Anda di halaman 1dari 6

Nama

Kelas

: Febri Dio Parse


:XIII IPS1

Baju Batik Kenangan


Lelaki itu tak hentinya memandangiku. Entah apa yang ada dalam
benaknya. Mungkin ia tidak tahu kalau aku memperhatikan gelagatnya ketika ia
baru saja duduk di kursi berwarna abu-abu itu sedari tadi. Aku benar-benar tidak
bisa fokus tuk mengalahkan motor-motor tangguh yang silih berganti
meninggalkan kecepatanku. Aku nanti akan menyalahkan lelaki tua itu jika aku
kalah pada permainan game balap motor di gadget yang baru dibelikan mama
sebulan yang lalu ini.
Duduk di kursi ruang tamu sudah menjadi kebiasaan lelaki itu setiap malam.
Setelah shalat maghrib, ia akan membawa secangkir teh dan beberapa potong roti.
Tak lupa, koran yang belum selesai ia tamatkan pada siang harinya akan ia
rampungkan tuk membacanya pada malam hari. Jika tumpukan koran itu telah
selesai ia baca, selanjutnya ia akan menghidupkan TV yang tepat ada di
hadapannya. Ia akan mematung di depan stasiun TV berita yang sepanjang hari
akan menyiarkan berbagai peristiwa yang sedang terjadi di sepantar negeri. Ia
juga memang sangat hobi menonton berita, walaupun usianya sudah renta namun
ia tidak mau ketinggalan info terkini.
Sorot mata lelaki itu mengantarkanku pada kekalahan permainan balap
motor malam ini. Aku ingin sekali memarahinya. Ketika aku akan berubah jadi
iblis garang yang akan mengancamnya, nalar telah terlebih dahulu menjadikanku
sesosok malaikat yang sedang teringat akan semua kebaikan-kebaikan lelaki itu.
Aku harus sabar. Aku tidak seharusnya melampiaskan rasa kesal kepada lelaki
yang sudah di usia senja itu.
Entah kenapa tatapannya sedari tadi terhenti padaku, bukan pada koran yang
sedang ia pegang. Apa perbuatanku ada yang salah hari ini ?. Aku rasa tidak. Atau
ada yang ingin ia katakan ?. Kelihatannya tidak juga. Biasanya jika ada yang ingin

ia katakan, pasti akan langsung ia ungkapkan tanpa harus menunggu aku selesai
bermain game. Entahlah apa maksud sorot matanya yang penuh dengan tanda
tanya.
***
Udah selesai main gamenya Cu ? ujar lelaki yang sedari tadi menatapku
itu.
Udah Tuk
Atuk masih saja memandangiku.
Ada apa Tuk ?
Atuk terdiam. Tatapannya kosong. Sorot matanya semakin tajam meluncur
pada baju yang sedang kukenakan.
Baju batik cucu Atuk ini siapa yang beli ?
Mama Tuk
Kapan mama beli ?
Tadi Tuk, selepas pulang dari kantor
Di mana ?
Di plaza. Ada apa Tuk, ada yang salah ?
Atuk terdiam sejenak.
Baju yang sedang Riki pakai ini mengingatkan Atuk pada masa 60 tahun
silam
Maksud Atuk ?
Baju yang sedang Riki kenakan ini sama persis dengan baju Atuk dulu, itu
baju favorit Atuk, dibelikan eyang buyutmu ketika Atuk juara kelas waktu SD.

Baju itu juga merupakan baju yang paling sering Atuk gunakan ketika bermain
petak umpet. Atuk rasa baju itu selalu membawa keberuntungan ketika bermain
permainan tradisional itu. Atuk tidak pernah kalah. Atuk tidak pernah menjaga
pohon petak umpet. Atuk serasa bermimpi ketika melihat baju yang Riki pakai.
Ternyata di era modern ini masih ada baju batik yang sama persis dengan
kepunyaan Atuk dulu
Oo, jadi itu sebabnya atuk memperhatikan Riki semenjak tadi
Atuk tersenyum sumringah.
Kata guru kesenian Riki di sekolah Tuk, suatu mode itu akan kembali
populer secara berulang-ulang
Maksud cucu ?
Begini Tuk, apa yang pernah populer pada masa dulu akan kembali populer
pada masa-masa tertentu. Jadi baju yang dibuat dengan mode tertentu pada zaman
dulu akan kembali bisa populer pada zaman sekarang
Benarkah ?
Aku mengangkukkan kepala.
Berarti petak umpet juga akan kembali populer suatu saat ?
Petak umpet ?
Iya
Riki tidak tahu kalau masalah itu Tuk
Kenapa tidak tahu ?
Riki tidak banyak tahu tentang petak umpet
Benarkah ?
Iya Tuk. Emangnya permainan petak umpet itu seperti apa ya Tuk ?

Petak umpet itu adalah salah satu permainan tradisional yang sudah mulai
dilupakan
Benarkah ?
Atuk menganggukkan kepala.
Dulu, ketika semasa atuk, petak umpet merupakan salah satu permainan
favorit para anak-anak seusia Riki di kota kita ini. Atuk juga sangat senang ketika
ikut main petak umpet. Satu orang yang kalah akan menjaga pohon petak umpet,
selainnya akan bersembunyi. Si penjaga pohon petak umpet akan mencari kawankawannya yang sedang bersembunyi, sehingga setiap orang yang kedapatan
terlihat di tempat persembunyian maka ia akan menjadi penjaga pohon petak
umpet
Atuk terlihat sangat terharu ketika menceritakan kisah permainan petak
umpet itu. Air matanya seolah ingin meluap namun ia tahan. Beliau menceritakan
permainan tradisional itu dengan serius dan penuh keprihatinan.
Kenapa sekarang permainan petak umpet tidak ada lagi di kota kita ini
Tuk?
Entahlah cucuku, Atuk juga kurang tahu. Mungkin anak-anak zaman
sekarang lebih memilih main game dengan gadget
Atuk berdiri dari tempat duduknya.
Tunggu di sini sebentar, Atuk ke kamar dulu
Mau ngapain Tuk ?
Tunggu aja di sini, nanti cucu Atuk akan tahu
***
Atuk keluar dari kamar. Beliau berjalan gontai menuju tempatku menunggu.
Atuk menunjukkan baju batik kesayangannya dulu padaku. Memang sangat persis

dengan baju yang sedang aku pakai sekarang. Warna, corak dan jenis sulamannya
benar-benar tak ada bedanya, hanya saja baju batik Atuk ini sudah kelihatan mulai
lusuh dimakan usia.
Benar kan yang atuk bilang, bajumu sama persis dengan baju kesayangan
Atuk
Aku menganggukkan kepala pertanda mengiyakan perkataan beliau.
Memori ingatan Atuk kembali terbawa pada masa silam. Atuk berkisah.
Malam itu mereka beberapa sekawan sedang bermain petak umpet di halaman
rumah. Tiba-tiba temannya yang bernama Hasan berteriak ketakutan ketika
bersembunyi di belakang rumah yang agak gelap.
Setan teriak Hasan, anak yang sangat penakut di masa itu, sembari
berlari terbirit-birit.
Mana setannya, agar kita cingcang ? jawab Roni, kawan Atuk yang paling
berani.
Di sana tadi, di belakangku, pas waktu sembunyi
Ayo kita lihat
Kalian aja yang melihatnya, aku tak berani lagi
Dasar penakut kau Hasan kata Roni,
Beberapa orang itu pun berjalan perlahan menuju tempat persembunyian
Hasan tadi. Jika benar, mereka sudah tidak sabar lagi akan bertemu dengan setan
yang dimaksud Hasan itu.
Haha Ada apa ? ujar Atuk.
Kata Hasan di sini tadi ada setan
Haha mana ada, cuma aku aja tadi yang datang ke belakang Hasan,
haha

Atuk tampak sangat bahagia bercampur haru ketika menceritakan kenangan


hidupnya yang takkan terlupakan itu.
Sesaat kemudian suasana senyap. Entah kenapa raut ceria wajah Atuk tibatiba berubah drastis menjadi seolah memperlihatkan perasaan tidak karuan.
Mungkin beliau merasa sudah penat senyam-senyum sedari tadi bercerita kisah
ketika bermain petak umpet dulu atau ?. Entahlah.
Atuk, aku juga ingin suatu saat nanti bisa membawa baju batikku ini
bermain petak umpet seperti yang pernah Atuk lakukan dengan baju batik Atuk
dulu
Benarkah ?
Iya tuk, benar, benar, benar
Kalau begitu, Atuk akan berdoa agar diberikan umur panjang, hingga
suatu saat kelak Atuk bisa melihat cucu kesayangan ini bermain petak umpet

Anda mungkin juga menyukai