PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Studi ekskursi merupakan suatu kegiatan yang dilaksanakan untuk meningkatkan
pengetahuan dan kemampuan mahasiswa Universitas Udayana, terutama dalam bidang
arsitektur baik di bidang akademis dan non akademis, selain itu juga, dapat menambah
wawasan mahasiswa itu sendiri. Arsitektur merupakan ilmu dan seni perencanaan dan
perancanaan lingkungan binaan, mulai dari lingkup makro, seperti perencanaan dan
perancangan kota, kawasan, lingkungan, dan lansekap, hingga lingkup mikro, seperti
perencanaan dan perancangan bangunan,interior, prabot dan produk. Dalam dunia
arsitektur mahasiswa dituntut tidak hanya memahami materi saja, tetapi diharapkan sebisa
mungkin untuk memahami dan mengetahui perkembangan arsitektur yang sedang
berkembang. Studi ekskursi Universitas Udayana Fakultas Teknik Jurusan Arsitektur
dilaksanakan pada tanggal 19 September 2016 sampai tanggal 22 September 2016,
mengambil tempat gedung MPR/DPR RI Jakarta, dan The Spring Lake Summarecon
Bekasi. Kegiatan studi ekskursi diharapkan bisa membantu mahasiswa untuk lebih
memahami dan menambah pengetahuan mengenai materi penghawaan alami.
Udara adalah komponen penting dalam kehidupan. Tanpa udara mahluk hidup tidak
dapat bernafas. Apabila kekukarangan udara, manusia tidak dapat melakukan kegiatan
sebagaimana mestinya karena organ-organ di dalam tubuh tidak dapat berfungsi dengan
baik. Didalam merancang sebuah bangunan, masalah penghawaan yang terkait suhu
udara dalam ruangan merupakan hal yang penting untuk dicermati, karena hal ini
berhubungan langsung dengan kenyamanan manusia dalam melakukan aktivitas di dalam
ruangan tersebut.
Banyak hal dan faktor-faktor yang harus diperhatikan dalam merancang sistem
penghawaan dalam sebuah bangunan. Mulai dari faktor internal hingga faktor eksternal.
Yang termasuk faktor internal contohnya, jumlah manusia yang melakukan aktivitas di
dalam ruangan tersebut. Sedangkan faktor eksternal yaitu lingkungan yang berada di
sekitar bangunan. Dalam menciptakan sistem penghawaan, salah satu yang diinginkan
adalah terciptanya kenyamanan termal. Kenyamanan termal adalah suatu kondisi yang
dialami oleh manusia akibat pengaruh dari lingkungannya. Kondisi tersebut antara lain
dipengaruhi oleh suhu udara, kecepatan angin, dan kelembaban udara. Ada dua jenis
sistem penghawaan untuk menciptakan kenyamanan termal, yaitu penghawaan alami dan
penghawaan buatan.Dengan makalah ini mahasiswa diharapkan mengetahui dan
menerapkan materi penghawaan alami.
1.2
Rumusan Masalah
1. Bagaimana penghawaan alami pada gedung MPR/DPR RI Jakarta ?
2. Bagaimana penghawaan alami pada apartemen The Spring Lake Summarecon Bekasi,
Jawa Barat ?
3. Apa pengaruh dan manfaat penghawaan alami dalam suatu bangunan atau gedung ?
1.3
Tujuan Penulisan
1. Mengetahui bagaimanaa sistem penghawaan alami yang terdapat dalam bangunan
gedung MPR/DPR RI dan apartemen The Spring Lake Summarecon Bekasi.
2. Mampu merancang sebuah bangunan menggunakan penghawaan alami yang baik.
3. Mengetahui manfaat dari penerapan penghawaan alami dalam suatu bangunan.
1.4
Manfaat Penulisan
1. Bagi Mayarakat
Diharapkan masyarakat mengetahui sistem penghawaan alami yang baik dan
menerapkannya dalam merancang sebuah bangunan.
2. Bagi Universitas Udayana
Meningkatkan mutu pembelajaran Universitas Udayana, khususnya Fakultas
3. Bagi Mahasiswa
Menambah wawasan dan pengalaman mengenai sistem penghawaan alami yang
baik,
berguna
dalam
proses
pembelajaran
atau
perkuliahan
dan
mampu
BAB II
METODE DAN OBJEK
2.1
Metodologi Pendataan
Metodologi pendataan yang digukan dalam pembuatan lapora hasil analisa objek yang
terkait dengan pembahasan makalah, menggunakan beberapa cara :
1. Metode analisis
Mendapatkan data langsung dari lapangan atau bangunan yang di survei, membuat
laporan berupa analisa objek terkait sistem penghawaan alai yang diterapkan dalam
bangunan gedung MPR/DPR RI Jakarta, dan apartemen The Spring Lake
Summarecon Bekasi.
2. Metode Wawancara
Mendapat tambahan materi dari pemilik bangunan MPR/DPR RI dan apartemen The
Spring Lake Summarecon tentang sistem penghawaan alami.
3. Literatur
Mendapat sumber informasi dan tambahan ilmu pengetahuan dari buku-buku literatur
dan sumber-sumber refrensi lainnya yang berhubungan dengan sistem penghawaan
alami pada suatu bangunan.
2.2
Identitas Objek
Bangunan yang kami observasi dalam pembahaasan tentang siste penghawaan alami
adalah sebuah bangunan dengan fungsi privat dan komersial, bangunan ini adalah gedung
MPR/DPR RI Jakarta dan apartemen The Spring Lake Summarecon, Bekasi.
Nama
Alamat
Peta Lokasi :
Telepon
: bekasisummarecon@gmail.com
Kota Summarecon Bekasi dikembangkan di lahan 240 ha, dirancang sebagai modern
compact city sebagai ikon kawasan hunian yang nyaman dengan lingkungan asri, pusat
komersial terkemuka, dan dilengkapi berbagai fasilitas berskala kota. Dengan tata
ruangnya yang terpadu dan terintegrasi, masterplan kota Summarecon Bekasi terdiri dari
zona Commercial yaitu Sentra Summarecon Bekasi (Mall, Shop Houses, Office Park,
Hotel), Trade Center, Modern Fresh Market, Automotive Center, Financial Center, dan
Building Material Center. Untuk zona Residential terdiri dari cluster hunian yang modern
dan thematic yang dilengkapi fasilitas club house dengan kolam renang dan sarana
10
11
Nama
: Gedung MPR/DPR RI
Alamat
12
: set_tu_ketua@dpr.go.id,
set_tu_korekku@dpr.go.id,
set_tu_korpolkam@dpr.go.id,
set_tu_korinbang@dpr.go.id,
set_tu_korkesra@dpr.go.id
Website
13
: http://www.dpr.go.id/id/\
Sejarah Bangunan :
Gedung DPR/MPR dibangun atas perintah Sukarno. Semula ditujukan untuk
penyelenggaraan Conference of the New Emerging Forces (Conefo). Proyeknya digarap
pemenang sayembara, yaitu tim dari Departemen Pekerjaan Umum dan Tenaga Listrik
yang dipimpin Sujudi Wirjoatmodjo, arsitek jebolan Technische Universitat Berlin Barat.
Pemancangan tiang pertama pada 19 April 1965. Pembangunan terhenti karena meletus
peristiwa Gerakan 30 September 1965.
Kompleks Parlemen didirikan pada 8 Maret 1965. Saat itu, Presiden Soekarno
mencetuskan untuk menyelenggarakan CONEFO (Conference of the New Emerging
Forces) yang merupakan wadah dari semua New Emerging Forces. Anggota-anggotanya
direncanakan terdiri dari negara-negara Asia, Afrika, Amerika Latin, negara-negara
Sosialis, negara-negara Komunis, dan semua Progresive Forces dalam kapitalis. Conefo
dimaksudkan sebagai suatu tandingan terhadap Perserikatan Bangsa-bangsa (PBB).
Melalui Keppres No. 48/1965, Soekarno menugaskan kepada Soeprajogi sebagai Menteri
Pekerjaan Umum dan Tenaga (PUT). Menteri PUT kemudian menerbitkan Peraturan
Menteri PUT No. 6/PRT/1965 tentang Komando Pembangunan Proyek Conefo. Gedung
Kura-kura alias Gedung Parlemen RI yang berada di Kompleks Parlemen berdiri di atas
lahan wakaf bekas lembaga pendidikan Islam yakni Madrasah Islamiyah yang merupakan
cikal bakal lahirnya Pondok Pesantren Darunnajah.
Pembangunan
Menteri PUT kemudian menerbitkan Peraturan Menteri PUT No. 6/PRT/1965 tentang
Komando Pembangunan Proyek Conefo. Bertepatan dengan Perayaan Dasa Warsa
Konferensi Asia-Afrika pada 19 April 1965 dipancangkanlah tiang pertama pembangunan
proyek political venues di Senayan Jakarta. Rancangan Soejoedi Wirjoatmodjo Dpl Ing
ditetapkan dan disahkan presiden pada 22 Februari 1965. Maketnya menampakkan
seluruh bangunan komplek dan rancangan aslinya tampak keseluruhan saat dipandang
dari Jembatan Semanggi.
Ketika pembangunannya dilanjutkan oleh pemerintah Orde Baru pimpinan Presiden
Soeharto, nuansa danau buatan tak tampak dan bangunan komplek terlihat ketika
14
melewati Jalan Gatot Subroto. Ruang Arkada di bawah tanah ditiadakan dan luasnya
menjadi 60 ha, dengan luas bangunan sekitar 80.000 m2.
Gedung
Komplek Parlemen terdiri dari Gedung Nusantara yang berbentuk kubah, Nusantara I
atau Lokawirasabha setinggi 100 meter dengan 24 lantai yang mengalami kemiringan 7
derajat, Nusantara II, Nusantara III, Nusantara IV, dan Nusantara V. Di tengah halaman
terdapat air mancur dan "Elemen Elektrik". Juga berdiri Gedung Sekretariat Jenderal dan
sebuah Masjid. Atas amendemen Undang-undang Dasar 1945 (UUD'45), dalam Komplek
DPR/MPR telah berdiri bangunan baru untuk kantor Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Lokasi
Kompleks Parlemen termasuk dalam wilayah Kelurahan Gelora, Kecamatan Tanah
Abang, Jakarta Pusat. Sebelah barat berbatasan dengan Jalan Gelora, sebelah selatan
dengan Kompleks Kantor Kementerian Pemuda dan Olahraga, Kompleks Televisi
Republik Indonesia (TVRI), dan Komplek Taman Ria Senayan, di sebelah timur
berbatasan dengan Jalan Gatot Subroto, dan Kompleks Kementerian Kehutanan (Gedung
Manggala Wanabakti) di sebelah utaranya.
15
BAB III
DATA DAN PEMBAHASAN
3.1
Penghawaan Alami
Penghawaan alami dapat diartikan menjadi beberapa pengertian antara lain,
pergerakan udara masuk ke dalam dan ke luar dari ruangan tertutup, pertukaran udara,
perputaran udara secara bebas, dan merupakan proses untuk memasukkan udara segar
kedalam bangunan gedung dalam jumlah yang sesuai kebutuhan. Penghawaan alami
dapat dipengaruhi oleh :
1.
2.
3.
4.
Pencahayaan
Kelembaban
Luas bukaan
Orientasi bangunan
Berikut akan dijelaskan penghawaan alami pada bangunan gedung MPR/DPR RI dan
The Spring Lake Summarecon.
3.2
16
3.2.2
Penghawaan
pada
ruang
rapat Paripurna 1
Ruang rapat paripurna 1 terletak pada lantai 3 bangunan MPR/DPR. Atap
gedung MPR/DPR RI ini berbentuk cangkang, sehingga ada rongga di bawahnya.
Dahulu, penghawaan alami pada gedung ini memanfaatkan rongga yang ada di
bawah atap. Sehingga, di ruang rapat paripurna 1 dapat memaksimalkan
penghawaan alami dan mengurangi penggunaan penghawaan alami. Sirkulasi
penghawaan pun sangat baik dan pengguna tidak merasakan sesak saat di dalam
ruangan.
Namun, seiring perkembangan jaman, pepohonan yang ada di sekitar
lingkungan MPR/DPR banyak yang ditebang. Sehingga, hal tersebut membuat
burung-burung yang menempati pohon-pohon tersebut memilih ruang rapat
paripurna sebagai rumahnya. Burung-burung tersebut masuk melalui rongga
yang ada di bawah atap. Sehingga ruangan menjadi kotor oleh kotoran burung
yang beterbangan di atas ruangan. Maka, sekarang rongga yang terdapat di bawah
atap ruang paripurna ditutup menggunakan kaca dan burung pun tidak bisa masuk
kembali. Dampak negatif yang ditimbulkan dari penutupan rongga tersebut adalah
penghawaan alami tidak dapat masuk sehingga kini ruang rapat paripurna 1
memaksimalkan
penggunaan
17
penghawaan
buatan
agar
sirkulasi
udara
3.3
18
untuk
memasukkan
yang ada di luar ruangan. Setelah udara masuk, maka udara kotor di dalam
ruangan akan keluar melalui
eksospen yang ada di bagian
yang berlawanan. Sehingga,
udara bersirkulasi dengan
baik. penggunaan eksospen
ini agar udara yang keluar
disaring
terlebih
dahulu
19
20
3.3.2
3.3.3
21
22
3.4
3.4.3
23
24
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1
Kesimpulan
Dari hasil pembahasan tentang Penghawaan Alami pada bangunan gedung MPR/DPR RI
dan apartemen The
Spring
Summarecon
maka
dapatMPR/DPR
diambil kesimpulan
:
Gambar
3.7 Lake
: Kolam
air mancur diBekasi,
Halaman
Gedung
RI
Penghawaan alami sangatSumber
baik : Foto
digunakan
Dokumenpada suatu bangunan karena
penghawaan
alami
bersirkulasi
dengan
biaya.
Penghawaan
alami di
gedung
MPR/DPR
RI
memanfaatkan
bukaan
sebagai tempat
Gambar 3.8 : Kolam renang di Halaman apartemen The Spring Lake Summarecon
keluar masuknya udara dan pada ruang rapat paripurna 1 dahulu memanfaatkan
Sumber : Foto Dokumen
Saran
Untuk dapat memaksimalkan penghawaan alami, maka penulis memberikan beberapa
saran yang dapat digunakan baik untuk gedung MPR/DPR RI maupun apartemen The
Spring Lake Summarecon :
Untuk setiap bangunan agar menambah jumlah bukaan pada setiap ruangan sesuai
dengan fungsi ruangan tersebut.
Posisi dan letak bukaan semoga diperhitungkan agar sesuai dengan arah
datangnya angin.
25
Luas bukaan juga harus diperhitungkan agar angin yang masuk tidak terlalu
banyak ataupun terlalu sedikit.
Gunakan beberapa alat seperti barrier untuk menghalau sinar matahari agar tidak
masuk namun angin tetap bisa keluar-masuk ruangan agar sirkulasi tetap berjalan
dengan baik.
26