O
L
E
H
NAMA : FEBRI DIO PARSE
KELAS : IX a
MATA PELAJARAN : IPA FISIKA
KUANTAN SINGINGI
SMP NEGERI 1 SENTAJO RAYA
SEJARAH MAGNET
Sejarah Awal Penemuan Magnet
Sejak zaman dahulu telah diketahui beberapa bijih mineral atau batuan warna metalik
bersifat menarik partikel besi. Mineral atau batuan itu disebut magnetik atau batuan
bermuatan.
Thales,
seorang filosof Yunani yang hidup pada abad VI SM, adalah orang
pertama yang menaruh perhatian pada sifat biji besi. Akan tetapi,
kemungkinan sebelum itu pun telah banyak diketahui.
Setelah masa Thales, batuan bermuatan itu sering disebut
dalam tulisan kuno. Batu bermuatan itu dinamai magnet,
kata magnet berasal dari kata magnesia yang berarti sebuah
wilayah di Asia kecil, tempat ditemukannya banyak endapan
magnetik.
Kisah lain memberikan keterangan aneh tentang asal kata magnet. Menurut kisah ini,
pada sutu hari seorang penggembala bernama Magnes sedang menjaga binatang
gembalanya di lereng gunung Ida di Asia kecil. Ia melihat ujung besi tongkatnya tertarik
ke tanah. Magnes menggali tempat sekitar tertariknya ujung tongkat besinya dan
menemukan tongkat itu ditarik oleh batu bermuatan yang banyak terdapat di tempat itu.
Selanjutnya, batu bermuatan itu dinamakan magnet untuk menghormati penggembala
yang menemukannya. Para Ilmuwan menjelaskan bahwa kisah itu bermula jauh sesudah
magnet lazim dipergunakan.
Kata magnet berasal dari bahasa Yunani yaitu magnes atau magnetis lithos yang berarti
batu dari magnesia. Magnet merupakan benda yang dapat menarik benda-benda lain di
sekitarnya seperti besi, baja, dan kobalt. Sifat kemagnetan suatu bahan ditentukan oleh
spin elektron dan gerak elektron mengelilingi inti.
Spin elektron membentuk momen magnetik yang merupakan magnet-magnet kecil
(magnet elementer). Spin elektron tersebut berpasangan dan tidak menimbulkan sifat
kemagnetan, karena arah spinnya berlawanan sehingga saling meniadakan. Spin elektron
yang tidak berpasangan bersifat sebagai magnet kecil. Sebuah magnet merupakan
gabungan dari spin elektron (magnet-magnet kecil) yang arah spin (utara-selatan)-nya
sama.
Teori Kemagnetan
Untuk menjelaskan tentang magnet, Weber telah mengmukakan teorinya yang disebut
dengan hipotesis Weber yang isinya sebagai berikut :
1. Bahan magnetik terdiri atas atom-atom magnetik yang disebut magnet elementer.
Setiap magnet memiliki kutub utara dan kutub selatan. Ketka magnet dipotong, maka
potongan-potongan tersebut akan menjadi magnet baru yang juga mempunyai kutub
utara dan kutub selatan. Jika pemotongan terus dilakukan hingga sekecil-kecilnya, maka
akan terbentuk atom magnet. Atom magnet tersebut pun akan memiliki kutub utara dan
kutub selatan.
2. Pada bahan yang belum menjadi magnet, maka magnet elementernya belum tersusun
dengan teratur. Sehingga kutub utara sebuah magnet elementer terhubung dengan kutub
selatan pada magnet elementer yang lain. Dengan demikian, magnet-magnet elementer
pada bahan tersebut terangkai seperti lingkaran.
3. Pada bahan yang sudah menjadi magnet, magnet elementer sudah tersusun dalam
barisan yang teratur dengan pola lurus. Kutub utara bertemu dengan kutub selatan
dengan berurutan.
4. Magnet elementer besi mudah diarahkan sehingga besi lebih mudah dijadikan magnet.
Akan tetapi sifat kemagnetan besi mudah hilang. Sedangkan magnet elemeter baja
sangat sukar diarahkan, akan tetapi ketika sudah bisa diarahkan, sifat kemagnetannya
akan bertahan lama.
Sufat-Sifat Magnet :
Memiliki dua kutub, yaitu kutub utara dan kutub selatan. Kutub utara adalah kutub
magnet yang selalu mengarah ke kutub utara bumi. Kutub selatan adalah kutub magnet
yang mengarah ke selatan bumi.
Kutub yang sama akan tolak-menolak. Kutub yang tidak sama akan tarik-menarik.
Pada pelajaran listrik telah dikaji bahwa jika sebuah muatan diletakkan dalam medan
listrik, ia mengalami gaya listrik dan energi listriknya dapat dipakai sebagai tenaga gerak
untuk berpindah tempat. Hal yang sama terjadi pada magnet. Jika sebatang magnet
diletakkan dalam suatu ruang, maka terjadi perubahan dalam ruang ini, yaitu pada setiap
titik dalam ruang akan terdapat medan magnetik.
Arah medan magnetik di suatu titik didefinisikan sebagai arah yang ditunjukkan oleh
kutub utara jarum kompas ketika ditempatkan pada titik tersebut.
Sama seperti medan listrik, medan magnetikpun dapat digambarkan dalam bentuk garisgaris khayal yang disebut garis medan magnetik. Garis medan magnetik dapat
digambarkan dengan pertolongan sebuah kompas. Untuk menunjukkan garis medan
magnet yang disebabkan oleh sebuah magnet batang, dilakukan dengan jarum kompas.
Arah medan magnetik di suatu titik pada garis medan ini ditunjukkan dengan arah garis
singgung di titik tersebut.
1) Medan magnet di sekitar kawat lurus berarus listrik
Di sekitar kawat yang berarus listrik terdapat medan yang dapat mempengaruhi posisi
magnet lain. Magnet jarum kompas dapat menyimpang dari posisi normalnya bila
dipengaruhi oleh medan magnet. Percobaan ini pertama kali dilakukan oleh Oersted pada
tahun 1820. Untuk melihat model percobaan ini lihat bagian kerja ilmiah. Berdasarkan
percobaan ini dapat disimpulkan bahwa arus listrik (muatan yang bergerak) dapat
menimbulkan medan magnetik.
Pada pembahasan listrik statis telah dibahas bahwa muatan listrik statis tidak berinteraksi
dengan batang magnet. Penemuan Oersted telah membuka wawasan baru mengenai
hubungan listrik dan magnet, yaitu bahwa suatu muatan listrik dapat berinteraksi dengan
magnet ketika muatan itu bergerak. Penemuan ini membangkitkan kembali teori tentang
muatan magnet, yaitu bahwa magnet terdiri dari muatan listrik. Ampere mengusulkan
bahwa sesungguhnya batang magnet yang statis (diam) itu terdiri dari muatan-muatan
listrik yang senantiasa bergerak dan kemagnetan itu adalah suatu fenomena. Konsep
muatan magnet dari Ampere ini akan kita bahas nanti (lihat konsep Ampere).
Penyelesaian integral persamaan di atas sangat bergantung pada bentuk kawat. Besar
perkalian silang vektor menghasilkan sinus . Dengan demikian, persamaan besar induksi
magnetic di sekitar kawat berarus adalah:
dengan sudut apit antara elemen arus i dl dengan vektor posisi r.
Untuk kawat yang sangat panjang, nilai batasnya ditentukan yaitu: batas bawah adalah
dan batas atas adalah . Batas-batas p dan 0, Berdasarkan Gambar 4.2.5, sin = a/r,
r = = a cosec , cot = l/a, l=a cot q, dl = -a cosec2 d. Dengan demikian, persamaan
4.2.5, dapat dituliskan:
Gaya Lorentz
Gaya Lorentz adalah gaya yang ditimbulkan oleh muatan listrik yang bergerak atau oleh
arus listrik yang berada dalam suatu medan magnet (B). Arah gaya ini akan mengikuti
arah maju skrup yang diputar dari vektor arah gerak muatan listrik (v) ke arah medan
magnet (B), seperti yang terlihat dalam rumus berikut:
F=q.v.B
Keterangan:
F = gaya (Newton)
B = medan magnet (Tesla)
q = muatan listrik ( Coulomb)
v = arah kecepatan muatan (m/t)
Sebuah partikel bermuatan listrik yang bergerak dalam daerah medan magnet homogen
akan mendapatkan gaya. Gaya ini juga dinamakan gaya Lorentz. Gerak partikel akan
menyimpang searah dengan gaya lorentz yang mempengaruhi. Arah gaya Lorentz pada
muatan yang bergerak dapat juga ditentukan dengan kaidah tangan kanan dari gaya
Lorentz (F) akibat dari arus listrik, I dalam suatu medan magnet B. Ibu jari, menunjukan
arah gaya Lorentz . Jari telunjuk, menunjukkan arah medan magnet ( B ). Jari tengah,
menunjukkan arah arus listrik ( I ). Untuk muatan positif arah gerak searah dengan arah
arus, sedang untuk muatan negatif arah gerak berlawanan dengan arah arus.
Jika besar muatan q bergerak dengan kecepatan v, dan I = q/t maka persamaan gaya
adalah:
FL = I . . B sin
= q/t . . B sin
= q . /t . B sin
= q . v . B sin
*Karena /t = v
Sehingga besarnya gaya Lorentz yang dialami oleh sebuah muatan yang bergerak dalam
daerah medan magnet dapat dicari dengan menggunakan rumus :
F = q . v . B sin
Keterangan:
F = gaya Lorentz dalam newton ( N )
q = besarnya muatan yang bergerak dalam coulomb ( C )
v = kecepatan muatan dalam meter / sekon ( m/s )
B = kuat medan magnet dalam Wb/m2 atau tesla ( T )
= sudut antara arah v dan B