sekarang
2) Riwayat kesehatan dahulu
Kaji apakah pasien pernah mengalami luka yang sama, dan
kaji apakah pasien memiliki riwayat penyakit lain seperti
kolesterol tinggi atau hipertensi
3) Riwayat kesehatan keluarga
Kaji apakah ada keluarga pasien yang menderita DM atau
penyakit degenerative lainnya.
b. Pemeriksaan Fisik
Kondisi fisik yang harus dikaji meliputi :
SISTEM TUBUH

KEGIATAN

Integumen :

Mengkaji kondisi umum kulit untuk meninjau tingkat

Kulit secara umum.

hidrasi.

Lokasi amputasi

Lokasi amputasi mungkin mengalami keradangan akut atau


kondisi semakin buruk, perdarahan atau kerusakan

12

progesif. Kaji kondisi jaringan diatas lokasi amputasi


Sistem Cardiovaskuler :

terhadap terjadinya stasis vena atau gangguan venus return.


Mengkaji tingkat aktivitas harian yang dapat dilakukan

Cardiac reserve

pada klien sebelum operasi sebagai salah satu indikator

Pembuluh darah

fungsi jantung.
Mengkaji kemungkinan atherosklerosis melalui penilaian

Sistem Respirasi

terhadap elastisitas pembuluh darah.


Mengkaji kemampuan suplai oksigen dengan menilai

Sistem Urinari

adanya sianosis, riwayat gangguan nafas.


Mengkaji jumlah urine 24 jam.

Cairan dan elektrolit

Menkaji adanya perubahan warna, BJ urine.


Mengkaji tingkat hidrasi.

Sistem Neurologis

Memonitor intake dan output cairan.


Mengkaji tingkat kesadaran klien.
Mengkaji sistem persyarafan, khususnya sistem motorik

Sistem Mukuloskeletal

dan sensorik daerah yang akan diamputasi.


Mengkaji kemampuan otot kontralateral.

c. Pengkajian Psikologis, Sosial, Spiritual


Disamping pengkajian secara fisik perawat melakukan
pengkajian pada kondisi psikologis (respon emosi) klien yaitu
adanya kemungkinan terjadi kecemasan pada klien melalui
penilaian klien terhadap amputasi yang akan dilakukan,
penerimaan klien pada amputasi dan dampak amputasi
terhadap gaya hidup. Kaji juga tingkat kecemasan akibat
operasi itu sendiri. Disamping itu juga dilakukan pengkajian
yang mengarah pada antisipasi terhadap nyeri yang mungkin
timbul.
Perawat melakukan pengkajian pada gambaran diri
klien dengan memperhatikan tingkatr persepsi klien terhadap
dirinya, menilai gambaran ideal diri klien dengan meninjau
persepsi klien terhadap perilaku yang telah dilaksanakan dan
dibandingkan dengan standar yang dibuat oleh klien sendiri,

13

pandangan klien terhadap rendah diri antisipasif, gangguan


penampilan peran dan gangguan identitas.
Adanya gangguan konsep diri antisipasif harus
diperhatikan secara seksama dan bersama-sama dengan klien
melakukan pemilihan tujuan tindakan dan pemilihan koping
konstruktif.
Adanya masalah kesehatan yang timbul secara umum
seperti terjadinya gangguan fungsi jantung dan sebagainya
perlu didiskusikan dengan klien setelah klien benar-benar siap
untuk menjalani operasi amputasi itu sendiri. Kesadaran yang
penuh pada diri klien untuk berusaha berbuat yang terbaik bagi
kesehatan dirinya, sehingga memungkinkan bagi perawat untuk
melakukan tindakan intervensi dalam mengatasi masalah
umum pada saat pre operatif. Asuhan keperawatan pada klien
preoperatif secara umum tidak dibahas pada makalah ini.
d. Laboratorik
Tindakan pengkajian dilakukan juga dengan penilaian
secara laboratorik atau melalui pemeriksaan penunjang lain
secara rutin dilakukan pada klien yang akan dioperasi yang
meliputi penilaian terhadap fungsi paru, fungsi ginjal, fungsi
hepar dan fungsi jantung.
2. Diagnosa Keperawatan Yang Mungkin Muncul (NANDA, 2013).
a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
b. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra
tubuh sekunder terhadap amputasi
c. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
3. Intervensi
a. Gangguan harga diri/citra diri dan perubahan b.d kehilangan
bagian tubuh
Tujuan: Klien menyatakan penerimaan pada situasi diri
(Amputasi)
Intervensi :

14

1) Kaji/mempertimbangkan persiapan pasien dan pandangan


terhadap Amputasi.
2) Dorong ekspresi ketakutan, perasaan negatif dan
kehilangan bagian tubuh
3) Beri penguatan informasi pasca operasi termasuk
tipe/lokasi Amputasi
4) Kaji derajat dukungan yang ada untuk pasien
5) Diskusikan persepsi pasien tentang diri dan hubungannya
dengan perubahan dan bagaimana pasien melihat dirinya
dalam pola/peran fungsi yang biasanya
6) Dorong/berikan kunjungan oleh orang yang telah di
Amputasi, khususnya orang yang berhasil dalam
rehabilitasi
7) Berikan dukungan yang terbuka pada pasien untuk
mendiskusikan masalah tentang seksualitas
8) Perhatikan perilaku menarik diri, membicarakan diri
tentang hal negatif, penggunaan penyangkalan atau terusmenerus melihat perubahan nyata/yang diterima
9) Kolaborasi dengan tim kesehatan lainnya.
b. Nyeri akut b.d terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan otot
Tujuan : Nyeri hilang atau berkurang
Intervensi :
1) Tinggikan posisi stump
2) Evaluasi derajat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan
intensitasnya, catat perubahan tanda-tanda vital dan emosi.
3) Berikan teknik penanganan stress seperti relaksasi, latihan
nafas dalam atau massase dan distraksi.
4) Kolaborasi pemberian analgetik
c. Gangguan mobilisasi fisik b.d kehilangan anggota tubuh
Tujuan : Mobilitas fisik terpenuhi
Intervensi :
1) Kaji ketidakmampuan bergerak klien yang diakibatkan oleh
prosedur pengobatan dan catat persepsi klien terhadap
immobilisasi.
2) Latih klien untuk menggerakkan anggota badan yang masih
ada.

15

3) Latih klien untuk menggerakkan anggota badan yang masih


ada.
4) Ganti posisi klien setiap 3 4 jam secara periodik
5) Bantu klien mengganti posisi dari tidur ke duduk dan turun
dari tempat tidur

16

BAB III
KASUS DAN PROSES KEPERAWATAN

A. Kasus
Pasien Ny.S datang ke Rumah Sakit pada tanggal 25 September 2016 karena
mengalami kesakitan pada ibu jari kaki kanan, menghitam, dan berbau. Dan pada
tanggal 26 September 2016 pasien dilakukan tindakan operasi amputasi pada ibu jari
kaki kanan.
Dari pengkajian hari pertama setelah dilakukan tindakan operasi amputasi
Klien merasakan nyeri pada ibu jari kaki kanan tepat pada lokasi yang telah di
amputasi, nyeri sering timbul sehingga mengganggu ketenangan pasien. Dari hasil
pemeriksaan didapatkan suhu tubuh 37oC, tekanan darah 130/80 mmHg, nadi 82
x/menit, pernapasan 22 x/menit. Berat badan 60 kg, tinggi badan 160 cm, skala nyeri
5 dari 10.
B. Pengkajian Post Operasi Amputasi
1. Data Dasar
a. Identitas Pasien
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Agama
Pendidikan
Pekerjaan
Alamat
Diagnosa Medis
No. RM.
Tanggal Masuk RS.
b. Penanggung Jawab
Nama
Umur
Jenis Kelamin
Hubungan Dengan Pasien
Pekerjaan
Alamat
c. Riwayat Kesehatan
1) Faktor Presipitasi
Post orif pinning
2) Faktor Predisposisi
Diabetes Mellitus

: Ny.S
: 50 tahun
: Perempuan
: Islam
: SD
: Ibu Rumah Tangga
: Tegalrejo Yogyakarta
: Diabetes Mellitus Post Amputasi
: xxxxxxxxx
: 25 September 2016
: Tn.P
: 55 tahun
: laki laki
: Suami
: Pegawai Negeri
: Tegalrejo Yogyakarta

2. Data Fokus Post Operasi Amputasi


Setelah dilakukan pengkajian tanggal 26 September 2016, didapatkan data :
17

a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri kaku dan pegal skala 5 pada jari jari 2,3,4,5 kaki
kanan, nyeri selalu dirasakan, nyeri datang karena efek dari anastesi. Pasien
selalu terlihat melakukan latihan gerak aktif pada jari-jarinya.
b. Pemeriksaan fisik
1) Status gizi
BB
: 60 kg
TB
: 160 cm
IMT
: 60 / (1,6)2 = 60 / 2,56= 23 (Normal)
c. Pemeriksaan chepalo caudal
1) Ekstremitas
Terpasang infuse RL makro 20 tpm sejak 25 September 2016 pada tangan
kiri. Kondisi tempat tusukan baik, tidak ada terjadi phlebitis, balutan
bersih, terdapat luka di ibu jari kaki kanan post amputasi hari pertama.
d. Terapi
1) Infus RL makro 20 tpm pada tangan kiri sejak tanggal 25 September 2016.
2) Diit DM II 1500 kkal
3) Injeksi Ceftriaxone 1 gr / 12 jam (08.00 dan 20.00) melalui intravena
4) Injeksi Ketorolac 30 mg / 8 jam (08.00, 16.00, 24.00) melalui intravena
5) Injeksi Insulin Novorapid
a) 15 menit sebelum makan pagi 8 unit melalui subcutan
b) 15 menit sebelum makan siang 8 unit melalui subcutan
c) 15 menit sebelum makan sore 8 unit melalui subcutan
6) Injeksi Ranitidin 50 mg / 12 jam (08.00 dan 20.00) melalui intravena
C. PENGELOMPOKKAN DATA POST OPERASI AMPUTASI
Data subjektif
1. Pasien mengatan nyeri kaku dan

Data Objektif
1. Pasien terlihat selalu melakukan

pegal sekala 5
P : Post anastesi
Q : Pegal & kaku
R : pada jari-jari 2, 3, 4, 5 kaki kanan
S : Skala 5
T : nyeri selalu dirasakan

latihan gerak aktif pada jarijarinya.


2. Terpasang Infus RL 20 tpm di
tangan kiri sejak tanggal 25
September 2016
3. Terdapat luka di ibu jari kaki
kanan post amputasi hari
pertama.

G. ANALISA DATA POST OPERASI AMPUTASI


Data Senjang
DS :

Etiologi
Agen Cedera Fisik

Problem
Nyeri Akut

Pasien mengatakan nyeri kaku


dan pegal skala 5
18

P : post anastesi
Q : pegal dan kaku
R : pada jari-jari 2, 3, 4, 5, kaki
kanan
S : skala 5
T : nyeri slalu dirasakan
DS :
Pasien terlihat selalu melakukan
latihan gerak aktif pada jarijarinya.
DS : -

Masuknya Mikroorganisme

Resiko Infeksi

DO :
a. Terpasang infus RL 20 tpm di
tangan kiri sejak tanggal 25
September 2016
b. Terdapat luka di ibu jari kaki
kanan post amputasi hari
pertama.

H. RUMUSAN DIAGNOSA KEPERAWATAN BERDASARKAN PRIORITAS


1. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Fisik, ditandai dengan :
DS :
Pasien mengatakan nyeri kaku dan pegal skala 5
P : Post anastesi
Q : pegal dan kaku
R : pada jari-jari 2, 3, 4, 5 kaki kanan
S : skala 5
T : nyeri selalu di rasakan
DO :
Pasien tarlihat selalu melakukan latihan gerak aktif pada jari-jarinya.
19

2. Resiko infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme, ditandai dengan :


DS : DO :
a.
b.

Terpasang infus RL 20 tpm di tangan kanan sejak tanggal 25 September 2016


Terdapat luka di ibu jari kaki kanan post amputasi hari pertama.

20

INTERVENSI, IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Tujuan

Perencanaan
Intervensi

Rasional

No

Diagnosa Keperawatan

1.

Tgl 26 September 2016 jam

NOC : Kontrol

NIC : Manajemen Tgl 26 September

Tgl 26 September

Tgl 26 September 2016

07.30 WIB

Nyeri

Nyeri

2016 jam 07.30 WIB

jam 07.40 WIB

Dx. Nyeri akut berhubungan

Tgl 26 September

Tgl 26 September WIB

dengan agen cedera fisik

2016 jam 07.30

2016 jam 07.30

ditandai dengan :

WIB

WIB

DS :

Setelah dilakukan

1. Kaji nyeri

Pasien mengatakan nyeri

tindakan

pasien (lokasi,

pada ibu jari kaki kanan

keperawatan selama

karakteristik,

P : post orif hari pertama

3x24 jam nyeri

durasi, waktu,

Q : berdeyut

dapat tertasi dengan

R : ibu jari kaki kanan

kriteria hasil :

S : skala 5
T : sering

1. Pasien
mengatakan
nyeri
berkurang
2. Skala nyeri 1
atau hilang
3. Ekspresi

skala)
2. Berikan posisi
yang nyaman
dengan
memposisikan

2016 jam 07.30


1.Menentukan
tindakan
selanjutnya
2.Posisi nyaman
dapat mengurangi
nyeri
3.Teknik relaksasi
dapat mengurangi
nyeri
4.Analgesik dapat
mengurangi nyeri

Implementasi

1. Menanyakan

Evaluasi

S : pasien mengatakan

keseluruhan
pasien tentang

sekala nyeri 5
P : post amputasi hari

nyeri yang

pertama

dirasakan.

Q : berdenyut

(Danti)

R : ibu jari kaki kanan


S : skala 5
T : Sering
O:
a. Pasien menahan
nyeri
b. Terdapat luka post

luka pada

amputasi di ibu jari

tempat yang

kaki kanan

datar
3. Kelola

(Danti)
Jam 07.45 WIB
21

wajah rileks

pemberian
analgesik
keterolak 30

S : pasien mengatakan
Jam 07.40 WIB

nyaman jika lukanya

2. Memposisikan

tidak di gerakkan

mg/ 8

luka yang

O : pasien terlihat rileks

jam(08.00,

menyebabkan

16.00, 20.00)

nyeri pada kasur

(Rahma)

dan batasi

Jam 08.10 WIB

gerakkan

S:pasien mengatakan

(Rahma)

senut-senut saat obat


dimasukkan

Jam 08.00 WIB


3. Memberikan
analgetik

O : Pasien meringis
kesakitan
(Wahyu)

ketorolac
30mg/8jam
(jam08.00) melalui

Jam 09.10 WIB

intravena

S : Pasien mengatakan
(Wahyu)

Jam 09.00 WIB


4. Mengajarkan
nafas dalam
(Maivi)

setelah nafas dalam


merasa lebih rileks
O : ekspresi muka
pasien lega
(Maivi)

22

Jam 14.00
S : Pasien mengatakan
nyeri berkurang
setelah diberikan
obat
P : Post amputasi hari
pertama
Q : berdenyut
R : Ibu jari kaki kanan
S : skala 4
T : hilang timbul
O : - Pasien masih
terlihat menahan nyeri
- Injeksi Analgetik
ketorolac
30mg/8jam masuk
jam 08.00
pagi,melalui
intravena
A : Nyeri akut
teratasi sebagian
P : 1. Kaji nyeri

23

pasien(lokasi,karat
eristik, durasi,
skala, waktu,
skala)
2.Ajarkan
dan
edukasikan
persiapan pre
operasi
amputasi dan
penanganan
nyeri post
operasi
amputasi
3. Kelola
pemberian
ketorolak
30mg/8jam
(08.00,16.00,
20.00)
melalui
intravena
24

(Wahyu)

Perencanaan
No

Diagnosa

Implementasi

Evaluasi

Keperawatan
Tujuan

Intervensi

NOC :Keparahan

NIC : Kontrol

Tanggal 26

Tanggal 26 September

Tanggal 26 September

07.30 wib

Infeksi

Infeksi

September 2016

2016 jam 08.00 WIB

2016 jam 08.15 WIB

Dx. Resiko infeksi

Tanggal 26

Tanggal 26

jam 07.30 WIB

1. Memberikan

S : pasien mengatakan

berhubungan dengan

September 2016 jam septembember

masuknya mikroorganisme

07.30 WIB setelah

2016 jam 07.30

ditandai dengan :

dilakukan tindakan

Wib

1. Tgl 26 September 2016 jam

keperawatan selama

1. Observasi

DS :

3 x 24 jam infeksi

tanda tanda

DO:

tidak terjadi dengan

infeksi

Rasional

1. Mencegah

injeksi ceftriaxon

tangannya terasa panas

timbul luka

1 gt/12 jam (pagi

ketika obat di masukkan

baru dan

08.00) melalui

O : pasien menahan nyeri

memperparah

intravena

dan meringis keakitan

luka
2. Panas adalah
salah satu

(Maivi)

(Maivi)

Jam 09.35 WIB


25

a. Terpasang infus nacl


0,9 % 20 tpm
( makro)sejak tanggal
26 juni 2014
b. Terdapat luka di ibu

kriteria hasil :
1. Tidak ada tanda
tanda infeksi
seperti kalor,
rubor, tumor,

jari kaki kanan post

dolor dan

amputasi 3 hari yang

fungsiolesa

tumor ,
dolor
fungsiolesa
2. Ukur suhu
tubuh

tanda infeksi
3. Perawatan
luka untuk
mencegah
infeksi
4. Deteksi dini
adanya infeksi

2. Menginspeksi dan Jam 09.45 WIB


mengkaji tanda

S:-

tanda infeksi

O: tidak ada tanda tanda

kalor, rubor,

infeksi kalor, rubor,

tumor,

tumor, dolor, fungsiolesa

dolor,fungsiolesa A : Nyeri akut teratasi


(Rahma)
sebagian

3. Lakukan

lalu
c. Pasien terlihat rilex

kalor, rubor,

2. Pasien mengerti
tanda tanda
infeksi
3. Suhu tubuh
dalam rentang
normal (35,5o C
37,4o C

P :
1. Anjurkan pasien

perawatan
luka dengan

2.

nacl 0,9 %

rutin minum obat


Anjurkan
lakukan nafas

4. Edukasikan

dalam

tentang
tanda tanda

3.

infeksi

meraasakan nyeri
Imobilisasikan
luka post operasi
agar tidak

4.

menambah nyeri
Pasien
diperbolehkan
pulang

Jam 12.30 WIB


5. Menganjurkan

Jam 12.45WIB
S:
26

pasien

a.

Pasien

melakukan

mengatakan

napas dalam

mengerti dan

saat nanti luka

sudah bisa

post operasi

melakukan nafas

amputasi

dalam

terasa nyeri,

secarabenar
3. Pasien

dan anjurkan

mengatakan akan

minum obat

teratur minum

anti nyeri

obat

sesuai yang
dianjurkan.
(Danti)

(Danti)
S

: Pasien

mengatakan dengan nafas


dalam nyeri dapat
berkurang
O. : Pasien mampu
mendeonstrasikan
distraksi nafas dalam
secara benar
(Maivi)
S : pasien mengatakan
skala nyeri 5, berkurang
27

setelah diberikan obat


dan ltihan gerak aktif
P : post amputasi
Q : kaku dan pegal
R : jari-jari 2, 3, 4, 5,
kaki kanan
S : skala 5
T : selalu
O:
a. Pasien masih terlihat
melakukan latihan gerak
aktif untuk mengurangi
nyeri kaku.
b. pasien mampu
mendemonstrasikan
distraksi nafas dalam
(Wahyu)

28

BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah dilakukan tindakan keperawatan melalui pendekatan proses keperawatan
selama 3 hari, mulai tanggal 26 September sampai 29 September 2016, didapatkan hasil
pengkajian sampai pada pendokumentasian. Pada pembahasan kasus ini, penulis mengacu
pada proses keperawatanmulai dari pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan dan
evaluasi keperawatan sekaligus pendokumentasianya, dengan mebandingkan antara teori
secara ilmiah dan dengan kasus nyata dan hambatan-hambatan dalam asuhan keperawatan
pada pasien Ny. S dengan Diabetes Mellitus Post Amputasi. Pembahasan pada kasus ini
meliputi :
A. Pengkajian
Menurut Harmand (2012-2014), pengkajian merupakan pendekatan yang bertujuan
untuk mengumpulkan informasi atau data tentang pasien secara menyeluruh baik bio,
psiko, sosial dan spiritual. Data diperoleh dari pasien, keluarga pasien, petugas kesehatan,
dan rekam medis pasien dengan menggunakan metode anamnesis, observasi, pemeriksaan
fisik dan studi dokumentasi. Pengkajian keperawatan terdiriatas data subjektif dari
seseorang atau kelompok dan data objektifdari pemeriksaan diagnostik dan sumber lain.
Dari hasil pengkajian tanggal 26 September 2016 terdapat kesenjangan data antara
teori dengan kasus yang ada.
1. Manifestasi Klinis menurut Brooker, Cristine (2001) adalah:
a. Kehilangan anggota gerak (ektremitas atas atau bawah)
b. Nyeri pada bagian yang diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf yang
dekat dengan permukaan.
c. Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa dengan
d.
e.
f.
g.

Keronitis.
Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
Busitis (terbentuk bursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)
Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan furunkulitis.
Sedih dan harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilangan (grieving

process)
1) Data yang ada pada teori dan ada pada kasus
a) Kehilangan anggota gerak (ekstremitas atas atau bawah)
Menurut Pinson dan Asanti (2010), kelemahan anggota gerak
disebabkan oleh gangguan pembuluh datah otak yang memberikan
pasokan darah ke lobus frontal dan pariental akan memberikan gejala
kelemahan anggota gerak dan gangguan rasa.

29

Pada Ny.S mengalami kelemahan anggota gerak pada ibu jari


kaki kanan, karena adanya nyeri dan nekrose. Ibu jari tidak dapat
digerakkan, ibu jari pasien tampak kaku dan lemah untuk digerakkan.
2) Data yang ada dalam teori tetapi tidak ada dalam kasus
a) Nyeri pada bagian diamputasi yang berasal dari neuroma ujung saraf yang
dekat dengan permukaan.
Menurut Potter (2005), nyeri adalah suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau yang dirasakan dalam
kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan.
Menurut Sjamsuhidajat (2007), nyeri dipuntung mungkin berasal
dari neuroma ujung saraf yang terletak terlalu dekat dengan permukaan.
Neuroma dapat ditemukan dengan palpasi karena menimbulkan nyeri
tekan lokal yang khas.
Pada saat dilakukan pengkajian pada Ny.S tanggal 26 September
2016, Ny.S belum mengalami nyeri pada bagian yang diamputasi karena
obat anastesi yang diberikan untuk Ny.S belum hilang. Tetapi Ny.S
mengalami nyeri kaku dan pegal pada jari-jari ke 2, 3, 4, 5 karena efek
dari obat anastesi tersebut.
b) Edema yang apabila tidak ditangani menyebabkan hiperplasia varikosa
dengan keronitis.
Menurut Robbins dan Cotran (2006), edema adalah keadaan
bertambahnya jumlah cairan di dalam ruang-ruang jaringan interstisial
atau rongga tubuh.
Menurut Sjamsuhidajat (2007), pada pasien dengan amputasi
biasanya kulit puntung menunjukkan pigmentasi dan edema. Pada edema
lama, sering terdapat hiperplasia dengan hiperkeratosis.
Pada saat dilakukan pengkajian post op H1 tanggal 26 September
2016, Ny.S tidak mengeluhkan edema pada jari yang diamputasi. Pasien
juga tidak merasakan pada jarinya bengkak.
c) Dermatitis pada tempat tekanan ditemukan kista (epidermal atau aterom)
Menurut Jeyaratnam dan David (2007), dermatitis kontak iritan
adalah akibat luka yang langsung terjadi pada kulit oleh iritan, misalnya
pearut atau detergen. Dermatitis kontak alergi adalah reaksi imunologi
pada kulit cenderung lebih berat. Tidak seperti iritan, allergen tidak
memicu timbulnya dermatitis secara langsung.
Pada saat dilakukan pengkajian post amputasi H1 Ny.S tidak
ditemukan dermatitis atau alergi karena baru H1 post operasi amputasi.
30

d) Busitis (terbentuknya kursa tekanan antara penonjolan tulang dan kulit)


Menurut Maria, Ana (2008), busitis adalah peradangan kandung
lender atau kantung kecil yang berisi cairan. Busitis sering terjadi pada
persendian bahu dan lutut. Radang kandung lender di depan tempurung
lutut merupakan radang kandung lender yang khusus. Kerusakan yang
terjadi akibat penggunaan kandung lender yang menahun dapat
mengakibatkan kemerosotan pada alat ini dan kalsium yang mungkin akan
mengendap di dalam kandung lender itu akan mengakibatkan busitis yang
mengapur.
Pada Ny.S tidak ditemukan tanda-tanda adanya busitis. Karena
pada saat dilakukan pengkajian pasien baru post operasi amputasi H1.
e) Bila kebersihan kulit diabaikan terjadi folikulitis dan frunkulitis.
Menurut Graham, R dan Burns T Brown (2005), folikulitis adalah
infeksi pada bagian superficial dari folikel rambut oleh Staphylococcus
aerus menimbulkan pustule kecil dengan dasar kemerahan pada tengahtengah folikel. Folikulitis merupakan masalah yang umum bagi pasien
eksterma yang diberi pengobatan salep yang mengandung steroid.
Menurut Graham, R dan Burns T Brown (2005), furunkulosis
(bisul) merupakan infeksi yang dalam folikel rambut oleh S.aerus. Timbul
abses nyeri pada tempat infeksi, dan sesudah beberapa hari terjadi
fluktuasi dan titik-titik yang merupakan pusat pustule.
Menurut Sjamsuhidajat (2007), folikulitis dan furunkulosis sering
ditemukan karena kebersihan kulit diabaikan.
Pada Ny.S tidak didapatkan data seperti folikulitis dan
furonkulosis, karena saat pengkajian tidak ditemukan tanda-tanda atau
komplikasi dari tindakan pembedahan amputasi.
f) Harga diri rendah (self esteem) dan diikuti proses kehilngan.
Menurut Carpenito, Lynda Juall (2009), harga diri rendah adalah
kondisi ketika individu, yang sebelumnya memiliki harga diri yang positif,
mengalami perasaan negative mengenai diri sendiri dalam merespons
suatu kejadian (kehilangan, perubahan).
Pada saat dilakukan pengkajian post operasi H1, pasien
mengatakan merasa lega dan tidak apa-apa jarinya hilang supaya lukanya
tidak menyebar lagi.
3) Data yang tidak ada dalam teori tetapi ada dikasus
a) Nyeri pada sekitar amputasi
Menurut Potter (2005), nyeri adalah suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan
31

kerusakan jaringan yang actual atau potensial atau yang dirasakan dalam
kejadian-kejadian dimana terjadi kerusakan.
Pada pengkajian post operasi H1, pasien mengatakan nyeri pada
jari-jari ke 2, 3, 4, 5 kaki kanan post anastesi. Pasien mengatakan nyeri
pegal dan kaku setelah keluar dari ruang operasi. Pasien terlihat
melakukan latihan gerak aktif pada jari-jari ke 2, 3, 4, 5 kaki kanan.
B. Diagnosa Keperawatan
Menurut Rohmah dan Saiful (2010), Diagnosa keperawatan adalah penilaian
klinis tentang respon individu, keluarga, komunitas, terhadap masalah kesehatan atau
proses kehidupan actual ataupun potensial sebagai dasar pemilihan intervensi
keperawatan untuk mencapai hasil dimana perawat harus beratanggung jawab.
Dianosa keperawatan adalah pernyataan jelas, singkat, dan pasti tentang status
masalah kesehatan pasien baik bersifat akurat maupun potensial yang dapat diatasi
melalui tindakan keperawatan. Diagnosa keperawatan dirumuskan berdasarkan:
P : Problem adalah pernyataan singkat yang menunjukkan masalah actual dan resiko
kesehatan.
E : Etiologi adalah ungkapan singkat tentang kemungkinan penyebab resiko pada
masalah actual / masalah resiko pasien.
1. Patofisiologi, yaitu semua proses penyakit yang dapat menimbulkan tanda dan
gejala yang menjadi penyebab timbulnya masalah keperawatan.
2. Situasional, yaitu situasional personal (berhubungan dengan klien sebagai
individu), environtment (berhubungan dengan lingkungan yang berinteraksi
dengan klien)
3. Medication Treatment, yaitu pengobatan atau tindakan yang diberikan yang
memungkinkan terjadinya efek yang tidak menyenangkan yang dapat
diantisipasi atau dicegah dengan tindakan keperawatan.
4. Maturasional, yaitu tingkat atau kematangan atau kedewasaan klien, dalam hal
ini berhubungan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangan.
S : Sign / Sympthom adalah pernyataan khusus tentang perilaku reaksi pasien
sesuai dengan keadaan pasien terhadap masalah tindakan keperawatan dan
managementnya.

32

Diagnosa keperawatan pada pasien dengan dengan Post Operasi Amputasi


menurut Hermand (2012-2014) dan Engram, Barbara (1999), antara lain
sebagai berikut :
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
2. Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder
terhadap amputasi
3. Resiko tinggi terhadap komplikasi : Infeksi, hemoragi, kontraktur, emboli
lemak berhubungan dengan amputasi.
Dari teori menurut Hermand (2012-2014) dan Engram, Barbara (1999).
Ada 1 diagnosa keperawatan yang ada dalam teori ada dalam kasus, ada 1
diagnosa keperawatan yang ada dalam kasus tetapi tidak ada dalam teori, dan
ada 2 diagnosa keperawatan yang ada dalam teori tetapi tidak ada di kasus.
1) Diagnosa keperawatan ada dalam teori dan ada dalam kasus
a) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik
Menurut Potter (2005), nyeri adalah suatu sensori subjektif dan
pengalaman emosional yang tidak menyenangkan berkaitan dengan kerusakan
jaringan yang actual atau potensial atau yang dirasakan dalam kejadiankejadian dimana terjadi kerusakan.
Menurut Carpenito (2006), nyeri adalah keadaan ketika individu
mengalami dan melaporkan adanya rasa ketidaknyamanan yang hebat atau
sensasi yang tidak menyenangkan selama enam bulan atau kurang.
Menurut Hermand (2012-2014), nyeri adalah pengalaman sensori dan
emosional yang tidak menyenangkan yang muncul akibat kerusakan jaringan
atau yang actual atau potensial atau digambarkan dalam hal kerusakan
sedemikian rupa, awitan yang tiba-tiba atau lambat dari intensitas ringan
hingga berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau diprediksi dan
berlangsung kurang dari 6 bulan.
Diagnosa keperawatan ini muncul saat dilakukan pengkajian tanggal 26
September 2016 post operasi amputasi, pasien mengatakan nyeri kaku dan
pegal skala 5 pada jari-jari ke 2, 3, 4, 5 kaki kanan setelah dilakukan anastesi,
pasien terlihat selalu melakukan latihan gerak aktif pada jari-jari 2, 3, 4, 5 kaki
kanan untuk mengurangi kaku dan pegal.
2) Diagnosa yang ada di kasus tetapi tidak ada di teori
a) Resiko Infeksi berhubungan dengan masuknya mikroorganisme
Menurut Carpenito (2006), resiko infeksi adalah keadaan ketika seorang
individu beresiko terserang agen patogenik atau oportunistik (virus, jamur,
33

bakteri, protozoa atau parasit lain) dari sumber-sumber eksternal, sumbersumber eksogen atau endogen.
Menurut Hermand (2012-2014), resiko infeksi adalah mengalami
peningkatan resiko terserang organism patogenik.
Menurut Perry (2005), respon terhadap cidera / infeksi pada tubuh adalah
inflamasi. Peradangan adalah reaksi pencegahan seluler dan vaskuler yang
menetralisasi pathogen dan memperbaiki sel tubuh. Periode inkubasi
masuknya pathogen kedalam tubuh sampai muncul gejala pertama (kalor,
dolor, rubor, tumor, fungsiolesa) tergantung dari ketahanan individu
(kekebalan tubuh) dari pathogen yang lamanya bisa berlangsung 3 hari. Dan
juga ditentukan oleh peningkatan angka leukosit yang normalnya 5000 sampai
10.000/mm3.
Diagnosa keperawatan resiko infeksi ini muncul karena pada saat
pengkajian pada tanggal 26 September 2016 diperoleh data sebagai berikut :
Terpasang Infus RL 20 tpm ditangan kiri sejak tanggal 25 September 2016
terdapat luka di ibu jari kaki kanan post amputasi hari 1.
3) Diagnosa keperawatan yang ada dalam teori tetapi tidak ada dalam kasus
a) Gangguan konsep diri berhubungan dengan perubahan citra tubuh sekunder
terhadap amputasi
Menurut Natawijaya (2000) konsep diri adalah persepsi individu
tentang dirinya, kemampuan dan ketidakmampuan, tabiatnya, harga dirinya,
dan hubungannya dengan oranglain.
Pada kasus Ny.S tidak mengalami gangguan dalam konsep dirinya, hal ini
dibuktikan dengan pasien yakin untuk menjalani operasi amputasi agar
lukanya cepat sembuh.
b) Resiko tinggi terhadap komplikasi : Infeksi, hemoragi, kontraktur, emboli
lemak berhubungan dengan amputasi.
Menurut ahli besar bahasa Indonesia (2008) komplikasi adalah suatu
penyakit baru yang timbul sebagai tambahan penyakit yang sudah ada.
Pada pengkajian post operasi H1 tidak didapatkan tanda-tanda adanya
komplikasi dari tindakan amputasi seperti infeksi, hemoragi, kontraktur,
emboli lemak. Pada H1 post operasi amputasi balutan perban belum dibuka
dan masih bersih dan tidak terjadi infeksi.
C. Perencanaan Keperawatan
34

Menurut kowalak. Jenifer (2006), rencana asuhan keperawatan adalah catatan


yang ada tentang intervensi rencana keperawatan.
Menurut (Asmandi, 2006), rencana asuhan keperawatan adalah pengkajian yang
sistematis identifikasi masalah, penentuan tujuan dan pelaksanaan serta cara dan
strategi.
Perencanaan keperawatan disusun berdasarkan tingkat keutuhan dasar maslow
meliputi kebutuhan fisik, biologis, rasa aman dan nyaman, dicintai dan mencintai,
harga diri dan aktualisasi diri serta sifat masalah yaitu ;
1. Segera apabila perlu pelayanan keerawatan dengan segera karena suatu keadaan
yang mengancam baik keselamatan diri, maupun lingkungan secara aktif.
2. Urgen apabila perlu pelayanan keperawatan yang tepat terhadap suatu keadaan
yang mengancam baik keselamatan diri sendiri mapun lingkungan secara aktif.
3. Non urgen apabila problem timbul secara perlahan-lahan dan dapat ditoliler oleh
pasien sendiri .
Perencanaan ini disusun berdasarkan prinsip SMART yaitu :
S : Spesifik (yaitu tujua harus spesifik dan tidak menimbulkan arti ganda)
M : Measurable (tujuan keperawatan hendaknya dapat diukur khususnya tentang
A
R
T

perilaku pasien dapat dilihat, didengar, diraba, dirasakan)


: Achiveble (tujuan harus dapat dicapai)
: Realistic (nyata)
: Time Limited (waktu yang dibutuhkan)
Dan dalam tindakan tersebut mencakup 4 (empat) aspek yaitu : ONEC

(Observasi, Nursing Treatment, Edukasi, Colaborasi). Berdasarkan prioritas dan


tujuan yang ingin di capai maka penulis merencanaka tindakkan keperawatan
sesuai dengan kebutuhan pasien (Maslow).
Data penyusun rencana tindakan keperawatan untuk masing-masing diagnosa
keperawatan yang muncul sudah sesuai teori. Pada diagnosa keperawatan tertentu
ada perubahan pada rencana tindakan keperawatan karena disesuaikan dengan
kebutuhan dan kondisi pasien.
a. Nyeri Akut berhubungan dengan Agen Cedera Fisik
Penulis menetapkan waktu 3x 24 jam, karena nyeri termasuk
ketidaknyamanan dan jika tidak segera di tangani akan menimbulkan sakit
yang semakin parah karena pasien merasa kesakitan terus menerus.
Nyeri yang di alami Ny .S skala 5 termasuk nyeri sedang, dalam
waktu 3x 24 jam diberikan Analgetik dan distraksi nafas dalam akan teratasi
menjadi skala 1.
Selama dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam, nyeri akut
berhubungan dengan agen cedera fisik dapat teratasi dengan kriteria hasil :
Pasien mengatakan nyeri berkurang
1) Skala nyeri 1
35

2) Ekspresi wajah rileks


Intervensi :
a) Intervensi yang ada dalam teori dan ada dalam kasus (menurut Nurarif dan
Kusuma, 2013) :
- Kaji nyeri pasien
(lokasi, karakteristik, durasi, waktu, skala)
Hal ini dilakukan untuk mengetahui tindakan apa yang harus dilakukan
-

untuk kasus nyeri yang dialami oleh pasien.


Berikan posisi nyaman dengan memposisikan luka pada tempat yang
datar.
Hal ini dilakukan karena dalam posisi nyaman pasien akan rileks dan

dapat menurunkan rasa nyeri.


Ajarkan distraksi relaksasi nafas dalam
Hal ini dilakukan unuk mengurangi rasa nyeri, karena nafas dalam
dapat membuat pasien rileks.
Kelola pemberian analgetik ketorolak 30 mg/8 jam (08.00, 16.00,
20.00)
Hal ini dilakukan sebagai tindakan farmakologis untuk mengurangi

rasa nyeri.
b) Intervensi yang ada di teori tetapi tidak muncul di kasus :
Tidak Ada
c) Intervensi yang tidak ada di kasus tetapi muncul di teori :
Tidak Ada
b. Resiko infeksi berhubungan degan masuknya mikroorganisme
Penulis merencanakan resiko infeksi dapat dicegah dalam waktu 3x 24
jam karena di dalam pencegahan berkembangnya bakteri atau perluasan resiko
infeksi dibutuhkan antibiotik yang harus dilakukan secara berkesinambungan
supaya bakteri tidak semakin banyak. Dosis dan waktu pemberian antibiotik
harus dilakukan secara tepat pada jam yang sudah ditentukan menurut waktu
paruh yang sudah di tentuka. Dalam waktu ini yang telah direncanakan tersebut
diharapkan dapat meminimalkan terjadinya perluasan infeksi semakin parah.
Selama dilakukan tindakan keperawatan 3x 24 jam, resiko infeksi
berhubungan dengan masuknya mikroorganisme dapat teratasi dengan kriteria
hasil :
1) Tidak ada tanda-tanda infeksi seperti kalor, rubor, tumor, dolor, dan
fungsiolesa
2) Pasien mengerti tanda-tanda infeksi
3) Suhu tubuh dalam rentan normal (35,50C-37,40C)
4) Tidak terpasang infuse
Intervensi :

36

a) Intervensi yang ada di teori dan ada di kasus (menurut Nurarif dan Kusuma,
2013) :
- Observasi tanda-tanda infeksi kalor, rubor, dolor, tumor, fungsiolesa
Hal ini dilakukan untuk mengkaji adanya infeksi, sebagai tindakan
-

pencegahan infeksi secara dini.


Plihara teknik aseptik dalam prosedur pemberian pengobatan secara IV
Hal ii dilakukan untuk mencegah terjadnya infeksi akibat dari kontak

dari luar.
Lakukan perawatan luka
Hal ini dilakukan untuk mencegah terjadinya perluasan luka dan

terjadinya infeksi.
Edukasikan tentang tanda-tanda infeksi seperti kalor, rubor, dolor,
tumor, fungsiolesa
Hal ini dilakukan untuk memberikan pengetahuan kepada pasien dan

keluarga, sebagai tindakan preventif pencegahan infeksi secara dini.


Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian antibiotik secara tepat.
Hal ini dilakukan untuk menambah antibody pada tubuh pasien agar

tidak terjadi infeksi.


b) Intervensi yang tidak ada di teori tetapi ada di kasus
- Lakukan aff infus
Hal ini dilakukan untuk menghindari infeksi karena tusukkan infus
sudah 3 hari. Dan persiapan untuk pasien pulang.
c) Intervensi yang ada di teori tetapi tidak ada di kasus :
Tidak Ada

BAB V
PENUTUP

A. KESIMPULAN

37

Peningkatan mutu asuhan keperawatan sangat di butuhkan untuk


meningkatkan kepercayaan masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan oleh
Rumah Sakit. Hal ini terkait dengan kepuasan masyarakat terhadap hasil pelayanan
dan perawatan yang diberikan antara lain mengenai emberian pelayanan perawatan
dalam bidang yang mengutamakan keselamatan dan kesembuhan pasien selama atau
setelah mengalami keadaan sakit.
Setelah melakukan asuhan keperawatan pada pasien Ny.S dengan Post
Amputasi Ulkus Diabetikum pada tanggal 26 September 2016 sampai dengan 29
September 2016 penulis mendapatkan berbagai hal mengenai proses keperawatan
yang biasa digunakan sebagai acuan untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan.
B. SARAN
Berdasarkan pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan
dengan pasien Ny.S dengan Pos Amputasi Ulkus Diabetikum pada tanggal 26
September sampai dengan 29 September 2016, penulis menemukan hal-hal yang
dapat dijadikan masukkan dalam meningkatkan mutu asuhan keperawatan.

DAFTAR PUSTAKA
Helmi, Zairin. 2012. Buku Ajar Gangguan Muskuloskeletal. Jakarta: Salemba Medika

Kowalak,Jennifer,dkk.2006. Buku Ajar Patofisiologi alih bahasa : Andri Hartono.


Jakarta : EGC

38

Muttaqin, A. 2012. Buku Saku Gangguan Muskuloskeletal Aplikasi pada Praktek Klinik
Keperawatan. Jakarta: EGC

Nurarif & Kusuma. 2013. Aplikasi asuhan keperawatan berdasarkan diagnosa medis
& NANDA NIC NOC. Yogyakarta : Media action.

Riyadi, S. 2011. Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

39

40

Anda mungkin juga menyukai