Masalah yang begitu merepotkan, sampai saat ini, masih belum terselesaikan.
Berpikir dari sudut pandangnya, hal ini hanya bisa disebut mengabaikan tugas,
atau menelantarkan misi.
Tidak, lebih tepatnya, sejak saat itu, dia terus mengesampingkan misi yang
seharusnya ia selesaikan sambil melewati hari-harinya dengan santai.
Kalau dia mau, akan sangat mudah baginya untuk membuang alasan di mana
ia tidak punya pilihan lain.
Tapi jika dia bertanya pada dirinya sendiri apa dia bisa dengan aktif membuat
keputusan setiap saat atau tidak, jawabannya pasti akan selalu negatif.
Dari awal sampai akhir, dia hanya berpikir untuk menyelesaikan keadaan yang
ada di hadapannya sambil mengabaikan tujuannya, dan ketika dia tersadar, dia
mendapati kalau melakukan semua itu ternyata sangatlah menyenangkan, jadi
sampai sekarang, tujuannya sejak awal perlahan menjadi tidak penting di
hatinya.
"Aku sudah tidak tahu lagi... apa aku harus membunuh Raja Iblis atau tidak."
".... Benarkah~~"
Suara teman lamanya yang berasal dari ujung telepon, sama sekali tidak
mengandung tanda-tanda menyalahkan.
Sebaliknya, nada itu bahkan berisi kelegaan dan perhatian terhadap gadis itu.
"Aku sudah merasakannya sejak dulu~ kalau semuanya akan jadi seperti ini~~"
"Apa maksudmu?"
"Aku merasa kalau kita bertemu lagi nanti~~ Emilia mungkin sudah tidak ingin
mengalahkan Raja Iblis~~"
"Tidak masalah~~ karena Emilia berpikir begitu~~ itu artinya sesuatu yang
cukup membuatmu berpikir seperti itu pasti sudah terjadi~~ dan....."
Sangat jarang sekali teman baik gadis itu berhenti di tengah-tengah kalimatnya,
dia lalu melanjutkan,
"Apa maksudmu?"
Sang Pahlawan yang tidak mengerti, bertanya balik, dan teman baiknya
menjawab,
"Logikanya, ketika Olba berkhianat~~ Emilia juga bisa memilih untuk balas
dendam kepada kami~~"
"Maksudku bukan aku ataupun Alberto~~ tapi Gereja dan seluruh Ente Isla~~
karena dunia ini sudah membalas kebaikan Emilia dengan tidak tahu terima
kasih~~ jadi meski Emilia merencanakan balas dendam~~ tidak seorangpun
punya hak untuk menghentikanmu~ dan pada kenyataannya, tidak ada
seorangpun bisa menghentikanmu~~"
Jika ini adalah hari-hari di mana seorang Pahlawan muda hanya berpikir untuk
membunuh Raja Iblis, dia mungkin akan merasa putus asa ketika tahu
kebenaran tentang pengkhianatan rekannya, dan dunia yang menganggapnya
sudah mati.
"Bahkan di dunia dimana internet itu sudah biasa dan semua orang punya HP
pun, masih saja sulit untuk memilih informasi yang benar, dan ditambah lagi,
Ente Isla sekarang masih dalam tahap pemulihan kan? Jika aku memasukkan
kesalahpahaman ini ke dalam pati, bukankah ini tidak ada artinya?"
"Internet~~?"
"Bukan apa-apa kok, itu sesuatu yang ada di sini. Pokoknya, karena aku adalah
orang yang lebih sederhana dan lebih bodoh daripada itu, jadi aku tidak akan
memikirkan hal bodoh seperti itu."
"Meski aku tidak mengerti~ tapi aku lega~~ tapi~~ kalau kau punya rencana
seperti itu suatu hari nanti~~ jangan sampai lupa memberitahuku, okay~~?"
Tanya sang Pahlawan dengan senyum kecut, dan temannya pun langsung
menjawab,
"Apapun jalan yang Emilia pilih~~ aku pasti akan ada di sampingmu~~ bahkan
jika kita harus menghancurkan dunia bersama~~ aku pasti akan
melakukannya~~"
"Sebagai penyihir paling kuat di antara para manusia, jangan mengucapkan
kalimat berbahaya seperti itu! Kalau kau ditargetkan oleh Gereja, aku tidak
akan peduli, okay?"
"Yang benar saja~~ orang yang mengawasiku itu sangat banyak sampai-
sampai mereka bisa dibuat tusuk sarden dan diberikan pada penjual ikan~~ ini
sih bukan apa-apa~~"
Usai dengan santai mengobrol dengan teman baiknya yang mana tidak
diketahui seberapa seriusnya dia, sang Pahlawan melihat ke arah sebelah
kakinya.
Penyihir terkuat di Ente Isla dan rekan perjalanan sang Pahlawan, yaitu
Emeralda Etuva, menjawab dengan nada yang begitu bersemangat.
Chapter 1 : Pahlawan, Perpisahan Sementara
Perjamuan makan malam dipenuhi dengan suasana tenang yang begitu normal.
Terdapat nasi, dan sup miso rasa wortel yang baru dimasak dan dikukus,
sementara itu, berkat kertas panggang khusus untuk microwave, ikan panggang
pun bisa dilihat di atas meja makan belakangan ini.
Ditambah lagi, terdapat pula tahu dingin yang ditaburi dengan jahe Jepang
yang dipotong dadu. Terong panggang juga diletakkan di atas sebuah piring
besar di tengah-tengah meja.
Tayangan berita yang ada di TV, sejak awal memberitakan sebuah tempat yang
sedang menyelenggarakan festival budaya, sepertinya tidak ada insiden yang
mengganggu kedamaian dunia ataupun kecelakaan yang terjadi.
Dari jendela yang terbuka, bisa dilihat langit yang mulai menjadi gelap, dan
angin yang berhembus ke dalam ruangan, membawa beberapa tanda kehidupan
dari kota.
"Ah?"
"Apa?"
"Apa katamu?"
"Ru-rumah lama?"
Enam reaksi berbeda dari enam orang yang berbeda, membuat gadis yang
melempar bom tersebut --Pahlawan Emilia Justina dari dunia asing Ente Isla--
Yusa Emi, menjadi begitu terkejut.
"Eh?"
Orang yang biasanya duduk di depan meja komputer, menjawab Emi dari
tingkat nomer dua dari lemari yang terbuka.
"Emilia, coba ulangi kalimat yang kau katakan tadi. Di dalam otak Sasaki
Chiho, dia sedang membuat drama keluarga dengan Maou dan Emi yang
berpusat di sekitar Alas Ramus dan panik dengan sendirinya....."
"Urushihara-san!!"
Hal kedua di dunia yang cocok berada di dalam lemari alias beban untuk kamar
ini.... Fallen Angel Lucifer atau Urushihara Hanzo, mengatakan hal tersebut
dengan senyum mengejek.
Suara protes dari Urushihara dan suara saat ia terkena pintu geser, bisa
terdengar dari dalam lemari.
Suara yang polos nan kejam terdengar menegur Chiho dari samping kakinya.
Gadis kecil yang telah bermain dengan Chiho sampai beberapa saat yang lalu,
yang mana juga mempercayai bahwa Maou dan Emi adalah orang tuanya...
Alas Ramus, saat ini tengah menginjakkan kakinya di atas tabel 50 fonetik
yang ada di lantai.
"Ah, Alas Ramus-chan, i-itu, ini sudah waktunya makan malam, jadi kita
kesampingkan hal itu dulu."
Tabel 50 fonetik karet yang ada di bawah kaki gadis kecil itu, adalah mainan
edukasional untuk anak-anak yang berharga mahal, mainan itu tidak akan
rusak tidak peduli seberapa kuatnya benda itu dibengkokkan.
"Sebenarnya, tidak ada yang serius, dan seperti yang kubilang... Aku ingin
kembali ke rumah lamaku sebentar..."
"Yeah, kampung halamanku ada di Benua Barat. Itu adalah desa yang terletak
di pinggiran Saint Aire, dikenal dengan nama Sloan. Meskipun desa itu sudah
dihancurkan oleh seseorang yang terkunci di dalam lemari, ya kan?"
"Jadi ketika aku tidak ada, aku akan meminta Bell untuk mengawasi orang-
orang ini...."
Crestia Bell... Seorang Penyelidik tingkat atas di Ente Isla, dikenal sebagai
Kamazuki Suzuno di Jepang, membersihkan bekas sabun pencuci piring di
tangannya dan mengeringkan mereka, setelah itu, dia berbicara dengan gelisah,
"Bisa kau menjelaskannya lebih detail? Aku benar-benar tidak mengerti apa
maksudmu."
"I-itu benar, Yusa-san, meski tiba-tiba kau bilang ingin kembali, semuanya
tidak akan semudah itu kan?"
"Aku tidak peduli kemana kau pergi... tapi aku tidak bisa mentolerir sup miso
yang kusiapkan dengan hati-hati menjadi dingin karena kau."
Seorang pria membawa panci besar yang berisi sup miso, berbicara dengan
suara tegas.
Jenderal Iblis Alsiel alias Ashiya Shirou, melapor pada tuannya yang ada di
depan meja komputer,
"Hey, Alas Ramus, mendekati orang yang membawa panci itu sangat
berbahaya. Pergilah ke mama dan tunggu dengan tenang ya!"
Suzuno dengan lembut menarik Alas Ramus menjauh dari Ashiya. Meski ia
terlihat tidak senang, gadis itu tetap berjalan menuju Emi dengan patuh.
"Mama! Tahu!"
"Aku tahu, tapi Alas Ramus harus bilang 'mari makan' dulu ya! Alsiel, aku
tidak mau jahe Jepang di tahuku, karena aku ingin membaginya dengan Alas
Ramus."
Apa yang biasanya Alas Ramus makan adalah sebagian dari porsi makanan
Emi atau Maou, tapi setelah Ashiya menatap tahu dingin Emi dan Alas Ramus
secara bergantian, ia pun menggelengkan kepalanya dengan tegas.
"Ditolak. Apa yang akan terjadi jika ini membuat Alas Ramus menjadi pilih-
pilih makanan saat dia besar nanti?"
Untuk obrolan antara Pahlawan dan Jenderal Iblis, obrolan ini sepenuhnya
sangatlah aneh, sampai-sampai orang tidak tahu di mana letak anehnya.
"T-tapi Ashiya-san, menurutku jahe Jepang juga terlalu kuat untuk anak
kecil...."
Sebagai orang Jepang asli, Chiho pun dengan tepat menunjukkan di mana letak
masalahnya.
"Membuat anak terbiasa dengan sayuran yang memiliki rasa kuat itu penting.
Kalau mereka tahu bagaimana merasakan rasa semacam ini, makanan tiap hari
setelah ini pasti akan menjadi lebih lezat...."
Bahkan Chiho yang jarang membantah Ashiya pun, merasa kesulitan untuk
membantahnya...
"Tapi aku paham. Jujur saja, aku juga tidak berani makan jahe Jepang."
Tapi karena ia dipotong oleh Urushihara yang perlahan berjalan keluar dari
lemari, Ashiya pun berbicara dengan kesal,
"Lucifer, apa kau bisa dianggap Fallen Angel jika seperti ini?"
"Ya, mau bagaimana lagi, lagipula, aku tidak pernah makan jahe Jepang
sampai sekarang. Dan aku juga tidak pernah mendengar legenda manapun
tentang fallen angel yang menyukai jahe Jepang."
Memang benar, entah itu di Ente Isla ataupun Dunia Iblis, tidak ada satupun
makanan yang seperti tahu dingin ditambah dengan jahe Jepang.
Tidak diketahui apa memang karena alasan tersebut, tapi kali ini, orang yang
menyetujui pendapat Urushihara pun muncul,
Dengan begini, para manusia pun tahu titik lemah dari musuh kuat yang
berencana menaklukan dunia.
Itu adalah, ternyata Raja Iblis tidak berani makan tahu dingin dengan tambahan
jahe Jepang.
"Maou-san...."
"Maou-sama...."
"Raja Iblis, kau..."
Menghadapi tatapan rumit, campuran antara keterkejutan dan rasa kasihan dari
Chiho, Ashiya, dan Suzuno, Maou pun menciut dan menjawab,
"Kalau begitu, jahe Jepang di atas tahu Alas Ramus, bisa diserahkan ke papa!"
Dia menggunakan sumpitnya untuk memindahkan jahe Jepang yang ada di atas
tahunya ke atas tahu di piring Maou yang terlihat menyedihkan dan duduk di
depan Chiho, Ashiya, dan Suzuno.
Maou melihat tumpukan besar jahe Jepang yang ada di atas tahunya dan
berteriak, sementara Emi berbicara dengan acuh tak acuh,
"Komplainlah pada Ashiya kalau kau ingin komplain. Tidak peduli seberapa
banyak kita tidak ingin Alas Ramus menjadi pilih-pilih makanan, sangatlah
wajar bagi anak kecil seusianya tidak suka memakan jahe Jepang.
Bagaimanapun, bahkan Raja Iblis yang berencana menaklukan dunia pun tidak
berani memakan ini."
"Ugh..."
Maou sesaat terdiam. Melihat situasi ini, dia pun berbicara dengan ekspresi
penyesalan yang dalam,
Suzuno dengan cepat berjalan menuju kamar 202 yang berada di sebelah kamar
di mana ia berada sekarang. Melihat punggungnya, Urushihara pun
mengulurkan sumpitnya ke arah terong panggang tanpa mengucapkan apapun.
"Membesarkan anak kecil itu sangat sulit. Jika dia menjadi seperti ini setelah
dewasa nanti, itu pasti akan sedikit...."
"Maou, Maou, kenapa kau mengatakan hal tersebut sambil melihatku dan Alas
Ramus seperti itu?"
Kali ini, Suzuno juga membawa kecap rendah garam miliknya ke Kastil Iblis,
melihat semua orang sudah keluar dari topik pembicaraan mereka sebelumnya,
Ashiya hanya bisa membiarkannya seakan-akan sudah menyerah.
".... Mau bagaimana lagi, sup misonya hampir dingin, semuanya, ayo makan!"
"Ah, Ashiya, aku ingin lebih banyak nasi!"
Chiho dengan cepat mengeluarkan sebuah kotak kedap udara dari dalam tas
yang dia bawa.
"Sasaki-san, aku merasa tidak enak terus menerima bantuanmu, untuk instruksi
penggunaannya...."
"Jangan khawatir, aku tahu cara menggunakannya. Hampir saja, hampir saja,
aku hampir lupa..."
Di dalam Kastil Iblis, seorang Jenderal Iblis, Penyelidik, dan seorang gadis
SMA yang membawa sekotak makanan pelengkap, saling berdiri
berdampingan di dalam dapur, sementara itu, Pahlawan dan Raja Iblis yang
mengawasi Fallen Angel yang tidak tahu aturan sambil berpikir bagaimana
cara membesarkan anak-anak, sedang berkumpul. Meskipun keadaan ini
terlihat menyimpang dengan realita dan juga menggelikan, tapi dari hasilnya,
selama itu bukan situasi yang tidak normal, sangat tidak mungkin untuk
mengguncang kehidupan normal dari kamar 201 di Villa Rosa ini.
Entah itu adalah hal yang baik, ataukah buruk, hal itu masih sulit untuk
diketahui.
XxxxX
Setelah Maou kalah dari Emi, klan Malebranche, dengan Barbariccia sebagai
pemimpinnya, membentuk Pasukan Raja Iblis yang baru untuk menaklukan
Ente Isla.
Sebagai salah satu orang terkuat di Ente Isla, Olba Meyers, telah berhasil
memojokkan Maou hingga ke ujung sebagai salah satu rekan Emi, tapi saat ini,
dia tidak hanya menjadi musuh bagi Emi, dia juga berencana mengubur Emi
bersama dengan Maou.
Dengan informasi Olba sebagai dasarnya, salah satu kepala suku Malebranche,
Farfarello, datang ke Jepang untuk membujuk Maou dan Ashiya agar mau
menjadi pemimpin Pasukan Raja Iblis yang baru.
Meskipun Emi dan Suzuno sangat khawatir kalau Maou akan kembali ke
Pasukan Raja Iblis, tapi nyatanya, hal itu bertentangan dengan ekspektasi
mereka, Maou dan Ashiya ternyata dengan tegas tidak menerima ajakan
Farfarello.
Menurut kitab suci Ente Isla, dunia itu dibangun di atas bola yang diciptakan
oleh Pohon Kehidupan, dan anak kecil yang bernama Iron itu adalah eksistensi
yang terlahir dari salah satu Sephirah, yaitu 'Geburah'.
Iron dan perwujudan Yesod Sephirah, yaitu Alas Ramus, yang saat ini telah
bergabung dengan pedang suci Emi, adalah eksistensi yang serupa. Dan
kekuatan yang anak itu sembunyikan tergantung situasinya, sudah cukup untuk
melebihi kekuatan Pahlawan, Raja Iblis, dan bahkan Malaikat Agung.
Adapun untuk alasan kenapa dia diperintah oleh seorang kepala suku
Malebranche, hal itu masih menjadi misteri bahkan sampai sekarang.
Itu tidak akan jadi masalah jika hanya ada satu kepala suku Malebranche, tapi
jika mereka tidak berhati-hati menangani anak yang terlahir dari Sephirah itu,
jangankan Malebranche, mereka bahkan bisa mengguncang Surga dan menarik
perhatian musuh yang tidak perlu.
Namun, sayangnya, kedua orang yang tidak bisa dikacaukan dengan mudah ini,
menyadari kalau Chiho adalah orang yang penting bagi Maou dan Emi.
Jika ini terus berlanjut, sulit untuk menjamin kalau pihak Malebranche yang
tidak memperoleh dukungan dari Maou dan Ashiya, tidak akan menculik
Chiho untuk dijadikan sebagai sandera.
Emi dan Suzuno, karena keinginan yang kuat dari Chiho sendiri, agar ia bisa
menghubungi Maou ataupun Emi saat berada dalam bahaya, akhirnya
mengajari Chiho mantra untuk telepati, yaitu 'Idea Link'.
Sebagian karena Maou dan yang lainnya memperoleh bantuan dari Sariel
dengan menggunakan sebuah umpan, Chiho pun akhirnya berhasil
mempelajari mantra tersebut. Akan tetapi, Maou menilai bahwa menjamin
keselamatan Chiho saja tidak akan cukup untuk menyelesaikan masalah.
Karena itulah, dia sengaja meminjam kekuatan Emi dan Suzuno, dan
mendapatkan kembali wujud Raja Iblisnya di hadapan Farfarello. Dengan
menamakan Chiho, Emi, dan Suzuno sebagai Jenderal Iblis yang baru, Maou
pun menyatakan kalau mereka memainkan peran penting dalam penaklukan
dunia, dan akhirnya dengan cara yang damai, Maou berhasil membujuk
Farfarello dan Iron untuk kembali.
Tapi Emi dan Suzuno yang secara resmi dianggap sebagai Jenderal Iblis oleh
pihak Malebranche, benar-benar marah karena hal ini. Meskipun hal ini bisa
menjamin bahwa pihak Malebranche tidak akan melukai Chiho untuk
sementara waktu, tapi situasi Ente Isla masih bisa perlahan berubah dari waktu
ke waktu, dan di saat itu, arti dari nama 'Jenderal Iblis yang diakui oleh Raja
Iblis Satan, Sasaki Chiho' bisa saja menjadi semakin berat. Tapi berdasarkan
pada hasilnya, artinya situasi yang berkutat di sekitar Maou dan Emi ini masih
belum bisa diselesaikan.
Bahkan jika mereka merasa bahwa dunia asing itu saat ini sedang diselimuti
suasana tegang, hari ini, Raja Iblis dan gerombolannya yang hidup di Jepang,
masih harus bekerja demi makan tiga kali sehari untuk besok.
Inilah sesuatu yang terjadi ketika situasi dunia mulai menjadi panas meskipun
musim panas sudah berakhir, di bulan September.
XxxxX
Meski waktu matahari terbenam menjadi lebih awal, tapi langit setelah jam
7pm masih saja sedikit bercahaya, dan rasa hangat yang terasa dalam
perjalanan menuju stasiun Sasazuka Jalur Keio, masih belum juga menghilang.
Emi menggendong Alas Ramus yang tertidur dengan begitu cepat setelah
menghabiskan makanannya, dia berjalan berdampingan dengan Chiho dan
Suzuno, sementara Maou, mengikuti di belakang mereka.
Ketika tiba di hari saat Emi dan Alas Ramus menuju ke Kastil Iblis, Chiho
akan dengan aktif ikut makan malam bersama Maou dan yang lainnya.
"Jika aku tidak ada, Maou-san dan Yusa-san pasti akan bertengkar."
Meski Chiho tidak tahu, tapi mereka bertiga secara tidak sengaja telah
mendengar perasaan yang Chiho miliki terhadap mereka, dan oleh sebab itulah,
sulit bagi mereka untuk melawan kejujuran tersebut.
Dan ketika dia membawa topik yang telah terabaikan saat makan malam ini.....
"Benar juga! Seperti yang Suzuno-san bilang, Yusa-san! Apa yang terjadi?"
Chiho yang awalnya berbicara soal pekerjaan dengan Maou, langsung
memasuki obrolan tersebut dari belakang.
"Oohh......."
Para gadis itu berjalan dengan garis horizontal di sebuah gang sempit di area
perumahan, dan Maou, satu langkah di belakang dan tidak bisa bergabung ke
dalam percakapan mereka, hanya bisa mengikuti di belakang ketiga orang itu
dengan kesal.
Menghadapi tatapan Chiho dan Suzuno yang dipenuhi dengan rasa penasaran
dan curiga, Emi pun menghela napasnya dan mengatakan,
"Apa maksudmu?"
"..... Semenjak bertemu dengan Raja Iblis di Jepang, aku terus saja terseret ke
dalam masalah-masalah yang aneh, dan meski setiap kali masalahnya bisa
teratasi, tapi pada akhirnya, apa sebenarnya tujuanku?"
"Tujuan.... Yusa-san?"
"Chiho, aku ini masih Pahlawan yang membawa harapan seluruh umat
manusia. Jadi sebenarnya, aku datang ke Jepang untuk....."
"Kare.......uu."
Igauan dari Alas Ramus yang tertidur nyenyak, yang mana kebetulan terdengar
saat itu, membuat Maou tertawa, tapi ketika ia menyadari tatapan tajam dari
Emi yang menoleh ke belakang, Maou pun langsung meminta maaf dengan
jujur.
"Meski aku bisa mengerti, tapi jika dibandingkan, apa hal ini ada hubungannya
denganmu yang ingin kembali ke rumah lamamu?"
Suzuno terus mendesak Emi untuk menjelaskannya, tapi melihat Raja Iblis
seperti 'itu' dan mengabaikannya, rasanya juga tidak sepenuhnya benar.
"Itu benar."
Karena Maou tidak menjawab, Emi yang kehilangan minatnya pun, kembali
menoleh ke arah depan, dan berbicara sambil memandangi gadis kecil yang
tertidur nyenyak dalam gendongannya.
"Bukankah lebih tepat mengatakan kalau selain kita bertiga, tidak ada manusia
lain yang......"
"Jadi kau ingin kembali ke Ente Isla dan menyingkirkan orang-orang jahat
itu?"
Meskipun penjelasan Emi sedikit terlalu sederhana, tapi pemikiran Chiho juga
terlalu mengarah secara langsung.
"Dan lagi, pada awalnya Sariel-sama juga sangat gigih mengejar pedang suci
Emi."
"Tapi berdasar pada hasilnya, bukankah itu karena pedang suci ada
hubungannya dengan Alas Ramus?"
Dari luar, tujuan Malaikat Agung Sariel dan Gabriel, terlihat hanya ingin
mendapatkan pedang suci Emi.
Hanya sampai Alas Ramus muncul dan mengungkap bahwa Pedang Suci One
Wing adalah senjata yang memiliki Sephirah sebagai intinya, Maou dan yang
lainnya tahu bahwa tujuan asli Surga adalah mengumpulkan fragmen Sephirah
yang menjadi inti Pedang Suci One Wing dan Alas Ramus....
"Masih tak apa jika itu hanya Surga, tapi bahkan Iblis Ciriatto yang muncul di
Choshi pun juga mengincar fragmen Yesod. Tidak hanya itu, klan
Malebranche yang bersembunyi di Benua Timur nampaknya juga memiliki
fragmen Yesod, dan ditambah lagi dengan Iron yang sebelumnya muncul, dia
juga berada di pihak Iblis meskipun dia adalah anak yang terlahir dari
Sephirah...."
Meski penjelasan Suzuno harusnya menjadi cara yang paling sederhana untuk
mengartikan hal ini.....
Ketiga orang yang berjalan di depan, tiba-tiba menoleh di saat yang bersamaan
dan memberikan syok pada Maou yang awalnya sangat bosan, sampai-sampai
ia menjadi begitu panik.
"Tapi jika seperti itu, alasan kenapa dia bisa ada di sini tidak akan dapat
dijelaskan, benar kan?"
"Benar sekali. Raja Iblis tidak tahu kalau Fragmen Yesod yang dia miliki akan
menjadi Alas Ramus, dan pasukan Malebranche baru mulai pindah setelah
Raja Iblis mati, tidak peduli bagaimana kau memikirkannya, Surga tak punya
satupun alasan untuk membantu mereka."
"Aku tidak tahu apa yang kalian bicarakan, tapi jangan dengan santainya
melihat mereka seperti orang mati!! Aku juga masih hidup sampai hari ini!!"
Laporan Maou tentang berita masih hidupnya Raja Iblis sepenuhnya diabaikan.
"Itu juga apa yang kupikirkan. Meskipun kita tidak tahu apa-apa soal Iron dan
Geburah karena kita hanya punya sedikit petunjuk, tapi kita sudah punya
beberapa petunjuk yang berhubungan dengan Yesod. Kalau dipikir-pikir,
kenapa Sariel dan Gabriel ingin mengumpulkan fragmen Yesod?"
"Eh?"
Chiho yang tidak tahu maksud di balik pertanyaan itu, terlihat bingung.
Suara Maou terdengar dari belakang, tapi lagi-lagi itu diabaikan oleh mereka
bertiga.
"Kalau dipikir dengan seksama, kenapa hanya Yesod saja yang berbentuk
fragmen? Jawabannya sederhana. Karena mereka saat ini sedang
mengumpulkan fragmennya, itu artinya 'ada orang yang memecah Sephirah
menjadi potongan kecil dan menyebarkan mereka'."
Maou yang sadar kalau tidak ada orang yang mendengarkannya, setelah
menyetujui kata-kata Emi, dia pun memungut kaleng kosong yang telah
dibuang ke tanah, dan berencana membuangnya ke dalam tempat daur ulang
kaleng kosong yang ada di sebelah mesin penjual minuman. Tapi karena
tempat sampah tersebut sudah penuh, dia hanya bisa meletakkan kaleng itu di
atasnya dan kembali berjalan.
"Eh?"
".... Ah!"
Sebuah cincin dengan permata ungu kecil di atasnya, terlihat di jari itu.
"Meski tidak diketahui apa itu benar-benar salah satu pecahannya, tapi
setidaknya, bisa dipastikan kalau seseorang sudah menyebarkan fragmen
tersebut. Bagaimanapun, kita punya contoh nyata di depan kita."
Cincin di jari Chiho juga memiliki fragmen Yesod yang sama seperti yang ada
di gagang pedang Emi dan dahi Alas Ramus. Saat dalam kekacauan di mana
Chiho mendapatkan cincin itu, selain cincin, dia juga mendapatkan beberapa
potongan memori.
Itu adalah memori dari dunia nan jauh yang tidak Chiho ketahui, dan di saat
yang sama, itu mungkin juga merupakan memori yang sudah sangat lama
berlalu.
Seorang iblis muda yang terluka, dan seorang pria yang berdiri di ladang
gandum.
"Ibu.... Yusa-san?"
"Benar sekali."
"Bagaimanapun juga, kalau aku mengikuti jejak yang ibuku tinggalkan di Ente
Isla sebelum aku dilahirkan ataupun di masa kecilku saat aku tidak tahu apa-
apa, mungkin aku akan menemukan sesuatu. Meski begitu, sebenarnya aku
tidak memiliki dasar sama sekali, aku hanya merasa kalau akan sangat bagus
jika aku bisa menemukan beberapa petunjuk."
Apa yang paling Emi sesalkan adalah, meskipun itu hanya sebentar, saat rekan
perjalanannya, yaitu Emerada dan Alberto datang ke Jepang untuk
membantunya ketika dia ditargetkan oleh Urushihara dan Olba, dia harusnya
ikut kembali ke Ente Isla bersama mereka sebentar.
Ibu Emi, Lailah, nampaknya tinggal bersama Emerada selama beberapa waktu.
Tapi pada saat itu, Emi tidak memiliki rekan yang bisa dia percayai, dan Maou,
bukanlah tipe orang yang bisa dia alihkan pengawasannya. Meskipun Maou
tidak melakukan hal-hal yang jahat, jika dia menggunakan kesempatan ini
untuk pindah rumah saat sang Pahlawan kembali ke Ente Isla, maka Emi harus
kembali mencari mereka dari awal lagi.
Akan tetapi, dia juga tidak bisa meminta Emerada atau Alberto untuk
membantu mengawasi Maou.
Lagipula, berbeda dengan Emi yang berasal dari keluarga petani di sebuah desa
yang normal, setelah umat manusia mendapatkan kembali kedamaiannya,
Emerada dan Alberto masih memiliki tanggung jawab yang penting.
Sejujurnya, status mereka berdua sejak awal memang berbeda dengan Emi.
Setelah Pasukan Raja Iblis mundur, struktur kekuatan Gereja Ente Isla dan
berbagai kerajaan pun perlahan kembali ke keadaan awalnya, jadi, tidak
mungkin mereka membiarkan bakat yang menjanjikan seperti Emerada dan
Alberto menetap di dunia lain.
Ditambah lagi, kemampuan Emi ketika dia sedang serius, saat dia
mengalahkan Pasukan Raja Iblis di Ente Isla, kekuatan tempurnya itu telah
berkembang sampai ke titik di mana Emerada, Alberto, dan Olba harus bekerja
sama agar bisa menandinginya.
Semenjak dia gagal membunuh Urushihara dalam pertarungan di atas kota itu,
satu-satunya orang di Jepang yang bisa melawan ketiga iblis itu di saat yang
sama dan menang, hanyalah Emilia sang Pahlawan.
Jika arti kehadiran Chiho di mata Maou dan yang lainnya meningkat lebih
awal....
Tapi hubungan terpercaya antara Maou, Chiho, dan yang lainnya baru
terbangun dalam setengah tahun ini, dan pada dasarnya, jika tindakan kotor
yang dilakukan oleh Urushihara dan Olba tidak terjadi, Suzuno mungkin juga
tidak akan datang.
Segala sesuatu yang membuat Emi terlibat selama ini adalah karena beberapa
penyimpangan kecil yang menyebabkan berbagai hal menghalangi jalannya.
Dan....
Mungkin dikarenakan pengumuman yang ada di stasiun dan suara kereta yang
lewat terlalu berisik, Alas Ramus pun terbangun dengan sebuah kernyitan
sambil mengangkat kepalanya dengan mata yang sayu.
"Oh, Alas Ramus, kau sudah bangun, datang dan main lagi ya."
Maou, dengan mata yang tajam, menyadari bahwa gadis kecil itu sudah bangun,
dia pun berjalan untuk meraih tangan kecil nan halus milik Alas Ramus.
"Sebelum sampai rumah, kau harus jadi anak yang penurut ya."
Chiho dan Suzuno, berada di belakang Emi, menunjukkan senyum yang hangat
pada Alas Ramus
Jika semuanya terjadi sesuai dengan harapan Emi, dia mungkin tidak akan bisa
mengalami kehangatan seperti ini.
Belakangan ini, Emi mulai merasa kalau hidup seperti ini tidak buruk juga.
"Maafkan aku tidak menghabiskan banyak waktu denganmu. Ayo kita main
lagi lain kali."
Sepertinya terlalu sulit bagi Alas Ramus untuk mengulurkan jari kelingkingnya.
"..... Apa yang kau lakukan hari ini, jarang sekali melihatmu menggunakan
kalkulator."
Emi juga terkejut ada sesuatu yang memiliki prioritas lebih tinggi
dibandingkan Alas Ramus.
Biasanya, tidak peduli apa yang dilempar ke arahnya, Maou tidak akan pernah
lupa untuk meluangkan waktunya bersama dengan Alas Ramus, karena itulah,
hal seperti ini rasanya sudah cukup mengejutkan, namun, tak disangka, sebuah
jawaban datang dari arah yang benar-benar berbeda.
""Surat Izin??""
Dari ekspresi terkejut Suzuno, sepertinya ini juga pertama kalinya dia
mendengar hal tersebut.
Ketika berbicara tentang Surat Izin dalam obrolan normal orang Jepang, hal
pertama yang orang-orang pikirkan pastilah Surat Izin Mengemudi.
Lagipula, mustahil tujuan Maou yang berikutnya bisa dipelajari dalam seni
bela diri.
Dalam Undang-Undang Jepang, Maou adalah orang dewasa, jadi dia sudah
memasuki usia di mana dia bisa memperoleh Surat Izin Mengemudi, namun,
itu bukanlah hal yang Emi dan Suzuno cemaskan.
"Bukankah Surat Izin Mengemudi itu membutuhkan banyak uang? Dan kau
juga masih harus latihan mengemudi dulu kan? Apa kau punya uang lebih?
Ditambah lagi, meski kau adalah Raja Iblis, apa kau memang berencana
mematuhi aturan lalu lintas?"
"Aku ini hanya ingin mempunyai Surat Izin Mengemudi, apa kalian perlu
melukaiku sampai segitunya? Apa salahnya Raja Iblis yang ingin memiliki
Surat Izin Mengemudi?"
"Kubilang ya....."
"Dari awal, aku tidak pernah bilang soal Surat Izin Mengemudi mobil kan?"
"Mungkinkah itu surat izin khusus professional? Biasanya kau hanya terlihat
serius ketika menanggapi masalah yang berhubungan dengan MgRonald, jadi
apa ini sesuatu seperti surat izin manajemen kebersihan makanan atau surat
izin chef gitu? Meski yang manapun itu tetap saja membutuhkan biaya...."
"Memikirkan soal masa depan, aku mungkin akan mengambil surat izin
manajemen kebersihan makanan nanti."
"Jadi kau sudah memikirkannya?"
"Kalian pasti ketakutan setelah mendengar ini. Apa yang ingin kuambil
adalah...... Surat Izin Mengemudi Moped!"
(T/N : Moped, sejenis scooter itu lo, yang biasanya di anime dipakai buat
delivery.)
"Eh...."
Meskipun itu adalah permintaan Chiho, Emi masih saja menunjukkan ekspresi
jengkel.
"Karena dia berlagak untuk waktu yang sangat lama, hal itu memang
membuatku penasaran.... ini bukan seperti aku meremehkan Surat Izin
Mengemudi Moped, tapi jika seseorang ditanyai apakah ini adalah surat izin
yang bisa dibanggakan oleh Raja Iblis, bagaimana kau akan menjawabnya
Chiho?"
"Eh?.... Uh.. i-itu...."
"Bi-biar kuberitahu kau hal ini! Aku tidak hanya ikut ambil bagian dalam ujian
itu! Dari 7.750 yen biaya administrasinya, perusahaan akan membantuku
membayar 5.700 yen! Tidak ada alasan untuk tidak mengambilnya kan? Meski
kubilang kalau aku harus membayar 2.050 yen, Ashiya juga tidak mengeluh
sama sekali!"
"...."
Berkaitan dengan seberapa seriusnya Raja Iblis ketika mengatakan hal-hal itu,
pernyataan semacam ini sudah berputar-putar di pikiran Emi dan Suzuno
selama beberapa bulan ini, meski mereka sudah berdasar pada pengalaman dan
tahu bahwa Raja Iblis 100% serius, mereka tetap saja dipenuhi dengan rasa
hampa dan lelah.
"Menurut peraturan perusahaan, hanya 2.050 yen dari biaya administrasi untuk
pengumpulan surat izin saja yang tidak diikutsertakan. Itu karena perusahaan
hanya membayar biaya latihannya saja!"
"Tunggu, perusahaan yang kau bicarakan itu MgRonalds kan? Meskipun kau
yang memiliki surat izinnya, kenapa MgRonalds harus membantu
membayarnya?"
"Restoran kami akan mulai menyediakan layanan 'delivery' dari sekarang. Jadi
karyawan yang berusia 20 tahun atau lebih harus memiliki Surat Izin
Mengemudi Moped, sementara mereka yang tidak memiliki Surat Izin
Mengemudi Moped, perusahaan akan membantu mereka membayarnya
melalui izin lisensi professional."
"....."
Suzuno bahkan sampai membalik pekerjaan rumah tangga hanya karena ingin
menggunakan bahasa Inggris untuk menjelaskan hal tersebut.
"Pesan antar.... ya, itu maksudnya. Karena pesan antar tidak bisa dikirim
dengan sepeda, jadi Moped harus digunakan, dengan demikian, surat izin pun
diperlukan... Tapi aku masih SMA, dan aku juga tidak memenuhi syarat untuk
izin lisensi professional."
Biasanya, Kisaki tidak hanya menyatakan kalau dia ingin membuat laba harian
mereka melampaui tahun lalu lebih dari 100%, dia bahkan juga ingin
mendapatkan banyak penghargaan, tapi menambahkan model bisnis baru
sebelum MdCafe yang baru buka beberapa hari yang lalu bisa stabil, tetap
membuat dia sangat sibuk sampai membuatnya kewalahan.
"Karena restoran kami buka di sebelah jalan utama dari area perumahan kota
dan area bisnis, sekaligus salah satu restoran yang bisa melakukan pelayanan
pesan antar MdCafe, para petinggi MgRonalds tiba-tiba membuat keputusan
ini. Dibandingkan cepatnya perluasan model bisnis yang baru, masalah
terbesar kami adalah kurangnya tenaga kerja."
Sebenarnya, layanan pesan antar MgRonalds itu sendiri bukanlah hal yang
baru.
Layanan ini tidak hanya terbatas pada area-area tertentu seperti halnya
pengiriman pizza, dalam satu pemesanannya, setidaknya perlu biaya 1.500 yen
termasuk GST agar bisa memesan lewat telepon dan menggunakan layanan
pesan antar tersebut.
Masalahnya, inti dari permasalahan ini, restoran itu masih belum siap
menerima perubahan tersebut.
Dari bagaimana Maou harus bersiap-siap mengambil ujian Surat Izin
Mengemudi, bisa dilihat kalau orang yang sudah memiliki surat izin itu
sangatlah jarang.
"Kita masih perlu tiga orang yang bisa terlibat dalam operasi harian.... tidak,
dua saja!"
Gaji Emi perjam, membuat Chiho, yang bayaran perjamnya tidak berubah
banyak semenjak masa trainingnya karena dia masih seorang siswa, menjadi
sangat terkejut.
"Meski bayaran perjamnya sangat tinggi, tapi ada banyak kesulitannya juga
ya! Meskipun terlalu berlebihan mengatakan hal ini sendiri, tapi karena aku,
sang Pahlawan yang sudah mengalami banyak pertarungan, mengatakannya,
kau harusnya tahu seberapa buruknya hal itu."
"Ngomong-ngomong, aku juga tidak bisa. Aku tidak percaya diri bisa
menggunakan bahasa asing untuk melayani pelanggan hingga mencapai
standar yang diharapkan manager Kisaki."
Mereka bertiga merasa kalau masalah ini tidak ada hubungannya dengan
bahasa asing, tapi baik itu Maou, Chiho, ataupun Emi....
'Selamat datang! Bagi kalian yang sudah memesan, silakan lewat sini!'
Mereka sama sekali tidak bisa membayangkan kalau Suzuno, yang memiliki
ekspresi kaku bahkan dalam percakapan sehari-hari, akan menunjukkan
senyum professional.
Suzuno yang cukup sensitif untuk merasakan kalau Maou dan yang lainnya
sedang menunjukkan ekspresi rumit, bertanya dengan nada rendah, dan mereka
bertiga menggelengkan kepalanya dengan senyum kaku di wajahnya.
"Po-pokoknya, meski aku merasa tidak enak dengan Chiho, aku hanya bisa
mengucapkan lakukan yang terbaik saja! Lalu, kembali ke topik awal kita..."
Pahlawan dan Raja Iblis sedang mengobrol di depan stasiun, dan berulang kali
menyimpang dari poin utama karena topiknya meluas kemana-mana, hal ini
benar-benar sebuah lelucon.
"Aku sudah mengambil cuti dari perusahaan, jadi aku hanya perlu meminta
Em untuk menjemputku. Rencananya aku akan berangkat senin depan."
"Eh?"
Tapi setelah ia mendongak dan melirik ke arah Maou yang ada di sampingnya,
kedua tangan Suzuno yang terangkat ingin protes, langsung turun dengan
lemas begitu saja.
"Benar kan?"
"Meski aku tidak tahu apa yang kalian berdua bicarakan, tapi setidaknya aku
tahu kalau aku sedang diremehkan."
Melihat Emi dan Suzuno saling mengangguk satu sama lain tanpa ekspresi,
dari sudut pandang Maou, dia merasa perlu untuk menyuarakan
ketidaksetujuannya dengan serius.
Tidak akan ada orang yang bisa menang melawan anak kecil.
Chiho bertanya dengan ragu, lantas Emi pun mengangguk dengan sebuah
senyum kecut seolah tiba-tiba memikirkan sesuatu.
"Tenang, orang-orang di sana juga akan sibuk dengan berbagai hal, dan aku
juga harus bekerja, jadi aku akan kembali saat akhir pekan nanti. Urusan di
tanggal 12 nanti, aku tidak akan melupakannya!"
"Akan kukatakan hal ini terlebih dahulu, mengabaikan Bell sebentar saja,
sebaiknya kau tidak terpikir untuk melakukan hal yang tidak perlu."
Tanpa diduga, Emi dengan serius menatap tajam ke arah Maou, tapi Maou
mengabaikannya dan menjawab,
"Apa, membosankan sekali. Aku sudah terpikir membuat lencana jenderal dan
memberikannya padamu."
Tanggal 12 september, yang disebutkan oleh Emi dan Chiho adalah hari
minggu.
Di hari itu, karena keinginan kuat dari Chiho, mereka berencana menggelar
pesta ulang tahun gabungan untuk Emi dan Chiho.
Sistem kalender di Ente Isla berbeda dengan yang ada di bumi. Tapi hari ulang
tahun Emi, ada di awal musim gugur, jadi semuanya menyarankan untuk
merayakan pesta ulang tahun mereka berdua di hari ulang tahun Chiho yaitu
tanggal 10, tapi sayangnya, hari itu adalah hari jumat, yang mana merupakan
hari kerja.
Karena Maou yang sangat Chiho harapkan untuk hadir, memiliki jadwal kerja
sampai malam, setelah melakukan diskusi, mereka pun memutuskan untuk
menyelenggarakan pesta mereka dua hari kemudian, yaitu di hari minggu.
Karena jumlah orang yang akan hadir bertambah, pasti akan sulit untuk
meluangkan waktu di suatu hari tertentu.
"Jika aku bisa memotong-motongnya menjadi potongan kecil saat itu juga, ini
tidak seperti aku tidak bisa menerimanya. Sebenarnya, sebagian alasan kenapa
aku pulang adalah untuk memastikan kata-kata yang kebetulan kau ucapkan
itu, tidak akan menyebabkan efek yang aneh di sana."
Bagaimanapun juga, kabar tentang Raja Iblis Satan dan Jenderal Iblis yang
ternyata masih hidup, sekaligus kabar tentang Satan yang mengangkat
Pahlawan Emilia, Penyelidik Gereja Crestia Bell, dan seorang gadis dari dunia
lain sebagai Jenderal Iblisnya yang baru, telah menyebar di Ente Isla.
Meskipun itu adalah sesuatu yang harus dilakukan untuk melindungi Chiho,
tapi dari sudut pandang Emi dan Suzuno, ketika hal ini diketahui oleh orang
lain sebagai fakta, mereka tidak akan bisa mengeluh jika semua orang di Ente
Isla mulai mengkritik mereka di belakang.
Emi yang tidak bisa mentolerir sikap Maou yang terlampau optimis, melirik ke
arah jam tangannya.
"Oh tidak, jika aku tidak segera pergi, aku tidak akan bisa sampai tepat waktu
untuk jam tidur Alas Ramus."
"Sejak Chiho pergi latihan, dia terus saja menggangguku meminta mandi. Dan
itu harus air panas. Ketika aku pulang, mengisi air panas, dan mandi sampai
Alas Ramus senang, tak terasa jam 10 sudah lewat begitu saja."
(T/N : Edoko, anak dari zaman Edo, maksudnya anak yang selalu minta mandi
sebelum tidur.)
"Jika seorang Edoko terlahir dari Sephirah, betapa menggelikannya hal itu!"
"... Kalau begitu, aku sebaiknya segera pulang. Sampai jumpa tanggal 12."
Chiho menghentikan Emi yang ingin mengeluarkan karcis bulanan dari dalam
tasnya.
"Aku minta maaf. Aku bertemu dengan Em senin siang. Chiho harusnya masih
ada di sekolah kan?"
"Aww...."
Meski terkadang dia lupa karena memiliki terlalu banyak interaksi antar
budaya, tapi Chiho bukanlah seorang Edoko, melainkan gadis SMA yang
dilahirkan di Tokyo modern.
Karena liburan musim panasnya sudah berakhir, maka Chiho harus memenuhi
perannya sebagai murid.
Emi dengan pelan menepuk pundak Chiho untuk menghibur gadis yang
murung tersebut, Alas Ramus juga mengulurkan tangannya dan menyentuh
dahi Chiho berulang-ulang.
"Jangan khawatir, aku ini masih manusia yang terkuat, Sang Pahlawan.
Percayalah pada pencapaianku yang telah mengalahkan Raja Iblis dan
mengusir Malaikat Agung. Karena Alas Ramus juga ikut ke sana, jadi aku tidak
punya rencana untuk pergi ke tempat yang berbahaya ataupun bertarung
dengan orang lain, layaknya mengatur barang-barang di rumah lamaku, aku
pasti akan segera kembali."
"Itu benar! Kuperingatkan kau, akan sangat gawat kalau sesuatu terjadi pada
Alas Ramus, jadi jangan pernah berpikir melakukan hal-hal yang tidak perlu,
kembalilah setelah bertemu dan makan bersama Emerada!"
Maou yang akhirnya ingat kalau Emi dan Alas Ramus tidak bisa dipisahkan,
dengan cepat mengangkat kepalanya dan membungkuk ke arah Emi.
"Alasan utamanya itu ada padamu, aku tidak butuh nasihatmu! Kau, jangan
coba-coba mengambil kesempatan saat aku tidak ada dan mengacau! Dengan
banyak cara, aku pasti akan meminta Bell untuk mengawasimu dengan benar,
okay?"
"Haaah!! Bahkan jika aku tidak melakukan sesuatu yang khusus, aku masih
bisa memperoleh dunia yang lebih besar dengan Moped! Tidak akan ada yang
bisa menghentikanku! Saat kau kembali nanti, sebaiknya kau jangan menangis
ya!"
"Semoga saja kau lupa membeli kertas salinan, lalu diberhentikan oleh orang
yang ada di pusat ujian mengemudi!"
"Aah! Cukup, Emilia, sudah pulang sana! Raja Iblis juga, kau akan membuat
Chiho-dono telat pulang! Jika kalian tidak berhenti sekarang, pertarungan
antara Pahlawan dan Raja Iblis akan berubah menjadi percekcokan tentang
penjualan kertas salinan di pusat ujian mengemudi, dan dicatat dalam kitab
suci dan disebarkan ke generasi selanjutnya!"
Pertengkaran Maou dan Emi condong ke arah yang sama sekali tidak ada
artinya, dan Suzuno pun dengan paksa memisahkan mereka berdua untuk
menghentikan kejadian bodoh ini.
15 menit sudah terlewati setelah Emi memeriksa jamnya, baik itu membawa
gadis SMA berkeliaran, atau membuat seorang gadis kecil tetap terjaga, dalam
beberapa hal, hal ini sebenarnya sudah sangat kurang pantas.
"Chiho-dono, tenanglah. Meski ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan, tapi
aku punya banyak waktu. Aku juga ingin bertemu dengan Emerada-dono, jadi
aku akan mengantarnya secara langsung. Raja Iblis, begitu tidak apa-apa kan?"
"Kalau begitu Chiho, sampai jumpa minggu depan. Bell, aku akan mengirim
pesan padamu nanti."
Setelah Emi mengangkat kepalanya dan mengatakan hal tersebut, kali ini dia
benar-benar melewati gerbang tiket dan berjalan menuju bagian dalam stasiun.
Maou, Chiho, dan Suzuno, setelah menyaksikan Alas Ramus bersandar di bahu
Emi dan melambai dengan sekuat tenaganya, mereka bertiga tanpa sadar sudah
menenang.
"Ugh, tapi di pusat benar-benar menjual kertas salinan, kau tahu?"
"Siapa yang peduli denganmu.... Baik, pokoknya ayo kita cepat antar Chiho-
dono pulang. Chiho-dono, apa jam segini tidak apa-apa?"
"Hm?"
Dengan suara kereta yang bergerak terdengar di atas mereka, Chiho menatap
kereta yang harusnya ditumpangi oleh Emi dan Alas Ramus, dan berbicara
dengan pelan,
Maou yang merasa kalau tatapan Chiho beralih dari kereta ke arahnya, sedikit
mundur ke belakang.
"Tidak."
"Bukan, Maou-san! Bukan seperti itu, harusnya itu lebih.... aku juga tidak tahu
bagaimana cara mengatakannya."
"Dia sendiri bilang begitu sebelumnya...."
"Perasaan yang dia tunjukan pada orang lain akhir-akhir ini, rasanya sudah
tidak ragu seperti sebelumnya...."
Bagaimanapun, Maou juga merasa kalau beberapa hari ini, Emi terlihat sudah
pulih seperti saat mereka pertama kali bertemu di Jepang, dia menunjukkan
sifat proaktif sampai ke titik tertentu, dia juga telah berhenti memikirkan situasi
yang ada di sekitarnya.
"Hm?"
"Serius ini.... kalian berdua tidak tahu? Dalam beberapa hal, ini ada
hubungannya dengan Maou-san dan Suzuno-zan."
Chiho bergantian menatap wajah Maou dan Suzuno, merasa sangat terkejut.
Tapi Maou dan Suzuno hanya bisa saling memandang satu sama lain, merasa
bingung.
Ditambah fakta bahwa itu ada hubungannya dengan Emi, dan selain fakta
bahwa mereka bertiga yang tinggal di Jepang, mereka nampaknya tidak bisa
menemukan kesamaan mereka....
"Karena aku merasa frustasi tidak bisa mencapai level itu, aku tidak akan
memberitahu kalian!"
"A-apa itu?"
"Entahlah....?"
Dua orang, yang merasa seperti dikritik oleh Chiho, mengenyit sambil menatap
Chiho yang terlihat agak bahagia, dan mendekatinya.
Chiho memalingkan wajahnya dan menjawab jujur dengan ekspresi tidak puas
di wajahnya.
"'Pahlawan yang datang untuk memerangi Raja Iblis', telah memutuskan untuk
kembali ke kampung halamannya, kau tahu? Bukankah itu artinya dia sudah
sepenuhnya mempercayai Maou-san dan Suzuno-san?"
""!!!!""
"Sampai sini saja tak apa. Terima kasih sudah mengantarku! Suzuno-san, aku
mengandalkanmu untuk mengantar Yusa-san berangkat!"
Setelah Chiho tersenyum dan melambai, dia pun berbalik dan memasuki
rumahnya.
Setelah berdiri bengong di tempat dan menatap satu sama lain, Maou dan
Suzuno mengangkat bahunya dengan canggung, dan mengalihkan pandangan
mereka dari satu sama lain.
"Sebagai seorang Raja Iblis, ini adalah sesuatu yang harus disesalkan."
".... Kalau begitu anggap saja seperti itu.... Sudah saatnya kita pulang, jika kita
terlambat pulang karena mengobrol, Alsiel pasti akan mengomel lagi."
Setelah itu, Maou dan Suzuno berjalan melewati area perumahan di malam hari
tanpa mengatakan apa-apa, dan berpisah di lorong apartemen yang sama juga
tanpa berbicara sepatah katapun.
"Selamat datang kembali, Maou-sama! Ketika aku berpikir kalau Emilia tidak
akan ada di sini untuk sementara, aku merasa sangat segar! Kenapa kita tidak
pergi ke toko Yakiniku dan merayakannya?"
Selama sang Pahlawan pergi, seorang Jenderal Iblis hanya ingin memakan
Yakiniku? Rasanya ini seperti sudah tak tertolong lagi.
"Maou-sama?"
Maou mengambil ponsel dari dalam sakunya, dan menemukan sebuah pesan
yang dia terima lebih dari 10 menit yang lalu.
"Maou-sama?"
Ashiya dan Urushihara menatap pemimpin mereka yang ada di beranda dengan
bingung, tapi Maou yang mendongak sesaat setelahnya, menunjukkan ekspresi
marah di wajahnya.
"Ketika Pahlawan tidak ada, kalian hanya berpikir tentang yakiniku dan puding
karena kalian memang menyukainya? Itulah kenapa Emi mempercayai kita!!
Tunjukkanlah sedikit kesadaran dan kebanggaan sebagai Jenderal Iblissss!!!"
Teriakan marah Maou dan jeritan bingung dari Ashiya dan Urushihara,
terdengar di kamar sebelah, Suzuno pun menutup matanya dengan wajah tanpa
ekspresi dan menunggu keributan yang disebabkan oleh Maou yang menggila,
menenang.
"Raja Iblis sendiri harusnya tidak punya hak untuk mengomeli orang lain...."
Sebagai seorang pemimpin yang memarahi bawahannya karena yakiniku dan
pudding, Raja Iblis yang ada di kamar sebelah nampaknya terlalu terpengaruh
oleh budaya Jepang, Suzuno mendengarkan obrolan layaknya manusia yang
berasal dari kamar sebelah sambil merasa jijik, dia kemudian ingat tanya
jawabnya dengan Emi beberapa hari yang lalu.
Kalau begitu, tetangga sebelah yang sedang berada dalam mood yang buruk,
yang mana sangat dipercayai oleh Sang Pahlawan dan seorang gadis SMA,
sekaligus berencana mendapatkan SIM dengan mengikuti aturan lalu lintas,
seorang Raja Iblis--- iblis, sebenarnya mereka itu apa?
Akan tetapi, Raja Iblis Satan, Jenderal Iblis Alsiel, dan kepala suku
Malebranche Farfarello, telah muncul di hadapan Suzuno dan yang lainnya
dengan wujud manusia sepenuhnya.
"Apa ada cara untuk menyelidiki...... arti dibalik mereka yang memiliki
penampilan seperti itu ya?"
Jika ada terlalu banyak hal ditangani sekaligus, kelemahan pasti akan lebih
mudah terlihat, hal itu tidak hanya akan menyebabkan efek yang tidak
diketahui, hal itu mungkin bisa juga melibatkan Jepang dan Chiho.
Emi bilang kalau dia ingin mencari jejak yang ditinggalkan oleh ibunya.
Kalau begitu, kali ini, lebih baik fokus pada masalah itu saja.
Karena itu adalah misteri yang bisa melibatkan seluruh dunia, percuma saja
merasa cemas.
Dia harus menenangkan keributan di kamar sebelah yang sudah tidak bisa lagi
dia pahami.
Ini aneh. Meskipun Suzuno sudah berjanji kepada Emi untuk menangani
masalah yang mungkin terjadi nanti dan mengawasi Kastil Iblis....
Setelah membuat ketiga orang itu tenang, Suzuno yang kembali ke kamarnya
dan menutup pintu beranda yang ada di belakangnya, mendesah dalam-dalam.
"Tapi meski begitu... ini pun juga termasuk kondisi yang tenang...."
Meski rasanya tidak benar, tapi hal ini tidak buruk juga.
Kalimat itulah yang paling bisa menjelaskan situasi orang-orang itu saat ini.
XxxxX
Benda itu adalah batu kecil berwarna ungu, sebuah cincin sederhana dengan
fragmen Yesod tertanam di dalamnya.
Sebagai siswa SMA yang taat peraturan, Chiho tentu saja tidak bisa memakai
aksesoris semacam itu di sekolah.
Meskipun dia tidak pernah mendapatkan penjelasan yang konkrit, tapi Chiho
tahu kalau 'gerbang' itu adalah sebuah mantra special, dan sebuah cara untuk
bepergian dengan jarak yang amat sangat jauh.
Tentu saja Emi, Suzuno, Emerada, Alberto, Urushihara, Ashiya, dan Maou,
semuanya datang ke sini lewat 'gerbang' tersebut.
Chiho punya perasaan, ketika Emi dan Alas Ramus pergi melewati 'gerbang',
mungkin fragmen Yesod akan bereaksi.
Chiho berjaga-jaga apa ada seseorang yang lewat sambil menatap cincin itu....
"... Ah!"
Karena sudah melewati latihan mantra, Chiho juga bisa merasakan kekuatan
yang begitu kuat saat cincin itu bersinar terang, tapi meski begitu, dia tidak
merasa tubuhnya mengalami perubahan apapun.
Dan pada saat itulah, HP yang dia letakkan di sebelahnya, menerima sebuah
pesan.
Itu adalah pesan singkat dari Suzuno yang mengantar keberangkatan mereka.
Emi, salah satu teman berharga Chiho, lupakan soal Jepang, dia bahkan sudah
tidak ada di sudut manapun di bumi ini lagi.
Bagi Chiho yang tidak melihat Emi pergi melewati 'gerbang' dengan mata
kepalanya sendiri, fakta ini memberikan sebuah perasaan aneh.
Rasanya seperti Emi (Emilia Justina) tiba-tiba menjadi sebuah eksistensi yang
apatis, hal ini menyebabkan konflik di dalam dirinya.
Tapi Emi bilang kalau dia tidak akan melakukan sesuatu yang berbahaya, dan
Emerada pun juga ada bersamanya.
Karena itu adalah Emi, bahkan tanpa Chiho cemaskan pun, dia harusnya bisa
keluar dari bahaya dengan sangat mudah.
"Aku harap Ente Isla yang Yusa-san kunjungi bisa menjadi sedikit lebih
damai."
Akankah harapan ini bisa melampaui 'gerbang' dan melewati ruang, waktu, dan
bahkan dunia? Chiho yang masih belum berpengalaman dalam merapal mantra,
sama sekali tidak mengetahui jawabannya.
Namun.....
~~~
Dua minggu berlalu, bahkan setelah lewat tanggal 12 september, Emi masih
belum juga kembali.
Chapter 2 : Raja Iblis, Pertemuan
Stasiun Keio-Choufu adalah stasiun pusat dari Jalur Keio, dari kereta biasa
yang berhenti di setiap stasiun sampai kereta ekspres, berbagai macam kereta
yang beroperasi pasti akan berhenti di sini.
Kereta selanjutnya yang akan berangkat dari Shinjuku bisa dibedakan menjadi
kereta yang akan menuju arah Takao-Hachioju dan kereta yang akan menuju
arah Kanagawa-Sagamihara Hashimoto. Stasiun Choufu melayani semua
kereta itu sebagai stasiun persinggahan.
Cuaca sekarang ini sama dengan pagi biasanya, sangat pas jika memakai baju
berlengan pendek, tapi menurut ramalan cuaca, cuaca di siang nanti
kemungkinan akan menjadi sedikit tidak bisa diprediksi. Kemungkinan turun
hujan mencapai 60%.
Maou mengandalkan ingatannya dari bus terdekat beberapa saat lalu, dan
mencari pemberhentian busnya.
Saat dia menemukan area tunggu yang benar di tempat transit, di sana sudah
ada antrian panjang, dan Maou berjalan menuju ujung antrian tersebut.
Tanda pada pemberhentian bus tersebut, memiliki kata-kata 'Bus Keio, menuju
stasiun Musashi-Kogane, Pintu Masuk Aula Latihan'.
Untuk kembali meninjau apa yang dia pelajari sebelum bus memasuki terminal,
Maou hendak mengeluarkan beberapa buku referensi ujian dari dalam tasnya
ketika,
"Mama!!"
"!!!"
Sebuah suara yang terdengar dari arah belakangnya, membuat dia seketika
menoleh.
Terdapat seorang gadis kecil yang ingin mendapatkan perhatian dari ibunya
yang sedang melihat peta di depan stasiun. Dia merentangkan tubuh kecilnya
dengan susah payah, dan memegang tangan ibunya.
"......"
Pandangan Maou untuk sesaat berhenti pada ibu dan anak yang tidak dia kenal
itu.
"Ok ok, maaf. Apa kau baik-baik saja? Apa terlalu panas?"
Ada banyak sekali orang di stasiun Choufu saat siang hari, Maou, menelusuri
jejak ibu dan anak yang telah menghilang dalam kerumunan di depan stasiun,
sebelum akhirnya mendesah dan mengeluarkan tangan dari dalam tasnya.
Dia sudah mengingat semua pertanyaan untuk Surat Izin Moped. Bahkan tanpa
melihat buku pun, dia bisa mengingat mereka semua.
"Kedua kalinya ya..."
Warga Tokyo yang ingin mendapatkan Surat Izin Mengemudi, biasanya harus
pergi ke salah satu tempat ujian SIM yang ada di Fuchu, Samezu, atau Koto
untuk mengikuti ujian.
Dan bagi Maou, ini adalah kedua kalinya dia mengunjungi tempat ujian SIM
di Fuchu dalam satu bulan ini.
Ketika Maou membuka mulutnya untuk berbicara, sebuah bus akhirnya tiba
seolah bisa mendengar suaranya.
Di antrian yang Maou ikuti, selain penumpang biasa, sepertinya ada juga orang
yang menuju tempat yang sama dengan Maou. Gerombolan orang tersebut
menaiki kendaraan secara berurutan dan berpencar-pencar secara acak saat di
dalamnya.
Maou cukup beruntung dan bisa duduk di kursi satu orang yang ada di sebelah
pintu.
Karena dia tidak boleh gagal kali ini, Maou mengeluarkan buku tulisnya dam
mulai meninjau kembali apa yang dia pelajari.
Dia telah mengatur jadwalnya secara khusus demi ujian tersebut, dia telah
menghabiskan 300 yen untuk mendaftarkan diri dalam arsip nasional,
menghabiskan 700 yen untuk mendapatkan foto berukuran passport dari
tempat foto yang mana sudah tidak dia lakukan lagi setelah melamar di
MgRonalds, menghabiskan 170 yen untuk biaya kereta dan 230 yen untuk
biaya bus, hanya untuk berakhir gagal dalam ujian tulis.
Maou merasa jawabannya sudah sempurna. Dia bahkan sudah berusaha keras
sampai bisa mengingat semua ketentuan hukum yang ada. Tapi kenapa dia
gagal?
"Ah!!"
Dan mengeluarkan suara paling konyol yang pernah dia buat seumur hidupnya.
Melalui ingatan yang telah dijamin oleh bakat, kerja keras, dan insting iblis
milik Maou, dia mengingat sebuah kenyataan yang begitu kejam.
Karena ujian itu terdiri dari pertanyaan benar atau salah, ujian tersebut
menyediakan satu lembar jawaban yang terpisah untuk menjawab.
Karena itu adalah soal pilih salah satu yang simpel, meski kau mengacaukan
urutan jawabannya, sepertinya tidak mungkin seseorang akan salah menjawab
semuanya, tapi untuk ujian kali ini, kriteria lulusnya adalah 45 dari 50.
Bahkan jika satu pertanyaan terjawab benar meski salah urutan, tidak mungkin
kau bisa mendapatkan tingkat jawaban benar mencapai 90%.
Dan begitulah, Maou mengalami rasa penyesalan yang begitu dalam karena
tidak lulus di ujian pertamanya.
"Orang itu, dari awal..... hanya bisa membuat masalah untukku saja...."
Satu kalimat ini cukup untuk menjelaskan situasi yang terjadi dalam 2 minggu
ini.
Tidak hanya Maou, baik itu Ashiya, Chiho, dan Suzuno, semua orang bersikap
seperti ini. Sementara Urushihara, dia tidak jelas. Emi kembali ke Ente Isla di
hari senin dua minggu yang lalu.
Di hari itu, Maou pergi bekerja, dan Chiho harus sekolah.
Karena Ashiya dan Urushihara tidak punya alasan khusus untuk melihat
keberangkatannya, Maou, melalui pesan yang dikirim oleh Suzuno, tahu
bahwa Emi telah berangkat menuju Ente Isla di siang harinya.
Selain fakta bahwa tujuannya bukan bumi, Emi dan lainnya merasa tidak punya
alasan ataupun kwajiban untuk memberitahu Maou, Ashiya, dan Urushihara
tentang keadaan mereka baru-baru ini.
Dan Maou yang berasumsi bahwa Emi masih berhubungan dengan Chiho dan
Suzuno melalui suatu cara, tidak mencari tahu tentang hal tersebut.
Selain itu, tanpa pengingat dari Emi, Maou sebenarnya memang bermaksud
untuk belajar dengan baik menyiapkan ujian SIM yang akan diselenggarakan
minggu depan, jadi dia tidak begitu memperhatikan situasi yang ada di
sekitarnya.
Sebagian karena Sariel naksir berat dengan manager MgRonalds yang ada di
depan stasiun Hatagaya di mana Maou bekerja, yaitu Kisaki, dan ditambah
fakta bahwa Malaikat Agung ini, melalui latihan mantra yang dijalani oleh
Chiho, berhasil memperpendek jarak antara dirinya dan Kisaki (setidaknya
begitu bagi Sariel sendiri), akhir-akhir ini, dia menjadi sangat ramah terhadap
Maou dan Chiho.
Selain itu, ketika dia berpikir bahwa Emi yang biasanya terus mengomel tidak
ada di sampingnya, Maou merasa seolah bisa fokus bekerja dan belajar dengan
cepat.
Perasaan lepas ini juga mempengaruhi Ashiya yang biasanya sangat ketat soal
pengeluaran, dia tidak hanya menambah makanan yang dipilih oleh Maou dan
yang lainnya untuk makan malam, dia bahkan tidak komplain kepada
Urushihara yang mengambil kesempatan ini untuk berbelanja online terus
menerus.
Meskipun Chiho terlihat sangat khawatir dengan keadaan Emi, tapi Emi
tetaplah manusia terkuat di dunia --Emilia Sang Pahlawan. Karena dia dengan
santainya bilang kalau dia akan kembali, maka Maou akan merasa kalah jika
dia memikirkannya terlalu berlebihan, jadi Maou, dengan pemikiran tersebut,
sama sekali tidak menentang kecemasan Chiho.
XxxxX
Dari sudut pandang Maou, dia hanya akan merasa kesulitan jika ditanya hal ini
oleh orang lain.
Bahkan jika Emi sudah kembali dari kampung halamannya, dia tidak punya
alasan untuk menghubungi Maou.
".....??"
Tepat ketika Maou dan Ashiya saling menatap satu sama lain dengan heran
dan ketika Urushihara kembali tertidur di meja komputernya, Suzuno, dengan
pelan berjalan di lorong selama beberapa saat, dan seolah memantapkan
pikirannya, dia berbicara,
Jika Maou tidak salah ingat, Emi seharusnya kembali kemarin, di kotak tanggal
12 yaitu besok, terdapat tulisan tangan Chiho yang imut,
Hari berikutnya, juga belum ada kabar dari Emi sama sekali.
Meski kemarin Maou sibuk menghibur Chiho yang khawatir dengan Emi, kali
ini, bahkan dia juga mulai merasa ada sesuatu yang tidak beres.
Dan hari ini adalah tanggal 12, hari di mana ia membuat janji dengan Chiho.
Meski dia merasa tidak senang dengan keikutsertaan Maou, tapi Emi
seharusnya takkan merasa tidak senang merayakan ulang tahunnya bersama
dengan Chiho, dan melanggar janjinya tanpa meminta maaf sama sekali.
Hari ini Suzuno juga datang ke Kastil Iblis pagi-pagi sekali untuk memastikan
keselamatan Emi.
"Apa tidak cara untuk menghubungi orang yang bernama Emerada itu?"
Maou mencoba menanyakan hal tersebut, dan Suzuno yang bahkan tidak
masuk ke dalam kamar, berbicara dengan pelan sambil berdiri di beranda.
Penyihir dari Saint Aire dan Penyelidik dari Dewan Pembenaran Ajaran yang
awalnya tidak memiliki hubungan langsung, saat ini telah bertukar nomor HP
di dunia lain Jepang, dan meski tidak diketahui siapa yang memulainya,
mereka berdua tetap menunjukkan senyum yang membuat penasaran.
Setelah itu, melalui Idea Link menggunakan HP, Suzuno menerima pesan
kalau Emi sudah sampai dengan selamat. Namun, hal ini justru membuat
semuanya semakin sulit dimengerti kenapa dia sekarang tidak bisa
menghubungi Emi ataupun Emerada.
Dibandingkan saat kedua faksi manusia dan iblis berperang karena campur
tangan berbagai kekuatan di Ente Isla, situasi sekarang ini telah menjadi
semakin rumit.
Jika ini adalah buah dari kedamaian yang Emi bawa, ini semua terlalu ironis,
semua orang di dunia manusia saat ini sedang berada dalam situasi perang di
mana salah satu dari lima benua, yaitu Benua Timur, telah menciptakan benih
permusuhan dengan benua lain.
Klan Malebranche yang ingin menghidupkan kembali Pasukan Raja Iblis, telah
menyusup ke dalam Benua Timur. Dan salah satu orang yang menarik benang
tersebut, adalah orang yang ikut berperang melawan Raja Iblis sebagai rekan
sang Pahlawan, yaitu Olba Meyers.
Meski sudah sangat rumit, para Malebranche itu tetap mengutus perwujudan
dari bola yang menciptakan dunia, benda yang dicari oleh para Malaikat --
Sephirah, untuk datang ke Jepang, hal ini membuat orang-orang merasa kalau
para Malaikat saat ini sedang bekerja di balik layar.
Meski orang yang tahu hal ini sangat sedikit, tidak peduli alasan apa yang
mereka miliki ketika nanti mengambil tindakan, bisa dipastikan kalau hal ini
bukanlah masalah yang bisa diselesaikan hanya dengan mengakhiri perang
antar manusia di Ente Isla.
"Jika komunikasiku dengan Ente Isla terlalu sering, akan ada resiko pihak
Gereja mendeteksi gelombang Idea Link yang kugunakan, jadi aku tidak bisa
membuat kontak ke sana dengan ceroboh."
Misi rahasia yang diberikan kepada Suzuno oleh Gereja masih belum ditarik,
dan Suzuno tidak memiliki niat untuk melaksanakannya.
Perintah yang dulu diterima oleh Suzuno adalah untuk menyebarkan kabar
palsu tentang kematian Pahlawan Emilia, dan menyembunyikan kemurtadan
Olba saat dia tidak melakukan apa-apa terhadap fakta bahwa Raja Iblis masih
hidup.
Jika tujuan ini tidak bisa dicapai, maka dia harus membunuh Maou dan Emi,
membuat kebohongan Olba menjadi nyata.
Namun, meski dia tidak dicurigai, Suzuno tidak bisa membiarkan orang lain
tahu kalau dia telah menentang tujuan dari Divisi Pelaksanaan Gereja.
Lagipula, kabar tentang 'Crestia Bell menjadi Jenderal Iblis yang baru' telah
mencapai telinga para iblis yang mendiami Benua Timur.
Olba nampaknya telah memisahkan diri dari kegiatan Gereja pada saat itu, jadi
dalam jangka waktu pendek, Suzuno tidak perlu khawatir kalau Gereja akan
mendapatkan informasi yang dimiliki oleh para Iblis. Tapi meski begitu, posisi
Suzuno masih jauh lebih baik ketimbang Emi.
"Huuh, hanya fakta bahwa Emilia masih hidup saja sudah sangat tidak
menguntungkan bagi Gereja, Olba juga mengatakan hal ini beberapa kali
sebelum datang ke sini."
Urushihara ingat apa yang terjadi sebelumnya dan mengatakan hal tersebut,
"Bell, dari apa yang kau katakan, semenjak kau datang ke Jepang sampai
sekarang, apa kau sudah menekan masalah ini?"
"Kau benar. Terkait dengan Sariel-sama, aku tidak bisa mengatakan apa-apa....
tapi jujur saja, alasan kenapa semuanya bisa menjadi seperti sekarang ini,
kalian itu juga ikut bertanggung jawab."
"Apa?"
"Dia tidak hanya tidak memerangi Raja Iblis karena dia percaya kalau si Raja
Iblis itu tidak akan melakukan sesuatu yang buruk, dia bahkan meninggalkan
Raja Iblis itu dan kembali ke kampung halamannya. Kalau sudah begini, tak
peduli berapa lama aku menunggu, situasiku tidak akan pernah berubah."
"Ugh...."
"Jika aku bisa menyingkirkan kalian semua sekarang, situasinya mungkin bisa
sedikit berubah kau tahu."
"Emerada?"
"Yeah, Emilia tidak bisa menggunakan mantra pembuka 'Gate', dan begitupun
Emerada-dono. Mereka mengandalkan alat yang disebut 'Pena Bulu
Malaikat'."
Setelah mendengar nama alat itu, Maou sedikit mengernyit karena alasan yang
tidak diketahui, namun, orang-orang yang ada di sana tidak menyadari hal
tersebut.
Alasan kenapa nada Suzuno terdengar ragu-ragu, mungkin karena dia tahu
kalau semua ini hanyalah dugaan semata.
".... Jika aku tahu alasannya, aku tidak mungkin akan merasa secemas ini."
Benar, pada dasarnya, Emi memang memiliki tubuh kuat yang jauh lebih kuat
dibandingkan manusia di bumi ataupun Ente Isla.
Meskipun itu karena sihir suci dan darah malaikatnya, bahkan jika Emi
mengalami kecelakaan lalu lintas di jalan, dia seharusnya tidak akan terluka.
Jika musuhnya setingkat Kesatria, entah dia disergap oleh musuh yang lebih
dari satu orang, ataupun tangan kakinya terikat dan mulutnya terbungkam, Emi
pasti bisa mengalahkan mereka hanya dengan menggunakan mantra semata,
bahkan tanpa mengerakkan jarinya.
"Hey, biar kutanya sesuatu padamu, apa mantra pembuka 'Gate' itu benar-benar
sesulit itu bagi manusia?"
"Apa?"
"Uh, meski kami sekarang seperti ini, baik itu aku, Ashiya, ataupun Urushihara,
kami semua bisa merapal mantra pembuka 'Gate' itu sendiri. Ditambah lagi,
Olba nampaknya juga bisa menggunakannya, jadi aku benar-benar tidak
mengerti kenapa kau dan Emi tidak bisa menggunakannya."
"Sebenarnya, ini bukan seperti aku tidak tahu cara menggunakannya. Selama
Emilia mendapatkan pelatihan yang benar, dia mungkin bisa mempelajarinya.
Pokoknya, mantra pembuka 'Gate' itu tidak hanya membutuhkan sihir suci
dalam jumlah besar, mantra ini juga membutuhkan ritual mantra yang rumit.
Meski aku bisa mempelajari ritual mantranya, bila aku tidak memiliki penguat
yang sesuai, dan nantinya aku bisa membuka 'Gate', aku tetap tidak akan bisa
menentukan tujuan setelah melewati 'Gate' tersebut."
"Benar..."
"Meskipun ada orang lain yang berlatih menggunakan mantra pembuka 'Gate'
di Departemen Penyebar Ajaran Luar Gereja termasuk aku, selain Olba-sama,
aku tidak berpikir ada orang lain yang bisa menggunakannya tanpa penguat.
Adapun untuk penguat utamanya, mereka mengacu pada gedung besar yang
dibangun di pusat Gereja, Saint Ignord dan beberapa Gereja yang
mengendalikan wilayah di Benua Barat, yaitu 'Tangga Surga'. Jadi, sebelum
merapal mantra, seseorang harus melakukan perjalanan menuju tempat-tempat
tersebut."
"Oh~"
"Jika hanya membuka 'Gate', mungkin aku juga bisa melakukannya tanpa
bantuan, tapi ya paling banyak ya hanya seperti itu. Aku tidak bisa menjamin
keselamatan orang yang melewati 'Gate' tersebut, dan jika aku ingin melewati
'Gate' yang kubuat sendiri, maka aku perlu memiliki kemampuan untuk
mempertahankan keadaan 'Gate' yang terbuka tersebut dengan stabil.
Meskipun aku tidak tahu waktu yang diperlukan, jika aku kehabisan energi di
tengah jalan dan membuat 'Gate' kehilangan stabilitasnya, aku takkan bisa
memprediksi kemana aku akan dikirim."
"Ooh..."
Maou dan Ashiya hanya bisa saling menatap satu sama lain dan mengangguk
menunjukkan kesetujuan mereka.
"Setelah dipenuhi dengan sihir suci, sihir suci tersebut akan berubah menjadi
sihir iblis, bukankah kalian sudah berhasil melakukan eksperimen itu
sebelumnya? Jika kita bisa membuat Maou mendapatkan kembali sihir iblisnya,
harusnya membuka 'Gate' beberapa kali sama sekali bukan masalah, benar?"
Kata Ashiya dengan kagum, tapi Suzuno menjawabnya dengan wajah dingin,
"Saat itu masih ada Emi. Dengan sihir suci Suzuno, bahkan jika dia
menggunakan kekuatan penuhnya dan menyuntikkannya ke dalam tubuhku,
hal itu hanya akan membuatku kesakitan dan tak mungkin bisa memulihkan
sihir iblisku."
"Meskipun aku frustasi, tapi Raja Iblis memang benar. Sihir suci yang kumiliki
mungkin tidak sampai setengah dari yang Emi miliki. Pada dasarnya, kapasitas
kami sejak awal memang berbeda. Jika hanya sihir suciku saja yang
disuntikkan, dan jika aku tidak berhati-hati lalu membuat Raja Iblis mengalami
keracunan sihir suci, maka kalian semua pasti akan jadi pengangguran bulan
depan."
"Ugh."
"Mustahil ya.... dan kupikir itu adalah ide yang bagus."
".... Tunggu dulu. Kapan topik ini berubah menjadi Emi berada dalam bahaya
dan aku harus menyelamatkannya?"
"Meskipun kalian kelihatannya sudah lupa, tapi aku ini Raja dari para Iblis,
musuh Emi kau tahu? Terlepas dari apakah manusia Ente Isla ingin berperang
atau semacamnya, itu tidak ada hubungannya dengan kita, lebih tepatnya, jika
kalian saling membunuh satu sama lain karena perang, itu malah akan menjadi
keuntungan kita. Dan kembali ke Ente Isla ataupun terlibat masalah di sana, itu
semua adalah tanggung jawab Emi. Apapun yang terjadi nanti, ini adalah
masalahmu dan masalah Emi, dan tidak ada hubungannya dengan kami. Huuh,
meskipun Chi-chan menjadi agak kasihan."
"Bahkan jika Pasukan Raja Iblis menyerang bersama-sama, mereka itu bukan
tandingan Emi. Selain itu, setelah kembali ke Ente Isla, sihir suci yang
terkumpul di tubuhnya pasti akan bertambah, dan dia akan menjadi beberapa
kali lebih kuat daripada saat berada di sini. Percuma kita mengkhawatirkan
dia."
Maou berbicara dengan cepat, tidak seperti biasanya sambil menatap ke arah
Suzuno.
"Karena kau tak bisa apa-apa sekarang, maka kami pun juga sama. Dan kami
ini berbeda denganmu dan kami tidak perlu khawatir dengan keselamatan Emi.
Lagipula, orang itu kembali atas kemauannya sendiri."
"Topik itu berakhir di sini. Karena Emi tidak datang, maka pesta hari ini akan
dibatalkan. Aku harus bersiap-siap untuk ujian mengemudi besok. Hey,
Urushihara, minggir."
"Raja Iblis."
"Bahkan jika Chiho-dono meminta bantuanmu, apa kau akan mengatakan hal
yang sama?"
"... Ugh."
Maou terdiam sesaat, tapi dia tetap menjawab dengan keras kepala.
Terkait dengan hal ini, Ashiya dan Urushihara juga tidak mengatakan apa-apa.
Tapi....
"Maou-san...."
Sebuah suara lemah membuat punggung Raja Iblis yang membungkuk, serta
hatinya menjadi bergetar.
"Sa-Sasaki-san...."
Orang yang berdiri di depan Ashiya yang mengerang dan Urushihara yang
nampak meledek Suzuno, adalah Chiho yang berwajah sedih.
Chiho yang muncul di samping Suzuno, menatap lurus ke arah Maou yang
menoleh dengan sebuah tatapan cemas.
Alasan kenapa Suzuno tidak memasuki kamar adalah karena hal ini.
".... Tsk...."
"Aku tahu kalau Maou-san bukanlah tipe orang yang antara perkataan dan
perbuatannya tidak sama."
"....Eh?"
Maou kira dia akan dimarahi dengan dingin, tapi Chiho malah mengatakan
sesuatu yang tak terduga.
"Maou-san itu Raja Iblis, Yusa-san itu Pahlawan.... Kalian berdua sejak awal
adalah musuh, aku tahu semua itu. Kalau Maou-san bilang bahwa kau tidak
peduli dengan apa yang terjadi pada 'Pahlawan Emilia', kau pasti sangat serius
soal itu."
"Raja Iblis Satan dan Pahlawan Emilia telah menjadi musuh sejak mereka
bertemu, dan sampai sekarang, ini adalah fakta yang tidak bisa dibalik. Aku
juga merasa kalau kalian hanya menganggap satu sama lain sebagai musuh....
tapi, Maou-san.... bukankah sebelumnya kau bilang.... kalau kau akan
memberiku hadiah yang luar biasa?"
"Meskipun Yusa-san mungkin sangat enggan dan mungkin juga tidak.... tapi,
bukankah sebelumnya kau bilang.... bahwa aku, Suzuno-san.... dan Yusa-san,
adalah Jenderalmu.... kau bilang kami bisa tetap berada di sampingmu, dan kau
ingin kami untuk melihat dunia yang baru...."
".... Sasaki-san."
Ashiya dengan serius mendengarkan suara Chiho saat Chiho berusaha untuk
berbicara pada Maou, lalu dia memberikan sebuah tamparan pada wajah
Urushihara yang berbicara tanpa membaca suasana.
Chiho melihat ke arah Urushihara yang tidak bisa berbicara karena rasa sakit
di hidungnya karena dampak tamparan tersebut dan terus berbicara,
"...."
"Bahkan jika kecemasanku ini tak berarti, tak apa. Lebih baik begini.... tapi,
bagi seorang Yusa-san yang begitu luar biasa, bisa belum kembali itu,
membuatku sangat khawatir...."
"Chiho-dono...."
"..... Yeah."
"Chi-chan."
"....Ya."
Pada saat itu, Maou tidak tahu kenapa dia ingin menghentikan Chiho.
".... Sebaiknya kau jangan menggunakan Idea Link dengan gegabah untuk
berkomunikasi dengan Emi, okay? Jika Emi benar-benar menemui situasi yang
sulit, situasimu mungkin juga bisa menjadi berbahaya."
Chiho tidak berbalik, jadi tidak bisa dipastikan ekspresi apa yang dia tunjukan
sekarang....
"Aku mengerti."
Tapi setelah mengatakan hal itu dengan pelan, dia pergi meninggalkan Villa
Rosa Sasazuka.
".... Kau...."
Dia ditipu.
Meski Maou menatap tajam ke arah Suzuno, tapi mereka berdua tahu betapa
lemahnya kekuatan Raja Iblis sekarang.
"Jika aku tidak melakukan ini, aku sungguh tak akan bisa memastikan
perasaanmu yang sebenarnya."
"Meski ini bukan ideku, karena aku juga menjadi salah satu Jenderal di
Pasukan Raja Iblis yang baru, aku berharap 'Master'ku akan terpikir
melindungi 'rekan'ku, harusnya ini tidak bisa dianggap tak beralasan kan?"
".... Mengenai masalah itu, sebaiknya kau menjelaskan padaku dengan benar
nanti."
"Meski kubilang bahwa, akan sangat memalukan bagiku sebagai Jenderal, jika
aku sudah merepotkan 'Master'ku sejak awal, tapi semenjak aku mendapatkan
jaminanmu, aku akan membiarkannya seperti itu untuk sekarang."
"......"
"Kalau begitu, aku akan coba memikirkan apa yang bisa kulakukan. Jika semua
ini berubah menjadi tak ada yang perlu dikhawatirkan seperti apa yang
dikatakan Chiho-dono, tentu saja akan sangat bagus."
"..... Sial...."
Jawab Maou dengan tidak senang pada Ashiya yang berbicara dari belakang.
"Tidak, jujur saja aku sangat menentang masalah menunjuk Emilia dan Bell
sebagai Jenderal Iblis, tapi dibandingkan itu, ada sesuatu yang lebih
mengkhawatirkan."
"Huh?"
Ashiya duduk di belakang Maou dengan punggung tegak dan berbicara sambil
berada di ketinggian yang sama dengan Masternya.
"....."
Maou menatap layar komputer yang ada di depannya, yang mana menunjukkan
pertanyaan untuk ujian SIM.
Pertanyaannya, dari sudut pandang kendaraan yang bergerak, terdapat sebuah
jalur penyeberangan pejalan kaki dan persimpangan, temanya adalah
'Memprediksi bahaya'.
"Tentu saja, jika mereka berencana melukai Emilia secara langsung, meski itu
adalah Pasukan Iblis kita, seharusnya itu bukan masalah baginya. Tapi karena
manusia di Ente Isla sedang dalam situasi tidak rukun..... maka hal yang bisa
melemahkan 'bahaya' dari senjata dan kekuatan Emilia, bukanlah hanya
pedang yang datang dari depan saja."
"....."
"Meski Emilia telah dikhianati oleh manusia di Ente Isla, dia tetap saja bangga
menjadi Pahlawan dan penyelamat manusia. Sebagai manusia, kalau kau ingin
menekan Emilia secara moral, cara apa yang paling efektif?"
"Bagi Raja Iblis yang memilih tinggal di sini untuk mempelajari cara berpikir
manusia, dia punya tugas untuk mengetahui hal-hal ini."
Seorang bawahan yang bisa memberikan saran pada Masternya, adalah suatu
keberadaan yang sangat berharga.
"Selain Emerada Etuva dan Alberto Ende, Emi tidak memiliki rekan lain di
Ente Isla saat ini. Kekuatan penguasa Gereja sangatlah nyata, bahkan klan
Malebranche yang dipimpin oleh Barbariccia sekaligus Surga adalah
musuhnya. Jika orang-orang ini melalui suatu cara tahu bahwa Emilia ada di
Ente Isla, yang telah menjadi seperti medan tempur utama, apa menurutmu
mereka hanya akan diam dan menonton saja?"
Tapi di sisi lain, tidak sulit membayangkan Emerada dan Alberto diawasi oleh
banyak kekuatan yang berbeda.
Bagaimanapun juga, mereka tidak hanya melarikan diri dari status tahanan
rumah yang diberikan oleh Gereja dengan kekuatan mereka sendiri, mereka
bahkan membantah kabar tentang kematian Emilia yang secara resmi
dikeluarkan oleh Gereja.
Jika pergerakan Emerada berhasil diketahui oleh seseorang seperti apa yang
Suzuno prediksi, faksi mereka mungkin akan menggunakan kesempatan ini
dan mengatur jebakan untuk Emerada, lalu, hal yang akan terjadi selanjutnya....
"Tepat sekali. Dan tidak hanya menahan Emerada, selama mereka bisa
menekan kekuatan Emilia, tidak masalah siapapun targetnya. Menculik
eksistensi yang penting bagi Emilia untuk menekan kemampuan bak dewa
miliknya.... bukankah manusia semacam itu ada?"
"Benar sekali. Pada dasarnya, sebelum aku menyatukan Dunia Iblis, strategi
tingkat tinggi seperti 'menculik sandera', sama sekali tidak ada di Dunia Iblis,
dan tidak ada pula manusia yang akan punya ide untuk menjadikan iblis
sebagai sandera. Tapi.... Apakah manusia harus melakukan hal seperti itu pada
Emi? Apapun alasannya, dia itu masihlah Pahlawan yang menyelamatkan
dunia kan?"
Manusia di Ente Isla sama sekali tak punya alasan dan sangat tidak masuk akal
jika mereka menjadikan Emilia sebagai musuh mereka.
"Meski tak ada gunanya mengatakan ini sekarang, sebelum Farfarello kembali,
kupikir menunjuk Bell dan Emilia sebagai Jenderal Iblis adalah keputusan
yang sangat buruk."
"Ketika aku pertama kali mendengar hal ini, kupikir ini adalah rencana Maou-
sama untuk melemahkan hubungan Bell dan Emilia.... tapi sepertinya bukan
seperti itu."
Barbariccia yang berkhianat dan meninggalkan Dunia Iblis, terlepas dari motif
apa yang dia miliki saat bertindak, jika dia terus membahayakan Jepang, Emi
dan Suzuno pasti tidak akan hanya diam dan menonton saja.
Untuk mencegah semuanya agar tidak menjadi seperti itu, sangat perlu bagi
Raja Iblis sendiri untuk mengumumkan kalau musuh para iblis di masa lalu,
bukan lagi musuh untuk sekarang.
Bagi Raja para Iblis, cara berpikir ini sangatlah benar. Namun, meski benar....
"Uh, hm? Karena Emi dan Suzuno sekarang seperti ini.... dan Farfarello
membawa kabar ini ke Afsahan... dan karena Benua Timur sekarang
dikendalikan oleh Barbariccia...."
"Aku paham, hal ini membuat para manusia marah! Karena mereka pikir Emi
dan Suzuno adalah pengkhianat!"
Ashiya mendesah.
"Karena kabar ini dibawa oleh iblis, dan karena berita resmi dari Gereja
mengatakan bahwa Emilia telah gugur, lalu mengingat kalau misi Suzuno
adalah misi rahasia, mungkin manusia tidak akan langsung mempercayainya,
tapi meski begitu, mungkin sudah ada beberapa orang yang mulai bertindak
karena mereka merasa curiga."
Seperti apa yang Suzuno katakan tadi, kedepannya mereka mungkin akan
mengirim seorang pembunuh baru atau pasukan manusia dalam jumlah besar.
Maou mengira dia telah menghilangkan ancaman dari para iblis, tapi tanpa dia
ketahui, dia telah membuat Emi dan Suzuno berada dalam bahaya.
Meskipun dengan setengah niat bercanda, tapi Suzuno tadi memang menyebut
dirinya sebagai seorang 'Jenderal'. Dan mungkin karena ia memikirkan
keselamatan Chiho, selain pada saat itu, Emi juga nampak menerima fakta ini.
"Itu....."
"Karena dia memahami hal ini, itulah alasan kenapa Emilia dan Bell tidak
mengatakan apa-apa, tentunya sebagian dari alasan itu adalah karena mereka
peduli dengan Sasaki-san.... tapi bukankah ini artinya mereka ingin melindungi
keadaan saat ini.... melindungi hidup di mana meski kita tidak rukun dan
memiliki berbagai masalah, kita tetap bisa berkumpul dan makan malam
bersama?"
"Soal itu, dengan kita saat ini, selama Maou-sama bisa memenuhi ambisimu
menaklukan dunia, aku tidak akan peduli apapun prosesnya. Tapi tentu saja,
secara pribadi, aku tidak ingin menghadapi situasi dimana aku harus bekerja
sama dengan musuhku."
"Huh?"
"Emilia memiliki semangat dan fisik yang kuat. Dengan memikirkan hal itu,
meski orang biasa hendak memaksanya melakukan sesuatu, mereka tak
mungkin bisa memanfaatkan kekuatan tersebut, dan jika mereka tidak berhati-
hati, mereka mungkin akan diserang balik oleh Emilia sendiri."
"Apa maksudmu?"
"Faksi mana.... yang bisa melihat apa yang Emilia miliki selain kekuatan
tempurnya?"
"Hey, jangan-jangan....."
Jika hipotesis ini benar, dan Emi memang menemui masalah, Alas Ramus pasti
juga akan terpengaruh.
Dengan suara pintu geser yang terbuka, Urushihara tiba-tiba membuka lemari
dan dan berjalan keluar.
"Kita tidak tahu apakah sistem penanggalan di Ente Isla itu sesuai dengan
sistem penanggalan Jepang, lalu kereta kuda yang ada di sana juga berbeda
dengan Jepang dan tidak akan mencapai tujuannya sesuai jadwal kan? Selain
itu, dia juga harus mempertimbangkan jadwal Emerada Etuva, jadi dia
mungkin belum kembali karena sulit menemukan waktu yang pas."
"Meski kita tidak punya hak untuk mengatakan ini, tapi Ente Isla masihlah
negeri yang sedang memulihkan diri karena diserang oleh Pasukan Raja Iblis,
jadi mungkin berbagai fasilitas di sana belum pulih sepenuhnya, menurutku
Emilia itu hanya terlalu terbiasa dengan gaya hidup di Jepang, itulah kenapa
dia terlambat."
".... Cara berpikirmu terlalu optimis."
"Tapi kalau seperti Sasaki Chiho yang mulai menangis meski hari ini belum
berakhir, rasanya benar-benar terlalu pesimis. Kalian memang membicarakan
tentang kemungkinan adanya sandera, tapi pasukan penyerangan barat yang
kupimpin sebelumnya, tidak hanya Emerada Etuva, kami juga menahan
beberapa orang penting di Saint Aire kau tahu? Namun, pada waktu itu, Emilia
tidak hanya membebaskan semua sandera, dia bahkan juga mengalahkan
pasukanku pada akhirnya. Jadi rasanya sulit membayangkan kalau dia akan
dikendalikan oleh orang lain hanya karena mereka punya sandera."
Seperti yang diharapkan dari Urushihara yang telah bertarung dan kalah dari
Emi sebanyak dua kali, rasanya penjelasannya cukup persuasif.
Benar, jika itu adalah Emi, seharusnya dia bisa memecahkan tipuan apapun
mengenai manusia normal hanya dengan kekuatannya saja.
"Kenapa kita tidak mengamati situasinya sebentar? Ini tidak seperti aku tidak
paham dengan kecemasanmu terhadap Alas Ramus, tapi selama Emilia masih
hidup, dia pasti akan baik-baik saja kan? Setidaknya, untuk sekarang, di bumi
ataupun Ente Isla, aku tidak bisa memikirkan orang yang bisa membunuh
Emilia seorang diri."
Usai mengatakan hal tersebut, Urushihara meletakkan kembali laci yang dia
bawa ke dalam lemari tanpa mengambil apapun, dan mengeluarkan sebuah laci
baru.
"Pokoknya, kita tunggu saja Bell untuk bertindak. Pada dasarnya, meski Emilia
menemui beberapa masalah, dia pasti tidak mau Maou melakukan sesuatu
untuknya kan?"
Daripada itu, rasanya dia akan marah karena Maou dan yang lainnya terlalu
ikut campur.
".... Ashiya, Urushihara."
"Ya."
"Hm?"
"Aku harus lebih dulu memfokuskan perhatianku pada apa yang ada di
hadapanku. Ketika dia kembali, aku pasti akan menunjukkan SIMku padanya
dan menghibur diriku sendiri menggunakan fakta bahwa dia terlambat."
"....."
"Terserah, asal bisa membuatmu senang.... eh, dimana aku meletakkannya ya....
Aku ingat meletakkannya di sini ketika dia datang kemari.... Aku harusnya
belum membuangnya."
Alhasil, meski di hari itu Emi tidak kembali, dari luar, Kastil Iblis tetap
melewati hari tersebut dengan normal.
XxxxX
Pada akhirnya, Maou gagal di ujian pertamanya dan tidak punya pilihan lain
selain mengikuti ujian tersebut untuk yang kedua kalinya.
Ini tidak seperti dia ingin menyalahkan orang lain, tapi alasan kenapa Maou
tidak bisa fokus pada saat ujian pertamanya, adalah karena apa yang dikatakan
Chiho dan Ashiya.
Maou sendiri telah menunjuk Emi sebagai Jenderal, dan setelahnya, dia juga
mengatakan pada Emi kalau dia akan membantu Emi menemukan makna
hidup yang baru.
Namun, Sariel yang ingin menangkap Emi dan mencuri pedang sucinya, telah
sepenuhnya menjadi warga Jepang karena naksir berat dengan atasan Maou,
dan setelah itu, dia sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda menghubungi
rekannya.
Ditambah lagi, Gabriel yang berada di level yang sama dengan Malaikat
Agung Sariel, juga telah dipukul mundur oleh Emi dengan mudah.
Situasinya mungkin akan berbeda jika lebih dari satu musuh setingkat Malaikat
Agung muncul di saat yang sama, tapi meski itu tidak terjadi di Jepang, hal itu
pasti akan menjadi sebuah insiden besar.
Sulit dibayangkan jika orang-orang di Ente Isla tidak merasakan sihir suci
mereka, tapi kalau seperti ini, Maou semakin sulit mengerti alasan kenapa Emi
belum kunjung kembali ke Jepang.
Maou salah mengisi jawaban soalnya karena ia memikirkan hal-hal tersebut,
tapi ini memang sudah lebih dari dua minggu setelah tanggal di mana Emi
seharusnya kembali ke Jepang.
Karena itulah, kamar Suzuno saat ini telah dipenuhi dengan alat-alat aneh dan
diagram mantra yang ia gunakan sebagai penguat, sepertinya ia telah
tenggelam ke dalam aliran sesat yang mencurigakan.
Satu-satunya hal yang bisa dipastikan adalah Emi dan Emerada memang belum
kembali ke Jepang.
Semenjak hari di mana Emerada menjemput Emi, tak terdeteksi seorang pun
yang membuka 'Gate' yang mana menghubungkan Jepang dengan Ente Isla.
Frekuensi Chiho membuka mulutnya dan berbicara saat bekerja, juga menurun
drastis, hal ini membuat Maou dicurigai oleh Kisaki yang tidak tahu apa-apa,
dengan tuduhan membuat Chiho sedih.
Mungkin karena Maou gagal di ujian teori SIM, dan karena kegelisahan yang
ia rasakan hidup tanpa Emi yang tanpa sadar terlihat......
Seseorang yang sangat handal dalam berbohong hanya akan berbohong di saat-
saat penting, sisanya akan mereka gunakan untuk berkata jujur supaya orang
lain tidak mencurigai mereka.
Berbohong pada orang lain memang dosa, tapi terkadang, kebohongan pada
diri sendirilah yang malah hanya akan dipenuhi dengan lebih banyak tipu daya,
hal ini tidak hanya bisa menghancurkan semangat, tapi juga bisa membuat
seseorang menjadi pengecut.
Maou merasa marah pada bagian dirinya yang mencari-cari alasan untuk
menipu orang lain dan menyembunyikan perasaan semacam ini.
Supir bus membuat sebuah pengumuman dengan irama bicara yang unik, dan
menghentikan kendaraannya.
Tempat ini kebetulan adalah titik tengah antara gerbang selatan stasiun Choufu
dan pusat ujian.
Di pemberhentian bus yang ada di depan Observatorium Astronomi Nasional
Jepang....
Sebuah suara yang tidak sesuai dengan atmosfer saat ini, terdengar dari pintu
masuk belakang bus.
Dilihat baik-baik, terdapat seorang gadis yang mengenakan khaki dan topi
pengantar koran yang menutupi matanya, sambil menarik seorang pria yang
memakai setelan ala barat masuk ke dalam bus.
"Ayah! Cepat!"
"Yeah, yosh...."
Jika seseorang melihat langit malam dengan mata telanjang, takkan ada
sedikitpun harapan untuk melihat cahaya bintang.
Memandang fasilitas langka yang biasanya tidak dia sadari, pemikiran
semacam itu terlintas di pikiran Maou, tapi saat dia menyadari kalau dia tidak
bisa terus memikirkan hal ini dan hendak kembali belajar, memanfaatkan
kesempatan sebelum ia sampai ke pusat ujian....
"Ah!"
"Oh?"
"Ma-maaf."
... dan mendapati kalau penumpang yang ada di depannya adalah gadis yang
memakai topi pengantar koran yang baru naik bus beberapa saat lalu.
Meski ini berada di luar kendalinya, Maou masih merasa ragu mengulurkan
tangannya ke arah kaki seorang gadis di atas angkutan umum. Karena itulah,
gadis tersebut, tanpa menyentuh penumpang lain, dia mengambil buku itu di
kerumunan penumpang dan menyerahkannya pada Maou.
"Ini, silakan."
Karena gadis itu memakai topi hingga menutupi matanya, Maou yang terduduk
menjadi tidak bisa melihat ekspresinya, tapi setidaknya dia terlihat tidak marah.
"....."
"Er, erhm..."
Namun, gadis itu, karena alasan yang tak diketahui, menatap lekat-lekat ke
arah tangan Maou saat dia hendak menerima buku tersebut.
Meskipun tangan Maou sudah menyentuh buku tersebut, gadis itu tetap tidak
melepaskan bukunya, dan dia malah ingin merebut buku itu dari Maou.
"Erhm..."
*Sniff* *Sniff*
Tapi gadis yang memiringkan tubuhnya ke arah Maou itu, dia tidak hanya tidak
mau melepasnya...
*Sniff* *Sniff*
"Tu-tunggu dulu."
... dia bahkan menarik tangan Maou ke arah wajahnya bebarengan dengan buku
tersebut.
Maou yang tidak bisa melepaskan buku di tangannya, dan di saat yang sama
juga tidak tahu kenapa dia ditarik....
"H-hey?"
... hanya bisa menggunakan tangannya yang tidak membawa buku untuk
memegang tangan satunya.
Maou tidak punya sifat di mana dia akan merasa senang jika ada seorang gadis
asing memegang tangannya, dan terlebih lagi, saat ini dia masih ada di atas
angkutan umum.
"Eh?"
Dan kelihatannya...
*Sniff* *Sniff*
"He-hey!"
Kali ini, bahkan Maou pun mulai merasa tidak nyaman dan dengan paksa
menarik tangannya.
Maou tidak mengambil bukunya kembali, Maou, dengan tangannya yang telah
bebas, mendongak melihat gadis itu dengan ekspresi kaget di wajahnya, dan
mendapati kalau gadis itu cemberut tidak puas.
"Aku tidak tahu apa yang kau lakukan, tapi tolong kembalikan buku itu
padaku."
Sejujurnya, Maou tidak ingin terus bicara dengan gadis yang bersikap aneh ini,
tapi karena bukunya masih ada di tangan gadis itu, apa boleh buat.
Meski itu bukan sesuatu yang berharga, dan Maou sudah mengingat semua
isinya, tapi dia tetap tidak bisa menyerahkan sesuatu yang dia beli dengan
uangnya sendiri pada orang lain begitu saja.
Kali ini,
"....Tsubasa."
"Ya! Ayah!"
Dia adalah pria berpakaian jas ala barat yang naik bus bersama dengan gadis
tersebut.
Pria yang terlihat seperti seorang ayah dan berdiri di samping gadis itu, meski
berpenampilan menarik, dalam sekali pandang, sangat jelas kalau dia bukanlah
orang Jepang. Ditambah lagi, dari percakapan singkat tadi, Maou merasa kalau
gadis itu juga menggunakan aksen yang aneh saat berbicara. Mereka pasti
orang luar negeri.
Pria yang terlihat seperti seorang ayah itu, mengambil buku dari tangan si gadis
'Tsubasa' dan menyerahkannya kepada Maou.
"Ti-tidak apa-apa..."
Meski si ayah terlihat lebih normal, Maou tetap tidak ingin terlibat dengan
kedua orang ini.
Meskipun melakukan hal ini agak disengaja, Maou tetap membuka bukunya
dan mengalihkan pandangannya dari pasangan ayah anak tersebut.
Akan tetapi...
Si ayah mulai mendesak si anak itu untuk bersikap baik secara berlebihan.
"Ya, ayah!"
Gadis yang dipanggil Tsubasa itu meluruskan punggungnya, dan dengan jarak
yang cukup dekat sampai membuat pipi mereka hampir bersentuhan, dia
menundukkan kepalanya dan meminta maaf.
"Maaf!!"
Tindakan gadis itu memang bisa disebut tidak pantas, tapi pada akhirnya,
masalah ini tetap ada di Maou yang menjatuhkan bukunya di sebelah kaki gadis
itu.
Si ayah, melihat situasi ini, mengangguk dan tidak melihat ke arah Maou lagi.
"....."
Maou dengan kesal melihat ke arah tanda di luar jendela yang menyebutkan
bahwa batas kecepatan adalah 30 km/jam.
"Onii-san, Onii-san!!"
Maou yang hampir menjawab dengan kasar, ingat kalau ayah si gadis ada di
sebelah mereka, dan dia akhirnya memilih untuk menjawab dengan normal.
Dilihat dari bagaimana dia menggunakan kata 'juga', apakah tujuan ayah anak
ini sama dengan Maou?
"Eh?"
Maou yang tidak mengerti tujuan dari pertanyaan itu, menjawab dengan
bingung.
"Kali ini akan jadi percobaan yang kesepuluh kalinya untukku dan ayah! Ini
pantas dirayakan!"
"Sepuluh...."
Dari apa yang dikatakan oleh Kisaki dan pegawai lain yang sudah memiliki
SIM, ujian teorinya memang terlihat cukup sulit, sangat wajar jika membuat
kesalahan, tapi mengikutinya hingga sepuluh kali itu rasanya sudah terlalu
berlebihan.
Meskipun ini pantas dirayakan, tapi tak ada gunanya membuat catatan ataupun
kenangan mengenai hal ini.
Sang ayah yang ingin mengambil bagian dalam ujian yang pantas dirayakan
ini, berdiri di sebelah mereka.
Bahkan jika dia adalah orang yang Maou temui secara kebetulan, Maou juga
tidak ingin membicarakan topik memalukan semacam ini sebelum sampai ke
pusat ujian.
"Apa boleh buat, lagipula, ayah tidak bisa membaca kanji dengan baik."
Memang tidak diketahui apakah si ayah ingin mengambil SIM moped ataukah
mobil, tapi kenapa seseorang ingin mendapatkan SIM dengan keadaan seperti
itu?
Dan kata 'apa boleh buat', seharusnya tidak digunakan di sini kan?
"....."
Dan si pria yang mengenakan setelan ala barat itu, juga melirik ke arah Maou,
menyebabkan mata mereka saling bertatapan.
"......"
"Ke-kedua...."
Meskipun itu benar, tapi dari kalimat tersebut, rasanya terdengar seolah Maou
tidak akan bisa menandingi ayahnya dalam suatu hal tertentu.
"Tidak. Aku datang untuk menunggu ayah. Hm? Datang atau mengurus ya?
Aku datang untuk mengurus ayah."
Penjelasan itu malah membuat semuanya semakin membingungkan. Ada apa
ini? Apakah seorang anak biasaya akan mengikuti ayah mereka ke tempat ujian
agar bisa mengurus mereka? Bukankah seharusnya itu sebaliknya? Dan bahkan
jika ini berlawanan, hal ini sudah bisa dianggap sangat aneh.
"Tapi aku belum membaca buku, jadi kali ini aku hanya akan menemani ayah."
Ujian SIM Jepang memang tidak cukup mudah, sampai membuat orang yang
hanya bersantai-santai saja bisa lulus.
Akan sangat bagus kalau obrolan ini berhenti di sini, namun, setelah
keheningan singkat dan satu belokan ke kiri...
"Hey, Onii-san!"
Maou telah menyerah untuk belajar di atas bus, tapi ketika dia berpikir kalau
obrolan canggung ini akan terus berlanjut hingga waktu yang tidak ditentukan,
Maou merasakan gelombang keputusasaan.
"Uh....."
Meski bersikap ramah adalah hal yang bagus, tapi Maou sekali sekali tidak
punya keinginan untuk mengenal orang merepotkan seperti mereka, dan ketika
Maou merasa bimbang apakah dia harus mengatakan namanya atau tidak....
Apa maksudmu dengan 'tidak'? Meski kau salah menyebutkan namamu, tolong
jangan pernah lakukan itu.
Tidak menduga kalau gadis itu akan salah menyebut namanya, Maou merasa
energinya kembali tersedot.
"Maou?"
Gadis itu, mengenakan sebuah topi pengantar koran, sedikit memiringkan
kepalanya.
Lalu, kemudian....
"A-apa..."
Hingga sekarang, tak ada satupun orang yang mengatakan hal ini padanya di
pertemuan pertama mereka.
Memang ada beberapa orang yang bercanda mengenai cara membaca namanya,
tapi pada dasarnya, intonasi 'Maou' dan 'Raja Iblis' dalam bahasa Jepang itu
sangat berbeda.
"Ketika kau berbicara mengenai Raja Iblis, bukankah itu maksudnya bos
terakhir di dalam game..."
Tidak diketahui apa yang harus disesali, tapi gadis itu tetap menundukkan
kepalanya merasa depresi.
Di bawah topi pengantar koran, Maou masih tidak bisa melihat tatapan gadis
itu, tapi, Tsubasa tetap tersenyum puas dan mengatakan,
"Eh?"
Maou yang tidak tahu kenapa hal itu pantas untuk ditekankan, melihat ke arah
si ayah yang berdiri di samping mereka secara refleks,
"Eh...."
Meskipun Maou tahu kalau melakukan hal semacam ini terlihat agak kasar,
tapi dia tidak punya pilihan lain selain tersenyum garing sambil memasang
ekspresi curiga.
Pria ini memang tidak memiliki ciri-ciri seperti orang luar negeri pada
umumnya, seperti rambut pirang ataupun mata biru, tapi wajah dan
penampilannya masih bisa memberikan orang lain sebuah dorongan untuk
membantah 'Bagaimana bisa orang seperti ini bernama Satou Hiroshi?'.
Namun, beranggapan buruk terhadap sesuatu adalah hal yang tidak baik.
Meskipun penampilan pria ini terlihat seperti orang yang memiliki darah Eropa
murni, mungkin saja dia memiliki leluhur orang Jepang, atau memiliki
keturunan orang Jepang, atau orang tua yang mencintai budaya Jepang, dan
mungkin juga Satou Hiroshi ini adalah nama yang ia dapatkan melalui imigrasi.
"...."
Maou dan Satou Hiroshi saling bertatapan selama beberapa saat, tapi Satou
Hiroshi, sama seperti sebelumnya, kembali mengalihkan pandangannya dari
Maou.
Maou tidak bisa bertanya secara langsung apa yang salah dengan mereka, tapi
hal itu telah menjadi sesuatu yang terus dia pikirkan.
Kali ini....
Akhirnya dia bisa menghindar dari pasangan ayah anak yang aneh ini.
Ketika Maou hendak menekan bel yang terpasang di atas besi pegangan yang
ada di bus...
"Uwah!!"
Karena dia tiba-tiba ditarik oleh seseorang, Maou tidak berhasil menekan bel
tersebut.
*Sniff* *Sniff*
Gadis itu, dengan jarak yang hampir sama seperti mencium, saat ini sedang
mengendus kuku tangan Maou.
"Tsubasa!"
Si ayah yang tidak bisa menahannya lagi, memberi peringatan pada putrinya
dengan wajah dingin, namun, Tsubasa terus menatap tangan Maou dan
mengatakan,
Jika mereka bertukar gender, hal ini pasti sudah menjadi tindak kriminal.
Meskipun Maou tidak ingin mengucapkan kata-kata sepicik itu, tapi reaksi
Tsubasa memang sudah melanggar kode etik ketika naik kendaraan umum.
"Karena ada bau sedap yang tercampur, aku benar-benar tidak mengerti."
"Huh?"
Ketika mereka berdua sedang berbicara, bus akhirnya berhenti di depan Pusat
Ujian SIM Fuchu.
Meskipun dia penasaran dengan sikap Tsubasa yang sulit dipahami, Maou
yang ingin segera lepas dari pasangan ayah anak ini, dengan cepat langsung
berdiri, dan setelah berjalan melewati gadis yang ada di depan pintu bus
dengan terburu-buru seperti sedang melarikan diri, dia akhirnya turun dari bus.
Terdapat sebuah jalan di antara pemberhentian bus umum dan pusat ujian,
untuk menyelesaikan lembar tugasnya sebelum pasangan ayah anak itu turun
dari bus, Maou dengan cepat bergegas menuju jembatan layang yang ada di
depannya dan berlari ke arah beranda pusat ujian.
Di sisi lain, pasangan ayah dan anak Satou, agar bisa menukar uang kertas 1000
yen menjadi 220 yen untuk biaya bus dari pintu masuk selatan Choufu menuju
ke sini, berakhir dengan berada di belakang antrian ketika mereka turun.
Tsubasa menjawab peringatan samar Hiroshi dengan sikap acuh tak acuh,
"Onii-san itu pasti menyembunyikan sesuatu. Dia memiliki bau yang aneh di
tangannya."
"Bau? Uhuk!!"
Hiroshi tak sengaja menghirup asap knalpot yang berasal dari bus ketika
kendaraan tersebut sedang bergerak, dan terbatuk pelan,
"Yeah!"
"Bau apa?"
".... Pokoknya, ayo kita ujian dulu. Aku harus lulus hari ini."
Tsubasa terlihat sama sekali tidak menganggap serius tekad lemah Hiroshi.
Setelah beberapa saat, Tsubasa akhirnya menyerah mencari Maou dan berjalan
menuju jembatan layang bersama dengan Hiroshi.
"..... Kau selalu saja melompati topik saat bicara, membuatku terkejut setiap
saat..."
Kali ini, dari jembatan layang, mereka berdua bisa melihat bus umum yang
mendekat dari arah yang berbeda dan berhenti di samping jalan yang lebih
dekat dengan pusat ujian, dan segera setelahnya, sekumpulan besar para
peserta keluar dari dalam bus.
Hiroshi nampak sama sekali tak mengerti soal bau minyak dan kentang, tapi
dia tetap memandang ke arah Tsubasa seolah merasakan sesuatu.
"Bau nostalgia, bau yang sama seperti tempat di mana aku tinggal
sebelumnya...."
XxxxX
"Eh?"
Bau yang tercium ini adalah bau dari jenis campuran herbal yang diseduh dan
dipanaskan, manis dan menusuk rongga hidung, serta sangat tidak
menyenangkan.
"Entahlah. Ketika aku melihat asap merah muda yang keluar dari celah pintu,
bahkan aku pun terkejut. Sepertinya dia ingin mencoba semua metode yang
ada."
"Jika asap itu keluar dari jendela, bukankah para tetangga akan menelepon
polisi karena mereka pikir ada api?"
"Huft, mungkin dia sedang mencoba semua yang dia bisa untuk melacak
Emilia, iya kan?"
"Yeah."
Ashiya menjawab Urushihara dengan samar, dia saat ini sedang menulis di atas
meja dengan ekspresi kaku di wajahnya.
Sejak hari yang seharusnya menjadi hari perayaan pesta ulang tahun Emi dan
Chiho, Ashiya selalu menulis hal-hal seperti ini ketika dia punya waktu.
Urushihara yang merasa tidak senang karena hal ini, terlihat juga sudah tak
peduli lagi mengenai masalah tersebut, tapi ketika Ashiya mulai melakukan
hal seperti ini, dia pasti melakukannya berdasarkan suatu pemikiran tertentu.
Tapi setidaknya, ini bisa dipastikan kalau Ashiya sedang tidak menutup jatah
pengeluaran untuk tahun ini, lagipula ini kan baru musim gugur.
"Uwah!!"
"Hm?"
Sebuah suara yang bisa dikategorikan sebagai suara ledakan, terdengar dari
kamar Suzuno, sehingga membuat Ashiya dan Urushihara berteriak di saat
yang bersamaan.
Dan di saat yang sama....
Dari jendela yang terbuka, mereka berdua bisa mendengar suara Suzuno
membuka jendela dan terbatuk di kamar sebelah.
Urushihara dan Ashiya berdiri setelah saling menatap satu sama lain selama
beberapa saat, mereka berdua bersandar di jendela sambil menghindari baju
yang terjemur di bawah cuaca yang bagus untuk memeriksa keadaan di kamar
sebelah.
"I-ini bukan seperti itu, aku sudah pergi ke berbagai tempat seperti pasar antik
untuk membeli barang-barang yang bisa dijadikan penguat, tapi benda-benda
ini masih saja sedikit berbeda dalam hal konsep mantra, uhuk!"
Indera Ashiya yang sensitif mendeteksi kalau asap yang berasal dari kamar
Suzuno mulai bergerak menuju Kastil Iblis karena arah angin, dia pun dengan
cepat mengambil baju yang tergantung di luar kamar untuk mencegah agar
baju yang baru mereka cuci tidak berbau.
Suzuno dengan letih bersandar di bingkai jendela dan menghirup napas dalam-
dalam.
"Jika aku punya fasilitas yang lebih baik, mantra ini pasti tidak sesulit itu....
meskipun aku dengan bangga bersedia membantu Chiho-dono berlatih, tapi
pada kenyataannya, orang yang kurang latihan adalah aku, sungguh
memalukan...."
Meski tidak separah Chiho, tapi selama dua minggu ini, Suzuno juga mudah
sekali merasa depresi.
"Sangat disesalkan...."
Setelah asap misterius itu menghilang, Suzuno pun menghela napas dalam.
"Hey, meski aku tidak tahu apa yang kau lakukan, tapi ingatlah untuk
mensirkulasi udara sebelum menggunakan peralatan dapur. Aku tidak ingin
terjadi kebakaran di sini."
Setelah Ashiya membuka jendela satunya untuk memindahkan baju yang telah
dicuci, dia mengatakan hal tersebut pada Suzuno, dan Suzuno, yang bersandar
di atas bingkai jendela layaknya futon yang sedang dijemur, dengan lesu
melambaikan tangannya dan menjawab,
"Jika ada orang lain di Ente Isla yang bisa dipercayai selain Emerada-dono dan
Alberto-dono...."
"Jika orang seperti itu ada, maka kau takkan perlu susah payah untuk datang
ke sini kan?"
Mungkin karena Suzuno sendiri juga memahami hal ini, dia sama sekali tidak
membantah kata-kata tanpa ampun Ashiya.
"Tidak ada lagi yang bisa kulakukan, aku akan mencoba metode lain nanti....
aku harus membereskan kamar dulu."
Meski tidak diketahui apa yang Suzuno lakukan di kamarnya, tapi setelah
proses pembakaran dupa, kemunculan asap, dan ledakan itu, kamarnya pasti
sangat berantakan, dan takkan bisa sebersih seperti saat mereka terakhir kali
masuk ke dalamnya.
Setelah mendengar keluh kesah Suzuno, Urushihara pun mulai sedikit berpikir.
"Hey, Bell."
"Ada apa?"
Meski dia sendiri yang memanggil Suzuno, untuk beberapa saat, Urushihara
tetap merasa ragu sebelum akhirnya menyerahkan sebuah kartu nama kecil,
seolah telah memantapkan pikirannya.
Tak diketahui dari mana Urushihara, yang biasanya hanya mengurung diri di
dalam Kastil Iblis mendapatkan benda ini, tapi ketika ia melihat kartu yang
dipenuhi debu dan bekas lipatan kotor karena cara penyimpanan yang buruk,
dia mengatakan,
"Sebenarnya lebih akurat.... kalau ini disebut tak dapat dipercaya, tapi selain
Emerada dan Alberto..... masih ada orang lain yang mungkin mengerti
situasinya..."
"Hey!"
Seseorang berteriak dari jalan yang ada di depan jendela di mana ketiga orang
itu berada,
"Hm?"
"Ah!"
Orang itu mendongak dari jalan di sebelah apartemen, dia melambai pelan ke
arah Suzuno dan yang lainnya dengan riang dan bersemangat.
Tanya Urushihara karena seorang wanita yang tidak dia kenal tiba-tiba
menyebutkan namanya, tapi dia diabaikan oleh Suzuno dan Ashiya begitu saja..
"Suzuki-san...."
"Rika-dono, kenapa...."
Berhadapan dengan Suzuki Rika yang melihat ke arah mereka dari jalan,
Ashiya dan Suzuno tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya.
"Silakan tehnya."
"Ah, permisi....."
Jadi setelah itu, dia hanya diam menatap ke arah langit-langit yang ada di atas
kotatsu, menunggu Ashiya dan lainnya untuk duduk.
Setelah berganti kimono, Suzuno juga datang ke Kastil Iblis, dan berterima
kasih pada Rika atas saran yang ia berikan saat mereka membeli televisi.
"Ah.... karena saat kita membeli televisi, aku bertukar nomor HP dan alamat
email dengan Suzuno...."
"Denganku?"
"Suzuno, selain nama, nomor HP, dan alamat email, kau juga mengisi banyak
hal di file informasi pribadimu kan? Meskipun ini dibeda-bedakan dengan
modelnya, tapi biasanya, ketika kau bertukar informasi kontak dengan orang
lain menggunakan infra merah, informasi itu juga ikut terkirim kau tahu."
Ketika bertukar nomor dengan Rika, Suzuno ingat kalau dia menggunakan
infra merah untuk mengirim informasi pribadinya pada Rika.
"Aku memang tidak menulis sesuatu yang tak bisa dilihat oleh orang lain, jika
itu bisa membantu Rika-dono, baguslah."
"Yeah, bahkan kau juga menulis Penyelidik atau apalah itu di kolom
pekerjaanmu, dan aku benar-benar tidak memahaminya."
Tapi senyum itu langsung membeku setelah apa yang dikatakan Rika
selanjutnya.
"Yeah."
Meski Rika tidak terlihat curiga, dan tidak berencana terus membicarakan
topik ini, Suzuno masih saja mengalihkan pandangannya dengan kaku dan
mendapati Urushihara yang menertawakan tindakan Suzuno melalui
tatapannya.
"Uuu~~"
Melihat ekspresi ini, Ashiya kurang lebih bisa menebak apa yang ingin Rika
katakan selanjutnya.
Emi memang bilang kalau dia mengambil cuti karena ada sesuatu yang harus
dia lakukan di Ente Isla, tapi harusnya dia hanya mengambil cuti selama
seminggu dimulai dari saat dia pergi.
Hanya dari hal ini saja, bisa diketahui Emi sudah absen tanpa alasan selama
dua minggu penuh.
"Dia sama sekali tidak menjawab telepon ataupun pesan dariku, dan meski aku
datang ke rumahnya, aku juga tidak menemukannya, kalau pekerjaannya.... dia
sudah absen selama beberapa waktu."
"Lalu apa Yusa dipec.... apakah semua ini tak berpengaruh untuk
pekerjaannya?"
Bahkan Ashiya yang baru mengenal Rika belum lama ini, bisa tahu kalau gadis
itu hanya memaksa dirinya untuk tetap terlihat energik, jadi setelah ragu untuk
beberapa saat, Ashiya akhirnya mengajukan pertanyaannya dengan bijaksana.
"Begitu ya...."
"Tapi, bukankah Emi tinggal sendiri, sementara orang tuanya, ada di luar
negeri?"
"Ye-yeah."
Tidak mengetahui latar belakang apa Emi yang ceritakan pada orang lain,
Ashiya yang dimintai klarifikasi, sesaat merasa bingung.
"Selain teman kerjanya, Emi sepertinya tidak punya banyak teman, jadi
semuanya sangat cemas jika dia sedang sakit atau mengalami kecelakaan serius,
dan orang-orang tidak ada yang mengetahuinya...."
"Uh...."
Tentu saja, putus komunikasi sampai segitunya, pasti membuat semua orang
berpikir hal yang tidak-tidak. Setelah memastikan kalau pendapat yang optimis
takkan bisa memecahkan situasi saat ini, Ashiya sekali lagi menatap ke arah
Rika.
"Lalu, ngomong-ngomong soal teman Emi yang kukenal, yang ada hanyalah
Maou-san dan kalian... aku tahu kalau berkunjung tiba-tiba itu akan
merepotkan semuanya, tapi aku tidak bisa duduk dan tidak melakukan apa-
apa..."
Ashiya dan Urushihara bukanlah tipe iblis yang tidak bisa membaca suasana
di saat seperti ini dan membenarkan fakta mengenai 'teman' tersebut, tapi
mereka yang ada di sana memang benar-benar tidak bisa memenuhi ekspektasi
Rika.
"Aku minta maaf.... Semua yang kami ketahui juga sama seperti Suzuki-san."
Dia pasti sudah siap secara mental untuk hal ini. Tidak, mungkin sejak awal
dia sudah tidak mempunyai banyak ekspektasi.
"Hm, kudengar karena ada masalah di rumahnya... Tapi dia terlihat tidak begitu
ingin membicarakannya, jadi aku tidak bertanya, bahkan aku juga tidak tahu
kemana dia pergi..."
Jika itu adalah rekan Emi yang lain, Shimizu Maki, dia mungkin sudah
bertanya pada Emi mengenai kampung halamannya.
Tapi bagi Rika, menggali fakta tentang kampung halaman orang lain itu sudah
termasuk tabu.
Hal itu memang ada hubungannya dengan bencana besar yang melanda
kampung halamannya, Kobe ketika dia masih kecil, tapi tanpa memikirkan hal
tersebut, bagi orang-orang di usia tertentu, di balik alasan 'ada masalah di
rumah', biasanya ada masalah rumit yang terlibat.
"Kami juga hanya tahu hal itu. Meski kami dengar kalau dia akan pulang ke
rumahnya, jujur saja.... karena kami tidak tertarik dengan tujuannya......"
Dari nada Rika, bisa dirasakan kalau dia mengharapkan jawaban yang berbeda
antara pria dan wanita...
Tapi Suzuno hanya bisa memberikan jawaban yang sama dengan Ashiya.
".... Itu benar... Aku sungguh minta maaf tiba-tiba datang ke sini menanyakan
hal ini...."
Bahkan dari sudut pandang orang luar, bisa dilihat kalau Rika sedang
menenangkan ketegangannya.
Ashiya cemas jika Rika pingsan begitu saja, tapi untungnya, dia hanya sedikit
menyantaikan posturnya.
"Bagaimanapun, orang biasa pasti akan bereaksi seperti itu. Meskipun aku ini
teman, tapi Emi dan aku itu sama sekali tak ada hubungannya, jadi aku benar-
benar tidak ingin memperparah keadaan ini dengan menghubungi polisi.... tapi,
ketika aku berpikir kalau sesuatu yang tidak bisa diubah terjadi saat aku tidak
melapor ke polisi........."
"Rika-dono...."
"Tapi...."
Apa yang Rika katakan selanjutnya, merubah atmosfer yang ada di sana dalam
sekali serang.
"... tanpa adanya kontak selama seminggu penuh itu benar-benar aneh kan?
Tidak, jangankan menghubungi, dia bahkan tidak pulang ke rumahnya....."
"""Eeeeh????"""
Kalimat tak terduga yang diucapkan Rika, membuat Ashiya, Suzuno, dan
Urushihara berseru serentak.
"Suzuki-san?"
"Hm?"
Sangkal Urushihara.
Jum'at malam kemarin adalah tepat seminggu setelah hari di mana Emi
seharusnya pulang.
Maou, Suzuno, dan yang lainnya, tidak bisa menemukan lokasi Emi semenjak
dua minggu yang lalu.
Kalau begitu, kenapa masih ada komunikasi dengan Emi seminggu
setelahnya?
"Kami kehilangan kontak dengan Emi di hari jum'at dua minggu yang lalu.
Tidak, karena dia bilang kalau dia akan kembali di hari itu, jadi sebenarnya, ini
sudah tiga minggu."
"Eh?"
Suzuno cemas, tapi dia tetap mewakili semua orang dan bertanya,
Jika itu pesan, maka orang lain bisa saja menggunakan nama Emi, tapi jawaban
Rika, sekali lagi membantah ekspektasi semua orang.
Meskipun Rika sedikit menyusut karena didesak oleh Suzuno dan kedua pria
itu, dia tetap mengeluarkan HP lipatnya dari dalam tas yang dia bawa, dan
menunjukkan tampilan riwayat percakapan.
Tapi layar yang Rika tunjukan, memperlihatkan kata 'Nomor tak dikenal'
karena alasan yang tak diketahui.
"Tapi karena tidak ada nomornya, mungkin saja orang lain meniru Emi...."
Suzuno yang tidak bisa menerima bukti dan pernyataan yang ada di
hadapannya, mengemukakan pendapat tersebut, tapi Rika menggelengkan
kepala, dan menyangkalnya,
"Mustahil. Itu adalah suara Emi, dan sebelum aku membuka mulutku, dia
sudah mengatakan namanya, isi percakapannya juga sama dengan Emi yang
biasanya. Aku ini bekerja di perusahaan HP, jadi aku sangat waspada dengan
telepon penipuan."
Urushihara menggumam pelan, 'tipe orang seperti ini yang berbahaya', namun,
kata-katanya tidak sampai ke telinga Rika.
"Uh, seingatku itu sesuatu tentang jadwal kerja dan topik tidak penting lainnya.
Ah, benar, aku ingat, bukankah kalian tadi menyebutkan jum'at dua minggu
yang lalu? Di hari itu, Emi juga meneleponku kau tahu?"
"Panggilan Emi di hari itu bertanya padaku apa aku bisa mengisi jadwal
kerjanya minggu depan, yang artinya minggu lalu."
"Mengisi jadwal kerjanya minggu depan? Bukankah Yusa bekerja setiap hari?"
"Tidak, dia sepertinya hanya punya sedikit shift bulan ini. Minggu itu, dia
hanya harus bekerja tiga hari."
Kali ini, Rika tanpa sadar menatap ke arah Ashiya, dan setelah tatapannya
bertemu dengan tatapan Ashiya yang bingung, dia dengan panik langsung
mengalihkan pandangannya.
"Er,erhm, dan kebetulan, aku tidak punya rencana, aku juga ingin tambahan
shift, dan di minggu itu, aku punya waktu istirahat lebih, jadi aku setuju dengan
permintaan yang menarik itu."
"Apa benar-benar hanya itu saja? Apa tidak ada hal lain yang aneh?"
"Eh?"
"Bahkan jika kau menanyakan hal ini, sejak awal Emi itu tidak akan berbicara
terlalu lama di telepon, dan dari insiden ini, rasanya tidak ada yang aneh."
Rika tidak begitu curiga, tapi bagi Suzuno dan yang lainnya, ini adalah
pertanyaan yang penting.
Situasi apa yang Emi alami dan motif apa yang membuatnya harus melakukan
panggilan normal seperti itu dengan Rika, keduanya sangat penting.
Meski begitu, terkait dengan hilangnya Emi, kata-kata Rika tetaplah sebuah
potongan informasi yang tak terduga.
Semuanya tahu kalau mereka tidak bisa membiarkan petunjuk ini lepas begitu
saja.
"Selain jadwal kerja, apa kalian membicarakan hal yang lain? Seperti cuaca di
hari itu, atau perubahan dari biasanya, meski hanya sesuatu yang sepele, tak
masalah."
"Meski aku sering mendengar hal seperti ini di TV, tapi aku tak pernah
menyangka kalau seseorang benar-benar akan mengatakan hal itu padaku suatu
hari nanti."
Sambil mengatakan hal tersebut, Rika mengerang, menyandarkan kepalanya
di atas tangannya dan menjawab,
"Hmm~~, jika aku mengurutnya dan mulai dari awal panggilan, aku memang
menerima panggilan tak diketahui yang kupikir dari rumah lamaku, tapi
ternyata itu adalah Emi. Lalu, oh iya, aku merasa nadanya agak cemas dan
suaranya terdengar sangat jauh, karena aku ingat kalau orang tua Emi tinggal
di luar negeri, kupikir dia khawatir dengan tagihan teleponnya, lagipula,
telepon gratis ataupun biaya layanan telepon khusus tidak berlaku di luar
negeri."
Karena dia berada di dunia lain, tentu saja jaraknya jauh. Tapi agar tidak
mencampuri ingatan Rika, mereka bertiga hanya menatap wajah Rika sambil
mengangguk diam.
"Ah, benar juga, suara keras seperti sebuah pengumuman terdengar dari sana.
Menurutku itu pasti ada di luar negeri."
"Pengumuman?"
"Yeah, aku tidak tahu bahasa negara mana itu, tapi untuk menari selama
festival musim panas, bukankah mereka juga memutar musik yang sangat
keras? Seperti itulah suaranya. Hm, lalu kami mulai membicarakan soal shift,
kemudian, ah, benar juga!"
Rika perlahan mengeluarkan catatan dari dalam tasnya dan mulai membalik
halamannya.
"Ah, ketemu. Aku ingat, di antara tanggal yang Emi minta, ada satu tanggal
yang keadaannya lebih merepotkan, jadi aku menyarankan Maki.... ah, Maki
adalah rekan kami, karena dia sedang luang di hari itu, jadi aku memberi saran
pada Emi untuk meminta tukar shift dengan dia. Jika aku benar-benar harus
menyebutkan sesuatu yang aneh, kupikir hanya saat itulah Emi mengatakan
sesuatu yang aneh."
"Dia bilang 'Aku tidak bisa menelepon Maki'. Seingatku mereka sudah pernah
bertukar nomor HP, tapi aku biasanya juga hanya mengirim pesan dan tidak
pernah menelepon Maki, dan pada akhirnya, aku tidak tahu siapa yang mengisi
shiftnya, setelah itu, Emi langsung menutup teleponnya..... sementara untuk
telepon minggu lalu, Emi hanya berterima kasih padaku karena sudah mengisi
shiftnya, oh iya, saat itu, suara seperti pengumuman itu juga terdengar. Tapi
pada waktu itu, kami hanya membicarakan tentang hal-hal yang berkaitan
dengan jadwal kerja."
Mereka tidak tahu pengumuman apa itu, tapi jika Emi memang menghubungi
Rika dari suatu tempat di Ente Isla, lalu kenapa dia hanya menelepon Rika?
Selain itu, jika dia terlibat ke dalam suatu masalah, dia seharusnya
memberitahu Rika dengan nada mendesak, kenapa dia masih bisa dengan
santai membicarakan masalah pekerjaan dengan Rika?
Mengatakan hal ini tentang Rika memang tidak pantas, tapi jika Emi benar
menemui bahaya, dia seharusnya tahu kalau menelepon Rika tidak akan
banyak membantu.
Apa yang sudah bisa dipastikan adalah, saat ini, situasi yang tak terduga telah
terjadi, lalu apa mungkin Emi benar-benar tidak menemui bahaya, dan karena
dia tidak bisa kembali lebih awal, dia terpaksa meminta Rika untuk mengisi
jadwal kerjanya?
Meski Emi memiliki waktu luang untuk meminta orang lain mengisi jadwalnya,
dan hanya menghubungi Rika, pastinya ada alasan yang sesuai.
Ashiya pun memecah suasana tegang yang tercipta karena informasi tak
terduga tersebut.
"Hm, padahal prakiraan cuaca mengatakan kalau hujan hanya akan turun saat
siang hari. Oh tidak, jendela di kamarku masih terbuka."
Kalau dilihat baik-baik, saat Rika memasuki apartemen, matahari masih
bersinar, tapi saat ini langit telah dipenuhi dengan kumpulan awan tipis tanpa
disadari siapapun dan mulai hujan ringan.
Karena tadi Suzuno membuka jendela untuk menghilangkan asap yang berasal
dari mantra ledakan di dalam kamarnya, dia pun dengan cepat bergegas menuju
kamarnya untuk menutup jendela.
Ketika Rika sadar kalau baju yang tadi digantung untuk menghindari asap yang
berasal dari kamar Suzuno, telah sedikit basah karena hujan, dia pun langsung
berdiri.
Ashiya meminta maaf pada Rika mengenai baju-baju yang masih digantung.
Selain handuk dan kaos kaki, di antara baju-baju tersebut juga terdapat pakaian
dalam, ketika tamu wanita datang, sangatlah tidak pantas menggantung mereka
dengan terang-terangan.
"Jangan khawatir, aku bukanlah anak kecil yang akan malu karena hal-hal
semacam ini. Tapi..."
Setelah Rika mengucapkan hal tersebut dengan sebuah senyum kecut kepada
Ashiya yang berusaha menutupi baju-baju tadi, dia pun menengok ke arah luar
jendela dan memasang ekspresi suram yang sangat sesuai dengan langit saat
ini.
"Uwah, tapi lihat langit di luar sana. Apa ada laporan khusus mengenai hujan
deras seperti ini?"
Ashiya yang memeluk rak pengering baju dengan kedua tangannya,
memandang ke arah langit yang sama karena suara Rika.
"Sepertinya akan hujan deras. Aku minta maaf karena menahanmu di sini
untuk waktu yang lama, apa Suzuki-san bawa payung?"
"Aku bawa sebuah payung lipat.... tapi bisakah aku tinggal di sini lebih lama?
Aku ingin mengkonfirmasi fakta-fakta yang kita ketahui tentang Emi, hal-hal
lain yang berbeda, dan melihat situasi ini...."
Kalau diperhatikan baik-baik, bisa terlihat kalau hujan deras layaknya air
terjun sedang mendekat dari tempat yang tidak jauh dari Villa Rosa.
Dari cahaya yang berasal dari HP di tangan Suzuno, seseorang sepertinya telah
meneleponnya tadi.
"Gawat!"
"A-ada apa?"
Rika dengan heran menatap Suzuno yang terlihat mengintimidasi, tapi Suzuno
tidak menjawab dan hanya memandang ke arah Ashiya dan Urushihara secara
bergantian.
"Lucifer!"
Suzuno memanggil Urushihara demikian di depan Rika, dan melempar sesuatu
ke arah Urushihara dengan tangan yang tidak membawa HP.
Minuman nutrisi yang bisa mengisi ulang sihir suci, memungkinkan Emi dan
Suzuno untuk mempertahankan kekuatan supranatural mereka di Jepang, bisa
dikatakan sebagai garis hidup mereka berdua.
"Eh?"
Ini bukan sinyal bahaya biasa. Jika dia menggunakan Idea Link, artinya ini
benar-benar darurat.
"Lucifer, kita hanya bisa bergantung padamu sekarang, cepat terbang ke sana!
Lokasinya ada di sekolah Chiho-dono!"
Ashiya mencoba mengingatkan Suzuno kalau Rika masih ada di sini, tapi
Suzuno, menggelengkan kepalanya dan menjawab,
"Ini tidak bisa ditunda. Jika apa yang Chiho-dono katakan itu benar, maka tidak
hanya dia, seluruh bangunan sekolah dan sekitarnya pasti akan terpengaruh.
Maafkan aku, Rika-dono, jika masih ada yang lain, kita bicarakan lagi nanti."
Setelah Suzuno dan Urushihara menatap satu sama lain dan mengangguk,
mereka langsung meminum Holy Vitamin Beta seperti apa yang ada di iklan-
iklan.
Lalu.....
XxxxX
Maou, di dalam ruang pusat ujian, mengernyit ketika menatap keluar jendela.
Dari jamnya, sekarang harusnya sudah lebih jam 11 siang. Meski prakiraan
cuaca mengatakan kalau siang ini akan hujan, tapi mereka tidak menyebutkan
kalau akan selebat ini, dan waktunya seharusnya masih nanti.
"Meski aku sudah merasakannya.... tapi prakiraan cuaca memang kurang bisa
diandalkan ketika berhubungan dengan hujan."
Mengeluh pada badan prakiraan cuaca tentang alam memang tidak berguna,
tapi sebagai Raja Iblis yang bisa mengendalikan cuaca sampai ke tingkat
tertentu ketika kekuatannya penuh, dia amat berharap kalau si reporter
prakiraan cuaca bisa bekerja lebih keras di area lain selain berusaha menjadi
muda dan cantik.
".... Waktu seperti ini memang sangat membosankan sampai bisa membuat
seseorang menjadi gelisah."
Meskipun masih sulit untuk berkonsentrasi di ujian tadi, tapi menurut sensasi
yang dia dapat setelah menjawab, Maou cukup percaya diri kalau dia tidak
akan gagal.
Cuaca di luar cukup untuk membuat orang berpikir kalau itu adalah badai angin
topan.
Mengingat alasan kenapa Maou ingin mendapatkan surat izin, dia sebenarnya
sangat ingin melakukan latihan di lapangan training di hari seperti ini, tapi
melihat hujan deras ini, bahkan polisi pun tidak akan bisa melakukan pelatihan
mereka.
Saat ini, tak ada seorangpun yang mengumumkan kalau ujiannya dihentikan,
dan masih ada waktu satu jam sebelum peserta yang lulus diumumkan.
Tidak ada yang tahu apakah hujan bisa reda dalam waktu satu jam kemudian,
tapi untuk hujan deras di siang hari pada pertengahan bulan Agustus, biasanya
akan butuh waktu lebih dari satu jam untuk mereda, penyelenggara utamanya
pasti mempertimbangkan hal ini.
Apapun yang terjadi, sekarang, Maou hanya bisa terus berada di pusat ujian
sambil membiarkan pikirannya melayang ke mana-mana menunggu waktu
untuk berlalu.
Maou yang juga tidak punya sesuatu yang harus dilakukan, terduduk di bangku
area tunggu.
HP Maou adalah HP yang tidak memiliki banyak fitur, itu adalah model HP
lama di mana fitur pesan dan telepon saja sudah cukup.
Meskipun bukan begitu adanya, Maou juga tidak memiliki kebiasaan untuk
bermain dengan HPnya ketika dia sedang tidak melakukan apa-apa, apalagi
membeli barang-barang mewah seperti Bunkobon hanya untuk mengisi waktu.
Buku-buku yang ada di Kastil Iblis biasanya adalah buku yang dipinjam dari
perusahaan, ataupun buku memasak Ashiya yang berasal dari toko barang
bekas.
"Aku memang menjalani hidup yang sehat, tapi aku masih kurang dalam hal
budaya ya."
Sejak datang ke Jepang, Maou memang selalu bekerja keras sepanjang waktu,
mungkin ini sudah waktu baginya untuk memperluas perspektifnya dan
mengamati negara Jepang ini.
Kursus MgRonald Barista dan ujian SIM kali ini membuat Maou menyadari
satu hal.
Di Jepang, selama seseorang punya hati, mereka pasti bisa mempelajari apapun
yang mereka inginkan.
".... Aku ingin menelusuri toko buku saat pulang nanti. Bagaimanapun, aku
juga sudah menabung uang sakuku."
Setiap kali Maou pergi bekerja, Ashiya akan memberinya 300 yen untuk 'Uang
Makan', selama dia tidak menggunakannya di hari itu, Maou pasti
menyimpannya sebagai tabungan pribadi.
Tentunya selain itu, Ashiya juga menyisihkan beberapa bagian dari gaji Maou
untuk Maou habiskan sesukanya, tapi Maou ingin menggunakan uang itu untuk
asuransi ketika peristiwa darurat terjadi.
Pokoknya, kalau dia berhasil mendapatkan SIMnya, jumlah hal-hal yang bisa
Maou lakukan di Jepang akan bertambah satu.
Tentu saja, meski dia berhasil mendapatkan SIMnya, semuanya akan sama saja
jika dia tidak memiliki mopednya sendiri, tapi selama dia tidak terlalu pilih-
pilih, Maou rasa dia bisa membelinya dalam waktu dekat ini.
"Yo! Maou!"
".... Yeah."
Meski Maou tidak mendongak, dia tahu kalau itu adalah Satou Tsubasa.
Karena mereka juga ikut ambil bagian dalam ujian ini, bahkan jika mereka
bertiga bertemu di gedung pusat ujian, hal itu bukanlah hal yang mengejutkan.
".... Bagaimana?"
Mengesampingkan sang ayah Hiroshi, meski Maou tidak tahu apakah Tsubasa
ikut ujiannya atau tidak, Maou tetap mencoba bertanya, dan Hiroshi, berdiri di
belakang gadis itu, menghela napas berat yang sangat cocok dengan aura dan
perawakannya.
Meskipun Maou tidak menganggap serius apa yang Tsubasa katakan di bus
tadi, tapi jika benar ini adalah kesepuluh kalinya Hiroshi mengikuti ujian,
artinya dia sudah membayar biaya pendaftarannya sebanyak sepuluh kali.
Lupakan soal moped, jika itu adalah SIM mobil, itu pastilah biaya pengeluaran
yang sangat besar.
"Satou-san, apa kau tidak memiliki SIM di negara asalmu? Kalau kau punya,
kau bisa mengajukan SIM internasional kan?"
Di posisi Maou, dia benar-benar merasa kalau pasangan ayah anak ini bisa
berpikir bagaimana cara membuat percakapan terus mengalir saat sedang
menjawab.
"Tsubasa!"
Untuk beberapa saat, Maou merasa curiga, tapi ketika dia melihat Hiroshi
memarahi Tsubasa karena alasan yang tak diketahui, dan Tsubasa yang jelas-
jelas tidak menunjukkan sedikitpun penyesalan, dia langsung merasa kalau
semuanya sudah tak penting lagi.
"Tapi, aku bisa paham apa maksud Maou. Lagipula, hal seperti ini memang
membuang-buang uang."
"Aku tidak tahu kenapa kau bisa membaca tulisan Jepang yang bahkan tidak
bisa dibaca ayahmu, tapi ujian itu hanya boleh dikerjakan oleh satu orang. Jika
seseorang membacakannya di sampingmu, itu termasuk curang, skenario
terburuknya, orang itu bisa dipulangkan."
"... Aku lebih terkejut bagaimana kau bisa menyimpulkan makna seperti itu."
"Kalau begitu, dengan berbagai hal yang seperti sekarang ini, sebenarnya
takkan masalah meski kau tidak memiliki SIM kan?"
Meski kalimat itu terdengar sedikit terang-terangan, dibandingkan mengikuti
ujian tanpa rencana dan menghabiskan uang, Maou juga merasa sebaiknya
Hiroshi menyerah terhadap ujian itu dulu untuk sementara.
"Yeah, memiliki SIM memang lebih enak, tapi jika terus seperti ini, hal ini
hanya akan menghabiskan uang saja."
"Itu benar ayah, jangan habiskan uang lagi, kenapa kau tidak mengemudi saja
tanpa surat izin, uuuu!!"
Hal ini memang tak ada hubungannya dengan Maou, tapi dia dengan panik
tetap menutup mulut Tsubasa yang berbicara omong kosong dengan santainya.
Untungnya, ada dinding di sebelah Maou, dan seorang pria di sisi lainnya,
sedang asyik mendengarkan musik dari earphone-nya dengan beberapa
kebocoran suara akustik.
"Uuuu?"
"...."
"Pokoknya, kau tidak boleh membantu orang lain membaca soal, dan jika kau
berbicara omong kosong lagi, mereka mungkin tidak akan mengizinkanmu
mengikuti ujian. Berhati-hatilah."
Maou dengan kesal memarahi Hiroshi yang menegur anaknya dengan santai.
"Uuu."
Karena cara bicara Tsubasa yang berlebihan dan sikap akrabnya, Maou tidak
punya pilihan lain selain menggunakan taktik menutup mulutnya dengan paksa,
tapi kalau dipikir-pikir, melakukan hal seperti ini pada gadis yang baru
ditemuinya, adalah sebuah pelecehan seksual.
Untungnya Chiho dan Emi tidak ada di sini. Kembali ke sikap normalnya,
Maou merenungkan hal tersebut.
"...."
Ketika sebuah rasa jengkel yang tak bisa dijelaskan tumbuh di hati Maou dan
saat ia hendak kembali ke bangkunya....
".... Hey."
*Sniff* *Sniff*
Dia melakukannya lagi. Kenapa Tsubasa terus mendengus bau di tangan
Maou?
"Aku menjilatnya."
"Ughee??"
Kali ini, bahkan pemuda yang berdiri di samping mereka yang sedang
mendengarkan musik pun melirik ke arah Maou dengan sebuah kernyitan.
Tapi tidaklah aneh jika Maou membuat suara aneh seperti itu.
Semenjak dia datang ke Jepang, ini adalah pertama kalinya Maou menghadapi
situasi yang sepenuhnya menentang etika, hal ini membuat wajahnya memerah
karena malu.
"Hmm...."
Tsubasa, yang menarik topi pengantar koran di atas matanya, dengan acuh tak
acuh memiringkan kepalanya dan mulai berpikir untuk beberapa saat,
"Hm?"
Gadis itu tiba-tiba melempar topiknya ke arah Hiroshi, dan membuat Hiroshi
membuka lebar matanya merasa kaget,
Meskipun ketiga orang itu sudah cukup mencolok dalam artian negatif, tapi
Tsubasa tetap mengangguk setelah mendapatkan izin Hiroshi dan perlahan
menggerakan tangannya ke arah pinggir topinya...
"......!!"
Wajah yang ditunjukkan gadis itu setelah melepas topinya membuat Maou
menahan napasnya kaget,
Baik rambut yang terselip di dalam topinya ataupun mata yang menatap Maou
dengan tatapan malas, semuanya membuat Maou terkejut.
"Yeah."
Mendengar suara seperti sebuah erangan yang dihasilkan oleh Maou, Tsubasa
pun tersenyum seolah masih tidak memikirkan apa-apa dan berkata,
"Saat aku mendeteksi baunya, kupikir memang kaulah orangnya."
"Bau...."
"Meskipun aku tidak tahu siapa kau, tapi hidungku tidak mungkin salah."
"..... Hmmm????"
Meskipun situasi tak terduga ini sudah sangat mengguncang Maou, tapi di
dalam kalimat tersebut, terdapat satu bagian yang terdengar sangat aneh.
"Kakak??"
"Yeah."
"Apa maksudmu?"
"....Hmm?"
Maou merasa kalau sebaiknya dia mengatakan sesuatu pada kedua orang yang
ada di hadapannya ini.
Bahkan jika Maou melempar hal-hal yang harus dia pastikan ini ke belakang
pikirannya, Maou masih punya pertanyaan yang harus dia tanyakan.
"Yeah, jika Alas Ramus yang Maou maksud adalah orang yang sama dengan
Alas Ramus yang kukenal, maka Alas Ramus itu adalah kakakku."
Akan sangat buruk jika kau bisa menemukan orang lain yang mengetahui nama
rumit Alas Ramus dengan mudah.
Terkait Tsubasa yang mengetahui nama Alas Ramus, Maou sudah tidak ingin
menyangkalnya lagi.... dan tak ada gunanya dia melakukan itu.
"Alasan kenapa kau memanggilnya kakak, apakah karena bagimu dia itu
eksistensi layaknya 'kakak' yang pantas dihormati?"
"....Hey!"
Kali ini, Hiroshi ---tidak, dengan situasi sekarang ini, sangat meragukan kalau
itu benar nama aslinya--- pria yang sementara dikenal dengan nama Hiroshi
itu, menepuk pelan bahu Maou dengan telapak tangan besarnya dan
mengatakan,
"Bisakah kau menjelaskannya dengan lebih jelas bagian mana dari kata-kataku
yang kau setujui?"
Meski di permukaan dia hanya bertanya apa yang Tsubasa maksud dengan
'kakak', tapi di pikiran Maou, otaknya sudah dipenuhi dengan begitu banyak
pertanyaan tentang misteri bumi dan legenda Ente Isla.
".... Kakak?"
Dalam momen yang sangat langka, entah kenapa Maou benar-benar ingin
menggunakan kekerasan.
"Okay, akan kujelaskan dengan cara yang berbeda! Untuk si ayah, tolong diam
dulu. Hey, Tsubasa!"
"Hm?"
Tanya Maou agar bisa menyelesaikan pertanyaan yang dia miliki sejak awal.
"Yeah!"
".... Kenapa?"
Karakteristik Tsubasa, rambut berwarna perak dengan sedikit rambut berwarna
ungunya, adalah karakteristik yang sama yang dimiliki oleh Alas Ramus dan
Iron, anak-anak yang lahir dari Sephirah.
Hal ini bisa saja hanya pandangan sekilas, tapi karena Tsubasa dapat
menyebutkan nama Alas Ramus, kemungkinan ini sama sekali tak bisa
diabaikan.
Tapi....
"Ya ampun, jangan terus menatapku hanya karena menurutmu aku ini cantik!"
Maou menatap Tsubasa dari kepala sampai kaki, tapi Tsubasa, karena alasan
yang tak diketahui, memukul pundak Maou dengan riang.
Kata 'kesetaraan gender' yang bisa digunakan dengan berbagai cara, terlintas
di pikiran Maou, tapi dia tetap menekan amarahnya.
Penampilan Tsubasa sama dengan kesan yang dia beri pada orang lain, sedikit
lebih muda dari Chiho, atau bahkan lebih muda dari itu.
Tapi di sisi lain, perawakannya tetap memberikan kesan kalau dia sudah
mendekati usia seorang anak SMA.
Akan tetapi, Alas Ramus yang dipanggil 'kakak', tetap terlihat seperti anak
kecil tak peduli bagaimana kau melihatnya.
Tentu saja bukan hanya Alas Ramus, Tsubasa mungkin juga bukan manusia
biasa, jadi wajar kalau pertumbuhannya tidak bisa dinilai menggunakan sudut
pandang manusia.
Mungkin beberapa alasan yang tidak Maou ketahui, menyebabkan perbedaan
tingkat pertumbuhan di antara mereka berdua, tapi meski begitu, perbedaan ini
terlalu berlebihan.
Saat ini, satu-satunya hal yang bisa dipastikan adalah, ayah dan anak Satou ini
merupakan orang yang terkait dengan Ente Isla.
"!!"
"Kau sudah punya orang yang begitu berbahaya di sisimu, dan tidak mengerti
apa yang kami katakan tadi?"
Dibandingkan Hiroshi yang terlihat sangat terkejut, Maou yang tidak mau
repot-repot untuk membantah lagi, hanya diam berdiri dari bangku yang dia
dapatkan dengan susah payah, dan membuat isyarat dengan tangannya agar
mereka berdua mengikutinya.
Memang takkan ada banyak hal yang terjadi jika mereka didengar oleh orang
lain di sekitarnya, tapi rasanya tetap merepotkan jika mereka dilihat sebagai
orang aneh (meskipun itu sudah terlambat).
Di sisi lain dari beranda depan, terdapat sebuah jendela yang dikhususkan
untuk pembaharuan SIM, dan pelayanannya sampai sekarang masih buka.
""....""
'.... tapi tak ada yang bisa menjamin kalau kau bukan musuh kami. Kau yang
tahu kalau kami berasal dari Ente Isla, sebuah dunia yang benar-benar berbeda,
siapa kau sebenarnya?'
Hiroshi, berbeda dengan kesan orang baik-baik yang dia beri pada orang lain,
mata dan nadanya sesaat dipenuhi dengan kekuatan.
Meskipun kekuatan special seperti sihir suci tidak bisa dirasakan dari Hiroshi,
tapi dari kekuatan di mata dan nadanya, bisa dilihat kalau dia bukanlah pria
paruh baya biasa.
'Aku minta maaf, tapi saat ini akulah yang harus bertanya karena aku tahu
semua orang yang datang kesini dari Ente Isla. Aku ingin tahu kau ini ada
dipihak mana, dan dalam suatu keadaan tertentu, kaulah petunjuk pertama yang
muncul.'
'Petunjuk?'
'Aku memang lupa memastikannya karena aku terlalu kaget, tapi biar
kutanyakan hal ini padamu. Apa kau lahir dari fragmen Yesod?'
Dibandingkan dengan Maou yang tidak bisa tenang karena petunjuk dari Ente
Isla yang tiba-tiba muncul, Tsubasa menjawab dengan santai.
"Benar sekali!"
Dan dia benar-benar mengabaikan atmosfer saat ini dan menggunakan bahasa
Jepang.
"...."
Hiroshi tetap diam karena dia masih mewaspadai Maou. Tapi tak diketahui
apakah Tsubasa menggunakan reaksi itu sebagai bentuk persetujuan, ataukah
dia sejak awal memang tidak butuh persetujuan Hiroshi, Tsubasa langsung
melanjutkan kata-katanya.
"Tenang ayah. Maou itu bukan malaikat. Aku juga bisa menentukan hal-hal
seperti ini."
Acies Ara.
'.... Dengan kata lain, Acies dan kau bukanlah ayah dan anak kandung. Dan
Satou, tentu saja juga nama samaran kan?'
Karena mereka sudah berbicara sejauh ini, maka Satou Hiroshi pasti bukan
nama aslinya.
Seperti bagaimana Maou Sadao yang sebenarnya adalah Raja Iblis Satan, pria
ini pasti juga punya nama asli.
'Nama belakang Satou.....diambil dari seorang pria yang kutemui tak lama
setelah aku datang ke Jepang.'
'Orang itu pasti orang Jepang biasa kan? Kemungkinan kau belum
mengungkap identitas aslimu....'
Maou tidak tanya apakah Hiroshi mengalami hidup yang keras di Jepang atau
tidak.
'Dari bagaimana kau naik di Tenmondai-mae, apa kau selama ini tinggal di
Mikata?'
'Tidak, kami awalnya tinggal di dekat Shinjuku, alasan kenapa kami pindah ke
Mikata adalah karena Tsubasa.... keinginan Acies, kami tinggal di sana juga
dikenalkan oleh Satou.'
Kalau seperti ini, tidaklah aneh jika mereka pernah berpapasan sebelumnya.
Tidak, dari banyak insiden yang disebabkan oleh Maou dan Emi, mereka
berdua pasti sudah memiliki pemahamannya sendiri.
'... Hey, meski aku tidak tahu nama aslimu, aku mungkin tahu nama orang yang
kau kenal.'
"Berbelit-belit ya."
Tsubasa, tidak, Acies Ara masih tidak merubah sikap santainya. Tapi kali ini,
Maou tiba-tiba merasakan keanehan dari Acies Ara.
'Idea Link ya. Dan sebaliknya, kau tidak tahu bagaimana cara
menggunakannya?'
'Sangat disayangkan aku tidak punya pengetahuan ataupun bakat dalam mantra.
Jadi menjalani kehidupan sehari-hari di sini itu benar-benar sulit bagiku.'
Jadi bahasa Jepang kaku yang tidak bisa mengikuti atmosfer itu berasal dari
sini.
'Kalau begitu, terkait dengan kemungkinan kau tahu orang yang kukenal itu
maksudnya....'
'Yeah....'
'Aku juga bukan anak kecil lagi. Semenjak aku menggunakan bahasa Deweiss
di Jepang, aku sudah menyiapkan diri secara mental untuk ini. Karena kita
sudah mendiskusikannya sampai ke titik ini, kau sebaiknya tidak mengatakan
kalau kau adalah musuhku okay? Meskipun aku tidak tahu mantra apapun, itu
bukan berarti aku tidak percaya diri dengan kekuatanku.'
Di poin ini, Hiroshi melirik ke arah Acies karena alasan yang tak diketahui,
meski Maou megetahuinya, dia dengan sengaja membiarkannya.
'Itu katamu lo ya. Kau sebaiknya tidak berubah menjadi jelly nanti.'
'Aku dan teman-temanku saat ini sedang mencari Emilia Justina. Hingga
beberapa waktu lalu, Emilia sudah tinggal di Jepang, tapi setelah kembali ke
Ente Isla beberapa minggu yang lalu, kami kehilangan kontak dengannya, apa
kau tahu apa.....'
"Emilia?"
Emilia.
Ketika dia mendengar nama ini, ekspresinya seketika berubah seolah darah
terpompa ke kepalanya.
"A-apa kau kenal Emilia? A-apa kau tahu di mana dia? Ke-ke-kenapa dia ada
di Jepang?"
Meski beberapa orang yang sedang melintas berhenti dan melihat ke arah
mereka dengan kaget, tapi Hiroshi tidak punya waktu untuk memperhatikan
mereka.
'Hey!!'
'.... Dengar baik-baik. Sebelumnya Emi memang tinggal di Jepang. Tapi karena
ada suatu hal yang harus dia lakukan beberapa minggu yang lalu, dia kembali
ke Ente Isla!'
'Ap-apa katamu?'
'Tapi, ini sudah dua minggu semenjak hari di mana dia bilang akan kembali.
Karena berbagai keadaan kami, kami tidak bisa pergi ke Ente Isla untuk
mencarinya. Jadi bagi kami, kau itu seperti petunjuk yang jatuh dari langit.'
"......."
Jika Hiroshi terus membiarkan emosinya lepas dan bertindak ceroboh, akan
sangat merepotkan jika mereka dipergoki oleh karyawan di sana, jadi Maou
pun dengan panik langsung menopang lengan Hiroshi.
Karena Acies merupakan eksistensi yang sama dengan Alas Ramus, maka dia
pasti ada keterlibatannya dengan fragmen Yesod, dan hal itu tidak mungkin
sepenuhnya tidak berkaitan dengan Emi dan inti pedang suci.
Tapi di sisi lain, Hiroshi nampak seperti tidak tahu apa yang Emi dan Maou
lakukan tahun ini.
Setelah Maou memikirkan kembali situasi tidak normal yang terjadi di antara
dirinya dan Emi, alias di antara Raja Iblis dan Pahlawan dengan semua
informasi yang ada, dia akhirnya sampai pada satu kesimpulan.
"Nama asli ayah adalah Nord. Nord Jus.... Jus apa tadi?"
Dari kata-kata yang Acies katakan saat ia menginterupsi dari samping, Maou
memperoleh informasi yang amat penting.
HP di sakunya berbunyi.
Maou tidak pernah menyangka akan ada orang yang meneleponnya di saat
seperti ini, tapi itu mungkin Ashiya yang khawatir dengan hasil ujiannya, dia
mungkin menggunakan komputer Urushihara untuk meneleponnya.
Saat ini, dibandingkan dengan hal itu, orang yang ada di depannya ini jelas-
jelas lebih penting. Saat Maou hendak mengabaikan telepon itu dan
melanjutkan interogasinya terhadap pria di depannya....
"Woah!"
"Kya?"
Tak diragukan lagi, itu adalah suara Suzuno. Dan itu adalah Idea Link yang
dihubungkan melalui HP.
"Kau layak mendapatkannya karena tidak menjawab telepon! Keadaan darurat
telah terjadi! Cepat kembali ke Sasazuka!"
Maou tanpa sadar menatap kedua orang yang ada di hadapannya secara
bergantian.
"Aku sedang sibuk di sini. Dan aku belum mendapatkan surat izinku, meskipun
kau memintaku segera kembali...."
"Apa katamu?"
"Pusat dari hujan ini ada di Sasazuka! Topan bertekanan rendah tiba-tiba
muncul di Tokyo dan menyebarkan badai besar ke sekitarnya. Pusat dari
fenomena aneh ini ada di Sasazuka.... Tepatnya di sekolah Chiho-dono!"
"Apa.... Apa yang terjadi?"
Maou sama sekali tidak paham dengan penjelasan Suzuno yang kacau.
"Uuu~ terima kasih karena sudah menggunakan pusat ujian kami hari ini, hasil
ujian teori SIM moped akan segera diumumkan, tapi karena cuacanya tidak
mendukung, waktu dimulai ujian prakteknya akan ditunda. Untuk lebih
lengkapnya, silakan konfirmasi dengan staff yang ada di konter.... selain itu,
bagi pengunjung yang ingin melakukan pengajuan ulang untuk SIM
mereka...."
"Aku tidak tahu mereka itu malaikat, iblis, atau manusia, tapi seseorang telah
memanfaatkan cuaca yang tidak stabil tadi untuk mengeksekusi mantra
berskala besar! Cepatlah kembali! Hanya dengan aku dan Lucifer, kami tidak
tahu berapa lama kami bisa bertahan! Lokasinya berada di sekolah Chiho!"
Setelah mengatakan hal itu, Suzuno memutus sambungan idea link tersebut
secara sepihak.
Dibandingkan bahaya yang Chiho hadapi, hasil ujian ini tidaklah penting.
Bahkan jika dia berlari keluar dari pusat ujian sekarang, Maou masih harus
menaiki bus dan kereta untuk bisa kembali ke Sasazuka, dan itu membutuhkan
waktu minimal satu jam.
Jika saja dia menyisakan sedikit sihir iblis sebagai cadangan sebelum
mengembalikannya pada Farfarello. Tapi sudah hampir satu bulan lewat
semenjak insiden itu, tidak ada gunanya menyesali hal itu sekarang.
Lagipula, pada waktu itu, dia tidak pernah menyangka akan kehilangan
kekuatan tempur terkuatnya, Emi.
Tidak ada cara lain selain membawa mereka berdua kembali ke Sasazuka
bersama dengannya. Meskipun biayanya akan sangat mahal, mungkin dia
masih bisa membayarnya jika dia bergantung pada kartu kredit.
"Hey, Maou!"
"Huh?"
"Meskipun ini sangat darurat, tapi saat ini aku sangat bingung karena tidak tahu
apa yang harus kulakukan."
Maou tidak tahu seberapa banyak yang sudah Acies dengar, tapi ketika Suzuno
berteriak marah tadi, Acies juga terlihat melompat kaget.
"Ada apa? Kalau Maou menghilang sekarang, kami akan sedikit kerepotan!"
"Soal itu, aku juga sama! Jika memungkinkan, aku harap kalian berdua bisa
ikut denganku ke Sasazuka!"
"Sasazuka?"
"Itu tempat tinggalku! Ah, sial!! Kalau aku bisa terbang, aku pasti bisa
mengambil jarak yang paling dekat!"
Karena Maou tidak tahu seberapa lama waktu yang dibutuhkan jika ia terbang
lurus, dia hanya mengatakan hal itu begitu saja, pada kenyataannya, jika dia
kembali ke wujud Raja Iblis Satan-nya, dan terbang dengan sekuat tenaga, dia
mungkin bisa kembali ke Sasazuka dalam waktu singkat, dan meski dia lupa
karena sedang panik, Raja Iblis Satan harusnya tahu bagaimana cara
menggunakan mantra pembuka 'Gate'.
"Benar sekali! Ah~ ini bukan saatnya mengatakan hal seperti itu, aku harus
segera mencari taksi... Hey, berhentilah depresi!! Sepertinya kali ini kita harus
menyerah terhadap ujian SIM ini!"
Ketika Maou mencoba menarik Nord yang masih murung....
"Hah!"
"Eh, heyyyyy!!"
Tidak hanya melayang di udara, mereka bertiga juga melayang di depan semua
orang.
"Owaaaaahh???"
Kecepatan yang begitu luar biasa membuat Maou berteriak keras, tapi Acies
tidak membiarkan hal itu mengganggunya.
Acies jelas-jelas menggunakan semacam kemampuan psikis untuk
mengangkat Maou dan Nord, tapi sepertinya dia tidak menciptakan barrier
apapun, sehingga Maou dan Nord langsung terkena air hujan.
"Kakak tadi bilang seseorang menggunakan sihir cuaca! Kalau begitu, itu pasti
ke arah sini!"
"Hhheeeyyyyy!!!!!"
Sebelum Maou bisa memahami arah mata angin, Acies sudah mulai terbang
lurus ke arah langit timur bahkan tanpa mengatur posisi Maou dan Nord.
"Kita berangkat........!!"
"......"
Menyeret teriakan Maou dan rintihan Nord, mereka bertiga seketika terbang
dari Pusat Ujian SIM Fuchu menuju ke arah langit timur.
Chapter 3 : Raja Iblis, Terlambat Datang
Tidak, meski Ashiya tidak pernah beradu kekuatan dengan pedang suci Emi
sebelumnya, tapi mungkin pedang suci yang bisa ditangkis dengan
kekuatannya, bahkan lebih mudah untuk Ashiya hadapi.
"Uh... itu...."
Ashiya, duduk dengan rapi meski tidak diminta dan tergagap ketika berbicara,
benar-benar tidak cocok dengan nama panggilannya, yaitu Chisho.
Di Kastil Iblis hanya ada Ashiya dan Rika. Di dalam kamar, hanya tepi jendela
dan tatami yang menghadap ke halaman belakang yang sedikit basah karena
hujan, dan pandangan Rika berulang kali berganti antara jendela tersebut dan
Ashiya.
Selain itu, terdapat dua botol teh kosong yang diletakkan di atas kotatsu.
"Yeah, erhm, meski aku tahu apa yang ingin kau katakan...."
"Sejak dulu, aku sering kali merasa ada sesuatu yang tidak beres, tapi kita tidak
cukup dek-dekat sehingga aku bisa menanyakan hal-hal itu."
"Ye-yeah."
Meski di luar sedang hujan dan suhunya masih baik-baik saja, Ashiya tahu
kalau punggungnya telah dipenuhi dengan keringat.
Ashiya menunjukkan sebuah senyum yang bahkan lebih kering dari baju
cucian, tapi Rika tetap bersikeras bertanya,
"Y-ya."
"Uuuu..."
Suzuno yang berlari ke kamarnya untuk menutup jendela ketika hujan turun,
menerima panggilan telepon dari Chiho ketika dia kembali ke Kastil Iblis.
Chiho harusnya meminta bantuan kepada Maou, tapi bagi Chiho yang baru
belajar menggunakan Idea Link, jarak dari Sasazuka ke Chofu pasti jarak yang
sangat sulit.
Tapi apapun yang terjadi, di saat seperti ini harusnya tidak perlu pilih-pilih.
Chiho yang baru belajar Idea Link, hari ini adalah pertama kalinya dalam
sebulan ini dia mengirim sinyal bahaya.
Dua minggu semenjak Emi menghilang, mereka sudah siap secara mental
untuk keadaan darurat apapun, dan mereka tahu kalau situasi kali ini tidak akan
mengizinkan keterlambatan apapun.
"Aku tahu."
Tidak diketahui apa yang mereka berdua pikiran, mereka berdua begitu saja
langsung membuka jendela di hadapan Rika.
Namun, Suzuno dan Urushihara sama sekali tidak peduli dengan cuaca buruk
di luar yang hanya bisa disebut sebagai badai, dan di depan Rika, mereka
melompat dari jendela di lantai dua tanpa ragu.
"Eh?"
Tapi, jangankan jatuh ke halaman belakang, mereka bahkan melayang sejajar
dengan tanah dan mendarat di atas atap sebuah properti di seberang jalan.
Setelah Suzuno menunjuk ke satu arah, mereka berdua bergerak dari atap ke
atap dengan kemampuan melompat yang jauh melebihi manusia normal, dan
menghilang di tengah-tengah hujan.
"Ugghh??"
"Ugh!"
Rika memanglah manusia, tapi karena dia terus membantu Ashiya dan Ashiya
juga menyukainya seperti dia menyukai Chiho, melihat tatapan Rika yang
dipenuhi dengan keterkejutan, kebingungan dan butuh sebuah jawaban, nyaris
membuat Ashiya trauma mental.
".... Ugh."
"Hm?"
Amarah di mata Rika, menjadi semakin parah, sepertinya dia tidak
mengizinkan Ashiya menggunakan haknya untuk tetap diam ataupun mencari
pengacara.
Tapi Ashiya tidak hanya diam, sejujurnya, dia tidak tahu harus seberapa jujur
pada Rika.
Pada dasarnya, Rika bukanlah bagian dari Kastil Iblis, dan dia adalah teman
Emi. Dari bagaimana Emi dan Rika berinteraksi, sangat jelas kalau Emi masih
belum mengungkap identitas aslinya.
Meski begitu, Ashiya tidak punya cukup sihir iblis yang bisa ia gunakan untuk
memanipulasi ingatan Rika, dia juga tidak bisa menjadi seperti Urushihara
yang bisa mengisi kekuatan anehnya -dia tidak tahu apakah itu sihir iblis atau
sihir suci- dari sumber yang tidak diketahui.
"Se-sebenarnya....."
"Hm??"
"Kama-Kamazuki dan Urushihara...."
"Hm?"
"Terus?"
"Mana mungkin mereka langsung penuh dengan energi hanya setelah satu kali
minum?"
Rika memukulkan tinjunya ke atas kotatsu, membuat botol yang ada di atasnya,
sedikit berguncang, bahkan Ashiya pun juga mundur ketakutan.
Rika mengutip sebuah contoh aneh, bangkit, dan berlari menuju jendela.
"Dari sini sampai atap seberang setidaknya berjarak 10 meter! Mana mungkin
seseorang melompat ke sana tanpa ancang-ancang terlebih dahulu! Jika mereka
bisa melakukannya, mereka pasti sudah ikut olimpiade!"
"K-kau benar..."
Meski Ashiya berpikir kalau hal ini memiliki konsep yang hampir sama, dia
memilih untuk tetap diam karena menurutnya percuma meskipun dia
menjelaskannya.
"Bahkan adegan kawat di Hollywood pun, para pemainnya masih harus
menggerakkan tangan dan kaki mereka agar bisa melompat kesana! Sanggup
melakukannya hanya dengan kekuatan fisik saja itu terlalu aneh! Ada apa ini,
orang macam apa Urushihara-san dan Suzuno itu?"
Rika hanya menyebutkan soal kemampuan fisik manusia super yang dimiliki
oleh Suzuno dan Urushihara. Meski melakukan hal ini hanya akan menunda
saja, jika dia bertingkah seolah tidak tahu apa-apa, tidak masalah kan kalau dia
menyerahkan tanggung jawabnya pada mereka berdua?
"Dan reaksi Ashiya-san, daripada kaget, ini lebih seperti kau mencoba
menghentikan mereka kan? Artinya ini bukan pertama kalinya kau melihat
mereka melakukan hal-hal itu!"
Tak disangka, wanita Jepang ternyata tidak hanya punya pandangan yang luas,
bahkan kemampuan observasi mereka sangat jeli.
".... Meski aku mengatakan yang sebenarnya, Suzuki-san mungkin tidak akan
mempercayaiku...."
"..... Aku tidak sebegitu bodohnya sampai tidak mempercayai apa yang kulihat
dengan mata kepalaku sendiri."
Mungkin karena merasakan aura Ashiya yang ingin menyerah, Rika menahan
diri, meletakkan tangannya di atas meja, dan mengatakan,
"Dan.... aku juga sudah siap secara mental sampai ke titik tertentu."
"Yeah. Mengenai hal-hal yang kau katakan soal Maou-san membuka sebuah
perusahaan, meski itu tidak bohong, tapi itu bukan kenyataannya, kan?"
Ashiya, merasa sangat terkejut, bertanya dengan mata memicing, dan Rika
menjawabnya, merasa sedikit bingung,
"Mengenai hal itu, aku merasa curiga setelah perjalanan kita membeli televisi
bersama dan ketika aku membantu memilih HP. Pada saat itu, bukankah kau
bilang kalau Suzuno adalah 'seseorang yang memiliki hubungan tidak baik
dengan kami'?"
"Tapi ketika kita berbicara tentang Suzuno di lantai dua Sentucky, bukankah
kau cukup sopan ketika berbicara dengannya? Berbeda dengan bagaimana kau
memperlakukan Emi yang memiliki hubungan tidak baik denganmu sejak awal,
kau itu memperlakukan Suzuno sebagai tetangga dengan baik. Dengan kata
lain, sebelum dia pindah, kalian itu tidak saling mengenal kan?"
"!!"
"Kalau begitu, bagaimana bisa itu disebut 'seseorang yang punya hubungan
tidak baik dengan kami'? Jika itu memang pertengkaran tetangga yang parah,
tidak mungkin kalian berdua bisa membeli sesuatu bersama, meski aku tidak
tahu dengan pasti, tapi kupikir itu mungkin karena Suzuno dan kalian pernah
bertemu sebelumnya tanpa kalian sadari, ataupun karena kalian hanya tahu
keberadaan masing-masing. Dari poin ini, Emi seharusnya juga sama."
"Yeah, dibandingkan saat pertama kali Suzuno datang ke tempat kerja kami,
cara Emi memperlakukan Suzuno sekarang itu sangat berbeda. Meski Emi
sangat berhati-hati terhadap Suzuno hingga ke titik di mana aku salah mengira
kalau mereka memperebutkan Maou-san, hubungan mereka saat ini itu sangat
baik sampai-sampai aku merasa sedikit cemburu."
Kali ini, selain benar-benar merasa kagum, Ashiya juga merasa kaget dengan
kecerobohan orang-orang di pihaknya.
Ashiya tidak tahu kapan Emi mengetahui identitas asli Suzuno, tapi setidaknya
ketika Ashiya melihat Rika di lantai dua Sentucky, dia masih memperlakukan
Suzuno sebagai tetangga normal yang memberi mereka udon.
Sikap Ashiya terhadap Suzuno pada waktu itu bukanlah kebohongan sama
sekali, tapi meski identitas asli Suzuno terungkap setelahnya, mereka berdua
seharusnya berperilaku sama di depan Rika.
Rika bukanlah wanita bodoh yang tidak akan menyadari perubahan tersebut.
"Meski begitu, aku hanya tahu samar-samar kalau ada masalah tersembunyi di
baliknya, dan setelah aku pergi ke toko elektronik itulah aku sangat yakin kalau
kalian semua menyembunyikan sebuah rahasia. Ditambah lagi, mungkin
Suzuno dan Emi... juga sama. Sementara Urushihara-san, aku tidak bisa
menilainya secara akurat karena kami baru pertama kali bertemu, karena aku
sudah melihat kejadian tadi...."
Kejadian yang Rika bicarakan, tentu saja merujuk pada lompatan jarak jauh
tadi.
"...."
Dia sudah tahu kalau sesuatu seperti ini pasti akan terjadi cepat atau lambat.
Jika Rika menjadi begitu takut hingga tidak berani mendekati mereka, maka
memang sudah begitu takdirnya.
Meskipun mereka belum lama kenal, tapi Ashiya tahu, dari sifat Rika, dia tidak
mungkin melakukan sesuatu yang bodoh seperti membocorkan informasi
mereka pada media.
"Suzuki-san."
".....!"
"Ee?"
Rika dengan gemetar menunjuk ke arah belakang Ashiya, yang mana juga
merupakan jendela tempat di mana Urushihara dan Suzuno melompat.
"???"
"Uwah!"
Maou yang basah kuyup sampai ekspresinya tidak bisa dilihat, mengetuk
jendela dari luar.
Penampilan Maou saat ini hanya bisa disebut menyedihkan, tapi untuk
seseorang yang seharusnya berada di Pusat Ujian SIM Fuchu, kenapa dia tiba-
tiba menempel di jendela dengan basah kuyup?
Ashiya tahu kalau orang yang ada di luar itu adalah Maou, tapi terbang ke sini
dengan hujan lebat dan angin kencang seperti ini, pasti Maou tidak sendiri.
.... dia juga menendang pria paruh baya bertubuh besar ke dalam kamar.
Si pria, basah kuyup seperti Maou, menggelengkan kepalanya dan bangkit dari
tatami.
"Si-siapa dia?"
Jangankan Rika, bahkan Ashiya pun tidak pernah melihat pria ini sebelumnya.
"Oh, Su-Suzuki Rika, kau ada di sini. Ah, yeah, aku sedang terburu-buru
sekarang, jika ada sesuatu, kita bisa membicarakannya nanti.... Ashiya, cari
ganti baju untuk paman ini. Meski dia mengaku punya pengalaman bertarung,
tapi saat ini, kita tidak bisa membiarkan paman ini pergi apapun alasannya."
"Ma-Maou-sama, aku sama sekali tidak paham apa yang kau katakan...."
"Ah, maaf, aku akan menjelaskannya nanti. Jika aku terlambat lebih lama lagi,
aku pasti akan dimarahi oleh Suzuno. Chi-chan sepertinya berada dalam
bahaya..... ah, ah choo!!"
"Wah! Eh, i-ini bahkan belum 15 menit sejak komunikasi Sasaki-san tadi, dan
kau sudah sampai ke sini...."
Maou tidak mungkin bisa merasakan keadaan aneh ini sejak awal, dan dari
perhitungan Ashiya, mustahil Maou bisa kembali ke sini dari Fuchu dalam
waktu yang sangat singkat...
Ashiya menoleh ke arah Rika, tapi mata Rika hanya diam menatap Ashiya,
Maou, si gadis, dan pria paruh baya itu secara bergantian.
"Ah, ketika aku sampai di sana, aku akan membiarkannya kembali ke sini...."
Ashiya dan Rika sesaat lupa untuk menutup jendela dan membiarkan angin dan
air hujan masuk, mereka berdua menatap ke arah langit yang dituju oleh Maou
dan gadis tadi.
"......"
"......"
"......"
Setelah Ashiya, Rika, dan pria paruh baya itu menatap satu sama lain....
XxxxX
Sedikit mundur di saat sebelum Maou menerima Idea Link dari Suzuno.
Ketika dia melihat 'itu' dengan santainya berjalan di lapangan sekolah saat
sedang hujan, Chiho hampir saja pingsan.
Itu bukan karena takut, tapi karena semuanya terjadi begitu tiba-tiba.
Normalnya, Chiho seharusnya merasa takut, tapi karena dia sudah pernah
berbicara dengan seseorang yang memiliki penampilan sama dan sudah
mendengar banyak informasi sebelumnya, Chiho langsung tahu kalau 'itu'
memiliki posisi yang cukup tinggi di antara Iblis Ente Isla.
'Itu' adalah iblis yang dikenal sebagai kepala suku klan Malebranche.
Sebelumnya, iblis yang membawa anak bernama Iron dan memanggil dirinya
Farfarello (dia akhirnya bisa mengingatnya), sepertinya adalah anggota baru di
antara banyak kepala suku, tapi meski dilihat dari kejauhan, Chiho bisa tahu
kalau iblis yang berjalan dengan angkuh di sekolahnya itu memiliki ukuran
tubuh yang lebih besar dibandingkan Farfarello.
Meski awalnya dia tidak menyadarinya karena terlalu kaget, tapi iblis itu
nampak menyeret sesuatu di tangannya.
Dilihat baik-baik, Chiho bisa tahu kalau benda itu adalah monumen yang
dihadiahkan oleh para alumni untuk sekolah dalam rangka memperingati 50
tahun dibangunnya sekolah ini, dikenal dengan nama 'Kedamaian dan
Ketulusan'.
Benda seperti globe dengan gambar angka di atasnya ini, dikelilingi oleh tiga
manusia telanjang yang sedang membungkuk, sejak desain misterius ini
dihadiahkan ke sekolah, benda itu terus mendapat komentar negatif dari para
siswa, seperti 'menjijikkan', 'aneh', 'jangan beri karya seni seperti ini pada
orang lain', dan lain sebagainya. Tidak diketahui apakah monumen tersebut di
tarik atau dipatahkan, tapi Malebranche itu dengan santainya berjalan di
halaman sekolah sambil membawa bagian globenya.
Sebelumnya, karena Chiho bergerak sendiri, dia membuat Maou dan yang
lainnya menjadi sangat khawatir.
Oleh karena itu, dia sama sekali tidak punya niatan untuk menangani hal ini
sendiri dan mencoba menghubungi Maou.
Meski Maou bilang kalau dia sedang mengikuti ujian keduanya hari ini, tapi
ini adalah situasi yang lebih penting.
Para guru dan siswa lain melihat Malebranche itu dari gedung sekolah, dan
Chiho yang berhasil menghindari pengawasan dari para guru, masih belum
bisa menghubungi Maou.
Sepertinya, bahkan jika dia menggunakan penguat, dia tidak akan bisa
mengirimkan pesannya ke Chofu.
Emi masih menghilang, kalau begitu, hanya Suzuno lah yang punya
kemampuan untuk melawan iblis itu.
Mengambil kesempatan ketika perhatian semua orang tertuju pada lapangan
sekolah, Chiho menggenggam HP yang ada di dalam tasnya dan mencoba
menggunakan Idea Link pada Suzuno.
Kali ini, pesannya berhasil, dan Suzuno bilang kalau dia akan segera menuju
ke sekolah.
Kali ini, teman baik Chiho di sekolah, Tokairin Kaori menunjuk ke arah
lapangan sekolah dan tergagap. Meski Chiho tau jawabannya, tentu saja dia
tidak bisa memberitahunya.
"Uh, apa itu ya? Mu-mungkin sejenis binatang yang berbahaya atau
semacamnya...."
Chiho yang hanya bisa menjawab demikian, diam-diam meminta maaf pada
iblis itu di dalam hatinya.
Meski seharusnya dia tidak memprotes, tapi Malebranche yang ada di lapangan
sekolah itu bertingkah seperti anak kecil yang bosan dengan mainannya, dan
melempar 'Kedamaian dan Ketulusan' dari tangannya begitu saja.
"??"
Tidak hanya Chiho, semua orang yang ada di sana menahan napas mereka.
Jika bidikannya meleset sedikit saja, benda itu mungkin sudah menghantam
gedung sekolah.
Ketika Chiho menganggap kalau dia hanya bisa diam mengamati semuanya....
"Hhhhhhhhoooowwwwwwllllll!!!"
"Kya!"
Suara nyaring layaknya serigala liar itu, membuat Chiho menutup telinganya.
"Ee...."
Di dalam kelas mulai menjadi berisik. Chiho merasa kalau ini pastilah indikasi
sebelum terjadinya kepanikan.
"....."
Tanpa diketahui oleh siapapun, Chiho berlari menuju atap SMA Sasahata.
Sudah lebih dari 70 tahun semenjak berdirinya SMA Sasahata, dan gedung
sekolah lama, katanya punya sejarah lebih dari 50 tahun.
Karena semua orang di sekolah nampak melihat ke arah lapangan, Chiho yang
berlari ke dalam gedung sekolah lama bisa melewati koridor tanpa bertemu
siapapun, tapi sebelum bisa mencapai tujuannya yaitu di atap....
"???"
Di sudut lantai ketiga dari gedung sekolah lama yang berada di samping tangga
menuju atap, terdapat sebuah ruang kelas yang di antara para siswa dikenal
dengan nama 'ruang yang tak bisa dibuka'.
Itu bukan karena ada siswa yang mati di sini sebelumnya, atau karena ada segel
aneh di sana, tempat itu disebut demikian hanya karena dulu itu adalah ruang
kelas ekonomi rumah, tapi setelah gedung sekolah baru yang dibangun 30
tahun lalu memiliki ruang kelas ekonomi rumah yang lebih baru, tak seorang
pun menggunakan ruangan itu lagi.
Verifikasi yang lebih detail bisa dilakukan setelah Suzuno datang. Hal yang
paling penting saat ini adalah Malebranche di luar.
Jika dia hanya ingin menggunakan Idea Link, dia seharusnya tidak perlu
mengaktifkan sihir suci dengan seluruh kekuatannya, tapi saat ini, Chiho
melakukan hal itu karena dia ingin merapal mantra lain.
Dari latihan yang dia jalani sebelumnya, Chiho tahu kalau selama dia
menyanyi terus menerus, dia pasti bisa meningkatkan pengaktifan sihir sucinya.
Seperti ingin mengkonsentrasikan sihir sucinya, Chiho terus menerus
menyanyikan lagu latihan radio.
Alhasil, seperti yang Chiho prediksi, ketika dia ingin mengulangi lagu tersebut
untuk ketiga kalinya, sensasi ada sesuatu yang berat mendarat di sisi lain pintu,
bisa terdengar.
Pertama-tama, Chiho bernapas lega. Seperti yang dia duga, iblis itu bisa
merasakan pengaktifan sihir sucinya.
"Hmmph, dibandingkan sihir suci lemah yang kau miliki, nadamu terdengar
agak berani ya."
Makhluk yang ada di sisi lain pintu berbicara dengan nada yang terdengar
seperti meremehkan Chiho. Namun, meski kata-kata iblis itu mengandung
cacian, selama isinya sesuai dengan kenyataan, Chiho pasti akan menerimanya
dengan jujur.
"Sejujurnya, aku sama sekali tak punya kekuatan bertarung, dan kurasa aku
juga takkan bisa melakukan apa-apa terhadapmu. Tapi aku memintamu ke sini
karena ada alasan yang jelas."
"Ah?"
Chiho memang tidak bisa melihat siluet iblis itu, tapi karena dia yakin kalau
Suzuno sedang menuju ke sini, dia tidak merasa sepenuhnya takut.
"Karena aku tidak punya kuncinya, aku hendak memintamu untuk membuka
pintu ini. Jika itu Malebranche-san, kau harusnya bisa melakukannya kan?"
"....."
"Dunia ini sangat ketat terhadap anak-anak. Meskipun aku bilang kalau aku
ingin berbicara sendiri dengan seorang iblis dari dunia lain, para orang dewasa
pasti takkan meminjamkan kunci atap ini."
Meski pintu logam di depan Chiho sudah tua, tapi itu masih terlihat sangat
kokoh.
"!!"
Namun, di saat itu, suara pintu yang dirusak oleh seseorang, terdengar dari luar.
Seperti yang Chiho duga, iblis itu membantu merusak kuncinya dari luar.
Setelah kehilangan penopangnya di sisi lain, bagian dalam knop pintu itu jatuh
di kaki Chiho, sebuah cakar tajam yang familiar meluncur masuk melalui
lubang di pintu.
Sebelumnya, sebagian karena ada Iron di sana, Chiho sama sekali tidak merasa
takut ketika menghadapi Farfarello.
Tapi kali ini, Chiho menghadapi iblis yang tak dikenal sendirian.
Setelah menyugestikan hal itu, Chiho menatap pintu yang terbuka perlahan.
Malebranche yang ada di hadapan Chiho, memiliki cara bicara yang lebih kasar
dan juga memiliki tubuh yang lebih besar dibandingkan Farfarello.
Cakarnya tidak sepanjang apa yang Chiho kira. Meski dia bertubuh besar, tapi
cakar dan sayapnya lebih kecil ketimbang Farfarello.
Akan tetapi, dari sihir iblis yang terpancar dari tubuhnya, Farfarello bukanlah
tandingannya sama sekali.
Meski tidak berada di tingkat wujud Raja Iblis Maou, jika dia tidak
mengaktifkan sihir sucinya secara penuh, mungkin Chiho akan merasa tidak
nyaman sampai tidak bisa berbicara tatap muka dengan iblis tersebut.
"Sepertinya kau benar-benar orang dari negara ini...... tapi bisa berdiri di
hadapanku dan tidak banyak bereaksi..... oh, begitu ya, jadi kau Jenderal
Pasukan Raja Iblis baru yang dikatakan nak Farrel, MgRonalds Barista (Mgron
Ald Ballista) itu?"
Meski iblis dari dunia lain bertanya dengan serius 'apa kau MgRonalds
Barista?', Chiho yang tahu arti istilah tersebut yang sebenarnya, hampir tertawa
terbahak-bahak.
Terkait nama Farrel, apa itu mungkin nama panggilan Farfarello? Soal bagian
itu, entah kenapa rasanya agak imut.
Tapi Chiho tetap mengikuti atmosfer saat ini, dia berusaha semampunya
menunjukkan senyum tak gentar dan mengatakan,
"Sepertinya aku tidak perlu memperkenalkan diri, jika kau bersikap seperti pria
sejati layaknya semua iblis yang kukenal sejauh ini, itu pasti akan sangat
bagus."
"Ugh!"
"Si-silakan..."
"Namaku adalah Libicocco. Seperti yang kau lihat, aku adalah salah satu
kepala suku Malebranche. Tapi ingat, aku tidak senaif nak Farrel itu. Meski
aku senang Raja Iblis Satan masih hidup, tapi aku tidak akan mengakui sesuatu
seperti 'Empat Raja' yang baru!"
Seketika itu juga, angin dan hujan tiba-tiba menjadi semakin kuat, dan ini
bukan hanya imajinasi saja.
Awan di langit menjadi semakin gelap, bahkan mata telanjang pun bisa melihat
kalau awan itu bergerak, dan membuat atmosfer menyelimuti seluruh area kota.
Karena itulah, Chiho tidak bisa mengatakan meski namanya 'Empat Raja',
sebenarnya itu ada lima orang.
XxxxX
"Gyah!"
Dengan lepasnya kekuatan psikis yang mendadak, Maou yang melayang di
udara, dengan menyedihkan jatuh ke tanah berlumuran air hujan dengan
pantatnya terlebih dahulu.
"Hey! Apa yang kau lakukan? Kita masih belum sampai ke sekolah Chi-chan!"
Seusai melihat bagian tubuh bawahnya yang basah kuyup bahkan sampai
pakaian dalamnya terendam dengan tatapan seperti sudah menyerah....
Maou mengamati sekelilingnya dan menyadari kalau ini adalah tempat yang
sangat dikenalnya.
Dikarenakan badai, di sana tidak ada satupun pejalan kaki, dan Maou pun
menghela napas lega.
Karena mereka berdua mendarat (dilempar) di tempat yang tidak bisa dilihat
dari konter, Maou pun tidak bisa memastikan keadaan Kisaki, tapi ketika
melihat ke dalam restoran melalui jendela, jumlah pelanggan yang ada di
dalam sepertinya sama dengan jumlah orang yang biasanya mereka dapatkan
di cuaca buruk seperti ini.
"Kalau begini, meski bannernya diletakkan secara horizontal, banner itu pasti
tetap akan rusak tertiup angin."
"Hm?"
Jendela kaca besar yang berada di sebelah area tempat duduk, hancur.
Kaca itu mungkin pecah karena genteng ataupun sesuatu yang tertiup oleh
angin.
Meski Maou tidak peduli dengan malaikat agung manager Sentucky, Sariel,
tapi sebagai rekan dari restoran pinggir jalan, dia tetap khawatir jikalau
pegawai atau pelanggan Sentucky terluka.
Karena dia adalah eksistesi yang sama seperti Alas Ramus, bahkan jika Acies
Ara bisa merasakan keberadaan malaikat agung Sariel, hal itu tidaklah aneh
sama sekali.
".... Maafkan aku, kau sedang terburu-buru kan, kalau begitu aku tidak akan
mengambil jalan memutar lagi."
"Yeeeaaaaahhh....!"
Tanpa menunggu jawaban Maou, gadis itu kembali membuat Maou melayang
dengan cara yang hanya bisa disebut kasar, mereka berdua lalu melesat ke
dalam awan dan hujan, dan menghilang di langit.
XxxxX
Angin dan hujan di atas atap membuat rambut dan seragam Chiho basah kuyup
dalam sekejap, berhadapan dengan Malebranche yang memiliki sihir iblis
dalam jumlah besar dan tubuh yang besar pula, meskipun merasa gemetar
karena kedinginan dan ketakutan, Chiho tetap bertanya dengan penuh tekad.
Dia tak merasa ada orang lain yang menunggu di sekitar mereka seperti Iron,
tapi mengingat Ciriatto pernah membawa pasukan dalam jumlah besar ke
Jepang sebelumnya, Chiho pun tidak bisa lengah begitu saja.
"Eh?"
Chiho dengan serius menanyakan motif iblis tersebut, tapi kenapa dia malah
dikritik karena salah pengucapan?
Chiho mulai tidak mengerti apa yang dia lakukan di tengah hujan angin
bersama dengan iblis tersebut.
Tapi karena Chiho tidak boleh membuatnya marah, meskipun merasa kaget, ia
tetap mendengarkan kata-kata Libicocco dan mengulanginya sekali lagi.
"Apa kau meremehkanku? Akan kukatakan hal ini lebih dulu, jika kau salah
menyebutkan nama anak-anak seperti Draghignazzo dan Scarmiglione,
mereka pasti akan memenggal kepalamu tanpa pikir panjang."
Chiho tidak tahu bagaimana para iblis memberikan nama dalam budaya
mereka, tapi nama Malebranche pasti juga berasal dari orang tua mereka, jadi
Chiho benar-benar ingin tahu seperti apa penampilan orang tua yang
memberikan nama yang sulit disebut seperti itu.
"Huuh, kau hanya perlu mengingatnya, mereka sudah tidak di sini lagi.
Tenang!"
"Eh?"
Chiho sesaat merasa kalau dia baru saja mendengar sesuatu yang penting, tapi
Libicocco langsung menimpalinya dan mengatakan,
"Li.... Libicocco!"
"Bagus sekali! Kau pasti bisa melakukannya kalau kau mau berusaha! Meski
pengucapanmu masih sedikit kaku, karena kau adalah manusia dari dunia lain,
aku tidak akan mempermasalahkannya."
"Ter-terima kasih...."
"Kalau begitu, Li..... Libi..... Libicocco-san, untuk apa kau datang ke sini...."
"Eh?"
Chiho hampir berpikir kalau dia sudah membuat Libicocco marah karena salah
menyebut namanya lagi, tapi sepertinya tidak begitu.
"Mudah dipahami?"
Seketika itu juga, angin dan hujan yang mengelilingi SMA Sasahata, berputar
dengan kasar seolah terkonsentrasi pada satu titik dan mengelilingi sekolah
layaknya dinding badai raksasa.
"To-tolong hentikan!"
Chiho berteriak.
Dinding yang diciptakan oleh angin dan hujan tersebut, seketika menjatuhkan
genteng dari rumah-rumah terdekat, menumbangkan pohon-pohon di halaman,
dan membuat kabel listrik yang telah putus terus menghasilkan percikan api.
Chiho tidak tahu apa yang berubah, tapi saat ia merasa bulu kuduknya berdiri,
sebuah tiang cahaya tiba-tiba muncul.
"Kyaaahhh!!"
Chiho mengeluarkan sebuah teriakan yang memecah udara, dia melihat kilatan
yang terpancar dari dinding angin tersebut, dan kemudian, kilat yang tak
terhitung jumlahnya mulai menghantam tanah.
Kilat-kilat itu mengenai antena yang ada di atap berbagai rumah, tiang listrik,
dan tiang-tiang lampu apartemen, benda-benda yang tentu saja takkan bisa
menahan petir itu, terbakar dalam sekejap mata.
"Hmmph, kupikir aku bisa membuat tempat ini menjadi lautan api dengan cara
yang lebih memuaskan."
Ketika kilat mulai menyambar di depan matanya, Chiho secara mental sudah
siap untuk melihat pemandangan seperti itu, tapi dengan semakin
meningkatnya alat-alat presisi di berbagai rumah, kesadaran untuk
pemasangan anti-petir pun meningkat.
"Hah?"
"Ini namanya hanya mengacau... iblis-iblis yang datang ke Jepang sejauh ini,
entah ingin membawa Satan-san kembali atau mencuri pedang suci Yusa-
san..... Pahlawan Emilia, semuanya punya tujuan yang jelas.... apa kau benar-
benar berpikir kalau ini adalah hal yang bagus?"
"Misi Libicocco-san itu lebih rendah dibandingkan misi iblis yang kau
pangggil 'nak' Farfarello-san itu! Tidak bisakah kau bertingkah seperti iblis
besar dan melakukan hal-hal jahat yang keren?"
".....Eh?"
"Saat ini, termasuk kau, bocah-bocah di tempat ini dan orang-orang di kota
sekitar sedang ketakutan, mereka merasa khawatir dan sedih. Meski aku tidak
tahu menurutmu seberapa hebat misi yang dibawa nak Farrel itu...."
"Tapi bagi iblis, misi semacam inilah yang lebih menarik! Kau bisa menyerap
ketakutan dan kesedihan dalam jumlah besar sekaligus.... yang mana sama
artinya dengan menyerap sihir iblis!"
"Ughh....!"
Chiho tiba-tiba merasa sulit bernapas usai menahan sihir iblis yang dilepaskan
oleh Libicocco, dan jatuh berlutut.... sepertinya sihir sucinya sudah terkuras
habis usai pengaktifan tadi.
Aku harus mengisinya kembali dengan Holy Vitamin Beta.
Pikir Chiho, namun botol cadangannya tertinggal di dalam tas yang dia taruh
di kelas. Dan jika ia berbalik dan mundur sekarang, tidak ada yang bisa
menjamin kalau iblis kejam ini tidak akan membunuhnya.
"Jika kau merasa tidak senang, coba hentikan aku dengan kekuatanmu, Mgron
Ald Ballista, Jenderal Besar-sama...."
Meski begitu, Chiho tetap tidak berpaling. Saat ia tetap kekeh tidak mau
menyerah pada kekuatan kejam dan hendak memelototi Libicocco....
Di saat yang sama, sihir iblis yang menyerang Chiho, lenyap, membuat dia bisa
kembali bernapas dengan lancar.
"Ugh.... hm!"
"Aku adalah salah satu Jenderal Besar yang baru. Karena aku tidak menyukai
tindakanmu, aku akan menggunakan kekuatanku untuk menghentikanmu!"
Orang itu datang sambil mengayunkan palu raksasanya dan diikuti oleh rintik
air hujan.
"Su-Suzuno-san!"
Chiho yang bisa kembali bernapas dengan bebas, berteriak keras.
"Urushihara-san..... itu...."
Itu bukan sayap hitam legam seperti saat ia bertarung dengan Maou, melainkan
sayap putih bersih seperti sayap malaikat.
"Huuh, jika aku tahu kalau orang ini akan menyebabkan kekacauan besar, aku
pasti akan memilih menyerap sihir iblis."
"Lucifer, meski itu lelucon, tolong jangan katakan hal-hal seperti itu!"
"Sebenarnya aku tidak bercanda. Tapi hari ini, aku akan membiarkannya
seperti itu."
"Eh? Eh?"
"... Lucifer-sama, sementara yang satunya.... kau pasti Sabit Kematian Bell?"
"Hm?"
"Yeah, kau cocok sekali dengan ciri-ciri yang dikatakan oleh nak Farrel itu,
dan....."
"Dan apa?"
Menurut firasat Suzuno, kekuatan Libicocco mungkin sama atau sedikit lebih
lemah dibandingkan dirinya.
Oleh sebab itu, serangan dari belakang ketika iblis itu sedang lengah tadi,
meninggalkan efek yang besar.
Dan kali ini Suzuno mendapat bantuan dari Urushihara, meskipun mereka
bertarung secara langsung, sama sekali tak ada alasan untuk kalah. Maou juga
sedang bergegas menuju ke sini. Meski begitu, Suzuno tetap merasakan jarak
yang tidak normal dengan Libicocco.
XxxxX
"""......."""
Orang yang saling pandang satu sama lain di kotatsu saat ini bertambah
menjadi tiga orang.
Anggota yang baru bergabung itu berganti memakai kaos dan celana Ashiya,
dan karena dia tidak terbiasa duduk berlutut, dia pun duduk bersila dengan
aneh.
Pria yang Maou tinggalkan setelah dia sampai dan tanpa memberi penjelasan
apapun, adalah orang yang benar-benar tidak Ashiya kenal.
Dari percakapan singkat tadi, Maou membawanya ke sini dengan terbang, dan
kesan penampilan yang diberikan pria itu, bisa dilihat kalau dia bukanlah orang
normal yang berasal dari Jepang.
Dan kemungkinan pertama yang muncul di pikiran Ashiya, pria ini pasti adalah
manusia Ente Isla, tapi meski begitu, Ashiya masih punya beberapa pertanyaan.
Ashiya sama sekali tidak bisa merasakan sihir suci ataupun sihir iblis dari pria
ini, sebagai orang Ente Isla normal, kenapa dia bisa ada di Jepang?
Baik Emi, Suzuno, Emerada, Sariel, ataupun Gabriel, mereka semua memiliki
kemampuan untuk melintasi dunia dan dimensi serta memiliki kekuatan yang
jauh melebihi manusia normal.
Jika pria ini hanya penduduk asli Ente Isla, kenapa dia menetap di Jepang?
Pria ini tidak punya kekuatan untuk melakukan perjalanan lintas dunia
sendirian.
"Suzuki-san."
"Hm?"
"Huh?"
Setelah Ashiya meminta maaf, dia menoleh ke arah pria yang Maou bawa dan
berbicara,
'Apa kau mengerti bahasa ini?'
'Bahasa Deweiss... tidak, bahasa Pusat Perdagangan kan? Apa kau juga bukan
orang yang berasal dari negeri ini?'
"Hm?"
Rika menatap kedua orang yang mulai berbicara dengan menggunakan bahasa
aneh di hadapannya.
'Sejujurnya, itulah apa ingin kutanyakan. Kau tidak terlihat seperti perapal
mantra, kenapa kau ada di sini? Kau ini siapa?'
'Ceritanya panjang. Seperti yang kau lihat, aku tidak tahu mantra apapun, dan
dulu, aku hanyalah petani biasa, aku seharusnya menjalani sisa hidupku di
sebuah desa di Saint Aire.'
Rika kebingungan.
Mereka berdua tidak berbicara dalam bahasa Inggris, bukan juga Jerman
ataupun Perancis yang terkadang bisa terdengar di berita ataupun film
dokumenter.
'Sampai sekarang, aku masih tidak tahu identitasmu ataupun Maou-san, jadi
aku tidak bisa mengatakan banyak hal. Tapi, aku punya misi untuk melindungi
anak itu.... melindungi Tsubasa, itulah kenapa aku menyeberang ke dunia ini.
Ini semua demi menyerahkan Tsubasa pada seseorang suatu hari nanti.'
Ashiya menggumam bingung, lalu mengingat ada gadis lain di samping Maou
pada waktu itu.
'Tsubasa yang kau sebut tadi... apa itu gadis yang membawa Maou pergi?'
'......'
Salah satu orang yang Ashiya kenal, memiliki nama dengan makna yang sama
dengan kata 'Tsuabasa' dalam bahasa Jepang.
Dia adalah gadis yang tinggal di kamar ini selama seminggu, lalu diserahkan
pada musuh dan saat ini, menghilang bersama dengan musuh.
Ashiya berbicara dengan nada tajam yang sama sekali tidak mengizinkan
penyangkalan ataupun kebohongan.
'....'
Karena dia tahu, manusia biasa di hadapannya yang dulunya adalah seorang
petani ini, memegang kunci yang mungkin cukup untuk mengubah segala
sesuatu yang melibatkan pihak mereka dan Ente Isla, atau bahkan seluruh
dunia.
'Ka..... kau....'
"....Emilia?"
Rika akhirnya memahami istilah yang terdengar seperti sebuah nama, dan dari
hal ini, terasa sesuatu yang tidak beres.
'Bagaimana bisa......'
Ini adalah pertama kalinya dia bertemu dengan Jenderal Iblis Alsiel, seorang
Empat Raja kepercayaan Raja Iblis.
'Orang terpilih...?'
Istri yang pria itu sebutkan, dalam situasi ini, harusnya adalah ibu Emi,
Malaikat Agung Lailah.
Tapi meskipun para malaikat memiliki kekuatan yang tidak biasa, eksistensi
mereka sebenarnya cukup normal, mereka tidak seperti apa yang dijelaskan
dalam legenda ataupun kitab, yang mana bisa menyegel dunia hanya dengan
beberapa kalimat, ataupun memiliki kemampuan untuk mengendalikan takdir.
Seorang Malaikat Agung berani menyatakan bahwa Raja Iblis Satan sebagai
'yang terpilih', arogansi pun harusnya ada batasnya.
"Hey!"
Dan lagi, jika seorang manusia dan malaikat bisa mengatakan 'ini adalah
kebenaran dunia', bukankah itu sangat gawat? Bagi kami para iblis, jika nilai
dari sebuah kebenaran bisa dijelaskan dengan membandingkannya terhadap
sesuatu, kami pun mungkin tidak sebanding dengan batu di pinggir jalan.
"Dengarkan aku!!"
"Yaa??"
Dia menutup telinganya kaget dan menoleh, dia mendapati Rika menunjukkan
ekspresi yang lebih jahat daripada iblis.
"Meski aku tidak tahu apa yang kalian berdua bicarakan, setidaknya jelaskan
juga padaku!"
"Yeah......"
Sepertinya Nord juga tahu kalau saat ini Rika sedang marah karena tidak
dihiraukan.
Ashiya mencoba menenangkan Rika dengan nada yang tenang, tapi Rika
malah menatap tajam ke arah Nord dengan tatapan yang cukup kuat untuk
membuat Jenderal Iblis mundur.
"Paman, jika kau ingin tinggal di Jepang dengan nyaman, sebaiknya kau
belajar bagaimana cara berbicara dengan lebih bijaksana, okay?"
"Baik...."
"Lalu, Ashiya-san?"
"Y-ya...."
"Kapan kau akan memberitahuku siapa paman ini dan kenapa Maou-san,
Urushihara-san, dan Suzuno bisa melakukan hal-hal seperti itu?"
Ashiya tahu, jika dia menjawab 'Kau belum pernah menanyakan pertanyaan
itu' atau 'Kau terlalu banyak bertanya', hal itu hanya akan menyebabkan
pertumpahan darah, karena itulah Ashiya tidak membantahnya, bagaimanapun,
dia sudah membuat keputusan sebelum Maou datang.
"Eh?"
Akan tetapi, Rika yang awalnya punya aura membunuh yang seolah bisa
menerkam mereka kapan saja, tiba-tiba merona merah seperti terbakar dan
duduk di atas tatami dengan patuh, auranya yang tadi sepenuhnya telah
menghilang,
Ashiya yang tidak tahu harus mulai dari mana, akhirnya menunjuk ke arah
Nord dan mengatakan,
"Pria ini...."
"Y-ya?"
"Yeah.... Eh?"
"Ayah.... Emi?"
Rika yang ingat kalau dia baru saja mengucapkan sesuatu yang kasar, berbicara
dengan wajah pucat,
'Wanita ini adalah teman Emilia di negara ini. Namanya Suzuki Rika.'
Kali ini, Ashiya memperkenalkan Rika pada Nord.
"Rika-san."
"Y-ya."
Meskipun Nord membuatnya terdengar seolah Emi tidak mau dibantu oleh
Rika, tapi karena Rika tahu apa yang dimaksud oleh Nord, dia pun tidak
membantahnya seperti tadi.
"Ah, yeah, akulah yang selalu dibantu olehnya... Er, erhm, Ashiya-san!"
Dengan bahasa Jepang klasik, Rika berulang kali mengatakan pujian yang
tidak perlu, memandang ke arah Ashiya dan berkata,
"Kalian berdua sejak tadi menyebutkan 'Emilia', dan ayah Emi juga
menggunakan nama itu secara langsung, apa...."
Jika Ashiya menjawab pertanyaan Rika, artinya sama saja dengan menyeret
Rika masuk ke dalam medan yang sama seperti Chiho.
"Uh... Apa itu maksudnya orang Jepang memakai nama panggilan bergaya luar
negeri setelah pergi ke sana ataukah nama baptis atau nama tengah karena
alasan agama?"
"Tidak!"
"Itu adalah nama asli 'Yusa Emi' yang kita kenal. Nama aslinya adalah Emilia
Justina."
"Benar."
"Benar sekali."
".... Ah, a-aku paham, karena ayah Emi adalah orang luar negeri, meskipun dia
lahir di negara lain, seperti bagaimana pemain sepak bola memakai nama
Jepang ketika mereka bergabung dengan tim Jepang, maka....."
Rika memberi sebuah analogi yang dipaksakan, tapi itu sudah diperkirakan
oleh Ashiya.
"Tidak, bukan seperti itu. Yusa.... Rumah Emilia tidak berada di bumi."
"Ke-kenapa kau tiba-tiba menanyakan ini? Aku memang berhenti main game
setelah lulus SD, tapi aku masih sering menonton film."
"Kalau begitu, kau pasti bisa paham jika aku mengatakan ini. Yusa Emi atau
Emilia Justina, bukanlah penduduk bumi."
Bahkan reaksi marah ini pun masih berada dalam perkiraan Ashiya... Ini adalah
reaksi yang wajar dari kebanyakan orang.
"Jika kau tidak mau mempercayainya, maka aku takkan bisa menjelaskan
fenomena yang Suzuki-san lihat tadi."
Hujan dan angin yang semakin kuat, saat ini menyerang jendela yang dipakai
oleh Urushihara dan Suzuno untuk melompat.
Dan beberapa saat lalu, Maou yang muncul dari luar, juga pergi melewati
jendela itu dengan terbang.
"'Dari sini sampai atap seberang setidaknya berjarak 10 meter! Mana mungkin
seseorang melompat ke sana tanpa ancang-ancang terlebih dahulu!' Setidaknya
di dunia ini, di bumi ini, sesuatu seperti itu harusnya tidak bisa, kan?"
"....."
Seperti yang sudah diduga, bahkan jika situasi aneh ini dijelaskan pada Rika,
pikirannya takkan bisa mengimbangi situasi tersebut.
Jika Rika bisa melihat bukti yang kuat seperti Chiho, mungkin ceritanya akan
berbeda.
Tapi sebelum hari ini, Rika tidak tahu apa-apa, dan tidak pernah melihat
kenyataan itu.
"Suzuki-san."
"Uh!!"
Dibandingkan sikap tegasnya tadi, tubuh Rika saat ini jelas-jelas membeku
karena rasa takut akan 'situasi yang tak diketahui'. Kemungkinan besar dia juga
kesulitan berbicara.
"Benar. Jika aku ada di posisi Suzuki-san, aku mungkin juga akan mengatakan
itu."
"Tu-tunjukan buktinya padaku! Karena kau bilang kalau kau itu alien,
bukankah aneh jika kau bergantung pada pekerjaan untuk menyambung
hidup?"
Meski berada di situasi seperti ini, Ashiya masih sempat tersenyum kecut.
"Bahkan alien juga perlu bekerja untuk makan tiga kali sehari?"
Tapi jika hal ini tidak terjadi, Rika tidak mungkin tahu identitas asli mereka.
Bagaimanapun juga, mereka adalah orang dari dunia yang berbeda, dan sejak
awal, adalah orang yang tidak mungkin bisa ditemui.
"Aku tidak bisa menunjukkan bukti yang kuat sekarang.... Bagaimana kalau
begini, ketika Kamazuki kembali, aku akan memintanya bertanggung jawab
dan membuktikannya padamu. Syaratnya, Suzuki-san harus mau
mendengarkan kata-kata aneh ini sampai akhir."
"....."
'Tidak aneh kalau dia tidak mempercayai hal ini. Jika aku mendengar hal yang
sama di Ente Isla, aku mungkin akan menertawakannya. Aku tidak pernah
menyangka ada dunia lain yang memiliki negara dengan peradaban maju
seperti ini.'
Meskipun para iblis secara biologis lebih kuat dibandingkan manusia, tapi bagi
mereka, segala sesuatu yang ada di Jepang adalah keadaan yang jauh berasal
dari masa depan, sesuatu yang tidak akan pernah bisa dicapai.
'.... Tidak, tapi aku bisa menebak kalau kalian bukan manusia.'
Hilangnya Emi dan kemunculan Nord, adalah tanda bahwa kehidupan sehari-
hari normal yang Ashiya dan penghuni Kastil Iblis lain rasa tidak terlalu buruk
meskipun agak salah, telah mulai hancur.
"Hm?"
Namun, meski suara langkah kakinya ia tekan, lantai yang ia injak masih
menghasilkan suara, dan Ashiya pun juga ikut memandang ke arah jendela
karena perilaku Nord.
"!!"
Akan tetapi....
'Kita sudah dikepung. Aku tidak pernah melihat mereka sebelumnya, apa kau
tahu mereka ada di pihak mana?'
Hingga saat ini, dunia itu tidak pernah melakukan sesuatu yang kejam.
'.... Itu adalah armor dari kesatria tingkat kedua milik Benua Timur Afashan,
kesatria Josokin. Ada apa ini?'
Apartemen mereka saat ini telah sepenuhnya dikepung oleh kesatria yang
memakai pakaian aneh.
Kapan mereka muncul dan dari mana mereka datang?
Apa mereka pembunuh yang dikirim oleh Barbariccia, seperti saat dengan
Ciriatto dulu?
Tidak.
Kesatria dengan pakaian aneh di luar itu adalah manusia. Ashiya tidak bisa
merasakan sihir iblis sedikitpun dari mereka.
Meski alasannya tidak diketahui, satu-satunya hal yang bisa dipastikan ialah,
target mereka pasti Ashiya dan yang lainnya.
Benar.
Dia tidak ada hubungannya dengan urusan Ente Isla dan hanyalah manusia
normal dari Jepang.
Selain tidak boleh membiarkan dia terlibat, terlebih lagi, mereka juga tidak
boleh melibatkannya.
'Insiden ini tidak ada hubungannya dengan Rika-san, dan dia harus dilindungi
kan?'
'Ye-yah.'
'Sepertinya begitu. Meski ada kemungkinan kalau itu adalah tetangga kami,
tapi sepertinya hanya ada kita bertiga di bangunan ini.'
Meski sekelompok kesatria dengan aura aneh itu tidak bergerak, dengan
jumlah mereka, jika mereka menerobos masuk, Ashiya yang sekarang tidak
mungkin bisa menang.
'Jika ini dulu, jumlah ini bukanlah apa-apa..... tapi saat ini...'
'.... Karena aku tidak pernah mendapat pelatihan apapun, aku juga sama
denganmu... paling tidak, jika Tsubasa... Acies kembali, mungkin masih ada
kesempatan....'
Dari bagaimana Tsubasa dan Acies merujuk ke orang yang sama, maka orang
yang Nord bicarakan, pasti gadis yang bersama dengan Maou tadi.
Meski Ashiya tidak tahu keseluruhan ceritanya, gadis itu mungkin ingin
menyelamatkan Chiho bersama dengan Maou.
Jika orang-orang di luar itu adalah manusia dari Benua Timur, maka dalang
dibalik semua ini pasti Olba Meyers.
Dan saat ini, dengan sekolah Chiho yang diserang oleh seseorang dan dengan
hilangnya Emi, orang yang menuju ke sana untuk membantu pastilah Suzuno
dan Maou yang potensinya tidak dapat diduga pada saat-saat penting.
Di sisi kami, hanya pergerakan Urushihara yang tidak bisa diprediksi, dan
terkadang dia juga bisa menggunakan mantra dengan menarik kekuatan dari
sumber selain sihir iblis. Bagaimanapun, saat ini di Jepang, hanya ada satu
orang yang tidak bisa dianggap sebagai bagian kekuatan tempur.
Orang yang berada dalam bahaya bukan hanya Emi dan Suzuno.
XxxxX
"Wahhh.... lebat sekali... hujannya tak selebat ini ketika aku datang dulu."
"Aku ingin memanggil taksi. Tapi seingatku tempat itu tidak begitu jauh dari
stasiun, kalau aku naik taksi, ini pemborosan namanya."
Wanita itu berdiri di depan area peta stasiun, dia meletakkan tas bahunya di
atas koper beroda, dan kebingungan bagaimana harus pergi setelah
meninggalkan stasiun.
Tapi apa yang dia pegang di tangannya bukanlah peta, catatan, ataupun HP.
"Wah-pu!"
"Ah...."
"Aku tidak akan bisa dapat taksi kalau begini. Sial, seingatku tempat itu tidak
punya kamar mandi."
"Uwaaahhhhhh!"
Sambil berteriak, dia berlari menuju Sasazuka yang tengah hujan lebat tanpa
payung.
Wanita dengan ponytail dan kulit berwarna gandum itu dalam sekejap basah
kuyup karena hujan, sosoknya pun kemudian hilang di tengah-tengah hujan.
XxxxX
Maou dan Acies mengambil jalan memutar saat berada di tengah perjalanan,
tapi pada akhirnya mereka tetap berhasil mencapai kawasan dekat SMA
Sasahata. Akan tetapi....
"Uooohhh!"
"Owwww!"
"Merepotkan sekali!"
Acies memandang Maou yang berguling di tanah sambil kesakitan karena luka
dan dampak yang ia terima, tapi hal itu terlihat sama sekali tidak mengganggu
Acies.
"Sial! Kita sudah mengalami banyak masalah untuk sampai ke sini! Tapi pada
akhirnya, situasi di dalam tidak bisa dilihat sama sekali!"
Dilihat dari luar, sepertinya hanya SMA Sasahata saja yang diselimuti oleh
awan cumulonimbus.
Awan berbentuk lingkaran mengelilingi bangunan sekolah, dan pejalan kaki
sama sekali tidak bisa mendekat.
Tapi meski kerusakan tidak terjadi di sekitar sekolah, ada masalah lain di
dalam sekolah.
"Uwah, menjengkelkan."
Rambut berjumbainya bergerak ke atas karena tertiup angin, tapi Acies tetap
mengangkat bahunya dan berbicara dengan wajah polos.
"Dan dengan ini, kau masih memintaku untuk kembali ke apartemen lebih
dulu?"
"Yah, bagaimanapun, jika sesuatu terjadi kepadamu atau pada Nord, keadaan
ini bisa saja berubah menjadi tak bisa diperbaiki!"
Maou awalnya berpikir, selama dia datang, dia pasti bisa bekerja sama dengan
Suzuno untuk menyelesaikan masalah ini, itulah kenapa dia meminta Acies
untuk kembali ke apartemen lebih dulu.
"Apa kau baik-baik saja? Bukankah lebih baik aku tetap berada di sini?"
"Benar-benar menjengkelkan!"
Bagi tubuh bagian bawah manusia, jika kecepatan angin mencapai 20m/s,
bahkan berdiri pun sudah sangat sulit.
Dan dinding badai yang ada di depan mereka, jelas-jelas melebihi kecepatan
itu, jika tubuh dengan darah dan daging memaksa masuk, mereka pasti akan
terlempar keluar seperti Maou barusan.
Tak peduli seberapa banyak dia sudah melemah, Maou tetaplah seorang Raja
Iblis, dia memang tidak tahu siapa musuh yang ada di dalam dinding badai itu,
tapi belakangan ini, makhluk yang datang ke Jepang kebanyakan adalah orang
yang memiliki masalah dengannya.
Karena Maou pernah bertarung dengan Emi beberapa kali di Ente Isla dengan
kekuatan penuh, Maou sangat yakin dengan kekuatan Sang Pahlawan,
ditambah lagi, dia juga menjadi lebih kuat setelah bergabung dengan Alas
Ramus.
Pada dasarnya, kalau bukan pengecualian seperti Olba, Penyelidik biasa tidak
akan punya banyak kesempatan untuk bertarung dengan serius, tapi ketika
Suzuno berada di Choshi, dia berkelakar bahwa dia sanggup menghancurkan
seluruh pasukan Malebranche sendirian.
Bahkan jika Maou mencoba mencari papan penunjuk jalan di dalam angin
tersebut, angin pasti akan masuk ke dalam telinganya bersama dengan air hujan.
Alarm kebakaran di berbagai tempat di sekitar kota, yang meminta para
penduduk untuk waspada juga terus menerus membunyikan alarm.
Karena dinding badai ini sudah menyebabkan kekacauan selama beberapa saat
ketika Maou sampai, mungkin pemadam kebakaran atau polisi sudah
menerima laporan dan menuju ke sini.
Meski ini bukan tanggung jawabnya, Maou masih berharap kalau penduduk
Jepang akan menganggap insiden ini sebagai fenomena alam biasa....
"Huh?"
"Di mana?"
Acies menunjuk ke satu arah, tapi karena ada benda-benda aneh yang terbang
melayang selain angin dan air hujan, Maou tidak tahu ke arah mana Acies
menunjuk.
"Ini adalah angin yang disebabkan oleh sihir iblis. Dan di dekat sini, seseorang
sepertinya pernah menggunakan sihir suci untuk memaksanya terbuka. Kalau
tempat ini diterobos dengan paksa sekali lagi, dinding angin ini mungkin akan
hancur sepenuhnya."
"Siapa yang akan bertanggung jawab untuk menerobosnya?"
"Yeah, tapi aku butuh waktu, karena ayah tidak ada di sini."
Menurut firasat Maou, kapasitas sihir suci milik ayah gadis ini, tidaklah terlalu
besar, lalu apa sebenarnya maksud Acies?
"Itu terlalu lama! Kalau seperti ini, kembali dan menjemput Nord pasti akan
lebih cepat!"
"Bukankah sudah kubilang kalau aku akan kerepotan jika aku melibatkan
kalian berdua ke dalam masalah?"
"'Dependency'?"
"Tu-tunggu dulu!"
Maou menyela Acies dengan panik.
Meski Maou sangat ingin mendengar rinciannya, tapi jika dia benar-benar
mendengarkan semuanya, hal itu pasti membutuhkan waktu lebih dari satu jam.
"Biar kutanya bagian yang paling penting saja. Bahkan dengan manusia tanpa
sihir iblis ataupun sihir suci seperti paman itu, seperti Nord, selama dia ada di
dekatmu, kau bisa mendapatkan kekuatan dari dia?"
"Daripada mengatakan kalau aku mendapat kekuatan dari ayah, ini lebih
seperti aku menjadi lebih energik setelah dipengaruhi oleh ayah."
Bukankah itu seperti bagaimana dia menggunakan kondisi mental manusia dan
merubah mereka menjadi kekuatan ketika dia berada dalam wujud Raja
Iblisnya?
"Ya."
"Tapi rasanya Maou memberiku perasaan tidak nyaman. Ini lebih seperti aku
tidak bisa menerimanya secara psikologis..."
"Bahkan di situasi darurat seperti ini pun, kau masih bisa mengatakan hal-hal
kejam seperti itu pada orang yang baru kau temui?"
Semenjak Maou datang ke Jepang, ini adalah pertama kalinya dia diberitahu
oleh seseorang kalau dia tidak bisa diterima secara psikologis.
Dan lagi, bukankah saat di pusat ujian, Acies bilang kalau Maou memiliki bau
yang sangat sedap?
"Yeah, tapi jika itu Maou, mungkin itu bukan sihir suci...."
"Apapun tak masalah! Tak masalah selama kau bisa menggunakan kekuatan
untuk menyerang titik lemah itu kan?"
"Hm...."
Acies terlihat enggan, Maou lalu memegang tangan Acies dan memohon
padanya.
"Kya!"
".... Biar kukatakan hal ini lebih dulu, apa yang aku maksud adalah, aku
mungkin akan memberitahumu soal kakakmu, okay? Jangan salah paham!"
Tapi, Acies tiba-tiba menutup matanya, dan mendekat ke arah Maou, membuat
Maou bergerak mundur.
Maou bernapas lega karena tebakannya salah, tapi dia tetap merasakan rasa
malu yang tak bisa dijelaskan karena membayangkan sesuatu seperti itu.
Maou perlahan kembali mendekat ke arah Acies, dan Acies juga mengangkat
wajahnya.
"Baiklah."
Itu adalah sinar ungu yang sama persis dengan Alas Ramus, sinar khas milik
fragmen Yesod.
Maou kembali teringat apa yang Acies katakan ketika dahi mereka bersentuhan.
"!!!"
Kali ini giliran Acies yang melompat menjauh dari Maou seolah terbakar oleh
sesuatu.
"A-ada apa....?"
"Ma-Maou..... Ka...kau...."
"O-oh?"
"Apa katamu?"
Tidak diketahui apa mereka terpengaruh oleh kekuatan semacam Idea Link,
ataukah kekuatan yang berhubungan dengan sihir telah terpicu ketika dahi
mereka bersentuhan, Acies nampak melihat identitas Maou yang sebenarnya.
Tapi, apa yang tak bisa disangkal adalah, setiap tuduhan yang dilayangkan
gadis ini, entah kenapa terdengar konyol.
Mereka berdua bahkan tidak punya waktu untuk membicarakan fakta tidak
berguna ini ketika tiba-tiba sinar di dahi Acies menyebar ke seluruh tubuhnya.
"Ah.... Raja Iblis, aku benar-benar mendedikasikan diriku kepada Raja para
Iblis... Ibu, maafkan aku, aku anak yang nakal!"
"Tolong hentikan itu! Kau membuatnya terdengar seolah aku ini penjahat lain
yang tidak ada hubungannya dengan Raja Iblis!"
Tidak diketahui berapa lama lagi dia ingin mencela Maou sampai dia puas, tapi
Acies tiba-tiba mengeluarkan ledakan cahaya yang begitu terang sampai-
sampai seseorang takkan bisa melihat ke arahnya secara langsung.
"Uwaahh!!"
Acies berubah menjadi bola cahaya yang tak terhitung jumlahnya, dan setelah
bola cahaya itu menjadi semakin kuat, mereka semua pun bergerak ke arah
Maou.
Selain merasa terkejut dengan perubahan Acies, perasaan tidak enak juga
muncul di benaknya.
Kondisi dikelilingi cahaya ungu ini, Maou merasa sudah pernah melihatnya
beberapa kali.
Tidak, itu adalah fenomena yang berkebalikan dengan cahaya yang diserap
oleh Maou. Dengan kata lain....
"..... Bukankah ini sama seperti saat Alas Ramus muncul dari tubuh Emi?"
Situasi ini memang sulit, tapi dalam beberapa hal, semuanya sudah terlambat.
Di sudut dinding badai tersebut, sebuah sinar ungu membelah langit, bagaikan
ingin memotongnya menjadi dua bagian.
XxxxX
Palu raksasa Suzuno beradu dengan cakar tajam Libicocco, dan suara tumpul
tabrakannya mengguncang SMA Sasahata.
Mata Chiho tidak bisa mengikuti pertarungan berkecepatan tinggi antara kedua
belah pihak di udara.
"Tidak perlu khawatir, sihir suciku masih bisa menyegel pintu itu."
"Ba-baguslah..."
Namun, sayap putih yang keluar dari punggungnya, dan kekuatan yang mirip
dengan Emi dan Suzuno, benar-benar membuat Chiho sangat terkejut.
Kemungkinan besar Suzuno memberinya Holy Vitamin Beta, apa tak masalah
jika dia meminum minuman itu?
Jumlah yang bisa Chiho minum memiliki batasan yang sangat ketat.
Ashiya yang merupakan seorang iblis kuat, akan pingsan setelah minum satu
botol.
Dan Maou bilang, jika dia menyerap sihir suci dengan jumlah yang salah, hal
itu hanya akan melukai tubuhnya sendiri.
Kali ini, mungkin karena bereaksi pada suara saat Urushihara mengetuk pintu,
sebuah suara terdengar dari sisi lain pintu.
"Siapa itu? Apa ada orang di sana? Cepat buka pintunya! Sial! Kenapa tidak
mau terbuka!?"
Saat ini, di halaman sekolah tidak hanya terdapat makhluk aneh, bahkan
seluruh sekolah juga diselimuti oleh badai, meskipun mereka sedang
menghadapi situasi tidak yang normal, beberapa guru bermental kuat yang bisa
beradaptasi dengan situasi ini, mungkin bergegas menuju atap.
Di bawah perintah Suzuno, semua pintu dan jendela di seluruh sekolah sudah
disegel oleh mantra Urushihara.
Itu adalah cara untuk mencegah agar para murid dan guru tidak berlari keluar
dan terlibat dalam pertarungan, tapi hanya dari fakta bahwa perapal mantranya
adalah Urushihara, sudah cukup untuk membuat Chiho gelisah.
"Segel di pintu itu adalah mantra yang sangat hebat, orang biasa tidak akan
bisa menghancurkanya."
"Ada banyak tempat di mana mantra ini bisa digunakan kau tahu. Meskipun
mungkin sulit untuk memahaminya dalam konteks orang Jepang, tapi keluarga
raja ataupun Gereja sering menggunakan mantra ini pada harta atau gereja suci
untuk mencegah penyelinap keluar masuk."
Tapi meski begitu, kenapa Urushihara punya kemampuan ini dan bisa
menggunakannya sebagai mantra?
"Bukan hanya aku, Sariel dan Gabriel seharusnya bisa menggunakannya juga.
Ini adalah mantra yang diperlukan bagi malaikat berlevel tinggi, setidaknya
inilah yang diajarkan pada kami?"
Tanya Chiho dengan bingung karena ia merasa ada sesuatu yang ganjil, tapi
Urushihara tidak mengatakan apa-apa setelah mengalihkan pandangannya
kembali ke arah langit, Chiho, tanpa ada pilihan lain, hanya bisa juga ikut
mendongak.
Selama mereka berbicara, meski Suzuno memakai kimono yang membuatnya
tidak mudah bergerak, dia masih bisa menghindari semua serangan, dan
bahkan Chiho merasa kalau Suzuno bisa unggul dalam pertarungan ini.
Chiho dulu pernah menyaksikan pertarungan Emi dan Urushihara, adegan saat
mereka berdua bertarung, benar-benar terlihat seperti film, di mana mantra dan
kekuatan misterius digunakan, tapi pertarungan antara Suzuno dan Libicocco
yang membentang di hadapan Chiho saat ini, lebih seperti pertarungan jarak
dekat.
Meski begitu, Chiho bisa tahu dengan jelas kalau Suzuno masih menunjukkan
belas kasihan.
Chiho memang tidak bisa mendengar apa-apa dari tempatnya sekarang, tapi
dia bisa melihat kalau mereka berdua terkadang berbicara, mungkin Suzuno
sedang mencoba meyakinkan Libicocco untuk kembali.
"..... Aneh."
"Eh?"
Urushihara yang juga menyaksikan pertarungan di udara tersebut,
mengemukakan keraguannya.
"Apa karena ini di Jepang, makanya dia tidak bisa menggunakan terlalu banyak
sihir iblis....."
"Jika memang begitu, sebelum dia dipojokkan separah ini, dia harusnya bisa
menghilangkan badai yang berlebihan ini lebih dulu, dan menggunakan sihir
iblisnya untuk bertarung, kenapa dia tidak melakukan itu, ditambah lagi....."
Urushihara benar.
"Aku merasakan perasaan aneh yang sama seperti saat dengan Ciriatto dulu.
Kenapa dia bisa mempertahankan wujud iblisnya?"
"Uh......"
"Situasi saat ini berbeda denganku pada waktu itu, dia itu tidak bisa
mengumpulkan perasaan negatif yang tak terbatas di sekelilingnya. Selain itu,
kepala suku Malebranche tidak akan mampu mempertahankan sihir iblisnya
seperti Maou. Akan tetapi, meskipun dia sudah mengeksekusi mantra skala
besar seperti itu, dia masih saja sanggup mempertahankan wujudnya, pasti ada
semacam trik."
"Ta-tapi, bukankah jika terus seperti ini malah akan bagus? Jika pihak musuh
bisa menggunakan kekuatan penuhnya, Suzuno-san mungkin akan berada
dalam bahaya..."
Benar, Chiho hampir saja lupa karena terlalu terkejut oleh kata-kata Libicocco,
tapi Libicocco secara khusus datang ke Jepang dengan menggunakan sebuah
'Gate'. Sulit membayangkan kalau tujuannya ke Jepang hanya untuk
mengumpulkan perasaan negatif ini.
Camio datang untuk mencari Maou, Ciriatto datang untuk mencari pedang suci,
Farfarello datang untuk membawa Maou dan Ashiya kembali. Sampai saat ini,
para iblis yang datang ke Jepang, kembali tanpa berhasil mewujudkan tujuan
mereka, kalau begitu sekarang, untuk alasan apa Libicocco datang ke Jepang?
"Selain itu, aku juga khawatir soal situasi di mana Emilia tidak ada seperti ini.
Sebelum kami datang, apa orang itu mengatakan sesuatu yang aneh?"
"Sesuatu yang aneh...."
Tidak peduli seberapa keras dia memikirkannya, hal teraneh yang Chiho
rasakan mungkin saat ia dipaksa belajar mengucapkan nama Libicocco....
"Kalau dipikir-pikir.... Dia bilang kalau para iblis menyukai misi pengumpulan
sihir iblis...."
Chiho berulang kali memikirkan percakapan yang terjadi lebih dari 10 menit
yang lalu.
"Tapi dia tidak berencana melakukan pembantaian di sini. Dia hanya ingin
menyebabkan kekacauan yang mudah dipahami..... Seingatku dia mengatakan
sesuatu seperti itu. Tapi, dia juga menciptakan petir yang berlebihan...."
"Petir yang kau bicarakan, apakah petir yang muncul sebelum kami masuk ke
sini?"
"Eh? Ehh?"
"Eh?"
"Hanya ada dua sampai tiga sambaran petir yang terlihat seperti mengandung
listrik, dan mereka hanya mengenai antena rumah di dekat sini sekaligus tiang
lampu di apartemen, kau tahu?"
"Aku tidak membahas soal petir itu saja. Aku ingat ada petir yang sangat terang,
sampai-sampai aku tidak bisa membuka mataku...."
Tapi meski begitu, rumah di sekitarnya tidak terkena dampak separah yang
Chiho dan Libicocco prediksikan.
Chiho pikir itu karena Jepang punya penangkal petir yang sangat maju...
"Itu mungkin sihir ilusi, ya kan? Itu adalah kemampuan special yang
dibanggakan Malebranche."
"I-ilusi?"
"....."
"Tapi seperti yang kau lihat, dinding badai ini nyata. Meskipun dia itu
Malebranche, dia tetap bisa mengendalikan cuaca, hanya dari hal ini saja sudah
dianggap cukup luar biasa. Sepertinya dia termasuk veteran di antara banyak
kepala suku. Tapi selain Maracoda yang sangat terkenal di dalam klan,
kebanyakan Malebranche itu seperti Ciriatto yang merupakan tipe fisik. Meski
kupikir kau akan tahu dalam sekali lihat, tapi mereka itu hampir tidak
menggunakan sihir seperti punyaku kan? Huuh, itu mungkin hanya karena dia
ingin menghemat sihir iblisnya, tapi jika demikian, maka aku tak mengerti
kenapa dia terus mengendalikan cuaca."
"Kalau begitu....."
"Urushihara-san?"
"Ah...."
"Hah!"
Suzuno memberikan pukulan keras terus menerus tanpa henti, membuat tubuh
Libicocco jatuh seperti meteor.
"Itu berbahaya!"
"Ugoh!"
Jika Libicocco dibiarkan jatuh di atap gedung sekolah tua secara langsung, itu
mungkin akan menyebabkan bangunan ini runtuh. Jadi Urushihara pun
menggunakan suatu mantra untuk menghentikannya.
Tidak diketahui apakah karena dia tidak ingin bicara atau karena tidak bisa
bicara sebab lukanya, Libicocco yang dihentikan di tangan Urushihara,
mengeluarkan rintihan pelan.
Sambil mengayunkan palunya agar darah yang ada di palunya menjadi bersih,
Suzuno perlahan mendekati Libicocco.
"Baik, bukankah sekarang saatnya kau melepaskan sekolah ini? Jika tidak, aku
hanya bisa memilih untuk mengakhiri hidupmu. Jika memungkinkan, aku tidak
ingin melakukan hal seperti itu."
"Aku sudah tidak ingin mengambil nyawa orang lain hanya karena mereka
adalah iblis ataupun seseorang yang memiliki pandangan yang berbeda."
"Su-Suzuno-san...."
"Cepat dan hilangkan dinding badai ini. Kau harusnya mampu bertarung
dengan level yang sama denganku, tapi, kau tidak hanya tidak melakukannya,
kau bahkan terus mengabaikan peringatanku lagi dan lagi. Kau pasti
menyembunyikan maksud lain kan?"
"....."
Nampaknya Suzuno, seperti Urushihara, menyadari cara bertarung Libicocco
yang tidak biasa.
"Sebelum aku menilai dengan pasti bahwa kau adalah ancaman bagi manusia
ataupun dunia, aku tidak akan membunuhmu. Di Jepang, aku belajar untuk
berpikir fleksibel. Lawanku hanyalah 'musuh yang jahat'. Sudah cukup aku
membunuh orang lain hanya karena kita ini berbeda."
"U.... Ugh... Jika semuanya jadi terlambat karena hal ini, kau pasti akan
menyesalinya."
"Dibandingkan menyesal karena tidak mempercayai orang lain, aku lebih baik
menyesal setelah dikhianati oleh orang lain. Belakangan ini, hubunganku
sudah menjadi agak rumit. Aku tidak ingin merasa gelisah saat mengetahui
bahwa musuh juga punya pemikiran yang masuk akal setelah aku membunuh
mereka."
Dengan rambut basah karena hujan yang bersinar di bawah matahari, Suzuno
mengatakan hal tersebut.
"Dan meskipun kami terlambat satu langkah, rekan-rekanku tidak selemah itu
sampai-sampai mereka membiarkan keadaan ini menjadi semakin buruk."
Rambutnya masih belum kering, jadi mungkin jepit itu tidak akan bisa
terpasang.
Urushihara, yang tak disangka bisa membaca suasana saat ini, kurang lebih
bisa mengerti apa yang mereka berdua ingin katakan, tapi dia bukanlah tipe
orang yang akan menerima hal ini dengan jujur dan juga terlalu malas untuk
menjadi selimut basah.
"Lalu, apa yang akan kita lakukan dengan dinding badai ini...."
Tepat ketika Urushihara hendak melanjutkan topik ini, sebuah sinar tiba-tiba
menghalangi pandangannya.
"Wah?"
"Ada apa?"
"Eh?"
Itu bukanlah sebuah fenomena alami tak peduli bagaimana kau melihatnya.
Buktinya, dinding badai di sekitar sekolah masih ada.
"....."
Usai menatap ke arah matahari yang ada di langit dengan ekspresi kaku,
Urushihara pun mengernyit karena sinar menyilaukan tersebut dan
mengangkat tangannya untuk menghalangi cahaya matahari. Matahari yang
bersinar di atas bumi melewati lubang yang ada pada hujan dan angin, terlihat
seperti sebuah mata raksasa yang aneh.
"Hm?"
Dari hal ini, Urushihara menyadari ada beberapa titik hitam kecil di matahari
itu seperti sekumpulan debu.
"Ugh!!"
Urushihara menunjukkan ekspresi serius yang hanya bisa dilihat beberapa kali
dalam setahun ini, matanya melebar, dan setelah melempar Libicocco yang dia
topang ke samping, dia melompat di sebelah Suzuno dan Chiho dengan
kecepatan yang luar biasa.
"Apa....?"
"Urushihara....?"
Suzuno dan Chiho menjadi begitu terkejut karena gerakan tiba-tiba yang
dilakukan Urushihara, tapi sebelum mereka bisa menanyakan pertanyaan
mereka...
"Hu!"
""!!!""
Adegan yang terjadi di hadapan mereka, membuat Suzuno dan Chiho hanya
bisa menahan napasnya.
Api yang menyerupai sekumpulan cahaya tiba-tiba turun dari dalam matahari,
dan mendekat ke arah Suzuno dan Chiho.
"Lucifer!!"
"Bell!! Bawa Sasaki dan lari, cepat!! Aku tidak bisa menahannya lagi!!"
"U.... Ugh!!"
Chiho yang diangkat ke udara, merasa kalau semua yang ada di dalam perutnya,
ingin mengalir keluar, selain itu, di sudut pandangannya yang berair, dia
melihat sesuatu.
Pintu logam yang seharusnya sudah di segel oleh mantra Urushihara, benar-
benar telah bengkok.
Suzuno melambat setelah bersusah payah mencapai ketinggian yang tidak bisa
digapai oleh panas tersebut, tapi meski mereka sudah mencapai tempat setinggi
itu, mereka masih tidak bisa memastikan asal api tersebut.
"Aku tidak tahu! Tanpa menghiraukan diriku, jika Chiho-dono turun sekarang,
kau pasti akan mati terbakar!!"
Tidak terlalu jauh dari api tersebut, sesosok figur besar berdiri.
"Suzuno-san, di sana!!"
"Ka-kalian...."
"Ti-tidak mungkin!!"
Chiho yang diangkat oleh Suzuno, seketika merasa putus asa ketika melihat
musuh Suzuno.
Mereka sudah muncul beberapa kali bersama dengan Malaikat Agung Gabriel
di Jepang, Suzuno menggumam dengan suara pelan.
Lima Tentara Surga yang ada di hadapan mereka, mengenakan armor berat
berwarna merah, mereka juga membawa ranseur yang sepenuhnya sama dan
terbuat dari logam hitam.
(T/N : Ranseur, tombak bermata tiga, seperti milik Neptunus di Spongebob :v)
Senjata yang dibawa Tentara Surga milik Gabriel, tidak sepenuhnya sama dan
dibuat dengan kasar, penampilan mereka juga benar-benar berbeda dari orang-
orang ini.
Masing-masing Tentara Surga yang ada di sana, mengarahkan ujung ranseur
mereka ke arah Suzuno dan Chiho.
Karena mereka sudah membuat gerakan mengancam, itu artinya Suzuno tak
perlu lagi khawatir kalau mereka akan langsung melayangkan serangan fatal,
tapi dari hal ini saja, sudah cukup untuk membuat Suzuno merasa cemas.
Kepala suku Malebranche dan Tentara Surga tiba-tiba muncul di tempat yang
sama, ini sudah pasti bukanlah sebuah kebetulan.
Pasukan iblis yang aktif beroperasi di Benua Timur, benar-benar dibantu oleh
Surga dan para malaikat.
Meskipun hal ini masih belum dapat dipercayai sepenuhnya karena alasannya
tidak jelas, hanya inilah kemungkinan yang tersisa.
"Suzuno-san...."
Chiho yang sedang diangkat memang tidak bisa melihatnya, tapi jejak
penyesalan dan air mata terasa seperti bercampur dengan suara Suzuno.
"Ranseur yang terbuat dari logam hitam dan armor merah, logam dan merah.
Padahal si bodoh Lucifer itu bilang kalau 'dia' tidak akan bergerak."
Dari reaksi tersebut, sangat jelas kalau master mereka tepat seperti apa yang
Suzuno prediksi.
"Suzu, Suzuno-san!!"
"Ugaahh!!"
Di atap sekolah yang dilihat oleh Chiho, Suzuno, dan para Tentara Surga dari
atas, sesosok figur kecil terpental oleh ledakan dan badai sampai ke tepi atap.
"Urushihara-san, Urushihara-san!!"
Meskipun dia merasa kalau orang itu takkan bisa mendengarnya, Chiho tetap
berteriak keras.
Dia juga mengakui bahwa Urushihara, Ashiya, dan Maou, yang mana adalah
seorang iblis, sebagai rekannya.
Apakah mereka tiba-tiba akan tersakiti karena hal-hal aneh ini dan membuat
semuanya terpisah?
"Uh!!"
Chiho mendongak ke arah langit dengan mata yang dipenuhi air mata.
Kali ini, dia bisa melihat dengan jelas sosok orang yang telah menyerang
Urushihara.
Orang itu memakai armor merah yang sama seperti yang dikenakan oleh para
Tentara Surga, dan meski tidak sebesar Libicocco, dia memiliki perawakan
besar yang sebanding dengan Gabriel.
"Aku tidak pernah menyangka..... kalau kau benar-benar akan bermain dengan
lelucon semacam ini...."
"Aku benar-benar takut kalau aku harus meminta maaf dan menjawab
pertanyaan Bell dan Sasaki Chiho nanti. Bagaimanapun, akulah yang
sebelumnya sudah menyatakan kalau kau tidak akan bergerak."
"....."
Orang yang Urushihara ajak bicara, tidak hanya memakai armor full body, dia
bahkan memakai topeng logam yang menutupi seluruh wajah. Penampilan ini,
daripada seperti seorang malaikat, lebih mirip seperti seorang Jenderal yang
kuat.
".... Tsk."
Suzuno, dikepung oleh Pasukan Surga, tidak bisa bergerak sama sekali.
Libicocco juga menunjukkan sikap yang berbeda dengan saat ia pertama kali
bertemu dengan Chiho, dia kemudian berbicara dengan Chiho yang diangkat
oleh Suzuno.
Chiho menatap telapak tangan iblis tersebut, yang mana bagian cakarnya telah
hancur.
"Kau punya fragmen Yesod kan? Kami akan pergi setelah kami mendapatkan
benda itu. Cepat dan serahkan benda itu!!"
"Kita tidak boleh membiarkan mereka memiliki Sephirah! Coba pikir kembali
apa yang telah dilakukan oleh Gabriel dan Lailah."
".... Jika ada sesuatu yang tidak beres, aku pasti akan merebut fragmen Chiho-
dono dan menelannya!"
"Apa menurutmu kami para iblis akan ragu membelah tubuh manusia?"
"Meski begitu, itu masih lebih baik ketimbang dengan patuh menyerahkan
fragmen itu padamu!!"
Bahkan suara tegas Suzuno pun, tak berguna di saat seperti sekarang ini.
Satu-satunya hal yang didengar oleh Suzuno dan Chiho, hanyalah sebuah
kalimat dingin.
"Suzu, Suzuno-san!!!"
"Uh?"
"Suzuno-san!!!"
"Suzu, Suzuno-san?"
"Pegangan tombak?"
Maksud Suzuno adalah pegangan tombak, tapi di situasi darurat seperti ini,
Chiho yang tidak mengenal senjata tersebut, hanya terpikir soal jamur.
(T/N : Pegangan tombak dan Jamur memiliki pengucapan yang sama dalam
bahasa Jepang.)
"Si.....sial, arghhhhh!!!"
Tapi dibandingkan dengan Tentara Surga milik Gabriel, musuh kali ini benar-
benar terlatih.
Ditambah lagi, bahkan jika dia berhasil menyingkirkan kelima orang ini,
nyatanya Urushihara sudah tidak sanggup kembali berdiri, dan Kamael serta
Libicocco masih menunggu di belakang.
"Ta-tak masalah bahkan jika aku sedikit terluka! Le-lempar aku ke atap....
tanpa beban seperti diriku, kau seharusnya bisa bertarung dengan lebih baik."
"Diamlah!!"
Menghindari tiga ujung tombak dengan teknik yang sempurna di udara,
Suzuno berteriak di saat yang sama.
Usai mengatakan hal tersebut, kaki Suzuno tergores oleh salah satu tombak
Tentara Surga yang muncul dari arah lain.
"Suzuno-san!!!!"
Pada saat ini, ujung palu raksasa tersebut memancarkan sinar terang bagaikan
matahari, membutakan pandangan Tentara Surga di hadapan Suzuno.
Dengan sensasi berat di tangan Suzuno, aura musuh yang ada di depannya,
lenyap.
Terlepas dari Chiho, Suzuno takkan mungkin bisa melindungi ratusan orang
termasuk staff dan para murid di sekolah sendirian. Suzuno memang tidak
melupakan kondisi Urushihara, tapi prioritas utama saat ini adalah mencegah
agar Chiho dan fragmen Yesod tidak jatuh ke tangan musuh. Tepat ketika
Suzuno hendak meninggalkan tempat tersebut dengan kecepatan yang cukup
membuat Chiho pusing, sebuah suara yang bisa membuat seseorang merasa
putus asa, terdengar dari dalam kilatan cahaya Suzuno yang masih belum
menghilang.
"Uh??"
Sosok besar yang muncul dari cahaya putih tersebut adalah Libicocco.
"Ugaahh!!"
Chiho yang hampir pingsan karena cahaya yang tidak bisa sepenuhnya ia
halangi meskipun sudah menutup matanya, dan karena efek G forces, kali ini,
disebabkan sensasi dari sebuah cairan hangat yang terasa di wajahnya, dia pun
kehilangan kemampuan untuk berpikir.
(T/N : G forces, cari di google aja ya, ini berhubungan dengan efek saat terbang
gitu.)
Namun, kejadian yang Chiho lihat dalam sekejap saat ia perlahan memulihkan
pandangan, kesadaran, dan perasaannya setelah cahaya yang Suzuno buat
berhasil menghilang......
"Ugaaahh!!"
Sementara Suzuno yang sampai beberapa saat lalu, berusaha keras untuk
membuat Chiho kabur.....
Bahkan Chiho bisa melihat bahu Suzuno yang terkoyak, dan di saat yang sama,
kaki di bawah kimononya yang tersayat, juga masih mengeluarkan darah.
Bukan hanya jepit rambut yang Suzuno lepas dan kimononya yang terbentang
di lantai seperti bunga berlumuran darah, yang terlihat mengerikan, bahkan
para Tentara Surga juga menancapkan tombak mereka ke lantai melewati
kimono Suzuno seolah memakunya di lantai.
Palu raksasa yang Suzuno gunakan sebagai senjata, jatuh di sebelah tangannya
dan berubah kembali menjadi jepit rambut yang tak punya kekuatan apa-apa.
"Suzuno-san..... Urgh!!"
Tidak hanya itu, Libicocco juga menendang tangan Suzuno yang terulur dan
menatapnya dengan tatapan menyedihkan.
"Kenapa kau melawan sampai segitunya? Bukankah kau ini Penyelidik dari
Gereja? Orang itu dan orang-orang ini adalah malaikat, utusan Tuhan yang kau
hormati, kau tahu? Meskipun kau berkhianat pada mereka, sebenarnya tak ada
untungnya buatmu kan?"
"Malaikat.... yang melakukan perbuatan jahat seperti ini, bahkan jika kau
memberikan mereka padaku, aku tidak akan pernah mau menerimanya! Aku
hanya memuja kepercayaan yang bisa membimbing dunia manusia menuju
kedamaian dan keadilan!"
Semakin Suzuno berteriak, semakin banyak pula darah yang mengalir dari
lukanya.
"Bagus sekali, aku memang tidak membenci prajurit dengan kepercayaan yang
kuat seperti dirimu, tapi aku tidak punya pilihan lain saat ini."
"Hey, semut kecil, aku tidak ingin melukaimu, cepat serahkan benda itu!!"
"Suzu.... Suzuno....."
"Bukankah sudah kubilang kalau aku tidak ingin menyakitimu? Jika terjadi
sesuatu nanti, aku tak akan peduli, kau tahu?"
Di situasi tanpa harapan ini, Tentara Surga dan Libicocco mendekati Chiho
dan Suzuno.
XxxxX
Hujan yang semakin lebat, membasahi bagian depan beranda Villa Rosa
Sasazuka.
Ditambah lagi....
"Ashiya-san!! Nord-san!!"
Rika bersimpuh di lumpur yang basah karena hujan, dan Ashiya serta Nord
roboh di hadapannya, terluka.
Di situasi kacau ini, Rika yang sedang panik, melempar HPnya yang tak
berguna.
Setelah HP tersebut mengenai dada pria besar yang telah mengalahkan Ashiya
dan Nord di hadapan Rika, HP itu jatuh ke genangan air.
Di dalam sekumpulan orang berpakaian aneh ini, seorang pria dengan tubuh
besar yang menjadi satu-satunya orang yang berpakaian seperti patung Yunani
kuno, mengangkat bahunya seolah benar-benar merasa gelisah.
"Aku tidak pernah menyangka kalau akan ada orang Jepang normal di sini....
Apa yang sebaiknya kulakukan?"
Rika yang sama sekali tidak memiliki kekebalan terhadap kekerasan, tidak bisa
bergerak karena ketakutan.
"Huuh, aku tidak tertarik untuk menakuti para gadis... Erhm, kuharap kau bisa
mengerti, kami sungguh-sungguh tidak bermaksud menyakitimu....."
".... Orang macam apa menurutmu aku ini..... Aku ini bukan perampok, ouch!!"
Batu di halaman, benda-benda lain, meskipun Rika melempar semua yang ada
di dekatnya dengan kuat, hal itu sama sekali tak bisa memperbaiki keadaan.
"Huuh, situasi ini memang sulit dijelaskan. Maafkan aku, kau bisa menangis
dan mengamuk sesukamu, tapi tolong bertahanlah sedikit lebih lama lagi.
Hey!!"
Tidak diketahui perintah apa yang pria besar itu berikan pada sekelompok
orang di belakangnya, tapi empat kesatria berpakaian aneh tiba-tiba berjalan
keluar dari kelompok tersebut.
Para kesatria itu mengangkat Nord dan Ashiya yang tidak bergerak dari tanah.
"Kemana... kalian ingin membawa mereka....?"
"Tempat, asal?"
"Huuh, kau tidak perlu khawatir. Ah, percuma meskipun kau menghubungi
polisi. Orang-orang itu takkan bisa menangkap kami. Hm, anggap saja kau
baru melihat kecelakaan lalu lintas dan menyerah terhadapnya."
"Uh!!"
"Uh, eh?"
Rika yang tidak bisa bergerak sama sekali karena takut terhadap pria itu, tiba-
tiba bangkit dan memegangi pria berpakaian aneh yang membawa Ashiya.
"???"
Kesatria itu juga merasa kaget karena Rika melakukan sesuatu yang tak
terduga.
".....!!"
"Ah!!"
Meski pria besar itu mencoba menghentikannya, dari jarak di antara mereka,
pria itu tidak mungkin akan sampai tepat waktu.
"Uh!!"
Jalur lintasan perak yang menghamburkan rintik hujan, anehnya terlihat sangat
lambat, dan kemudian.....
"??"
"Eh?"
Kali ini, tidak hanya Rika, bahkan pria besar itu juga terkejut.
"Ugh!!"
"Wha...."
Hal pertama yang Rika lihat, adalah kaki yang mengenakan sandal karet.
Dan setelah mengikuti arah kaki tersebut, dia melihat jeans yang berada dalam
posisi menendang.
Kaos hitam, kulit coklat karena sering terpapar sinar matahari, dan ponytail
hitam.
Si pria yang awalnya memiliki sikap remeh, saat ini menunjukkan ekspresi
yang seperti campuran antara cemas dan kaget.
Orang itu datang dengan mengangkat kaki yang ia gunakan untuk menendang
hingga mencapai atas kepalanya seperti yang ada di film kungfu, dan setelah
dengan elegan menurunkannya, Rika tahu kalau itu bukanlah wanita yang dia
kenal.
Kali ini, si pria bertubuh besar tidak menghentikan mereka. Namun, meskipun
puluhan kesatria mengarahkan pedang mereka ke arahnya di saat yang sama,
wanita berkulit coklat tersebut sama sekali tidak berniat mengambil tindakan.
"Benar-benar sembrono, kalian mungkin akan mati kau tahu? Bahkan kau, si
pemuda aneh, juga bukan sebuah pengecualian."
"Karena aku tidak kenal wanita ini dan paman itu, kalau di paksa membuat
sebuah hubungan...."
Wanita itu melirik ke arah Ashiya yang dibawa oleh para Kesatria, dan
berbicara dengan sebuah senyum kecut,
XxxxX
Meskipun dia ingin menghentikannya, tubuh Suzuno masih tidak bisa bergerak,
dan dia hanya bisa mengerang karena rasa sakit yang berasal dari bahu dan
kakinya.
Ketika tangan para Tentara Surga hendak menggenggam Chiho, sebuah sinar
ungu yang melampaui sinar matahari meledak dari balik dinding badai.
"....?"
Tidak hanya Libicocco, bahkan mungkin Kamael juga menoleh ke asal cahaya
tersebut.
"Uh!!"
Kali ini, sebuah sinar ungu bak bintang jatuh melesat melintasi halaman
sekolah.
Seketika semua orang menyadari sinar tersebut, dan badai yang membentuk
dinding hingga beberapa saat lalu, kini menjadi suara bising dan angin kuat
yang mengikuti cahaya tersebut.
"Hm....??"
Libicocco sedikit bingung karena cahaya dan angin yang menyapu
melewatinya, tapi segera setelahnya, dia mendapati lengannya yang menjadi
lebih ringan. Tidak, lengannya tidak menjadi lebih ringan, tapi seluruh
lengannya.....
"Gwaaaaahhhhh!!!"
Dia menekan lukanya yang menyemburkan darah di saat yang sama ketika dia
menyadari rasa sakitnya, dan berlutut di lantai.
Lalu dia mendapati manusia lain yang seharusnya berbaring di sebelah kakinya,
juga ikut menghilang.
Para Pasukan Surga di udara yang sebelumnya mengawasi Suzuno, hanya bisa
menoleh dan memeriksa jalur lintasan peluru itu mulai dari ujung ke ujung
karena mereka tak bisa memahami situasi ini.
Makhluk itu memiliki wajah dan tubuh manusia, sementara keempat anggota
gerak dan tanduknya adalah tubuh iblis, salah satu tanduknya bahkan telah
terpotong.
"Ah...... Ah......"
Meskipun dia tahu kalau tangan yang membawanya kini adalah tangan iblis
berbentuk aneh yang sama seperti tadi, sebuah rasa aman bisa terasa dari sosok
tersebut, dan membuat Chiho menangis.
Tingginya tidak hanya sama dengan Maou normal, bahkan jika seseorang
berada di dekatnya tanpa pelindung apapun, orang itu tidak akan sedikitpun
kesulitan bernapas.
Tapi tanduk dan keempat anggota gerak yang terlihat dari lengan baju dan
keliman UNIXLOnya, jelas-jelas adalah tubuh iblis.
"Ma.... Maou.... San...."
Maou masih menatap ke arah Libicocco dan para Tentara Surga, tapi dia tetap
menjawab Chiho dengan suara yang mantap.
"Yeah.... Uu....."
Chiho mengangguk, dan wajahnya yang awalnya basah karena air hujan, kini
kembali dipenuhi air mata.
"Begitu ya."
Suzuno, diangkat oleh lengan Maou yang lain, ketika melihat Maou dari sudut
pandangannya yang memburam karena kesakitan, langsung mengomelinya.
Maou tersenyum hangat karena komplain Suzuno yang tak kenal ampun.
"Karena aku berhasil datang ke sini tepat waktu, maafkan aku ya.
Bagaimanapun, karakter utama itu memang seharusnya muncul dengan cara
yang keren di saat terdesak."
Benar, hingga beberapa saat yang lalu, mereka memang berada di situasi di
mana Urushihara dan Suzuno jatuh satu persatu, Chiho dalam bahaya, dan
tidak diuntungkan karena kalah jumlah.
".... Hal-hal seperti ini, seharusnya diserahkan pada Pahlawan. Dan Raja Iblis,
ikut bergabung dalam kesenangannya..... haha.... ugah!!"
Namun, baru berbicara separuh jalan, Suzuno langsung mengernyit karena rasa
sakit yang berasal dari lukanya.
Bahkan jika mereka dipenuhi luka dan darah, baik mereka berdua ataupun
Urushihara, sepertinya semuanya berhasil bertahan.
Tanya Maou pada orang di belakangnya bahkan tanpa menoleh, dan Suzuno,
mengangguk menanggapinya.
Saat dia merasa lega.... Saat dia merasa lega karena Maou segera datang ke sini,
luka-luka Suzuno mulai bergejolak dengan rasa sakit yang begitu parah.
"Baik, bertahanlah sedikit lagi, terima kasih atas semua usaha kalian. Serahkan
sisanya padaku."
Bahkan dengan Suzuno yang terluka parah, Urushihara, dan Chiho yang tidak
bisa bertarung di belakangnya, ketenangan Maou sama sekali tidak goyah.
Dari penampilannya, Maou saat ini tidak hanya bertangan kosong, bahkan
perubahan Raja Iblisnya tidak sempurna, dan selain itu, tidak ada sedikitpun
sihir iblis yang terasa.
Akan tetapi....
"Hm.."
Semuanya bisa dipercayakan pada punggung itu, Suzuno mempercayai hal ini
dari dalam lubuk hatinya.
"Oke... Meskipun aku tidak yakin dengan situasinya, tapi kalian memang luar
biasa. Terakhir kali tiga Jenderal Besar di kalahkan, adalah saat melawan Emi."
"Ka-kau...."
Meski tak ada yang mendengarnya, Kamael mengeluarkan suara dari balik
topeng logamnya untuk yang pertama kalinya.
Sinar ungu menyebar dari telapak tangan menuju lengannya, dan tak lama
setelahnya, sinar itu menutupi seluruh tubuh Maou.
Suzuno tidak merasakan sihir suci sama sekali, tapi berada di dekat Maou saja,
tekanan besar yang disebabkan oleh kekuatan itu, justru menstimulasi sihir
sucinya.
"Maou-san??"
Kali ini, Chiho juga mengeluarkan sebuah suara yang lemah namun jelas.
Sepertinya Chiho juga menyadari kalau fenomena yang disebabkan oleh Maou
ini, berbeda dari biasanya.
Meskipun hanya sekali, Suzuno pernah melihat kekuatan itu bersama dengan
Chiho.
Sebuah daratan di timur nan jauh dari Sasazuka.... Kota Choshi yang terletak
di Chiba, sebuah tempat suci yang menerima berkat sinar matahari paling awal
di Jepang... Inubosaki.
"Baiklah, siapa di antara kalian yang seperti Emi, yang mana punya tekad
untuk bertarung melawanku dengan nyawa sebagai taruhannya??"
Libicocco, Tentara Surga, Kamael, dan Suzuno menerikkan nama pedang itu
di saat yang bersamaan.
Pedang yang muncul di tangan kanan Maou, memiliki wujud yang sangat mirip
dengan pedang suci milik pahlawan Emilia, Evolving Holy Sword, One Wing.
XxxxX
"Terkait tindakan kasar yang kalian lakukan terhadap wanita ini, aku sudah
membuat orang yang berbaring di sana itu mendapatkan ganjarannya, selama
kalian bersedia mundur, aku tidak akan mengatakan apa-apa lagi. Tapi...."
Wanita berkulit coklat itu mengabaikan pria berbadan besar dan mengeluarkan
aura yang berbahaya, dan dengan nafsu membunuh yang ditujukan kepada para
kesatria berbaju aneh, dia pun melangkah maju.
Jalanan Sasazuka yang sudah buram karena hujan lebat, bahkan menjadi
semakin berkabut, benda yang seperti berniat mengisolasi dunia....
"Itu kabut.....??"
"Jika para pengacau datang dan berbuat liar di sini, maka dari sudut pandangku,
aku tidak bisa hanya berdiri dan menonton saja."
"Uh!!"
Wanita itu lalu menatap tajam pria berbadan besar. Hanya dengan gerakan ini,
sebuah kekuatan, bukan sihir iblis maupun sihir suci, bergerak menembus pria
tersebut.
"Tidak peduli kesimpulan apa yang duniamu buat pada akhirnya, itu adalah
masalahmu. Tapi masalah di sini sudah selesai. Jika kau berani ikut
campur....."
Hanya dengan auranya, wanita itu menekan para kesatria berbaju aneh, dan
membuat mereka jatuh tiba-tiba.
"....?"
Di mata Rika yang tubuhnya dipenuhi dengan kotoran, ia tidak bisa mengerti
kenapa para kesatria itu mundur ketakutan meski tidak ada yang terjadi.
"Ok, kami akan pergi sekarang. Sepertinya melawanmu bukan ide yang
bagus."
"Tapi di 'sisi kami', kami juga punya sesuatu yang harus kami lakukan. Kedua
orang ini, bisakah kami membawa mereka kembali?"
"Tu-tunggu dulu!!"
Dua orang yang pria itu maksud, pasti adalah Ashiya dan ayah Emi, Nord.
Pria itu mengangguk tanpa ragu untuk mengiyakan kata-kata wanita tersebut.
Bahkan jika hal ini dianggap merendahkan diri sendiri, Rika sadar kalau satu-
satunya orang yang bisa dia andalkan saat ini adalah wanita tersebut. Namun,
Rika sama sekali tidak bisa menyela obrolan mereka, dan sepenuhnya
dikendalikan oleh pria dan wanita yang tak dikenalnya itu.
"Harusnya kau sudah tahu, tapi paman ini adalah 'manusia dari sisi kami',
sedangkan pemuda ini adalah 'iblis dari sisi kami', mereka sejak awal tidak
seharusnya berada di bumi. Jadi tak masalah kan?"
Dan kali ini, aura wanita yang cukup kuat untuk menguapkan hujan itu, tiba-
tiba menghilang tanpa jejak.
"Baiklah. Dari sudut pandangku, berdasarkan prinsip, aku memang tidak bisa
menghalangimu. Jadi berhentilah menyebabkan masalah di 'sisi ini'."
"Terima kasih."
".... Gabriel. Ditambah lagi, aku juga punya gelar Malaikat Agung yang
merepotkan."
Meskipun ada dua pria diculik oleh sekelompok orang aneh, wanita itu tetap
tersenyum gembira di bawah guyuran hujan.
"Hey, Gabby!!"
"Kupikir kau seharusnya sudah tahu hal ini, meskipun aku tidak akan
menghalangimu, tapi aku tidak bisa berbicara mewakili orang lain."
"Tentu saja. Itu adalah masalah kami, kami juga tidak akan menyebabkan
masalah lagi untukmu."
"Sulit untuk mengatakannya. Tapi tidak ada hal yang lebih tidak bisa
dipercayai daripada seorang anak yang mengatakan 'aku tidak akan
melakukannya lagi', atau 'aku sudah menyesal'."
"Aku akan menepatinya untukmu kali ini. Bagiku, kupikir aku sudah cukup
tua, tapi di matamu, aku hanya anak-anak ya."
Gabriel terlihat tersenyum senang.
".... Ugh!"
Ashiya, dibawa oleh salah satu kesatria di belakang Gabriel, sedikit bergerak.
"Ashiya-san!!"
"Ya ampun, karena tubuhnya adalah tubuh manusia, aku terlalu menahan diri."
Bahkan jika Ashiya menggeliat dengan seluruh tenaganya, dia sama sekali
tidak memiliki kekuatan yang cukup, dia juga ditahan oleh para kesatria yang
mengelilinginya.
Setelah melihat sosok wanita tersebut, otak Ashiya mulai bekerja dengan cepat.
Gabriel dan para kesatria Afashan mengambil kesempatan saat Emilia tidak
ada di Jepang untuk datang ke Sasazuka, dan menangkap dirinya serta Nord.
"Amane-san!!"
Ashiya berteriak.
Ashiya tidak tahu kenapa Amane, yang seharusnya mengurusi tempat suci bagi
orang-orang yang sudah mati, datang ke Sasazuka, akan tetapi, satu-satunya
orang yang bisa dia andalkan saat ini adalah Amane.
Tidak peduli apa yang terjadi nanti, Maou pasti bisa menanganinya.
"Itu benar, Ooguro Amane. Meskipun aku ini bukan 'hitam'. Ah, Ashiya-kun,
aku mengerti. Tak masalah selama aku menyampaikannya pada Maou-kun,
kan?"
"Aku tahu. Tapi kali ini, mungkin orang yang pria ini andalkan juga takkan
bisa kembali tanpa terluka... Bagaimanapun, lawannya...."
Gabriel mendongak ke arah langit.
".... adalah pria yang mengendalikan seluruh 'merah' di dunia kami. Bagi Raja
Iblis Satan yang sekarang, itu seharusnya sedikit terlalu sulit untuk ditangani."
"Aku tidak pernah mendengar seseorang yang bisa melakukan hal itu, tapi
mereka tetaplah masalah dari sisimu, jadi aku tidak peduli sedikitpun. Hey,
jika kau ingin pergi, cepat pergi sana!!"
Layaknya mematikan sebuah televisi, puluhan pria yang membawa Nord dan
Ashiya, menghilang di hadapan Rika begitu saja.
"....tidak mungkin...."
"Ya ampun...."
Ashiya dan yang lainnya mungkin sibuk melarikan diri dari Gabriel, jadi
mereka tidak sempat mengunci pintunya.
"Aku akan sedikit mengganggu mereka. Jika aku tidak cepat mengganti
pakaian wanita ini, dia pasti akan terserang flu."
Usai dengan kagum melihat baju yang Ashiya tata, Amane mengambil dua
buah handuk dari dalamnya, satu untuk dirinya dan satu untuk Rika.
"Oh?"
Dia lalu menemukan kertas gambar yang mirip seperti peta di sebelah baju
yang telah selesai dicuci.
"Oh~ jadi begitu ya. Oh tidak, aku harus membantu nona ini berganti baju."
Amane mengulurkan tangannya pada baju Rika yang dipenuhi lumpur karena
tindakan kasar yang dilakukan oleh para kesatria tadi.
XxxxX
Pedang yang muncul di tangan Maou, terasa begitu ringan seringan bulu, dan
seolah memastikan kondisi bilahnya, Maou membalik pedang itu di tangannya
dan mengayunkannya beberapa kali.
"Ini bukan sihir iblis. Meski aku tidak yakin apa yang akan terjadi, rasanya
timbal balik yang aneh akan aku dapatkan nanti."
Meskipun dia merasa curiga dengan kekuatannya sendiri, Maou yang masih
menggumam, menyerang kelima Tentara Surga ke arah lantai dengan
kekuatannya hanya dalam hitungan beberapa detik.
Jika Suzuno tidak membawa Chiho, ini bukan seperti dia tidak bisa bertarung
melawan mereka, tapi meski begitu, tidak sulit membayangkan kalau
pertarungan mereka akan menjadi lebih ketat daripada saat melawan Tentara
Surga Gabriel.
Namun, semua yang terjadi barusan, benar-benar terjadi dalam sekejap.
Setiap kali Maou mulai bergerak, suara dan udara yang ada di sekitar Maou,
sama sekali tidak bisa mengikuti kecepatannya, ledakan keras pun terdengar di
atas atap di tengah-tengah badai.
Para Tentara Surga, layakya ngengat yang pingsan ketakutan karena suara itu,
langsung jatuh satu persatu di lantai dalam hitungan kurang dari satu detik.
Bahkan tidak ada satupun dari mereka yang bisa melihat apa yang terjadi.
"Uuu... jika bukan karena mantra Urushihara-san, kaca jendela di sekolah pasti
sudah pecah...."
"Entahlah."
Meskipun itu adalah pertanyaan yang dilontarkan oleh Chiho, Maou tetap
menjawabnya dengan kasar.
Tidak diketahui serangan apa yang Maou gunakan, tapi armor milik para
Tentara Surga, kini terlihat mirip seperti biskuit crackers, yang seolah bisa
hancur kapan saja.
Dari sikap patuh Libicocco saat ini, sulit membayangkan kalau beberapa saat
yang lalu dia terlihat begitu panik karena lengannya telah terpotong. Kini,
Malebranche itu sudah tidak lagi menekan lukanya dan dibiarkan
mengucurkan darah begitu saja di bawah guyuran hujan, hanya untuk
menunjukkan kepatuhannya.
"Dengan semuanya yang sudah seperti sekarang ini, kau sebaiknya tidak
bertanya siapa aku. Aku sedang berada dalam mood yang buruk sekarang.
Meskipun keadaanmu mungkin membuatmu kerepotan, tapi aku benar-benar
tidak peduli. Jika kau berani bertindak sembrono, aku pasti akan
menghukummu secara langsung."
"Ya."
Meski kekuatan yang Maou gunakan bukan sihir iblis, Libicocco yang kejam
pun juga bisa tahu kalau Maou yang sekarang adalah Satan, jadi tidak peduli
bagaimana dia melawan, dia bukanlah tandingan bagi Maou.
"Bagus, yosh....."
Setelah mengangguk, Maou menapak di atas lantai, dan hanya dengan satu
langkah saja, dia melompat ke samping Urushihara.
"Bertahanlah sedikit lebih lama lagi. Setelah semuanya selesai, aku pasti akan
membawamu ke rumah sakit."
Maou mendongak ke arah langit, dan pria berarmor merah, tetap tidak
bergeming.
"Sulit membayangkan dia akan menyerang orang tak punya motivasi seperti
dirimu sejak awal, kau pasti melakukan ini untuk melindungi Chi-chan dan
Suzuno kan? Lumayan."
".... Bahkan jika kau memujiku, hal-hal bagus tak mungkin akan terjadi."
"Kenapa kau selalu salah paham dengan sudut pandangmu? Maksudku, aku
ingin memberimu semacam hadiah."
Andai itu perubahan normal, Maou bisa saja menyembuhkan luka Urushihara
dengan mentransfer sihir iblis, tapi saat ini, kekuatan yang Maou miliki
bukanlah sihir iblis ataupun sihir suci.
"Hey, malaikat yang ada di sana, sudah berapa kali kau menyebabkan masalah
untuk Jepang?"
"Huuh, jika kau mencoba menyebabkan masalah untuk kami, maka lupakan
saja, bukankah ibumu sudah mengajarimu kalau apapun yang terjadi kau harus
berhati-hati agar tidak menyebabkan masalah untuk orang lain? Hm?"
Seorang iblis menceramahi seorang malaikat pasti akan jadi adegan yang bisa
membuat orang menyemburkan nasi dari mulutnya, tapi mengingat perbuatan
malaikat ini, diceramahi seperti ini adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari.
"Di negara ini, baik membujuk seseorang atau meminta orang lain untuk
memberikan sesuatu padamu, harusnya ada metode seperti sapaan, permintaan,
menawarkan uang, atau bahkan terkadang menggunakan hukum, kau tahu?
Bagaimana bisa kau langsung memutuskan untuk merampas sesuatu saat
pertemuan pertamamu tanpa penjelasan apapun, apa kau tidak malu dengan
sikap barbarmu?"
“....Raja Iblis.”
Suara yang datang dari Kamael setelah susah payah, adalah sebuah suara yang
terdengar kaku.
“Huh??”
Dengan Libicocco yang tunduk kepada Maou, kekuatan angin dan hujan pun
menurun secara drastis.
Karena itulah, Maou bisa melihat kalau tangan Kamael yang sedang
memegang ranseur, bergetar tanpa henti.
“Raja Iblis.... Raja Iblis.... Raja Iblis, Satan, Satan, Satan, Satan, Satan, Satan,
Satan, Satan, Satan, Satan, Satan, Satan, Satan, Satan, Satan, Satan, Satan,
Satan, Satan, Satan!”
“Satan, Satan!!”
“Owahh!!”
Itu adalah kecepatan layaknya dewa yang menyamai Maou, saat dia
membereskan para Tentara Surga.
Ketika ujung ranseur yang Kamael pegang saat berada di tengah udara berayun
sekali, dia pun langsung turun dengan kecepatan yang begitu luar biasa, seolah
bermaksud mencabik-cabik Maou.
“Uh!”
“Ugoh!!”
“Eh?”
“Hm?”
Kemungkinan besar, Maou mengira kalau gerakan ini pasti bisa dihentikan,
begitu pula Kamael, dia pasti yakin kalau dia bisa menahan serangan Maou.
Akan tetapi, benturan hanya terjadi pada saat kedua senjata itu bertabrakan.
Ketika mereka tersadar, pedang Maou ternyata sudah menebas lurus melewati
tombak Kamael.
“Ugh!!”
Kamael mengerang pelan, dan Maou yang terkejut, juga tak bisa berkata apa-
apa karena dia tidak pernah menyangka kalau pedang yang ia tebaskan, bisa
mematahkan tombak Kamael dan langsung memotong armor merahnya seperti
kertas.
Bilah pedang itu memang tidak melukai bagian tubuh Kamael yang berada di
bawah armornya, tapi bahkan Kamael yang seketika memilih mundur ketika
senjatanya terpotong menjadi dua, terlihat tidak bisa percaya kalau dia bisa
terkena serangan Maou.
“.... Jika aku bisa menggunakan benda seperti ini, maka aku tak perlu lagi ikut
bersaing.”
“Huh??”
Maou yang berdiri berhadapan dengan Kamael, bisa melihat dengan jelas kalau
napas malaikat ini, menjadi tidak teratur.
“Sataaaaaaaann!!'
Maou pikir Kamael merasa terguncang karena armornya telah terpotong, tapi
tak disangka, ia tiba-tiba malah mengambil separuh tombaknya yang hanya
menyisakan bagian ujungnya dan melompat maju, dalam sekejap, dia berhasil
memperpendek jarak di antara mereka.
Bahkan jika jarak di antara mereka menjadi begitu dekat sampai Maou bisa
melihat warna mata Kamael melalui celah yang ada pada topeng logamnya,
Maou masih bisa dengan mudah menahan serangan ujung tombak pendek yang
Kamael lancarkan.
Maou tidak terkejut dengan serangan tiba-tiba Kamael, lebih tepatnya, Maou
lebih takut dengan sikap anehnya yang menakutkan serta kata-kata dan
tindakannya.
“Uwahh!!”
Akan tetapi, daripada hal itu, sebuah masalah yang lebih serius, terjadi,
Bilah pedang yang Maou gunakan untuk menahan ujung tombak Kamael,
mulai memamerkan ketajamannya dan perlahan memotong ujung tombak
tersebut.
Ini adalah bukti perbedaan kualitas senjata mereka, dan karena Kamael
menggunakan lengkungan bagian depan ranseurnya untuk menahan pedang
Maou, jika Maou terus memotong senjata lawan, pedangnya pasti akan
mengenai tubuh Kamael.
“Baik, Maou!”
Acies Ara.
Sebuah eksistensi yang sama seperti Alas Ramus, seorang gadis yang terlahir
dari fragmen Yesod.
“Uh!!”
Lengan gadis yang terlihat kecil dan lemah tersebut, meledak dengan suara dan
kekuatan yang tak terduga, membuat tombak pendek yang ditusukkan oleh
Kamael memantul ke atas.
“Hah!”
“Ugah!!”
Mengingat perbedaan tubuh dan perlengkapan di antara mereka berdua,
sepertinya sikut Acies, si penyeranglah yang akan hancur terlebih dahulu, tapi
pada kenyataannya, malah bagian dada armor Kamael yang dipenuhi dengan
retakan layaknya kaca, dan tubuh besar Kamael, terbalik sekali sebelum
menghantam lantai atap.
Di saat yang sama, Maou, berdiri di samping Acies, juga jatuh dengan
punggungnya terlebih dahulu karena alasan yang tak diketahui.
Tapi gadis itu malah mulai menegurnya dengan lebih memalukan lagi.
Alas Ramus menunjukkan perilaku yang sama saat menghadapi Gabriel, meski
sifatnya tidak sebaik itu, kebencian Acies terhadap Kamael seharusnya benar-
benar nyata.
Jika tidak, tidak mungkin dia akan menggunakan serangan tanpa ampun seperti
itu pada Kamael.
Di sisi lain, Iron yang mendengarkan perintah Farfarello, nampak tidak begitu
membenci iblis.
“Ugh....”
“Satan!!!”
Maou yakin kalau inilah pertama kalinya dia bertemu Kamael. Pada dasarnya,
sebelum datang ke Jepang, Maou hanya kenal satu malaikat.
“Yeah, lebih baik kalian tenang dulu. Baik Kamael, maupun kau.”
Sebuah suara yang tiba-tiba terdengar, membuat Maou dan Acies mundur
secara refleks.
Ruang di antara Maou dan yang lainnya dengan Kamael mulai berputar, lalu
seorang pria besar perlahan berjalan keluar.
“Ga.....”
“Gabriel!”
Sebelum Maou bisa meneriakkan nama orang itu, Acies sudah meneriakkan
nama Gabriel dengan level kebencian yang jauh melebihi saat dia bertarung
melawan Kamael.
Gabriel juga terlihat sangat terkejut, dia menatap Acies dengan mata terbuka
lebar.
“Tu-tunggu Acies!”
Acies, di depan Maou, sama sekali tidak peduli dengan Gabriel yang terkejut
dan terlihat ingin menyerang maju, tapi Maou dengan cepat melangkah ke
depan untuk menghentikannya.
“Kubilang tunggu! Seseorang yang bisa kita ajak bicara akhirnya muncul!
Jangan tiba-tiba membunuhnya!”
Maou memegang tangan Acies dan menatap Gabriel.
Meski Maou bilang mereka bisa berkomunikasi, pada akhirnya dia mungkin
akan tetap disesatkan, tapi meski begitu, setidaknya Gabriel, tidak seperti
Libicocco dan Kamael, dia bisa menggunakan bahasa Jepang untuk
berkomunikasi.
“Acies....?”
Di sisi lain, setelah Gabriel melihat gadis berambut perak yang mencacinya
dengan penuh emosi, dia menghela napas dengan ekspresi rumit,
Karena mereka selalu bertemu setiap kali ada masalah, bagi Maou, Gabriel
sudah termasuk wajah yang sangat familiar.
“Yeah, huuh, benar sekali, lebih tepatnya, jika semua aksi itu adalah aksi yang
jelas terlihat di permukaan, maka kali ini adalah aksi yang dilakukan
sembunyi-sembunyi, kau sebaiknya jangan memanggilku mata-mata okay?”
“Kamael, kita kembali. Jika kita serakah, rasanya banyak hal akan jadi semakin
merepotkan. Ada 'Dependency' saja sudah cukup merepotkan, dan tadi,
seseorang yang jauh lebih menakutkan dari orang-orang ini juga muncul.”
“Huff--- huff---”
“Aku tidak ingat punya masalah dengannya, sejujurnya aku bahkan tidak
pernah melihatnya.”
“Huuh, jika kau mau mengeluh, maka mengeluhlah pada orang tua yang sudah
menamakanmu Satan. Jika namamu Raja Iblis Taro, semuanya mungkin akan
sedikit berbeda.”
“Jika seseorang menjadi marah karena hal ini, maka bantu aku untuk meminta
maaf pada mereka. Baiklah, Kamael, waktunya pergi. Pokoknya, apapun
alasannya, kita tidak boleh menggunakan kekuatan penuh di 'sisi ini'. Dan ada
orang yang sangat menakutkan di sini.”
Maou memang berencana membiarkan mereka pergi, tapi dia tidak cukup baik
untuk membiarkan orang-orang yang sudah bertindak jahat ini pergi tanpa
menjawab apa-apa.
“Ah, yeah, karena aku punya pengalaman mengerikan yang membuatku ingin
melakukan hal itu.”
“Huh?”
“Hm... benar juga. Hey, NEET tingkat pertama yang sedang tidur siang di
sana!”
“Kartu nama?”
Kata-kata yang terdengar agak rendahan ketika digunakan oleh malaikat agung
ini, membuat Maou terkejut.
“.... Meski sudah ada banyak debu di atasnya, tapi aku menemukannya di
bawah laci beberapa waktu lalu.”
“Jaga baik-baik benda itu! Membuat benda itu membutuhkan uang! Kalau kau
membuangnya, aku pasti akan sangat sedih.”
Gabriel dengan sengaja memalsukan suara sedih, lalu dia mengangguk dan
mengatakan,
“Orang tingkat pertama yang di sana itu tahu nomorku, hubungi saja dia. Ah,
dan anggap ini sebagai ganti rugi.”
“Karena akan sangat tidak biasa jika aku menghilangkan dampak yang
disebabkan oleh badai ini, maka bagian itu akan aku biarkan, tapi aku sudah
menghapus ingatan satu jam ke belakang milik semua orang yang terkunci di
sekolah ini, jadi biarkan aku pergi kali ini.”
“.....”
Maou memandang area di sebelah kakinya, dan juga ke arah Chiho dan Suzuno
yang ada di belakangnya.
“Kau bilang kali ini..... Itu artinya akan ada pertempuran balasan nanti?”
“Meskipun aku bilang kalau Pahlawan Emilia sekarang ada di tangan kami?”
“.....”
Gabriel dan kawanannya yang selalu bertindak di balik bayangan hingga saat
ini, hanya ada satu alasan kenapa mereka menggunakan strategi yang sudah
mendekati tindakan barbar ini, yaitu, mereka tahu kalau Pahlawan Emilia yang
mereka anggap sebagai ancaman, sekarang tidak ada di Jepang.
Kali ini, Gabriel menunjukkan senyum bahagia yang tak terduga untuk
pertama kalinya.
“Kalau begitu, sampai jumpa lagi. Raja Iblis Satan, sang Bencana baru.”
XxxxX
Usai meninggalkan pernyataan kalau Emi ada di tangan mereka, Gabriel pun
kembali bersama Kamael, Tentara Surga, dan Libicocco yang sudah
menyebabkan banyak masalah di SMA Sasahata.
"Bangsat!!"
Maou memukul ke arah langit di mana angin dan hujan sudah berhenti.
Terlepas dari semua itu, mereka harus lebih dulu merawat Urushihara dan
Suzuno.
"Ah....."
Tidak hanya seragam, bahkan noda darah gelap juga ada di wajah dan
tangannya, membuatnya terlihat mengesankan.
"Uh.... Ah."
"A-aku akan kembali ke kelas untuk mengambil Holy Vitamin Beta! Selama
ada sihir suci, itu pasti bisa memulihkan Suzuno-san!"
"Acies!!"
"Malaikat sialan! Di hari ketika kita bertemu selanjutnya, akan jadi hari
kematianmu! Bersihkan lehermu dan tunggulah!! Bangsat!!"
"Acies!!"
"Eh?"
Setelah berhasil mendapatkan perhatian dari Acies yang tanpa lelah terus
berteriak, Maou dengan letih bertanya,
"Bisakah kau membawa semua orang ini dan kembali ke apartemen yang
tadi?"
Tidak diketahui apa memang perlu menghitung mereka satu persatu, tapi Acies
mengangguk menanggapinya,
"Tunggu Chi-chan!! Kita harus membawa Suzuno dan Urushihara pulang lebih
dulu. Chi-chan juga bisa ikut. Kita bisa bicara soal rinciannya nanti. Dan masih
ada masalah mengenai Emi."
"Uh!"
"Termasuk masalah ini, pokoknya, kita bicarakan setelah kita pulang. Acies!!"
"Wah!!"
"Uu....."
"Ugh!"
"..... Oi!!"
Setelah Maou tahu kalau Chiho sedang memperhatikan kondisi Suzuno di
belakangnya, dia diam-diam menghela napas lega.
Meskipun gadis itu benar, dalam situasi normal, kata-kata itu mungkin bisa
menyebabkan kesalahpahaman yang tidak bisa diluruskan dan menjadikan
Maou korban pedang suci Emi.
Dengan komando dari Acies, kelima orang itu perlahan meninggalkan atap
SMA Sasahata dan terbang menuju langit yang mana hujannya sudah mereda.
"Kita akan segera sampai, bertahanlah sedikit lagi. Saat kita sampai di
apartemen, kita bisa masuk ke kamar Suzuno-san dan mendapatkan Holy
Vitamin Beta."
Ketika Chiho menjalani latihan, Maou pernah melihat botol kecil berisi
minuman nutrisi itu berkali-kali sebelumnya.
Selama mereka punya benda itu, mereka pasti bisa memulihkan kekuatan fisik
Suzuno dan Urushihara, karena itulah saat ini, mereka setidaknya harus bisa
memastikan kalau Suzuno dan Urushihara tidak sedang menghadapi bahaya
yang mengancam nyawa.
Maou melirik ke arah Chiho dan yang lainnya, dan memikirkan petunjuknya
yang lain,
Ketika mereka sampai di apartemen, dia harus bisa memperoleh informasi
sebanyak mungkin dari Acies dan Nord, serta mendapatkan gambaran yang
lebih jelas mengenai situasi sekarang.
Namun, tidak peduli berapa banyak informasi yang dia dapatkan, pada
akhirnya, mereka tetap harus....
Benua Basilica, dulu, Maou tinggal satu langkah lagi sebelum berhasil
sepenuhnya menaklukan dunia manusia, Ente Isla.
Maou menggumam pelan saat melihat kemacetan jalan raya nasional, ini
adalah penyesalan yang tidak pernah dia katakan pada Ashiya sebelumnya.
Maou selalu punya suatu pemikiran dalam otaknya, sebagai penakluk dunia
manusia dan pemimpin para iblis, apa tidak masalah baginya untuk hidup
santai di Jepang dengan kekalahan sebagai alasannya meski dia belum
memenuhi semua tanggung jawabnya sebagai Raja Iblis?
Mempelajari semua yang bisa dia pelajari di dunia ini dan membawanya
kembali ke Dunia Iblis, ambisi Maou ini bukanlah sebuah kepalsuan.
Tapi sebelum bergerak menuju tujuan itu, masih ada hal lain yang bisa dan
harus dia selesaikan.
Ini juga merupakan salah satu hal yang harus dia pikirkan.
Mungkin karena mereka kebetulan melintasi langit di atas stasiun Hatagaya,
pikiran Maou pun tanpa sadar teralih dari tujuan awalnya, lantas, Maou pun
kembali menata pikirannya,
XxxxX
Maou dan Chiho yang melihat ke bawah, terkejut setelah melihat orang yang
menjulurkan kepalanya dari Kastil Iblis dan melambai ke arah mereka.
"Amane-san?"
"Eh?"
Itu adalah orang yang menjadi bos mereka di rumah pantai yang ada di Choshi.
Karena dia adalah keponakan pemilik Villa Rosa Sasazuka, Shiba Miki, sama
sekali tidak aneh kalau dia tahu alamat apartemen ini.
Tapi masalahnya adalah, sebelum ini, seperti yang dilakukan oleh Gabriel dan
kawanannya tadi, wanita ini pernah menyebabkan sebuah kejadian
supranatural di pantai Choshi, dan menghilang tanpa jejak.
"Sepertinya petunjuk tak terduga lain juga ikut muncul?"
"Gah...."
Namun, entah itu Maou ataupun Chiho yang menopang Suzuno di bahunya,
tak ada seorangpun yang punya sisa energi untuk membantu Urushihara.
Keberadaan Ashiya dan Nord tidak bisa ditemukan di Kastil Iblis, dan yang
menggantikan mereka, adalah Rika yang dipenuhi luka gores dan memakai
baju Maou yang diambil tanpa seizinnya, dia saat ini tertidur pulas seperti
sedang pingsan.
"Amane, san...."
"Yeah."
"Di-ditangkap?? A-ashiya-san??"
Chiho hanya bisa mengulangi kata-kata Amane dan tidak bisa berpikir jernih.
"Aku hanya bisa melindungi wanita ini."
Amane, dengan nada yang bahkan lebih dingin, menunjuk Rika yang ada di
lantai, dan mencari tempat untuk Urushihara berbaring.
"Yang menculik mereka adalah sekumpulan prajurit berarmor aneh dan pria
besar bernama Gabriel."
"....!!"
Karena Gabriel selalu mencari fragmen Yesod dan pedang suci, memang bisa
dipahami kenapa dia menculik anggota keluarga Emi.
Maou yang tidak bisa memahami situasi, dan Chiho yang tidak tahu apa yang
terjadi di Pusat Ujian, menjadi semakin bingung karena masalah ini.
"Ini....."
"Aku memang tidak bisa membaca tulisan yang ada di sana, tapi sepertinya itu
peta dari suatu tempat."
"Ini tulisan tangan Ashiya.... dan ini ditulis dengan menggunakan bahasa Pusat
Perdagangan...."
"Dan Chiho-chan, kupikir sebaiknya kau merawat Suzuno-chan dulu. Kau juga
basah kuyup, jika terus begini, kau bisa mati terserang flu, kau tahu?"
Amane memberi saran pada Chiho yang awalnya mencoba melihat dokumen
yang ada di tangan Maou dari samping.
".... Ini adalah peta Benua Timur. Kota, fasilitas transportasi, wilayah di mana
benua lain memiliki pengaruh besar, pergerakan berbagai negara di
pegunungan utama di mana Afashan memulai perang sipil, dan bahkan markas
militer rahasia.... kenapa dia menulis semua ini...."
Maou tahu kalau Ashiya menulis banyak hal belakangan ini, tapi dia tidak
pernah menyangka kalau Ashiya ternyata mencatat semua informasi ini.
"Museum Nasional Seni Barat.... Tempat itu ada di Ueno, tempat di mana
Ashiya terkadang melakukan penyelidikan...."
Maou ingat ketika mereka pertama kali datang ke Jepang, mereka pernah pergi
ke museum di Ueno untuk mencari informasi tentang sihir di bumi, dan
melihat-lihat artefak yang berasal dari berbagai tempat di seluruh dunia.
"Uh, itu....."
Ditambah lagi, Amane bukan hanya orang misterius biasa, ketika mereka
pertama kali bertemu di Choshi, karena alasan yang tak diketahui, dia
sepertinya sudah tahu dari awal kalau Maou dan Suzuno bukanlah manusia
dari bumi.
Itu artinya, bibinya alias pemilik apartemen ini, Shiba Miki, juga sama.
"Sudah kubilang sebelumnya kan? Hal-hal yang tidak dikatakan oleh bibi Mi-
chan kepadamu, aku juga tidak bisa mengatakannya. Itulah aturannya."
"Ugh..."
Saat Maou merasa depresi dengan sikap dingin Amane, Rika yang sedang
berbaring, tiba-tiba mengerang dan menggerakkan tubuhnya.
Maou pikir Rika akan segera bangun, tapi segera setelahnya, Rika kembali
tenang.
Dari hal itu, setidaknya sekarang Rika terlihat lebih seperti tidur daripada
sedang pingsan, hal ini sedikit membuat Maou lega, tapi....
Benar, saat ini Emi dan Alas Ramus ada di Ente Isla.
Ente Isla, tempat di mana Maou dan yang lainnya seharusnya berada.
Tapi saat ini, tempat itu adalah kawasan musuh. Meski begitu, siapa yang
sebaiknya bertanggung jawab menyelamatkan mereka??
Suzuno pernah bilang, selama dia punya penguat yang sesuai, dia pasti bisa
menggunakan mantra pembuka 'gate'.
Ashiya bilang kalau dia ingin Maou menunggu di Museum Nasional Seni Barat.
Maou tiba-tiba mendongak, berlari keluar dari Kastil Iblis dan menggedor-
gedor pintu kamar Suzuno.
Meski suara panik Chiho terdengar dari dalam, Maou tetap mengabaikannya
dan membuka pintu....
"Kau...."
"Ah...."
"Maou-san!!"
Ketika dia melangkah masuk ke dalam kamar, wajah Maou tiba-tiba diserang
oleh sepotong kain berpola aneh.
"Geh!!"
Kali ini, sebuah benda berat menghantam dahi Maou di atas kain tadi, dan
membuat kepalanya miring ke belakang.
Maou pun terjatuh, tapi untuk menyampaikan apa yang dia pikirkan barusan,
Maou tetap bangkit bahkan tanpa menyingkirkan kain yang menutupi
wajahnya.
Melalui kain tersebut, Maou bisa mendengar suara Chiho dan Suzuno yang
penuh dengan aura membunuh meskipun dia sedang terluka.
"Ah, hey Maou! Meski tubuh dan pikiran kita sudah terhubung, kau masih
berani melihat tubuh telanjang wanita lain?"
Meskipun melalui kain yang tebal, Maou masih bisa merasakan aura
membunuh dari Chiho dan Suzuno yang menjadi semakin kuat, karena kalimat
yang Acies katakan tanpa membaca suasana.
"Uh, aku harus menelepon polisi.... Eh, Urushihara-kun, apa kau tidak punya
telepon di kamar ini?"
"Aku mungkin terlihat seperti ini, tapi aku ini benar-benar terluka cukup
parah...."
Setelah mendengar obrolan menyedihkan antara Amane dan Urushihara, Maou
yang akhirnya sadar kalau dia sudah bertindak sembrono, menarik Acies keluar
dari kamar dan memulai obrolan dengan Suzuno melewati pintu yang tertutup.
Hal pertama yang Maou lihat setelah menyingkirkan kain tadi, adalah sebuah
kamus yang barusan dilempar ke arahnya.
"He-hey, Suzuno!!"
".....huh??"
Karena alasan yang tak diketahui, meski suara Suzuno terdengar pelan dan
lemah, suara itu masih mengandung aura membunuh yang cukup kuat
membuat Maou, si Raja Iblis merinding.
".... Yeah."
Setelah mendengar suara rendah Suzuno, mata Maou seketika berbinar, dan
dia langsung mengatakan,
Suara Chiho yang terdengar seperti tidak paham apa yang Maou
katakan, terdengar dari dalam kamar.
Sementara Suzuno, dia akhirnya mendapatkan kembali ketenangannya,
mengernyit, dan menjawab,
"Suzuno-san!!"
"A-aku baik-baik saja.... Raja Iblis, 'Tangga Surga' yang telah mengumpulkan
kepercayaan dari masyarakat selama bertahun-tahun, dan patung-patung kuil
yang berasal dari Kitab Suci sebagai dasarnya, adalah bangunan di mana
makna mantra diimplementasikan pada mereka sebanyak mungkin, bahkan di
antara banyak penguat mantra, mereka bisa dibilang sebagai objek yang
memiliki skala mantra terbesar. Meski aku merasa tidak enak mengatakan hal
ini, tapi menurutku tidak ada benda di sini yang memiliki latar belakang sejarah
tingkat tinggi dalam segi ritual mantra dan kepercayaan seperti itu...."
"Ada, ada satu!! Dan itu adalah tempat yang bisa dimasuki tanpa membayar
biaya apapun."
Bahkan di saat seperti ini, Suzuno dan Chiho masih sempat saling menatap satu
sama lain karena sangat jarang mereka mendengar Maou mengatakan sesuatu
yang terasa seperti Raja Iblis betulan.
Dan kali ini, dengan penuh percaya diri, Maou terus berbicara,
(T/N : 'Tangga Surga' suatu tempat di Ente Isla. Gates of Hell, The Thinker, ini
benar-benar ada di musuem Ueno.)
Ini adalah sebuah syair yang bercerita tentang karakter utama Dante, yang juga
merupakan si pengarang, saat dia berjalan mengelilingi Neraka dipandu oleh
seorang penyair abad pertengahan. Neraka disitu bukanlah lautan penderitaan
di mana para pendosa masuk ke dalamnya karena dosa yang sudah mereka
lakukan ketika mereka hidup, melainkan dilihat sebagai sebuah dunia yang
diciptakan oleh dewa-dewa suci.
'Gates of Hell' yang berada di Museum Nasional Seni Barat, adalah karya yang
diciptakan oleh Auguste Rodin, orang yang dikenal sebagai leluhur pemahat
era baru.
Termasuk 'Gates of Hell' di Museum Nasional Seni Barat, ada tujuh patung
yang sama di seluruh dunia, dan masing-masing dari mereka memiliki kisah-
kisah yang cukup untuk mewariskan pemikiran, kepercayaan, dan sejarah
orang-orang.
"Pintu masuk ke dunia lain, secara global dikenal dalam syair tua 'Divine
Comedy', itu adalah simbol 'Gates of Hell'!"
"La-lalu......."
Maou mengucapkan sesuatu yang tak bertanggung jawab dan berdiri setelah
menyingkirkan kain dari kepalanya.
"Kita akan pergi menyelamatkan Ashiya, Nord, dan Alas Ramus..... sekaligus
Emi!!!"
Final Chapter : Pahlawan, Air Mata
Hari ini, sudah dua minggu semenjak dia dibawa ke sangkar yang dikenal
dengan nama ruang VIP ini.
Emi memandang lautan luas yang terhampar di luar jendela dan mendesah
pelan.
Memang tak ada bahaya, tapi kenapa semuanya jadi seperti ini?
“Mama.”
“.... Alas Ramus, kalau kau terlalu semangat bermain, kau bisa jatuh dari
ranjang.”
Tidak peduli bagaimanapun orang melihatnya, tangan dan kaki Emi sama
sekali tidak ditahan, Alas Ramus dan dirinya juga tidak nampak seperti dilukai
oleh seseorang.
Apalagi, bahkan jendela yang ada di hadapannya, hanyalah jendela kaca biasa
(meskipun di tempat ini, kaca sudah termasuk sebuah komoditas mahal),
bahkan jika dia tidak mengeluarkan pedang sucinya, Emi bisa saja
memecahkannya dengan meja yang ada di kamar, selain itu, bahkan kunci
pintu kamar pun ada di tangan Emi.
Pelabuhan ini adalah pelabuhan yang paling dekat dengan ibu kota Afashan,
'City of Air', meskipun pada awalnya tempat ini hanya sebuah desa nelayan,
karena ini merupakan tempat kelahiran pemimpin Afashan, yaitu Unifying
Azure Emperor, desa ini pun menjadi sebuah kota besar setelah pembangunan
beberapa generasi.
Benua Timur adalah wilayah terakhir yang masih ditaklukan oleh Empat Raja
dari Pasukan Raja Iblis, dan ditambah fakta bahwa Afashan awalnya
menerapkan kebijakan hirearki, dibandingkan kota-kota besar yang ada di
Benua Barat ataupun kota berbagai bangsa yang ada di Benua Selatan, Benua
timur terlihat sedikit kekurangan kegiatan jika dilihat dari skalanya saja.
Mungkin karena efek psikologi, pemandangan jalan yang terlihat dari sini,
terlihat lebih suram dibandingkan saat terakhir kali Emi datang.
Emi menggumam pelan ke arah langit Ente Isla, dalam dua minggu ini, Emi
sudah berulang kali berbicara pada dirinya sendiri seperti ini.
Jika dia bisa mengatakannya langsung pada mereka, bukankah itu akan lebih
baik?
Semenjak hari pertama dia kembali ke Ente Isla, Emi tahu kalau sihir suci yang
memenuhi tubuhnya sudah jauh melebihi tingkatan saat dia berada di Jepang.
Jika itu Emi yang sekarang, mungkin dia bisa seperti Chiho dan menggunakan
mantra Idea Link tanpa bergantung pada penguat.
Akan tetapi....
“....”
Emi dengan kesal menutup telinganya, dan setelah Alas Ramus mendengar
suara itu, dia juga menunjukkan ekspresi tidak senang.
Emi yakin kalau itu pasti pengumuman untuk meningkatkan moral para
prajurit, saat menggunakan pelabuhan militer Fangan untuk pertempuran laut.
Dunia ini memang tidak memiliki alat penyiaran elektronik seperti di bumi,
jadi pasti ada suatu prinsip sihir di baliknya, tapi dari hasilnya, efeknya sudah
sama seperti loudspeaker.
Tempat ini tidak hanya menggunakan alat-alat sihir skala besar, lagipula ini
masihlah fasilitas militer, jadi pasti ada sonar yang terpasang di berbagai
tempat untuk mengukur penggunaan sihir suci di dalam pelabuhan.
Jika Emi menggunakan Idea Link ke dunia lain tanpa penguat, mungkin
kebebasan kecil yang dimilikinya ini bahkan akan ikut terenggut.
Tak masalah kalau hanya dia sendiri, tapi bagaimana bisa dia membiarkan Alas
Ramus mengalami sesuatu seperti dilempar ke dalam penjara bawah tanah?
Tentunya, sebelum itu, ada masalah lain, yaitu HP Emi telah disita.
Karena Emi bukan seorang ahli sihir, jika dia tidak memiliki HP yang akan
berfungsi sebagai penguat, Emi tidak percaya diri bisa menggunakan Idea Link
pada seseorang tertentu di Jepang.
Emi teringat wajah temannya yang ada di Jepang, satu-satunya orang yang bisa
dia hubungi di situasi ini.
Bagi Chiho, meskipun dia tidak memegang apa-apa, dia masih bisa mengunci
tempat transmisi Idea Link melalui nomor HP orang tersebut.
Emi yang pernah melihat hal ini sebelumnya, hanya mengingat nomor HP
milik satu orang di Jepang, jadi pada akhirnya, dia hanya bisa mengunci
transmisi secara akurat pada nomor HP orang itu ---pada nomor HP Rika untuk
menggunakan Idea Link.
Alasan kenapa Emi mengingat nomor HP Rika, adalah karena saat dia baru
membeli HP dan tidak tahu cara menggunakan fitur buku telepon, dia harus
mengetik nomor Rika sambil melihat buku telepon para karyawan.
Karena dia harus waspada terhadap sonar pengukur sihir suci, Emi hanya bisa
melakukan transmisi ketika pelabuhan militer memulai pengumumannya.
“.... Rika....”
Karena tanggal terakhir Emi menghubungi Maou dan yang lainnya berbeda
dengan tanggal saat dia menghubungi Rika, saat kedua pihak berkomunikasi,
Maou dan Suzuno mungkin akan menyadari perbedaan kondisi ini.
Tergantung pada situasinya, hal ini bisa saja menyeret Rika masuk ke dalam
masalah Ente Isla, hanya sampai Emi menyelesaikan panggilan keduanyalah
dia baru memikirkan kemungkinan ini.
Jika Rika benar-benar menemui bahaya karena hal ini, bagaimana caranya Emi
harus meminta maaf pada Rika?
Tanpa disadarinya, Alas Ramus sudah ada di sebelah kaki Emi dan menatapnya
dengan cemas.
“Alas Ramus.”
“Orh.”
“Bohong?”
Sepertinya di pikiran Alas Ramus, tidak ada konsep berbohong.
Meskipun gadis kecil itu memiringkan kepalanya dengan bingung, Emi tetap
tidak menjelaskannya lebih jauh dan memilih mengalihkan pandangannya
kembali ke laut berbadai yang ada jauh di luar sana.
“....Terus, meski Rika dan Raja Iblis serta kawanannya berkomunikasi... apa
yang mungkin bisa terjadi?”
Urushihara mungkin tidak akan tertarik, sementara Ashiya, tidak akan aneh
bahkan jika dia berteriak banzai.
Mengingat Alas Ramus ada bersama dengan Emi, Maou mungkin akan merasa
cemas sampai ke titik tertentu, tapi pada dasarnya dia takkan khawatir dengan
Emi.
Kalau begitu, kenapa dia menggunakan Idea Link pada Rika dengan membawa
ekspektasi tersebut?
“Uh!!”
Karena jika dia tidak melakukan ini, rasanya pemikiran-pemikiran yang Emi
anggap tak dapat dipercaya, malah akan terbentuk dan merembes keluar dari
dalam dirinya.
Ini bukan lelucon. Bagaimana bisa dia membiarkan hal seperti itu terjadi?
“Alas Ramus....”
“.....”
Emi tidak yakin kalau gadis kecil ini bisa mengerti, dan pada kenyataannya,
Alas Ramus nampak menganggap ini sebagai semacam wisata dan bermain
dengan gembira.
Meski begitu, Alas Ramus tetap menunjuk titik paling lemah di hati Emi.
“.... Dengarkan aku, Alas Ramus. Papa itu.... sangat sibuk bekerja. Jadi,
masalah mama, mama harus menanganinya sendiri. Bagaimanapun, aku ini
Pahlawan.”
“Pahlawan?”
“Ya, jadi....”
“....”
Emi menghindari pertanyaan polos dari gadis kecil yang menganggap dia
seperti ibunya ini.
“Tapi bahkan jika seseorang datang, aku harap orang yang datang itu adalah
Suzuno onee-chan atau Emerada onee-chan.”
“Aku ingin bertemu, Suzu nee-chan. Juga Chi nee-chan, Alsiel, dan Lucifer.”
“Pwah!”
Emi mengangkat Alas Ramus, dan dengan kekuatan yang cukup untuk
membuat Alas Ramus memberontak, Emi memeluk tubuh kecil itu dengan erat.
Angin laut Ente Isla yang sangat ingin dia datangi, kini malah menyiksa hati
Emi.
Kali ini, karena mendengar suara ketukan pintu, Emi pun dengan panik
meletakkan Alas Ramus di atas ranjang.
Emi tidak ingin gadis kecil ini melihat sikapnya ketika berhadapan dengan
orang yang akan memasuki kamarnya setelah ini.
Dia yang tidak sesuai dengan nama Pahlawan Pedang Suci, adalah orang yang
telah dirusak oleh emosi negatif.
Usai mengusap sudut matanya dan menghembuskan napas, Emi
memperlihatkan sebuah tatapan tajam seperti ingin membunuh musuh yang
ada di balik pintu ini.
“Masuk.”
“Permisi.”
Orang yang masuk ke kamar Emi adalah salah satu dari enam uskup agung
Gereja, rekan lama Emi dalam memerangi Raja Iblis, Olba Meyers.
Tapi ketika Emi sampai di Fangan dan melihat wajah Olba secara langsung,
kebencian yang dia rasakan pada rekan lamanya ini begitu kuat, sampai-sampai
bahkan Emi sendiri merasa kaget karena hatinya menyembunyikan emosi
negatif sebesar ini.
“Aku datang ke sini untuk memberimu sesuatu. Jangan marah, aku akan segera
pergi.”
“Benda yang kau berikan padaku, aku akan menyerahkannya pada pelayan
yang bertanggung jawab mengurusku.”
“Hahaha, meski aku bisa mengerti kebencianmu terhadapku, tapi benda ini
tidak bisa diserahkan begitu saja. Lagipula, bisa dikatakan kalau kau datang ke
sini karena benda ini."
Kepala pelontos Olba nampak memiliki beberapa bekas luka yang berasal dari
pertarungannya saat di Sasazuka.
“Agar kau bisa paham kalau kami juga akan menepati perjanjian kami, kupikir
kau akan merasa lebih baik setelah melihat benda aslinya, jadi aku secara
khusus membawakan sebuah sampel.”
Di tangan keriput Olba, dia memegang sebuah kantong yang terlihat cukup
berat.
Ketika Emi melihat tali jerami yang digunakan untuk mengikat penutupnya,
dan daun yang ada di dalam kantong kecil di sudut tas tersebut, Emi seketika
membelalakkan matanya kaget.
Baik tali maupun daunnya, kedua benda itu telah melalui proses khusus,
mereka adalah item yang digunakan untuk melindungi biji dari kelembaban,
dan dipakai sebagai alat penghilang kelembaban saat menyimpan biji-bijian.
“Dari ekspresimu, sepertinya kau sudah tahu apa yang ada di dalamnya.”
Saat Emi melihat Olba tersenyum jahat dan bersiap mengendurkan tali tersebut,
Emi pun berteriak keras,
Olba dengan cepat membuka tas tersebut dan memasukkan isinya ke dalam
botol air yang ada di atas meja di depan pintu.
“Hentikan!”
Mengabaikan teriakan Emi, benda yang ada di dalam kantong, diikuti oleh
suara gesekan yang kasar, mengambang di permukaan air berkadar garam
tinggi yang hanya bisa ditemukan di area sekitar laut, dan setelah menyerap
cukup air, benda itu tenggelam ke dasar botol
Emi menyaksikan biji-biji tersebut tenggelam ke dasar air dengan putus asa.
“Tenang, bukankah sudah kubilang kalau ini hanya sampel? Kami masih
punya banyak persediaan. Dengan begini, kau pasti akan paham kalau kami
sangat menghargai perjanjian di pihak kami kan?”
Olba dengan acuh tak acuh melempar kantong tersebut ke sebelah botol air dan
berbicara pada Emi yang terdiam,
“Sudah kubilang sebelumnya, Emilia, selama kau patuh, aku pasti akan
menyerahkan 'sandera' kepada para professional di Benua Barat. Tapi, kalau
kau berani mencoba melakukan sesuatu, maka inilah akibatnya."
Tanpa menunggu jawaban dari Emi yang sedang putus asa, Olba langsung
meninggalkan kamar.
Ketika dia tidak bisa lagi mendengar langkah kaki Olba, Emi pun berlutut di
atas ranjang dengan lemas.
Meski itu adalah air minum, setelah berada di tanah yang berbeda atau
terendam di dalam air berkadar garam tinggi, biji-biji gandum itu pasti takkan
bisa digunakan lagi.
Inilah alasan terbesar kenapa Emi menyerah pada musuh dan ditahan di sini
oleh kunci yang tak terlihat.
“Mama....”
Tapi Emi sudah tidak punya energi untuk menjawab gadis itu.
Dia hanyalah manusia lemah yang tidak bisa melawan balik meskipun
diperlakukan seperti ini oleh orang lain.
Sebuah isak tangis lemah, seketika tertelan oleh suara ombak yang memasuki
pelabuhan, dan tidak bisa didengar oleh siapapun kecuali Emi dan Alas Ramus.
~Selesai~
Catatan Pengarang
Sejak dulu, aku sudah punya kekaguman yang kuat terhadap kendaraan
komersil.
Selain itu, aku juga kagum dengan para karyawan yang mengendarai
kendaraan itu setiap harinya, yang mana memiliki pengaruh penting pada
industri, logistik, dan akivitas pelanggan di Jepang.
Pertama kali aku mengendarai sebuah vans kecil, kekuatan besar yang
tersembunyi dalam kendaraan kecil itu benar-benar menyentuhku.
Karena Wagahara adalah orang seperti itu, semenjak aku masih kecil, aku
sudah sangat mengagumi Mopeds yang memiliki pelindung hujan, yang mana
sering digunakan untuk menghantar pizza. Hanya memiliki satu dua atap di
belakangnya saja, sudah membuat Mopeds itu terlihat berbeda dengan Mopeds
lain, aku sungguh merasa kalau desain itu sangat keren. Tapi sangat
menyedihkan karena tak ada seorangpun di antara para pengarang yang setuju
dengan hal ini.
Ketika menulis buku ini, aku pernah kepikiran kalau kendaraan itu ternyata
sangat praktis dan jauh lebih murah daripada mobil, jadi aku ingin membeli
satu, tapi setelah melakukan riset mengenai hal ini, aku hanya bisa bilang
'seperti yang sudah diduga dari kendaraan komersil yang menekankan
kemampuan bermanuver'.
Harganya hampir mendekati tiga kali lipat mopeds biasa, dan harga ini sudah
cukup untuk membeli mobil penumpang kelas menengah.
Selain itu, karena kepala Wagahara sangat besar, aku hanya bisa mengenakan
helm ukuran XXXL, ada pula alasan lain seperti asuransi mobil yang
membutuhkan biaya yang signifikan. Memikirkan total uang yang diperlukan,
sepertinya membeli mobil memang sesuatu yang membutuhkan pertimbangan
lebih jauh.
Berbicara soal alat transportasi bermesin, hal pertama yang orang pikirkan dari
alat transportasi seperti ini adalah, kendaraan yang mampu meningkatkan
radius pergerakan pengguna, dan memiliki berbagai kegunaan.
Meskipun hal ini harus dibarengi dengan tanggung jawab sosial (karena orang
yang memiliki SIM, memiliki tugas dan tanggung jawab untuk berkendara
dengan aman dan mematuhi aturan lalu lintas), tapi daya tarik yang bisa
memperluas duniamu, masihlah sulit untuk dilawan.
Ketika buku ini sampai di tangan kalian, itu pasti sudah lewat tanggal 4 April
2013.
Meski menurutku pembaca yang membeli buku ini pada waktu itu sudah tahu,
tapi April juga merupakan bulan di mana anime 'Hataraku Maou-Sama' mulai
mengudara.
Mulai bulan april, versi anime Hataraku Maou-Sama akan diarahkan oleh
Hosoda Naoto. Sebagai pengarang, jika hal ini bisa membantu para pembaca
menikmati dunia yang ditinggali oleh Maou Sadao dan Yusa Emi, maka tak
ada hal lain yang akan membuatku lebih senang.
Meski ini tak ada hubungannya dengan topik yang kita bicarakan sebelumnya,
setelah pergolakan yang tak pernah terjadi dalam Hataraku Maou-Sama 8,
dunia yang menyuguhkan kepuasan pembaca, akan terus berkembang.
Karena plot ini baru mulai berkembang, maka cerita Hataraku Maou-Sama 8,
menggunakan format seperti ini.
Terkait plot kali ini, cerita ini adalah cerita di mana kedua dunia mengalami
gejolak yang hebat, Raja Iblis dan Pahlawan yang masih melakukan hal-hal
yang dipenuhi kenormalan, akhirnya mulai mengambil tindakan positif.
Entah itu Raja Iblis, Pahlawan, Gadis SMA, iblis, penyelidik, atau malaikat,
mereka juga mungkin memikirkan hal ini.
Tapi tak peduli seberapa agung tujuannya, komentar kasar dan tak pantas, tetap
tak bisa dimaafkan. Jadi terkait dengan kata-kata sembrono dari malaikat
agung yang tak bertanggung jawab itu, pengarang ingin meminta maaf yang
sebesar-besarnya kepada para Taro-san yang ada di negara ini sebagai
kesimpulan untuk catatan kali ini.
Aku harap aku bisa bertemu dengan semuanya lagi di volume berikutnya.
Sampai jumpa!!