Anda di halaman 1dari 347

Prolog

Pemandangan dihiasi langit berkabut merah.

"Sungguh hidup yang amat pendek."

Dengan pemikiran yang masih belia nan rapuh, dia menyerah terhadap
segalanya.

Pandangannya berangsur-angsur menjadi semakin buram, seolah menegaskan


pada dia yang sudah tidak bisa menggerakkan satupun jarinya, kalau dia akan
segera menghilang.

Dia tidak takut akan kematian. Bagi seseorang di usia serapuh dirinya, dia
bahkan tidak memiliki kesadaran untuk merasa takut.

Ketika membicarakan usia, klannya bukanlah klan yang memiliki usia pendek.
Faktanya, orang tuanya hidup selama 100 tahun atau bahkan lebih.

Akan tetapi, di dalam huru hara kekerasan, tak ada artinya memiliki umur yang
panjang.

Merah, merah, merah, segalanya bermandikan warna merah, menyebabkan


dunia yang awalnya sudah berwarna marah, bahkan menjadi semakin memerah,
dan dia tertelan oleh warna merah tersebut.

Meski tak ada rasa takut ataupun kesedihan, ada satu hal yang dia rasakan
mengenai takdir ini....

".... Uuu...."

Penyesalan yang begitu mendalam.

Jiwa yang saat ini berada di dalam tubuhnya, apakah jiwa itu ada hanya untuk
diinjak-injak oleh orang lain sampai mati? Apakah memang layak bagi semua
anggota klannya yang hidup sampai hari ini, sampai saat ini, untuk mati dalam
kematian yang tidak wajar?
Dia baru sadar akan 'dirinya' sendiri, dia baru saja mampu mengingat semua
yang telah 'dia' lewati, kehidupan ini, seperti awan yang menghilang di langit,
seperti angin yang berhenti bertiup, seperti batu pasir yang saat ini menyerap
darahnya, semuanya pasti akan memudar dengan sendirinya dan tak memiliki
nilai sama sekali.

Kenapa jiwanya turun di tempat semacam ini?

Jika kelahiran kembali dan memudarnya jiwa yang tak berarti adalah sebuah
prinsip alami, lalu kenapa hal itu harus terjadi pada jiwa yang berada di dalam
tubuhnya?

Langit merah sedikit demi sedikit menjadi redup.

Tidak seperti darah merah yang menetes di tanah, sebuah benda transparan dan
misterius tercermin di dalam matanya.

Seketika itu juga, mengabaikan langit merah, tanah merah, angin merah,
ataupun tubuh sekarat di dekatnya yang dia warnai dengan warna merah,
sesuatu yang cukup untuk membuat semuanya menepi, mengendalikan jiwa
pemuda tersebut.

Langit hitam yang terbentang tak berujung saat ini terlihat memiliki titik-titik
cahaya yang bersinar di dalamnya. Di samping itu, ada dua benda bulat besar
yang melayang di sana.

Tempat itu sepertinya adalah tempat di mana banyak jiwa berkumpul.


Mungkin berikutnya dia akan menuju ke tempat itu.

Benda itu memiliki warna yang bisa menenangkan orang lain dan daya tarik
yang sulit untuk digambarkan. Warna itu melampaui segala sesuatu yang
membuat pemuda itu bermandikan warna merah dan menarik perhatiannya di
saat yang bersamaan.

Tapi dia yang tidak dapat menggerakkan tubuh maupun jiwanya, sama sekali
tidak bisa mengulurkan tangannya ke arah benda itu. Meski tempat yang
memungkinkan tubuh dan jiwanya untuk beristirahat itu terlihat sangat bisa
dijangkau.

Cahaya yang melayang di langit sekali lagi mulai menjadi buram.

".... huuh, berada di sana mungkin bukanlah hal yang bagus, lo? Menurutku di
dunia ini tak ada istilah yang lebih mencurigakan selain 'Utopia'."

Pemandangan di depan mata pemuda itu dengan cepat berubah kembali


menjadi merah.

Meskipun seluruh tubuhnya sakit dan kesadarannya mulai memudar, dia masih
bisa mendengar suara itu dengan jelas.

"Walau berbagai hal bisa dengan gampangnya berubah karena perbedaan


pendapat, tapi aku benar-benar merasa kalau warna merah di sini memang
sangat cantik."

".... tapi... merah itu menakutkan."

"Oh? Menakutkan, menakutkan ya? Meski ini adalah pertama kalinya aku
melihat iblis yang menangis, tapi aku tidak pernah menyangka akan ada iblis
yang menangis dan mengatakan kalau warna yang menutupi hampir seluruh
Dunia Iblis itu menakutkan."

Karena suara itu bisa terdengar, artinya seseorang saat ini sedang berada di
sisinya. Meskipun dia sudah akan mati, terbaring tanpa pertahanan di tanah
masih membuatnya merasa takut.

Karena dia masih merasa takut, itu berarti hatinya masih ingin terus hidup, dan
itu berarti hatinya masih berharap agar hidupnya bisa terus berlanjut.

Dengan pandangannya yang buram, dia terus melihat sosok 'musuh' tersebut,
tapi disangka, 'orang' yang menatapnya itu berdiri.
Perawakan orang itu tidak terlalu berbeda dengan dirinya yang masih muda,
tidak, mungkin bahkan lebih ramping dibandingkan dirinya. 'Musuh' yang
penampilannya tidak pernah terlihat itu, sedikit tersenyum dan berbicara,

"Apa kau tahu warna apa yang kau lihat tadi?"

Menanggapi pertanyaan 'musuh', dia tidak yakin apa alasannya, namun dia
mengangguk tanpa ragu. Paling tidak jiwanya sudah kembali sehingga cukup
baginya untuk mengangguk.

Setelahnya, rambut 'musuh' itu memancarkan warna yang sangat mirip dengan
warna yang ingin dia ketahui.

"Itu berarti kau masih ingin memahami dunia. Sekaligus memahami sisi lain
dari warna merah yang sangat kau takuti itu."

Dalam sekejap, dia diselimuti oleh sebuah sinar redup, dan rasa sakit di
tubuhnya pun mulai memudar.

"Siapa namamu?"

".... Satan."

Meskipun itu adalah nama yang sangat biasa, tapi si 'musuh' tetap mengangguk
dengan sikap yang berlebihan.

"Nama yang bagus."

Benarkah? Itu adalah nama yang sama yang pernah menguasai tempat ini dulu.
Tak ada gunanya menggunakan nama itu pada anak sekarat dari klan yang
lemah, nama itu tidak memiliki rasa keadilan sedikitpun.

"Nanti akan kuberikan pengetahuan yang diperlukan untuk memahami dunia.


Itu akan membuatmu mengerti kecantikan di dalam warna merah darah yang
kejam ini."

Setelah orang itu selesai berbicara, dia menyunggingkan sebuah senyum, dan
hal itu begitu membekas di dalam jiwa pemuda tersebut.
"Warna yang kau lihat disebut....."
Chapter 1 : Raja Iblis Kembali Ke Tempat Kerja

Dari penampilan luarnya, tempat itu memberikan kesan tak ada perubahan
besar yang telah dilakukan.

Hal itu sudah bisa diperkirakan, bahkan dalam renovasi skala besar pun, tidak
mungkin pihak MgRonald akan melakukan renovasi ekstrem pada gedung
yang disewakan pada mereka.

Dinding bagian luar yang tidak ada hubungannya dengan toko juga tidak dicat
ulang, dan setelah melihat tahun yang tertera di atas plang bangunan, semakin
sulit untuk menyembunyikan fakta bahwa bangunan ini sudah berusia lebih
dari 20 tahun.

"Kau terlihat kecewa."

Ucap atasan Maou sembari membawa tas penuh dokumen yang tergantung di
pundaknya, dia menunjukkan senyum tanpa kenal rasa takut sambil
menyilangkan tangan di depan dada.

"Uh, yeah. Bukankah kita secara khusus mengambil cuti hanya untuk
merenovasi fasilitas ini? Jika begitu, penampilan luarnya seharusnya terlihat
lebih baru, kurasa."

Tanya Maou Sadao sambil memarkirkan kudanya yang berharga... sepeda


Dullahan 2, di tempat parkir karyawan seperti yang biasa dia lakukan.

MgRonald cabang Hatagaya tempat dia bekerja akan buka kembali besok.

Saat ini, jaring-jaring dan penyangga bangunan sudah dibersihkan, dan desain
baru dari papan nama yang menjadi salah satu alasan renovasi ini telah selesai
dibuat. Namun selain fakta bahwa restoran ini menyebarkan aura sesuatu yang
baru, tempat ini memberikan kesan kalau tak ada perubahan yang mencolok.

Tapi ketika orang-orang melihatnya, papan nama yang menjadi image dari
bisnis ini malah memberikan kesan yang sangat membosankan. Hal ini terjadi
dikarenakan lokasinya, bagian luar dari toko ini tidak bisa kabur begitu saja
dari efek debu di atmosfer dan sinar ultraviolet, menyebabkan tandanya
menjadi terlihat tua dan memudar.

Hanya berdasarkan pada poin tersebut, papan nama yang baru ini tentu terlihat
lebih bersemangat dan memberikan suasana dekorasi yang segar.

Karena jendela besar yang menghadap ke jalan masih memiliki lapisan plastik
pelindung di dalamnya, orang-orang tidak mungkin bisa melihat bagian dalam
restoran dengan jelas. Tapi karena bingkai jendela dan lokasi pintu
otomatisnya sama seperti sebelumnya, dekorasi bagian dalam seharusnya juga
tidak banyak berubah.

Dari fakta bahwa lokasi dapur dan pintu masuk yang digunakan oleh pelanggan
masih tidak berubah, itu menunjukkan kalau pergerakan pelanggan di dalam
toko tidak akan berubah banyak, hal itu juga bisa dilihat dari struktur bagian
dalam dengan susunan tempat duduk sebagai faktor utamanya yang tidak
berubah.

"Soal itu, untuk detailnya, kau bisa berkomentar setelah selesai melihat-lihat
semuanya."

Atasan Maou, manajer toko Kisaki Mayumi, dengan percaya diri berjongkok
di depan pintu otomatis dan membuka pintu yang terkunci. Nampaknya lokasi
kuncinya juga tidak berubah.

"Tunggu sebentar, baiklah. Jika kunci khusus tidak digunakan untuk melepas
fitur keamanan dari perusahaan keamanan dalam 40 detik setelah pintu terbuka,
sebuah alarm akan berbunyi secara otomatis. Uh~ yang mana itu adalah... ini
dia?"

Setelah membuka pintu, Kisaki secara manual membuka pintu otomatis yang
tidak menyala dan menggumam dengan tidak nyaman. Dia mengambil
kumpulan kunci dari dalam tasnya dan berjalan ke dalam restoran yang gelap,
Maou juga mengikutinya dan masuk ke dalam restoran.
Di dalam toko, bunyi elektronik dari pengaktifan alarm bisa terdengar. Suhu
panas dari musim panas sama sekali tidak berkurang, dan Maou yang merasa
frustasi karena cuacanya, hanya bisa diam menunggu.

30 detik kemudian.

"!!!"

Lampu di dalam toko tiba-tiba menyala.

Itu adalah lampu yang tidak pernah Maou lihat dalam kehidupan sehari-harinya.

Itu berbeda dari lampu pijar yang dia gunakan. Maou yang mendongak melihat
ke arah langit-langit, menyadari ada lampu kecil yang tak terhitung jumlahnya,
lampu itu mirip dengan bohlam kecil, namun memancarkan sinar yang begitu
terang. Lampu-lampu tersebut terpasang di langit-langit.

Setiap lampu menghasilkan cahaya yang begitu cerah, dan melalui gabungan
dari cahaya putih dan orange, sinar yang dihasilkannya pun menjadi begitu
hangat dan terang menyinari seluruh restoran.

"Ini, apakah ini lampu LED yang legendaris itu?"

Kata Maou dengan takjub.

Setelahnya, semua perabot yang disinari oleh lampu itu memperlihatkan


perubahan besar yang tidak bisa dibandingkan dengan sebelumnya.

Sofa kulit sintetis yang warnanya telah memudar termakan usia, semuanya
telah digantikan dengan sofa kuat berwarna cokelat dengan sensasi kulit
berkualitas tinggi.

Kursi putar yang sebelumnya selalu berdecit ketika mengenai lantai dan sulit
untuk disusun, saat ini telah digantikan dengan kursi yang aman untuk dinding
dan memiliki bantalan tempat duduk yang lebih tinggi.

Warna dinding yang sebelumnya sulit untuk dinilai apakah itu warna pink
ataukah warna kulit, dan menjadi warna yang misterius karena termakan usia,
juga diganti dengan warna kuning dengan pola bunga yang sangat cocok
dengan lampu dan perabotannya.

"Jadi, apa kau masih merasa ekspektasimu belum terpenuhi dengan semua
ini?"

Kisaki berjalan keluar dari bagian dalam restoran sambil memutar-mutar kunci,
sementara Maou menggelengkan kepalanya dengan bersemangat.

"Meskipun fasilitas di dalam dapur juga dirubah modelnya, tapi


pengoperasiannya hampir sama seperti model lama. Untuk wajannya, akhirnya
diganti dengan permukaan panggangan tiga lapis, dengan begini, kita bisa lebih
santai saat sedang sibuk-sibuknya."

"Hebat!"

Maou terbelalak kaget.

Hamburger MgRonald terbuat dari bagian roti yang dikenal sebagai roti bundar
dan bagian daging yang dikenal sebagai patty daging, selain itu, bahan-
bahannya juga dipisahkan menjadi keju, sayur, dan saus.

Wajan adalah plat logam untuk bidang industri yang bisa memanggang kedua
sisi patty... yang paling umum adalah wajan dua sisi bergaya kerang, meskipun
kecilnya restoran ini adalah salah satu alasannya, tapi sampai hari ini, wajan
yang dipakai di dalam restoran hanya memiliki dua permukaan panggangan.

Karena tekstur serta rasa patty daging dan ikan itu berbeda-beda berdasarkan
tipe panggangannya, dan juga karena saus special kemungkinan juga akan
digunakan tergantung situasinya, setelah membuat pesanan, untuk mencegah
rasanya tercampur, panggangannya harus dibersihkan terlebih dahulu.

Ketika menghadapi situasi ini saat sedang sibuk-sibuknya, situasi yang dikenal
sebagai 'timbunan pesanan' yang mana juga disebut 'membuat pelanggan
menunggu sedikit lebih lama dari yang dibutuhkan' ini, akan menciptakan
sebuah rintangan untuk kelancaran bisnis di dalam restoran.
Bahkan keberadaan atau kurangnya salah satu permukaan panggangan saja
sudah cukup untuk menyebabkan perbedaan besar terhadap waktu dan tekanan
yang dirasakan.

"Tempat cuci piringnya sepertinya juga lebih lebar?"

"Kerannya sudah diganti menjadi keran otomatis."

"Luar biasa!!"

Maou berseru dengan penuh perasaan.

Pada dasarnya, bagi Maou, sebuah alat yang bisa mengalirkan air minum
segera setelah dinyalakan dan bahkan keberadaan keran itu sendiri, adalah
suatu keterkejutan besar yang dia alami saat dia datang ke Jepang.

Lupakan soal lima benua besar di Ente Isla, bahkan di Dunia Iblis pun, tidak
ada air mengalir yang terhubung ke banyak keluarga dan bisa dinyalakan serta
dimatikan sesuka hati. Sebenarnya, saluran air di Dunia Iblis, berasal dari
sumber air dan menuju saluran air bawah tanah, mirip dengan fasilitas pada
sistem irigasi, dan hanya ada beberapa pintu keluar yang bisa dibuka tutup
dengan leluasa menggunakan sihir iblis.

Maou yang sudah merasa tersentuh hanya dengan memutar keran saja,
semenjak datang ke Jepang dan memasuki toilet umum untuk pertama kalinya
sekaligus melihat alat yang bisa mengeluarkan air secara otomatis, saat ini
benar-benar merasa terkejut hanya dengan peniadaan keran putar tersebut.

Tapi saat ini, dia sudah tahu kalau keran yang disentuh oleh banyak orang akan
menjadi lebih tidak higienis daripada yang diperkirakan, dan ditambah fakta
bahwa MgRonald memiliki peraturan di mana semua orang harus mencuci
tangannya setiap jam, keran otomatis ini bisa dikatakan sebagai keberadaan
yang amat penting.

"Rasanya ada banyak peningkatan yang dibuat di berbagai area!"


Kisaki dengan tatapan yang dipenuhi kebaikan, memperhatikan Maou yang
matanya berbinar-binar ketika dia berdiri di hadapan semua peralatan baru
tersebut.

"Terkadang aku merasa kalau Maa-kun pemikirannya sangat sederhana di


beberapa aspek."

"Eh?"

"Tidak, bukan apa-apa. Ngomong-ngomong, nomor 10 ada di pojok. Sekaligus


yang ada di lantai 2, jumlah totalnya ada tiga."

Nomor 10 adalah kode untuk toilet.

Maou yang diarahkan berjalan menuju toilet, sedikit merasa ragu.

"Ada apa?"

"Uh, itu... Nampaknya ada sesuatu yang hilang, apa ini menjadi lebih kecil?"

Memang ada sebuah toilet bergaya barat di dalam kamar mandi tersebut, tapi
itu sedikit berbeda dari toilet yang Maou ketahui.

"Yep, ini adalah toilet terbaru dengan tempat duduk penghangat dan tidak
memiliki tabung air. Seperti ini."

Kisaki menunjuk ke arah panel yang memiliki berbagai jenis tombol


pengendali.

"Kau harus menekan tombol itu untuk membuka penutupnya."

"Eeeehhhhhhh??"

Kali ini, bahkan Maou pun sangat terkejut. Meskipun dia bisa menerima
keberadaan keran otomatis, tapi kenapa orang-orang harus menggunakan
metode remot kontrol untuk mengangkat penutup toilet yang tepat berada di
hadapanmu?

Mungkin Kisaki merasa kalau reaksi Maou itu lucu, dia pun melanjutkan;
"Ngomong-ngomong jika seorang pria ingin melakukan 'urusannya', dia harus
menggunakan tombol ini untuk mengangkat tempat duduknya."

".... Lalu, tombol 'kecil' dan tombol 'besar' yang ada di sini adalah...."

"Benar, mereka digunakan untuk membilas."

Di bawah arahan Kisaki, Maou menekan tombol 'kecil' yang ada di sana,
setelah itu, aliran air yang lebih sedikit dari apa yang dibayangkan membilas
bagian dalam toilet tersebut.

"Ka-kalau toilet di rumah kami memiliki fitur ini, kami mungkin bisa sedikit
menghemat tagihan air...."

Villa Rosa Sasazuka di mana Kastil Iblis berada, adalah sebuah apartemen tua
berusia 60 tahun yang hanya berjarak 5 menit berjalan kaki dari stasiun
Sasazuka, dan pada dasarnya, toilet bergaya Jepang tidak membeda-bedakan
antara 'urusan kecil' dan 'urusan besar'.

Membilas dengan jumlah air yang lebih sedikit untuk 'urusan kecil' memang
berdampak pada tangki airnya, tapi meski begitu, menyiram dengan kekuatan
penuh setiap kali melakukan 'urusan' benar-benar tidak baik untuk jantung.

".... Erhmm, apakah desain ini dianggap normal di era modern seperti sekarang
ini?"

Maou sementara mengesampingkan masalah rumah tangga ini dan bertanya


kepada Kisaki,

"Uh, meskipun toilet tua yang ada di rumahku tidak bisa dianggap standar, tapi
bagi sebagian besar toilet umum, bukankah mereka menggunakan pengendali
berwarna perak yang sangat umum itu? Dengan desain yang dirubah seperti
ini, bukankah para pelanggan yang sudah tua malah akan menjadi tidak tahu
bagaimana cara menggunakannya?"

"... Begitu ya, itu mungkin saja terjadi. Kalau begitu, sejak awal, akan lebih
baik kalau kita meletakkan instruksi penggunaannya di dalam."
Kisaki mengangguk setuju.

"Baik, bagian yang direnovasi sampai sekarang hanya bisa dianggap sebagai
permulaan saja. Poin utamanya adalah lantai 2 yang baru dibangun."

"Okay."

Mereka tidak bisa terus berdiri di sana dan membicarakan tentang toilet, oleh
karena itu, Kisaki membawa Maou menuju tangga yang terletak di sebelah
tempat kasir.

"Apa yang akan muncul selanjutnya juga akan menjadi wilayah yang baru
bagimu, sebuah medan perang baru untuk menantang kemampuan kita. Selain
diriku, kau adalah pegawai pertama dari cabang Hatagaya yang melangkahkan
kaki ke lantai dua, kau harus mengingat ini baik-baik..."

Maou menahan napasnya dan mengikuti Kisaki.

Kedua orang itu memegang pegangan tangga, menaiki tangga yang memiliki
warna yang sama seperti warna lantai satu demi satu, dan mencapai lantai
dua.....

XxxxX

Bagi Raja Iblis Satan yang menyamar sebagai manusia Maou Sadao di Jepang
dan bergantung pada gaji untuk bisa bertahan hidup, gaya hidup di awal
Agustus adalah sesuatu yang belum bisa dia biasakan.

Seusai bekerja di rumah pantai yang terletak di Choshi, Maou dan yang lainnya
harus menghadapi faktor baru yang mengkhawatirkan.

Hal itu adalah tanda-tanda ketidakstabilan yang mulai muncul di Ente Isla,
pasukan separatis dari Ente Isla pun juga mulai mengulurkan tangan-tangan
setannya menuju Jepang dengan aksi yang begitu nyata.
Mengambil kesempatan dari para iblis, Maou Sadao, Ashiya Shirou, dan
Urushihara Hanzo yang terdampar di Jepang dan tidak berada di Dunia Iblis,
mantan bawahan mereka mencoba untuk mengendalikan Dunia Iblis sesuka
hati dan memberontak melawan kesatuan dunia iblis yang dibentuk oleh Satan,
menciptakan organisasi yang dikenal sebagai 'Pasukan Iblis Baru', dan
membuat ketiga orang itu harus meningkatkan kewaspadaan mereka.

Di sisi lain, tentara manusia dari Ente Isla... Emilia sang Pahlawan alias Yusa
Emi dan Penyelidik Crestia Bell alias Kamazuki Suzuno, juga mengejar Maou
dan yang lainnya lantas datang ke Jepang.

Namun, dua orang yang seharusnya mengemban misi penting untuk


membasmi Raja Iblis, dikarenakan senjata suci sang Pahlawan bergabung
dengan Alas Ramus, yang menganggap si Raja Iblis sebagai ayahnya, mereka
jadi tidak bisa segera memutuskan bagaimana harus berhadapan dengan Raja
Iblis karena masalah keluarga yang disebabkan oleh hal ini.

Mereka berdua khawatir jikalau Maou dan yang lainnya diculik oleh Pasukan
Iblis yang baru dan dijadikan pemimpin karena mereka bisa menyelesaikan
berbagai masalah, hal tersebut tentu akan menyebabkan Pasukan Iblis yang
sesungguhnya bangkit kembali di Ente Isla.

Oleh sebab itu, sang Pahlawan dan si Penyelidik tidak punya pilihan lain selain
memberikan perlindungan terhadap kehidupan sehari-hari normal milik Raja
Iblis di Jepang untuk mencegah Raja Iblis diculik.

Ketika hubungan rumit antara Raja Iblis dan Pahlawan menjadi semakin rumit,
Malaikat dari Surga sekali lagi membuat situasinya menjadi semakin rumit.

Di dalam rencana yang sama sekali tidak ada hubungannya dengan Maou dan
Emi, para malaikat itu melibatkan seorang gadis SMA yang mengetahui
tentang Ente Isla, Raja Iblis, dan Pahlawan... yaitu Sasaki Chiho ke dalam
situasi ini.

Chiho tidak hanya keracunan sihir dikarenakan rencana para malaikat itu,
bahkan dia harus dirawat di rumah sakit. Bagi Maou dan Emi yang begitu
marah karena hal ini, mereka memutuskan untuk bekerja sama satu sama lain
atas keinginan mereka sendiri dan mengambil tindakan demi mencegah para
malaikat itu merusak Jepang lebih jauh lagi.

Akan tetapi, tak disangka, selama proses kejadian itu, terungkap bahwa ayah
Emi yang seharusnya sudah dibunuh oleh Pasukan Iblis, ternyata masih hidup.

Tidak hanya itu, setelah melihat Chiho meminjam kekuatan dari seseorang
yang misterius dan dengan aktif mengambil tindakan untuk memukul mundur
malaikat Raguel dengan mata kepala mereka sendiri, Maou dan Emi pun
menyadari kalau ada rencana yang tersembunyi dari mereka ataupun para
malaikat yang bergerak di balik bayangan.

Meskipun Chiho bisa memulihkan kembali kesehatannya tanpa ada halangan,


namun situasi yang melibatkan Maou dan Emi kini menjadi semakin lebih
rumit lagi, dan dengan ini, musim pun mencapai titik di mana udara panas yang
menaungi Jepang mulai menunjukkan tanda-tanda dari musim gugur, di akhir
Agustus setelah festival Obon.

Dan mengabaikan situasi pelik dari dunia lain, MgRonald di depan stasiun
Hatagaya di mana Maou Sadao bekerja pun akan mulai buka kembali besok....

XxxxX

"Bagaimana aku mengatakannya ya, daripada bilang kalau tempat itu mirip
dengan Mags di sisi baiknya, akan lebih baik kalau bilang keseluruhan tempat
itu menjadi lebih bagus tanpa merusak standar dari Mags!"

Meskipun belum mencapai tengah hari, sang matahari sudah tanpa ampun
memberikan tekanannya, mengenakan T-shirt putih, sarung tangan kerja dan
handuk yang terikat di kepalanya, Maou mengatakan hal tersebut dengan keras.
"Karena jalanan di depan stasiun bisa terlihat, meskipun hanya ada dua lantai,
pemandangan di sana masih sangat bagus. Untuk mencegah sinar matahari
agar tidak bersinar terlalu panas, bahkan tirai pun dipasang, aku benar-benar
menantikan bekerja di sana!"

"Maou-san sangat licik, berkeliling seenaknya sendiri!"

Orang yang mengungkapkan ketidakpuasannya terhadap diskusi Maou yang


riang adalah Sasaki Chiho, dia mengenakan sarung tangan kerja seperti Maou,
topi lebar dan seragam olahraga.
"Ya ampun, bagaimanapun juga Chi-chan akan mulai bekerja secepatnya,
kan?"

"Benar sekali! Tapi itu masih terasa sangat licik!"

Karena Chiho adalah seorang pegawai di MgRonald cabang Hatagaya seperti


Maou, dia tentunya sangat penasaran bagaimana restoran itu direnovasi.

"Oiya, tempat itu sekarang disebut MdCafe kan? Apa itu ada bedanya dengan
MgRonald yang biasanya?"

Bawahan kepercayaan Maou, Jenderal Iblis Alsiel alias Ashiya Shirou,


menanyakan hal tersebut sambil menggunakan T-shirt nya untuk mengusap
keringat yang mengalir dari kepala menuju dagunya. Seperti Maou, dia
mengenakan sarung tangan kerja dan mengikatkan handuk di kepalanya.

"Hm, karena itu disebut MdCafe, pasti akan ada banyak kopi! Seperti Cafe au
lait, latte, ataupun Espresso! Sebelumnya hanya ada satu tipe, yaitu white gold
roasted coffe. Makanan lain seperti item-item di menu juga ditambahkan
hotdog dan kue kering, makanan seperti yang ada di cafe gitu!"

Maou mengatakannya dengan begitu riang seolah-olah dia sangat menantikan


bekerja di sana.

"Alsiel, jangan perlihatkan perutmu di hadapan Chiho-dono yang datang


membantu, itu merusak pemandangan! Raja Iblis berhenti bicara dan mulailah
bekerja!"

Si tetangga Penyelidik Crestia Bell alias Kamazuki Suzuno berbicara dan


mencaci kedua orang itu.

Dia menyingsingkan lengan kimono yang dia pakai dengan normal dan
mengikatkan sapu tangan di kepalanya, di tangannya yang memakai sarung
tangan kerja, terdapat sapu yang tingginya hampir sama dengan dirinya.

Keempat orang itu saat ini sedang berada di halaman belakang Villa Rosa
Sasazuka di mana Kastil Iblis berlokasi.
Berbagai macam jangkrik sering terbang menuju pepohonan hijau di halaman
yang tertutup, karena sekeliling mereka dipenuhi suara bising dari para
jangkrik, mereka harus berbicara dengan sangat keras agar bisa mendengar
suara satu sama lain.

"Baik baik!"

"Ma-maafkan aku!"

Maou dengan cepat kembali bekerja, sementara Ashiya menata kembali


bajunya dengan wajah memerah dan meminta maaf kepada Chiho atas
kelakuan tidak senonohnya.

"Ti-tidak masalah.... aku sama sekali tidak terganggu...."

Chiho yang sedikit tersipu, tiba-tiba terlihat memikirkan sesuatu dan bertanya
kepada Maou;

"Oiya... Cafe au lait dan Latte, memang apa perbedaannya?"

Maou yang merasa sangat bersemangat, mengeluarkan suara yang begitu


konyol,

"Uhh....."

Maou mengangkat kepalanya mencari-cari sesuatu di dalam ingatannya dan


menghentikan gerakannya,

"Itu, Cafe au lait perlu ditambah susu, dan untuk Latte, juga ditambah susu....
eh? Memang kedua minuman itu ditambahkan susu, tapi aku ingat kalau Latte
ditambahkan gelembung susu.... ohh?"

"Sederhananya, kedua tipe itu adalah kopi susu kan? Daripada memikirkannya
sekarang, bukankah lebih baik kalau kau menggerakkan tanganmu?"

"Kopi susu.... bukan, jika memang begitu, maka itu tidak akan mirip cafe lagi,
ini bukan pemandian umum.... ah~ aku ingin mandi...."
Maou yang menjadi panik karena teguran Suzuno, mulai merasa khawatir
dengan tubuhnya yang berkeringat dan memutuskan untuk pergi ke pemandian
setelah pekerjaan ini selesai.

Maou, Ashiya, Suzuno, dan Chiho saat ini sedang membersihkan halaman
belakang Villa Rosa Sasazuka.

Awalnya, membersihkan sekeliling apartemen bukanlah pekerjaan bagi


penyewa seperti Maou dan Suzuno, dan untuk Chiho yang tidak tinggal di sana,
bahkan lebih tidak ada sangkut pautnya.

Akan tetapi, jika ada bayarannya, itu sudah menjadi urusan yang berbeda.

Seperti biasa, pekerjaan kali ini juga karena surat yang dikirimkan oleh ibu
pemilik kontrakan yang menjadi semakin misterius karena keberadaan
kerabatnya yang juga misterius.

Untuk memperbaiki lubang besar yang disebabkan oleh 'seseorang' di Kastil


Iblis, ibu pemilik kontrakan menggunakan otoritasnya untuk meminta para
penyewa pindah sementara dari Villa Rosa Sasazuka. Meskipun
pemberitahuannya mengatakan bahwa biaya sewa untuk beberapa hari selama
mereka tidak tinggal di sana akan dikurangi, tapi kenyataannya, Maou dan
yang lainnya serta Suzuno hanya meninggalkan apartemen selama 4 hari.

Awalnya, tidak masalah jika ingin mengambil biaya sewa empat hari tersebut,
namun ibu pemilik kontrakan, Miki, meskipun memiliki penampilan, kerabat,
dan misteri yang abnormal, anehnya dia sangat jujur dalam beberapa aspek
yang tidak biasa.

"Meskipun ini adalah pekerjaan yang diminta oleh pihakku, tapi janji tersebut
sudah rusak karena masalah pribadi keponakanku, aku benar-benar minta maaf
soal itu."

Singkatnya, dia ingin meminta maaf atas waktu bekerja yang terpotong di
rumah pantai Ooguro-ya.
Selain itu, sebagai gantinya, dia berharap kalau Maou dan yang lainnya bisa
membersihkan halaman belakang Villa Rosa Sasazuka yang sudah tidak
dibersihkan selama musim panas ini, dan dari hal ini, mereka bisa
meningkatkan keringanan biaya sewa untuk melengkapi kekurangan
pembayaran.

Berdasarkan isi dari surat tersebut, kalau mereka bersedia membantu bersih-
bersih, biaya sewa untuk bulan Agustus bisa berkurang mulai dari 15.000 yen
sampai 30.000 yen. Dari isi surat itu, Maou dan Ashiya langsung mengangkat
tangannya setuju tanpa keberatan sedikitpun.

Lagi pula, hanya pemasukan dari rumah pantai saja sudah membuat mereka
gagal mencapai target pemasukan awal mereka, dan beberapa hari yang lalu,
mereka bahkan menghabiskan banyak uang untuk membeli sebuah televisi.

Meskipun Maou sudah melengkapi kekurangan tersebut, tapi karena mereka


bisa mengurangi biaya sewa mereka, maka tak ada satupun alasan untuk
menolaknya.

Akan tetapi, bagi penghuni di kamar lain, yaitu Suzuno, meskipun dia tidak
tertarik dengan pengurangan biaya sewa.....

"Membersihkan sekeliling rumah seharusnya menjadi tugas kita para


penghuninya."

Tapi dia tetap menerima pekerjaan ini setelah mengatakan kalimat tersebut.

Karena ini adalah masalah yang melibatkan uang, Maou dan Suzuno harus
mengunjungi agensi apartemen sebagai wakil untuk menerima pekerjaan ini,
dan hari kerjanya ditentukan satu hari sebelum Maou kembali ke MgRonald,
yaitu hari ini.

Tapi anehnya, di hari itu, seseorang yang seharusnya menjadi penyewa telah
menghilang, dan sebaliknya Chiho, yang bukan merupakan penyewa, saat ini
sedang mencabut rumput dan mengumpulkan batu bersama dengan Maou dan
yang lainnya, membersihkan sekeliling rumah dengan begitu energik.
Halaman belakang yang hanya akan diperhatikan ketika memarkir sepeda,
mungkin karena pengabaian dalam waktu yang lumayan lama, terdapat rumput
liar yang tumbuh hingga mencapai lutut Maou, ketika rerumputannya
disinggap, bagian dinding yang menghadap ke arah jalan juga dipenuhi botol
PET dan kaleng kosong yang dilempar dari luar.

Ketika Ashiya mengikat kantong sampah yang berisi benda-benda tersebut....

"Cafe au lait adalah bahasa Perancis, sementara Latte adalah bahasa Italia.
Makna luas untuk kedua minuman ini adalah kopi susu, entah tipe yang mana
itu, keduanya adalah setengah kopi dan setengah susu, tapi normalnya, kopi
yang digunakan untuk Latte adalah Espresso."

Maou menolehkan kepalanya karena seseorang menjawab pertanyaannya dari


arah yang benar-benar tak terduga.

"Jika kau ingin pamer karena bekerja di cafe, setidaknya bersiap-siaplah


sampai kau bisa menjawab pertanyaan standar semacam ini dengan cepat, ya
kan?"

Orang itu mengernyitkan dahinya akibat panas terik cuaca dan melihat ke arah
empat orang tersebut, dia adalah Emilia sang Pahlawan alias Yusa Emi...

"Papa!!"

Digendong di lengan Emi, tersenyum tanpa terpengaruh oleh cuaca panas yang
akan membuat ngeri para orang dewasa adalah seorang gadis kecil, Alas
Ramus.

"Ah! Alas Ramus!"

Maou berjalan menuju Emi dan Alas Ramus, yang berlindung dari sinar
matahari di bawah pohon di mana para koloni jangkrik berada, namun...

"Hey! Alas Ramus baru saja membeli baju baru, jangan buat dia kotor!"
Ketika Emi melihat Maou mengenakan sarung tangan kerja yang penuh dengan
kotoran dan memakai kaos yang basah karena keringat, dia dengan cepat
langsung membuat jarak antara Maou dan Alas Ramus.

"Ohh, maaf, maaf."

Maou yang sangat menyayangi Alas Ramus, yang menganggapnya sebagai


'papa', dengan jujur mundur karena peringatan dari Emi.

"Yusa-san hello!"

"Emilia, maaf, apa ini sudah waktunya?"

Chiho dan Suzuno menyapa Emi secara berurutan, Emi pun mengangkat
tangannya dan menjawab,

"Belum, aku memang datang lebih awal.... tapi, kenapa Chiho mencabuti
rumput?"

Emi bertanya dengan suara keras yang tidak kalah dari nyanyian para jangkrik
dan menatap tajam ke arah Maou dan Ashiya.

"Meskipun aku tidak tahu soal situasinya, tapi tidakkah kalian terlalu
bergantung pada Chiho akhir-akhir ini? Kenapa ada satu orang yang hilang?
Jangan katakan kalau dia bermalas-malasan setelah membiarkan Chiho
membantu?"

Sangat jelas, orang yang Emi sebutkan adalah penghuni lain dari Kastil Iblis,
yaitu si Fallen Angel Lucifer alias Urushihara Hanzo.

Sehubungan dengan Urushihara yang biasanya suka bermalas-malasan dan


tidak menyembunyikan kepribadian NEETnya, berpikir kalau dia bermalas-
malasan karena saat ini tidak ada di sana adalah sikap yang sangat normal,
namun....

"Dari sudut pandang obyektif, Lucifer tidak bisa dianggap bermalas-


malasan..."
Tak disangka, orang yang menjawab dengan suara tegas itu bukanlah Maou
ataupun Ashiya, melainkan Suzuno.

".... hanya saja, dia itu tidak berguna!"

"Eh?"

"Urushihara-san terkena serangan panas."

Menyadari nada bicara Suzuno, Chiho menjawab dengan senyum kecut.

"Orang itu, belum ada 30 menit setelah mulai bekerja, dia sudah pingsan.
Karena akan merepotkan kalau dia mati, aku memperbolehkan dia kembali ke
kamar agar bisa terkena kipas angin dan beristirahat."

Ashiya menjawabnya dengan nada tidak senang, dan melihat ke arah jendela
Kastil Iblis yang berada di lantai dua.

Emi mengikuti pandangan Ashiya ke arah lantai dua, tapi bagi Fallen Angel
yang hampir mengacaukan seluruh benua ternyata bisa menjadi tidak berguna
dan pingsan karena serangan panas, Emi hanya bisa merasa heran.

"Tapi meski begitu, kau seharusnya tidak membiarkan Chiho membantu."

"Ah, aku tidak masalah kok."

Chiho yang wajahnya memerah karena panas, menjawab dengan lambaian


tangannya.

"Aku datang membantu dengan sukarela, dan juga...."

Sambil berbicara, Chiho melirik ke arah wajah Suzuno.

"... hanya dengan hal kecil ini saja, itu sama sekali tidak cukup untuk
bayarannya."

"Bayaran?"
Maou dan Ashiya menjadi bingung karena sebuah kata yang sama sekali tidak
sesuai dengan situasi saat ini, terdengar.

"Soal itu, apa Emi dan Chi-chan datang karena ada perlu sesuatu hari ini? Uh,
yah meski aku sangat berterimakasih Chi-chan bisa datang dan membantu."

Chiho nampaknya tiba di saat yang sama ketika Maou sampai di rumah. Dinilai
dari bagaimana dia menyiapkan topi dan sarung tangan kerja sebelumnya, dia
seharusnya sudah mendengar soal pekerjaan hari ini dari Suzuno.

Nah, karena bahkan Emi pun ikut datang, itu benar-benar membuat Maou
merasa curiga.

"".......""

Akan tetapi, Emi dan Suzuno saling menatap satu sama lain dengan ekspresi
rumit di wajah mereka dan tidak mengatakan apa-apa.

"Untuk sekarang.... itu masih rahasia!"

Adapun untuk Chiho, dia menjawabnya seperti itu,

"Itu rahasia. Sshhh~"

Sementara itu, tak jelas seberapa banyak Alas Ramus mengetahui hal ini.

"Baiklah!! Membiarkan Yusa-san dan Alas Ramus-chan menunggu bukanlah


hal yang baik, aku akan melakukan yang terbaik!"

Chiho dengan paksa mengakhiri topik pembicaraan, mengambil sapu yang


bersandar di dinding, dan mulai meratakan tanah yang menjadi bergelombang
karena rumputnya dicabut.

Maou melihat ke arah Chiho, terlihat lebih ragu dibandingkan sebelumnya,


namun...

"Hey, Raja Iblis! Alsiel!"


Maou masih bisa mendapatkan kembali akal sehatnya karena omelan Suzuno,
dan bersama dengan Ashiya, mereka pun kembali ikut berpartisipasi ke dalam
aktivitas bersih-bersih ini dengan perlahan.

Singkatnya, di halaman belakang dari sebuah apartemen di sudut kota, seorang


Penyelidik, gadis SMA, Raja Iblis, dan Jenderal Iblis sedang mencabuti rumput
bersama-sama di bawah sinar matahari. Emi yang menyaksikan adegan ini di
bawah bayangan pohon....

"Sebenarnya...."

"Mama?"

Dengan volume yang bahkan tidak bisa didengar oleh anak kecil yang berada
dalam gendongannya, Emi berbicara sendiri di antara nyanyian para jangkrik,

"Jika aku mengambil kesempatan sekarang dan menyerangnya dari belakang,


siapa yang tahu betapa mudahnya hal itu.... Huuh."

Pandangan Emi terfokus pada punggung seorang pria yang mengenakan T-


shirt berwarna putih, yang mana warnanya telah berubah karena keringat dan
kotoran.

**

"Aku tidak menyangka ada pemandian di sini. Meskipun ini sangat dekat
dengan rumah, aku sama sekali tidak tahu."

Chiho melihat ke arah bangunan itu dan berbicara dengan takjub.

Sekitar 10 menit berjalan dari Villa Rosa Sasazuka, terdapat sebuah pemandian
yang sering dikunjungi oleh para penghuni Kastil Iblis, yaitu Sasa No Yu.

Meski tempat itu terlihat seperti bangunan komersil biasa dari luar, namun
tidak hanya memiliki suasana pemandian yang klasik di dalamnya, tempat itu
juga masih punya lukisan dinding gunung Fuji.
Di lain pihak, ada banyak tipe kolam pemandian di sini, ada juga hal-hal lain
seperti penyediaan kupon pengembalian uang, ruang istirahat dan ruang
tunggu campuran dengan mesin penjual susu otomatis yang terpasang di depan
kasir, dan penjualan barang-barang original termasuk sabun dan barang-barang
unik lainnya, hal ini menunjukkan kepribadian seorang pebisnis yang sangat
kuat dari si pemilik untuk menarik pelanggan.

"Jam kerja di sini sangat panjang, tidak hanya buka sangat awal di pagi hari,
bahkan ketika bekerja sampai shift terakhir di malam hari pun, kita masih bisa
datang ke sini."

Maou yang berganti memakai kaos setelah sebelumnya memakai baju untuk
mencabuti rumput, mengatakan hal tersebut sambil membawa peralatan
mandinya.

"Sasa no Yu tidak hanya memiliki tipe kolam pemandian yang berbeda-beda,


di sini juga ada kamar kecil dengan shower yang sangat cocok dengan
keseharian Chiho-dono. Karena Chiho-dono sudah mau datang membantu
bersih-bersih, tentu saja aku akan membayar bagiannya."

Entah kenapa, Suzuno mengatakan hal tersebut dengan ekspresi puas di


wajahnya.

"Kenapa kau menekankan bagian 'keseharian Chi-chan' dan 'shower'?"

Dari cara bicara Suzuno yang berbelit-belit, Maou merasakan sesuatu yang
aneh dan menanyakan hal tersebut.

"Baiklah, baiklah, tidak perlu terlalu memperdulikan hal itu, ayo cepat masuk!"

"Mandi, main air!!"

Emi dengan paksa menyela dari belakang, mendorong punggung Chiho dan
Suzuno untuk masuk ke dalam pemandian wanita.
Memang Maou tidak merasa keberatan kalau Emi ikut bergabung setelah dia
datang di tengah-tengah kegiatan bersih-bersih tadi, tapi masalahnya adalah
Emi sudah membuat persiapan untuk pergi ke pemandian.

Selain tas yang biasa digunakannya, Emi bahkan membawa kantong plastik
yang berisi handuk dan pakaian ganti Alas Ramus. Dari hal ini, bisa terlihat
kalau Emi dam Alas Ramus sudah bersiap-siap memasuki pemandian bersama-
sama.

Karena Chiho dan Suzuno sudah memperkirakan kalau Emi akan datang saat
kegiatan bersih-bersih tadi, mungkin para wanita ini awalnya memang sudah
berencana untuk pergi bersama.

Tapi menanyakan hal ini akan membuat Maou menjadi terlalu tidak peka.

"Hey, Urushihara, kita sudah sampai! Berdiri yang benar, kau selalu saja
merepotkan orang lain, gezzz..."

"Ah... Aku masih merasa pusing."

Urushihara yang mengalami gejala serangan panas rupanya sudah sedikit


mereda, dia saat ini berjalan dengan gemetar mengikuti gerombolan orang itu
dengan bantuan Ashiya.

Meskipun Urushihara hampir tidak melakukan pekerjaan apapun, itu masih


akan merepotkan kalau dia mati di kamar ketika semua orang sedang pergi
mandi. Kalau dia mengisi kembali cairan tubuhnya dan mandi di air yang
dingin, dia seharusnya bisa cepat pulih.

"Huuh, aku tidak tahu apa yang kalian semua rencanakan, tapi ingat,
bertindaklah dengan disertai alasan."

Ketika Maou mengingatkan Emi dan yang lainnya dan hendak mengeluarkan
kupon pengembalian dari peralatan mandinya.....

"Kau benar-benar santai ya!"


Dia mendengar Emi menggumamkan hal tersebut.

Maou secara refleks menoleh, tapi orang yang mengatakan hal itu bersikap
seperti tidak mendengar apa-apa, dan bahkan tidak melihat ke arah Maou.

"Apa papa tidak ikut mandi bersama?"

Di sisi lain, sampai saat ini tak ada yang tahu apa yang terjadi pada Alas Ramus,
dia melihat melewati pundak Emi dan memberikan tatapan antusias kepada
Maou.

"Eh?"

"Hah?"

Menanggapi hal itu, Emi dan Maou mengeluarkan suara bingung di saat yang
bersamaan.

"Papa dan mama, apa akan pergi ke kamar mandi yang berbeda?"

"""Eh???"""

Pertanyaan yang bisa disebut terlalu polos di antara pertanyaan yang paling
polos ini, membuat semua orang membeku.

"Uh, itu, Alas Ramus. Alas Ramus harus ikut dengan mama dan para gadis
lainnya..."

Maou yang akhirnya pulih kembali, menjawab dengan senyum kaku dan suara
yang lembut,

"Yeah! Papa juga!"

Tapi Alas Ramus masih tidak mau menyerah.

"Etooo, Alas Ramus-chan, papa dan mama tidak bisa mandi bersama, okay?"

Chiho mencoba membujuk menggantikan tempat Emi yang saat ini masih
mematung di tempat.
"Tapi, saat aku di sini, aku mandi bersama dengan papa! Alsiel dan Lucifer
juga ada di sana!"

Alas Ramus dengan keras kepala menolak untuk mundur.

"Alas Ramus, pria dan wanita dewasa itu harus masuk ke dalam kamar mandi
yang berbeda. Jangan membuat masalah untuk papa dan mama, okay?"

Bahkan Suzuno juga ikut mencoba membujuk dan membimbing Alas Ramus,
namun Alas Ramus masih cemberut dan menggumam,

"Mandi..... dengan papa....."

Dia bahkan menundukkan kepalanya dan terlihat bisa menangis kapan saja.

".....apa kau pernah membawa Alas Ramus ke sini sebelumnya?"

Emi akhirnya membuka mulutnya dan menanyakan hal tersebut kepada Maou.

"Yeah, ketika Alas Ramus masih tinggal bersama kami.... karena di sini, kita
bisa memilih antara air hangat dan air panas."

Sebelum bergabung dengan pedang suci Emi, dalam periode waktu yang
singkat ketika Alas Ramus tinggal di Kastil Iblis, Maou dan yang lainnya
pernah membawanya ke Sasa no Yu.

Meskipun Maou adalah orang yang membawa Alas Ramus ikut bersamanya,
tapi ketika dia sibuk bekerja, Ashiya juga diminta untuk membawanya. Karena
mereka terkadang juga meminta Suzuno, Alas Ramus seharusnya sudah
memiliki kesan terhadap pemandian pria dan wanita.

"Alas Ramus-chan pasti ingin mandi bersama Maou-san setelah sekian lama,
ya kan?"

Chiho melihat ke arah Alas Ramus yang mengerucutkan bibirnya dengan mata
yang basah akibat air mata, Emi juga ikut menghela napas karena hal ini,

"Apa benar begitu?"


"... Uu."

Alas Ramus mengusap matanya dan mengangguk.

"Ne, Alas Ramus."

"Bersama.... dengan papa!"

Maou menggunakan nada yang lebih lembut lagi untuk menghentikan air mata
gadis itu yang hampir tumpah.

"Apa kau biasanya mandi dengan mama?"

".... Uu."

"Kalau begitu, untuk hari ini, cobalah mentolerir untuk tidak mandi bersama
mama dan gantian mandi dengan papa, okay?"

"Bersama dengan papa?"

"....."

Agar bisa menatap mata Alas Ramus, Maou pun berlutut, sementara Emi, dia
hanya diam mengernyit menyaksikan adegan itu.

"Setelah pindah ke rumah mama, apa kau belajar untuk membasuh tubuhmu
sendiri?"

"Uu... Un, aku juga bisa mandi sendiri."

"Begitu ya, itu sangat hebat. Lalu bagaimana dengan membersihkan


rambutmu?"

"Aku tidak tahu."

Gadis itu menjawab dengan jujur. Rambut Alas Ramus memang sangat
panjang, jadi seharusnya butuh waktu yang lumayan lama sebelum dia belajar
membersihkan rambutnya sendiri, Maou pun menyentuh kepala Alas Ramus
dan mengatakan,
"Kalau begitu, ayo kita berlatih secara diam-diam dan beri mama kejutan."

".... Uu, berlatih, bersama!?"

Setelah Alas Ramus yang akhirnya menghentikan air matanya mengatakan hal
tersebut, dia memiringkan kepalanya dan melihat ke arah Emi dengan sikap
malu-malu.

"Ini rahasia, okay?"

"....."

"Jangan tunjukan ekspresi itu. Percayalah, apapun alasannya, aku juga pernah
membantunya mandi selama beberapa waktu."

Kalimat tersebut diarahkan kepada Emi.

"Tidak ada gunanya terus memikirkan anak kecil yang sedang menangis, iya
kan? Bukankah kau memiliki hal lain yang ingin kau lakukan nanti? Kalau
begitu, selama kalian para gadis sibuk, seharusnya tidak masalah bagiku untuk
mengurusi Alas Ramus, kan?"

"...."

Emi menatap mata Maou dan Alas Ramus secara bergantian. Sementara
Suzuno dan Chiho, mereka menyaksikan adegan ini dengan cemas dari
belakang.

".... Di tempat seperti ini, ini bukan seperti aku tidak mempercayaimu...."

"Hah?"

Emi terlihat memelototi Maou ketika dia sedang berbicara, tapi Maou tidak
bisa mendengar dengan jelas apa yang Emi gumamkan.

Emi melihat tangan Maou yang terulur ke arahnya dengan sebuah kernyitan.

"Mama, boleh?"
Dan kemudian Emi mengangkat bahunya seakan-akan menyerah karena
kalimat tersebut.

"Jangan tatap aku dengan tatapan seperti itu, serius...."

Membuat Alas Ramus bersedih bukanlah maksud Emi.

"... Kalau begitu, aku serahkan padamu!"

"Eh?"

"Eh?"

"Eh?"

"Eh?"

"Eh?"

".... Eh?"

Semua orang selain Emi, termasuk Maou yang menawarkan diri untuk
mengurusi Alas Ramus, mengeluarkan suara kebingungan, bahkan Emi sendiri
pun juga ikut menjadi bingung karena mendengar kelima suara kebingungan
yang berurutan tersebut.

"A-ada apa dengan kalian semua....."

Meski dia sangat bingung, Emi tetap menyerahkan Alas Ramus kepada Maou
yang mematung dengan tangan yang terulur.

"Bersama dengan papa!!"

"...."

"Papa?"

"Emi, kau....."

"Apa?"
Sambil menggunakan satu tangannya untuk memeluk Alas Ramus, Maou
dengan sengaja mengulurkan tangan satunya ke arah dahi Emi.

"Hey!!"

"Ah!"

Kali ini bukan hanya Emi, bahkan Chiho yang melihat kejadian itu dari
samping pun ikut berteriak.

"Kau bilang kalau kau akan menyerahkannya padaku, bukankah itu terlalu
jujur? Apa kau terkena demam?"

"Ma-mana mungkin! Jangan sentuh aku, okay?"

Emi tanpa ampun menyingkirkan tangan Maou, hanya dari hal itu, dia terlihat
tidak ada bedanya dari biasanya.

"Su Su Su Su Suzuno-san, apa kau melihatnya?"

"Aku melihatnya. Jelas sekali."

Chiho dan Suzuno masih berdiri berdekatan dan membicarakan hal tersebut
satu sama lain di belakang.

"Emilia sialan.... Kau tidak merencanakan sesuatu yang buruk kan?"

"...."

Ashiya dan Urushihara juga merasa terkejut karena sikap Emi.

Tapi hal ini sudah bisa diperkirakan, jika itu adalah Emi beberapa waktu yang
lalu, dia bahkan tidak akan mengizinkan Maou menyentuhnya.

Meskipun sampai sekarang, kedua orang yang seharusnya menjadi musuh itu
bisa dengan santai pergi ke pemandian bersama, memang sulit untuk
membayangkan kalau mereka akan saling menyerang satu sama lain berkaitan
dengan urusan hidup dan mati. Lagipula, Emi tidak hanya mengatakan "aku
serahkan padamu" kepada Maou, dia bahkan tidak bereaksi sebelum disentuh
oleh Maou, hal ini bisa dikatakan sebagai situasi yang tidak pernah terjadi
sebelumnya.

Maou juga menyadari suasana yang aneh sedang terjadi di sekitarnya.

Maou ingat ketika dia membantu Emi merawat luka-lukanya, dia juga
langsung ditolak.

"Ad-ada apa dengan kalian semua... apa aku bersikap aneh?"

Ini bukan lagi masalah apa yang aneh.

Tidak hanya itu, Emi juga menggunakan kata 'kalian semua' ketika dia
berbicara, dari sudut pandang Chiho, itu adalah situasi yang mengejutkan.

Sampai sekarang, bahkan ketika Emi tidak punya pilihan lain selain bekerja
sama dengan Maou dan yang lainnya agar bisa mengatasi situasi, dia pasti tidak
mengikutsertakan Maou, Ashiya, dan Urushihara sebagai seseorang yang
berkaitan dengannya, yang berarti dia tidak menganggap mereka sebagai
'kalian semua'.

Bagi Emi, 'kami' merujuk pada Suzuno sekaligus manusia di Ente Isla dan
Jepang, sementara untuk Maou dan para iblis sekaligus para malaikat yang
melawannya, mereka akan dikategorikan sebagai 'mereka' di sisi yang
berlainan.

"Itu tidak aneh sama sekali."

"Chiho-dono?"

Chiho menjawab dengan sebuah senyum hangat kepada Emi yang terlihat
sangat aneh tidak peduli bagaimanapun kau melihatnya, hal itu membuat
Suzuno kembali terkejut.

"Maou-san, maafkan aku, Yusa-san dan aku masih harus mengurusi beberapa
hal. Selama periode waktu tersebut, kami harus merepotkanmu untuk
mengurusi Alas Ramus."
"Ye-yeah.... se-serahkan padaku?"

Karena alasan yang tak diketahui, Maou malah menjawab dengan sebuah
pertanyaan.

"Kalau begitu Alas Ramus-chan, sampai jumpa."

"Sampai jumpa!"

Chiho melambaikan tangannya ke arah Alas Ramus, dan gadis kecil itu
mengangkat tangan kecilnya untuk menjawab.

Maou yang secara refleks juga melambaikan tangannya bersamaan dengan


Alas Ramus, menyaksikan gerombolan gadis yang terlihat agak aneh itu,
menghilang masuk ke dalam pemandian wanita.

Ketika pintunya sudah terkunci, Maou dan Ashiya hanya bisa saling menatap
satu sama lain.

"Apa-apaan itu tadi?"

"Inilah yang disebut hantu juga bisa terkena kolera dan bahkan orang paling
sehatpun juga bisa sakit."

"Ashiya, kalimat barusan seharusnya tidak digunakan seperti itu, kan? Huuh,
tapi berkaitan dengan kemungkinan terkena demam, mungkin itu juga bisa
dianggap benar."

Meskipun masih pucat, Urushihara yang nampak sudah pulih ke keadaan


biasanya, tetap menegur Ashiya.

".... Jangan bilang kalau dia masih terganggu oleh insiden sebelumnya?"

Maou menggumam dengan suara pelan.

Insiden tersebut merujuk pada insiden di awal bulan Agustus yang disebabkan
oleh dua malaikat yang memanfaatkan gelombang televisi, pada waktu
itu, Emi nampak menemukan sebuah kebenaran yang berhubungan erat
dengan alasannya menjadi Pahlawan dari mulut Malaikat Agung Gabriel.

Ayah Emi, yang Emi pikir telah mati dalam invasi Pasukan Iblis, sebenarnya
masih hidup. Bagi Emi yang menyebut Maou sebagai pembunuh ayahnya,
perasaannya pasti sangat rumit.

Meskipun Maou tidak memiliki kewajiban untuk mengkhawatirkan Emi


karena masalah demikian, dia tetap merasa penasaran apakah Chiho
memberitahu Emi tentang kebenaran yang dia ketahui setelahnya.

Selama insiden itu, Chiho tiba-tiba menerima sebuah kekuatan dari pihak
ketiga yang tidak ingin menunjukkan wajahnya, dia juga bertugas
menyampaikan sebuah pesan yang ditinggalkan untuk Maou dan Emi.

Chiho sendiri tidak mengatakan apakah dia sudah menyampaikan pesan


tersebut kepada Emi atau belum, dan Emi tidak mungkin akan mengambil
inisiatif untuk mengatakannya, oleh sebab itu, Maou dengan sengaja tidak
menanyakannya.

Tapi dari perubahan sikap Emi, mungkin alasannya adalah berasal dari insiden
itu.

"Meski begitu, sikapnya kepada kita sama sekali tidak melembut."

Karena Ashiya juga ada di sana pada saat itu, dia kurang lebih pasti tahu
maksud dari 'insiden sebelumnya' yang Maou katakan.

"... Eh, jika benar-benar ada sesuatu yang tidak beres, aku akan mencari Chi-
chan untuk meminta konfirmasinya nanti."

Setelah Maou menyerahkan voucher dan membayar biaya masuk Alas Ramus
kepada bos wanita dari Sasa no Yu yang pada tahun ini sudah berusia lebih
dari 80 tahun di kasir, yaitu Madam Murata Fu, Maou pun berjalan menuju
kamar ganti untuk pemandian pria.

"Maou-kun."
"Hm? Madam Fu, ada apa?"

Madam Fu yang biasanya tidak terlalu banyak bicara, tiba-tiba memulai sebuah
percakapan dengan Maou dari belakang.

"Apa itu istrimu?"

Madam Fu memberikan isyarat ke arah pemandian wanita dengan dagunya.


Maou menggelengkan kepalanya dengan sebuah senyum kecut dan menjawab,

"Meskipun dia adalah ibu anak ini, tapi dia bukan istriku."

".....Hm, itu bagus-bagus saja selama banyak anak muda bisa tersenyum
gembira."

Tidak diketahui apa yang Madam Fu pikirkan, tapi setelah itu dia tidak
berbicara apa-apa lagi, dan menutup matanya seolah sedang mendengarkan
sebuah program siaran yang dimainkan di belakang kasir.

Madam Fu terkadang juga berbicara kepada orang lain, tapi kebanyakan dari
mereka kurang lebih adalah topik semacam tadi.

Maou sekali lagi menggendong Alas Ramus dan berbicara dengan antusias,

"Baiklah Alas Ramus! Ayo kita pergi mandi!"

"Oh!"

"Ah~ aku benar-benar pusing, jangan berteriak terlalu keras."

"Urushihara, kau sebaiknya tidak berendam di dalam pemandian yang panas,


atau itu akan sangat merepotkan kalau kita pulang nanti."

Sang ayah, sang anak, dan sang pelayan utama yang terlihat tidak memiliki
banyak kekhawatiran, memasuki pemandian pria dengan sikap yang begitu
santai.
XxxxX

"Wah! Jangan bilang kalau kita ini rombongan pelanggan pertama?"

Ketika mereka memasuki kamar ganti yang ternyata lebih besar dibandingkan
apa yang terlihat dari luar, Chiho bersorak karena tak ada satu orang pun yang
terlihat.

"Benar sekali. Lagipula, tidak banyak orang yang akan berpikir untuk mandi
di tengah-tengah hari seperti ini. Ini benar-benar sempurna buat kita."

Suzuno mengambil tumpukan keranjang baju dengan gerakan yang lihai dan
dengan cepat menciptakan sebuah ruang di dalam lemari baju.

"Meskipun tidak ada siapapun di sini, tapi apa akan baik-baik saja di bagian
pria sebelah sana?"

Emi menunjuk ke arah dinding yang menghadap ke pemandian pria dan


menanyakan hal tersebut kepada Suzuno yang terlihat begitu santai.

"Seharusnya takkan ada masalah. Meskipun kita perlu memutuskannya


berdasarkan kondisi Chiho-dono, tapi semuanya akan baik-baik saja selama
kita bertindak sesuai dengan situasi. Lagipula...."

Suzuno melihat ke arah Chiho dengan sebuah senyum kecut.

"Karena ini ada hubungannya dengan Chiho-dono, mustahil untuk terus


menyembunyikannya dari Raja Iblis dan yang lainnya. Oleh sebab itu, kita buat
fakta yang sesuai terlebih dahulu dan biarkan mereka memastikan hal-hal
tersebut sesudahnya, hal itu tidak akan terlalu merepotkan. Mereka juga bukan
idiot, dan pasti mereka bisa memahaminya setelah bicara baik-baik."

Meski Emi menanyakannya dengan sikap yang agak serius, Suzuno nampak
tidak terlalu mengkhawatirkannya dan segera mulai melepas kimononya.

"Er, erhm... Suzuno-san, Yusa-san, mohon bantuannya untuk hari ini!"


Entah kenapa Chiho membungkuk dengan gugup.

Padahal mereka datang ke pemandian untuk menghilangkan penat setelah


bekerja, tapi kenapa dia menjadi begitu gugup?

Setelah Chiho melihat kedua orang itu dengan tatapan yang begitu serius, dia
berdiri di sebelah Suzuno dan juga mulai berganti pakaian.

Di posisi Emi, karena Chiho sudah menunjukkan sikap hormat seperti itu,
bukanlah hal yang bagus baginya jika dia terus mengambil tindakan defensif.

"..... mereka bisa mengerti setelah bicara baik-baik ya...."

Emi tiba-tiba menatap tangan kanannya, yang dia gunakan untuk


menggendong Alas Ramus sampai beberapa saat yang lalu,

"Rasanya, aku terlihat seperti orang bodoh..."

".... Erhm, Yusa-san?"

Chiho menghentikan kegiatan melepas seragam olahraganya dan menatap Emi


dengan cemas.

"A-apa ini tidak masalah...?"

Kemudian dia menanyakan pertanyaan tersebut.

Emi segera menggelengkan kepalanya dan mengatakan,

"Maafkan aku, bukan seperti itu, ini adalah masalahku. Jika aku tidak
menyetujuinya, maka aku tidak akan datang ke sini, dan tidak akan membawa
benda ini juga."

Emi dengan cepat menyembunyikan ekspresi cemasnya, bermaksud menjawab


dengan ceria dan mengambil sesuatu dari dalam tasnya.

Dari penampilannya, benda itu terlihat seperti botol kecil berisi minuman
energi yang bisa dilihat di mana-mana.
Tapi produk yang ada di dalamnya adalah sesuatu yang secara logika tidak ada
di bumi.

"Chiho, ini adalah sumber kekuatan kami di Jepang, Holy Vitamin Beta."

Chiho menggenggam botol kecil yang Emi serahkan padanya dan mengangguk
dengan serius.

"Karena kau ingin belajar, Bell dan aku akan menganggapnya serius, tak
masalah kalau seperti ini kan?"

"Ya!"

Chiho menjawabnya dengan begitu bersemangat.

"Kita tidak tahu apa yang Bell rencanakan di pemandian seperti ini, tapi kita
tetap akan memulai latihan mantra untuk Chiho."

Penyebab dari hal ini bisa ditelusuri di hari setelah Gabriel dan Raguel mundur,
sekaligus hari sebelum Chiho pulang dari rumah sakit.

Di hari itu, Emi menjenguk Chiho setelah pulang bekerja.

Meskipun berbagai tes menunjukkan kalau tubuh Chiho sangat sehat, dari
sudut pandang orang Jepang, Chiho itu jatuh pingsan tanpa sebab.

"Aku merasa kalau hal ini benar-benar terlalu berlebihan."

"Setiap pasien yang dirawat di rumah sakit pasti selalu mengatakan hal itu.
Apapun alasannya, pada akhirnya kau masih memaksakan diri, jadi kau
sebaiknya beristirahat dengan patuh."

Emi dengan tegas menasehati Chiho yang merasa tidak puas karena tidak bisa
segera pulang.

Kekuatan yang Chiho tunjukan di Docodemo Tower, Tokyo Skytree, dan


Tokyo Tower, bukanlah sesuatu yang bisa dia dapatkan dalam waktu sehari
semalam tidak peduli bagaimanapun kau melihatnya.
Meskipun Emi memiliki segunung pertanyaan untuk Chiho mengenai masalah
ini, Chiho hanya bisa memberikan penjelasan yang sama seperti ketika dia
menjawab Maou.

Dengan kata lain, itu adalah hal-hal mengenai bagaimana dia menerima
kekuatan itu, apa yang dia bicarakan dengan orang itu, dan apa yang dia
lakukan sebelum bertemu dengan Emi.

Dan untuk orang yang meminjami Chiho kekuatan itu....

"Pada akhirnya, aku masih tidak tahu apa-apa...."

Chiho mendongakkan kepalanya melihat Emi dari ranjangnya dengan rasa


bersalah, namun Emi hanya menggelengkan kepalanya, dan berkata;

"Tidak, aku sangat berterima kasih. Informasi ini adalah referensi yang bagus."

".... Be-begitukah? Ah, orang itu juga meninggalkan pesan untuk Yusa-san.....
atau paling tidak, itu adalah sesuatu yang harus kusampaikan padamu."

"Kenapa rasanya itu sangat tidak jelas, dan apa juga maksudnya dengan harus
disampaikan padaku?"

"Itu.... karena ada hal lain yang ada hubungannya dengan Maou-san."

Chiho mulai berbicara tentang ingatan yang ada di otaknya, ingatan yang
sebenarnya bukan miliknya, dan itu adalah ingatan tentang Maou ketika dia
masih muda....

"Begitulah, rasanya seperti aku harus menyampaikannya pada Yusa-san..."

... dan masih ada sisa-sisa ingatan lainnya.

"Aku juga melihat seorang pria dengan perawakan yang besar. Orang itu
memiliki jenggot, dan dia mengikat rambutnya yang tidak terlalu panjang ke
belakang, dia berpakaian seperti petani Eropa di abad pertengahan, selain itu
matanya sangat kecil dan terlihat seperti orang yang baik. Meskipun aku tidak
tahu lokasinya, tapi dari sana dapat terlihat padi keemasan yang terlihat
berkilau di bawah sinar matahari..."

"!!!"

Jantung Emi berdegup kencang.

"E, erhm.. itu seharusnya bukan padi, tapi gandum, iya kan? Padi akan
menunduk ketika waktunya panen, tapi gandum biasanya akan
mempertahankan posisi tegaknya."

"Mungkin seperti itu. Tapi latar belakangnya sedikit buram... Paman itu
memegang pedang dan menatapku... atau setidaknya, dia menghadap ke
arahku dan berbicara."

"Eh? Pedang?"

Detak jantung Emi mulai menggila karena rasa gelisah.

"Pedang? Apa itu benar?"

"Yeah, benar sekali."

Meskipun Chiho menjadi bingung karena tidak tahu apa yang Emi khawatirkan,
dia tetap melanjutkan...

"Tapi... hanya ada itu saja. Hanya itu saja gambaran yang ada di ingatanku,
setelah itu dia...."

Kata Chiho kepada Emi yang terlihat kesulitan menyembunyikan rasa kecewa
di wajahnya karena kurangnya informasi.

"Acies Ara."

"... apa?"

"Acies Ara. Orang itu hanya berkata demikian."


"Acies Ara? Acies... Apa itu bahasa pusat perdagangan? Aku akan
menanyakannya pada Bell nanti."

Emi mempercayakan pelafalan yang tidak biasa itu pada ingatannya.

"Kurasa hanya itu saja yang harus kusampaikan pada Yusa-san.... meskipun
aku adalah orang yang mengatakannya, tapi aku tidak tahu apa maksudnya..."

Emi menatap Chiho yang gelisah sambil sedikit berpikir.

Meskipun sulit untuk memastikan karena Chiho tidak melihat langsung wanita
bergaun putih yang ada di Tokyo Big Egg Town, tapi ada 8 dari 10
kemungkinan kalau ini adalah orang yang sama.

Memang tidak diketahui apa yang orang itu rencanakan dengan


menyembunyikan identitasnya, tapi menyerahkan fragmen Yesod kepada
Chiho, mengendalikan sihir suci dalam jumlah yang besar, mengabaikan
Urushihara dan malah menentang Gabriel dan Raguel, dan bahkan
mempercayakan ingatan tentang seorang pria dengan latar belakang ladang
gandum kepada Chiho, hanya ada satu orang yang bisa melakukan semua itu.

"Terima kasih karena telah memberitahuku semua ini, mereka semua adalah
referensi yang amat berharga."

Emi mencoba menunjukkan sebuah senyum... 'mencoba' menunjukkan sebuah


senyum.

".... Etooo... Yusa-san?"

"Hm? Ada apa?"

Mendengar panggilan Chiho, Emi awalnya ingin menunjukkan senyum yang


lebih ceria, tapi Chiho malah menyusut ketakutan karena alasan yang tak
diketahui.

"A-apa kau marah?"

"Eh?"
"Uh, itu, maafkan aku. Aku juga sudah meminta maaf kepada Maou-san,
karena telah masuk ke medan pertempuran tanpa menjalani latihan apapun,
erhm, itu pasti menyebabkan banyak masalah kepada kalian, tapi, bagaimana
aku mengatakannya ya, aku minta maaf karena membuat kalian semua
khawatir, er...."

Berkaca-kaca, Chiho dengan panik terus meminta maaf. Emi pun secara refleks
meletakkan tangan di atas dahinya.

".... Apa aku memperlihatkan semuanya?"

"Kau pasti marah!!"

Ketika Chiho mendengar Emi mengatakan hal tersebut, dia malah menjadi
semakin takut.

"Maafkan aku. Tapi, aku tidak marah pada Chiho."

"....Eh??"

Emi yang akhirnya pulih ke ekspresi normalnya, setelah menenangkan Chiho,


dia pun menghela napas dalam-dalam.

"Meski ini dianggap cara yang kasar di Jepang, tapi tidak seperti bagaimana
aku muncul, aku sungguh berpikir kalau seorang anak itu harus menunjukkan
hormat kepada orang tua mereka. Dalam beberapa tingkatan, mereka harus
melakukan hal seperti itu tanpa keberatan sedikitpun."

"Uh, yeah, kurasa itu sedikit beralasan...."

"Ini bukan hanya karena si orang tua membantu si anak menyiapkan makanan,
menyediakan rumah yang aman, atau memberikan pendidikan pada anak
mereka. Kurasa semakin tua seseorang, semakin mereka bisa menghargai
betapa berharganya orang tua mereka dari dalam hati."

"Y-yeah..."
Karena Chiho tidak tahu apa yang ingin Emi ungkapkan. dia hanya bisa terus
menerus mengangguk.

"....Tapi... tidakkah kau berpikir kalau segala sesuatu itu memiliki batasan?"

"A-apa maksudnya itu...."

Emi memperlihatkan sebuah senyum suram. Meski itu adalah senyum yang
cantik, tapi itu benar-benar membuat Chiho ketakutan.

"Tidak ada yang tahu di mana dia berkeliaran, menyebarkan masalah di mana-
mana, menyerahkan pemberesan kekacauan kepada orang lain, menakuti
teman anaknya, meninggalkan rumor-rumor yang tidak berguna, tidak
mengatakan apa yang benar-benar penting, dan pada akhirnya terus
menyebabkan masalah untuk orang-orang dari dunia lain.... aku benar-benar
sudah muak."

"Yu-Yusa-san, tolong, tolong pelankan suaramu...."

Tak diketahui apa yang terjadi pada Pahlawan dari dunia lain tersebut, tapi dia
saat ini memegangi kepalanya menggunakan kedua tangan dan
menggelengkan kepalanya dengan kasar, dan Chiho yang mencoba
menenangkan Emi, berbicara untuk mengingatkan Emi agar dia
memperhatikan sekitarnya.

"... kenapa... meskipun dia terus mengawasi kami, kenapa dia tidak datang
menemuiku...."

Namun setelah mendengar kata-kata itu dari Emi yang berjongkok sambil
memegangi kepalanya, Chiho seketika membeku. Itu karena isi kalimat
tersebut benar-benar menunjukkan kesepian yang mendalam.

".... Maafkan aku, aku terlalu berlebihan tadi."

"... Tidak..... Erhm."


Chiho yang tidak tahu bagaimana harus menjawab, menundukkan kepalanya
dengan canggung.

"Maafkan aku, seharusnya aku tidak berteriak-teriak padamu mengenai


masalah ini."

Emi menghembuskan napas dalam-dalam mencoba menenangkan dirinya, dan


mengambil kantong kertas yang ada di sebelah kakinya.

"Ini, hadiah kunjungan. Tapi karena Alas Ramus yang memilihnya, jadi itu
mungkin tidak terlalu cocok."

Dari dalam kantong kertas itu, Emi mengeluarkan salad Senbei yang mereka
beli dari sebuah toko hidangan pencuci mulut. Melihat hal ini, ekspresi Chiho
pun menjadi sedikit tenang. Ngomong-ngomong, meskipun Alas Ramus terus
menerus bangun di dalam pikiran Emi ketika dia sedang bekerja, tapi saat ini
dia sedang tidur siang, jadi saat ini dia sedang bergabung dengan Emi.

"Tapi terima kasih, berkat Chiho, aku bisa memahami banyak hal. Ditambah
lagi kau terlihat bersemangat, jadi aku bisa sedikit tenang sekarang."

Emi mengganti topik pembicaraan, dan Chiho yang memeluk kantong berisi
salad Senbei tersebut, menganggukkan kepalanya perlahan.

"Erhm, Yusa-san!"

"Hm?"

"Kali ini, aku benar-benar minta maaf, karena telah melakukan hal-hal yang
begitu sembrono...."

"Tidak apa-apa. Lagipula, Chiho tidak hanya selamat, bahkan kau sangat
membantu..."

Ketika Emi melihat Chiho yang terus-terusan meminta maaf untuk sesuatu
yang sudah berlalu, dan hendak memberitahu dia agar tidak terlalu
memikirkannya....
"Itu dia!"

....dia tiba-tiba terpaku ketakutan karena nada bicara Chiho menjadi semakin
kuat.

"Meskipun kali ini aku selamat, tapi jika nantinya terjadi sesuatu lagi, sulit
menjamin kalau takkan ada korban yang jatuh."

"A-apa yang coba kau katakan?"

Emi merasa tidak enak dengan suasana yang menakutkan ini, sementara Chiho
berbicara sambil melihat cincin yang ada di tangan kirinya.

"Saat ini, kekuatan itu sudah sepenuhnya menghilang. Jika aku melompat dari
jendela rumah sakit sekarang, aku mungkin akan mati. Lagipula, ini di lantai
tiga."

Meski bukan ini masalahnya, Emi memutuskan untuk terus diam


mendengarkan.

"Itu... apakah itu disebut sihir suci? Maou-san memberitahuku sebelumnya


kalau aku mengalami reaksi keracunan sihir karena aku tidak memiliki
kapasitas yang cukup besar, jadi kekuatan itu tidak akan menjadi milikku,
kekuatan itu adalah sesuatu yang orang lain pinjamkan padaku sementara."

Perasaan tidak enak Emi menjadi semakin buruk.

"Bagaimapaun, karena Gabriel-san dan Raguel-dan sudah mengambil tindakan


semacam itu, dalam keadaan seperti ini, jika sesuatu kembali terjadi, aku takut
kalau itu bukan lagi masalah yang bisa diselesaikan dengan memberitahuku
untuk tidak mendekat ke apartemen Maou-san...."

"Stop! Stop! Tunggu, tunggu dulu! Aku tahu kalau kau akan mengatakan
sesuatu seperti ini!"

Emi menekan pelipisnya dengan menggunakan tangannya, dan berseru,


"Biar kutebak apa yang ingin kau katakan selanjutnya! apakah itu 'tolong ajari
aku mantra yang bisa kugunakan untuk melindungi diri'?"

"Eh? K-kenapa?"

Mata Chiho terbelalak kaget seperti seseorang yang kelakuannya terbongkar,


namun bagi Emi, tidaklah sulit untuk menebak apa yang ada di pikiran Chiho.

"Chiho, kau tadi mengatakannya sendiri kan? Kekuatan itu adalah kekuatan
pinjaman, dan bukan kekuatan yang bisa kau gunakan sendiri. Jika kau
menganggap mantra sebagai sihir yang mudah, itu akan sangat menyusahkan.
Entah itu mantra pertahanan atau pertarungan, pelatihan dalam waktu yang
lama untuk teknik, jiwa, dan tubuh harus dilakukan, itu adalah teknik yang bisa
mengundang bahaya."

Untuk meyakinkan Chiho yang pandai berbicara, satu-satunya cara adalah


menyerangnya terlebih dahulu. Emi kemudian berbicara dengan lantang.

"Karena ayahmu adalah seorang polisi, kau seharusnya juga sudah mengerti
kan? Jika seorang murid SMA tiba-tiba diberi pistol, lupakan tentang bertarung,
kau bahkan tidak akan bisa melindungi dirimu sendiri. Hal itu sama saja
meskipun kau memiliki pengetahuan untuk menggunakan pistol. Di dalam
sebuah 'pertarungan', pasti akan ada situasi di mana musuh, tanpa batasan
apapun, akan menggunakan segala macam cara untuk mengakhiri hidupmu,
dan mereka tidak akan bisa dihentikan dengan menggunakan kata-kata,
bisakah kau membayangkan situasi semacam itu?"

"....Tapi....."

Menghadapi nada bicara Emi yang tegas, Chiho hanya bisa diam menatap balik
Emi.

"Memang sulit untuk membayangkan hal ini hanya dengan pengetahuan umum
orang Jepang, di 'medan pertarungan' yang 'tidak diketahui apa yang akan
terjadi' apapun bisa terjadi. Jika Chiho kuizinkan mempelajari mantra, itu sama
seperti membiarkanmu pergi ke ladang ranjau dengan hanya bermodalkan
pistol. Dengan begitu, orang yang bertarung di sana, pasti akan melihat pistol
itu sebagai 'senjata' dan menganggap Chiho sebagai 'musuh', mereka akan
menyerangmu dengan niat membunuh dan tidak akan melunak sama sekali."

Emi yang mengatakan semua itu sekaligus, mengambil jeda sebentar.

"Entah itu Surga, Dunia Iblis, ataupun Ente Isla, mereka masih menganggap
Chiho sebagai 'orang yang terkait'. Bahkan Gabriel dan Raguel tidak merasa
kalau apa yang terjadi di Tokyo Tower adalah kekuatan yang muncul dari
dirimu sendiri. Akan tetapi, jika kau membawa 'senjata'mu dan muncul di
'medan pertarungan', semua orang akan menganggapmu sebagai 'musuh yang
harus disingkirkan'. Di saat seperti itu, bahkan situasi di mana penyelamat akan
datang pun, tidak akan terjadi."

Setelah Emi menyelesaikan perkataannya, dia mengalihkan pandangannya ke


sebelah ranjang Chiho.

Terletak di sana adalah sebuah kantong kertas yang berisi kebutuhan Chiho
yang dibawa oleh ibunya, Riho, ada sebuah catatan di atasnya yang bertuliskan
'aku akan mengurus baju gantinya secara terpisah'.

"Ibumu benar-benar khawatir denganmu. Meskipun fakta bahwa kau dianggap


sebagai 'orang yang terkait' sudah tidak bisa diubah lagi, tapi kami tidak ingin
membuat orang lain memiliki kebencian terhadapmu. Oh, pada poin ini, kurasa
Raja Iblis juga memiliki pendapat yang sama denganku."

Emi dengan sengaja menggunakan nama Maou, dia berencana


memanfaatkannya untuk meyakinkan Chiho.

Akan tetapi, ketika Chiho yang pada awalnya menundukkan kepalanya,


kembali memiringkan kepalanya dengan tekad yang berbeda di matanya.

"Terima kasih. Memang benar seperti itu. Tapi kali ini, akhirnya aku
menemukan sesuatu yang sebaiknya kulakukan!"

"Eh?"
Meski pada awalnya Emi bermaksud menasehati Chiho, tapi sepertinya Chiho
malah memikirkan sesuatu yang berbeda dikarenakan kata-kata Emi.

"Ayah juga sering bilang begitu sebelumnya. Dia bilang kalau metode
pencegahan tindak kriminal atau penjelasan tentang kemampuan pertahanan
diri yang diterbitkan di majalah-majalah, hanyalah omong kosong untuk orang
yang tidak terlatih sebelumnya, sia-sia, dan hanya akan membahayakan orang
lain. Maksud Yusa-san adalah ini kan?"

"Uh... yeah, benar sekali. Meskipun skalanya sedikit berbeda, tapi itulah yang
kumaksud."

Emi merasa gelisah karena tidak tahu apa yang ingin Chiho sampaikan.

"Tapi, aku masih merasa, kalau memungkinkan, aku ingin bisa menggunakan
mantra seperti Yusa-san dan yang lainnya."

"Soal itu, seperti yang kubilang...."

"Ketika aku diculik oleh Sariel-san, Suzuno-san mengambil HPku."

"Eh?"

Emi sedikit panik karena topik pembicaraannya beralih ke arah yang tidak
terduga.

"Tapi aku tidak terluka ataupun menghadapi bahaya yang mengancam nyawa
karena hal tersebut. Itu karena aku bukanlah 'musuh' melainkan hanya 'orang
yang terkait' kan?"

"M-mungkin. Sariel nampaknya juga memikirkan banyak hal-hal licik....."

Karena Emi juga diculik pada waktu itu, dia tidak bisa berbicara banyak.

"Pada waktu itu, untungnya, karena ada Urushihara-san, Maou-san bisa datang
dan menyelamatkan kita. Tapi jika nanti seseorang seperti Gabriel-san mencuri
kesempatan ketika Yusa-san, Suzuno-san, dan Maou-san tidak ada dan
menculikku, dan HPku juga diambil, maka semua orang tidak akan memiliki
cara untuk mengetahui lokasiku."

"..... yeah, benar sekali."

Chiho mengepalkan tangannya dan berbicara,

"Ayah selalu memberitahuku, jika aku merasakan tanda-tanda tindak kriminal,


aku tidak boleh berpikir untuk menanganinya sendiri, melainkan menelepon
polisi tanpa ragu-ragu."

"Menelepon... polisi...?"

Emi dengan sengaja mengulangi kata-kata yang Chiho ucapkan.

"Nah.... jika aku terseret ke dalam masalah Ente Isla, yang tanda-tandanya bisa
kurasakan, aku tidak akan berpikir untuk menyelesaikannya sendiri. Jadi....."

Chiho memantapkan ekspresinya dan menatap lurus ke arah mata Emi.

"Agar bisa menghubungi Yusa-san dan Maou-san dengan cepat tidak peduli
apa yang terjadi, tolong ajari aku kemampuan yang bisa memungkinkan
komunikasi antara orang-orang dari dunia yang berbeda..... yaitu 'Idea Link'!"

"Id-Idea Link?"

"Benar sekali!"

Akibatnya....

"Di-di mana kau mendengar nama mantra itu?"

"Dulu, saat insiden aneh pertama kali terjadi, bukankah Alberto-san pernah
menyebutkannya di depan kamar Maou-san?"

....Emi tidak bisa meyakinkan Chiho sama sekali.

"Uh..."
Chiho ingin mempelajari Idea Link demi keselamatan satu sama lain, dan Emi
tidak dapat memikirkan cara yang bisa membuat Chiho menyerah.

Jadi Emi memutuskan untuk memberikan jawabannya nanti, dan dalam


perjalanan pulang, dia mengambil jalan memutar menuju rumah Suzuno untuk
berdiskusi. Berkaitan dengan Chiho yang ingin mempelajari mantra, Suzuno
tentu saja menentangnya, tapi ketika memikirkan alasan 'menghubungi' orang
lain dalam keadaan darurat, hal itu terdengar sangat persuasif bagi mereka
berdua.

Kamar nomor 202 di Villa Rosa Sasazuka, dihinggapi keheningan yang berat
karena hal tersebut.

"Sebelumnya, Raja Iblis pernah mengatakan hal ini kepadaku, karena kita tidak
ingin manusia di Jepang terlibat ke dalam masalah Ente Isla, kenapa kita tidak
menghapus ingatan Chiho-dono?"

"Apa maksudnya itu.... Kalau itu dilakukan, bukankah itu....."

Emi tiba-tiba ingat konflik yang dia miliki dengan Chiho ketika Suzuno
pertama kali datang ke dunia ini.

Mempertimbangkan keselamatan Chiho, Suzuno pada awalnya berencana


menghapus ingatannya, dan untuk melindungi Chiho yang tidak ingin
melupakan Maou dan yang lainnya, Emi mengatakan ini sebelumnya....

"Entah melihat pengorbanan sebagai bentuk kejahatan yang perlu dilakukan,


atau mengabaikan air mata seorang teman, itu adalah hal yang sama, aku tidak
bertarung demi kedamaian semacam itu!"

Mungkin karena mengingat hal yang sama, Suzuno menunjukkan sebuah


senyum kecut yang terlihat malu-malu.

"Jika kita hanya memikirkan keselamatan seseorang, kita seharusnya sudah


menghapus ingatan Chiho-dono, menghancurkan Kastil Iblis, dan kemudian
kembali ke Ente Isla. Tapi Emilia dan aku tidak memilih melakukan hal ini.
Meskipun kita memiliki berbagai alasan, tapi salah satu faktor utamanya
adalah karena kita melihat Chiho-dono sebagai seorang teman yang bisa kita
ajak bicara secara terang-terangan."

Mendengar kata-kata Suzuno, Emi mengangguk setuju.

"Apakah memang kita.... yang berharap kalau dia bisa tetap seperti ini?"

"Benar. Dan untuk melindungi teman itu, kita memiliki kewajiban untuk
mencari serangan balasan yang diperlukan."

Mengatakan hal tersebut, Suzuno berdiri dan mengambil botol berisi Holy
Vitamin Beta dari dalam kulkas.

"Meskipun ini adalah keegoisanku sendiri...."

Suzuno tersenyum sambil menggenggam botol dingin itu.

".... tapi aku benar-benar senang melihat perasaan Chiho-dono."

".... Itu benar."

Emi, seolah-olah terpengaruh, perlahan juga memperlihatkan sebuah senyum.

Ketika Chiho mendengar kalau Emi mengizinkannya untuk menjalani latihan


mantra setelah keluar dari rumah sakit, dia menunjukkan sebuah senyum yang
mirip seperti bunga dan terus menerus berterima kasih kepada Emi, hal itu
menyebabkan Emi menjadi gugup.

Setelah itu mereka memilih tanggal di mana Emi dan Suzuno memiliki waktu
luang, yang mana itu adalah hari ini, sebagai hari pertama Chiho latihan. Untuk
lebih spesifik lagi, membersihkan halaman belakang itu seperti pengganti
biaya latihan pertama Chiho.

"Kalau begitu Chiho-dono, sebelum berganti baju, ayo kita mulai dengan
menyuntikkan sihir suci ke dalam tubuhmu!"
Suzuno yang melihat ke arah Holy Vitamin Beta, setelah mengikatkan kembali
talinya yang terlepas, dia mempersilakan Chiho duduk di kursi yang ada di
ruang ganti.

Suzuno membuka tutup botol Holy Vitamin Beta dan menyerahkannya kepada
Chiho, kemudian dia memegang tangan Chiho yang satunya dan
menyentuhkan telapak tangannya.

"Dengar, ketika kau meminumnya, lakukan sedikit demi sedikit dengan tetap
membiarkannya ada di mulutmu. Berhentilah ketika kau merasakan sesuatu
yang tidak beres."

"Ba-baik....."

Meski dia adalah orang yang memintanya, tapi Chiho masih merasa gugup
karena harus berinteraksi dengan sebuah kekuatan yang tidak diketahui.

Suzuno menggenggam tangan Chiho, dan menggunakan mantra 'Sonar' untuk


memeriksa kondisi tubuh gadis itu. Chiho pun mengisi sihir suci dengan
meminum Holy Vitamin Beta dalam sedikit tegukan untuk menghindari
berlebihnya jumlah yang bisa ditampung oleh tubuhnya.

Setelah mengisi sihir suci hingga mencapai batas kapasitas tubuhnya, Chiho
akhirnya memulai latihan mantra. Makna dari nama 'Idea Link' adalah
menyelaraskan pemikiran antara dua atau lebih perapal agar bisa
berkomunikasi jarak jauh, sebuah mantra yang digunakan untuk mencegah
miskomunikasi antara orang yang menggunakan bahasa yang berbeda.

Meskipun sekarang mereka bisa menggunakan bahasa Jepang dengan lancar,


ketika Maou dan Emi pertama kali datang ke Jepang, mereka juga
menggunakan Idea Link, hal itu membuat target yang mereka ajak berbicara
memiliki kesan kalau mereka sedang berbicara menggunakan bahasa Jepang.

Dan alasan yang membuat Chiho terlibat dalam rencana para malaikat itu dan
dibawa ke rumah sakit, adalah fakta bahwa rekan Emi, yaitu Alberto pernah
menggunakan Idea Link jarak jauh.
Jika Chiho bisa mempelajari Idea Link, saat dia terlibat dalam masalah Ente
Isla dan kehilangan HPnya sehingga tidak bisa menghubungi Maou, Emi,
ataupun Suzuno, hal ini bisa dianggap sebagai tindakan pencegahan.

"Dari fakta bahwa tidak ada orang di bumi yang bisa menggunakan mantra ini,
pada dasarnya kapasitas Chiho-dono juga tidak bisa disebut besar. Tolong
jangan minum terlalu banyak!"

".... Tapi ketika Chiho ada di Tokyo Tower, dia bisa menggunakan kekuatan
yang sangat kuat, kenapa hal itu bisa terjadi?"

Emi bertanya sambil mengawasi mereka berdua. Meskipun Chiho juga tidak
mengerti, Suzuno menjawabnya seolah-olah itu adalah hal yang sangat jelas.

"Prinsipnya seharusnya sama seperti apa yang kulakukan sekarang. Saat ini, di
dalam tubuh Chiho-dono, selain sihir suci yang baru saja diisi tadi, masih
terdapat sonar yang tercipta dari sihir suci yang berasal dari tubuhku dan terus
mengalir. Tapi pada akhirnya itu adalah sihir suciku, dan tidak bisa bercampur
dengan kapasitas asli yang ada di tubuh Chiho-dono."

Suzuno memegang tangan Chiho, melihat ke arah sesuatu yang tersemat di jari
tangan Chiho yang sedang memegang botol Holy Vitamin Beta, dan
menggumam,

"Pada kenyataannya, si perapal itu menggunakan benda ini sebagai perantara,


dan menganggap Chiho-dono sebagai jalur agar sihir sucinya bisa terus
mengalir. Untuk lebih jelasnya, bisa dikatakan kalau pada waktu itu, Chiho-
dono digunakan sebagai bagian tubuh dari si perapal."

Berkaitan dengan analisis Suzuno, wajah Emi dan Chiho menunduk karena
alasan yang berbeda.

"Apa-apaan orang itu menganggap tubuh orang lain sebagai...."

Emi mengeluh kepada seseorang yang saat ini tidak ada.

"Jadi, aku memang dikendalikan oleh seseorang...."


Chiho menekan bibirnya karena mengingat bahaya berinteraksi dengan
kekuatan yang tidak diketahui.

"Huuh, tapi baguslah tubuhmu tidak digunakan untuk sesuatu yang buruk, hal
itu malah bisa disebut sebagai berkah dalam samaran... Oh, Chiho-dono,
sebaiknya kau berhenti, jangan minum lagi!"

Suzuno menghentikan tangan Chiho.

"Kau baru minum sedikit ya. Kira-kira baru sepertiga dari botol ini."

Emi terlihat agak terkejut melihat botol yang Chiho letakkan di meja.

Suzuno melihat botol tersebut sambil terus memegangi tangan Chiho selama
beberapa saat, dan mengatakan,

"Dengan kata lain, ini artinya konsentrasi sihir suci yang ada di dalam Holy
Vitamin Beta tidak terlalu tinggi. Bahkan meminum satu botol penuh pun tidak
bisa memulihkan kekuatan penuh Emilia, iya kan?"

"Yeah, benar sekali...."

Meski begitu, Emeralda masih dengan tegas mengingatkan Emi agar tidak
minum lebih dari 2 botol dalam sehari. Awalnya, Emi berpikir kalau dia
meminum lebih dari dua botol, itu akan melebihi batas kapasitas yang dia
miliki.

"Bagaimanapun, ini tetap saja sebuah obat, benar? Ini adalah sesuatu yang bisa
memulihkan secara alami, ya kan? Kurasa itu sama saja dengan pemberitahuan
untuk menjaga keseimbangan nutrisi yang ada di suplemen gizi."

".... Begitu ya."

Anehnya, kata-kata Chiho sangat meyakinkan, dan Emi pun mengangguk


setuju.

Bagaimanapun juga, pembuatan Holy Vitamin Beta adalah mengambil sesuatu


yang bisa diperoleh secara alami dan dengan paksa mengkonsentrasikannya ke
dalam bentuk yang bisa disimpan. Jika jumlah asupannya salah, itu akan
menyebabkan masalah pada porsi yang pada awalnya sudah diperoleh.

"Bagus, sepertinya kondisi di dalam tubuhmu stabil. Chiho-dono, apa kau


merasa tidak nyaman?".

Ditanyai oleh Suzuno yang akhirnya melepaskan tangannya, Chiho


menundukkan kepalanya, melihat tangan dan tubuhnya, dan menjawab...

"Tidak, tidak ada yang terasa aneh."

"Kupikir juga begitu. Bagaimanapun, persiapan dasar untuk menggunakan


mantra dengan begini telah selesai. Kalau begitu, sekarang, ayo kita masuk ke
pemandian terlebih dahulu."

Suzuno mengatakan hal tersebut dengan penuh motivasi.

"B-baik!"

Chiho meluruskan punggungnya dan membungkuk ke arah Suzuno dan Emi.

"M-mohon bantuannya!!"

Kedua orang itu saling menatap satu sama lain karena reaksi jujur Chiho.

Sampai saat ini, Emi tidak tahu apa kaitannya antara latihan mantra dengan
mandi, tapi Suzuno, apapun alasannya adalah seorang Penyelidik kelas atas,
dia pasti memiliki pertimbangannya sendiri dalam melakukan hal ini. Karena
Chiho sudah menjadi sangat termotivasi, Emi tentu saja tidak ingin
merusaknya.

"Jadi apa yang harus kita lakukan selanjutnya? Jangan katakan kalau kita harus
menjalani kelas dasarnya di pemandian?"

"Pada akhirnya, kita tidak bisa terus mengadakan kelas dasar di sini. Dan
meskipun ini bukan berarti aku tidak mempercayai Chiho-dono, jika kita
mengajarkan kelas-kelasnya terlebih dahulu, sulit untuk menjamin kalau dia
tidak akan menggunakan mantra lain selain Idea Link secara kebetulan, kita
seharusnya menggunakan lebih banyak waktu untuk melatih kemampuan dasar
dan fokus pada aspek keselamatan dalam memulai mantra."

"I-itu terasa sulit, aku merasa tidak tenang!"

Sekali lagi, nada bicara Chiho menjadi lebih kaku dibandingkan sebelumnya.
Emi meletakkan tangannya di punggung Chiho dan menasehatinya dengan
ramah..

"Kau tidak perlu gugup. Sejak awal, hal yang paling penting adalah santai.
Itulah kenapa Bell memilih untuk berlatih di pemandian."

"Benar sekali. Oke, sangat jarang kita bisa menjadi orang pertama yang
berendam di pemandian di siang hari begini, jadi ayo kita hilangkan kepenatan
kita setelah bekerja terlebih dahulu."

"Baiklah!"

Mendengar saran Emi dan Suzuno, Chiho yang kegugupannya sedikit mereda
pun menjawab dengan begitu semangat, dan setelah dia meraih ujung T-
shirtnya....

Beberapa menit kemudian,

"......."

"Erhm, Yusa-san, Suzuno-san?"

Emi dan Suzuno terduduk di depan pancuran, mereka membasuh tubuh dan
rambut mereka dengan ekspresi kosong di wajah mereka, sementara itu Chiho
menyaksikan keduanya dengan gelisah, sikapnya belum berubah sejak mereka
berganti baju.

Kepala shower terpasang di atas pancuran dan permukaannya yang mengkilap


terus menyemprotkan air panas, sementara itu, Emi dan Suzuno
menyembunyikan air mata mereka dengan menundukkan kepala sambil
merasa depresi.
"Meskipun aku sudah memikirkannya ketika kita berada di hotel Choshi.....
tapi kehidupan macam apa yang harus dijalani agar bisa menjadi seperti itu?"

"Er, erhmm..."

"Logikanya, kalau hanya dari nutrisi, kita seharusnya tidak kalah.... sebenarnya
apa alasan...."

"A-aku...."

"Tidak. Pikirkan lagi Bell. Ketika dalam pertarungan, itu, pasti sangat
mengganggu."

"It-itu benar. Karena dia bukan seorang petarung, maka mau bagaimana lagi...
ya mau... bagaimana lagi."

Lalu, di pemandian luas yang tidak ada orang lain selain mereka bertiga....

"".....Huuh......""

Sebuah helaan napas berat bisa terdengar.

Chiho yang terlebih dulu selesai membersihkan rambutnya karena memiliki


rambut yang paling pendek, merasa tidak bisa pergi begitu saja dan bertanya
kepada kedua orang itu dengan gelisah.

"E-etoo.. boleh aku tahu apa yang terjadi?"

Menghadapi pertanyaan polos tersebut, Emi dan Suzuno tidak bisa merasa iri
ataupun mengejek Chiho. Kedua orang yang rambutnya masih ditutupi shampo
itu, menoleh ke arah Chiho dan berbicara secara bersamaan...
""Sentuh dadamu dan renungkan!!""

"Eh?"

Chiho yang sama sekali tidak mengerti, terlihat panik.

Melihat ekspresi panik Chiho yang manis karena tidak memahami alasan di
balik helaan napas Emi dan Suzuno, si Pahlawan dan Penyelidik dari dunia lain
itu mulai merenungkan tindakan mereka beberapa detik yang lalu.
Bagaimanapun, itu bukan salah Chiho.

"..... Terdorong oleh kecemburuan, meskipun aku adalah seorang Penyelidik,


ini sungguh amat memalukan..."

"Bahkan tidak mengizinkan orang lain untuk merasa iri... Chiho... benar-benar
anak yang menakutkan..."

Beberapa saat terlewati dalam diam, setelah semua orang selesai


membersihkan tubuh mereka...

"Baiklah Chiho-dono, ayo kita mulai latihannya!"

Penyelidik yang belum dewasa secara mental itu, dengan santai mengatur
kembali posturnya.

"Ah? Eh? Baiklah, eh?"

"Tidak apa-apa Chiho, tidak ada yang perlu dikhawatirkan."

Emi, dengan senyum yang seolah sudah mengetahui semuanya, menghibur


Chiho yang berkaca-kaca.

Emi dan Suzuno, keduanya menggunakan handuk untuk mengikat rambut


panjang mereka, tapi meskipun mereka sudah memasuki pemandian dan
membersihkan rambut mereka, Chiho menyadari kalau Suzuno masih
memegang aksesorisnya yang biasa dia gunakan di tangannya. Bukankah
benda itu akan rusak oleh kelembaban jika seperti ini?
"Nah Chiho-dono, tolong pergi ke shower di sebelah sana dan letakkan kepala
showernya di atasmu."

"Ba-baiklah!"

Kepala shower yang ada di pojok pemandian dan yang ada di luar adalah
shower yang berbeda, shower yang ada di dalam adalah shower normal dengan
selang, setelah Suzuno meletakkan kepala shower di atas mereka, dia meminta
Chiho untuk berdiri di bawahnya.

"Kenapa kita menggunakan shower?"

Emi yang menyaksikan mereka berdua, bertanya dengan santai, sementara


Suzuno langsung menjawabnya dengan sebuah jawaban yang sederhana.

"Ketika berbicara soal latihan, tentu saja itu adalah latihan di bawah air terjun,
iya kan?"

""......Eh?""

Chiho dan Emi langsung menghentikan kegiatan mereka.

XxxxX

Whoosh whoosh whoosh.....

Chiho, diam tidak bergerak dengan mata tertutup, saat ini terus merasa kaget
karena air panas yang menghujani kepalanya, dia pun mulai mencurigai arah
pengajaran Suzuno.

Mengenai hal itu, Emi juga merasakan hal yang sama, berendam di dalam air
hangat yang ada di depan shower, dia melihat ke arah Suzuno dengan tatapan
curiga.
Suzuno memiliki sebuah kecenderungan, dia terkadang salah paham terhadap
budaya Jepang dengan cara yang berlebihan dan menanggapinya dengan
begitu serius.

Namun, karena Chiho pernah melihat latihan di bawah air terjun yang ada di
televisi ketika dia masih kecil dulu, dan punya pengalaman meniru serta
memainkannya di pemandian, perasaannya kini menjadi begitu rumit.

Suzuno tidak menyalakan showernya dengan kekuatan maksimal, melainkan


hanya meningkatkan aliran airnya hingga tetesan besar air panas bisa jatuh ke
kepala Chiho, oleh sebab itu, tak ada perasaan seperti disemprot dengan air
panas.

Seolah semakin menguatkan kecurigaan Chiho, dari arah pemandian pria...

"Alas Ramus! Latihan, kita akan mulai latihan!"

"Maou-sama! Air dari shower itu sangat panas! Kalau kau ingin meniru air
terjun, gunakan yang ada di sana!"

Suara khawatir Ashiya yang menghentikan Maou bisa terdengar, hal ini
membuat Chiho semakin bingung dengan apa yang sebenarnya dia lakukan.

Kali ini, Suzuno tiba-tiba berbicara,

"Tolong dengarkan aku. Chiho-dono, apa kau percaya diri dengan kemampuan
fisikmu?"

"Setidaknya ya secara rata-rata..... lagipula aku juga ikut klub olahraga."

Menghadapi pertanyaan tiba-tiba itu, Chiho terus menutup matanya dan


menjawab sambil berhati-hati agar air panas tidak masuk ke dalam mulutnya.

"Meski orang yang bisa menggunakan mantra juga disebut ahli sihir di Ente
Isla, namun mantra di sana memiliki perbedaan mendasar dengan apa yang
dunia ini sebut 'sihir'. Tidak hanya di Jepang, kupikir di bumi ini pemikiran
kalau 'penyihir = seorang manusia yang kurang dalam hal kekuatan' adalah
pemikiran yang paling umum."

"..... Itu benar, meskipun aku jarang memainkannya, tapi di dalam game,
karakter penyihir biasanya tidak akan menggunakan senjata untuk menyerang
secara langsung.... woah!"

Chiho terlihat sedikit panik karena air panas yang mengalir dari kepalanya
masuk ke dalam mulutnya.

"Ahli sihir tidak seperti itu. Orang yang kuat secara fisik dan yang tidak,
meskipun mereka menggunakan mantra yang sama, orang yang kuat pasti akan
memiliki efek mantra yang lebih kuat, dan jangkauan mereka juga akan lebih
lebar. Di dalam dunia yang memiliki mantra, tidak peduli betapa berbakatnya
mereka, tidak akan ada situasi di mana ahli sihir anak-anak lebih kuat
dibandingkan ahli sihir dewasa."

"Bell, jangan katakan kalau kau menonton film barat kemarin?"

Emi ingat kalau Suzuno sudah membeli sebuah LCD televisi bersama dengan
Maou.

Kemarin malam jam 9, episode pertama dari seri film penyihir yang sangat
terkenal di luar negeri ditayangkan di televisi.

"Itu karena orang-orang di kamar sebelah menontonnya dengan sangat berisik,


jadi aku penasaran apa yang membuat mereka begitu berisik, dan akhirnya, aku
kebetulan menontonnya sampai selesai, membuatku sedikit kesiangan pagi
ini."

Chiho memberikan sebuah senyum kecut dengan mata yang tertutup.


Meskipun tak ada seorangpun yang tahu, tapi Maou sebenarnya sangat
menyukai film.

"Di sisi lain, kabar dari ahli sihir tua yang tiba-tiba sekarat karena terus
menggunakan mantra hingga tubuh mereka tidak bisa menahan bebannya
adalah hal yang biasa. Usia untuk menggunakan mantra dengan kekuatan
penuh tanpa penguat adalah mulai dari 15 tahun ke atas, dan setelah itu,
meskipun mereka menggunakannya secara konservatif dan terus menerus
berlatih, mereka hanya bisa terus melakukannya paling tua sampai usia 40
tahun."

"Ra-rasanya seperti atlet olahraga...."

"Ya, jika seseorang berusia lebih dari 50 tahun dan masih bisa merapal mantra
tanpa sebuah penguat, mereka sudah berada di tingkatan manusia super.
Meskipun Emilia dan Chiho tidak memiliki kesan baik terhadap nama ini, tapi
di catatan kami, Olba-sama yang hampir mendekati usia 60 tahun dan masih
bisa mempertahankan kekuatan penuh dari sihir suci dan mantranya, dianggap
sudah berada di tingkatan monster."

"Huuh.... dia bahkan bisa bertarung melawan wujud iblis Alsiel dengan tangan
kosong."

Emi yang bangkit dari air, memikirkan kembali pertarungan yang terjadi antara
Olba dan Ashiya yang terjadi di bawah tol yang rusak.

Meski begitu, bagi Olba yang menyebabkan masalah di Jepang, alasanya


menggunakan pistol, mungkin karena dia mempertimbangkan usianya dan
tidak ingin gegabah dalam menggunakan sihir suci.

"Pada kenyataannya, meskipun mereka sudah berumur, tapi mereka yang


dipanggil 'Enam Uskup Agung' adalah orang-orang seperti itu. Pada dasarnya
mereka adalah pengecualian. Seperti yang Chiho-dono katakan, ini mirip
seperti atlet olahraga. Anggap saja kekuatan yang diperlukan untuk
menggunakan sihir suci adalah rasio kemampuan fisik dan kekuatan otot.
Adapun alasannya..... Emilia, setelah menyerap sihir suci, di mana itu akan
tersimpan?"

Emi menjawabnya dengan sederhana,

"Itu ada di jantung."

"Eh?"
Chiho yang awalnya berpikir kalau seluruh tubuhlah yang akan mencakup
kekuatan itu, menjadi terkejut karena Emi tiba-tiba menyebutkan sebuah organ
normal.

"Prinsipnya sederhana. Darah yang bercampur dengan oksigen di paru-paru


akan mengalir ke seluruh tubuh, dan yang membantu sirkulasi darah tersebut
adalah jantung kan? Ketika menggunakan mantra, apa yang diperlukan
bukanlah seluruh tubuh, melainkan pengedaran sihir suci ke berbagai tempat.
Untuk lebih jelasnya, katakan saja tujuan sihir suci mengalir adalah jantung.
Dengan begini kau bisa memahami kenapa aku bilang kalau mantra itu
berkaitan erat dengan kekuatan fisik, iya kan? Jadi...."

Suzuno melanjutkan perkataannya,

"Secara ekstrim, ketika sejumlah sihir suci sudah menyebar ke seluruh tubuh,
meskipun jantung yang menjadi tujuannya terluka, selama sihir suci yang
didistribusikan ke seluruh tubuh itu bisa kembali ke jantung, secara teori,
menghidupkan kembali jantung ini sangatlah memungkinkan."

Tentu saja, selain bertarung, sulit untuk membayangkan situasi lain yang bisa
menyebabkan jantung terluka, dan normalnya, di saat seperti itu, mustahil
mereka masih memiliki sihir suci dalam jumlah yang besar, meski begitu,
Chiho tetap terkejut dan tidak bisa berkata apa-apa mendengar contoh yang
ekstrim ini.

"Karena itulah, sihir suci juga sudah mulai bersirkulasi di dalam tubuh Chiho-
dono melalui darah. Meskipun jumlahnya tidak banyak, selain menggunakan
mantra, sihir suci juga bisa berkurang melalui metabolisme tubuh. Aku tidak
dapat menyadari poin ini karena kau bisa mendapatkannya secara alami di Ente
Isla, aku baru menyadari hal ini setelah datang ke Jepang. Karena hal ini....."

Suzuno menggunakan tangannya untuk menyentuh telapak tangannya sendiri.

"Kalau kapasitas sihir suci seseorang cukup tinggi, secara keseluruhan, kilau
dan kekenyalan kulit akan menjadi lebih bagus."
"Eh?"

Kali ini, bahkan Emi pun juga menjadi begitu terkejut.

"J-jadi..... wah!! Jadi itu alasannya Suzuno-san memiliki kulit cantik seperti itu
meskipun tanpa make up...?"

Chiho yang lupa akan air panas yang mengalir di kepalanya, membuka
matanya karena terkejut, kemudian dia dengan cepat menutup matanya
kembali.

"Tentu saja, aku juga tidak lupa memakan makanan yang seimbang,
mengontrol konsumsi makanan dan snack, senam dalam jumlah yang cukup,
dan tidur serta bangun lebih awal setiap hari."

""......""

Menghadapi Suzuno yang mengatakannya dengan begitu santai, tanpa tahu


apakah itu memang sikap Suzuno atau sebuah ejekan, gadis SMA yang
menyukai berbagai makanan manis, sering begadang, dan sering memakan
makanan siap saji atau makan di luar karena sibuk, tidak bisa menjawab apa-
apa.

"T-tapi akhir-akhir ini, di depan Alas Ramus, aku mencoba menyiapkan


makanan dengan benar...."

Tidak ada yang tahu apa yang Emi khawatirkan, dia menyentuh punggung
tangannya dengan ekspresi tegang dan mulai berbicara sendiri. Mungkin dia
tidak sadar kalau kondisi kulitnya sama dengan Suzuno.

"Adapun alasan kenapa metabolisme Emilia tidak terlalu banyak berubah,


mungkin karena Alas Ramus, kau tahu?"

Mendengar Emi yang berbicara sendiri, Suzuno menanggapinya dengan serius.

"Bukankah Alas Ramus sudah bergabung dengan Emilia? Karena Logam


Surgawi yang menciptakan pedang suci sudah tidak bisa dipisahkan lagi dari
Emilia, maka tidak perlu dibantah lagi kalau pengisian kembali sihir suci Alas
Ramus juga dilakukan oleh Emilia."

"Nah karena kau mengatakannya... nampaknya aku memang mudah lapar


akhir-akhir ini."

"Yusa-san, bukankah itu terlalu aneh?"

Karena wajah Emilia menjadi sedikit murung, Suzuno kembali ke topik awal.

"Kesimpulannya, kekuatan tubuh itu sebanding dengan kekuatan mantra. Dan


poin penting yang ingin aku ungkapkan adalah, menggunakan mantra itu
sangat melelahkan."

"Be-begitu ya."

Meski dia merasakan banyak hal yang tidak perlu sebelum mencapai
kesimpulan ini, tapi Chiho tetap menerimanya.

"Kau mungkin melihat Emilia dan aku dengan mudah menggunakan sihir suci
semau kami, hal itu terjadi karena kami memiliki kekuatan fisik yang cukup
untuk menyokong kami dari belakang. Karena metabolisme yang disebabkan
oleh sihir suci yang bersirkulasi ke seluruh tubuh bisa meningkatkan
kemampuan penyembuhan, jadi meskipun Chiho-dono dan kami memperoleh
luka yang sama, pergerakan kami tidak akan terbatasi seperti Chiho-dono."

"Ja-jadi, meskipun sebuah peluru mengenai bahumu atau tanganmu tertebas


oleh pedang, dan masih bisa bertarung, itu karena......"

"Jika kami mengalami kondisi seperti itu, tetap saja itu akan menyakitkan.
Bagian ini tidak seperti di film-film."

Setidaknya di depan Chiho, Emi dan yang lainnya tidak pernah mengalami
pertarungan yang membuat mereka memperoleh luka semacam itu.

"Singkatnya, kelelahan ketika kau belum terbiasa mengendalikan sihir suci itu
lebih dari apa yang kau bayangkan. Pertama kau harus melatih bagaimana cara
mengaktifkan sihir suci, lalu bagaimana merapal mantra, dan terakhir
bagaimana cara menggunakan sihir suci dengan cara yang lebih efektif....
Baiklah, seharusnya kau sudah cukup lama berada di bawah shower.
Selanjutnya, berendamlah di air hangat!"

"B-baik!"

Setelah meninggalkan shower, Chiho yang awalnya ingin mengeringkan


rambut dan menggunakan handuk untuk membungkus tubuhnya....

"Chiho-dono, jangan ikatkan handuk di kepalamu. Setelah sedikit


mengeringkan rambutmu, masuk saja seperti itu."

"Ah, ba-baik!"

Chiho mengeringkan rambutnya, dan melangkah masuk ke dalam pemandian


sambil berhati-hati agar tidak membuat rambutnya kembali basah terkena air.

"Lalu sandarkan kepalamu di sisi pemandian.... nah benar, dan kemudian


tenangkan tubuhmu sampai kau bisa mengapung. Lalu setelah itu, coba
bayangkan sihir suci bersirkulasi ke seluruh tubuhmu, dari kepala sampai
kaki."

Chiho mengikuti instruksi Suzuno dan menyantaikan tubuhnya di air dengan


pengalaman yang dia miliki saat duduk dalam posisi Seiza agar bisa fokus
dalam latihan di klub panahan.

Air hangat membuat kulit Chiho terasa sangat nyaman, dan tubuhnya pun
mengapung secara otomatis.

Dalam proses ini, perasaan yang ditinggalkan oleh air panas yang terus
menghujani kepalanya di shower tadi, membuat Chiho semakin mudah untuk
membayangkan 'atas kepala' yang biasanya sulit untuk dibayangkan.

Alasan kenapa Suzuno meniru air terjun, mungkin untuk tujuan ini. Meskipun
hanya sedikit, Chiho merasa bersalah karena telah mencurigai arah mengajar
Suzuno.
Karena sensasi kekuatan misterius yang ada di dalam tubuhnya, semangat
tinggi yang dia rasakan saat mempelajari sesuatu dari dunia lain, membuat
Chiho tersenyum lembut.

Meskipun motivasinya untuk mempelajari mantra sangat tinggi, tapi Chiho


tetap tidak bisa melawan rasa waspada karena mempelajari sesuatu yang tidak
pernah dia lakukan sebelumnya.

"Hm... Sepertinya ini mengalir dengan lancar."

"Benar, ini tidak berantakan sama sekali, sangat stabil."

Ketika dia mendapatkan kembali akal sehatnya, Chiho sadar kalau Emi dan
Suzuno sudah memegang kedua tangannya. Mereka pasti sedang memeriksa
keadaan di dalam tubuh Chiho.

"Lalu, yang pertama adalah pengaktifan. Pada awalnya, kau tidak mungkin
bisa menggunakan sejumlah sihir suci yang kau perlukan. Singkatnya, gunakan
seluruh kekuatanmu ketika kau merapal mantra, dan ketika kau sudah terbiasa,
kau akan bisa mengurangi kekuatan yang tidak perlu. Berkaitan dengan
sensasinya, Chiho-dono seharusnya bisa mengerti, karena kau ikut klub
olahraga."

Karena ini adalah sebuah kekuatan yang menjadikan kekuatan tubuh sebagai
dasarnya, mengatakan hal tersebut sangatlah beralasan.

"Lalu tarik napas dalam seperti ini. Pertama gunakan hidungmu untuk
menghirup udara secara perlahan, lalu sedikit demi sedikit hembuskan melalui
mulutmu. Dari aktivitas ini, kau akan bisa merasakan udara dan darah
bersirkulasi di dalam tubuhmu."

"Aku mengerti!"

Chiho yang mempertahankan posisinya saat ini, mengambil napas dalam dan
mulai sedikit berkeringat.

"Bagus, nah seperti itu. Chiho-dono, buka matamu dan berdirilah!"


Berdiri mengikuti instruksi Suzuno, sebagian dikarenakan air panas, Chiho
merasa seluruh tubuhnya seperti terasa menghangat.

"Nah Emilia, maafkan aku, tapi bisakah kau mencontohkan mantra yang tidak
memerlukan penguat?"

"Mantra yang tidak membutuhkan penguat? Tapi aku hanya tahu mantra yang
berhubungan dengan Armor Pengusir Kejahatan dan Pedang Suci...."

Emi yang pada awalnya dengan santai menyaksikan latihan itu berlangsung,
berkedip karena topiknya tiba-tiba beralih ke arahnya.

"Er, erhm, maaf, boleh aku tahu penguat itu apa?"

Chiho menyela pemikiran Emi dan bertanya,

"Ohh, maafkan aku. Sebenarnya, itu adalah alat yang dibutuhkan ketika
mengaktifkan mantra. Contohnya, dalam kasusku....."

Suzuno mengambil jepit rambut di pinggir pemandian dan mengayunkannya


ke udara.

"Wah!!"

Aksesoris rambut yang bersinar itu, tiba-tiba berubah menjadi palu raksasa.

Jika orang lain melihat palu besar yang muncul entah dari mana di dalam
pemandian, pasti akan sulit untuk menjelaskannya, Chiho pun mengucurkan
keringat dingin, cemas kalau saja pelanggan lain masuk ke dalam.

"Jika jepit rambut ini digunakan sebagai media, maka mantra bisa diaktifkan
seperti ini. Selebihnya akan aku jelaskan nanti, tapi selama ada penguat... juga
bisa disebut media, itu akan lebih mudah untuk membayangkan ketika
menggunakan sihir suci. Hasilnya, itu juga akan meningkatkan efisiensi sihir
suci. Sementara untuk medianya sendiri, tidak membutuhkan alat khusus
apapun."
Jepit rambut Suzuno memang terlihat sangat bagus, tapi itu bukanlah alat
khusus yang digunakan untuk perapalan mantra, itu adalah sesuatu yang dia
beli ketika belanja tidak lama setelah datang ke Jepang.

"Baiklah, meskipun lebih baik mengaktifkannya bersama dengan Armor


Pengusir Kejahatan....... 'Heavenly Boot!!'"

Sembari berbicara, Emi perlahan mengatakan sesuatu ketika sedang duduk di


tepi pemandian, lalu.....

"Yu-Yusa-san?"

Setelah kaki Emi yang terendam di dalam air tiba-tiba bersinar, Emi pun mulai
melayang sambil mempertahankan posisi duduknya. Dan tak lama, Emi
sepenuhnya meninggalkan air dan melayang di atas pemandian.

Seorang wanita telanjang dengan membawa palu dan seorang wanita telanjang
yang melayang di udara, tiba-tiba muncul di dalam pemandian. Jika seseorang
yang tidak tahu apa-apa melihat hal ini, ini akan menjadi sesuatu yang tidak
bisa dijelaskan hanya dengan alasan fenomena misterius.

"Sebenarnya, ini harus digunakan bersama dengan Armor Pengusir Kejahatan,


makanya ini jadi sedikit kasar, tapi meski begitu ini adalah mantra yang tidak
membutuhkan penguat."

"Y-yeah... Tapi ketika kau bilang kasar... apa maksudmu?"

Di mata Chiho, meskipun dia terkadang melirik ke arah pintu masuk, mantra
Emi sudah secantik sihir-sihir yang muncul di film. Suzuno mendekati Emi
yang melayang, menunjuk ke arah cahaya yang ada di kaki Emi dan
mengatakan,

"Lihatlah pinggiran cahaya ini. Bukankah ini berkobar-kobar seperti api yang
menyala?"

"Ah? Itu benar!"


Chiho mencoba membandingkannya dengan palu raksasa Suzuno.

Meskipun palu raksasa Suzuno juga bisa bersinar, tapi sinarnya tidak berkobar
seperti cahaya yang ada di kaki Emi, melainkan menyala dengan stabil seperti
api yang dihasilkan oleh kompor gas.

"Ini menunjukkan kalau output energinya tidak cukup stabil. Meskipun ini
tidak bisa disamakan dan juga tergantung pada mantranya, tapi jika efek yang
terlihat adalah sama, tidak peduli apapun jenis mantranya, menggunakan
sebuah media tetap akan memberikan efisiensi dan pengaruh yang lebih
tinggi."

"Whew..... menggunakan mantra itu sendiri memang sangat melelahkan!"

Ketika Emi perlahan turun ke pinggir pemandian dan Suzuno juga menyimpan
palu raksasanya, Chiho pun menghela napas lega.

"Nah, sekarang Chiho-dono, pertanyaannya, antara mantra yang dirapal oleh


Emilia dan mantra yang aku rapal.... apa perbedaannya?"

"Apa... perbedaannya??"

Chiho memutar kembali adegan di mana Emi dan Suzuno mengaktifkan


mantra di dalam kepalanya.

".... Mantra Suzuno-san, tidak memiliki nama?"

Jawaban ini, membuat Suzuno mengangkat alisnya takjub.

"Luar biasa sekali kau bisa mengetahuinya dalam sekali lihat. Sebenarnya,
mantra ini, dalam sudut pandang tipenya, memiliki nama yang disebut "Palu
Besi Suci"."

"Tapi kau tidak meneriakkan namanya ketika menggunakannya, iya kan? Itu,
apa itu karena menggunakan penguat?"

"Benar sekali."
Suzuno mengangguk puas.

"Menggunakan mantra sebenarnya bertujuan memenuhi imajinasi seseorang.


Jika kau ingin menggunakan sihir suci untuk mewujudkan harapanmu, maka
memoles pengetahuan tentang pengaktifan sihir suci dan imajinasi, bisa
dikatakan adalah hal yang paling penting. Ini seperti menggunakan tanah liat
untuk membuat patung. Dengan kata lain, ketika menggunakan mantra tanpa
penguat, mengatakan nama mantra atau efeknya, adalah prosedur yang paling
penting untuk memudahkan dalam membayangkan efeknya. Pada
kenyataannya, apakah prosedurnya ada atau tidak, memang menyebabkan
perbedaan yang cukup mengejutkan dalam efek dan efisiensinya."

Setelah mendengar penjelasan itu dan melihat fenomena itu sekali lagi dengan
mata kepalanya sendiri, Chiho semakin mengerti kalau Emi dan Suzuno
memang bukan manusia dari bumi.

"Bagaimanapun, membayangkan konsep pengaktifan sihir suci itu memang


sulit, lagipula dalam realitanya, imajinasi semacam ini jarang dilakukan. Jadi
dibandingkan mempelajari bagaimana cara membuat sihir suci mengalir, akan
lebih baik membiarkannya aktif sendiri, yang mana menjadi cara paling efektif
untuk mengelola sihir suci di dalam tubuhmu. Emilia, maaf, bisakah kau pergi
ke ruang ganti dan menarik perhatian orang yang ada di kasir? Aku akan
membuat barrier di pintu masuk dan jendela atap."

Suzuno mendorong dagunya untuk menunjukkan tujuannya, sementara Emilia


mengangguk dan berdiri dari dalam air.

"E-eh? Kenapa?"

"Meskipun ini adalah proses yang harus dilalui oleh semua orang yang ingin
belajar mantra, tapi jika kita melakukannya di Jepang, orang-orang mungkin
akan memanggil polisi."

Setelah mendengar Emi mengatakan hal menakutkan semacam itu, Chiho


mulai merasa tidak nyaman.
"A-apa yang akan kita lakukan selanjutnya?"

"Gampang, kau hanya perlu berteriak."

"Eh?"

Chiho secara refleks melihat ke arah wajah Emi dan Suzuno.

"Kau bisa meneriakkan apapun. Singkatnya, kau harus berteriak sekencang-


kencangnya."

"Uh... Berteriak.... Di-di sini?"

"Kau harus menggunakan kekuatan di seluruh tubuhmu ketika kau berteriak,


okay? Atau kau tidak akan bisa mengeluarkan sihir suci sama sekali, jadi
ingatlah untuk merilekskan tubuhmu."

"So-soal itu....."

Ketika Chiho memikirkan aksi yang diminta oleh Emi dan Suzuno, Chiho tiba-
tiba merasa malu.

Bagaimanapun juga, ini adalah pemandian. Meskipun tidak ada pelanggan lain
di sini, tapi masih ada wanita tua yang menunggu kasir di ruang tunggu, selain
itu, ada juga Maou dan yang lainnya di pemandian pria.

Seolah-olah merasakan keraguan Chiho, Suzuno berbicara dengan wajah


serius.

"Mengenai efek dari berteriak, entah itu di Ente Isla maupun di Jepang, sudah
terdapat banyak bukti ilmiahnya. Meskipun itu adalah pukulan yang sederhana,
memukul secara diam-diam atau memukul sambil berteriak, memiliki
perbedaan besar dalam segi kekuatan di antara keduanya. Semangat yang
tinggi akan menstimulasi pengaktifan sel, dan membuat orang merasakan
pelepasan mental, oleh sebab itu, berteriak adalah cara yang paling efektif....
tapi...."
Chiho melangkah mundur karena Suzuno tiba-tiba membungkuk
mendekatinya.

"Tidak peduli apapun jenis latihannya, jika berhadapan dengan perasaan


negatif, efek dari latihannya pasti akan berkurang. Jika kau merasa malu kalau
Raja Iblis mendengarmu berteriak dengan keras, itu akan membuatmu sulit
untuk mengaktifkan sihir suci."

Chiho yang pemikirannya bisa dilihat dengan jelas pun tersipu.

"Tapi kalau begitu, ini tidak harus di sini, asalkan kita pergi ke karaoke...."

Suzuno menggelengkan kepalanya menolak keinginan suram yang sama sekali


tidak cocok dengan gaya Chiho.

"Pelepasan mental karena telah berhasil mengalahkan konflik dan rasa malu,
akan selalu berhasil melampaui perasaan normal, dan efeknya bisa terlihat
dalam waktu dekat... terutama di situasi seperti ini di mana Raja Iblis ada di
sebelah."

"Teori ini, meskipun rasanya terdengar rumit, tapi ketika kau salah melangkah,
itu akan menjadi sangat bahaya."

Emi mengernyitkan dahinya ketika menyaksikan Suzuno memojokan Chiho.

Meskipun dia sudah berbicara sejauh ini, wajah Chiho masih saja memerah
dan terlihat seperti ingin menangis, sementara Suzuno hanya bisa
menggelengkan kepalanya dengan acuh tak acuh.

"Serius ini. Memang, tidak membuat keributan di tempat umum adalah salah
satu norma dari orang Jepang, tapi inilah situasi sekarang. Aku akan memberi
contoh terlebih dahulu dan kau ikuti aku."

"Ke-kenapa harus seperti ini..."


Terlebih lagi, selain Maou dan yang lainnya, mungkin juga ada pelanggan lain
di pemandian pria. Tapi meski begitu, Suzuno tetap berteriak ke arah Chiho
yang tidak bisa menyembunyikan kegelisahannya.

"Jawablah dengan lebih keras!!"

"Ba-baik!!"

".... Kalau begitu, supaya orang lain tidak mengganggu kalian, aku akan keluar
dan mengawasi."

Melirik ke arah Suzuno dan Chiho, Emi pun berjalan keluar pemandian dengan
cepat.

"Kita mulai!"

"Ya...!!"

Suzuno yang puas dengan jawaban Chiho, menghirup napas dalam-dalam


dengan intensitas seperti vacuum cleaner.

"Baiklah! Berteriaklah dengan keras!! HAAAAAAAHHHHHHHHHH!!"

"Uwah, ow!"

Urushihara yang membersihkan rambutnya, terkejut karena teriakan tiba-tiba


Suzuno yang berasal dari sisi lain dinding, dan akibatnya, kepala shower yang
ada di tangannya jatuh mengenai jari kakinya yang besar.

"S-su-suara apa itu tadi?"

"Se-serangan musuh?"

Meski begitu, Maou dan Ashiya tidak punya waktu untuk menertawakan
Urushihara.

Karena berada di dalam pemandian yang besar, suara tersebut terus menggema,
suara yang terdengar seperti peluncuran serangan utama dari para Kesatria
manusia itu, membuat para iblis berdiri kaget.
"OOOOOHHHHHHHH!!"

"Wah!"

Setelah itu, entah kenapa, Alas Ramus yang duduk di pangkuan Maou dengan
kepala menunduk sambil membersihkan rambutnya, tiba-tiba juga membuka
matanya yang tertutup rapat, membuka mulut kecilnya, dan berteriak dengan
keras.

Hanya dengan aksi itu, sihir suci yang cukup kuat untuk menghempaskan
Maou, mulai terlepas.

"WAAAHHHHHHHHHHHHHHHH!!"

"??"

Apa yang terdengar selanjutnya adalah teriakan Chiho.

Maou begitu terkejut karena tidak tahu apa yang terjadi, dia mulai khawatir
kalau seandainya Chiho menemui bahaya, dia kemudian menyerahkan Alas
Ramus yang masih dipenuhi dengan sabun kepada Ashiya agar dia bisa
memeriksa situasinya. Tanpa lupa mengikatkan handuk ke sekitar
pinggangnya, Maou berlari ke arah kasir yang berada di luar ruang ganti
dengan kecepatan kilat.

"Hey! Kenapa kau berlarian seperti itu?"

Emi yang sudah selesai mandi dan berganti memakai kaos, memegang tangan
Madam Fu yang ada di kasir sambil menatap tajam ke arah Maou dengan wajah
memerah.

Meskipun orang lain biasanya tidak mengetahui apakah Madam Fu sedang


terjaga atau tertidur, mustahil kalau dia tidak mendengar suara keras semacam
itu. Sepertinya Emi memang menggunakan mantra atau sebuah trik tertentu.

"Eh, Emi? A-apa yang kalian lakukan di sebelah?"


"A-aku sudah berhati-hati agar suaranya tidak bisa terdengar dari luar, jadi
tidak masalah! Untuk lebih amannya, aku juga menidurkan wanita tua yang
ada di kasir ini, jadi tidak akan ada banyak bahaya.... Hey! Handukmu mulai
longgar!!"

Emi yang berusaha keras mengalihkan pandangannya dari Maou, berteriak-


teriak. Dan saat Maou memegangi handuknya, dia juga menyadari suatu hal
lain.

Meskipun ada suara sekeras itu, tapi ketika dia keluar dari ruang ganti, dia tidak
mendengar apa-apa lagi.

"A-apa yang terjadi.... Woah!!"

"HAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!"

Maou yang tidak mengerti apa yang terjadi, ketika dia memasuki pemandian
pria dan menjulurkan kepalanya ke dalam, dia mendengar teriakan itu lagi.
Terkejut, Maou melangkah ke ubin dan terpeleset, dia pun jatuh ke lantai.

"Ma-Maou-sama, apa kau baik-baik saja? A-apa yang Bell lakukan? Membuat
keributan di pemandian begini...."

"UWOOOOOHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!"

Ashiya yang khawatir dengan keadaan fisik Maou, nampak ingin masuk ke
dalam pemandian wanita untuk protes, tapi karena terintimidasi oleh teriakan
Suzuno, dia pun kembali mundur ke belakang, hal berikutnya yang dia lakukan
adalah menginjak sabun yang Urushihara jatuhkan dan terpeleset.

"A-awas!!"

Ketika melihat tubuh besar Ashiya jatuh ke belakang, Urushihara langsung


mengabaikan rasa sakit yang ada di jari kakinya.....

"YIIAAAAAAHHHHH!!"
....dan menangkap Alas Ramus yang berteriak selaras dengan suara teriakan di
pemandian wanita ketika berada di udara.

"Ugoh!!"

Sementara Ashiya, dia jatuh ke lantai, bahkan kepalanya hampir mengenai


dinding.

Ketika Maou memutuskan untuk membantu Ashiya, suara Emi membuka pintu
pemandian pria dapat terdengar dari luar.

"Hey, sesuatu yang sangat berlebihan terdengar dari sini, apa kalian baik-baik
saja?"

"Itulah yang ingin kami katakan! Apa yang Suzuno dan Chi-chan lakukan....."

"WAAAHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!!"

"Apa itu ada hubungannya dengan Alas Ramus....."

"BERTERIAKLAH DENGAN KERAAAAAAAASSSS!!!"

"Emi, cepat jelaskan ini padaku....."

"EH, EH, OOOHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHHH!!"

"YA BEGITUUUUUUUUUUUUUUUUUUUU!!!"

"BERISIIIIIIIIKKKKKKKK!!"

Dengan pertandingan teriakan antara Suzuno dan Chiho yang terus berlanjut,
Maou benar-benar tidak bisa bicara dengan Emi, yang hanya dipisahkan oleh
pintu.

"PAPAAAAAAAAAAAAAAAA!!!"

"Alas Ramus jangan ikut-ikutan!!"


Alas Ramus mengulurkan tangannya ke arah Maou sambil memancarkan sihir
suci.
"Hey, Emi!! Meskipun aku tidak tahu apa yang kalian lakukan, tapi kalau
begini, ini bisa menyebabkan masalah untuk orang lain! Cepat suruh mereka
berhenti!!"

"Aku sudah memasang barrier sehingga pengunjung lain tidak bisa masuk, jadi
tidak ada masalah!!"

"Mana mungkin itu tidak jadi masalah?? Ini sudah mengacaukan bisnis hingga
dua level."

"Aku akan menjelaskannya padamu kalau ini sudah selesai, jadi kau tidak perlu
terlalu mengkhawatirkannya."

"Hey, kau, jangan lari!!"

Emi tidak menjawab pertanyaan itu dan lari menjauh. Maou awalnya berniat
untuk berlari keluar pemandian dan mengejarnya, namun Emi nampaknya
menutup paksa pintunya, dan tidak peduli bagaimana Maou mencoba
membukanya, pintu itu tidak mau bergerak sama sekali.

"SELAMAT DATAAAAAAAAAAAAAAAAAAANGG!!"

"BAIK! AKU JUGA AKAN SENAAAAAAAAAANG!!"

"Menganggap tempat ini seperti penginapan! Apa yang kalian lakukan! Hey!
Emi! Buka pintunya! Cepat buka pintunya!!"

Adegan langka dari Raja Iblis yang dikunci di dalam pemandian oleh tangan
sang Pahlawan sendiri, hanya berlangsung kurang dari lima menit.

Ketika kedua orang itu saling berbicara, dan tak satupun dari mereka mau
mundur....

"WAAAAHHHHHHHHHHHH... AAAHHH??"

Maou mendengar jeritan Chiho di antara dua teriakan yang disengaja, dia pun
langsung merasa gelisah.
"Tidak masalah kalau seseorang menelepon polisi sekarang! Ashiya, pinjam
pundakmu, aku akan masuk ke dalam pemandian wanita dari sini!"

"Te-tenanglah!! Jika sesuatu secara kebetulan terjadi ketika kau masuk ke


pemandian wanita, Maou-sama tidak akan punya muka lagi di masyarakat."

"Kalau Urushihara, seharusnya tidak masalah, pergilah!"

"Aku benar-benar menentang kalimat itu dan cara perlakuan orang lain di
masyarakat sebagai sampah!"

"..... Soal itu, aku sudah membukanya di sini."

Saat ketiga iblis itu melalui konflik tidak berguna tentang siapa yang harus
melompati dinding dan masuk ke pemandian wanita, Emi menyela percakapan
mereka dengan nada frustasi.

Setelah ketiga iblis itu terdiam sebentar, mereka menyadari kalau pertandingan
teriakan antara Chiho dan Suzuno sudah berakhir, dan Alas Ramus yang
dibawa oleh Urushihara juga sudah mulai tenang.

"A-apa yang terjadi?"

Ashiya yang akhirnya berdiri, melihat ke arah dinding yang memisahkan


antara pemandian pria dan wanita.

"Apa kau menyadarinya? Itu hanyalah kekuatan yang kecil, jadi ya mau
bagaimana lagi."

"Ah?"

"Hm? Aneh? Emilia ada di sana, Alas Ramus ada di sini, lalu Bell dan.......
eh?"

Urushihara adalah orang yang pertama kali memahami situasinya.

Dia mengernyit dengan ekspresi dingin di wajahnya, dia melihat ke arah Emi
yang memunggungi pemandian pria.
"Apa yang kalian pikirkan? Jangan lakukan hal-hal semacam itu di situasi yang
sebenarnya. Jangan bilang kalau kau ingin memecah kekuatan bertarung di
garis depan untuk melindungi kekuatan bertarung yang tidak berguna dan
menggali kuburan kalian sendiri? Apa kalian memiliki peluang untuk
melakukannya?"

Meski Urushihara menunjukkan nada tegas yang jarang terdengar, Emi tentu
saja tidak akan membiarkan dirinya dinasehati oleh orang lain.

"Mana mungkin. Dia sendiri juga sudah tahu hal ini!"

Karena Emi sebenarnya juga tidak ingin situasinya berubah menjadi seperti ini,
dia pun memperlihatkan ekspresi gelisah akibat rasa frustasi.

"Tapi untuk jaga-jaga, dia sepertinya ingin memiliki kemampuan


'menghubungi' kau atau aku dalam keadaan darurat!"

"Menghubungi.... Jangan-jangan??"

Maou yang akhirnya mulai memahami situasinya, mendongakkan kepalanya


melihat ke arah dinding yang memisahkan kedua pemandian.

"Gadis itu tahu bagaimana harus bertindak dengan kekuatannya sendiri, dan
tahu apa yang bisa dan tidak bisa dilakukan. Kami mempercayainya. Tapi
alasannya yang paling penting....."

Emi melihat ke arah Maou yang terdiam.

"...... pasti karena dia tidak ingin memberimu masalah yang tidak perlu ketika
dia terseret dalam situasi darurat. Lagipula, entah dia memiliki ingatan tentang
kita atau tidak, dia itu sudah menjadi orang yang terlibat."

Maou sepertinya tidak mendengar apapun yang Emi katakan, dia


mengeringkan tubuhnya, memakai pakaiannya dan tergesa-gesa keluar menuju
tempat beristirahat yang ada di sebelah kasir, Ashiya dan Urushihara juga
mengikutinya dari belakang.
Saat ketiga orang itu bertemu dengan Suzuno yang sedang memegang kipas
yang disediakan oleh pemandian....

"Aku akan menjelaskannya nanti. Tapi Chiho-dono tidak melakukan hal


tersebut dengan gegabah, aku berharap kalian bisa mengerti."

"Ma.... Maou..... san."

Sementara Chiho yang berbaring di bangku sambil terengah-engah,


memperlihatkan wajah yang begitu memerah sampai-sampai rasanya mustahil
untuk mendapatkan udara meskipun sudah keluar dari pemandian.

Maou benar-benar bingung karena dia tidak mengerti apa yang terjadi,
Urushihara yang berdiri di sampingnya, menunjuk tangan Chiho dan berbicara;

"Tidak peduli akan jadi apa situasinya, aku tidak akan peduli, okay?"

Arah yang Urushihara tunjuk dengan ekspresi tidak senang di wajahnya adalah
tangan kiri Chiho yang berada di atas meja.

"Sasaki-san, jangan bilang......."

Ashiya terlihat seperti baru saja melihat sesuatu yang tidak dapat dipercaya dan
tidak bisa mengatakan apa-apa.

Tangan itu, saat ini diselimuti oleh sihir suci yang bersinar keemasan. Dan sihir
suci tersebut berkobar dengan liar seperti api, jelas terlihat kalau Chiho tidak
bisa mengendalikannya.

Tapi itu bukanlah kekuatan tidak realistis yang Chiho tunjukan di Tokyo
Tower sebelumnya, melainkan sihir suci yang Chiho pancarkan dengan
kekuatannya sendiri.

"Ka-karena aku.... tidak ingin merepotkan siapapun dan tidak ingin menjadi
beban untuk semuanya....."

Meskipun saat ini dia masih terengah-engah, Chiho tetap mencoba


menunjukkan senyum terbaiknya dan menoleh ke arah Maou.
"Agar bisa lari kapan saja..... agar Maou-san dan yang lainnya bisa
menyelamatkanku kapan saja..... Suzuno-san, aku berhasil. Berikutnya.... aku
ingin.... menunjukkannya secara resmi."

Bagaimanapun juga, ini adalah batasnya.

Chiho menutup matanya dan terbang memasuki alam mimpi.

"..... Serius ini."

Melihat Chiho yang masih bisa menunjukkan wajah puasnya ketika tertidur
meski sedang kelelahan, Maou meregangkan kepalanya seolah sudah
menyerah.

"Tidakkah kau terlalu mencemaskan kami? Kami ini monster dari dunia lain,
kau tahu? Kau bisa menyerahkan semuanya kepada kami. Lagipula, kamilah
yang membuatmu terlibat."

"Karena itu adalah Chiho, tidak mungkin dia bisa melakukan hal semacam itu.
Tidak terbawa oleh perasaannya, dan hanya ingin mempelajari mantra untuk
'lari' atau 'membuat dia bisa diselamatkan', serius, seharusnya ada batas untuk
membuat orang lain terus menyukaimu."

Emi mengatakan hal tersebut dengan sebuah senyum kecut....

"Di antara kehidupan yang kau injak-injak di Ente Isla, pasti ada anak seperti
Chiho juga."

....dia kemudian menambahkan kalimat yang hanya bisa didengar oleh Maou.

"........."

Maou yang seketika menoleh, hanya bisa melihat Emi yang berjalan ke arah
Chiho, dia memperlihatkan raut wajah tak peduli, seolah-olah kalimat tadi
telah lenyap di tengah-tengah udara, dia segera membantu Chiho dengan
mengelap keringat yang ada di dahinya.
Maou tidak pernah menyangka kalau Emi yang menunjukkan sikap harmonis
itu, akan mengatakan kata-kata menusuk yang tidak pernah dia katakan
sebelumnya.

".... Sejujurnya, aku juga tidak bisa memahamimu."

Kata-kata yang digumamkan oleh Maou, tidak bisa didengar oleh siapapun.
Chapter 2 : Raja Iblis dan Pahlawan Merasa Curiga Dengan
Kenormalan

"Selamat datang~~~!!"

Suara Chiho yang keras dan tegas menggema di dalam restoran.

Suara keras ini tidak hanya membuat beberapa pelanggan penasaran dengan
apa yang terjadi dan menoleh ke arah Chiho, bahkan ada juga pelanggan yang
berhenti di depan pintu masuk secara refleks. Maou dan pegawai lainnya yang
terkejut juga menolehkan kepala mereka untuk memperhatikan Chiho.

"Hm, aku tidak tahu apa yang terjadi, tapi memiliki semangat tinggi adalah hal
yang bagus."

Hanya ada satu orang yang tidak terpengaruh... Berdiri di sebelah Chiho,
Kisaki meletakkan tangannya di bahu Chiho dan berkata,

"Tapi, kau harus lebih memperhatikan jarak dengan pelanggan. Meskipun kau
tidak berteriak dengan keras pun, para pelanggan masih bisa mendengarmu."

"Ah, ba-baik, maafkan aku..."

Chiho yang menyadari volume suaranya, mulai melayani pelanggan yang ada
di depan konter sambil tersipu.

Dan selama seluruh proses itu, Maou terus mengawasi Chiho dengan cemas.

Sudah seminggu semenjak Chiho menerima pelajaran dari Emi dan Suzuno
dalam pengaktifan sihir suci.

Sebagai seorang siswa, hari ini adalah hari pertama Chiho kembali ke
MgRonald yang kembali buka untuk bekerja, karena dia sering menggunakan
suara keras untuk berteriak seperti tadi di hari pertamanya, dia pun terlihat
begitu menonjol.
Logikanya, Chiho adalah orang yang tahu kapan waktu dan tempat yang tepat
untuk melakukan sesuatu, tapi karena dia baru menjalani pertandingan
berteriak beberapa hari yang lalu, mau tidak mau itu membuat dia menjadi
kaku dalam mengontrol volumenya, yang bahkan menakuti para pelanggan
beberapa kali.

"Memiliki motivasi memang sangat bagus, tapi sepertinya aku tidak bisa
membiarkan Chi-chan menangani konter cafe di atas untuk sementara. Karena
staff yang ada tidak cukup, awalnya aku berharap Chi-chan bisa pergi ke atas."

Ucap Kisaki dengan penuh penyesalan. Ketika Maou mendengarkan hal


tersebut, dia langsung merasa gelisah karena ketidakberdayaannya. Adapun
alasan kenapa Chiho menyapa para pelanggan sekeras itu, tentu saja adalah
untuk melaksanakan latihan aktivasi sihir suci.

Akan tetapi, mempertimbangkan kegunaannya, tidak ada banyak tempat di


Jepang di mana seseorang bisa berteriak secara terus menerus tanpa dicurigai
oleh orang lain.

Tidak hanya akan dimarahi oleh orang tuanya karena membuat keributan di
rumah, hal itu juga akan menyebabkan masalah untuk tetangganya. Dan jika
gadis seumuran Chiho berteriak dengan keras di taman, hal itu sudah cukup
untuk membuat seseorang menelepon polisi. Tentu saja, pemandian yang
mereka gunakan tempo hari bukanlah sebuah pilihan.

Meski begitu, Chiho juga tidak bisa pergi ke tempat karaoke setiap hari untuk
berlatih.

Karena itulah, Chiho hanya bisa memilih waktu seperti ini ketika dia bisa
berteriak dengan keras, tapi jika terlalu bersemangat latihan malah berujung
pada terganggunya kehidupan sehari-hari Chiho, itu akan jadi seperti menaruh
kereta di depan kuda.

Setelah mendengar alasan Emi dan Suzuno mengajarkan mantra kepada Chiho,
Maou dan yang lainnya pun nampak bisa menerima hal tersebut.
Saat ini, berkaitan dengan Chiho yang memiliki ingatan tentang Maou dan
yang lainnya, itu adalah sebuah kelemahan fatal bagi mereka. Dan,
memastikan apakah Ente Isla, Dunia Iblis, ataupun Olba yang bergerak di balik
bayangan tidak akan memfokuskan serangan mereka di titik tersebut, adalah
sesuatu yang sulit.

Jika situasi berubah menjadi seperti itu, maka membiarkan Chiho


mempertahankan ingatannya serta membuat dia memiliki mantra yang bisa
digunakan untuk meminta bantuan Maou atau yang lainnya berdasarkan situasi
yang ada, bisa dipastikan adalah serangan balasan yang sangat efektif.

Meski begitu, bagi Chiho, sekolah dan bekerja adalah rutinitas normal penting
yang tidak bisa dia abaikan.

"Chi-chan, bisakah aku mengganggumu sebentar?"

Mengambil kesempatan saat pelanggan mulai berkurang, Maou memberi


isyarat kepada Chiho.

".... Maafkan aku, ini pasti berkaitan dengan volumenya kan?"

Chiho nampaknya tahu alasan Maou memanggilnya dan menjawab dengan


kepala tertunduk.

"Ah....."

Melihat wajah bersalah Chiho, Maou merasa sangat bertentangan.


Bagaimanapun, Chiho hanya berusaha keras agar tidak menjadi beban untuk
Maou, Emi dan yang lainnya.

"Yah baguslah kalau kau tahu. Tapi kau juga harus menghargai kehidupan
normalmu, okay?"

"Baik."

Chiho menjawab dengan sikap yang agak lelah.

"Jika ini terus berlanjut, Kisaki-san tidak akan mengizinkanmu naik ke atas."
"Itu benar.... yeah, aku harus memperbaiki sikapku, kan?"

"Benar, begitulah."

Maou yang mengangguk dengan paksa, melihat Kisaki yang mengangguk puas
di sudut pandangannya.

"Namun.... Meski aku mengesampingkan masalah ini, aku masih berpikir


kalau aku tidak akan bisa naik ke atas."

Chiho menunduk kurang percaya diri, tindakan ini sama sekali tidak cocok
dengan gayanya yang biasa.

"Ah.... Huuh, bukan berarti aku tidak bisa memahaminya."

Maou menggaruk wajahnya dan menyetujui hal itu dengan gelisah.

'Ke atas' yang kedua orang itu sebutkan, tentu saja mengacu pada MdCafe yang
berada di lantai 2.

Satu minggu telah terlewati semenjak MgRonald kembali buka.

Para kaum pekerja di distrik bisnis terdekat memang tidak ikut


dipertimbangkan di sini, tapi karena festival Obon, periode waktu di mana
dompet menipis kini telah terlewati, situasi bisnis bagi restoran pun masih
dianggap cukup baik.

Selain pelanggan reguler, harga yang ditetapkan lebih rendah daripada cafe
pesaing, benar-benar bisa memperluas basis pelanggan yang bahkan sampai
merambah para pebisnis yang membawa klien sekaligus istri mereka.

Karena tidak ada pembagian yang tegas antara kursi di MgRonald dan MdCafe,
ada juga pelanggan yang memesan menu normal dan membawanya ke atas
untuk dimakan, sementara untuk bagaimana meningkatkan pergantian meja
menu kopi, adalah masalah lain lagi untuk ke depannya.

Karena ini adalah pembukaan kembali setelah waktu yang cukup lama, dan
karena manajer Kisaki dengan tegas mengawasinya mulai dari pembukaan
sampai penutupan, beberapa pelanggan reguler lama juga langsung kembali
berdatangan.

Diam-diam beberapa orang juga nge-fans dengan Kisaki, dan ketika mereka
mengetahui kalau di lantai dua ada foto Kisaki yang dibingkai bersama sebuah
sertifikasi kuasa berwarna hijau, mereka bahkan mengambil gambar dari foto
tersebut dengan kamera HP mereka.

Dengan mempertimbangkan situasi ini, MdCafe sudah dianggap memiliki


awal yang cukup baik, tapi melihat situasi saat ini, tidak hanya Maou dan
Chiho, sebagian besar pegawai di sana tidak memiliki kepercayaan diri untuk
bekerja di MdCafe.

Alasannya adalah....

"Apa yang sebaiknya kita lakukan agar bisa membuat kopi enak seenak itu?"

Tidak aneh bagi Chiho yang menjadi bingung karena hal ini.

Kopi yang dibuat Kisaki, entah kenapa terasa begitu enak.

Meskipun itu sama-sama white gold roasted coffee dengan makanan normal,
tapi ketika pesanan MdCafe dibuat, ada perbedaan besar antara pesanan yang
dibuat Kisaki dan pesanan yang dibuat oleh pegawai lainnya.

Kopi MdCafe berbeda dari model biasanya, mereka tidak menggunakan


cangkir plastik, melainkan menyajikannya ke pelanggan dengan menggunakan
mug.

Meskipun mengadaptasi bentuk cafe, tapi poin unik dari makanan siap saji
masihlah segi kecepatan dan kualitas produknya, dan tentu saja, MdCafe
hanyalah salah satu tipe dari berbagai jenis tipe bisnis seperti itu. Perbedaan
dari white gold roasted coffee di antara keduanya adalah karena MdCafe
memiliki mesin kopi khusus sendiri.

Berbeda dengan mesin kopi model minuman bar yang bisa menggiling biji
kopi dalam jumlah yang besar dan membuang mereka di waktu yang sudah
ditentukan, karena biji kopi harus digiling dari awal setiap kali menggunakan
mesin kopi MdCafe, tentu akan ada perbedaan teknik masing-masing individu
sampai ke suatu titik, tapi hal itu masih dalam penggunaan mesin, dan bukan
menggunakan alat khusus seperti mesin penggiling kopi manual.

Kisaki sudah mengajari para pegawai cara menggunakan mesin MdCafe, tapi
karena alasan yang tidak diketahui, bahkan jika mereka mengambil dan
membandingkannya dengan cafe-cafe lain, setiap jenis kopi MdCafe yang
Kisaki buat selalu bisa melampaui mereka semua.

"Kita menggiling biji kopi yang sama, menuangkan air dengan temperatur
yang sama, dan bahkan menggunakan tipe susu yang sama, tapi kenapa
hasilnya sangat berbeda.....?"

Maou dan Chiho tidak sering meminum kopi, tapi setelah mencobanya sendiri,
mereka masih bisa merasakan perbedaan antara buatan mereka dengan buatan
Kisaki, ada sebuah perbedaan nyata dalam segi 'kualitas'.

Setidaknya seluruh pegawai yang sudah merasakan kopi buatan Kisaki


sebelumnya, percaya kalau hanya dengan prosedur pengoperasian yang biasa
saja, mereka tidak akan bisa membuat kopi dengan rasa yang sama seperti
buatan Kisaki.

"Tapi kalau kita masih tidak bisa menyusun shift kerjanya, kita tidak akan bisa
melakukan pekerjaan kita dengan baik."

Mempertimbangkan pembukaan MdCafe yang baru diselenggarakan beberapa


yang hari lalu, Kisaki terlihat sering berada di restoran saat jam kerja, tapi
karena dia adalah pegawai tetap, sulit menghindari hari di mana dia tidak bisa
berada di restoran.

Di saat seperti itu, mereka tidak bisa begitu saja menutup bagian MdCafe
hanya karena Kisaki tidak ada.

"Tapi di antara kopi kita dan kopi Kisaki-san, mana rasa yang lebih diharapkan
oleh perusahaan?"
"Rasa yang diharapkan perusahaan?"

Chiho yang tidak mengerti maksud di balik kata-kata Maou, berpikir sambil
memiringkan kepalanya.

"Ya ampun, bagaimanapun juga, MgRonald adalah sebuah waralaba. Karena


setiap restoran harus menyediakan kualitas rasa yang sama, dalam kasus
Kisaki-san, itu bukanlah 'kualitas yang sama' tak peduli bagaimanapun kau
melihatnya kan?"

"Apa itu tidak diperbolehkan? Jika rasanya tidak enak, tentu saja akan
menyebabkan masalah, tapi meskipun harganya sama, kopi buatan Kisaki-san
jauh lebih enak dari kopi normal lainnya."

Maou melirik ke arah pamflet yang ada di samping kasir karena kata-kata
Chiho.

Melihat ke arah luar dari belakang konter, harga menu utama dari MdCafe bisa
dilihat di belakang pamflet tersebut, Cafe au lait dan Latte yang mereka
sebutkan sebelumnya, dibanderol dengan harga 250 yen.

"Memang terdengar bagus seperti itu, tapi dari sudut pandang orang lain, itu
sama saja bagi orang yang tidak meminum kopi Kisaki-san, mereka
menggunakan harga yang sama untuk meminum kopi dengan kualitas yang
lebih rendah."

"...... Ah!!"

Sejenak berpikir, Chiho akhirnya mengerti maksud Maou.

"Karena bagaimanapun juga, MgRonald adalah waralaba berskala besar. Jika


'kualitas melebihi batas' tidak dibuat konsisten, maka filosofi menyediakan
kualitas makanan yang sama akan jadi rusak. Jika kualitasnya bisa ditingkatkan
tanpa otorisasi selama harganya masih sama, maka para pegawai akan
menggunakan uang mereka, dan diam-diam membeli biji kopi Blue Mountain.
Jika setiap cabang melakukan hal ini, maka itu tidak bisa lagi disebut
MgRonald, kan?"
Di sisi lain, meskipun di luar sana ada banyak waralaba dengan area yang
fleksibel, toko, ataupun spesialisasi pegawai, tapi setidaknya MgRonald tidak
menggunakan arah operasi semacam itu.

Adapun apakah Kisaki mengabaikan peraturan perusahaan dan memakai


bahan lain untuk membuat kopi atau tidak.....

"Tapi kopi yang dibuat oleh Kisaki-san, dia menggunakan mesin, biji kopi,
susu, dan cangkir yang sama dengan kita kan?"

"..... benar.... itulah kenapa hal ini sangat mengherankan."

Setelah dibantah oleh Chiho, Maou terlihat sangat gelisah.

Hal tersebut menunjukkan kalau ada sesuatu yang kurang dari Maou dan yang
lainnya, tapi mengenai apa sesuatu yang kurang itu, meskipun mereka sudah
mengikuti standar prosedur pengoperasiannya dengan teliti, mereka masih
tetap tidak tahu apa yang harus dilakukan.

"Karena itu tidak ada hubungannya dengan latihanku, kenapa kita tidak coba
bilang 'jadilah lezat~' dengan penuh perasaan, ketika kita menyeduhnya..."

"Tanpa berbicara soal hati, jika mereka ingin meningkatkan kualitas dengan
menggunakan suara, maka seharusnya mereka melakukannya ketika sedang
menanam biji kopinya kan?"

"Atau mungkin ketika Kisaki-san membuat kopi, background musik di dalam


restoran harus Mozart atau semacamnya gitu."

"Mustahil. Saat ini efek Mozart masih belum memiliki dasar-dasar sains."

Pada akhirnya, sehubungan dengan rahasia kopi buatan Kisaki, tetap tidak ada
kesimpulan apapun yang didapatkan tak peduli bagaimana mereka
mendiskusikannya.
Meskipun ada banyak pelanggan yang datang sebelum akhir waktu makan
malam, tapi sekarang jam sudah menunjukkan pukul 10pm, dan itu adalah
waktu di mana siswa SMA seperti Chiho harus segera pulang.

Maou berbicara dengan Chiho yang sudah berganti ke pakaiannya yang biasa
dan berjalan keluar dari ruang karyawan.

"Sampai jumpa, berhati-hatilah ketika pulang ke rumah, okay?"

"Yeah, terima kasih atas kerja kerasnya."

Chiho membungkuk ke arah Maou dan para karyawan yang masih tersisa.

"Jika terjadi sesuatu, gunakan suara yang sudah kau latih sebelumnya untuk
berteriak dengan keras!"

"Eh... Ah, hm, bagaimana aku harus menjawabnya?"

Chiho yang menyadari kalau Maou sedang menggodanya, setelah berpikir


sejenak, dia pun menggenggam HPnya dengan wajah memerah.

"Yeah, berhati-hatilah, dan......"

"Apa lagi?"

Menghadapi Chiho yang sedang marah.....

"Aku masih belum mengatakan hal ini padamu, tapi terima kasih sudah
berusaha keras demi diriku."

Maou mengatakannya dengan suara lembut yang tidak bisa didengar oleh
karyawan lain, sementara itu, Chiho pun tersipu, dan kali ini karena alasan
yang bertentangan dengan apa yang membuatnya marah.

"I-itu bukan seperti aku melakukannya hanya demi Maou-san!"

Meski begitu, Chiho tetap berjalan keluar dengan cepat karena masih
memendam dendam terhadap Maou yang mengejeknya.
Jarang sekali Chiho membawa tas berukuran besar. Mengingat waktu saat ini,
dia seharusnya tidak memiliki rencana apapun setelah ini, jadi mungkin dia
berlatih di suatu tempat saat siang hari.

Ketika Maou mengangkat bahunya, menghela napas, dan mulai membuat


persiapan untuk menutup restoran....

"Ah.... Chi-chan sudah pulang?"

Kisaki turun dari lantai dua.

Maou jadi sedikit ragu. Karena sebelumnya Chiho sudah berganti pakaian dan
bersiap-siap pulang, dia seharusnya sudah melapor pada Kisaki terlebih dahulu.

"Setelah itu, apa dia terus berteriak-teriak?"

Adalah sebuah kejadian yang sangat langka, Kisaki bertanya tentang kondisi
Chiho dengan wajah lelah tanpa memberikan kesan mendominasi.

".... Ada apa? Apa kau merasa tidak enak badan?"

Bukanlah sesuatu yang aneh jika Maou menanyakan hal tersebut sebelum
menjawab pertanyaan Kisaki.

Bahkan Maou, sebagai seorang Raja Iblis, tidak pernah mengenal orang seperti
Kisaki yang tidak tahu apa makna dari kata capek. Sebagai seorang manajer,
ada saat di mana Kisaki tidak berada di restoran selama seharian penuh, dan
saat di mana dia sibuk dari pagi sampai malam karena penyusunan jadwal kerja,
tapi tanpa diketahui metode rahasia apa yang dia punyai, dia tidak pernah
menunjukkan tanda-tanda lelah di hadapan para pegawainya.

Dan Kisaki, kali ini tidak hanya menggunakan tangan kirinya untuk memijat
pelipisnya, lingkaran mata hitam juga muncul di bawah matanya, bahkan
suaranya pun kehilangan nada tegasnya. Hal itu tentu membuat para
pegawainya khawatir dengan kondisi kesehatan Kisaki.

"Ah... Maafkan aku."


Kepala Kisaki mendongak setelah mendengar pertanyaan Maou, dan dalam
situasi yang sangat langka, dia mengamati seluruh tempat duduk pelanggan
dengan panik. Akhirnya pun dia menghela napas lega karena alasan yang tidak
Maou ketahui, dan memberikan sebuah senyum kecut.

Asal kalian tahu, area tempat duduk di lantai pertama, masih mempertahankan
model yang biasa, dan di sana hanya ada dua kelompok pemuda yang terlihat
seperti mahasiswa sedang berbincang-bincang, sementara tempat duduk
sisanya semuanya kosong.

"Akhirnya semuanya sudah pulang, ini benar-benar bukan gayaku. Semua ini
ternyata lebih sulit ditangani daripada yang kuperkirakan, melelahkan sekali."

Maou kembali terkejut.

Tanpa membahas kata 'semuanya sudah pulang', kata-kata depresi seperti


'melelahkan sekali', sulit dibayangkan bisa keluar dari mulut Kisaki.

Maou memiringkan kepalanya untuk melihat layar LCD baru yang ada di
pojok konter lantai pertama.

Layar itu adalah peralatan yang baru dipasang untuk karyawan di lantai
pertama agar bisa memastikan situasi tempat duduk di lantai kedua, tapi
melihat ke sana, saat ini sudah tidak ada siapapun di lantai dua.

"A-apa yang terjadi...?"

Kisaki mengerutkan dahinya dan memijat-mijat pundaknya, semenjak Maou


bekerja di MgRonald, ini adalah pertama kalinya dia menyaksikan adegan
tersebut.

Meskipun nada Maou terdengar goyah, namun Kisaki hanya menatap Maou
dengan heran dan tidak menjawab pertanyaannya.

"Jadi apa yang terjadi pada Chi-chan?"


"Y-yeah, meskipun ada beberapa keadaan genting, tapi semuanya normal
setelah itu."

"Begitu ya?"

Kisaki mengangguk takjub, dan memutar bahunya ke belakang dengan kuat.

"Sepertinya Chi-chan juga menemukan tujuan baru."

"Hah?"

Maou membelalakkan matanya kaget.

Saat ini Chiho memang mengejar sebuah tujuan, dan berteriak dengan keras
adalah salah satu tahapannya.

Kisaki dengan acuh tak acuh menggunakan mesin kasir di lantai pertama untuk
membuka tabel pendapatan hari ini. Meskipun kelihatannya dia mengucapkan
kalimat tersebut dengan santai, tapi kenapa dia bisa berpikir seperti itu?

Setelah debaran jantung itu mereda, Maou merasakan sesuatu yang aneh dalam
pemilihan kata-kata Kisaki.

"Boleh aku tahu apa yang kau maksud dengan 'Chi-chan juga'?"

".... Uh?"

Kisaki menahan napasnya karena pertanyaan Maou, dan segera


menggelengkan kepalanya seolah-olah menyesali sesuatu.

"Ah, aku hanya sedikit lelah, jangan terlalu dipikirkan."

Ucap Kisaki dengan suara rendah.

Hanya dengan mendengar kalimat tersebut, rasa penasaran Maou jadi berbalik
180 derajat dan menjadi tenang.
Sepertinya pertanyaan itu jauh lebih tajam daripada yang dia bayangkan.
Hubungan antara Maou dan Kisaki saat ini belum berada di posisi di mana dia
bisa terus menanyakan hal tersebut.

"Kalau begitu, boleh aku bertanya hal lain yang terus menggangguku?"

"Hm?"

"Baik Chi-chan dan aku merasa sangat bingung, meskipun kita menggunakan
mesin yang sama untuk membuat kopi, kenapa rasa antara buatan Kisaki-san
dan buatan kami....."

"ah?"

".... sangat berbeda...?"

Rasa takut seperti diserang oleh seseorang, tiba-tiba menyerang Maou,


meskipun rasa ingin tahunya sudah berbalik 180 derajat. Maou menanyakan
pertanyaan tersebut untuk mengembangkan dirinya, tapi setelah mendengar
jawaban Kisaki yang diucapkan dengan nada yang begitu rendah serta
memberikan aura yang berbahaya, volume suara Maou di akhir kalimatnya
menjadi semakin pelan.

Kisaki menatap Maou dengan tatapan yang cukup untuk membuat seorang
Raja Iblis gemetar ketakutan.

Di mata orang lain, periode waktu ini hanya berlangsung tidak lebih dari 1
detik. Tapi bagi Maou, itu seperti berlangsung selamanya. Namun, di momen
selanjutnya, pandangan Kisaki tiba-tiba berubah, dan bahkan garis
pandangannya pun mulai goyah.

Maou mulai merasa kalau tidak akan ada hal lain lagi yang bisa
mengagetkannya hari ini.

Ketika pandangan Kisaki beralih dari Maou selama 0,1 detik, terlihat goyah,
dan kembali ke posisinya semula, Maou merasa seperti melihat ekspresi lengah
dan tanpa penjagaan yang tidak pernah dia bayangkan bisa ada di wajah Kisaki
yang biasanya.

".... Maafkan aku, tolong tunggu sebentar."

Kisaki menutup tabel penghasilan harian, dan berjalan menuju ruang karyawan
setelah meminta maaf dengan jujur. Kisaki seharusnya menyadari kalau Maou
sudah mengetahui konflik internal yang terjadi di dalam dirinya. Dari
bagaimana dia tidak membuat alasan apapun, itu masihlah Kisaki yang
biasanya.

Maou merasa gelisah karena melihat berbagai ekspresi dari Kisaki yang tidak
biasa dalam lima menit terakhir. Maou menatap pintu ruang karyawan dengan
bingung, dan mendengar suara printer tua dari dalam. Setelahnya, Kisaki pun
keluar sambil memegang sebuah kertas.

Dan ketika Kisaki keluar, dia menunjukkan ekspresi tersipu yang aneh saat
tatapannya bertemu dengan tatapan Maou, hal ini juga sangat mengejutkan.

"Kalau kau tertarik, apa kau ingin mencobanya?"

Kisaki menyerahkan kertas di tangannya kepada Maou.

Meski ada banyak hal yang harus dikhawatirkan, Maou tetap melirik isi dari
kertas tersebut.

"MgRonald Barista?"

Setelah melihat judulnya, Maou merasa sedikit bingung.

Membicarakan soal barista, hal pertama yang terlintas di pikiran kita pastinya
adalah ballista yang terpasang di dinding kastil atau di kereta tempur.

(T/N : Ballista, itu kayak sejenis panah ketapel itu lo, yang biasanya ada di
film-film perang, lengkapnya search di google aja)
((T/N : Di lidah orang Jepang, L sama R itu cara pengucapannya mirip, jadi
Barista diplesetkan menjadi Ballista))
Karena Maou mencoba membayangkan menembak hamburger dengan
menggunakan panah, dia hampir tertawa terbahak-bahak.

"Apa kau tahu apa barista itu?"

"Itu seharusnya.... merujuk pada panah kan?"

"Kau bilang apa?"

"Ti-tidak... Aku tidak pernah mendengarnya."

Maou dengan jujur menjawab pertanyaan Kisaki.

"Huuh, itu mungkin masih belum menjadi istilah yang umum. Kau harus tahu
kalau di Jepang, istilah tersebut merujuk pada seseorang yang ahli dalam
bidang kopi."

"Ahli dalam bidang kopi?"

Maou mengulangi kata-kata Kisaki dan melihat dokumen yang ada di


tangannya.

Sepertinya ini adalah penjelasan yang diambil dari pemberitahuan karyawan


MgRonald.

Agar para karyawan dipastikan bisa menangani produk-produk MgRonald dan


menyediakannya kepada para pelanggan, pimpinan daerah perusahaan
MgRonald, dan berbagai cabang pun membuka kursus terkait akan hal itu.

Meskipun kursus ini dibuka untuk karyawan reguler, tapi nampaknya selama
ada standar pengalaman kerja tertentu dan membayar sejumlah biaya
kursusnya, bahkan karyawan paruh waktu pun bisa berpartisipasi dalam kursus
'MgRonald Barista' ini.

Sementara untuk isinya, kursus ini mengajarkan cara menyeduh kopi untuk seri
MdCafe. Dengan berpartisipasi latihan dalam satu hari, pengetahuan khusus
tentang pengoperasian mesin dan pemrosesan biji kopi pun bisa dipelajari.
"Perusahaan telah menetapkan aturan bagi cabang manapun yang memiliki
MdCafe di dalamnya harus diawaki oleh seseorang dengan kualifikasi
'MgRonald Barista'."

"Be-begitu ya..."

Itu artinya memang ada perbedaan mendasar antara seorang Barista dengan
orang seperti Maou dan yang lainnya, yang hanya mengoperasikan mesin kopi
berdasarkan standar prosedur penggunaannya saja.

Meskipun sangat diragukan kalau perbedaan rasa yang ekstrem bisa diciptakan
hanya dengan satu hari kursus dan latihan, tapi di mata Maou, tanpa
memikirkan apakah dia bisa melampaui kopi buatan Kisaki atau tidak, dan
hanya agar bisa memperoleh pengetahuan khusus dalam menangani sebuah
produk, hal itu sudah cukup menarik perhatiannya.

"Namun dalam istilah barista, awalnya tidak merujuk pada seseorang yang
memiliki keahlian dalam bidang kopi."

"Eh?"

Kisaki tiba-tiba berbicara, dan membuat Maou yang baru memastikan tanggal
kursus tersebut, mengangkat kepalanya.

"Kata Barista berasal dari bahasa Italia. Karena bar di Italia adalah tempat yang
menyediakan makanan ringan dan berbagai minuman, dibandingkan dengan
bartender yang merupakan seorang professional dalam hal minuman
beralkohol, barista adalah seorang professional dalam hal minuman tidak
beralkohol termasuk kopi, untuk melayani para konsumen. Meskipun
kesadaran di Jepang sangat rendah, tapi pekerjaan barista, chef, patissier, dan
bartender itu adalah sama, mereka merupakan professional yang dibanggakan
dalam hal makanan dan minuman."

"Be-begitukah?"

Maou merasa terintimidasi karena penjelasan Kisaki yang tiba-tiba.


"Di sisi lain, di antara para barista yang pekerja di berbagai bar, ada juga
beberapa orang yang tidak bersedia menyebut diri mereka barista. Karena tidak
hanya minuman, mereka bahkan menguasai makanan, fasilitas restoran,
berbagai peralatan, layanan pelanggan, dan seluruh layanan lainnya, jadi
mereka menganggap diri mereka sebagai professional di semua area. Orang-
orang seperti itu disebut dengan barman. Mereka adalah orang yang tahu bar
dari luar dan dalam... yang mana juga mencakup seluruh layanan dalam
restoran, mereka fokus menangani segala sesuatu berdasarkan situasi di dalam
restoran. Mereka adalah orang-orang yang bertujuan menyediakan layanan
terbaik kepada para pelanggan."

"O-oh..."

Kisaki tidak hanya menyingkirkan kelelahannya yang sebelumnya, bahkan,


semangat tiba-tiba kembali muncul di matanya, dan dia mulai mengatakan hal
tersebut dengan sangat antusias.

Menghadapi berbagai macam ekspresi Kisaki, Maou hanya bisa menjawab


dengan samar, tapi dia tidak melewatkan kalimat terakhir yang Kisaki ucapkan
dengan sebuah tekad di dalamnya.

"Tujuanku adalah menjadi salah satu barman itu!"

"!!!"

Ini mungkin adalah pertama kalinya Maou mendengar keinginan pribadi dari
Kisaki Mayumi, dan bukan Kisaki si manajer MgRonald cabang stasiun
Hatagaya.

Seperti yang diharapkan dari Kisaki, bahkan keinginannya yang sebenarnya


juga ada hubungannya dengan bekerja.

"Lalu jika Kisaki-san bisa menjadi sangat sukses di MgRonald, itu pasti sangat
luar biasa."
Pendapatan harian dari cabang stasiun Hatagaya selalu melebihi jumlah tahun
sebelumnya hingga mencapai 100%, Maou juga bisa memahami betapa tidak
normalnya itu.

Maou selalu berpikir, kalau dengan kemampuan Kisaki, mustahil kalau dia
terus ditugaskan di restoran kecil semacam ini dan sudah harusnya mengurusi
area yang lebih besar.

Bagi Maou yang berharap bisa menjadi pekerja penuh, Kisaki selalu menjadi
tujuannya, namun dia tidak bisa membayangkan kalau Kisaki juga memiliki
ambisi besar seperti itu.

Maou sesaat menjadi begitu takjub sampai-sampai dia lupa kalau biasanya dia
mengatakan ingin menaklukan dunia, sementara Kisaki menatap Maou dengan
kaget.

"Apa yang kau bicarakan? Mana mungkin di MgRonald....."

".... Eh?"

"Ah....."

Maou merasa seperti mendengar sesuatu yang seharusnya tidak dia dengar.

Dan Kisaki juga menyadarinya. Nampaknya Kisaki memang benar-benar


berbeda dari dirinya yang biasa hari ini.

".... Berbincang-bincang dengan pegawai padahal aku ini adalah seorang


manajer, aku memang contoh yang buruk."

Kisaki dengan cepat mengakhiri topik tersebut dan melihat ke arah penjelasan
yang ada di tangan Maou.

"Intinya, jika kau ingin mengejar kemampuanku, kenapa kau tidak coba ikut
berpartisipasi? Jika itu adalah Maa-kun, yang pernah menjadi manajer
pengganti sebelumnya, kau seharusnya tidak perlu membayar biaya kursusnya.
Beritahu aku kalau kau ingin ikut berpartisipasi!"
"Ba-baik...."

"Kalau begitu aku akan ke atas terlebih dahulu. Aku serahkan lantai pertama
padamu."

Meski Kisaki bersikap dengan normal ketika dia berbalik dan pergi ke atas,
tapi rasanya kecepatan berbicaranya sedikit lebih cepat dibandingkan biasanya.

Terlebih lagi, Maou tidak melewatkan adanya sedikit kesenjangan di nada


Kisaki. Meski begitu, Maou masih berharap kalau itu hanyalah imajinasinya.

XxxxX

"Eh?"

Maou yang pulang ke kontrakannya, sesaat merasa bingung ketika mengetahui


lampu di kamar Suzuno masih menyala.

Karena Suzuno, sebagai seorang Penyelidik, selalu tidur dan bangun lebih awal,
biasanya ketika Maou pulang, lampu di kamarnya sudah dimatikan.

"Hey, ada apa dengan Suzuno?"

Maou bertanya kepada Ashiya yang datang ke beranda untuk menyapanya.

"Selamat datang kembali Maou-sama. Sasaki-san baru datang tadi, dan mereka
berdua nampak sedang melakukan sesuatu sekarang, kurasa mereka sedang
berlatih mantra lagi?"

Ashiya menjawab dengan normal.

"Chi-chan? Bukankah harusnya dia segera pulang setelah selesai bekerja? Ini
sudah lewat tengah malam. Apa yang si Suzuno itu lakukan? Cepat suruh dia
pulang!"
Membiarkan seorang gadis SMA berada di luar rumah selarut ini, sebagai Raja
Iblis, sepertinya dia harus sedikit mengomelinya. Sebelum Ashiya bisa
menghentikannya, Maou sudah memakai kembali sepatunya dan mengetuk
pintu kamar 202.

"Hey, Chi-chan, apa kau di sana? Ini sudah lewat tengah malam, kau
seharusnya pulang!"

"Berisik, Raja Iblis!"

Suzuno melihat keluar pintu dengan tampang tidak senang di wajahnya.


Kimono yang dia pakai nampak lebih sederhana dari yang biasanya, itu
mungkin adalah pakaian biasa yang dia pakai saat di rumah, atau pakaian
tidurnya?

Sementara Chiho, dia melihat ke arah mereka dari dalam ruangan dengan
ekspresi sulit di wajahnya.

"Apa kau pikir kau itu penjaganya? Aku sudah mendapatkan izin dari ibu
Chiho-dono, dia memang berencana menginap di tempatku malam ini."

"... O-oh, begitu ya?"

"Benar... maafkan aku."

Chiho yang berpisah dengan Maou saat di restoran, membungkuk ke arah


Maou dan meminta maaf, dia saat ini sudah memakai piyama. Sepertinya
barang-barang yang Chiho bawa ketika dia pulang tadi adalah benda-benda
yang dia persiapkan untuk menginap di tempat Suzuno.

"Uh, erhm, bagaimana aku mengatakannya ya, tolong jangan paksakan dirimu,
okay?"

"Baik..."
"Meski kau tidak mengatakannya, aku juga tetap akan menjaga Chiho-dono.
Latihannya sudah selesai, dan kami sedang berbincang-bincang soal topik
wanita. Dan kau tidak perlu ikut campur sama sekali."

Setelah mengatakan hal itu, Suzuno langsung menutup pintunya tanpa


menunggu Maou membalas.

".... Apa-apaan topik wanita itu?"

Maou menggumam dengan tidak senang dan kembali ke Kastil Iblis merasa
depresi.

"Soal itu.... Sasaki-san sudah datang ke sini lebih dulu untuk menyapa kita dan
menjelaskan kalau dia sudah mendapatkan izin dari ibunya."

Ashiya mungkin mendengar percakapan antara Maou dan Suzuno, dia


mengatakannya dengan tampang bersalah di wajahnya, namun Maou
melambaikan tangannya untuk menghentikan Ashiya.

Melihat punggung Ashiya yang menyiapkan makan malam dengan ekspresi


suram, Maou mulai membaca penjelasan 'MgRonald Barista' yang dia
dapatkan dari Kisaki.

"Kenormalan ya, terdengar seperti kata yang sudah ditakdirkan."

"Kenapa kau tiba-tiba berbicara seperti itu?"

Pendengaran tajam Urushihara menangkap gumaman Maou dan menanyakan


hal tersebut.

"Hm? Aku hanya punya firasat kuat kalau semua orang saat ini sudah berubah
tanpa mereka sadari. Sesuatu seperti kenormalan tidak akan berubah sama
sekali, melainkan hanya mengalir dengan kecepatan yang tidak dapat dilihat
oleh mata."

"Hah? Apa yang kau katakan tiba-tiba begini? Bahkan Maou pun jadi aneh."
Urushihara menertawakan kesedihan Maou yang sama sekali tidak seperti
seorang Raja Iblis, dan mengatakan,

"Tapi itu yang membuatnya menarik, akan aneh kalau sama sekali tidak ada
yang berubah."

"..... Aku paling tidak ingin diceramahi oleh orang seperti kau."

Maou merasa tidak senang karena momen kesedihannya yang langka,


disimpulkan begitu saja oleh seorang NEET yang hidup numpang di
kontrakannya.

"Kupikir tidak ada orang lain yang bisa menyadari hal ini lebih baik daripada
aku."

"Kalau begitu, agar bisa merasakan perubahan kenormalan dengan lebih baik,
kenapa kau tidak membantuku melakukan pekerjaan rumah tangga?"

"Hm?"

Dan di momen itu, Ashiya membawakan nasi pangsit dengan plum, ikan kering,
dan perilla sekaligus sup miso yang baru dipanasi. Dia ikut ambil bagian dalam
percakapan kedua orang itu, dan kesedihan Maou, segera menghilang di antara
nafsu makannya dan pertengkaran tentang pembagian tugas rumah tangga
tersebut.

XxxxX

"Bagaimanapun, aku tidak pernah menyangka kau bisa mengaktifkan sihir suci
dengan stabil hanya dalam satu minggu. Dengan begini, mungkin kau bisa
memulai latihan dasar untuk Idea Link."

"Benarkah?"
Chiho dan Suzuno masing-masing memegang sebuah gelas cangkir berisi teh
gandum di tangan mereka dan duduk menghadap satu sama lain di sebelah
jendela.

Di antara bau obat nyamuk yang terbakar, kedua orang itu memegang sebuah
kipas di tangan mereka dan membicarakan hal-hal yang tidak ada hubungannya
dengan topik wanita.

"Guru pembimbingku di klub pernah bilang sebelumnya, ketika melakukan


senam otot dan fleksibilitas, jika seseorang mengetahui bagian tubuh mana
yang bergerak selama latihan, efeknya pun akan jauh berbeda. Jadi saat aku
berteriak, aku selalu berteriak sambil memperhatikan perubahan di dalam
tubuhku."

"Meski begitu, itu bukan sesuatu yang bisa dilakukan oleh semua orang,
bagaimanapun, akan jadi masalah kalau berpikir sampai ke tingkat itu. Jika
Chiho-dono lahir di Ente Isla, kau pasti akan menjadi ahli sihir yang hebat."

Mengatakan pujiannya dengan jujur, Suzuno memperlihatkan ekspresi tegas,

"Ah, tapi meski begitu, aku tidak akan mengajarkan mantra lain selain Idea
Link, okay?"

"Aku tahu. Tapi aku senang aku bisa mendapatkan pujianmu."

Chiho meminum seteguk teh gandum di tangannya dan memandang ke arah


langit malam musim panas dengan sebuah desahan.

"Aku tidak khawatir, tapi aku tetap berharap bisa belajar menggunakan mantra
Idea Link secepat mungkin... saat Suzuno-san dan Yusa-san masih memiliki
waktu luang."

"Meski mengatakan ini terlalu berlebihan, tapi aku memiliki waktu luang
setiap hari, kau tahu?"
Suzuno tersenyum kecut. Dia adalah seorang Penyelidik handal di Ente Isla,
namun dia menjalani hidup seperti seorang pengangguran yang sulit dipahami
di Jepang.

Terutama semenjak pembukaan kembali MgRonald di depan stasiun Hatagaya,


saat jam kerja, Maou akan berada di dekat Malaikat Agung Sariel, yang
keberadaannya bisa menekan pengaruh dari Dunia Iblis.

Karena kemungkinan para Iblis yang mendekati Maou akan berkurang selama
Maou berada di dalam jangkauan pengaruh Sariel, Suzuno yang tidak perlu
lagi mengawasi Maou, mulai menghabiskan lebih banyak waktu di rumah.

Meskipun alasan di balik tindakan tetap berada di rumah juga mencakup


mengawasi dan melindungi Ashiya dan Urushihara, namun pekerjaan ini
tidaklah terlalu berat sampai-sampai dia tidak bisa menanggapi permintaan
Chiho.

"Aku tidak bermaksud seperti itu. Tapi aku merasa....."

Tatapan Chiho berkerlip ketika dia menatap ke arah langit, mencari-cari


penjelasan yang lebih sesuai.

"Semenjak insiden besar di Tokyo Tower, beberapa hal menjadi sedikit


berbeda dibandingkan sebelumnya."

"Beberapa hal itu.... maksudnya?"

Suzuno mengangkat sebelah alisnya dan meneguk teh gandumnya.

"Meskipun berbagai keributan seperti Sariel-san, Gabriel-san, dan para Iblis di


Choshi, terjadi, tapi Maou-san dan Yusa-san tidak pernah bertengkar secara
langsung kan?"

Meskipun kedua orang itu terus berselisih setiap kali ketika mereka bertemu,
tapi apa yang Chiho sampaikan, merujuk pada pertarungan di mana mereka
akan menyakiti satu sama lain.
"Tapi setelah insiden di Tokyo Tower, bukankah Yusa-san menjadi sedikit
aneh?"

"...."

Chiho memberitahu Suzuno kalau dia telah menceritakan ingatan yang bukan
miliknya kepada Maou dan Emi yang menjenguknya.

"Semenjak saat itu, Maou-san dan Yusa-san terlihat sedikit gelisah karena
sesuatu.... Suzuno-san, maukah kau mendengarkanku tanpa jadi marah
nantinya?"

"Tergantung isinya."

Suzuno tetap mempertahankan ekspresi teguhnya dan meminta Chiho untuk


melanjutkan perkataannya dengan sebuah gurauan.

"Sebelumnya, bukankah semua orang berkumpul di kamar Suzuno-san untuk


makan karena ada lubang di kamar Maou-san?"

"Meski itu adalah peristiwa yang terjadi belum lama ini, karena ada banyak hal
yang terjadi, rasanya itu seperti ingatan yang sudah lama sekali."

Chiho dan Suzuno mengamati seluruh bagian kamar.

"Mungkin ini hanya sikap keras kepalaku, tapi aku benar-benar merasa kalau
akan bagus jika semuanya bisa melupakan masalah pelik Ente Isla dan
melanjutkan hidup normal seperti ini.... Urushihara-san hanya peduli soal
bermain, menyebabkan Ashiya-san marah, dan Suzuno-san tidak punya pilihan
lain selain membereskan kegaduhannya, tapi karena Maou-san terlalu
memanjakan Alas Ramus-chan, dia akan langsung beradu argumen dengan
Yusa-san yang mengeluh.... Kurasa semua ini tidak akan bisa terjadi kalau
tidak ada hubungan yang sangat baik... Mungkin kau berpikir aku terlalu
naif..."

Chiho menyusutkan bahunya karena ingat konflik yang pernah dia miliki
dengan Suzuno di masa lalu.
Meskipun Suzuno masih ingat insiden itu, tapi hari ini, dia tidak bermaksud
untuk memarahi Chiho. Daripada itu, Suzuno mulai merasakan resonansi yang
kuat terhadap pemikiran itu.

"Sepertinya aku juga sudah jatuh...."

"Eh?"

"Bukan apa-apa. Lalu?"

Kipas angin yang diletakkan di dekat dapur mensirkulasi udara di dalam kamar,
menyebabkan asap obat nyamuk perlahan tertiup keluar.

"Okay.... Tapi Maou-san, Ashiya-san, dan Urushihara-san masihlah iblis yang


menyebabkan penderitaan bagi orang-orang di Ente Isla, dan Yusa-san serta
Suzuno-san harus mengalahkan Maou-san dan yang lainnya... Aku selalu
merasa gelisah, aku khawatir kalau hidup normal yang bahagia ini akan
dihancurkan oleh suatu peristiwa tertentu, lalu terjadi sesuatu yang tragis, dan
mungkin semua orang akan menghilang dari hadapanku."

"...."

"Setelah insiden di Tokyo Tower itu, Yusa-san selalu merasa gelisah terhadap
suatu masalah. Itu mungkin ada hubungannya dengan informasi yang
kuberitahukan padanya..... Dulu, saat Yusa-san bertemu dengan Maou-san, dia
pasti akan langsung memarahinya, tapi akhir-akhir ini, Yusa-san selalu
bertingkah seperti memikirkan sesuatu ketika berbicara dengan Maou-san...."

Ketika Suzuno mendengarkannya, dia mulai mengagumi kemampuan


pengamatan Chiho.

Dari cara Chiho berbicara, Maou dan Emi sepertinya tidak memberitahu Chiho
tentang makna sebenarnya dari 'ingatan yang bukan miliknya'.

Akan tetapi, Chiho yang menganggap kedua orang itu sebagai orang penting,
masih bisa dengan mudah merasakan kalau insiden itu adalah alasan di balik
sikap aneh mereka.
"Pada akhirnya, entah itu perang di Ente Isla ataupun terpecahnya Pasukan
Iblis di Dunia Iblis, bukankah mereka adalah insiden yang tidak ada kaitannya
langsung dengan Maou-san dan Yusa-san? Tapi contohnya, orang yang
meminjamiku kekuatan, ingatan yang ada di otakku, Gabriel-san dan malaikat
lain yang aku serang.... rasanya seperti mereka semua sedang memaksa
menyeret Maou-san dan Yusa-san kembali ke tempat yang menyakitkan
sedikit demi sedikit."

Tanpa sadar, Chiho mulai merendahkan kepalanya, berbicara ke arah tatami.

Di dalam hati Chiho, dia mungkin masih belum bisa menata perasaan dan
pemikirannya. Nadanya terdengar seperti dia sedang meraba-raba sesuatu
dengan bertanya dan menjawab pertanyaannya sendiri.

"Chiho-dono, aku, semenjak datang ke Jepang, aku merasa kalau kepercayaan


di dalam hatiku mulai menjadi lemah."

"Eh?"

Pengakuan Suzuno yang tiba-tiba menyebabkan Chiho tidak bisa mengikuti


alur percakapannya.

"Jika Tuhan benar-benar mahakuasa, dan segala yang ada di dunia adalah
ciptaan-Nya, kenapa dunia ini tidak berisi orang-orang berhati baik seperti
Chiho-dono?"

"Eh, ti-tidak ada yang seperti itu!"

Tiba-tiba dipuji, Chiho hampir menumpahkan teh gandumnya karena panik.

"Dalam legenda yang disebarkan oleh Gereja, ada sebuah cerita yang disebut
dengan 'Gulungan Helorisas'. Tuhan memerintahkan Helorisas untuk menjaga
gulungan itu dan menginstruksikannya agar tidak pernah membukanya. Tapi
pada akhirnya Helorisas kalah dengan rasa penasarannya dan membuka
gulungan itu. Lalu dia menyadari kalau berbagai perasaan negatif yang
terkumpul dari seluruh dunia berada di dalam gulungan tersebut, dan saat
gulungan itu terbuka, perasaan negatif itu mulai termaterialisasi menjadi
bahasa dan menyerang hati manusia. Namun, di dalam gulungan itu, tersisa
satu hal yang bisa menekan semua perasaan negatif itu, hal itu adalah
'Harapan'."

"Kami di sini juga punya cerita yang disebut 'Kotak Pandora', isi dari kedua
cerita tersebut sebenarnya hampir sama."

"Kalau dikipir-pikir lagi, pertama kalinya aku merasa ragu apakah Tuhan itu
benar-benar keberadaan yang mutlak adalah setelah aku mendengar cerita ini.
Jika Tuhan benar-benar mahakuasa, lalu kenapa manusia memiliki perasaan
negatif? Dan meskipun Helorisas hidup di dunia yang tidak memiliki perasaan
negatif, kenapa dia malah mengembangkan perasaan negatif itu untuk
melanggar perintah Tuhan? Ini terasa sangat bertentangan bagiku. Rasanya
seperti Tuhan melempar tanggung jawab atas buruknya kepengurusan yang
Dia lakukan terhadap manusia, bukankah ini sangat menjengkelkan?"

Suzuno mengucapkan komentar kasar yang tidak mirip seperti seorang


Penyelidik, dan menatap Chiho dengan tatapan ramah.

"Meski demikian, aku masih tidak bisa menyangkal kalau ada banyak orang di
dunia yang membutuhkan agama... atau lebih seperti mereka membutuhkan
keberadaan Tuhan!"

"Memahami pendapat orang lain sambil tetap mempertahankan pendapatnya,


ini patut dihargai. Mungkin Chiho-dono bisa dipuja sebagai dewa nantinya."

"A-apa yang kau bicarakan?"

"Maksudku, ketika orang lemah kehilangan apa yang mereka percayai, mereka
pasti membutuhkan penunjuk jalan yang lebih baik."

Suzuno menghabiskan teh di cangkirnya dan memandang keluar jendela.

"Sekarang, Emilia telah kehilangan penunjuk jalannya."

"Eh?"
"Biar kuberi sebuah contoh padamu. Andai saja, jika Chiho-dono berusaha
dengan sangat keras sampai melupakan makan dan tidur agar bisa masuk ke
universitas pilihan utamamu dan terus mempertahankannya tanpa mengendur,
tapi saat menuju ke tempat ujian dengan semangat tinggi pada hari ujian, kau
baru tahu kalau ujian yang akan diadakan hari itu sudah diganti dengan
kompetisi merangkai bunga, apa yang akan kau pikirkan?"

"Contoh macam apa itu?"

Chiho yang terlalu berlebihan ketika membantah, hampir menjatuhkan


cangkirnya sekali lagi.

"Aku bilang itu hanya contoh, hanya contoh. Jika ujian yang kau perkirakan
tiba-tiba diganti dengan topik yang benar-benar berbeda, dan menyebabkan
apa yang kau pelajari setelah mengorbankan semuanya menjadi sia-sia, apa
yang akan kau rasakan?"

Meskipun otaknya belum bisa memahami contoh Suzuno yang begitu ekstrim,
Chiho tetap memikirkannya dengan serius.

"T-tapi aku sama sekali tidak mengerti soal merangkai bunga, dan
menggunakan hal semacam itu untuk memutuskan apakah seseorang bisa lulus
atau tidak benar-benar tidak masuk akal, aku tidak ingin ikut serta di
dalamnya...."

"Tapi setidaknya kau tahu bagaimana menggunakan bunga untuk


mengungkapkan sesuatu kan? Jika mereka menyiapkan berbagai jenis bunga
di depan, apa kau masih tidak bisa melakukannya?"

"I-itu benar, tapi...."

"Universitas itu sendiri masih membiarkan Chiho-dono mempelajari apa yang


ingin kau pelajari, ini tidak berubah sama sekali. Hanya subyek mata pelajaran
ujiannya saja yang dirubah, dari IPA dan IPS ke merangkai bunga."
"Itu, hanya sebuah contoh kan? Poin pentingnya di sini adalah, aku mengejar
suatu target, tapi karena alasan yang tidak terduga, aku mulai merasa
kehilangan dan bingung dengan target itu kan?"

"Chiho-dono memang cermat. Jika aku tidak menggunakan lelucon ini sebagai
contoh, kau mungkin menganggap masalah ini dengan serius."

Suzuno tersenyum dan melihat ke arah dinding yang bersebelahan dengan


Kastil Iblis.

"Raja Iblis bukanlah musuh yang selalu ingin dibalas oleh Emilia."

"..... Eh?"

Chiho tidak bisa memahami maksud dibalik penjelasan yang sederhana ini, dan
dia sekali lagi memperlihatkan ketidakyakinannya.

"Tidak hanya itu, ayah Emilia yang dia pikir telah dibunuh oleh Pasukan Iblis,
sepertinya masih hidup. Emilia mengejar dan memerangi Raja Iblis seperti ini
juga karena ingin membalaskan dendam untuk ayahnya."

Emilia adalah penyelamat Ente Isla, dan selalu bertarung agar bisa
mengalahkan Raja Iblis, Chiho juga tahu akan hal ini.

"Logikanya, kalau dia bisa membunuh Raja Iblis, maka Emilia bisa mencapai
tujuannya dan mengakhiri perjalanannya. Namun, ayahnya masih hidup, dan
Emilia kehilangan penunjuk jalannya karena hal ini."

"Ke-kenapa? Karena ayah Yusa-san masih hidup, maka seharusnya dia tidak
perlu memaksakan dirinya untuk membunuh Maou-san yang hidup di Jepang,
dan langsung saja mencari ayahnya kan?"

"Lalu kenapa Chiho-dono tidak suka merangkai bunga?"

"....... Ah."

Meskipun Chiho masih butuh beberapa saat untuk memahami maksud di balik
kata-kata Suzuno, dia tetap mencoba untuk menjawabnya.
"Karena hal-hal yang sudah kulakukan dan kupercayai semuanya jadi sia-sia??
Karena semua itu menjadi tidak berarti?"

"Normalnya itulah apa yang seharusnya kita rasakan. Meskipun orang lain bisa
mengatakan kata-kata mutiara seperti 'tidak ada yang sia-sia dalam hidup' atau
'pengalaman pasti akan berguna suatu hari nanti', tapi nyatanya orang itu
sendiri tidak bisa berpikiran terbuka. Meskipun mereka terpenjara dalam
ketidakberdayaan saat mereka harus melakukan perangkaian bunga dan mulai
meragukan apa yang mereka lakukan sejauh ini, siapa juga yang akan
mengomeli orang itu."

"...."

Suzuno mengernyitkan dahinya dengan sedih.

"Apa yang lebih buruk dari itu adalah Emilia sudah pernah dikhianati oleh Ente
Isla sekali."

Chiho ingat rekan Emi yang secara tidak terduga memilih menjelaskan hal ini
di Kastil Iblis.

"Soal itu, apa itu merujuk pada Gereja yang berbohong dengan mengatakan
kalau Yusa-san sudah mati?"

Suzuno mengangguk mengkonfirmasi pernyataan Chiho.

"Kau benar. Jika Ente Isla memberikan komentar positif tentang aksi Emilia
sebagai Pahlawan, dan membiarkan dia menerima penghargaan yang layak dia
dapatkan, maka Emilia bisa menggunakan dukungan itu untuk
mempertahankan tekadnya dalam memerangi Raja Iblis, dan membuat si Raja
Iblis itu membayar atas kejahatan yang telah dia lakukan. Namun...."

Suzuno melanjutkan perkataannya dengan ekspresi suram.

"Kenyataannya malah sebaliknya. Gereja, dengan pertimbangan strategi,


mengumumkan kalau Emilia sudah mati, dan orang-orang mempercayainya.
Gereja, Ente Isla yang telah diselamatkan oleh Sang Pahlawan, menilai kalau
mereka tidak membutuhkan lagi keberadaan dari Sang Pahlawan setelah
berakhirnya perang melawan Pasukan Iblis, dan mengkhianatinya."

Selanjutnya, Olba, yang mengetahui kalau Emilia masih hidup, bersama


dengan Surga, mengalihkan targetnya pada Pedang Suci. Tapi karena mereka
takut kalau Emilia masih memiliki kekuatan setelah bertarung melawan Raja
Iblis, mereka akhirnya mengirimkan pembunuh untuk menguburnya di dalam
kegelapan.

"T-tapi bukankah Emeralda-san dan Alberto-san sedang berusaha keras untuk


memperbaiki reputasi Emilia? Bukankah mereka adalah orang-orang hebat di
Ente Isla?"

Chiho mencoba mengatakannya dengan energik, tapi ekspresi Suzuno tidak


berubah sama sekali.

"Tapi hasilnya tidak sempurna. Otoritas dan kepercayaan Gereja itu sangat
kuat, dan bahkan Emeralda pun kesulitan untuk menentang Gereja secara
langsung karena dia juga harus mengkhawatirkan reaksi di dalam negeri.
Kenyataannya, sebelum aku datang ke sini, sudah ada pendapat di dalam
Gereja untuk mencap Emeralda yang sering menentang pendapat Gereja,
sebagai seorang pengkhianat."

"Bagaimana mungkin bisa jadi seperti ini.... meskipun yang berbohong


adalah....."

"Yang berbohong adalah Gereja. Tapi Gereja tidak bisa mencabut kembali
opini yang sudah mereka umumkan. Jika Gereja mengatakan kalau hitam itu
putih, maka hitam adalah putih. Itulah dunia kami, atau setidaknya di Benua
Barat."

Ucap Suzuno seperti mengejek dirinya sendiri dan menuangkan kembali teh
gandum ke dalam gelas.

Suzuno sendiri nampaknya sudah jijik dengan sikap Gereja.


Setelah meletakkan teh gandum ke dalam kulkas, Suzuno yang kembali ke
jendela, menghela napas seolah-olah menata kembali perasaannya.

"Alasan Emilia bisa bertarung sebagai Pahlawan selama ini, adalah karena dia
memiliki tujuan balas dendam kepada Raja Iblis yang telah membunuh
ayahnya. Namun kenyataannya, Raja Iblis bukanlah pembunuh ayahnya,
meski begitu, dia tetap tidak bisa memaafkan tindakan brutal yang telah
dilakukan oleh Pasukan Iblis, lalu kemarahan yang dia rasakan sebagai seorang
Pahlawan itu diinjak-injak oleh kami yang telah dia selamatkan. Tapi meski
begitu...."

"Meskipun dia diberitahu kalau kebencian dan kemarahan yang dia bawa
selama ini tidak ada artinya, dia tidak bisa menyerah begitu saja, kan?"

"Jika dia tidak mengabaikan perasaan negatif itu, maka Emilia lah yang akan
menciptakan kesedihan dan kemarahan yang lain lagi. Hanya menggunakan
ingatan dari pada korban, mengembalikan semangat bertarung Sang Pahlawan,
dan secepatnya memerangi Raja Iblis!"

Di saat seperti ini, tidak diketahui ekspresi macam apa yang akan ditunjukkan
oleh Emi dan Maou. Meskipun ini hanya sebuah pertanyaan hipotesis, tapi
Chiho masih bisa merasakan rasa sakit yang aneh.

"Jika Raja Iblis ditantang oleh seseorang, maka Alsiel dan Lucifer tidak
mungkin akan diam dan tidak melakukan apa-apa. Akan tetapi, dengan mereka
yang sekarang, mereka bukanlah tandingan bagi Emilia. Ketiga iblis itu akan
menghilang dari dunia ini. Bisakah Chiho-dono memaafkan hal itu?"

"Aku...."

Tidak bisa memaafkan, namun harus memberikan pengampunan. Tapi pada


akhirnya, pengampunan tetap tidak bisa diberikan. Siapa yang harus
dimaafkan?

"Bagiku.... Yusa-san juga adalah seseorang yang penting...."


"Emilia juga mengerti hal itu, itulah kenapa saat ini dia berada di dalam
keadaan dilema. Logikanya, bagi Emilia, fakta bahwa ayahnya masih hidup
adalah berita yang sangat bagus. Tapi dia malah harus kecewa pada dirinya
yang tidak bisa merasa senang dengan jujur."

"Yusa-san.... Dia tidak memberitahu Emeralda-san dan Alberto-san soal


ini...?"

"Bagaimana bisa Emilia memberitahu mereka. Meskipun kedua orang itu bisa
mengerti maksud Emilia yang sebenarnya, apa kau pikir mereka akan
mengatakan 'Karena ayahmu masih hidup, maka menyerahlah memerangi Raja
Iblis'?"

Dengan kepribadian Emilia, dia tidak mungkin akan menerima hal itu.

"Saat ini, Emilia bahkan tidak tahu warna bunga apa yang harus dipilih, dan
hanya bisa berdiri diam di tempat."

Sederhananya, inilah alasan kenapa Emilia memperlihatkan sikap sulit


memahami terhadap Maou.

Keragu-raguan di hati Emilia membuat dia tidak bisa mempertahankan


kebenciannya dan malah membiarkannya, alhasil, hubungannya menjadi
semakin parah dengan Maou.

Emi yang tidak bisa menemukan tempat untuk hatinya, dia kehilangan
tujuannya begitu saja.

"Mungkin karena itu.... dia memutuskan mengajari Chiho-dono mantra."

Suzuno tiba-tiba melihat ke arah dahi Chiho dan mengatakan hal tersebut.

"Apa maksudnya itu?"

Menanggapi pertanyaan itu, Suzuno menggunakan jarinya yang memegang


kipas untuk menunjuk ke arah kepala Chiho.
"Ingatan yang Chiho-dono ceritakan pada Emilia.... tentang pria yang berdiri
di ladang gandum; kalau dipikir dengan seksama, itu pasti adalah ayah Emilia.
Selain itu, berkaitan dengan kata 'Acies Ara'....."

Ucap Suzuno dengan enggan.

"Acies Ara. Dalam bahasa Pusat Perdagangan di Ente Isla, itu berarti Pedang
Bersayap."

"Pedang Bersayap?"

"Meski tidak bisa dimengerti hanya dengan melihat katanya saja, tapi bersama
kita, ada seseorang yang namanya berkaitan dengan Sayap."

Chiho yang segera memikirkan jawabannya, menahan napasnya.

"Alas Ramus-chan..... namanya berarti 'Cabang Bersayap' kan?"

Suzuno mengangguk, wajahnya dipenuhi dengan kekaguman.

"Benar, ada 80-90% kemungkinan kalau Acies Ara adalah istilah yang
berkaitan dengan Alas Ramus atau Fragmen Yesod. Camio sepertinya juga
menyebutkan kalau ada dua Pedang Suci."

Suzuno mengatakannya untuk mencari kepastian, dan Chiho mengangguk


setelah mendengarnya.

"Mungkin Acies Ara ini adalah nama dari Pedang Suci yang lain.... tidak, itu
mungkin mengacu pada eksistensi yang ada di dalam pedang. Kalau begitu,
bagi Emilia, ayahnya yang masih hidup, Alas Ramus yang muncul di Kastil
Iblis, dia yang punya 'Evolving Holy Sword, Better Half', sekaligus cincin
Chiho-dono, tidak peduli bagaimana kau memikirkannya, semua yang terjadi
di sekitar Emilia seperti sudah direncanakan sebelumnya, dan pelakunya
kemungkinan....."
Meskipun bagian akhir kalimat tersebut tidak diucapkan, Chiho yang sudah
menyaksikan semua pertarungan yang terjadi di Jepang, juga bisa tahu
jawabannya.

"Ibu..... Yusa-san?"

Ketika Emi berada di rumah sakit, dia tanpa sadar mengucapkan suatu
kalimat.....

"... kenapa... meskipun dia terus mengawasi kami, kenapa dia tidak datang
menemuiku...."

Di dalam kata-kata yang Emilia peras keluar itu, pemikiran macam apa yang
tertanam di dalamnya?

"Entah itu Sariel-sama, Gabriel, Raguel, Camio, atau Ciriatto, dan bahkan
Barbariccia dan Olba-sama, bisa dikatakan kalau mereka telah dimanipulasi
oleh ibu Emilia dengan berbagai cara. Tidak, mungkin seluruh Ente Isla juga
seperti itu. Bagaimanapun juga, perang yang diakibatkan pedang suci Emilia
saat ini terjadi di Ente Isla. Chiho-dono, jika itu kau, apa yang kau rasakan?"

"Tentang apa?"

"Jika ibu Chiho-dono meninggalkan rumah semenjak kau masih kecil, tidak
pernah kembali sama sekali, dan menyebarkan bibit-bibit kekacauan di mana-
mana yang akan melibatkan keluargamu, temanmu, orang lain, atau bahkan
seluruh dunia, lalu dia melempar seluruh tanggung jawabnya pada Chiho-
dono."

Chiho yang menanyakan hal tersebut, mencoba untuk membayangkannya.

Jika ibunya adalah seorang mata-mata dari suatu negara, dan setelah menikah
tanpa didasari cinta dengan ayahnya, ibunya malah meninggalkan dirinya di
Jepang dan pergi dari rumah, kemudian terus menerus memanipulasi berbagai
konflik yang menyebabkan banyak orang mati, lalu tiba-tiba suatu hari
mengirimkan surat kepadanya yang bertuliskan 'takdir dunia bergantung
padamu', melempar dia ke dalam perang antar teroris dengan seluruh
pemandangan yang dipenuhi senjata nuklir, menjalani latihan yang ketat dan
cukup keras untuk mematikan semangat, menjadi Tim Khusus Amerika yang
terkenal di seluruh dunia, lalu setelah mengetahui kalau ayahnya adalah dalang
dibalik semua insiden ini, dan ibunya setelah mengalami banyak pertumpahan
darah dan tragedi, akhirnya tertembak peluru dalam pertarungan untuk
menghentikan ayahnya, dan mati di pelukannya setelah mempercayakan
semuanya kepadanya.

"Satu-satunya orang yang bisa menghentikan ayah adalah aku... aku tidak akan
ragu meskipun aku harus mati bersamanya."

"Kenapa malah jadi seperti itu, dan apa hubungannya ayahmu dengan semua
ini?"

Chiho mengedipkan matanya karena bantahan Suzuno, dan kemudian dengan


panik menarik dirinya kembali ke kenyataan dari dalam film Hollywood yang
dia bayangkan.

"Well, singkatnya..."

Meski suasana malah jadi tertekan karena imajinasi aktif Chiho, Suzuno
terbatuk sekali dan mengatakan,

"Karena dia menghadapi situasi seperti ini, Emilia tidak bisa bersikap seperti
dia yang biasanya. Mengingat metode pembelajaran pertahanan diri Chiho-
dono, itu tidak hanya akan menjamin keselamatan Chiho-dono, tapi juga bisa
mengubah pace Emilia, tentu saja, aku, tidak punya alasan untuk menentang
hal ini. Yah, meski begitu kata-kata ini pasti akan membuat Emilia marah."

Suzuno mengatakannya sambil tersenyum kecut.

"Bagaimanapun juga, sampai saat ini, Emilia hanya dibimbing oleh pemikiran
balas dendam dan tugas, dia tidak pernah punya waktu untuk berpikir atau
merasa gelisah dengan jalan hidupnya. Namun, dari hasilnya, karena Emilia
datang ke Jepang, bisa dikatakan dia diberikan kesempatan untuk memikirkan
kembali jalan hidupnya."
Suzuno berdiri dan mengambil gelas kosong miliknya dan milik Chiho untuk
direndam di dalam air.

"Kesimpulannya, untuk saat ini, akan lebih baik kalau Emilia dan Raja Iblis
tidak berinteraksi dulu. Untungnya, MgRonald sudah kembali buka, dengan
ini, aku, Emilia, dan Raja Iblis tidak perlu berhati-hati lagi."

"Eh, apa maksudnya itu?"

"Apa kau ingat para iblis yang menyerang Choshi? Sepertinya sekelompok
iblis yang dipimpin oleh Barbariccia memiliki pandangan yang berbeda
dengan Camio, dan menyerang Ente Isla di bawah perintah Olba-sama."

"Eh, apa tidak apa-apa seperti itu?"

Iblis dari Dunia Iblis melanggar perintah dari Raja Iblis Maou dan membuat
pasukan baru, dan saat ini mereka diperintah oleh Olba dari balik bayangan,
bukankah itu situasi yang sangat serius?

"Itu adalah sesuatu yang perlu dikhawatirkan. Tapi dibandingkan dengan


penyerangan kali ini, Emilia dan aku lebih khawatir kalau Maou dan Alsiel
diculik oleh para iblis itu dan dibawa ke Ente Isla untuk menjadi pemimpin
Pasukan Iblis yang baru. Meskipun Raja Iblis nampak tidak senang dengan
perbuatan Barbariccia, tapi kami tetap tidak boleh lengah."

"O-ohh..."

Chiho tidak bisa mengerti kenapa situasi yang bisa membuat orang lain
berpikir kalau itu adalah sesuatu yang buruk hanya dengan mendengarkannya
saja, jadi ada hubungannya dengan pembukaan kembali MgRonald.

"Bukankah Sariel-sama ada di Sentucky yang berada di seberang jalan?


Meskipun ada tingkah laku yang tidak stabil dari para malaikat itu, tapi aksi
mereka tidak ada hubungannya dengan grup Barbariccia. Jika mereka ingin
menyerang Raja Iblis ketika dia sedang bekerja, itu pasti akan melibatkan
manajer Kisaki, jika sudah begitu, Sariel-sama tidak mungkin akan
mengabaikan hal ini. Tapi, meski begitu, aku sedikit merasa bersalah terhadap
manajer Kisaki karena secara sepihak telah memberinya tanggung jawab
menjadi sesuatu seperti mekanisme pertahanan."

"Ah....."

"Tentu saja, aku tidak berpikir kalau Sariel-sama dan Raja Iblis bisa berdiri di
garis yang sama, tapi kalau para iblis itu merasakan keberadaan sihir suci
setingkat Sariel-sama, mereka mungkin tidak akan berani mendekat. Tidak
peduli bagaimana para iblis dan Olba-sama mengamatinya, mereka harusnya
tidak mau ambil resiko dengan memprovokasi seorang Malaikat Agung. Jika
mereka tidak berhati-hati, Surga bisa saja menjadikan grup Barbariccia sebagai
target."

Chiho mencoba membayangkan posisi seperti apa yang Sariel miliki di dalam
rencana Suzuno.

Hal yang paling penting adalah, Sariel yang tidak punya hubungan langsung
dengan Olba dan Barbariccia, pasti bisa menghalangi rencana mereka.

Dan kuncinya adalah perasaan Sariel terhadap Kisaki.

Chiho yang segera memahami situasinya, berkomentar karena mengingat suatu


insiden.

"Ah.... De-dengan situasi saat ini, itu mungkin akan jadi sedikit sulit."

"Apa?"

Suzuno yang berada di dapur, menoleh dan bertanya dengan bingung.

"Sa-Sariel-san.... Saat ini, mungkin tidak bisa bertarung apapun yang terjadi."

Bagi Suzuno, kata-kata Chiho sudah seperti petir yang datang tiba-tiba.

"A-apa maksudnya itu?"

"Se-sebenarnya, di hari sebelum kita pergi ke Choshi....."


Chiho memberitahu Suzuno, setelah Kisaki melihat Sariel menggoda Chiho,
dia langsung melarang Sariel memasuki MgRonald, dan Sariel pun memasuki
masa-masa tidak bisa melakukan apapun karena syok yang dia terima.

"Setelah itu, meskipun aku beberapa kali melihat Sariel-san, tapi setiap kali itu
juga, dia selalu menunjukkan ekspresi suram yang bisa membuat orang lain
berpikir 'jadi, manusia juga bisa depresi sampai seperti ini ya', meskipun dia
mengenakan seragam Sentucky dan pergi keluar, keberadaanya tetap sangat
lemah, bahkan anjing pun menganggap dia seperti tiang telepon dan
mengencinginya."

Karena situasi ini terdengar sangat menyedihkan, Suzuno sesaat hanya bisa
mematung tidak percaya.

Dan di saat yang sama, sebuah ingatan yang mengkhawatirkan mencuat di


pikiran Suzuno.

Suzuno ingat reaksi lemah yang dia temukan saat dia memancarkan sonar di
Yoyogi Docodemo Tower selama kekacauan yang disebabkan oleh Gabriel
dan Raguel.

"Hahaha, ja-jangan bercanda. Tidak peduli apapun alasannya, dia masihlah


Malaikat Agung kan? Mana mungkin......."

Meski begitu, Suzuno tetap mencoba mengkonfirmasinya sekali lagi karena


sulit bagi dia untuk mempercayainya, Chiho menggelengkan kepalanya
dengan ekspresi sulit dan menjawab,

"Dan anjing itu adalah chihuahua."

Tidak hanya tidak bisa dianggap sebagai sebuah jawaban, hal itu juga adalah
informasi yang paling tidak penting untuk saat ini.

XxxxX
"Selamat datang, ada menu yang lebih jelas di sini."

Keesokan harinya. Belum saatnya makan malam mungkin adalah salah satu
faktornya, tapi separuh kursi Sentucky di stasiun Hatagaya sudah dipenuhi
pelanggan.

Meski begitu, atmosfer di dalam restoran tetap terasa ceria, para pegawai
wanita di konter pun juga menyapa Chiho dan yang lainnya dengan suara riang.

Untuk membuatnya lebih mudah dilihat oleh pelanggan, ayam goreng yang
baru dimasak diletakkan di belakang konter untuk mengundang selera para
pelanggan, namun, sangat disayangkan ketiga pelanggan wanita baru itu tidak
datang untuk ayam goreng tersebut.

Setelah Chiho, Emi dan Suzuno memesan tiga cangkir es kopi, mereka
mengambil tempat duduk yang berada di dekat konter dan pintu masuk, mereka
mengamati bagian dalam restoran untuk mencari tanda-tanda keberadaan
Sariel.

"Dia tidak ada di sini. Apa dia ada di belakang? Atau di dapur, ataukah di lantai
dua?"

"Aku berharap dia ada di sini...."

Hari ini Emi mendengar kabar mengejutkan dari Chiho, dan dia langsung
menuju ke sini setelah pulang bekerja.

Karena Emi juga menaruh ekspektasinya pada Sariel dan berharap dia bisa
menciptakan efek pencegah yang kuat terhadap Raja Iblis ataupun pasukan dari
Ente Isla, dia tidak bisa begitu saja mengabaikan Sariel yang memasuki mode
tidak bisa apa-apa karena dicampakkan oleh Kisaki.

"Tidak, meskipun lemah, tapi ada jejak keberadaannya di suatu tempat di


dalam restoran ini. Mungkin dia bersembunyi di belakang atau di balik
bayangan furnitur."
Ini memang tidak seperti mencari binatang piaraan di dalam rumah, tapi setelah
mendengar kata-kata Suzuno, Emi secara alami segera mengamati
sekelilingnya.

"Benar... Tapi hanya dengan kekuatan sebesar ini meskipun kita ada di
dekatnya, nampaknya situasinya benar-benar sangat gawat."

Chiho tidak tahu bagaimana kedua orang itu merasakan keberadaan Sariel.

"Apakah itu juga efek mantra?"

Setelah Chiho menanyakan hal tersebut, kedua orang itu menatap satu sama
lain dengan ekspresi sulit.

"Ini... sedikit berbeda dengan mantra."

"Ini bisa dideskripsikan sebagai penggunaan perasaan seseorang.... Benar,


Chiho-dono, apa kau ingat ketika Raja Iblis berubah di atas gedung
Metropolitan dan membuatmu kesulitan bernapas?"

"Ye-yeah."

Chiho ingat, itu adalah saat mereka bertarung melawan Sariel, dia saat itu
kesulitan bernapas karena tidak bisa menahan sihir iblis Maou setelah
perubahannya, dan akhirnya dilindungi oleh barrier Suzuno.

"Meskipun kau tidak bisa menggunakan mantra, tapi kondisi tubuhmu tetap
berubah karena sihir iblis kan? Nah, kita bisa melatih perasaan itu, dan
mengasahnya lewat pengalaman."

"Apa kau tidak merasa ada yang aneh di sini?"

Emi tiba-tiba menunjuk tepat di antara alis Chiho.

Chiho secara refleks mengalihkan pandangannya ke arah ujung jari Emi,


kemudian dia merasakan sedikit tekanan yang terasa seperti penumpukan
darah di suatu tempat yang tidak bisa dia sebutkan, entah itu di otot antara
alisnya, tengkorak, ataukah di uratnya.
"Ye-yeah, ada, aku terus merasakan suatu sensasi yang tidak jelas di sini.
Augh."

Chiho mengusap dahinya.

"Meskipun sihir suci tidak membahayakan tubuh manusia, tapi bentuk sihir
tersebut masih tetap akan menyebarkan jejak yang menyerupai keberadaan.
Jadi, hal ini akan bekerja selama kau melihat ke satu arah yang umum..."

"Shh, dia muncul!"

Chiho mengangguk menanggapi penjelasan Emi dengan ekspresi tidak


nyaman di wajahnya, kemudian, dia mendongakkan kepalanya karena
peringatan Suzuno.

Sariel yang bertubuh kecil dan mengenakan sebuah setelan, berdiri di arah
yang dapat dilihat oleh Suzuno.

Namun....

"Suram sekali...."

"Dia benar-benar terlihat seperti orang yang berbeda dari sebelumnya."

Perubahan dalam hal penampilan Sariel, benar-benar cukup besar untuk


membuat Chiho dan Emi tanpa sadar memperlihatkan ekspresi hampa di
wajahnya.

Dari langkah kaki yang mirip seperti hantu hingga wajahnya yang suram, aura
playboy di mana dia selalu menggoda setiap gadis yang dia lihat pun, sama
sekali tidak bisa terasa.

Dia memang menjadi lebih gemuk karena kebiasaan makannya di MgRonald


tiga kali dalam sehari, namun, penampilannya kini menjadi kurus bahkan
terlihat lebih tidak sehat.

"Terima kasih atas kerja kerasnya."


Dan tanpa tahu apakah dia mendengar sapaan dari para pegawainya, Sariel
berjalan keluar melewati pintu restoran tanpa reaksi sedikitpun.

"Apa yang harus kita lakukan?"

"Sudah jelas kan, tentu saja kita mengejarnya."

"Ke-kenapa kita harus mengejarnya?"

Mereka bertiga berdiri dengan panik dan meninggalkan Sentucky untuk


mengejar Sariel.

Sariel yang berjalan tanpa tenaga, rupanya tidak terlalu cepat, jadi mereka tidak
perlu cemas kehilangan jejaknya.

"Sepertinya sebelum sesuatu yang merepotkan terjadi, kita harus menemukan


suatu cara untuk menaikkan semangatnya."

"Bagiku, aku sudah menganggap saat ini adalah situasi yang merepotkan...
pasti akan sulit menangani dia."

"Jika memungkinkan, akan lebih baik bicara dengannya ketika tidak ada orang.
Ayo kita ikuti dia dulu, jika dia berencana pulang, kita bisa menyusup ke
rumahnya."

"Benar, meskipun pertarungan yang tidak diharapkan terjadi, Alas Ramus


seharusnya bisa mengatasi sabitnya."

Sang Pahlawan dan si Penyelidik membicarakan sesuatu yang terdengar seperti


tindak pencurian yang berbahaya, dan membuat Chiho mengucurkan keringat
dingin karenanya, lalu seolah mengingat sesuatu, Chiho membuka HPnya
untuk memastikan waktu saat ini.

"Ah... Ini sudah jam 6..."

Karena kalimat tersebut, Emi menatap ke arah MgRonald yang ada di seberang.

"Begitu ya, Chiho harus bekerja?"


"Yeah, maafkan aku... Aku pikir aku tidak akan bisa melakukannya tepat
waktu jika pergi ke sana dulu dan kemudian kembali..."

"Maaf, ini karena aku tidak bisa pulang kerja lebih awal."

"Aku tahu. Kami hanya akan mengikutinya dulu dan melihat situasi. Chiho-
dono sebaiknya berusaha yang terbaik untuk bekerja hari ini."

"Baiklah, maaf, aku tidak bisa membantu."

"Tidak apa-apa. Karena Chiho, kita jadi bisa tahu kalau malaikat idiot itu
menjadi sangat menyedihkan, selanjutnya adalah pekerjaan kami."

Emi berbicara untuk menenangkan Chiho yang merasa bersalah.

Setelah mengucapkan selamat tinggal pada Chiho di depan Sentucky, Emi dan
Suzuno pun mulai mengikuti Sariel yang berjalan dengan lesu.

Mereka berdua menggunakan GPS di HP mereka untuk memastikan rute saat


melewati jalanan di area perbelanjaan, setelah mereka melewati jalur pejalan
kaki, mereka mencapai sebuah distrik tempat tinggal yang sudah tua. Dan
setelah berjalan lebih jauh, mereka melihat sebuah apartemen.

"Apa ini blok yang itu?"

Meski dari kejauhan, mereka bisa melihat kalau bagian luar dari apartemen
Sariel rupanya masih sangat baru.

Meskipun itu adalah apartemen tingkat bawah dengan masalah penggunaan


perbatasan lahan, tapi dari desain jendelanya, bisa terlihat kalau ruang di
dalamnya lebih luas dibandingkan apartemen Emi.

Dari fakta bahwa bagian depannya memiliki dua jalur lurus tunggal yang
sepertinya memiliki volume lalu lintas yang padat, sekaligus fakta bahwa lantai
pertama disewakan untuk toko, tempat ini benar-benar memiliki nuansa
apartemen kota.
Salah satu dari dua toko itu, adalah sebuah toko serba ada yang menjual
makanan segar.

"Sepertinya sangat pas kalau di waktu hujan."

Suzuno menyuarakan pemikirannya yang dipenuhi dengan kehidupan sehari-


hari.

Di sisi lain, di sebelahnya terdapat toko kosong dengan pemberitahuan


'disewakan' terpasang di toko tersebut, dari suasana yang diberikan oleh
perlengkapan yang ditinggalkan, Emi bisa menyimpulkan kalau tempat itu
dulunya adalah cafe.

Sariel yang terlihat tidak menyadari keberadaan Emi dan Suzuno, melintasi
jalur khusus pejalan kaki dan berjalan lurus menuju pintu masuk apartemen.

"Sepertinya memang ini tempatnya. Apa-apaan Heaven's Chateau..."

Heaven's Chateau, Hatagaya.

Ketika Emi merasa tidak puas dengan nama apartemen yang ironis itu, dia tiba-
tiba terhenyak,

"Eh?"

"Ada apa?"

Kedua orang itu dengan sengaja melewatkan lampu hijau agar tidak dipergoki
oleh Sariel, tapi Emi membelalakkan matanya karena melihat seseorang yang
familiar berjalan keluar dari toko serba ada yang terletak di bawah apartemen
Sariel.

Orang itu tidak berjalan di arah Emi dan Suzuno, dan hanya berjalan mengikuti
jalur. Emi segera berpikir kalau mereka berpapasan, dia seharusnya paling
tidak menyapanya, jadi Emi sementara hanya terus memperhatikan orang itu.

"Ada apa?"
"Kau tidak menyadarinya karena dia memakai pakaian biasa? Orang itu adalah
manajer MgRonald, Kisaki-san, iya kan?"

Suzuno mendengar hal itu dan langsung mengikuti arah pandangan Emi, tapi
orang itu sudah melintasi jalur pejalan kaki berikutnya dan meninggalkan jarak
pandang mereka.

"Kisaki-san... kenapa dia datang ke apartemen ini?"

".... Siapa yang tahu? Kupikir seharusnya itu tidak ada hubungannya dengan
Sariel."

"Tapi, apa ada alasan lain?"

"T-tapi, jika memang seperti itu, Sariel tidak seharusnya berada dalam keadaan
abu-abu seperti ini, kan?"

"B-Benar sekali."

Saat Emi dan Suzuno sedang membicarakannya dengan serius....

""Ah!""

Lampu lalu lintas sudah berubah jadi hijau tanpa mereka sadari, dan ketika
mereka menyadarinya, lampu tersebut kembali berkedip.

"".... Ugh!""

Kedua orang yang memutuskan untuk melintas itu, baru saja mengambil satu
langkah, lampu lalu lintas tersebut sudah berubah kembali menjadi merah, dan
mereka pun hanya bisa menghentikan langkah mereka.

"..... Itu tidak mungkin. Aku tidak berpikir kalau Kisaki-san akan
memperhatikan orang seperti Sariel-sama. Dan menurut informasi Chiho-dono,
Sariel-sama menjadi seperti ini karena perlakuan dingin Kisaki-san, kan?"

"Benar... Meskipun aku tidak pernah berbicara langsung dengan Kisaki-san,


tapi dari kesan yang kudapat dengan mendengar apa yang dikatakan oleh Maou
dan Chiho, dia seharusnya tidak tertarik dengan pria lemah yang menjadi
seperti ini hanya karena mereka dicampakkan."

Emi dan Suzuno, sementara hanya asyik dengan emosi mereka yang rumit.

"Huuh, kita pikirkan saja hal ini nanti. Yang lebih penting untuk saat ini, kita
harus memastikan kondisi Sariel-sama."

"Aku penasaran apa kita bisa mendapatkan nomor kamarnya dari kotak surat.
Ah, tapi bagaimana kalau apartemen ini menggunakan kunci otomatis?"

Karena ini adalah apartemen baru, mungkin saja mereka hanya bisa masuk
setelah mendapat izin dari penghuninya. Jika targetnya hanya Sariel, mereka
berdua tidak akan merasa bersalah jika mereka langsung menerobos masuk,
tapi mereka tidak bisa menyebabkan masalah untuk penghuni lain dikarenakan
hal ini.

Saat mereka berdua sedang memikirkan metode lain untuk masuk ke dalam
rumah Sariel dengan cara yang lebih aman dan tepat.....

""Ah!!""

Emi dan Suzuno memekik di saat yang bersamaan.

Mereka benar-benar tidak menyangka kalau Sariel akan keluar dari apartemen
sekali lagi.

Meski setelan yang awalnya dia pakai hampir tidak bisa mempertahankan
penampilan normalnya, tapi ketika dia berganti celana olahraga dan T-shirt
kusut, kini dia malah menjadi benar-benar lebih sulit untuk dipuji.

"Baju yang berantakan adalah bukti dari hati yang hancur."

Suzuno menyuarakan sebuah pendapat yang tidak perlu, sepertinya Sariel


memerlukan sesuatu dan berjalan menuju toko serba ada yang sebelumnya
terdapat Kisaki di dalamnya.

"Dari kejadian ini, Kisaki-san sepertinya tidak datang untuk mencari Sariel."
"Benar. Emilia, lampunya akan segera hijau, sangat jarang melihat dia keluar
sendirian, kita lebih baik mengikutinya dengan cepat..."

Suzuno belum sempat menyelesaikan kalimatnya ketika lampu lalu lintas


tersebut berubah jadi hijau, tepat ketika mereka berdua memutuskan berjalan
melintasi jalur pejalan kaki dengan cepat.....

"!!!"

Sariel menghentikan langkahnya di depan toko serba ada tersebut.

"???"

Jangan bilang dia sudah sadar kalau dia telah diikuti? Meskipun bagi Emi dan
Suzuno yang memang berniat mencari Sariel, tidak masalah jika mereka
kepergok, namun Sariel tidak menunjukkan sedikitpun tanda-tanda menyadari
sesuatu.

".... Sariel.... sama?"

Suzuno dengan hati-hati memulai percakapan dengan Sariel, yang berdiri


mematung di depan toko serba ada.

".... Dewi.... ku...."

"Eh?"

"Apa tadi dewiku ada di sini?"

"Uwaahhh!!"

Sariel, dengan mata memerah, tiba-tiba berbalik dan mencengkeram lengan


Suzuno dengan kuat. Suzuno pun panik karena tindakan kasar Sariel yang
mendadak.
"Apa yang kau lakukan? Cepat lepaskan Bell!!"

"Jawab aku Crestia Bell? Dia di sini kan? Dewiku tercinta tadi ada di sini kan?"

"Te-tenanglah Sariel-sama! D-dewi yang kau maksud, apakah itu manajer


MgRonald, Kisaki?"

"A-apa dia ada di sini?"

Ketika Suzuno mengatakan hal tersebut untuk memastikannya, sikap Sariel


tiba-tiba melembut dan melihat ke arah Suzuno dan Emi dengan tatapan
memelas.

"Lantas kenapa kalau dia ada di sini? Bagaimanapun, cepat lepaskan Bell!
Kalau tidak, aku akan menelepon polisi!"

Meskipun ada polisi, mereka harusnya tidak akan mampu menangani Sang
Pahlawan dan seorang Malaikat Agung, namun Sariel, dengan sikap yang lebih
jujur dari yang dibayangkan, benar-benar melepaskan Suzuno.

"Tidak.... Dia ada di sini... Aku bisa merasakannya."

Kata-kata Sariel dipenuhi dengan kesedihan, bahkan Suzuno yang diganggu


pun sampai merasa kasihan padanya.

"Ini adalah bau dari dewiku.... bau dari kopi yang dibuat oleh tangan dewiku."

"Menjijikkan!"

Emi yang sudah tidak tahan, tanpa ampun mencelanya, Sariel pun perlahan
terduduk di tanah.

"Ahh... dia tadi berada di tempat yang bisa kuraih... jika waktu bisa diputar
kembali... ahh..."

"Hey, Bell, ada apa dengan pria ini?"

"Aku tidak tahu. Meski aku tidak tahu, seseorang pasti akan menelepon polisi
kalau ini terus berlanjut. Sariel-sama, kumohon berdirilah!"
".... Yeah, maafkan aku, aku hilang kendali. Aku tidak akan membeli barang-
barang lagi, saat aku memikirkan dewiku, aku jadi tidak punya mood lagi."

Emi dan Suzuno dengan hening menyaksikan Sariel yang berjalan kembali ke
apartemennya dengan goyah.

Mereka berdua sudah memutuskan kalau hari ini, lebih baik mereka hanya
memastikan kondisi Sariel dan alamat tempat tinggalnya. Meskipun ada hal
lain yang ingin mereka tanyakan, tapi saat ini, sepertinya Sariel sama sekali
tidak bisa diajak bicara.

"Kamar nomer 302 huh."

Dari luar, Emi dan Suzuno memastikan kotak surat yang diperiksa oleh Sariel
dan kemudian memutuskan untuk pulang. Tapi sepertinya keadaan Sariel jauh
lebih buruk dari yang mereka bayangkan.

Mereka tahu alasan dibalik semua ini adalah karena dia dicampakkan oleh
Kisaki, jadi pada dasarnya, mereka hanya harus memikirkan cara untuk
memperbaiki hubungan antara Kisaki dan Sariel, tapi Emi dan Suzuno hanya
bertemu Kisaki beberapa kali, jadi mereka tidak mungkin meminta Kisaki
begitu saja memaafkan Sariel.

Tapi jika ini terus berlanjut, Sariel tidak akan bisa melaksanakan pekerjaannya
sebagai mekanisme pertahanan, yang mana hal itu akan memberikan
kesempatan bagi para iblis.

".... Kenapa kita harus pusing-pusing melakukan hal-hal semacam ini demi
melindungi Raja Iblis?"

Emi menggumam dengan perasaan yang campur aduk, menggunakan volume


yang tidak bisa didengar oleh Suzuno.

XxxxX
"Eh, Kisaki-san tidak masuk hari ini?"

Ketika Chiho telah berganti pakaian dan siap bekerja, dia sadar kalau Kisaki
tidak terlihat di manapun di dalam restoran, setelah bertanya pada seniornya
yang ada di konter....

"Dia bilang dia ingin pergi jalan-jalan saat istirahat, sekarang Maou yang
mengurusi lantai dua."

Chiho menerima jawaban tersebut.

"Begitukah? Itu bagus, aku juga ingin segera naik ke lantai dua."

Meskipun dia bilang kepada Maou kalau dia tidak punya kepercayaan diri
beberapa hari yang lalu, Chiho tetap ingin mengawaki konter model baru
tersebut.

Tapi seniornya itu tersenyum kecut dan berbicara,

"Begitukah? Setelah meminum kopi buatan Kisaki-san, aku tidak lagi ingin
naik ke lantai dua. Jika seseorang mengeluh kalau rasa kopinya berbeda dengan
buatan Kisaki-san, aku tidak akan tahu apa yang harus kulakukan."

"Hal-hal seperti itu memang bisa terjadi."

Chiho tersenyum kecut karena semuanya memikirkan hal yang sama.


Mengikutinya...

"Hey, apa maksudmu dengan keluhan? Itu harusnya adalah pendapat


pelanggan."

Tidak diketahui kapan dia kembali, mereka kini hanya diam melihat Kisaki
yang tidak memakai seragam pegawai sekaligus topinya, dengan sebuah syal
pelindung sinar matahari yang tersampir di atas kaosnya, dia berdiri memegang
sebuah tas plastik dari toko serba ada.
"Ah, selamat datang kembali. Kau kembali dengan cepat."

"Hello, Kisaki-san. Apa kau tadi pergi jalan-jalan?"

"Aku punya beberapa urusan yang harus kutangani. Maafkan aku, aku ingin
berada di ruang karyawan dulu untuk sementara. Di lantai dua semuanya baik-
baik saja kan?"

"Yeah, Maou masih bisa mengatasinya."

Kisaki melirik ke arah monitor yang memperlihatkan situasi di lantai dua.

"Yeah, tapi kita harus segera membuat semua orang bisa naik ke lantai dua
cepat atau lambat, atau aku tidak akan bisa menyusun jadwal kerja."

"Oiya, Maou sepertinya menyebutkan sesuatu semacam lisensi khusus


MdCafe?"

"Lisensi?"

Si senpai mengatakan sesuatu yang tidak terduga, setelah Kisaki melirik ke


arahnya, Kisaki pun mengangguk dengan santai.

"Itu bukan berarti kau tidak bisa masuk ke MdCafe tanpa lisensi tersebut. Tapi
setidaknya, orang-orang yang ikut dalam kursus itu, akan memperoleh
sertifikat akreditasi yang cukup keren."

"Sertifikat akreditasi.... apakah itu benda yang ditaruh di lantai dua dengan foto
Kisaki-san?"

"Benar sekali. Itu hanya untuk peletakan di dalam toko, hanya dengan itu, para
pelanggan akan tahu kalau ada seorang pegawai professional di dalam
restoran."

Karena dia tidak memperhatikan isinya, Chiho selalu berpikir kalau sertifikat
dengan foto Kisaki itu, adalah sebuah sertifikat penanggung jawab restoran
cabang.
Kisaki mencetak penjelasan yang dia berikan kepada Maou dan
menyerahkannya kepada kedua pegawai tersebut.

"MgRonald Barista.... Maou-san berencana mengambil ini?"

"Yeah. Dia mendaftar kursus ini dengan sangat cepat. Kalau kalian semua
tertarik, apa kalian ingin ikut ambil bagian?"

"Akankah aku bisa membuat kopi seperti buatan Kisaki-san kalau aku ikut
berpartisipasi?"

Chiho dengan santai bertanya sambil membaca penjelasan tersebut, dan Kisaki
sedikit ragu ketika dia menjawab,

"... Setidaknya, itu jadi sedikit lebih mirip."

"Sepertinya itu masih belum mendekati."

Senior kerjanya terlihat tidak begitu tertarik, mungkin karena dia merasakan
sesuatu dalam kata-kata Kisaki yang membuatnya terasa seperti terlalu
menyombongkan diri.

Chiho memikirkannya sejenak, kemudian mengangguk, mendongak, dan


mengatakan,

"Apa aku bisa ikut berpartisipasi juga? Meskipun di sini dikatakan perlu
memiliki suatu tingkatan pengalaman kerja."

"Semuanya akan baik-baik saja selama ada rekomendasi dari restoran cabang.
Dalam kasus Chi-chan, karena kau bukan pegawai tetap seperti Maa-kun
dengan pengalaman manajer penggantinya, maka biaya kursusnya tidak bisa
disubsidi, jika kau tidak keberatan, maka....."

"Sepertinya menarik, aku ingin ambil bagian dan melihatnya."

"Begitukah? Kalau begitu tolong isi form lamaran ini dan serahkan besok. Jika
registrasinya selesai sekarang, kau seharusnya bisa menghadiri kelas yang
sama dengan Maa-kun."
"Aku mengerti, terima kasih."

Setelah melipat form registrasinya dengan hati-hati, Chiho berjalan menuju


ruang karyawan dan meletakkannya di dalam tas. Ingin melatih teknik dan
pengetahuannya sebagai pegawai MgRonald, keinginan tersebut bukanlah
keinginan yang palsu.

Namun, Chiho punya motif lain.

"... Aku penasaran apa yang sebenarnya Maou-san pikirkan."

Chiho ingin menemukan sebuah tempat di mana tidak ada Emi, Ashiya, atau
bahkan seluruh warga Jepang yang tidak terlibat dengan Ente Isla, untuk
memastikan pandangan Maou terhadap situasi saat ini.

Meskipun jawaban untuk pengakuan Chiho masih belum dia dapatkan, namun
bukan karena kesombongannya, Chiho sangat yakin kalau Maou pasti
menyukai kehidupan sehari-hari di mana dia berada.

Ketika Chiho mengetahui kalau Emi merasa begitu gelisah mengenai masa
depan saat menginap di kamar Suzuno, Chiho tiba-tiba penasaran dengan apa
yang Maou pikirkan.

Memikirkannya dengan serius, sejak awal, Maou tidaklah sebenci itu dengan
Emi.

Meskipun Maou ingin menghancurkan peradaban manusia dan menaklukan


dunia, tapi saat ini, Maou yang tinggal di Jepang tidak terlihat membenci
manusia.

Meskipun ini bukan seperti Chiho tidak bisa pergi ke Kastil Iblis dan menanyai
Maou langsung, namun Suzuno pasti akan curiga karena hal itu.

Termasuk fakta bahwa Emi yang tidak bisa merasakan kebencian terhadap
Maou, mengenai Pasukan Iblis yang memulai perang di Ente Isla di tempat
yang tidak diketahui Maou, mengenai situasi Chiho yang berencana
mempelajari mantra yang seharusnya tidak ada di Jepang, dan mengenai
kehidupan sehari-hari normal yang mulai berubah, apa yang Maou pikirkan
mengenai semua itu?

Chiho ingin memilih waktu di mana hanya ada mereka berdua, dan mendengar
jawaban dari mulut Maou langsung.

Hanya mereka berdua.... hanya ada mereka berdua....?

"Bu-bukankah itu ke...."

"Apa kau gelisah karena sesuatu?"

"Yeh?"

Chiho yang pemikirannya semakin melenceng dari arah yang sebenarnya,


terkejut karena seseorang tiba-tiba memulai percakapan dengannya.

Berbalik, pandangan Chiho bertemu dengan pandangan Kisaki, yang masuk


dari belakang, saat ini dia bersandar pada meja dan memakan sesuatu yang
terlihat seperti sandwich dari toko serba ada.

"Bergumam sendiri setelah menyimpan form pendaftaran, kau layak


mendapatkannya. Jika kau lupa kalau saat ini adalah jam kerja, aku akan sangat
kesulitan, kau tahu?"

"A-apa aku melamun selama itu?"

Chiho tersipu, dan menepuk pipinya karena merasa sangat malu.

"Ya, hingga mencapai titik di mana orang lain akan merasa kalau itu bukan
Chiho yang biasanya."

Kisaki tersenyum kecut dan meminum satu botol PET teh merah.

"Apa kau mengikuti tes akademis seusai liburan musim panas?"

"Eh, kenapa kau menanyakannya?"

Chiho bingung karena tiba-tiba ditanyai pertanyaan seperti itu.


"Ya ampun, itu karena kau terlihat gelisah belakangan ini. Memang sama saja
seperti saat ini, tapi semenjak pembukaan kembali MgRonald, Chi-chan selalu
memperlihatkan ekspresi yang mirip seperti orang yang terjebak kemacetan.
Dan ketika tertawa, alismu juga sama sekali tidak bergerak."

Meskipun Chiho sudah berusaha menyembunyikan kecemasannya, tapi hal itu


masih bisa dilihat dengan mudah oleh Kisaki, yang notabene tidak tahu apa-
apa, sepertinya dia adalah orang yang sangat sederhana.

"Itu terlihat dengan sangat mudah. Meskipun ini tidak seperti diriku, tapi aku
juga merasa agak cemas belakangan ini. Di saat seperti ini, anehnya,
pemahaman akan perasaan yang sama itu akan jadi lebih sensitif."

"Kisaki-san juga bisa merasa cemas? Sulit dibayangkan."

"Hey, hey, hey, aku ini juga manusia kau tahu? Tentu saja aku punya saat-saat
di mana aku merasa cemas. Huft, meski begitu, aku sering memendamnya
dalam pikiranku saat aku sedang bertindak, aku harus menunjukkan seolah-
olah aku ini tidak kehilangan jalan hidupku."

Kisaki mengambil satu gigitan besar sandwich di tangannya, menyesuaikannya


dengan teh merah, dan menelannya dalam sekali tegukan.

"Izinkan aku memberi sebuah nasihat dari seorang senior yang berusia 30
tahunan untuk seorang gadis remaja. Semuanya pasti akan berhasil pada
waktunya. Selama itu bukan masalah kehidupan, sebenarnya tidak mudah
menemukan hal-hal yang tidak dapat dirubah."

"Begitukah?"

"Memang benar kau tidak akan gagal selama kau tidak mengambil sebuah
tindakan, namun jika demikian, tidak ada satupun yang akan berubah.
Sebaliknya, selama kau mau bertindak, perubahan pasti akan terjadi entah kau
berhasil atau gagal. Jika kau takut akan perubahan, hidup di era seperti
sekarang ini pasti akan sulit."

"Tapi... Aku tidak takut... akan perubahan."


Setelah Kisaki melihat Chiho yang gelisah, dia pun mengangguk.

"Jika kau tidak bisa langsung menemukan jawabannya bahkan setelah


berusaha keras, maka fokuskan perhatianmu pada pekerjaan yang ada di
hadapanmu. Apa yang sebaiknya Chi-chan lakukan saat ini adalah pekerjaan
MgRonald yang ada di depanmu."

"Ah, be-benar. Ma-maafkan aku karena bermalas-malasan di sini."

Setelah memperhatikan jam, Chiho pun menyadari kalau dia sudah berada di
dalam ruang karyawan dan merasa cemas selama hampir 10 menit.

Melihat punggung Chiho saat dia dengan panik keluar dari ruang karyawan,
Kisaki pun dengan cepat mengeluarkan resume wawancara pegawai dari dalam
laci.

"Hm....."

Ketika membaca resume Chiho, Kisaki pun kepikiran Maou yang saat ini
bekerja di lantai dua.

---

"Chi-chan juga ingin ikut dalam kursus itu?"

Maou mendengar kabar tentang Chiho yang juga ingin ikut serta dalam kursus
Barista MgRonald dari Kisaki yang sudah selesai beristirahat dan kembali
bekerja.

"Yeah, dan dia akan ikut di hari yang sama dengan Maa-kun, ini kesempatan
yang langka, kalian berdua sebaiknya menghadirinya bersama."

"Benar, kalau begitu akan kami atur seperti itu."

Kisaki agak menundukkan kepalanya untuk melihat ke arah Maou yang


menjawab dengan santai, dan tiba-tiba bertanya,
"Oiya, Maa-kun, apa kau tahu kapan ulang tahun Chi-chan?"

"Eh, tidak. Aku tidak tahu."

Meski sedikit bingung, Maou tetap bisa langsung menjawab pertanyaan tiba-
tiba Kisaki.

Melihat ekspresi Kisaki yang terlihat agak kecewa, Maou langsung tahu kalau
dia telah mengatakan sesuatu yang salah.

"Aku penasaran apa ini kau yang tidak peka, ataukah Chi-chan yang terlambat
berkembang, sangat sulit untuk mengetahuinya."

"Hah?"

Jawaban konyol Maou membuat Kisaki menggelengkan kepalanya seolah


sudah menyerah.

"Aku hanya bisa memberitahumu kalau hari itu akan segera tiba.
Bagaimanapun, di era sekarang ini, kita tidak bisa dengan ceroboh
mengungkap informasi pribadi karyawan."

"Begitu ya?"

Tentu saja Maou tahu kalau di Jepang ada sebuah adat untuk merayakan ulang
tahun. Meski begitu, dia tidak pernah terlalu memperhatikan ulang tahun orang
lain.

"Aku tidak yakin kenapa, tapi akhir-akhir ini, setiap kali melihat kalian berdua,
aku selalu merasa Chi-chan sudah banyak membantu Maa-kun dibandingkan
siapapun. Anggap saja ini balasan untuk kepeduliannya dan tunjukan sisi
kejantananmu."

"Y-yeah."

"Ngomong-ngomong, alasan kenapa Chi-chan bertingkah aneh akhir-akhir ini,


pasti ada hubungannya denganmu kan?"
"!!"

Maou hanya bisa menatap sosok Kisaki dari samping.

Meskipun Maou tidak berpikir kalau Chiho akan memberitahu Kisaki yang
sebenarnya, tapi sepertinya, bahkan Raja Iblis pun tidak mungkin bisa
menyembunyikan semuanya dari Kisaki.

"Aku tahu meskipun kalian berdua tidak mengatakan apa-apa. Rasanya seolah-
olah atmosfer di antara kalian berdua sudah berubah banyak semenjak
pembukaan kembali MgRonald."

".... Be-begitukah?"

"Itu bukanlah sesuatu yang buruk. Manusia pasti akan kalah dan gelisah tidak
peduli berapapun usia mereka. Tapi kalau ada seseorang yang berada di sisi
mereka di saat-saat seperti itu, pasti akan membuat perubahan besar pada
hasilnya."

Kisaki yang menunjukkan senyum nakal, menyikut Maou dengan sikunya.

"Terkadang, kau juga harus mengambil inisiatif dan membantu Chi-chan


menyelesaikan masalahnya. Pasti akan ada banyak poin juga seperti ini."

".... Kisaki-san, terkadang memberi kesan seperti seorang bapak-bapak."

Maou membalas dengan serius, tapi Kisaki dengan santai menjawab,

"Ini juga adalah cara untuk menyelesaikan masalah. Kalau kepribadian seorang
wanita berubah menjadi seperti bapak-bapak, banyak masalah akan bisa
terselesaikan. Ya meskipun sulit untuk menemukan pasangan seperti itu."

Sulit untuk menanggapi kalimat tersebut.

"Bagaimanapun, kalau kau bisa mendapatkan lisensi MgRonald Barista, maka


orang yang bisa mengawaki lantai dua akan ikut bertambah. Itu seharusnya
tidak terlalu sulit, tapi pergilah ke sana dan pelajarilah!"
"Aku mengerti."

Mungkin karena merasakan keraguan Maou, Kisaki melanjutkan topik yang


tadi.

"Tapi soal hadiah.... Hadiah apa yang sebaiknya kita beri?"

Bahkan di mata Maou, dibandingkan gadis seusianya, karakteristik Chiho


memang diolah dengan cara yang lebih sehat, jadi memberinya hadiah yang
terlalu feminim mungkin tidak akan berguna.

"Memikirkannya dengan cermat, mungkin sebaiknya 10 kg beras dan salad


dibungkus kotak hadiah."

"Ini bukan festival hantu!!"

Kisaki membantahnya sembari tercengang.

"Kalau aksesoris, selera setiap orang itu berbeda-beda, meskipun aku ingin
memberinya buku yang populer belakangan ini, Chi-chan mungkin sudah
memilikinya, tapi kalau memberi bunga, bukankah itu akan membuat orang
lain salah paham?"

"Benar, berdasarkan hubungan antara kalian berdua, memang ada beberapa


kesulitan."

Kisaki mungkin juga sedikit memikirkannya, tapi tentu saja, dia tidak akan
memberitahu Maou jawabannya.

"Untuk lebih ekstremnya, sesuatu seperti hadiah, akan lebih bagus kalau orang
itu bisa menggunakannya. Jika kau terlalu memikirkannya, itu mungkin malah
akan menjadi beban di pikiran si penerima pada akhirnya, apa yang paling
penting adalah niatannya. Tuangkan saja perasaanmu ke dalamnya dan pilih
dengan benar."
Di saat seperti itu, seorang pelanggan baru mendekat sambil mengarahkan
wajahnya ke arah AC. Dari bagaimana pelanggan itu belum memesan apapun
dari bawah, dia harusnya adalah pelanggan di MdCafe.

Meskipun Maou tidak pernah berbicara dengan pelanggan itu, tapi dari
wajahnya, Maou bisa memastikan kalau dia adalah seorang pelanggan reguler
semenjak sebelum terjadinya renovasi.

Meskipun saat ini adalah puncak musim panas, dan pelanggan itu nampak
dipenuhi keringat, setiap kali dia memesan white gold roasted coffee, dia akan
selalu meminta 'yang panas' dan tidak pernah memesan es kopi.

Dalam hati Maou, dia diam-diam memberikan nama panggilan 'kopi panas-
san' untuk pelanggan itu.

"Selamat datang."

Maou dan Kisaki membungkuk dengan hormat secara bersamaan.

"Cappucino ukuran medium, panas satu."

Sesuai kebiasaannya, pelanggan itu memesan kopi panas dan Maou pun
tersenyum.

"Aku mengerti, apa anda perlu yang lain?"

Setelah Maou membantu pelanggan itu membuat pesanannya, dia pun berlari
menuju Kisaki.

"Totalnya 300 yen... Aku menerima 5000 yen, tolong diperiksa!"

Sesuai peraturan MgRonald, ketika menerima uang besar saat pembayaran,


mereka harus bertanya pada pegawai lain untuk memastikan tagihannya ketika
memberikan kembalian.

Kisaki berbalik menanggapi permintaan Maou, dan karena alasan yang tidak
diketahui, dia menggosok-gosok bagian bawah mug khusus MdCafe yang
diletakkan di rak dengan ujung jarinya.
"Tidak masalah!"

Kisaki menyentuh mug kopi tersebut sambil memastikan kembalian Maou.

Saat Maou menyerahkan tagihan dan kembalian ke pelanggan, Kisaki tiba-tiba


berbicara,

"Jika anda tidak keberatan, silakan duduk di kursi anda, kami akan
mengantarkannya untuk anda nanti."

Setelah pria itu mengambil plat nomer meja, dia mencari tempat duduk yang
terlihat nyaman serta empuk, dan kemudian duduk di atasnya.

Setelah memastikan lokasi pelanggan tersebut, Maou melirik melalui sudut


matanya menyaksikan gerakan Kisaki ketika membuat kopi.

Kisaki yang mengambil sebuah cangkir dari tengah rak, karena alasan yang
tidak diketahui, mulai mencuci cangkir tersebut dengan air panas yang dipakai
untuk membuat teh merah.

Setelah keseluruhan cangkir tersebut disiram dengan air panas, Kisaki


menggunakan ibu jarinya untuk menyentuh titik di atas pegangan cangkir
tersebut.

Kisaki mengangguk seolah-olah memahami sesuatu, dan kemudian berjalan


menuju mesin kopi, sesuai pesanannya, dia meletakkan biji kopi yang dipakai
untuk Cappuccino ke dalam mesin kopi untuk mengekstrak kopi yang sudah
terkonsentrasi. Setelah menambahkan gelembung susu yang dikeluarkan oleh
mesin gelembung susu bertenaga uap, Cappuccino yang selalu Maou buat
dengan mengikuti standar pengoperasian pun telah siap disajikan.

"Yeah."

Kisaki mengangguk puas, dia secara pribadi berjalan menuju area tempat
duduk pelanggan, mengambil plat nomer meja, dan meletakkan mugnya di atas
meja.
Maou terus menatap ke arah pelanggan itu tanpa mengalihkan pandangannya.

Kopi panas-san yang terlihat ingin beristirahat, mengeluarkan HP dari dalam


sakunya dan menatap layar HPnya, tanpa sedikitpun melirik ke arah mug.

".....?"

Akan tetapi, setelah meminum satu teguk, gerakannya mengembalikan mug ke


atas meja tiba-tiba terhenti.

Pandangannya teralih dari HP, dan dia menggerakkan mug yang ingin dia taruh
kembali ke atas meja menuju mulutnya.

Melihat Kopi panas-san meminum seteguk kopi dengan jumlah yang lebih
banyak dibandingkan tegukan yang pertama, Maou pun perlahan memahami
kalau rasa dari Cappuccino tersebut benar-benar berbeda dengan buatannya.

"Aku penasaran apa perbedaannya...."

Setelah mengikuti kursus MgRonald Barista, Maou bertanya-tanya apakah dia


bisa mengungkap misteri kecil ini.

Ketika melihat Kisaki kembali dengan ekspresi puas di wajahnya, Maou tidak
bisa menghilangkan kegelisahan yang ada di dalam hatinya.

XxxxX

Jam 10 malam, Maou yang sudah bekerja dari pagi sampai sekarang, mulai
membuat persiapan pulang bersama dengan Chiho.

Mereka berdua meninggalkan restoran di bawah pengawasan Kisaki, yang


terlihat sedikit senang.

"Ayo kita pulang!"


"Baik!"

Jalan menuju rumah Maou dan Chiho adalah searah, hingga mencapai titik
pertengahan.

Chiho yang tidak tahu sebelumnya kalau jadwal kerja Maou berakhir lebih
awal, berpikir kalau dia tidak perlu menunggu sampai hari kursus MgRonald
Barista, mungkin dia bisa menemukan waktu yang tepat untuk berbicara
dengan Maou hari ini.

"....."

Namun, saat Maou mengambil Dullahan 2 dari tempat parkir sepeda, dia tiba-
tiba menunjukkan ekspresi seperti saat dia ingin meminum teh merah, tapi
malah keliru meminum saus soba.

"Astaga, kalian berdua baru pulang bekerja?"

".... Jangan salah paham, kami tidak menunggumu!"

Emi dan Suzuno mengucapkan hal tersebut dengan sikap tidak tahu malu.

Tidak peduli apa yang mereka pikirkan, mereka berdua jelas-jelas menunggu
Maou dan yang lainnya keluar.

Dari fakta bahwa mereka berdua masih ada di sini di saat seperti ini, Chiho
bisa menyimpulkan kalau Sariel tidak mungkin akan bangkit secepat itu.

Suzuno dan Emi mungkin berada di sini untuk mencegah agar Maou tidak jatuh
ke tangan iblis di Ente Isla.

Tapi dari sudut pandang Maou, dia tidak ingat sudah melakukan sesuatu yang
bisa menyebabkan Emi dan Suzuno mengganggunya, jadi dia pun menghela
napas seolah-olah menyerah dan mengatakan,

"Ada masalah apa?"

"Bukankah sebelumnya sudah kubilang kalau kami tidak menunggumu?"


"... Yusa-san?"

Chiho tiba-tiba merasakan sesuatu yang berbeda dari biasanya.

Meskipun sejak awal nada bicara Emi kepada Maou memang tidak baik, tapi
hari ini ada sesuatu yang sedikit berbeda.

"Emilia benar. Orang yang kami cari sebenarnya ada di Sentucky. Meskipun
masalahnya sudah selesai lebih awal, tapi kami juga perlu berbicara mengenai
topik wanita."

"Apa kau sebegitu sukanya dengan istilah 'topik wanita' itu?"

Maou memandang Emi untuk meminta konfirmasi dengan kesal.

"Apa kau sudah melakukan sesuatu sebelumnya yang akan membuat kami
harus mencarimu?"

Melihat Emi sang Pahlawan mengatakan hal semacam itu, Maou si Raja Iblis....

"Terlalu banyak untuk dihitung."

Dia hanya bisa menjawab seperti itu.

".... Begitulah."

"Hah?"

Logikanya, jika itu adalah Emi yang dulu, tidak akan aneh kalau dia berteriak
'Kalau begitu matilah!!' ke arah Maou, namun, saat ini dia hanya mengalihkan
pandangannya dengan bosan dan mengatakan,

"Lalu menurutmu urusan apa yang kami miliki denganmu?"

"Hah?"

Mata Maou terbuka lebar karena arah bantahan Emi terlalu tidak bisa
diperkirakan.
Melihat mata Emi dan arah pandangannya, Chiho akhirnya menyadarinya.

Hari ini, Emi sama sekali tidak bisa menatap mata Maou.

Biasanya, Emi akan menunjuk langsung ke arah Maou, entah itu tatapannya,
kebenciannya, ataupun jarinya, tapi kali ini, dia benar-benar menghindari
Maou.

"Uh... Soal itu, bagaimana aku mengatakannya ya.."

Tidak diketahui apakah dia menyadari keanehan sikap Emi atau tidak, Maou
hanya menggaruk kepalanya dan mengatakan,

"Karena aku pulang bersama dengan Chi-chan, jadi kau khawatir kalau aku
akan melakukan sesuatu yang tidak pantas di tengah jalan?"

"Kau, yang bahkan tidak berani mendongak di hadapan ibu Chiho, apakah bisa
melakukan hal-hal semacam itu?"

"... Ataukah kau khawatir kalau aku akan melakukan sesuatu yang buruk di
lantai dua, yang mana tidak bisa terlihat dari Sentucky ataupun toko buku di
seberang?"

"Kau sangat menghormati manajer itu, dan kau masih berani bicara seperti
itu?"

"Kalau begitu, kau pasti sedang mencari masalah seperti biasanya?"

"Apa maksudmu dengan mencari masalah?"

Emi tidak menyembunyikan sikap frustasinya dan berbicara pelan dengan


sikap penuh kebencian sambil menundukkan kepalanya,

"Kenapa Pahlawan harus memikirkan alasan untuk mencari Raja Iblis?"

"Orang yang datang ke sini tanpa ada urusan apapun juga terdengar sangat
aneh kan?"
"Bukankah sudah kubilang sebelumnya kalau aku punya urusan dengan
Sariel?"

"Ada apa? Kau jadi sedikit aneh akhir-akhir ini, kau tahu?"

Maou yang menjadi semakin tidak sabar, mulai berbicara dengan nada yang
tajam.

".... Ugh!"

Emi yang tidak bisa mendongak karena nada tegas Maou...

"Yu-Yusa-san?"

"A-ada apa...??"

"....."

Terdapat air mata di matanya.

Kapan terakhir kali Maou melihat air mata Emi?

Maou sedikit demi sedikit mulai mengerti alasan kenapa Emi bertingkah aneh
akhir-akhir ini.

Ayah Emi nampaknya masih hidup, mungkin setelah mengetahui fakta ini dari
Gabriel, hati dari sang Pahlawan muda ini jadi berguncang hebat.

Maou bisa memahami kalau rasa dendam karena kematian orang tua, bisa
menjadi motif bagi tindakan seseorang.

Sebagai seorang Pahlawan, Emi sejak awal sudah memiliki rasa keadilan,
nampaknya membalas dendam atas kematian ayahnya menempati sebagian
besar hati Emi untuk terlibat dalam rencana penaklukan Maou.

Memikirkannya, Maou tiba-tiba teringat sesuatu.

Air mata dari sang Pahlawan yang dibiarkan terlihat oleh Raja Iblis.
Kapan hal itu terjadi?

Dan lagi, waktu itu Emi juga....

'Kenapa kau sangat baik padaku, pada manusia? Kenapa kau bisa menjadi
begitu baik?'

Dia juga menangis.

'Kenapa kau membunuh ayahku?'

Tangisan sang Pahlawan dan suara tak berdayanya, menggema di pikiran Raja
Iblis.

"Hey, Emi."

".... Ada apa?"

Emi menekan perasaan yang ingin meluap dari dalam dirinya dengan sekuat
tenaga, tapi nada Maou tak disangka terdengar lembut,

"Bagaimanapun juga, menaklukan dunia memang lebih cocok dengan


kepribadianku."

"... Eh?"

"Maou-san?

"Raja Iblis.... ?"

Suasananya seketika dipenuhi dengan atmosfer berbahaya yang bahkan


membuat Suzuno dan Chiho, yang hanya mengamati mereka, merasa begitu
terguncang.

"Mungkin dunia manusia memang tidak cocok dengan kepribadianku, dan ada
banyak orang yang sudah menungguku. Lagipula, kalau aku mau, tidaklah sulit
menghubungi Camio agar menjemputku."

"M-Maou-san, k-kau tidak serius kan?"


Maou berbicara dengan tenang, sebaliknya, karena Chiho terlalu terguncang,
bahkan nadanya pun juga mulai bergetar.

"Chi-chan, sebenarnya ini sudah aneh sejak awal. Aku, yang memimpin
ratusan klan iblis dan berdiri di puncak 50.000 Pasukan Iblis, masa iya ingin
mempelajari dunia manusia?"

"....."

Nada Maou sama sekali tidak berubah, menyebabkan pandangan Suzuno


menunjukkan tanda-tanda kewaspadaan. Chiho juga sama, dia sama sekali
tidak bisa membaca tujuan Maou yang sebenarnya.

"Bagaimanapun juga, Raja Iblis dan Pahlawan itu adalah eksistensi yang tidak
mungkin bisa akrab. Aku akan melakukan hal-hal yang kejam untuk
menaklukan dunia, jadi datanglah padaku dan bunuh aku. Melakukan hal
seperti itu harusnya lebih terdengar normal kan?"

"Maou-san...?

"Maafkan aku, Chi-chan."

Setelah menepuk bahu Chiho, Maou berjalan melewati ketiga gadis itu dan
mulai mendorong Dullahan 2.

"Ashiya seharusnya juga akan merasa senang. Mengambil kesempatan saat


pembangunan kembali Ente Isla belum selesai, mungkin serangan ini akan
berjalan dengan lebih mudah."

".... Kau pasti...."

"Aku mungkin juga akan meminta Camio membawa banyak pasukan untuk
menjemputku. Sebagai pembuka, sepertinya akan bagus menyebabkan
kekacauan di Jepang."

".... Kau pasti tidak akan...."

Emi berbicara dengan suara pelan di belakang Maou yang berbicara sendiri.
".... Yusa-san?"

"Emilia?"

Mengabaikan panggilan Chiho dan Suzuno, Emi pun mendongak, menatap


tajam Maou, dan berteriak ke arah punggungnya yang dibalut oleh T-shirt
UNIXLO.

"Kau pasti tidak akan melakukan hal itu!!"

"...."

Maou berhenti berjalan dan mengarahkan pandangannya ke arah Emi.

"Dan... Kau tidak bermaksud melakukannya sama sekali...!!"

"Kalau kau berteriak terlalu keras, Kisaki-san pasti akan datang ke sini, kau
tahu?"

"Akankah seseorang yang takut dengan kemarahan seoarang manajer restoran,


bisa menguasai dunia?"

"Setiap orang pasti memiliki seseorang yang tidak ingin mereka ganggu."

"Apa yang ingin kau lakukan?"

"Bukankah aku sudah mengatakannya? Aku akan menaklukan dunia."

"Bukan itu maksudku. Aku bertanya, apa yang akan kau lakukan setelah
menaklukan dunia?"

"....."

Suzuno dan Chiho menjadi begitu terkejut karena pertanyaan Emi.

"Iblis di Dunia Iblis tidak perlu makanan selama mereka memiliki sihir iblis.
Meskipun ini bukan berarti kalian bisa berbaur dengan peradaban manusia, tapi
bagi kalian, apa pentingnya tanah dan harta dunia manusia? Menguasai dunia
itu tidak memberi daya tarik lain selain membunuh manusia, jadi apa yang
ingin kau lakukan?"

Seperti penyelidikan Suzuno, ada perbedaan besar antara nilai Dunia Iblis dan
Ente Isla.

"Bagaimana kalau memburu manusia, membunuh manusia, dan menyebarkan


keputusasaan ke seluruh dunia?"

"Saat kau mengucapkan kalimat itu, sudah jelas kalau itu bukan kejujuranmu."

Emi terus berbicara dengan ekspresi seolah dia tidak bisa menerimanya.

"Invasi Maracoda di Benua Selatan, hanya bisa digambarkan sebagai hujan


darah, serangan pasukan Lucifer di Benua Barat juga sangat dahsyat. Tapi
dibandingkan dengan Maracoda.... Pasukan Adramelech di Benua Utara sama
sekali tidak menyerang siapapun selain para Ksatria, dan logikanya, Benua
Timur yang seharusnya berada di bawah kendali paling lama, saat ini masih
dikuasai oleh Unifying Azure Emperor dan anggota klannya."

"..... Seperti yang diharapkan dari Pahlawan yang mengelilingi dunia, kau tahu
banyak."

Emi sama sekali tidak menyembunyikan air matanya, dan menatap tajam Raja
Iblis yang menunjukkan senyum mengejek.

"Jika.... jika kau benar-benar Raja Iblis kejam yang haus darah, maka aku....
maka aku tidak akan jadi sangat kesulitan!"

"Yusa-san..."

"Semenjak kau mengatakannya di depanku kalau kau ingin menjadi pegawai


tetap di dunia ini. Sejak saat itu, aku sudah berpikir kalau itu sangat aneh! Kau
sama sekali tidak ingin menaklukan dunia! Kau hanya...."

Di titik ini, entah kenapa Emi melirik ke arah Chiho, sebelum melanjutkan,
"Hanya ingin melakukan sesuatu yang luar biasa, dan membuat orang lain
mengakuimu kan?"

Efek dari kalimat tersebut dapat segera terlihat.

Ekspresi di wajah Maou sepenuhnya menghilang, Emi, Chiho, dan Suzuno bisa
melihatnya, ini adalah apa yang disebut sebagai pertanda sebelum ledakan
perasaan kuat selain rasa marah dan malu.

Namun, seketika...

".....Eh?"

"Ma-Maou-san?"

Maou, dengan memegang sepedanya, menghilang dari hadapan mereka bertiga


tanpa peringatan apapun.

"A-apa...?"

Orang yang paling terguncang adalah Emi yang sebelumnya berselisih dengan
Maou.

Maou, tadi pasti ingin memprotes Emi mengenai suatu masalah. Dari
bagaimana dia mengambil napas dalam sebelumnya, dia pasti bersiap-siap
membantah teori Emi.

Tidak ada jejak-jejak Maou mengaktifkan sihir iblis di tempat tersebut. Akan
tetapi, meskipun mereka melihat ke atas, atau mengamati sekelilingnya,
mereka hanya bisa menduga kalau Maou melarikan diri dengan sebuah cara
yang tidak normal, namun, Emi segera menyadari kalau bukan begitu
kenyataannya.

"Ma-Maou-san?"

Chiho dengan gemetar berjalan menuju tempat di mana Maou pada awalnya
berdiri.
Akan tetapi, di atas batu bata di jalur pejalan kaki di mana Maou berada, sama
sekali tidak ada jejak yang tertinggal. Meskipun Chiho berdiri di tempat di
mana Maou tadi berdiri, faktanya juga tidak terjadi apa-apa.

"A-apa yang sebenarnya terjadi?"

Suasana kota saat malam, beroperasi dengan normal seperti biasa.

Suara mobil tanpa henti bisa terdengar dari Koshu-Kaido, dan beberapa
pelanggan baru, mengabaikan ketiga orang yang kebingungan itu, berjalan
memasuki MgRonald.

Hanya keberadaan Maou dan Dullahan 2 yang lenyap dari tempat tersebut
bagaikan sebuah ilusi.

"Maou-san...."

Chiho tanpa sadar meletakkan tangannya pada bahu yang disentuh oleh Maou
sebelum dia menghilang.

"E-Emilia, mungkinkah ini..."

"Meskipun sejenak aku juga berpikir begitu.... tapi apa hal itu mungkin?"

Suzuno dan Emi awalnya menyimpulkan kalau ini adalah tindakan Barbariccia
yang mencoba menculik Maou.

Namun, entah itu tadi atau sekarang, mereka berdua tidak merasakan sihir suci
maupun sihir iblis.

".... Kastil Iblis seharusnya baik-baik saja kan?"

Kata-kata Suzuno membuat Emi menahan napasnya.

Itu benar, mungkin sesuatu yang aneh juga terjadi pada Ashiya dan Urushihara.

Meskipun itu adalah sesuatu yang aneh, tapi jika apa yang Emi dan Suzuno
pikirkan benar-benar terjadi, maka bagi Maou dan yang lainnya, hal itu malah
bisa dianggap normal, bagaimanapun, situasi saat ini benar-benar sangat rumit.
"Aku tahu nomor Skyphone Lucifer, selama si NEET itu bermain di depan
komputer seperti biasanya...."

Emi mengeluarkan Slimphone-nya, dan menelepon nomor Skyphone Lucifer.

Akan tetapi, karena alasan yang tidak diketahui, HPnya sama sekali tidak
menghasilkan nada panggil, Emi yang merasakan ada sesuatu yang tidak beres,
melihat ke layar HPnya sekali lagi, dan terkejut saat melihat layarnya
menampilkan kata 'Tidak ada Sinyal'.

"Eh? T-tidak ada sinyal??"

"Biarkan aku melihat nomornya! Aku akan menggunakan HPku untuk..."

Suzuno merebut HP dari tangan Emi dan kemudian membuka HPnya sendiri,

"Tidak ada sinyal...."

Melihat hal itu, Chiho juga membuka HPnya dan terkejut saat melihat tampilan
tidak ada sinyal.

"B-bagaimana mungkin ini bisa terjadi? Biasanya, ketika aku meninggalkan


restoran dan akan pulang, aku selalu menelepon ibuku untuk memberinya
kabar!"

Meski Chiho menatap ke arah layar HPnya selama beberapa saat, sinyalnya
sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda akan pulih. Tidak hanya itu....

"Eh? H-hey.... ah!"

Seorang wanita muda berjalan melewati Emi dan yang lainnya sambil
mengenyit dan melihat ke arah HPnya.

"Astaga, sinyalnya hilang."

Wanita tersebut melambai-lambaikan HPnya di udara ketika dia sedang


berjalan, dan setelah berjalan lumayan jauh dari Emi dan yang lainnya, dia
kembali memposisikan HPnya di samping telinganya.
"Ada sinyal di sebelah sana?"

Jarak di antara mereka sekitar 50 meter.

Emi dan Suzuno berlari di belakang wanita itu, dan di titik di mana wanita itu
memposisikan kembali HPnya ke telinga, mereka menyadari kalau HP mereka
mendapatkan kembali sinyalnya.

"M-meskipun, aku benar-benar tidak mengerti, tapi kita bisa menelepon


sekarang."

Emi, bernapas lega, kembali menelepon Urushihara, adapun Suzuno.....

"....?"

Karena alasan yang tak diketahui, dia memperhatikan area di sekitar kakinya.

Dengan gerakan seperti menginjak sesuatu, Suzuno mengambil satu langkah


ke belakang dari tempat di mana dia berdiri.

"Aneh sekali."

"Eh?"

Meskipun ada nada panggil, Emi tetap merasa cemas karena Urushihara masih
belum mengangkat teleponnya, setelah itu, ketika melihat ke bawah, dia
menyadari kalau Suzuno sudah berjongkok dan melihat ke tanah sambil
berkonsentrasi.

"Bell, apa yang kau lakukan?"

Suzuno tidak menjawab pertanyaan Emi dan mengambil batu kecil dipinggir
jalan dan meletakkannya di atas telapak tangannya.

"Ei!"

Suzuno berteriak untuk meningkatkan pancaran auranya, dan batu kecil di


tangannya pun mulai bersinar redup. Sepertinya dia mentransfer sihir suci ke
dalam batu tersebut.
Lalu, melihat Suzuno menjentikkan jarinya, batu kecil itu pun melayang di
tempat yang tidak terlalu tinggi.

"Eh?"

Emi membelalakkan matanya kaget.

Batu dengan sihir suci Suzuno itu tidak hanya terpantul kembali di tengah-
tengah udara, namun, juga menciptakan percikan api biru seperti benda yang
bertabrakan, di saat yang bersamaan.

".... Ini adalah barrier."

"Ba-barrier?"

Berbeda dengan Emi yang terkejut, Suzuno menghirup napas dengan ekspresi
yang lebih tegas dan mengatakan,

"Dan ini bukan sihir iblis. Ini.... adalah sebuah mantra barrier! Raja Iblis
terperangkap di dalam mantra barrier!"

"Tapi, sesuai perkataanmu, garis batasnya seharusnya ada di sini kan? Kenapa
kita bisa dengan leluasa keluar masuk barrier?"

Emi menutup teleponnya karena tidak ada seorangpun yang mengangkatnya,


dia pun bertanya kepada Suzuno, tapi sebelum itu...

"......Ahhhh!!"

"Bell, apa kau bilang sesuatu?"

"Tidak, bukankah itu suara Emilia?"

".... Tunggu... ugwah!!"

""Ehh??""

Suara itu terdengar dari langit di atas mereka.


"Dewikuuuuuu!!"

Sebuah suara tidak menyenangkan melewati kepala Emi dan Suzuno.

"Ekk!!"

Bahkan tanpa memastikannya pun, mereka bisa tahu kalau orang yang jatuh
dari langit itu adalah Sariel. Matanya tidak hanya memerah, dia bahkan
menegangkan wajahnya yang kurus dengan bersemangat, ekspresinya terlihat
sangat berlebihan.

"Aku datang untuk menyelamatkan... pwah!"

Suzuno secara refleks mengayunkan palu sucinya ke arah wajah Sariel.

"Pu....ugh....awah!!"

Sariel terlempar tanpa ampun ke belakang oleh palu raksasa tersebut, dan
kemudian memantul.

"Pugh!"

Dia menghantam batas barrier di pinggir jalur pejalan kaki.

"..... dia, dia masih hidup kan?"

Seolah sedang mencontohkan penggunaan mantra dengan penguat, Suzuno


dengan cantik melayangkan palunya, lantas terengah-engah, dia pun
memastikan situasinya dengan Emi.

"Yargh!!"

"Dia bangun!"

Tapi Sariel sendiri terlihat tidak mengalami luka serius, dia bahkan melompat
dari tanah dengan bersemangat.

"A-apa yang terjadi?"


Sariel malambaikan sebelah tangannya, bertanya kepada Emi dan Suzuno.

Hanya dengan gerakan itu, gelombang sihir suci menyebar keluar dari tangan
Sariel dan menelan area tersebut.

Gelombang sihir suci itu nampaknya memiliki efek serupa dengan mantra yang
Suzuno rapal sebelumnya, dan membuat batas barriernya terlihat. Itu adalah
area sihir suci berbentuk kubah yang membentang sampai ke jalan.

"Ugh, kamilah yang seharusnya ingin bertanya padamu apa yang terjadi...."

"Dewiku, dewiku baik-baik saja kan?"

"Restoran itu tidak apa-apa, begitu juga manajer Kisaki...."

Sambil berbicara, Emi dan Suzuno melihat ke arah di mana Maou sebelumnya
berdiri, mereka pun menyadari kalau di sana sudah tidak terlihat normal seperti
sebelumnya, di sana tidak ada jejak dari siapapun...

"Eh, eh? Chiho.....dono?"

Chiho telah menghilang.

Logikanya, saat mereka mengatakan kalau HP mereka tidak bisa menerima


sinyal, Chiho seharusnya berada di samping Emi dan Suzuno.

"Ugh!"

Emi dengan panik berlari kembali ke tempat di mana Chiho awalnya berdiri,
bahkan tasnya mengenai Sariel yang ingin bangkit dari tanah, tapi Emi sama
sekali tidak peduli.

Karena alasan yang tidak diketahui, Emi dan Suzuno tidak terbatasi seperti
Sariel, mereka bisa keluar masuk batas barrier dengan leluasa.

Seperti yang diduga, tidak ada jejak tertinggal di tempat Chiho sebelumnya.
Mereka membuka HP mereka, dan tetap saja, hanya tempat itu yang tidak bisa
menerima sinyal, tapi ketika mereka melihat ke arah MgRonald, mereka
melihat pegawai di dalamnya masih bekerja dengan normal, dan para
pelanggan pun masih makan dengan normal.

"Apa yang terjadi? Ini hanyalah sebuah barrier, tapi kenapa orang-orang bisa
menghilang?"

"A-aku juga tidak tahu! Jika ini adalah barrier biasa, Raja Iblis dan Chiho-dono
tidak mungkin akan menghilang, melainkan tetap berada di tempat mereka...
tidak, tunggu, kalau ini adalah barrier biasa kita tidak mungkin bisa keluar
masuk dengan bebas!"

"Ini bukan barrier biasa!!"

Sariel berteriak saat masih berada di tanah, sehingga menyebabkan beberapa


karyawan yang menuju stasiun Hatagaya untuk pulang, memandangnya
dengan curiga dan dengan sengaja mengambil jalan memutar untuk
menghindarinya.

"Ini adalah Barrier Pergeseran Dimensi! Bukankah aku pernah


menggunakannya di gedung Metropolitan Pemerintah Tokyo?"

"Pergeseran Dimensi?"

Saat Sariel menculik Emi dan Chiho, Suzuno melihatnya memasang sebuah
barrier yang mencakup seluruh gedung Metropolitan Pemerintah Tokyo.

Tapi dibandingkan dengan barrier Maou, barrier Sariel tidak memiliki batas
yang jelas dan nampaknya hanya menyebabkan orang-orang di sekitar gedung
Metropolitan tiba-tiba menghilang.

"Ku-kupikir Surga merancang rencana ini untuk melukai dewiku yang menjadi
penghalang bagi diriku yang tidak kembali ke sana, hal itu membuatku menuju
ke sini dengan panik untuk menyelamatkannya...."

Emi dan Suzuno mengabaikan kata-kata Sariel yang belum selesai dan
mengamati situasi di sekitar mereka dengan waspada, mereka saling
memunggungi satu sama lain.
Meskipun mereka tidak bisa melihatnya, tapi pihak musuh memang ada di sini.

"Musuh.... kita."

XxxxX

Entah itu MgRonald, suasana jalanan Hatagaya, atau posisi Dullahan 2 yang
bersandar pada tubuhnya, semuanya masih tetap sama.

Tapi, suara dan keberadaan orang-orang telah menghilang.

Adapun Emi yang menangis dan terasa seperti menginjak hati Maou, dia juga
ikut menghilang.

Jantung Maou memang masih berdetak dengan sangat cepat, tapi alasan di
balik syok berat yang diterimanya, bukanlah keterkejutan yang dia rasakan
akibat kejadian aneh di hadapannya, melainkan karena dia tidak pernah
menyangka kalau hatinya akan sangat tidak berguna sampai-sampai bisa goyah
oleh satu kalimat dari Emi.

Maou menggunakan tangannya untuk mengusap keringat yang diakibatkan


oleh cuaca panas, dia merasakan ilusi seolah-olah darah yang terpompa ke
kepalanya, bisa berubah menjadi tanduk... suasananya benar-benar dipenuhi
dengan energi negatif yang begitu besar.

"Aku agak kesulitan bagaimana harus menilai ini."

"....."

"Aku tadi sedang berbicara mengenai topik yang penting dengan orang lain,
tapi karena aku sesaat menjadi sedikit berlebihan, aku pun dengan ceroboh
mengatakan beberapa hal yang tidak perlu."

Maou menurunkan kaki penyangga Dullahan 2 dan melepaskan pegangannya.


"Meskipun aku bisa menghindari salah bicara karena hal ini, tapi aku juga
kehilangan kesempatan untuk membantahnya, jadi akibatnya, aku tidak bisa
mencerna perasaanku saat ini."

Maou menggunakan lengan baju T-shirtnya untuk mengusap keringat dingin


yang ada di dahinya, dan berbalik menghadap orang yang berdiri di tengah-
tengah jalan.

"Siapa kalian? Pertama perkenalkan dirimu, jelaskan tujuanmu, lalu pergilah


setelah kau puas. Kalau tidak, aku akan melampiaskan bagian yang belum
tercerna itu padamu."

Terdapat dua siluet di sana.

Dan mereka berdua adalah 'manusia' yang belum pernah Maou lihat
sebelumnya.

Salah satu dari kedua orang itu mengenakan setelan yang terlihat benar-benar
gerah, dan rambutnya yang begitu berminyak dibelah 30-70, sepertinya dia
memakai gel rambut yang sama sekali tidak ingin digunakan pemuda zaman
sekarang. Selain itu, dia juga memakai kacamata besar berbingkai perak yang
tidak terlihat seperti sesuatu yang akan dipakai oleh anak muda, meskipun
Maou melihatnya dari tempat di mana dia berdiri, dia bisa tahu kalau kacamata
itu adalah kacamata gaya-gayaan.

Tidak hanya mengenakan setelan aneh berwarna biru gelap yang terlihat tidak
pernah dipoles sama sekali, setelah dipadu-padankan dengan sebuah tas hitam
sederhana, orang itu memberikan kesan seperti salah zaman, dia terlihat seperti
karyawan yang berasal dari era 40 tahun yang lalu.

Namun hal itu masih bisa dianggap okay, dikarenakan kesalahan orang satunya
tidak hanya mempunyai selisih 40 tahun.

Itu adalah prajurit yang keliru zaman hingga mencapai 200 tahun, dia ditutupi
armor.... dan orang itu adalah seorang anak kecil.
Dia bukanlah orang dengan perawakan kecil seperti Urushihara ataupun
Suzuno.

Dari struktur tulang bahu dan proporsi kepala serta tubuhnya, secara
keseluruhan dia adalah seorang anak kecil. Meski begitu, tubuh anak kecil itu
seluruhnya ditutupi armor berwarna merah, dan dia bahkan mengenakan
topeng yang meniru model iblis jahat.

Tidak hanya terasa gerah dan berat, nampaknya bagian depannya juga tidak
bisa terlihat sama sekali.

"Kalian berdua memakai sesuatu yang terlihat sangat gerah. Apakah kalian ini
malaikat, ataukah iblis, dan dari benua manakah kalian berasal, apakah Utara,
Selatan, Timur, atau Barat?"

"Anda tidak terlihat terkejut."

Pria berpakaian seperti di era Showa itu membuka mulutnya dan berbicara.

"Aku terkejut kalian berdua benar-benar berubah jadi seperti ini. Apa kalian
berdua lulus di ujian awal? Bahkan orang yang ikut berpartisipasi dalam
channel transformasi pun bisa mendapat komentar yang lebih bagus daripada
kalian."

Dalam acara khusus musim panas di stasiun televisi, terdapat berbagai acara
yang memperbolehkan orang-orang yang berasal dari luar industri hiburan
untuk bertransformasi demi kepentingan entertainment, Maou menggunakan
acara-acara tersebut untuk mengejek kedua orang itu.

"Hamba bangga tidak pernah dicurigai oleh orang lain."

"Itu kan kau. Tapi bocah kecil yang di sana itu seharusnya tidak akan bisa
melakukannya kan?"

"Kami tidak selalu bekerja sama!"


Sejak awal, pria yang memakai setelan itu, menggunakan bahasa yang sopan
dan sikap yang ramah untuk berbicara dengan Maou.

Menggunakan cara berbicara yang berlebihan meskipun mereka baru pertama


kali bertemu, membuat Maou menatap tajam pria itu dan mengatakan,

"Kau iblis kan?"

"Ini adalah pertama kalinya bagi hamba menunjukkan hormat hamba pada
anda, Maou-sama. Namaku adalah Farfarello, saat ini hamba menduduki posisi
sebagai kepala suku Malebranche.

"Seperti yang kuduga."

Orang yang memakai setelan itu adalah iblis kuat seperti Ciriatto yang
menyerang pantai Choshi. Logikanya, jika mereka adalah kepala suku
Malebranche di bawah pimpinan Maracoda, Maou seharusnya tahu mereka
semua, namun, dia tidak punya kesan terhadap nama itu sama sekali.

"Farfarello... Maafkan aku, tapi aku tidak pernah mendengar nama itu."

Mengenakan sebuah setelan, iblis yang menyebut dirinya Farfarello dan


terlihat tidak ingin mengganggu itu menjawab,

"Sudah hamba duga. Itu karena hamba dipromosikan menjadi kepala suku
setelah Maou-sama secara pribadi memimpin pasukan menuju Ente Isla."

"Begitu ya, lalu Boneka Mei yang ada di sana, siapa kau?"

"Tolong tidak usah hiraukan orang ini. Dia adalah seorang pemandu dari Ente
Isla, bukan seseorang yang layak mendapat perhatian dari Maou-sama....."

"Aku bertanya siapa dia. Dan aku tidak bertanya padamu, aku bertanya pada
anak itu!"

Setelah membuat Farfarello bungkam, Maou menatap anak kecil berpakaian


armor itu.
".... Iron."

Tak disangka, pemuda itu menjawab pertanyaan Maou dengan jujur melalui
celah armor merahnya.

"Iron. Apa kau manusia, iblis, atau malaikat?"

".... Manusia."

"Kenapa kau bergerak bersama dengan seorang iblis?"

".... Perintah."

"Oh begitu."

Untuk sementara Maou menyerah menginterogasi anak kecil berarmor yang


memanggil dirinya Iron itu.

Meskipun Maou khawatir dengan masa depan anak yang baru pertama kali
ditemuinya itu, hal itu tidak akan terlalu berguna, bagaimanapun, terlepas dari
apa yang anak itu pikirkan mengenai perintah, ataupun pengaruh apa yang
tersembunyi di balik perintah itu, adalah sesuatu yang tidak ingin Maou ketahui
untuk saat ini.

"Lalu, iblis berdandan dan bocah kecil, ada urusan apa kalian denganku?
Namamu Farfarello kan? Aku tidak merasakan sihir iblis apapun darimu, apa
kau berubah menjadi manusia seperti kami?"

"Tepat seperti yang anda katakan. Dari analisa hamba, alasan kenapa
pergerakan Ciriatto menyerang negara ini gagal, adalah karena dia
mempertahankan wujud iblisnya yang tidak bisa beradaptasi dengan tempat ini.
Selain itu...."

Farfarello mengamati pemandangan jalanan di Hatagaya.

"Hamba dengar anda memberikan perintah pada Ciriatto, dan melarangnya


melakukan hal-hal yang bisa membahayakan negara ini."
"Yeah, dan kupikir klan Malebranche itu adalah klan yang dipenuhi dengan
iblis-iblis yang haus darah."

"Anda benar. Meskipun kepala suku lain ragu apakah perlu melakukan hal ini,
tapi setelah seseorang memberikan nasihat kepada Barbariccia, semuanya
memutuskan untuk mengikuti perintah ini. Maou-sama sepertinya mempunyai
suatu keyakinan terhadap negara ini, jadi anda tidak akan membiarkan orang
yang menghancurkan tempat ini dengan sembarangan."

Maou menggumam dengan tidak senang,

"Apakah itu Olba?"

"Benar."

Berbicara mengenai orang yang memahami pemikiran Maou melalui tindakan


mereka dan kembali ke Ente Isla, hanya ada Emeralda, Alberto, dan Olba. Dan
tentu saja, bagi Emeralda dan Alberto, mereka tidak akan bergabung dengan
pihak yang akan mengkhianati Emi.

"Kau benar-benar jujur."

"Hamba diperintahkan untuk menjawab dengan jujur masalah yang ditanyakan


oleh Maou-sama."

"Kejujuran adalah hal yang bagus. Kalau begitu, ayo kita langsung menuju
intinya."

Maou memicingkan matanya dan menatap Farfarello.

"Ada urusan apa kalian denganku?"

Maou sama sekali tidak merasa terkejut dengan kemunculan Farfarello,


semenjak Camio muncul di Choshi dan melaporkan bahwa Barbariccia
memisahkan diri dengan Dunia Iblis, dia sudah menduga kalau kejadian seperti
ini, pasti akan terjadi cepat atau lambat.
Setelan yang sesak menghasilkan suara dari kain yang saling bergesekan,
Farfarello berlutut dan menjawab,

"Saat kami merasa begitu senang karena mengetahui Maou-sama ternyata


masih hidup, kami para Malebranche telah mempertaruhkan hidup kami, dan
berhasil menciptakan pondasi untuk menyerang kembali Ente Isla. Oleh sebab
itu, kami ingin meminta Maou-sama....."

"Aku tidak mau."

"... untuk memimpin kami lagi dan kembali ke Dunia Iblis bersama hamba,
eh?"

Meskipun dia mendengar interupsi Maou, tapi mulut Farfarello tetap tidak
berhenti dan terus berbicara dengan lancar, namun, ketika otaknya akhirnya
memahami jawaban Maou, dia pun membuat suara konyol dan mendongak,

"Apa yang kau eh-kan? Aku bilang tidak. Aku menolak, bubar, kembali sana!"

"A-apa kosakata bahasa Jepang hamba masih tidak memadai....? Maou-sama,


jangan bilang, maksud anda tadi adalah menolak...."

"Itulah yang kumaksudkan. Cepat kembali dan bawa bocah aneh itu!"

"......"

Nampaknya, kalau ia tidak diberi perintah, bocah aneh itu tidak akan
mengambil inisiatif untuk berbicara. Anak itu tetap diam, meskipun
ekspresinya terlihat menyimak, tapi pikirannya sama sekali tidak bisa dibaca.

"Ke-kenapa? Unifying Azure Emperor dari Benua Timur sudah bersumpah


setia pada kita. Selain itu, kami juga mendengar Maou-sama masih belum
menyerah dengan ambisi menaklukan dunia. Tidak hanya itu, bukankah anda
juga berencana menguasai negara ini suatu hari nanti?"

"Benar."
"Kalau begitu, tolong kembalilah bersama kami, dan pimpin kami dengan
seluruh hati anda! Malebranche pasti akan mendukung ambisi Maou-sama
dengan seluruh kekuatan kami."

"Oh begitu."

".... Ah, jangan katakan, anda khawatir karena Pahlawan Pedang Suci ada di
dekat sini...."

"Daripada mengatakan dia ada di dekat sini, itu lebih seperti sekarang dia ada
di sini. Meskipun..... bukan berarti ini tidak ada hubungannya dengan dia... tapi
ini bukanlah hal yang perlu dikhawatirkan."

"T-tapi..."

"Tapi apa? Ada sebuah pepatah di negara ini, bahkan Buddha pun akan marah
setelah wajahnya disentuh tiga kali. Aku tidak punya tiga kali itu, pokoknya
aku tolak, sudah kembali sana!"

"Ke-kenapa? Maou-sama, tolong beritahu alasannya!"

Farfarello melihat ke arah Maou dengan wajah pucat.

Maou, berwajah dingin, menunjukkan ekspresi yang seperti mengatakan 'kau


tidak tahu apa-apa soal ini', dan mengatakan,

"Kau..... Aku adalah Raja Iblis Satan, apakah aku terlihat seperti seseorang
dengan kapasitas kecil yang akan merasa senang menjadi pesumo yang
memakai cawat orang lain?"

"......"

Meskipun penampilannya terlihat seperti pemuda berumur 20 tahunan, tapi


Farfarello tetap menelan ludah menghadapi aura tajam yang Maou pancarkan,
dan lalu....

"M-maafkan aku, Maou-sama."


"Hah?"

"Boleh aku tahu.... apa maksud 'cawat orang lain' itu?"

Dia menanyakan sebuah pertanyaan yang sangat melenceng.

"Hey!!"

Reaksi tidak terduga ini, membuat Maou merasakan gelombang kelelahan.

"K-kau harusnya sudah mempelajari bahasa Jepang sebelumnya, kan?"

"A-aku malu mengatakannya, tapi aku tidak punya kesempatan untuk


mempelajari metafora dan peribahasa...."

"Lalu kenapa kau bisa menggunakan bahasa yang sopan? Lupakan, pokoknya
cawat itu adalah sejenis celana dalam, dan di dalam kompetisi bertarung
tradisional Jepang yang dikenal dengan Sumo, ada peraturan yang
mengharuskan pesertanya hanya boleh mengenakan cawat."

"Apakah mereka akan menang kalau mereka bisa menghancurkan benda yang
disebut cawat itu?"

"Bukan menghancurkan!! Jika kau melakukan itu, maka tidak akan ada lagi
live streaming pertandingan sumo nantinya! Pokoknya, mereka harus
mengenakan itu... menggunakan kata 'mengenakan' terdengar aneh, pokoknya,
mereka harus memakai itu agar bisa ikut dalam kompetisi! Itu artinya aku tidak
bisa memakai armor orang lain untuk bertarung!"

"Begitu ya. Karena mereka menggunakan metode pemakaian pelindung yang


disebut cawat untuk menghadapi sebuah pertarungan, itu artinya mereka harus
merebut perlengkapan satu-sama lain, dan dikenal dengan kompetisi sumo?"

"Meskipun kedengarannya tidak melenceng terlalu jauh, tapi rasanya otakmu


benar-benar salah menafsirkannya.... Dan kenapa juga aku harus melakukan
sesuatu seperti menjelaskan inti sebuah lelucon kepada orang lain layaknya
seorang tsukkomi?"
"Maou-san!! Apa yang pesumo pakai bukan cawat, tapi MAWASI!!"

"Eh? Oh, begitu ya, itu Mawasi! eh?? Lalu kenapa mereka mengatakannya
'cawat orang lain'?"

"Si-siapa kau?"

"Sepertinya mereka juga memakai cawat normal! Aku adalah.... uh....


bagaimana mengatakannya ya, aku, aku, adalah junior Maou-san."

"Itu benar, gadis ini adalah juniorku di tempat ke...... eeeehhhhh??"

Ketika Maou menjelaskan tentang cawat, dan membuat kata-katanya yang


terdengar keren serta atmosfer yang tegang menjadi terbuang percuma.....

"Chi Chi-chan? Ke-kenapa kau ada di sini?"

Chiho, tanpa Maou sadari, muncul di tempat tersebut seolah-olah itu adalah
hal yang wajar.

Meski Farfello dan Iron menjadi waspada dengan pendatang baru ini, tapi
Maou sendiri sebenarnya merasa sangat bingung.

Untuk memutus hubungan antara Maou dengan Jepang, Farfarello pasti


menggunakan suatu barrier, dan di awal Maou sudah memastikan kalau Emi
dan yang lainnya, termasuk Chiho tentu saja, berada di luar jangkauan barrier
tersebut.

Namun, Chiho malah muncul tanpa ada peringatan apapun.

Jika Emi dan Suzuno membobol barrier itu, maka semuanya seharusnya
muncul di saat yang bersamaan, tapi tak disangka, hanya Chiho yang muncul
menembus barrier ini.

Chiho yang membuat semua orang terkejut, dengan sendirinya muncul di


tengah medan pertarungan, dan meski suaranya gemetar, dia tetap berbicara
kepada kedua orang yang tak ia kenal di hadapannya itu.
"Ka-kalian tidak bisa membawa Maou-san kembali ke Ente Isla! Karena
Maou-san masih punya sesuatu yang harus dilakukan di Jepang. Wah!"

"Chi Chi-chan, cukup! Mundurlah!"

Melihat Chiho ingin berlari ke arah mereka, Maou pun mendorong Chiho ke
belakangnya.

Meskipun Farfarello sedang berada dalam wujud manusia sekarang ini, tapi
karena dia adalah seorang Malebranche, sulit menebak apakah dia
menyembunyikan sesuatu di belakangnya.

Sementara untuk Iron, selain pakaiannya yang tidak biasa, karena dia
diperkenalkan sebagai seorang pemandu oleh kepala suku Malebranche, dia
pastinya juga memiliki kemampuan yang tidak bisa diabaikan, dan dia
bukanlah anak kecil biasa.

"Kenapa anda ingin melindungi manusia itu?"

Api hitam membara di mata Farfarello, membuat Maou merasakan tanda


bahaya.

"Apa ada sesuatu yang aneh mengenai hal itu? Bukankah kau juga bergerak
bersama dengan bocah yang dipanggil Iron itu?"

"Hamba tidak menyangka anda akan berpikir seperti itu. Hamba hanya
memerintah Iron, mana mungkin hamba memiliki hubungan yang setara
dengannya?"

Mendengar pernyataan Farfarello, Iron sama sekali tidak bereaksi.

"Maou-sama, apakah yang dikatakan orang itu benar?"

"Apa maksudmu?"

"Gadis itu bilang, anda 'masih memiliki sesuatu yang harus anda lakukan di
Jepang'. Boleh hamba tahu apa yang Maou-sama rencanakan untuk negeri yang
disebut Jepang ini? Ketika kami mendengar anda memperoleh sihir iblis yang
begitu kuat, kami memiliki ekspektasi tinggi bahwa Maou-sama akan
mengikutsertakan negeri ini ke dalam rencana anda."

Farfarello mengamati Maou mulai dari kepala sampai ke kaki.

"Maou-sama, boleh hamba tahu, apakah ini hal penting yang ingin anda
lakukan? Memakai pakaian yang tidak megah sama sekali dan bahkan
melindungi seorang gadis?"

"......"

Meskipun Maou sangat ingin berteriak 'minta maaflah pada UNIxLO' dengan
sekeras-kerasnya, namun atmosfer saat ini tidak mengizinkannya untuk
melakukan hal semacam itu.

"Maafkan kata-kata hamba Maou-sama, sebenarnya, di antara para


Malebranche, sudah ada orang-orang yang curiga kalau Maou-sama sudah
kehilangan keinginannya untuk menaklukan dunia. Terutama sejak Maou-
sama melarang Ciriatto kembali ke Benua Timur, dan juga dari bagaimana
Maou-sama melarang Ciriatto meminjamkan kekuatannya di dunia ini, anda
sepertinya memiliki rencana yang melebihi bayangan kami semua....
ataukah...."

Farfarello mengalihkan pandangannya dari Maou dan beralih menatap Chiho


yang dilindungi oleh Maou.

"... Maou-sama berencana mengabaikan kami para iblis... mengabaikan


seluruh dunia iblis."

Seketika perubahan terjadi pada aura yang Maou pancarkan.

"Apa kau bercanda!?"

Maou berteriak dari dasar lubuk hatinya, membuat Chiho yang bersembunyi
di belakangnya, merinding ketakutan.
"Aku... Aku tidak pernah melupakan bawahanku di Dunia Iblis yang
menganggapku sebagai raja, bahkan tidak sedikitpun!"

"Kalau begitu..."

"Tidak usah bicara apa-apa lagi!! Karena kalian masih setia padaku, lalu
kenapa kalian tidak mematuhi perintah Camio dan menunggu kepulanganku?"

".... Ugh!"

Kali ini giliran Farfarello yang tidak bisa berkata apa-apa.

"Barbariccia meninggalkan Dunia Iblis karena terpengaruh hasutan Olba kan?


Ketika aku menyerang Ente Isla, aku seharusnya sudah menyerahkan semua
kepengurusan otoritas kepada Camio. Dengan kata lain, dia adalah wakil Raja
Iblis. Bagaimana mungkin kau mengharapkan aku untuk percaya pada
seseorang yang bahkan tidak mendengar perintah dari wakil Raja Iblis?"

"Mungkin memang seperti itu! Meski sekelompok besar pejabat dan tentara
dari Pasukan Iblis menuju ke Ente Isla, itu tidak akan bisa memecahkan
keadaan sulit di Dunia Iblis! Tapi jika Maou-sama benar-benar gugur dalam
pertarungan, maka prioritas utama kami adalah mengirimkan tentara
gelombang kedua ataupun ketiga. Dan Camio-sama tidak memiliki keberanian
untuk melakukan hal itu!"

"Kau bilang keberanian? Di hadapan eksistensi seperti Sang Pahlawan, bahkan


pasukan elit yang di pimpin oleh Empat Raja pun hanya bertahan kurang dari
3 tahun! Jangan bilang kau mau mengabaikan situasi ini?"

"Meskipun kita tidak bisa, kita tetap harus bertarung!"

Farfarello membantah dengan sikap yang hangat.

"Karena pengorbanan mereka.... Dunia Iblis bisa terus bertahan."

"..... Eh?"

Maou tidak melewatkan pekikan kaget dari Chiho yang ada di belakangnya.
Akan tetapi, prioritasnya adalah menangani Farfarello yang ada di hadapannya.

"Itulah alasannya kenapa aku bilang kalian semua itu terlalu dangkal! Lantas
bagaimana jika pasukan yang dikirim ke Ente Isla itu hanya bertahan sesaat?
Jika mereka terus gugur seperti ini, akibatnya, Dunia Iblis perlahan pasti akan
menemui akhirnya!"

"Karena kami khawatir akan jadi seperti itu, itulah kenapa Pasukan Iblis harus
melakukan serangan kedua! Meskipun Malebranche mengkhianati Dunia Iblis,
perasaan peduli terhadap Dunia Iblis tidak akan pernah berubah! Meskipun
orang yang dikenal sebagai Olba itu adalah rekan Sang Pahlawan yang
menyebabkan ekspedisi pertama gagal, tapi dia bukanlah orang yang tidak
beralasan. Jika ada sesuatu yang tidak beres, ketika kita sudah memperoleh
semua pengetahuan dan informasi yang dia punya, membunuhnya adalah hal
yang mudah! Apapun alasannya, tolong kembalilah dan dapatkan kembali
gelar anda sebagai Raja!"

"Cara berpikir kalian benar-benar salah!"

Maou membantah pendapat Farfarello dengan nada yang melebihi nada


Farfarello.

"Dengan bergantung pada cara itu, tidak akan ada jalan untuk menyelamatkan
dunia yang dikuasai oleh darah dan kekerasan itu! Ini semua demi kita para
iblis agar bisa terus hidup sebagai iblis! Karena mereka tidak memahami ini,
entah itu Lucifer, Maracoda, Adramelech, ataupun Alsiel, mereka semua tidak
bisa mempertahankan kendali mereka, dan pada akhirnya, bahkan aku pun
dikalahkan!"

"Kali ini berbeda. Kita hanya harus mendapatkan kendali Benua Timur dan
membuat para manusia bertarung satu sama lain, dengan begitu, kita bisa
membawa darah dan kekacauan ke seluruh Ente Isla, menciptakan surga bagi
kita!"

"Bodoh!!"
Suara Maou dipenuhi dengan kekuatan.

"Ugh!"

"Kya!"

"......."

Farfarello menutup mulutnya seolah merasa gentar dengan aura Maou, di


belakang Maou, Chiho juga berteriak. Dan bahkan Iron yang tidak bergerak
sampai saat ini, seketika memasang kuda-kuda bertarung.

Hanya dengan kekuatan suaranya, Maou membuat kepala suku Malebranche


itu terdiam.

Ini adalah wibawa dari seorang raja yang tidak akan terhapus meskipun mereka
mengenakan UNIxLO.

"Inilah akibat setelah melakukan semua itu!!"

Maou menunjuk ke arah tubuhnya sendiri.

"Inilah akhir yang ditemui oleh sang raja yang bahkan tidak tahu makna dari
'menaklukan dunia', menyebarkan darah dan tragedi, dan hanya berpikir untuk
memperluas Dunia Iblis! Jalan yang kalian siapkan sekarang ini hanyalah jalan
kehancuran seperti sebelumnya, jika aku kembali pada kalian seperti ini, aku
hanya akan menjadi Raja Iblis lemah yang membahayakan rakyatnya sekali
lagi. Jika aku bertarung dengan Pahlawan sekali lagi, Dunia Iblis hanya akan
menemui kehancuran! Hal ini hanya akan membuat Dunia Iblis kembali ke
keadaan sebelumnya, di mana penghuninya saling bertarung satu sama lain,
langit, daratan, dan lautan hanya akan diwarnai oleh darah kita sendiri!!"

".... Kenapa... Kenapa anda tidak mau mengerti, kita tidak akan mengulangi
masa lalu itu!"

"Aku akan mengatakannya sebanyak apapun yang dibutuhkan, kalian semua


hanya menyangkal kegagalan di masa lalu, dan berpikir kalau kalian telah
melangkah di jalan yang berbeda! Tidak peduli berapa kali pun peta diubah,
jalan sebenarnya tidak akan pernah berubah! Tanpa ada ketetapan hati untuk
merubah jalan itu, tidak akan ada jalan untuk mengubah dunia!!"

"Maou-san...."

".... Mengubah... jalan itu..."

Chiho dan Iron bereaksi terhadap kata-kata Maou.

Namun, meskipun masih berlutut di tanah, mata Farfarello tetap


memperlihatkan kilau kekecewaan, sepertinya kata-kata Maou tidak bisa
mencapai hatinya.

"Biar kukatakan hal ini lagi. Tidak peduli apa yang si Olba itu katakan, jangan
pernah dengarkan dia. Mundur dari Benua Timur dan kembalilah ke Dunia
Iblis! Ciriatto bisa membantu mediasinya, dan Camio juga tidak akan
menghukum kalian!"

".... Sepertinya ini adalah batasnya."

Farfarello perlahan berdiri.

"Olba bilang Maou-sama menjadi melemah karena batasan dunia ini, hamba
tidak ingin mempercayainya saat hamba pertama kali mendengarnya.... Tapi
hamba tidak pernah menyangka kalau hamba akan mengkonfirmasi fakta itu
sendiri di hadapan hamba, apa anda mengerti rasa sakit yang dirasakan
bawahan anda?"

"Apa yang kau katakan....?"

Niat membunuh perlahan terpancar dari Farfarello, membuat Maou secara


refleks mendorong Chiho semakin menjauh.

"Ini tidak mungkin, jika hamba tidak bisa membuat Maou-sama memulihkan
keinginannya untuk menaklukan dunia...."
".... Lalu apa? Jangan bilang kau ingin membunuhku, dan mengangkat
Barbariccia menjadi Raja Iblis yang baru?"

"Tidak, hamba menyadari bahwa pemikiran Maou-sama telah berubah karena


anda berubah menjadi manusia. Kalau hamba menggunakan kekuatan dari
Dunia Iblis untuk mengembalikan tubuh anda, itu pasti bisa membuat hati anda
memulihkan kembali kekuatannya yang sebelumnya!"

Sembari berbicara, Farfarello mencengkeram helm Iron, yang berdiri di


sampingnya.

"!!!"

Setelah helm dan topeng itu diselimuti kegelapan, benda itu berubah menjadi
sebuah bola hitam.

"Silakan ambil ini. Hamba harap anda bisa memperoleh kembali keberanian
dan hati Raja Iblis Satan yang sebelumnya!"

Farfarello melempar bola hitam itu ke arah Maou, tapi Maou membiarkannya
jatuh ke tanah.

Bola yang berukuran mirip seperti bola karet itu menggelinding ke arah pohon
yang ada di sebelah jalan, dan berhenti.

"......"

Setelah helm dan topengnya lenyap, Iron menunjukkan wajahnya untuk


pertama kalinya.

Iron memang seorang anak kecil, dan dia terlihat lebih muda dari anak yang
berusia 10 tahun. Meskipun dia memiliki penampilan yang bisa digambarkan
sebagai anak tidak berdosa, di wajahnya tidak terlihat emosi apapun.

Meski dia melihat ke arah Maou dengan mata merahnya, tapi pandangan
mereka tidak pernah bertemu.

"....??"
Melihat wajah Iron, Maou tiba-tiba merasa seperti mereka pernah bertemu
sebelumnya.

"Rasanya..... dia terlihat mirip dengan seseorang...."

Chiho nampaknya juga merasakan hal yang sama. Dia menjulurkan kepalanya
dari belakang Maou dan menatap wajah Iron.

Di antara rambut hitamnya yang berkilau, ada sedikit bagian yang berwarna
merah seperti matanya.

"Hey, apa itu?"

Maou menggunakan pandangannya untuk menunjuk ke arah benda yang


awalnya adalah helm Iron, yang mana sekarang telah jatuh ke tanah.

"Itu adalah sihir iblis yang terkonsentrasi. Dikatakan bahwa negara ini
memiliki kebiasaan membentuk makanan pokok, yaitu nasi, menjadi bentuk
bola untuk dimakan. Kupikir jika hamba membuat sihir iblis meniru helm dan
armor, hamba akan bisa menembus sistemnya."

"Me-menganggap benda itu seperti onigiri... dan lagi, makanan utama iblis
adalah sihir iblis?"

Maou mendengar gumaman Chiho, tapi pandangannya sama sekali tidak


teralih dari Farfarello.

"Kau bermaksud meminta seorang Raja untuk memakan sesuatu yang telah
jatuh ke tanah?"

"Ini darurat. Dan dengan sihir iblis ini, Maou-sama seharusnya tidak keberatan
kan?"

"....."

Sepertinya armor yang dipakai oleh Iron adalah sihir iblis yang terkonsentrasi.
Alasan kenapa Farfarello berubah menjadi manusia, mungkin adalah karena
dia mengekstrak sihir iblisnya hingga mencapai batas, dan
mengkonsentrasikannya menjadi pakaian Iron.

Artinya, jika dia menghadapi keadaan darurat, Farfarello bisa melepaskan sihir
iblis yang ada pada Iron dan kembali berubah menjadi iblis.

Sama halnya dengan Ciriatto, Farfarello juga bermaksud mempertahankan


sihir iblis di Jepang.

Anak kecil yang dikenal dengan nama Iron itu, seharusnya adalah kunci dari
kejadian ini.

".... Baiklah, benda itu akan berada dalam perlindunganku untuk sementara.
Tapi pikiranku tidak akan berubah!"

"Berada dalam perlindunganmu? Tolong jangan katakan sesuatu seperti itu.


Silakan nikmati saja di sini. Ini seharusnya adalah kontak pertama anda dengan
sihir iblis murni dari Dunia Iblis setelah sekian lama kan?"

".... Aku ingin membawanya pulang dan mencucinya terlebih dahulu sebelum
memakannya."

"Anda tidak akan memakannya di sini? Jika rasanya tidak memuaskan, hamba
bersedia menerima hukuman apapun, entah itu dibunuh ataupun ditebas, itu
semua terserah anda."

"Kenapa harus terburu-buru seperti itu?"

"....."

"Situasi di mana tidak ada yang tahu apakah aku masih hidup atau sudah mati,
telah menghilang lebih dari setahun. Saat ini, menunggu dua atau tiga hari lagi
seharusnya tidak akan jadi masalah kan?"

"Itu karena....."
Farfarello mengernyit dan membiarkan penjagaannya melemah, ketika dia
perlahan membuka mulutnya dan mencoba mengatakan sesuatu....

"???"

Iron tiba-tiba mendongak ke arah langit.

"Itu akan segera hancur."

"Hm?"

Farfarello menjadi waspada karena kata-kata Iron, Maou dan Chiho pun juga
menatap ke arah langit.

"A-ada apa?"

Retakan, muncul di langit.

Langit yang tidak terdapat apapun di sana, tiba-tiba memiliki sebuah retakan,
dan ketika keempat orang itu mendongak untuk menatapnya, retakan tersebut
menjadi semakin membesar.

"Heavenly Light Fangs!"

Cahaya keemasan diikuti dengan sebuah suara dan aura yang terang mendarat
di antara Maou dan Farfarello.

"E-Emi?"

"Yusa-san?"

Orang yang tiba-tiba muncul itu membuka mata merahnya, dengan rambut
perak yang melambai tertiup angin, orang itu adalah Emi. Dengan memegang
Pedang Suci yang bersinar, dia adalah Emilia Sang Pahlawan.

Evolving Holy Sword, One Wing (Better Half) memancarkan sihir suci yang
begitu kuat, bahkan Chiho yang sampai saat ini menganggap pedang itu
sebagai 'pedang hebat yang bisa bersinar', dan karena dia masih mempelajari
cara mengendalikan sihir suci, untuk pertama kalinya, dia merasa bahwa
kekuatan yang dihasilkan oleh Pedang Suci dan Emi benar-benar melampaui
apa yang dia bayangkan sebelumnya.

Ini pasti adalah 'sensasi tekanan keberadaan' yang Emi dan Suzuno sebutkan
sore tadi.

Segera setelahnya, Suzuno juga masuk melewati lubang besar pada barrier itu
dengan membawa palu raksasanya, dan seolah bermaksud melindungi Maou
dan Chiho, mereka berdua langsung menghadap ke arah Farfarello dan Iron.

"E-Emi, Suzuno!!"

"... Apa kalian berdua baik-baik saja?"

Emilia masih tidak melihat ke arah wajah Maou, tapi dari suara yang terdengar
dari punggung itu, fakta bahwa dia merasa sedikit lega, dapat dirasakan.

"Emilia! Bell! Barrier ini dibuat oleh bocah itu!"

Mendengar suara yang terdengar dari atas, Maou mendongak tidak percaya,

Tak disangka, bahkan Sariel pun ikut datang.

Sariel membentangkan sayapnya, membuat matanya bersinar keunguan, dan


seketika, sebuah lubang muncul di dalam barrier.

"Bi-bisa-bisanya kalian bertindak di tengah jalan seperti ini...."

Ucap Maou secara terang-terangan kepada Emilia dan Sariel, yang


memancarkan sinar yang sama sekali tidak normal, sekaligus kepada Suzuno
yang mengayunkan sebuah senjata yang terlihat tidak biasa.

"Cahaya bulan malam ini, adalah hari di mana Sariel-sama bisa menggunakan
kekuatan penuhnya. Dia membuat lapisan lain barrier pergeseran dimensi di
atas barrier yang sudah ada. Meskipun mereka menghancurkan barrier ini,
paling banyak yang bisa terjadi hanyalah memulihkan sinyal HP orang-orang."

Suzuno menoleh dan melirik ke arah lubang besar yang ada di langit.
"..... Tiba-tiba menghilang di tengah-tengah perdebatan dan berbicara tentang
hal-hal yang sulit dipahami...."

Nada Emilia masih diisi dengan kejengkelan.

Dan lagi, karena Maou terlibat adu argumen panas dengan Farfarello, dia
benar-benar lupa kalau dia sudah berselisih dengan Emi mengenai hal ini
sebelum dia terperangkap dalam barrier.

"Lupakan, jangan terlalu memikirkannya! Aku telah membuat keributan besar


untuk menghancurkan barrier ini, jadi aku sudah merasa baikan sekarang."

"Apa-apaan itu?"

Ucap Emilia dengan keras kepala, Maou pun tertawa karena hal ini lebih sesuai
dengan Emi daripada tingkahnya yang sebelumnya.

"Dan.... Jika prediksi kami tepat, maka kau adalah utusan yang dikirim oleh
Malebranche untuk membawa Raja Iblis kembali ke Benua Timur, benar?"

"Siapa kalian? Kenapa kalian tahu semua ini?"

Farfarello yang memakai sebuah setelan dan kacamata, meletakkan tangannya


pada armor Iron dan memasang kuda-kuda bertarung, dia menanyakan
identitas Emilia.

"Ya ampun, kau belum pernah melihatku sebelumnya ya? Kau harusnya adalah
seorang iblis, kan?"

Perkenalan diri Emilia yang dipenuhi dengan provokasi, membuat Farfarello


berbicara dengan ekspresi dingin di wajahnya.

"Ja-jangan katakan kau adalah....."

"Aku tidak sebegitu baiknya membiarkan iblis berkeliaran dengan bebas di


dunia manusia. Kau sebaiknya mengingat nama Pahlawan Emilia Justina, dan
matilah dengan tenang!!"
"Ugh! Ba-bagaimana bisa jadi seperti ini!"

Farfarello ingin mengubah armor Iron menjadi sihir iblis, tapi kecepatan
Emilia yang seperti dewa sama sekali tidak melewatkan gerakan tersebut.

Hanya dengan sebuah langkah kecil, seketika, Emilia sudah menyarangkan


pukulan pada pelipis Farfarello. Farfarello yang kehilangan sihir iblisnya dan
menjadi manusia pun menghantam tanah saat sepatu Emilia menekan
punggung Farfarello.

"Ugohh!"

"Kalau kau bersedia melupakan semua yang telah kau lihat di Jepang, kembali
ke Dunia Iblis dan menghabiskan sisa hidupmu di sana, mungkin aku bisa
melepasmu. Namun, jika kau berani melakukan sesuatu yang berlebihan, aku
pasti akan memenggal kepalamu sekarang juga."

"Ketika dia berbicara, dia tetap tidak terdengar seperti Pahlawan...."

Gumam Maou dengan gugup, tapi setelah ditatap oleh mata merah Emilia, dia
langsung menutup rapat mulutnya. Di sisi lain, Farfarello hanya menjawab
dengan satu kata,

"Iron!"

"???"

Iron langsung bereaksi menanggapi panggilan Farfarello.

Anak itu terlihat bersiap menghantam Emilia dengan asal-asalan.

"Be-berhenti!"

Namun, Suzuno yang berdiri di samping mencoba untuk menghentikannya....

"???"

Akan tetapi, dia malah terlempar ke belakang.


"Suzuno-san!"

Suzuno yang berlari di antara anak itu dan Emilia, sama sekali tidak bisa
menghentikan kekuatan Iron, dan terpukul mundur seperti tertabrak oleh mobil.

"Ugh.... ugoh!!"

Suzuno hampir tidak bisa memulihkan sikap berdirinya di udara, dan berlutut
di tanah karena tidak bisa menahan dampak pendaratan.

"A-apa?"

Dalam satu garis lurus, Iron bergerak menuju Emilia.

Meskipun sedikit lengah, Suzuno masihlah seorang prajurit kelas atas yang
bisa mengalahkan para Prajurit Surga, melihat dia terpental dengan mudah,
bahkan Emilia pun mulai merasa sedikit terguncang.

Meski begitu, Emilia tidak bisa begitu saja melepaskan kakinya yang menekan
punggung Farfarello, dia pun mengaktifkan perisai dari Armor Pengusir
Kejahatan dan bersiap-siap menerima kekuatan besar yang cukup untuk
menerbangkan Suzuno. Wajah Iron sama sekali tidak berubah, dan dia
langsung berlari menuju perisai Emilia.

"Gah!!"

Namun, bahkan Emilia pun juga terpukul mundur dari tubuh Farfarello,
kakinya melayang di udara.

Sebagai Pahlawan, Emilia tidak hanya bertransformasi, dia bahkan


menggunakan kekuatan penuhnya, menghunuskan 'Holy Evolving Holy Sword,
One Wing' dan Armor Pengusir Kejahatan. Dan karena dia sudah melihat
Suzuno terpental, dia juga tidak membiarkan kewaspadaannya menurun sama
sekali.

Kekuatan dari tekanan itu menyebar ke seluruh tubuhnya, membuat Emilia


bereaksi defensif dan mengayunkan pedangnya ke arah Iron.
Namun, apa yang terjadi selanjutnya, benar-benar melampaui ekspektasi
semua orang.

"Apa?"

Iron menggunakan lengannya untuk menghentikan pedang suci Emi.

Dan benda yang menahan serangan itu bukan armor yang dibuat oleh
Farfarello, bilah dari pedang suci itu dengan mudah memotong pelindung
lengan dan lengan baju yang ada di bawahnya.

Tapi meskipun bersentuhan langsung dengan bilah pedang itu, kulit Iron sama
sekali tidak terluka.

"Iron?"

Kali ini, sebuah suara yang bukan mlik Emi terdengar dalam kepalanya.

"Mama! Iron! Tidak! Jangan bertarung dengan dia! Jangan lukai Iron!"

"Eh? Eh?"

Alas Ramus memprotes dengan sikap yang tak disangka-sangka.

"Tu-tunggu dulu? Apa yang kau lakukan?"

Pedang Suci mengabaikan keinginan Emi dan menghilang dengan sendirinya.

"Kumohon! Jangan sakiti Iron!"

"A-apa yang terjadi?"

Selain pertarungan dengan Sariel, ini adalah pertama kalinya pedang suci
mengabaikan keinginan Emilia dan menghilang dengan sendirinya.

"Ugh! Alas Ramus?"

Seakan-akan bisa mendengar suara yang ada di pikiran Emilia, Iron dengan
sengaja memperlebar jarak antara dia dan Emilia.
Tidak hanya itu, dia bahkan meneriakkan nama gadis yang merasuki pedang
suci Emilia.

"Siapa sebenarnya....?"

"Hey, kenapa kau membuang-buang waktu?"

Kali ini, suara Sariel terdengar dari atas.

"Evil Eye of the Fallen!"

Mungkin karena sudah tidak sabar, Sariel membidik Iron dan menembakkan
Evil Eye of The Fallen yang bisa menghilangkan sihir suci.

"Ugh!"

Iron, terkena Evil Eye, seketika berlutut di tempat.

Tapi, mungkin karena dia memakai armor sihir iblis, pengaruhnya nampak
tidak begitu nyata seperti saat digunakan pada Emilia.

Meski begitu, Iron memelotot dengan amarah yang tidak dia tunjukan saat
menatap Maou, Suzuno, ataupun Emilia.

"I-Iron.... kita, mundur...."

"!!!"

Tapi kalimat dari Farfarello yang jatuh ke tanah, seketika membuat amarah di
wajah Iron menghilang, Iron melompat ke belakang menjauhi Emi dan
melambaikan tangannya di saat yang bersamaan.

Keberadaan barrier yang sebelumnya dirusak oleh Emilia telah menghilang,


dan nuansa sekitar digantikan oleh barrier lebih besar yang dibuat oleh Sariel.

"Ma-Maou-sama.... Hamba pasti akan datang lagi dan menjemput anda cepat
atau lambat."
"Mengatakannya di atas punggung seorang bocah, itu benar-benar tidak
memiliki kekuatan persuasif."

Farfarello yang digendong di atas punggung Iron, kini bisa dianggap tidak
punya nyali, tidak peduli keluhan apapun yang dia gunakan.

Melihat Iron dan Farfarello perlahan mundur, Sariel berbicara dengan bangga,

"Kalian pikir kalian bisa melewati barrierku, eeehhhh??"

Meski tidak diketahui seberapa besar skala barrier yang Sariel ciptakan,
nampaknya Iron bisa dengan mudah melewati batas barrier tersebut.

Iron seketika menghilang di hadapan Maou dan yang lainnya, dari bagaimana
anak itu melompat, sulit dibayangkan kalau dia juga membawa orang dewasa
di punggungnya.

"... Kau benar-benar tidak berguna."

"A-apa kau bilang?"

Maou pun hanya bisa mengeluh, dari reaksi Sariel yang lambat, dia mungkin
tidak menyangka kalau barriernya akan ditembus dengan begitu mudah.

"Meski begitu, kalian telah menyelamatkanku, jadi izinkan aku mengucapkan


terima kasih. Suzuno, apa kau baik-baik saja?"

"Yeah... Meskipun tidak ada yang salah dengan tulangku.... tapi rasanya masih
lumayan sakit."

"Aku kagum kau bisa tidak terluka setelah bertabrakan langsung dengan anak
itu."

Emilia menggosok-gosok lengannya yang membawa perisai.

Hanya dari gerakan ini, bisa disimpulkan kalau dampak benturan dengan Iron
pastinya sangat kuat.

"Tapi, Alas Ramus, kenapa kau menahan pedangnya se..... eh?"


"A-ada apa?"

Setelah Emilia berbicara dengan Alas Ramus di dalam pikirannya, dia tiba-tiba
berhenti bicara dan menahan napasnya, Chiho, merasakan sesuatu yang tidak
beres, menanyakan hal tersebut dengan cemas.

"Anak yang dikenal dengan nama Iron itu.... adalah 'Geburah'?"

"Ada apa?"

Bahkan ketika dia menjawab pertanyaan Maou, Emilia tetap kesulitan


menyembunyikan ekspresi kagetnya.

"Iron... mungkin adalah eksistensi yang sama seperti Alas Ramus."

"Eh?"

Tidak hanya Maou.

Suzuno, Chiho, dan bahkan Sariel, menjadi begitu terkejut setelah


mendengarnya.

"Tapi karena cara Alas Ramus mengungkapkannya tidak begitu jelas, ini masih
belum bisa dipastikan..."

Tidak mungkin ada orang yang akan berjalan melewati mereka ketika berada
di dalam barrier Sariel, dan meskipun sekarang adalah musim panas, semua
orang tetap merasakan angin dingin yang aneh.

"Anak itu, Iron.... sepertinya adalah salah satu Sephirah yang terlahir dari
'Geburah'."
Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan Melangkah Menuju Mimpi
Yang Baru

"Baik, satu kali lagi!!"

"Er, erhm, Sariel-san, maafkan aku, tapi aku sudah sangat lelah...."

"Apa yang kau bicarakan? Waktu tidak menunggu siapapun!! Hey, Bell!
Ponsel, bawa ponselnya di sini!"

"Y-yeah.... A-apa ini benar tidak apa-apa...?"

"Hey, tunggu sebentar! Bukankah Chi-chan bilang kalau dia sudah lelah?
Latihannya juga sudah berlangsung selama dua jam, biarkan dia beristirahat!!"

"Diam, Raja Iblis lemah!! Batasan bukanlah sesuatu yang diputuskan oleh diri
sendiri!!"

"Percuma saja kalau kau tidak bisa melihat batasanmu sendiri dengan jelas, iya
kan?"

"Bagiku, karena batasanmu terlalu rendah, kupikir selama ini kau selalu
berlatih untuk mentolerir batasanmu!"

"Alsiel, jangan ganggu Lucifer!!"

"Alas Ramus, jangan terlalu memanjakan Lucifer!"

"Hey, tidakkah menurutmu ini aneh? Seharusnya ini terbalik, kan? Aku
dimanjakan oleh Alas Ramus?"

"Baik, Sasaki Chiho! Berteriaklah dengan keras sekali lagi! Kita mulai!!"

"Se-sebelum itu, paling tidak, izinkan aku meminum sedikit air...."

"Malaikat bodoh, ketahui batasanmu! Apa kau ingin membunuh Chi-chan?"


"Jika dia tidak bisa mempelajari mantra ini, dia akan benar-benar terbunuh!
Kerja keras hari ini adalah makanan untuk besok, dan ini berkaitan erat dengan
dewiku yang kembali turun. Baiklah, kumpulkan semangatmu dan lanjutkan
latihannya!"

"Tidak ada siapapun di sini yang berbicara tentang situasi yang bisa
mengancam nyawa!!"

"Er, erhm, Sariel-sama, kupikir lebih baik kita beristirahat sebentar..."

Chiho saat ini menerima pelatihan spartan dari Sariel di sebuah gym yang luas.

Tempat ini, berjarak 15 menit berjalan kaki dari MgRonald di depan stasiun
Hatagaya. Berlokasi di dekat apartemen Sariel, ada sebuah fasilitas yang
dikenal dengan nama Hatagaya Sports Center.

Selain memiliki berbagai jenis lintasan lari, basemen kolam air panas, area
pelatihan bela diri, dan fasilitas-fasilitas lainnya, terkadang event komunitas
dan kelas olahraga pun juga diselenggarakan, oleh sebab itu, normalnya tempat
ini bebas digunakan oleh para warga.

Maou dan yang lainnya, saat ini berada di dalam sebuah bangunan besar, dan
mereka bahkan memesan gym besar berukuran dua lapangan basket ini selama
enam jam.

Mereka hanya punya satu tujuan, yaitu, membuat Chiho bisa sepenuhnya
mempelajari Idea Link.

"WAAAHHHHH... uhuk, uhuk.."

"Cih, mau bagaimana lagi! Istirahat 10 menit!"

Melihat Chiho tersedak karena terpaksa memenuhi permintaannya yang tidak


beralasan, Sariel dengan enggan membiarkan Chiho beristirahat.

"Pendek sekali!! Setidaknya biarkan dia beristirahat 30 menit."


"Tutup mulutmu Raja Iblis! Apa kau ini pelindung gadis ini atau semacamnya,
hah?"

"Ya, setidaknya di situasi seperti sekarang ini! Aku punya kewajiban untuk
melindungi keselamatan Chi-chan!!"

"Kalian berdua, di sini sudah cukup panas, kalau kalian ingin bertengkar, sana
ke pinggir! Chiho, apa kau baik-baik saja?"

"Ah... Fwah... Uhuk!"

Chiho memaksakan dirinya dan mencoba menjawab dengan sebuah senyuman,


tapi pada akhirnya, dia tetap tersedak.

"Sasaki-san, kau sudah berusaha keras. Silakan ambil air dan handuk ini...."

Ashiya dan Emi datang dari samping, memberikan sebuah handuk dan botol
PET, Chiho pun menerimanya dengan sebuah erangan.

"Ya ampun, baterainya sepertinya akan segera habis. Emilia, pinjam


chargermu."

"Hah.... Aku... Aku juga perlu mengisi ulang baterai HPku..... Uhuk!!"

Setelah menata napasnya, Suzuno dan Chiho mulai mengisi ulang baterai HP
mereka.

"Hey, sepuluh menit seharusnya tidak cukup untuk selesai mengisi ulang
baterai, kan?"

"Kalau begitu, sebelum mengisi baterainya selesai, ayo kita lakukan latihan
dasar mental fokus...."

"Kalian semua!!"

Tak disangka, sejak awal, Sariel lah yang menyarankan melakukan latihan Idea
Link di gym.
Setelah mengetahui isi latihan dasar Chiho, Sariel berpikir kalau di gym, entah
itu berteriak dengan keras ataupun melakukan latihan yang terlihat sembrono,
tidak mungkin ada seseorang yang akan curiga, tempat sempurna bagi perapal
untuk berlatih di tempat yang luas.

Meskipun Maou pada awalnya tidak mempercayainya, tapi setelah Suzuno


bilang kalau latihan ini sangat beralasan, Maou pun hanya bisa menerimanya.

Meski begitu, saat ini masihlah musim panas. Hanya berdiri di gym yang
seperti sauna saja sudah membuat Maou dan yang lainnya begitu berkeringat.

Terlebih lagi bagi Chiho yang harus berteriak keras setiap kali dia perlu fokus,
dikarenakan pelatihan sihir suci yang belum terpenuhi. Meskipun dia ikut klub
olahraga, sebagai manusia biasa, Chiho masih merasakan rasa lelah yang
melebihi bayangannya.

Sariel memberikan saran untuk menggunakan HP ketika menjalankan latihan


imajinasi untuk Idea Link.

Seperti apa yang kata-kata itu maksudkan, penggambaran dasar Idea Link
adalah konsep penyampaian mental. Kunci paling penting dalam mantra ini
adalah 'membuat tubuh dan pikiran tahu meski seseorang tidak membuka
mulutnya, dan tetap bisa menyampaikan pikirannya pada orang lain'.

Dan itu sangat wajar, semua orang normal tahu, jika mereka tidak bergantung
pada bicara atau tindakan spesifik semacamnya, akan sulit menyampaikan apa
yang mereka maksudkan dengan tepat kepada orang lain, dan mereka sangat
memahami hal tersebut di dalam jiwa mereka.

Mencoba menghancurkan halangan ini sangatlah sulit. Itu karena kepercayaan


yang sudah terukir di dalam jiwa ini bukanlah sesuatu yang bisa disingkirkan
dengan keinginan saja.

Oleh sebab itu, latihan normalnya akan dimulai dengan si perapal


menyentuhkan dahi mereka satu sama lain, dan menanamkan kesan dalam
pikiran mereka kalau mereka bisa berinteraksi, namun, Sariel memilih untuk
menggunakan HP sebagai gantinya.

Berkomunikasi melalui HP tanpa melihat ekspresi orang lain, itu lebih sulit
daripada menyampaikan maksud sebenarnya dari sebuah informasi.

Tapi di sisi lain, dasar dari Idea Link adalah 'terhubung dengan suatu target,
dan menyampaikan informasi dari tempat yang tidak bisa dilihat oleh pihak
satunya', dan apa yang berlawanan dengan kepercayaan tadi, ada sebuah alat
yang membuat orang-orang menerima konsep tersebut.... itu adalah HP.

Oleh sebab itu, Suzuno dan Chiho perlu berkomunikasi melalui HP terlebih
dahulu.

Setelah itu mereka harus menjauh satu sama lain, hingga mencapai jarak di
mana volume percakapan normal tidak akan bisa terdengar, dan meletakkan
HPnya di telinga mereka untuk merasakan sensasi sambungan, kemudian
biarkan mantra membawanya dengan menggunakan gelombang listrik.

Kenyataannya, Emi sudah sering berkomunikasi dengan Emeralda


menggunakan Idea Link melalui HPnya.

Dan karena Chiho juga berlatih sendiri, bahkan Sariel pun terkejut melihat
Chiho yang bisa mengaktifkan sihir suci dengan mudah.

Akan tetapi, saat naik ke tingkatan mantra, itu sudah urusan yang beda lagi.

Ya seperti sekarang ini, meskipun Chiho bisa dengan lancar mengaktifkan sihir
suci di dalam tubuhnya, tapi ketika harus mengaktifkan dan menggunakan
mantra, meskipun mereka sudah menggunakan HP untuk mempertahankan
komunikasi, dan hanya terpisah dengan jarak antara kedua ujung gym, Chiho
masih tidak bisa menggunakan mantra.

"Ma-Maou-san, tidak apa-apa, aku akan melakukan yang terbaik....."


"Lihat! Dia mengatakannya sendiri! Raja Iblis, kau tidak bisa menghalangi
keinginan orang lain untuk berkembang. Baiklah, serahkan sisanya padaku,
kau pergi saja ke pojok dan renungkan perbuatanmu di masa lalu!"

"Kenapa aku harus dikritik oleh orang sepertimu, waah?"

"Ya ya, kali ini, Sariel benar, jangan sok!"

"Papa, Chi nee-chan berusaha sangat keras. Jangan marahi dia!"

"Ti-tidak, aku tidak marah pada Chi-chan... H-hey jangan tarik kerahnya, nanti
kendur!!"

Chiho mengambil napas dalam sambil menyaksikan Maou yang diseret oleh
Emi dan Alas Ramus.

"Lalu----"

"Pagi~yang~baru~telah~datang!! Pagi~penuh~dengan~harapan!"

Dia tiba-tiba mulai bernyanyi.

"Oh?"

"Ah, aku mengerti."

Sariel dan Urushihara melihat ke arah Chiho kagum.

"Kalau hatinya lega, cara apapun tidak masalah!"

"Sepertinya begitu, ini mengejutkan."

Ketika Chiho bernyanyi, tubuhnya memancarkan sihir suci dengan jumlah


yang hampir sama saat dia berteriak.

Meski tidak begitu jelas, lebih akurat kalau menyebut sihir suci yang sekarang
terasa lebih lembut dibandingkan saat dia berteriak.
"Aku juga berlatih dengan menggunakan hymne gereja...... Tapi mungkin kau
tidak mengajarinya itu kan?"

Emi yang masih mencengkeram kerah Maou, menanyakan hal tersebut, dan
Suzuno, mengangguk menjawabnya.

"Tapi...."

Meski Suzuno juga kagum melihat Chiho bisa berpikir menggunakan nyanyian
untuk berlatih sendiri, dia masih mengenyit, merasa sedikit gelisah.

"Kenapa.... apakah ini lagu latihan dari radio?"

"Ah, Suzuno-san juga tahu lagu ini?"

Chiho yang selesai bernyanyi, melihat ke arah Suzuno dengan kaget.

"MHK mengudara ketika aku bangun. Sepertinya itu khusus musim panas."

"Aku lumayan menyukai lagu ini. Lagu ini memberikan semangat pada orang-
orang tanpa terlalu banyak berpikir, dan aku merasa radionya sangat cocok
dengan latihan ini!"

"Begitukah? Aku tidak pernah mendengarkannya dengan seksama."

"Pagi yang baru huh...."

Mendengarkan Maou mengatakan hal itu ketika masih diseret, Emi melirik ke
sisi wajah Maou,

"Apa lagunya berakhir di sini?"

"Masih ada bait kedua, kau tahu? Biar kupikir dulu....."

Setelah Chiho memikirkannya sesaat, dia mulai bernyanyi sekali lagi.

Kebetulan, karena Chiho sudah melakukan 2 jam pelatihan suara, suaranya


menggema di seluruh gym dengan sangat cantik.
'Di pagi yang baru, padang bersinar kehijauan. Bentangkan anggota tubuhmu
dengan lepas, langkahkan kakimu di tanah dengan keras. Ikuti radio, di tempat
ini, bentangkan anggota tubuhmu yang sehat, siap, satu, dua, tiga'

Suara Chiho yang ceria menyanyikan bait kedua dari lagu latihan radio.

"Begitu ya, lumayan."

"Benar! Meski semua temanku mengatakan kalau lagu ini jadul ataupun
mereka merasa malu jika menyanyikannya...."

Chiho merasa sangat senang karena dipuji oleh Maou.

Melihat ekspresi Chiho, hati Emi, Suzuno, Maou, dan Ashiya entah kenapa
terasa berat.

Chiho sepenuhnya senang karena dia memperoleh kekuatan yang baru.

Tidak ingin Chiho terlibat dalam masalah Ente Isla, ini adalah pemahaman
yang umum antara Maou dan Emi, akan tetapi, peraturan tidak tertulis ini, kini
menghadapi sebuah tantangan.

Apalagi, membiarkan Sariel membantu latihan Chiho bukanlah sesuatu yang


seharusnya terjadi.

Namun, semuanya yang jadi seperti ini, juga adalah jalan yang sudah dipilih
oleh Maou dan Emi, rasa terima kasih dan penyesalan terhadap Chiho yang
ingin menjadi kekuatan mereka, terus bertentangan di hati keduanya,
menyebabkan banyak keraguan di hati mereka berdua.

Malam ketika mereka bertemu dengan Farfarello dan Iron, bahkan Sariel pun
juga ikut bergabung dalam pembicaraan di Kastil Iblis.

Ashiya merasa terkejut karena mendapatkan tamu tak terduga di tengah malam,
tapi di bawah perintah Maou, dia tetap menyiapkan teh untuk semua orang
dengan muka datar.
Dia menyiapkan es teh untuk Maou dan Chiho, tapi untuk sisanya, termasuk
Urushihara, dia menyiapkan teh panas. Dari tindakan yang melebihi tingkat
kejengkelan ini, rasa patuh dari seorang Jenderal tetap bisa dirasakan.

"Ah, segarnyaaa!"

Meski Chiho merasa senang karena bisa meminum es teh dingin, tapi suasana
kaku yang disebabkan panas dan kepadatan orang masih tetap ada.
Bagaimanapun, di dalam ruangan enam tatami ini, selain dua iblis, seorang
Malaikat Agung, dan seorang Fallen Angel, masih ada Pahlawan, Penyelidik,
dan seorang gadis SMA yang berdesakan di dalamnya.

Dari barisan orang-orang ini, tidak akan aneh meskipun mereka memutuskan
sejarah alam semesta di sini.

Faktanya, tubuh Ashiya yang tinggi hanya bisa berdiri di dalam dapur, dan
tidak bisa duduk di atas tatami.

Secara perlahan memilah situasi ini, Maou menjelaskan peristiwa yang terjadi
di depan stasiun Hatagaya pada Ashiya dan Urushihara dengan cara yang
sederhana.

Dan hal yang paling mengejutkan adalah, anak kecil yang dikenal dengan nama
Iron itu, sebenarnya adalah sebuah eksistensi yang terlahir dari Sephirah yang
berbeda dengan Alas Ramus.

Iron yang seperti itu, tidak hanya bekerja sama dengan iblis Farfarello, dia
bahkan diperintah oleh Farfarello seperti seorang bawahan, hal itu semakin
membuat semua orang bingung.

Sampai saat ini, selain Yesod, tidak ada Sephirah lain yang ada hubungannya
dengan masalah Ente Isla.

Menciptakan suatu hubungan dengan paksa, manager rumah pantai Ooguro-


ya, Ooguro Amane, pernah menyebutkan istilah 'Understanding', namun,
meskipun Amane adalah orang yang misterius, dia bukanlah orang yang akan
bergerak diam-diam di belakang Maou dan yang lainnya.
Oleh karena itu, beberapa orang di sini menyimpulkan, mungkin, Alas Ramus
telah keliru.

"Tapi tidak mungkin Alas Ramus keliru mengenai masalah penting seperti ini.
Dia bahkan membuat pedang suci menghilang dengan sendirinya, kau tahu?"

Di satu sisi, ini sudah terlambat, Emi mengatakan hal itu sambil memeluk Alas
Ramus yang sudah terbang ke alam mimpi.

"Pedang suci bahkan bisa mematahkan Durandal, tidak peduli betapa dangkal
goresannya, pedang itu tidak mungkin bisa dihentikan dengan tangan kosong,
kecuali dia adalah eksistensi semacam itu."

"Itu benar. Meskipun sulit mempercayainya, tapi jika Iron adalah benar
'Geburah' Sephirah, maka banyak hal dalam pertarungan itu bisa dijelaskan....
owowowow...."

Suzuno menekan sikutnya yang terkilir karena terlempar oleh serangan Iron,
dan mulai menjelaskan,

"Nomor untuk Geburah adalah 5, permatanya adalah Ruby, mineralnya Besi,


warnanya Merah, planetnya adalah Raja bintang dari perang api. Bertanggung
jawab atas kekuatan Tuhan, dan malaikat penjaganya adalah Kamael. Selain
itu, meskipun sebagian besar rambutnya berwarna hitam, yakni warna yang
sama dengan mineral yang menjadi tanggung jawabnya, juga terdapat sedikit
rambut berwarna merah tercampur di dalamnya, ciri-cirinya sama dengan
rambut Alas Ramus."

Alas Ramus terlahir dari Yesod, bertanggung jawab atas perak dan warnanya
ungu, dia juga memiliki rambut berwarna perak dengan sedikit rambut
berwarna ungu.

"Karena sudah ada Alas Ramus, maka tidak aneh bagi Sephirah lain juga
memiliki perwujudan manusia. Dengan demikian, Iron seharusnya bisa
dianggap sebagai kemunculan pertama dari sampel yang lain. Masalahnya
adalah...."
"Apakah dia benar-benar mendengarkan perintah dari seorang iblis?"

"Tepat."

Suzuno yang masih menggunakan bahasa halus kepada Sariel, mengangguk


dengan ekspresi mantap di wajahnya, kemudian wajahnya memucat seperti
menyadari sesuatu yang sangat penting.

"Tu-tunggu sebentar.... Apa Sariel-sama tahu mengenai Alas Ramus....?"

"""!!!"""

Meski semuanya sesaat lupa karena dia ikut bergabung di sini dengan begitu
santai, tapi pada dasarnya, Sariel masihlah musuh yang mengincar pedang suci
Emi.

Meskipun Sariel menerima syok tambahan sebelum melihat Kisaki


menggendong seorang anak kecil, tapi sebenarnya, pada waktu itu, dia masih
tidak tahu bahwa gadis kecil itu adalah Alas Ramus, yang terlahir dari Yesod
Sephirah.

Maou dan Emi menatap tajam ke arah wajah Sariel, tapi Sariel hanya
menggembungkan pipi kurusnya dan mendesah pelan,

"Aku tahu. Sebelumnya, Gabriel datang ke restoran untuk mengeluh soal


kegagalannya mendapatkan pedang suci Emilia. Aku dengar gadis yang kukira
adalah anak dewiku sudah bergabung dengan pedang suci Emilia."

Entah itu Suzuno yang menerima pengakuan Sariel ataupun semua yang ada
di sini, tidak ada seorangpun yang memberitahu Sariel soal Alas Ramus.

"Sejujurnya, asalkan dia bukan anak dewiku, masalah lain tidak akan ada
bedanya. Aku baik-baik saja selama aku punya dewiku..... panas! A-apa-apaan
teh ini?? Padahal di musim seperti ini, apa coba yang dipikirkan pembuat teh
ini?"
Sariel dengan lesu mengucapkan hal-hal yang sama sekali tidak mencerminkan
apa yang akan dikatakan oleh salah satu anggota Surga yang mengincar pedang
suci Emi, dan meminum teh panas yang disajikan oleh Ashiya tanpa pikir
panjang, lantas terkejut karena suhu teh tersebut.

"Selain Kisaki-san, kau sama sekali tidak peduli dengan hal-hal lainnya ya?"

Melihat Sariel yang bahkan tidak merasakan panas dari cangkir yang ada di
tangannya dan penampilan segarnya yang membuat orang lain berpikir kalau
itu sangat menyedihkan, Chiho hanya bisa menyuarakan pendapat tersebut.

Memang tidak diketahui seberapa seriusnya Sariel, tapi menilai bahwa mereka
perlu membicarakan masalah Iron, mereka juga tidak bisa terus
menyembunyikan masalah Alas Ramus dari Sariel, oleh sebab itu, Maou, Emi,
dan Suzuno pun menurunkan kewaspadaan mereka dan duduk sekali lagi.

Untuk menegaskan kembali situasinya, Suzuno mulai berbicara,

"Mengasumsikan bahwa Alas Ramus dan Iron adalah eksistensi yang sama,
maka Iron seharusnya juga terlahir dari fragmen ataupun Geburah itu sendiri.
Tapi...."

".... Paling tidak, saat aku pergi dari Surga dan menuju ke sini, aku tidak
mendengar apapun yang aneh terjadi pada Geburah."

Ucap Sariel dengan pandangan menunduk, melanjutkan apa yang ingin


dikatakan oleh Suzuno.

Alas Ramus memang kasus khusus yang tercipta dari pecahan fragmen Yesod,
tapi mereka tidak bisa terburu-buru menyimpulkan kalau Iron pun juga
menemui situasi yang serupa.

"Namun, jika Surga benar-benar memainkan peran dalam masalah ini, maka
semuanya akan jadi lebih sederhana."

Maou mengatakannya dengan santai.


"Benar, berbicara tentang para malaikat itu....."

Chiho melirik ke arah Urushihara dan Sariel secara bergantian....

"Apa?"

"Ada apa?"

"Ah, er, erhm, tidak ada apa-apa, maafkan aku."

Kemudian dia dengan panik mengalihkan pandangannya entah ke mana.

"Aku bisa mengerti apa yang ingin diungkapkan Sasaki-san. Karena sampai
saat ini, mereka yang menyebut diri mereka malaikat sama sekali tidak
memiliki sisi baik."

Meski menghadapi Urushihara dan Sariel secara langsung, Ashiya tanpa gentar
memberikan penilaian tersebut.

"Huuh, kupikir, tidak peduli bagaimanapun kami membantahnya, itu pasti


tidak memiliki banyak kekuatan persuasif."

"Hey, Lucifer!!"

"Tenang! Bagaimanapun, meski aku tidak mengetahui situasi Surga saat ini
dengan baik, tapi mengenai malaikat Kamael, sulit mempercayai kalau dia ada
hubungannya dengan insiden ini."

"Apa maksudnya itu?"

Sebelum menjawab pertanyaan Emi, Urushihara melirik ke arah Suzuno


terlebih dahulu.

"Kamael.... merujuk pada 'Keadilan Mutlak dari Tuhan', benar?"

"Benar."

Urushihara mengangguk, Sariel juga tidak membantahnya.


"Malaikat penjaga Geburah adalah Kamael. Orang itu tidak seperti Gabriel
ataupun Raguel, dia adalah orang yang sederhana dan jujur. Seperti Keadilan
Mutlak yang dia wakili, selama suatu insiden tidak melibatkan Ancaman Surga,
lupakan soal menggunakan Geburah, bahkan fakta apakah dia akan bertindak
pun masih tidak pasti. Tapi sebaliknya, kalau dia bertindak, sesuatu yang besar
pasti akan terjadi, dia sendiri seharusnya tahu betul akan hal ini."

"Aku juga setuju dengan pendapat Lucifer. Sebenarnya, para malaikat penjaga,
tidak akan meninggalkan Surga semudah itu."

"Lalu kenapa Iron bekerja sama dengan Farfarello?"

Pertanyaan Ashiya, mewakili pertanyaan semua orang saat ini. Entah itu si
fallen angel atau si malaikat agung, mereka hanya bisa terdiam ketika
menghadapi pertanyaan ini. Singkatnya, itu berarti mereka juga tidak tahu
mengenai hal tersebut.

"Erhm, Ashiya-san."

"Ada masalah apa?"

Saat Chiho berbicara, Ashiya menolehkan kepalanya menunjukkan ekspresi


yang hangat dan menjawab, hal itu benar-benar berbeda dari bagaimana dia
memperlakukan Urushihara dan yang lainnya.

"Itu, meskipun nampaknya ini bukan pertanyaan yang harusnya ditanyakan


sekarang.... tapi bukankah Ashiya-san ingin kembali ke Dunia Iblis ataupun ke
Ente Isla?"

Di situasi sekarang ini, pertanyaan Chiho bisa saja menginjak ladang ranjau
yang begitu besar.

Bahkan, Emi dan Suzuno sudah merasa terguncang dengan pertanyaan Chiho
yang tiba-tiba ini, tapi Chiho sendiri memiliki sebuah keyakinan....

Ashiya tidak berpikir kalau pertemuan dengan Malebranche di Ente Isla adalah
hal yang bagus.
"Sejujurnya, tentu saja aku ingin kembali. Tapi...."

Ashiya memperlihatkan ekspresi tegas yang berbeda dari biasanya,


menyilangkan tangannya, dan mengatakan,

"Mereka tidak hanya melawan perintah Maou-sama dan menyebabkan


kekacauan di Dunia Iblis, mereka bahkan mengabaikan semuanya dan datang
menguasai pondasi yang sudah kubuat di Benua Timur, memikirkan bahwa
aku harus dikenal sebagai Pasukan Iblis bersama dengan para lalat kotor itu,
benar-benar membuatku merasa sangat tidak senang. Meskipun ini bukan
sesuatu yang harusnya kukatakan pada Sasaki-san, tapi mengabaikan fakta
bahwa mereka telah terhasut oleh manusia, Maou-sama dan aku memang
merasa sangat gelisah mengenai hal ini. Terlebih lagi untuk...."

Ashiya mengeluarkan bola sihir iblis yang Farfarello serahkan pada Maou dari
dalam kulkas dan melihat benda itu dengan tidak senang. Mempertimbangkan
bahwa saat ini masih musim panas, dia membungkus benda itu ke dalam
lapisan plastik untuk pendingin.

".... sihir iblis yang berbahaya seperti ini, meskipun kau memintaku, aku juga
tidak akan mau menggunakannya."

"Be-begitu ya."

Meski alasannya sedikit berbeda dari apa yang dia perkirakan, Ashiya, sama
seperti Maou, juga tidak senang dengan tindakan para Malebranche itu.

Dengan begini, bisa dipastikan kalau Maou dan Ashiya tidak akan menjawab
permintaan Farfarello.

".... itu membuatku berkeringat dingin."

"Yeah, serius."

Emi dan Suzuno menatap satu sama lain dan menghela napas, kemudian
mereka menoleh dan melihat ke arah cangkir teh yang ada di hadapan mereka.
"....Hmph."

"Ah, Hey! Aku sudah meminum dari situ...."

Suzuno dengan sikap yang begitu sopan, meminum teh panas itu, dan Emi,
setelah menggunakan sapu tangannya untuk mengusap keringat yang ada di
dahinya, merebut teh dingin Maou yang ada di sampingnya dan
menghabiskannya.

"Kalau aku terkena serangan panas, Alas Ramus mungkin juga akan berada
dalam bahaya, kau tahu?"

Setelah menghabiskan teh di cangkir itu dalam sekali tegukan, Emi dengan
kasar mengembalikan cangkir tersebut pada Maou.

"Ugh, bukan itu maksudku...."

"Ashiya-san?"

"Y-ya?"

Chiho yang duduk di sebelah Maou, memperlihatkan senyum kaku pada


Ashiya yang berdiri di dapur, dan karena alasan yang tak diketahui, Ashiya
pun menegakkan posturnya.

"Tolong buatkan teh dingin juga untuk Yusa-san, terima kasih."

"A-aku mengerti."

Kali ini giliran Ashiya dan Maou yang berkeringat dingin.

"A-ada apa....?"

Melihat percakapan antara ketiga orang itu, Emi, sang penjahat dari insiden ini
pun memiringkan kepalanya bingung dan bertanya.

"Kupikir selain Emilia, semua orang yang ada di sini seharusnya tahu
alasannya."
Urushihara menjawab dengan sikap yang terlihat muak, menyebabkan Emi
semakin mengernyitkan dahinya.

Dalam periode waktu tersebut, entah kenapa Ashiya terus mengintip ke arah
Chiho sambil menyiapkan cangkir teh baru untuk Emi dan Maou, dia pun
menyimpan cangkir yang sebelumnya dipakai minum oleh Emi.

"A-apa yang sebenarnya terjadi?"

"Lebih baik kau tidak tahu."

Meski Chiho masih mempertahankan senyum di wajahnya, tapi Emi merasa di


balik senyum itu, dia bisa melihat aura yang tidak terukur.

"Po-pokoknya, karena kita sudah tahu kalian tidak berencana menanggapi


undangan Barbariccia, maka sesuatu bisa diperoleh dari sini."

"Benar!"

Meskipun Emi yang tidak memahami situasi sudah mencoba mengembalikan


topiknya ke jalur, tapi rasanya nada bicara Chiho menjadi lebih kaku
dibandingkan sebelumnya.

Bagaimanapun, mengenai masalah Chiho, Emi sudah pernah mengatakannya


dengan jelas, tapi meski Maou dan yang lainnya tidak bermaksud demikian,
apakah Farfarello bersedia untuk menyerah atau tidak adalah masalah yang
berbeda.

".... Huuh, tapi, aku mungkin terlalu gegabah pada waktu itu."

Seolah merasa kalau Chiho akan menjadi sangat menakutkan jika mereka
membahasnya lebih jauh, Maou pun meminum seteguk teh dingin dari cangkir
yang baru, dan melanjutkan kata-kata Emi.

"Aku secara refleks melindungi Chi-chan tadi. Kalau Farfarello bukan seorang
idiot, dia seharusnya tahu kalau Chi-chan itu ada hubungannya dengan kita.
Dan dia berbeda dengan Emi dan Suzuno...."
"Dengan kata lain, dia sudah tahu kalau aku tidak memiliki kemampuan
bertarung?"

"Dia mungkin akan menangkapmu sebagai sandera, aku pasti akan melakukan
hal itu jika itu adalah aku."

Setelah Chiho melengkapi kalimat Maou, Sariel langsung mengucapkan hal itu
tanpa memikirkan dirinya yang dulu, membuat semua orang selain Urushihara
menjadi tegang.

Sariel dengan acuh tak acuh mengabaikan tatapan semua orang yang mengarah
padanya.

"Tapi itu sangat efektif kan? Pada kenyataannya, aku bertindak seperti itu
karena aku berpikir kalau itu adalah cara yang paling efektif."

Sariel pernah menculik Chiho yang tak berdaya untuk mendapatkan pedang
suci Emi. Meskipun itu sangat memuakkan, tapi cara itu memang sangat
persuasif.

"Tapi kalau dipikir-pikir, kenapa Chiho bisa masuk ke dalam barrier Farfarello
tanpa melakukan apa-apa?"

Emi bertanya pada Chiho, Chiho menggelengkan kepalanya dan menjawab,

"Aku juga tidak tahu. Ketika aku sadar, aku melihat Maou-san dan yang
lainnya sudah ada di depanku."

"Ini hanya perkiraanku.... tapi itu mungkin ada hubungannya dengan Iron yang
bisa pergi dari barrier Sariel-sama dengan mudah. Entah itu Iron ataupun cincin
Chiho-dono, mereka ada hubungannya dengan Sephirah dari Pohon Kehidupan,
kan?"

""Melakukan sesuatu yang sangat merepotkan.....""

Setelah mendengar pendapat Suzuno yang agak beralasan, Maou dan Emi
menggumamkan kata yang sama secara bersamaan.
"....Apa?"

"Ada apa?"

Maou dan Emi saling menatap tajam satu sama lain, tapi mereka sepertinya
tahu kalau sekarang bukanlah saatnya untuk bertengkar, dan ketika mereka
berdua mengalihkan pandangan mereka masing-masing, tidak bisa
mengungkapkan perasaan mereka saat ini, dan bersiap-siap meminum teh
mereka....

"".....""

Tak disangka, kedua cangkir mereka telah kosong, dan fakta bahwa mereka
berdua ingin melewati momen tersebut dengan menggunakan cara yang sama
di saat yang sama pula, membuat mereka berdua semakin merasa canggung.

"Maou-sama, tolong berikan cangkirnya padaku."

Melihat situasi ini, Ashiya pun membantu Maou mengisi kembali tehnya,
kemudian dia meletakkan teko yang berisi teh dingin tersebut di atas kotatsu,
seolah-olah hendak memberitahu Emi, 'kalau kau ingin minum, tuang saja
sendiri'.

"Tapi kalau begitu, apa yang sebaiknya kita lakukan?"

"Apa maksudmu?"

"Apa lagi, tentu saja masalah Chiho-dono."

Suzuno mengalihkan pandangannya ke arah Chiho, tapi karena alasan yang tak
diketahui, Chiho saat ini menatap ke arah Maou dan Emi dengan tidak senang.

"Situasi saat ini sangatlah serius. Karena Farfarello sudah melihat Chiho
sebagai seseorang yang ada kaitannya dengan kita, apa yang sebaiknya kita
lakukan pada Chiho-dono?"

"Bukankah sudah cukup kau dan aku saling bergantian melindunginya?"


Menatap Ashiya dengan tidak senang, Emi secara terang-terangan mengambil
teko dan menuangkan secangkir teh dingin sambil menjawab pertanyaan
Suzuno dengan cara yang sederhana, namun, Suzuno menggelengkan
kepalanya, dan mengatakan,

"Karena itu tidak bisa dilakukan, makanya aku bertanya."

"Eh, kenapa?"

Kali ini adalah giliran Chiho yang bertanya. Dari sudut pandang Chiho, dengan
situasi saat ini, dia tidak mungkin akan kekeuh menolak perlindungan dari
mereka berdua.

Maou dan yang lainnya belum mendapatkan level kekuatan mereka yang
sebenarnya sebagai iblis. Jika demikian, dengan Emi dan Suzuno yang
bertanggung jawab melindungi Chiho, bisa dianggap sebagai perkembangan
yang paling wajar....

"Emilia, berapa banyak cuti yang bisa kau ambil dari pekerjaanmu? Jika kau
ingin memastikan keselamatan Chiho-dono sepenuhnya, maka setidaknya
harus ada dua orang yang bertarung bersamaan, atau salah satu dari kita pasti
akan dikalahkan."

"Itu karena ada anak yang dipanggil Iron itu, kan?"

Suzuno mengangguk membenarkan penjelasan Sariel.

"Benar, dari situasi ini, Iron seharusnya memiliki kemampuan yang setara atau
bahkan lebih kuat dibandingkan dengan Farfarello. Meski begitu, dia tetap
mengikuti perintah Farfarello dengan patuh. Dan barrier itu bukanlah barrier
yang tercipta dari sihir iblis, melainkan sebuah barrier pergeseran dimensi yang
diperluas menggunakan mantra. Menghadapi musuh seperti Iron, tidak akan
cukup kalau hanya dengan Emilia dan aku. Dan Alas Ramus juga dalam
kondisi seperti itu....."

Mempertimbangkan kekuatannya, Iron tak diragukan lagi sangatlah tangguh.


Kalau dipikir-pikir, asalkan Alas Ramus serius, dia juga bisa menggunakan
kekuatan yang dapat mengalahkan Gabriel dengan mudah.

Meski tidak bergantung pada kekuatan pedang suci, Emi masih memiliki
teknik bertarung yang diajarkan oleh Alberto dan pengalaman pertarungan
mantra yang melimpah, tapi jika seseoang menanyainya apakah dia bisa
bertarung melawan perwujudan salah satu Sephirah dan seorang kepala suku
Malebranche, sekaligus melindungi seorang manusia biasa, itu tidak bisa
dianggap sepenuhnya aman.

"Hal terburuknya adalah, saat kau beradu pedang dengan Iron secara langsung,
bahkan Alas Ramus mungkin akan menghalangimu."

Sebelumnya, Alas Ramus menentang keinginan pemegang pedang suci, yaitu


Emi, dan memilih membuat pedang suci menghilang.

Meski terlalu berlebihan berkata 'menghalangi', tapi setidaknya saat ini,


mereka tidak bisa bergantung pada pedang suci.

Karena sudah bergabung dengan Alas Ramus, maka Evolving Holy Sword,
One Wing sudah bukan lagi sekedar barang milik Emi, melainkan eksistensi
dengan sebuah kepribadian.

"Berdasarkan hal ini, dalam situasi terburuk, kita mungkin benar-benar tak
berdaya, ya kan?"

Ucap Maou dengan pelan.

"Apa memang sulit memasuki barrier itu dari luar?"

Sariel menyilangkan tangannya dan menjawab pertanyaan Maou.

"Sejujurnya, ini bergantung pada mood perapalnya. Ketika aku memasang


barrier di gedung Metropolitan, dibandingkan dengan menahan kekuatan dari
luar, aku lebih fokus pada barrier pergeseran dimensi skala besar dan membuat
orang lain tidak bisa merasakan apa yang terjadi di dalam barrier, oleh sebab
itu, batasnya akan menjadi lebih lemah. Pada waktu itu, bukankah kau bisa
memasukinya dengan sangat mudah?

"Hm.... Benar."

Ketika Maou menuju ke Gedung Metropolitan untuk menyelamatkan Chiho


yang diculik Sariel dan Suzuno, dia menerobos masuk dengan keyakinan kalau
musuh ada di dalam sana.

Jelas sekali, dibandingkan dengan barrier yang dihadapi oleh Emi dan yang
lainnya, kunci untuk menembus barriel Sariel adalah meyakini kalau ada
sesuatu di sana.

Poin pentingnya adalah pemahaman fenomena itu sebagai konsep, meskipun


karakteristik dari mantra itu sendiri sangat hebat, tapi hal itu tetap tidak bisa
menjauh dari prinsip aslinya.

"Tapi setelah aku menghilang, kalian menghabiskan waktu yang lumayan lama
untuk menembus barrier itu kan? Jika saja Chi-chan ditarik ke dalam barrier,
bukankah itu berarti semuanya sudah berakhir?"

"......"

Kastil Iblis kini diselimuti atmosfer yang begitu berat.

"Astaga! Itu dia inti masalahnya......... Ma-maaf."

Bahkan nada santai Urushihara pun tidak bisa meredakan atmosfer saat ini,
malahan, suasana menjadi semakin berat karena hal tersebut.

"Kalau begitu, di saat seperti ini......"

Kali ini, Ashiya menunjuk ke arah Chiho, seolah mencoba meredakan


atmosfernya.

".... maka kita harus mengikuti rencana awal, yaitu mengizinkan Sasaki-san
untuk mempelajari mantra pertahanan diri."
"Boleh aku tahu apa maksudnya itu?"

Tidak menduga kalau Ashiya akan menyarankan hal ini, Chiho pun balik
bertanya kepada Ashiya dengan kaget.

"Selama si Iron itu tidak mendapat perintah, dia tidak akan bergerak meskipun
pedang suci Emilia menekan leher Farfarello, benar?"

"Benar....."

Setelah mendapatkan persetujuan Emi, Ashiya melanjutkan,

"Iron tidak menganggap kita sebagai musuh secara aktif. Dengan kata lain, jika
kita memperlakukan Iron sebagai senjata Farfarello, maka semuanya akan jadi
lebih mudah."

"Memperlakukan Iron sebagai senjata?"

"Hey, kalau begitu, apakah maksudmu Alas Ramus itu juga sama....."

Emi dengan kesal ingin membantah teori Ashiya, namun Maou segera
menghentikannya,

"Tenanglah! Bukan itu maksud Ashiya."

"......"

Setelah memastikan kalau Emi berhenti mencari-cari masalah dengannya,


Ashiya melanjutkan penjelasannya,

"Pertama, Iron tidak bertindak sendiri. Meskipun dia bisa diperintah dari jauh,
Farfarello tidak mungkin akan membiarkan Iron jauh dari pandangannya."

"Terus kenapa? Iron juga memiliki kehendaknya sendiri. Kalau dia secara
spesifik diperintahkan, dia seharusnya bisa menyelesaikan misi ini sendiri.
Meskipun Farfarello tidak mengawasinya dari dekat...."

Menghadapi pertanyaan Suzuno, Ashiya memberikan sebuah senyum hina.


"Kalian pasti tidak mengerti, bagi kami, menjadi manusia biasa itu sangat sulit
untuk ditahan seperti manusia yang berjalan di jalanan dengan telanjang.
Meskipun aku merasa sangat bersalah pada Sasaki-san karena mengatakan hal
ini."

".... Lantas kenapa?"

Meski Suzuno merasa tidak senang dengan cara berbicara Ashiya yang hanya
meminta maaf pada Chiho padahal dia mengejek seluruh manusia, Ashiya
tetap melanjutkan kata-katanya,

"Meskipun Farfarello berubah menjadi manusia, dia tetap mengikuti perintah


Maou-sama agar tidak 'menyakiti orang Jepang yang tidak berdosa'. Sangat
sulit membayangkan seorang pria yang diberikan misi seperti dirinya akan
membiarkan senjata kuat seperti Sephirah, bertindak tanpa pengawasan
apapun."

"Contoh yang kau berikan memang terdengar menyebalkan, tapi ini bukan
seperti aku tidak bisa memahaminya."

Emi mengangguk setuju.

"Sebaliknya, hanya bertindak setelah mendapatkan perintah, meskipun orang


yang memberi perintah itu berada dalam keadaan bahaya, bukanlah sesuatu
yang bisa dijelaskan dengan adaptasi yang lemah. Jika Iron yang seperti ini
bertindak sendiri, saat dia menghadapi situasi yang tak terduga, sulit menjamin
kalau dia tidak akan melakukan sesuatu yang berada di luar ekspektasi
Farfarello. Dari poin ini, bisa dipastikan kalau Iron tidak akan meninggalkan
lingkaran aksi Farfarello."

"Be-begitu ya."

Seperti yang diharapkan dari iblis yang menguasai Ente Isla paling lama
sebagai pemimpinnya.

"Masih ada satu poin penting lagi yang aku ingin semuanya perhatikan,
Farfarello menjadi kepala suku setelah kami menyerang Ente Isla. Dengan kata
lain, di antara kepala suku lain, dia adalah tipe yang kurang dalam pengalaman
bertarung. Dalan sebuah pertarungan langsung, kupikir dia bukanlah tandingan
bagi Emilia. Tidak peduli seberapa hebat senjata otomatis itu, mereka tidak
akan bisa mengambil keputusan mereka sendiri tanpa adanya pengguna."

"Poin pentingnya di sini adalah mengabaikan Iron dan langsung mengalahkan


Farfarello, benar?"

"Tidak, kalau begitu, tidak ada gunanya membiarkan Sasaki-san mempelajari


mantra."

Ashiya menggelengkan kepalanya, membantah pertanyaan Emi.

"Ah, benar. Bagaimanapun, tadi Ashiya-san bilang kalau lebih baik bagiku
mempelajari mantra terlebih dahulu."

Cara penjelasan Ashiya yang bertahap, membuat Chiho hampir lupa


pernyataan awal yang dia sebutkan.

"Jika kita membunuh Farfarello begitu saja, musuh pasti akan mengirimkan
gelombang serangan kedua. Ini akan membuat semuanya semakin berlarut-
larut dan masalah tidak akan bisa terpecahkan."

"Apa maksudnya itu? Jika membunuh kepala suku baru saja akan membuat
musuh mengirimkan gelombang serangan kedua, lalu ketika Ciriatto dan lebih
dari 1000 Malebranche itu kalah, musuh seharusnya datang jauh lebih awal
kan?"

"Bodoh!"

"Apa?"

Ashiya langsung membantah apa yang Emi katakan,

"Jika Farfarello terbunuh, itu artinya Iron akan ditinggalkan di sini sendiri.
Meskipun asal usulnya masih belum jelas, dia tetaplah perwujudan dari salah
satu Sephirah. Jika sebuah Sephirah yang hanya satu fragmennya saja bisa
membuat Sang Pahlawan mengatasi dan mengalahkan seorang Malaikat
Agung, berada di Jepang, Barbariccia tidak mungkin akan mengabaikannya.
Dengan kata lain...."

Ashiya mengamati semua orang yang ada di ruangan itu dan berkata,

"Untuk menghindari masalah nantinya, lebih baik kita berunding dengan


Farfarello dan Iron, serta membujuk mereka untuk kembali."

"Jika kita bisa melakukan itu, kita memang tidak perlu bekerja terlalu keras.
Tapi, jika Farfarello kembali, itu artinya dia pergi dengan dengan mengantongi
informasi mengenai Chiho-dono. Hal itu bisa membuatnya benar-benar
membawa pasukan kedua ke sini."

Suzuno menunjukkan kelemahan pada kesimpulan Ashiya, tapi Ashiya tetap


tidak terpengaruh.

"Itulah alasannya kenapa kita harus membiarkan Sasaki-san mempelajari


mantra secepatnya. Crestia Bell, apa kau masih tidak bisa memahaminya?"

"Apa??"

"... Begitu ya, jadi begitu rencanamu."

Sepertinya Maou telah menyadari maksud Ashiya sebelum Suzuno bertanya


pada Ashiya apa yang ingin dia tanyakan.

"Tapi ini sebuah perjudian, kan? Apa menurutmu mereka akan menerimanya
begitu saja?"

"Kita harus membuat mereka menerimanya. Tapi daripada menggunakan cara


yang paling buruk untuk mengatasi hal ini, bukankah lebih baik mencoba cara
yang lebih optimal dan memutuskannya nanti? Yang paling penting adalah...."

Selain Maou yang sudah memahaminya dengan cepat, agar bisa membuat yang
lainnya juga mengerti, Ashiya pun menatap Chiho dan mengatakan,
"Selama kita bisa membuat mereka mengerti kalau Maou-sama saat ini sedang
menjalankan ambisinya di Jepang, dan Sasaki-san adalah bagian tak
tergantikan dari rencana itu, maka semuanya akan baik-baik saja. Karena
Malebranche di Benua Timur masih setia pada Maou-sama, selama Farfarello
bersedia kembali dengan senang hati, maka kemungkinan Farfarello ikut
campur dengan kita juga akan berkurang."

"Dengan kata lain, kau berencana membuat Chiho..... bergabung dengan


Pasukan Iblis?"

Emi bertanya dengan nada berbahaya.

Jika Chiho dianggap sebagai rekan Raja Iblis, sulit menjamin kalau
masalahnya akan berakhir.

Jika insiden ini diketahui oleh para manusia di Ente Isla, berikutnya, mungkin
manusia di Ente Isla lah yang akan menganggap Chiho sebagai musuh.

"Jika semuanya jadi tak terkendali, bagaimana kau akan menanganinya? Meski
kalian semua bahkan tidak tahu berapa lama waktu kalian yang tersisa!"

Kata-kata Emi membuat Chiho mendongak, tapi sebelum itu, Ashiya sudah
menjawabnya dengan tegas.

"Secara tidak kebetulan, aku tidak pernah memilih jalan hidup di mana aku
diam di satu tempat karena aku tidak tahu apa yang akan dibawa oleh masa
depan, bagaimanapun, semuanya pasti akan berhasil. Selain itu....."

Ashiya menatap ke arah Emi dan Suzuno secara bergantian,

"Kau pikir siapa yang akan lebih dipercayai oleh manusia di Ente Isla? Apakah
kata-kata Malebranche yang menyerang Benua Timur, ataukah kata-kata Sang
Pahlawan dan anggota dewan Gereja? Kalau kalian berdua bisa melindungi
Sasaki-san dengan baik, seharusnya gampang mencegah pasukan Ente Isla
memperlakukan Sasaki-san dengan penuh kebencian, iya kan?"
Kalimat dari Ashiya tersebut, membuat Emi dan Suzuno tidak bisa berkata-
kata.

Tujuan akhir Suzuno adalah, merombak tatanan sosial di Gereja, memperoleh


penghargaan yang layak atas pencapaian Pahlawan Emilia, dan melalui Emilia,
membimbing dunia setelah mundurnya Pasukan Iblis.

Kalau tujuan ini bisa dicapai, maka melindungi Chiho, seseorang yang berasal
dari dunia lain dari tangan Ente Isla, adalah hal yang mudah untuk dilakukan.

Saat Urushihara melihat keadaan Emi dan Suzuno yang nampak harus
menerima penjelasan Ashiya.....

"Kedua orang itu, tak disangka mungkin adalah tipe orang yang mudah ditipu."

Dia mengucapkan hal tersebut dengan volume yang tidak bisa didengar
siapapun.

Bagaimanapun juga, Ashiya memang benar, meskipun mereka melanjutkan


diskusi ini berulang kali karena tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya,
hal itu takkan ada gunanya.

Apa yang harus mereka lakukan saat ini adalah, tidak peduli seberapapun
kecilnya kemungkinan itu terlihat, mereka hanya harus melangkah sedikit
demi sedikit untuk melewati situasi ini.

"Semuanya akan berhasil ya.... Ketika seorang iblis mengatakannya, maka itu
benar-benar sebuah akhir."

Gumaman Emi, memutuskan segalanya,

"Baiklah, kalau begitu, secara resmi kita akan memulai latihan mantra Chiho-
dono besok. Jika pada akhirnya itu menyebabkan Chiho-dono berada dalam
bahaya, aku tidak akan pernah melepaskan kalian semua."

Dan Suzuno juga mengangguk setuju dengan enggan.


"Aku tidak tahu apa yang kalian semua rencanakan, tapi lakukanlah yang
terbaik. Aku mau pulang!"

Sariel yang hanya mengamati perkembangan situasi sampai sekarang, berdiri


dan mengatakan,

"Meski semuanya akan jadi sangat merepotkan, tapi selama dewiku tidak
berada dalam bahaya, maka itu tidak ada hubungannya denganku. Aku tidak
akan menghalangi kalian semua, kalian lakukan saja yang terbaik!"

Karena sejak awal Maou dan yang lainnya tidak pernah mengharapkan apapun
dari Sariel, tidak ada seorangpun yang mencoba menghentikannya.

"Maaf!"

Namun, seseorang menghentikan Sariel yang sedang memakai sepatunya di


beranda.

"Hm?"

"Erhm.... Sariel-san, kumohon, maukah kau membantu kami?"

Orang itu adalah Chiho.

"Tu-tunggu, Chiho?"

"..... Apa kau serius mengenai hal itu?"

Menanggapi permintaan Chiho yang tak terduga, tidak hanya ekspresi Emi
yang berubah drastis, bahkan Sariel juga berbalik melihat ke arah Chiho
dengan kaget.

"Kenapa aku harus membantu kalian? Kita ini musuh, dan insiden ini tidak ada
hubungannya denganku."

"Tapi cahaya dari mata Sariel-san bisa menghentikan pergerakan Iron, kan??"

"Lantas kenapa? Karena Sephirah juga memiliki sihir suci, maka 'Evil Eye Of
The Fallen' adalah cara yang paling efektif untuk melawan mereka, tapi
meskipun aku memiliki kemampuan itu, aku tetap tidak diwajibkan untuk
membantu kalian, ya kan?"

"Aku tahu. Aku tidak memintamu untuk bertarung, tapi tolong bantu aku saat
mempelajari mantra."

"Chiho, apa yang kau katakan, serahkan hal-hal seperti itu padaku dan Bell...."

"Situasinya memang bisa saja terjadi dalam waktu dekat, tapi tergantung
tindakan para iblis, ini juga mungkin bisa terjadi dalam waktu yang lama.
Karena kita tidak tahu berapa lama waktu yang dibutuhkan sampai keseluruhan
insiden ini berakhir, aku tidak bisa membiarkan Yusa-san mengambil cuti
sepanjang waktu."

Emi terkejut karena Chiho tiba-tiba terfokus pada kehidupan sehari-hari


mereka yang normal.

"Apa yang kau katakan? Sekarang bukanlah saatnya mengatakan sesuatu


seperti itu....."

"Sekarang adalah waktu yang tepat untuk mengatakannya. Meskipun kita bisa
mengatasi rintangan ini dengan mulus, kalau Yusa-san tidak bisa mendapatkan
gaji bulan depan, atau bahkan dipecat karena mengambil terlalu banyak cuti,
maka itu akan sangat tidak adil buatmu."

"Chiho-dono, kau terlalu banyak berpikir. Dengan tabunganku, takkan ada


masalah bahkan jika satu atau dua orang tinggal bersamaku, dan meskipun
Emilia benar-benar dipecat, dengan kemampuannya, dia pasti bisa
mendapatkan pekerjaan lain....."

"Jika teman dari tempat kerjanya yang baru juga terseret dalam masalah Ente
Isla, itu benar-benar akan jadi tak terkendali, kan?"

"!!!"

Suzuno ingat apa yang Maou katakan padanya ketika mereka membeli televisi,
dan terdiam karena hal tersebut.
Memperluas hubungan dengan manusia lebih dari yang dibutuhkan, bukanlah
hal yang bagus bagi Emi dan yang lainnya saat ini. Saat ini, hubungan dengan
manusia yang dimiliki oleh Maou dan Emi terkumpul dalam satu tempat yang
sama, dan hubungan yang stabil itu terus bertahan dalam area yang relatif kecil.

Jika mereka memperluas jangkauan aktifitas dan meninggalkan berbagai jejak,


mungkin 'pihak musuh' bisa menemukan kesempatan untuk menyelinap masuk.

"T-tapi, meski begitu...."

Emi melihat ke arah Sariel dengan tidak senang. Meski baru mengingatnya
sekarang, tapi Emi pernah diperlakukan secara tidak hormat oleh Sariel, dan
itu menyebabkan lubang besar pada harga dirinya.

Hanya dari hal ini, Emi sama sekali tidak ingin mempertimbangkan pilihan
menyerahkan Chiho pada Sariel.

Tentu saja, Chiho yang juga ada di sana pada waktu itu, bisa mengerti dengan
sangat baik betapa tidak percayanya Emi terhadap Sariel.

"Karena Sariel-san juga punya pekerjaan, aku tidak bisa terus memintamu
untuk mengajariku sepanjang waktu. Tapi kalau kau bisa membantu mengisi
tempat kosong yang ditinggalkan Yusa-san dan Suzuno-san......"

Karena itulah, Chiho memutuskan mengeluarkan senjata rahasianya,

"... Meski aku tidak bisa menjamin kalau ini bisa selesai dengan cepat, jika
Sariel-san bersedia membantu kami, aku pasti akan mencarikan cara bagimu
dan Kisaki-san berbaikan."

XxxxX

"Hey, itu seharusnya sudah terisi kan? Kita mulai, Bell! Cepat pergi ke sisi
seberang sana, cepat cepat!!"
"Baik!"

"Huft...."

Oleh karena itulah, semuanya jadi seperti ini.

Bahkan tanpa mempertimbangkan apakah Sariel dan Kisaki sejak awal


memang berhubungan baik, pada waktu itu, Sariel langsung memancarkan
kekuatan penuh sihir sucinya yang secerah matahari, dan itu membuat Ashiya
yang sebelumnya memberikan kuliah seperti seorang jenderal yang jenius,
hampir seketika pingsan.

"Dan setelah itu, kalian berlatih di gym yang panas ini dari pagi?"

Emi yang datang ke sini setelah pulang bekerja untuk melihat kondisi latihan,
mengatakan hal tersebut pada Maou dengan ekspresi jengkel di wajahnya,
namun karena metode pelatihan ini sangat beralasan, dia juga tidak bisa
mengeluhkannya.

"Jika aku tidak meminta mereka untuk sesekali beristirahat seperti tadi, Chi-
chan hanya akan terus bekerja keras."

"Tapi... dari sini, ada kemungkinan dia berhasil merapalkan mantra kan?
Lagipula, kemampuan Chiho mengaktifkan sihir suci sudah benar-benar
bagus."

"Sariel mengatakan kalau kita tidak bisa memujinya, kecuali Chi-chan


mencoba untuk meneliti mantra itu sendiri."

"Itu penilaian yang sangat tepat. Huuuh, meskipun aku merasa kalau tidak akan
sesederhana itu."

"Chi nee-chan luar biasa!!"

Alas Ramus mungkin memahaminya secara insting, dia hanya memandang ke


arah Chiho yang berlatih tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.

"Lalu?"
"Hm?"

"... apa kalian punya petunjuk bagaimana membuat mereka berbaikan?"

"... siapa yang tahu?"

Entah bagaimana, ini mungkin bisa jadi masalah yang lebih merepotkan
daripada Farfarello dan Iron.

Meskipun mereka hanya perlu membuat Kisaki berdamai dengan Sariel, tapi
hubungan di antara kedua orang itu sebenarnya hanyalah, Sariel dengan rasa
sukanya yang bertepuk sebelah tangan pada Kisaki, sama sekali tidak
menyembunyikan motifnya dan selalu pergi ke MgRonald setiap waktu makan
dan menghabiskan banyak uang hanya untuk melihat Kisaki.

"Tapi Kisaki-san tidak lupa memperlakukan Sariel sebagai pelanggan."

Maou memikirkan arti dari membuat mereka berdua berbaikan, seharusnya itu
merujuk pada Sariel yang kembali bisa keluar masuk MgRonald dengan bebas.

"Jika itu hanya rekonsiliasi biasa, mungkin saja hal itu bisa terjadi, tapi aku
tidak yakin Sariel akan puas hanya dengan itu."

Meskipun dari luar dia nampak melatih dengan sungguh-sungguh, jika Chiho
tidak bisa memberikan 'rekonsiliasi' yang Sariel bayangkan, tidak ada yang
tahu apa yang bisa dia lakukan.

"Dan di saat seperti ini, Rika terlihat tidak bisa diandalkan."

"Kenapa kau tiba-tiba menyebutkan Suzuki Rika?"

"Masalah ini memang tidak sampai ke titik mengembalikan kondisi kehidupan


seseorang, tapi sebagai referensi, aku ingin bertanya padanya tentang poin
penting dalam membuat seorang wanita dan pria berbaikan. Dia sedikit
menyukai hal-hal yang berbau gosip semacam ini. Tapi kau tahu, itu karena
orang itu."
Emi menggunakan pandangannya untuk menunjuk ke arah punggung Ashiya
yang sedang menyaksikan Chiho berlatih.

Meskipun tidak tahu identitas asli Emi dan yang lainnya, rekan kerja Emi,
Suzuki Rika, masih berinteraksi dengan Maou, Ashiya, Chiho, serta Suzuno,
dan kini, ia berada dalam situasi cinta tak terbalas dengan Ashiya.

"Dia nampaknya 'menjadi tidak bisa memahami dirinya sendiri', jadi saat ini,
kita lebih baik menjauhkan topik wanita seperti cinta tak terbalas seperti ini
dari dia."

Rekan kerja Emi yang lain, Shimizu Maki, saat dia memiliki kesempatan, dia
pasti akan mencoba mengorek alasan yang membuat Rika 'tidak bisa
memahami dirinya sendiri', dan Rika akan berulang kali mencoba mengalihkan
topiknya, hal ini sudah menjadi kebiasaan sehari-hari di tempat kerja Emi.

".... Apa menurutmu ini akan baik-baik saja?"

"Apa maksudmu?"

Maou juga menggunakan pandangannya untuk menunjuk ke arah punggung


Ashiya, dan Emi mengangkat bahunya, menjawab,

"Aku dengar dari Bell. Kau nampaknya mengungkapkan pendapatmu dengan


cara yang sangat berlebihan tentang hubungan yang kami bangun."

Emi mendongak dan memelototi Maou.

"Itu tidak berlebihan. Aku hanya mengatakan kalau kalian berdua itu sangat
arogan karena ingin memisahkan Ashiya dan Suzuki Rika, meskipun kalian
mengesampingkan masalah kalian sendiri."

"Itu sudah cukup berlebihan. Kau tidak pernah tahu apa yang pihak kami
rasakan."

"Itu karena aku tidak pernah memilih jalan hidup yang ada kaitannya dengan
Pahlawan."
Maou mengangkat bahunya seolah menghindari tatapan intens Emi.

Usai mendongak dan melirik ke arah Maou, Emi tiba-tiba mengalihkan


pandangannya.

"... Aku juga."

"Hah?"

Emi mengistirahatkan dagunya di atas lutut, dia berbicara dengan pelan sambil
melihat Chiho yang terengah-engah karena pelatihan Sariel.

"Aku juga 'menjadi tidak bisa memahami diriku sendiri', jadi aku tidak punya
hak mencampuri perasaan orang lain."

"....."

Hari ini Emi terlihat sangat jujur, membuat Maou tidak tahu bagaimana harus
bereaksi.

"Menjadi tidak bisa memahami dirimu ya...."

Oleh karena itu, Maou hanya bisa berusaha melewati hal ini dengan
mengulangi kata-kata Emi, dan melihat ke arah Chiho dan yang lainnya untuk
mengalihkan perhatiannya.

"Hm~ karena dia bisa mengaktifkannya sampai ke tingkat ini, seharusnya dia
bisa segera menguasainya...."

Di saat seperti ini, Sariel yang terlihat memikirkan sesuatu, berteriak ke arah
Suzuno.

"Ayo kita coba cara yang lain. Bell, kali ini, kaulah yang akan mengirim! Jika
dia bisa memahami sensasi penerimaan, dia mungkin bisa menggunakan itu
untuk mendorongnya balik."

"Aku mengerti."
Saat Chiho melihat Suzuno mengangkat tangannya di ujung gym, dia mencoba
memfokuskan kesadarannya.

"Meski begitu, apa yang sebaiknya kukirim?"

Suzuno yang menerima perintah tersebut, memikirkannya sesaat.

"Menggunakan sensasi untuk mendorong balik ya... kalau begitu, daripada


dengan hanya suara acak, percakapan yang tepat pasti akan lebih baik."

Suzuno berbicara sendiri, dan kali ini adalah giliran Suzuno menelepon HP
Chiho.

"Selain memiliki isi yang bisa dimengerti Chiho-dono, pesan itu juga harus
menciptakan sensasi yang konkrit dan cukup untuk mengirimkan kehendaknya,
dan sensasi itu harus cukup kuat agar bisa melewati jalan kembali ke sini ketika
dia mendorongnya balik...."

Agar Suzuno juga bisa menerima pesan yang Chiho kirim, akan lebih baik
kalau dia memilih pertanyaan yang bisa memperlihatkan kondisi mental Chiho.

"....Ah."

"Ada apa, cepat telepon Bell!! Lagu latihan radionya akan segera berakhir!"

Isi pesan yang Suzuno pilih sangatlah menyulitkan, sampai-sampai dia tidak
bisa segera menjawab Sariel.

"Ah... ah hm."

Suzuno menggerakkan HP ke sebelah telinganya, meski hal itu tidak perlu


dilakukan, Suzuno tetap tidak bisa merubah kebiasaannya yang suka berdeham
sebelum menanyakan pertanyaan yang sulit.

Suzuno memfokuskan perhatiannya pada Chiho dan HP Chiho yang berada


dalam jarak pandangannya, dia pun melakukan Idea Link yang entah kenapa
membuatnya begitu malu. Bagaimanapun, untungnya Maou dan yang lainnya
tidak berada di sisi bangunan di mana Suzuno berada.
"Apa Chiho-dono ingin menikah dengan Raja Iblis.... tidak, apa Chiho-dono
ingin menikahi Raja Iblis...."

Rasa malu membuat Suzuno mencoba menghindari cara penyampaian yang


blak-blakan, tapi hal itu malah membuat maksudnya menjadi semakin jelas,
dan setelah itu, pesan yang dia kirim menyebabkan efek yang begitu nyata.

"Warghhhhhhhhhh!"

"Gyargh!"

Seketika, sebuah sensasi yang begitu kuat menyerang masuk ke dalam otak
Suzuno melalui gelombang HP layaknya lolongan serigala.

Sensasi itu berbaur dengan gelombang listrik dan menghasilkan ledakan yang
cukup untuk menyebabkan guncangan keras, membuat Suzuno sesaat jatuh
pingsan dan menjatuhkan HPnya.

"Hey, Bell?"

Emi menyadari ada sesuatu yang aneh dengan Suzuno dan langsung berdiri
mendekatinya dengan cemas.

Sementara Chiho, wajahnya memerah karena alasan ang tidak jelas dan
pipinya menggembung seperti balon, tapi dia hanya terlihat sedikit terengah-
engah dengan napas yang menjadi lebih cepat.

"H-hey, Emi, apa Suzuno baik-baik saja?"

Reaksi Suzuno yang sangat tidak normal bahkan membuat Maou khawatir.

Mereka hanya melihat Suzuno berjongkok di lantai dengan tangan memegangi


kepala yang sebelumnya menghantam lantai gym dengan keras, dia bahkan
terkadang menekan-nekan tubuh dan HPnya, dia juga mengerang sambil
memegangi kepalanya dengan satu tangan.

"A-aku mengerti, ya, ya, ya, ya, ya, itu, itu, itu, itu, itu, salahku! Tolong tenang
dulu...."
"Chi-chan?"

"Ah uuuuuuu...."

Baru saja melihat Suzuno menggeliat kesakitan, kali ini giliran Chiho yang
menjatuhkan HPnya, dan merosot ke lantai.

Maou dengan panik mendekat, memegangi dan memanggil Chiho dengan


keras,

"H-hey, Chi-chan, apa kau baik-baik saja...."

Ketika tatapannya bertemu dengan tatapan Maou, mata Chiho yang sudah
terbuka lebar, menjadi semakin lebar.

"Ma, Ma, Ma, Ma, Maou, Maou, Maou, Ma, Ma, Ma, Ma, Maou, ou, ou, ou,
ou, ou, ou, Ma, Ma, Ma, Ma, Ma, Ma, Maou-san...."

Chiho yang menjadi sangat panik, terus mengulangi kata 'Ma'.

"Ugahhhhhhhh!!"

Sementara Suzuno, nampaknya dia terpukul telak oleh kata Ma tersebut dan
berguling kesakitan di lantai selaras dengan suara Chiho.

"A-ada apa? Apa yang sebenarnya terjadi?"

"Bell! Bell! bertahanlah!"

Bahkan setelah waktu yang cukup lama, Suzuno dan Chiho masih belum bisa
mendapatkan kembali ketenangan mereka.

"Huft... yosh!"

Kali ini, Sariel muncul di samping Maou dan menekankan tangannya di dahi
Chiho.

"Ma, Ma, Ma, Ma, Ma, Ma.... fu...."


Setelah itu, Chiho jatuh di lengan Maou layaknya kehilangan kesadaran.
Saat ini, Suzuno, dengan dibantu oleh Emi, nampaknya telah terbebas dan
berdiri setelah menghembuskan napas dalam.

"Sepertinya Bell sudah mengetuk pintu hati yang tidak biasa."

Sariel mengamati Chiho dengan kaget.

Chiho yang mereka pikir kehilangan kesadaran, membuka matanya perlahan.


Meskipun ekspresinya masih terlihat sedikit bingung, ketika dia melihat wajah
Maou, dia langsung memalingkan wajahnya dan menatap Suzuno dengan kesal
di sudut yang tidak bisa terlihat oleh yang lainnya.

"Sepertinya dia sudah bisa mengatasi rintangan paling besar. Tadi, seharusnya
Bell sudah menerima Idea Link dari Chiho dengan benar, iya kan?"

"!!"

Mendengar kalimat tersebut, Chiho menjadi lebih terkejut dibandingkan


siapapun. Seolah memastikan kalimat itu.....

"Itu tadi sangat keras."

Suzuno menyela dengan nada lelah.

Setelah jam 7 malam, karena jam buka gym sudah terlewati, latihan hari ini
pun selesai.

Karena tidak diketahui kapan Farfarello dan Iron akan menyerang, mereka
harus mempertahankan kegiatan bersama seperti ini selama mungkin, jadi
mereka pulang bersama secara berurutan diawali dari orang yang tinggal paling
dekat dengan Sports Center.

"Apa kau baik-baik saja Chi-chan?"

"A-aku baik-baik saja!"

Meski hanya kebetulan, Chiho tetap berhasil merapal mantra untuk pertama
kalinya dan menjadi sangat lelah karenanya, tapi karena alasan yang tidak
diketahui, anehnya, dia terus menjaga jarak dari Maou, dan semenjak mereka
meninggalkan Sports Center, dia terus bersembunyi di belakang Emi.

Awalnya, kaki Suzuno terus gemetaran, tapi saat ini, dia bisa berjalan sendiri.

"Kalau begitu, besok kita akan berlatih di waktu yang sama, tidak masalah,
kan?"

Sariel, berdiri di depan apartemennya, memastikan rencana mereka besok


dengan Chiho.

"Ah, okay, tapi besok aku harus bekerja mulai sore, jadi aku tidak bisa berlatih
terlalu lama."

"Lalu Raja Iblis dan yang lainnya?"

"Hm... Aku juga mulai bekerja dari siang, jadi aku akan menyuruh Ashiya dan
Urushihara untuk datang."

"Aku juga akan meminta bantuan Bell... apa itu tidak masalah?"

Karena Emi juga punya pekerjaan, sebelum dia pulang bekerja, dia hanya bisa
meminta bantuan Suzuno.

Meskipun Suzuno masih sedikit pusing karena mendapatkan serangan


langsung ke otak dari teriakan Chiho yang tak terkendali, dia tetap
mengangguk menandakan kalau dia tidak keberatan.

"Kalau begitu, aku akan memesan tempat dari jam 1 sampai jam 4 sore,
semuanya tidak ada masa......"

Saat matahari terbenam dan bintang-bintang mulai bersinar di langit, Sariel


yang tanpa sadar menjadi pemimpin, entah kenapa tiba-tiba diam terpaku.

"Hm? Hey, Sariel, ada apa...."

Maou mengikuti pandangan Sariel tanpa pikir panjang....

"Eh...?"
"Ah...?"

Chiho dan Emi yang juga menoleh bersamaan dengan Maou, menahan
napasnya ketika melihat seseorang berdiri di depan mereka.

"Oh ya ampun, itu kalian. Kenapa semuanya berkumpul di sini?"

Orang itu memakai sebuah setelan dan membawa tas bahu yang dipenuhi
dengan files dan peralatan kerja. Karena dia memakai heels, dia bahkan terlihat
lebih tinggi daripada Maou.

Dengan rambut hitam panjangnya yang bagaikan langit malam bergoyang


tertiup angin, manajer MgRonald Hatagaya, Kisaki Mayumi, berdiri di sana
dengan ekspresi kaget di wajahnya.

"K-kenapa Kisaki-san ada di sini...."

Maou dan Chiho tidak bisa menyembunyikan betapa kagetnya mereka karena
mereka tidak pernah menyangka akan bertemu Kisaki di sini.

Di sisi lain, Emi dan Suzuno saling menatap satu sama lain, memastikan kalau
mereka yang sebelumnya melihat Kisaki di sini, ternyata bukan sebuah
kebetulan.

"Ada beberapa orang yang tidak pernah kulihat sebelumnya, apa mereka
temanmu?"

Kisaki menatap wajah Ashiya dan Urushihara, dan bertanya kepada Maou,

Karena Urushihara jarang sekali keluar, dan Ashiya hanya beberapa kali
datang ke MgRonald ketika Maou pertama kali mulai bekerja, tidak aneh kalau
Kisaki tidak mengingat mereka, tapi ketika dia melihat pria yang berdiri di
antara Ashiya dan Urushihara, ekspresi Kisaki yang awalnya ramah seketika
berubah menjadi berbahaya.

".... Kenapa kau ada di sini, Mitsuki Sarue?"

"A ah.... Ugh, itu...."


"I, i, i, ini karena, itu...."

Chiho dan Maou tergagap karena mereka tidak bisa memikirkan alasan yang
bagus.

"Jangan katakan kau membuat masalah dengan pelanggan MgRonald atau para
pegawaiku...."

Kisaki melihat ke arah Emi, Suzuno, dan Chiho, dan di saat yang sama, dia
melangkah di antara Maou dan yang lainnya, menginterogasi Sariel. Maou dan
Chiho tidak bisa memikirkan cara apapun untuk menghentikannya.

Bagaimanapun juga, mereka berdua menyaksikan kejadian di mana Kisaki


melarang Sariel memasuki MgRonald.

Dengan ini, lupakan soal mereka berdua berbaikan, mereka malah membuat
Sariel mengundang kecurigaan yang tidak perlu, dan itu mungkin akan
membuat sikap Kisaki semakin dingin pada Sariel.

Jika memang benar semuanya jadi seperti itu, tidak diketahui sikap macam apa
yang akan Sariel tunjukan,

"A-aku tinggal di blok apartemen ini...."

".... Apa?"

Tak disangka, kalimat yang diucapkan oleh Sariel membuat situasinya berubah,

"Kau tinggal di sini?"

"Y-yeah, itu...."

Sikap arogan dan bersemangat yang Sariel miliki saat latihan tadi menghilang
tanpa jejak. Mengingat Sariel di masa lalu yang selalu membawa sebuket
bunga mawar dan makan di MgRonald dengan mulut penuh, sulit
membayangkan kalau dia bisa menjadi selemah ini.

"Sejak kapan?"
Kisaki tiba-tiba mengubah arah pembicaraannya ke arah yang tidak terduga.
Meskipun merasa bingung, tapi Sariel tetap menjawabnya dengan jujur.

"Sejak pembukaan Sentucky di Hatagaya...."

"Tinggal di apartemen bagus seperti ini sejak awal ya.."

Maou menggumam sendiri dengan tidak senang, tapi suaranya tidak bisa
didengar oleh yang lainnya.

"Mitsuki Sarue!"

"Y-ya!!"

Tiba-tiba dipanggil oleh Kisaki, membuat nada bicara Sariel berubah drastis.

"Biar kutanya satu hal padamu. Waktu itu, restoran itu sudah kosong kan?"

Kisaki pun menanyakan sebuah pertanyaan yang tak terduga lainnya. Sariel
mencoba membaca tujuan Kisaki....

"Jadi bagaimana?"

Sariel meluruskan posturnya karena pertanyaan Kisaki.

"Ya-yang kuingat, di sana nampaknya ada sebuah restoran saat aku pindah ke
sini. Meskipun belum terlalu tua, tapi kurang dari sebulan setelah aku pindah
ke sini, restoran itu sudah tutup...."

Alis kisaki terlihat berkedut karena jawaban itu....

"Huft....."

... kemudian dia menghela napas. Emosi yang tercampur di dalam nadanya
bukanlah amarah ataupun keterkejutan, melainkan karena telah tercerahkan
mengenai sesuatu.

"Sudah kuduga kalau akan seperti itu."


"Etooo... Boleh aku tahu apa maksudnya itu?"

Pertanyaan tersebut tidak datang dari Sariel melainkan dari Maou.

"Semenjak direnovasinya MdCafe, daripada bilang kalau Kisaki-san berbeda,


itu lebih seperti Kisaki-san menjadi lebih termotivasi dibandingkan
sebelumnya...."

Kisaki yang sama sekali tidak pernah memperlihatkan kelelahannya,


belakangan ini, tidak hanya mengatakan 'melelahkan sekali', dia bahkan juga
membuat kopi untuk pelanggan reguler popi panas-san menggunakan prosedur
pengoperasian non standar, dia juga.....

'Tujuanku adalah menjadi Barman.'

Kalimat yang membicarakan tentang keinginannya menjadi seorang


professional dalam industri pelayanan, yaitu seorang barman.

Dan kali ini, dia menanyakan sebuah toko kosong yang dulunya adalah sebuah
restoran.

Sangat sulit membuat kesimpulan dari petunjuk-petunjuk ini.

"Sebelumnya, aku pernah mengatakan sesuatu seperti akan sulit kalau ingin
menjadi barman di MgRonald kan?"

"... Y-yeah..."

Kisaki, tidak hanya menjadi tujuan Maou bisa sukses di MgRonald, dia juga
adalah orang yang sangat Maou hormati, oleh sebab itu, melihat tingkah
mencurigakan Kisaki, Maou tidak bisa memikirkan apa-apa selain
menanyakan hal ini dengan keras,

"Jangan bilang.... Kisaki-san ingin keluar dari MgRonald, wah!!"

Pertanyaan Maou yang dia tanyakan setelah berpikir panjang, hanya berhasil
dia tanyakan separuh sebelum dipotong oleh pukulan folder file di kepalanya.
"Idiot, kau terlalu banyak berpikir."

"Ugh, meski itu hanya folder file, tapi dipukul menggunakan pinggirannya itu
sangat sakit...."

Raja Iblis yang bahkan tidak takut dengan pedang suci Pahlawan, menjadi
berkaca-kaca karena pinggiran folder file milik seorang manajer restoran.

Melihat Maou yang seperti itu, Kisaki menghela napas takjub.

"Huuh.... Kau benar. Aku memang bertingkah aneh akhir-akhir ini, dan aku
merasa sangat menyesal kepada para karyawan karena hal tersebut. Karena
berbagai hal yang MgRonald miliki menjadi semakin meningkat, sebuah
mimpi lama pun muncul kembali ke permukaan dengan cara yang aneh."

"Mimpi..... lama."

Maou melihat ke arah Kisaki sambil memijat kepalanya yang sakit.

"Benar. Terutama Chi-chan, lebih baik kau sedikit mengetahui hal ini. Bahkan
orang dewasa pun masih akan menjelaskan mimpi mereka untuk kedepannya."

Kata Kisaki dengan sebuah senyum.

"Di antara para karyawan dari kelompokku yang diterima di Tokyo, hasilku
bisa dikatakan adalah salah satu yang terbaik."

Kisaki tiba-tiba menceritakan sesuatu yang berasal dari masa lalunya tanpa
penegasan khusus apapun. Pandangannya tidak tertuju pada Sariel ataupun
Maou, melainkan pada tanda 'Disewakan' yang tergantung di depan toko
dengan agak kesepian.

"Tapi akhir-akhir ini, aku terkadang berpikir..... dengan kekuatanku sendiri,


sampai sejauh mana aku bisa bertarung."

"Apakah itu artinya meski tidak sekarang, kau mempertimbangkan ingin


menjadi pengusaha di masa depan nanti?"
"Yeah, begitulah."

Kisaki dengan ketus menjawab pertanyaan Emi yang agak berbelit-belit, tapi
karena jawabannya sedikit terlalu ketus, itu malah membuat Maou menjadi
kaget.

"Tentu saja, itu hanya pemikiran samar seperti 'pasti enak ya kalau seperti ini'.
Dan tidak ada tindakan nyata yang sudah kulakukan."

"Kupikir hanya datang melihat toko saja, sudah bisa dianggap sebagai tindakan
yang sangat nyata...."

"Hal-hal semacam itu sama seperti melihat-lihat majalah pekerjaan, lalu, mulai
bermimpi tentang sebaiknya digunakan untuk apa gajian pertama kita tanpa
mulai bekerja, itu hanya bisa dianggap sebagai sebuah permainan."

"Ugh!"

"Uh...."

"Hm...."

Maou, Emi, dan Chiho mengerang seolah kata-kata itu meluncur tepat pada
sasarannya. Melihat tingkah laku yang jujur dari para muda mudi ini, Kisaki
tersenyum dan mengatakan,

"Tapi itu juga bisa dijadikan motivasi yang sangat efektif. Kalian tidak perlu
merasa tidak enak."

Kisaki mendekati jendela toko dan mengintip bagian dalam toko yang
diselimuti cahaya dari luar.

"Aku terus menerus membangun bisnis dan mendapatkan banyak pujian dari
teman kerjaku, tapi aku merasa seperti tidak melakukan sesuatu yang berbeda
dari mereka. Bagaimanapun, pengoperasian restoran di depan stasiun
Hatagaya yang bisa lebih tinggi dari tahun lalu, bukan berasal dari hasil
usahaku sendiri."
"Bu-bukan seperti itu!! Aku memang sering mendengar hal-hal buruk
mengenai manajer toko lain, atau toko yang kekurangan pegawai bermotivasi,
dan lain sebagainya, tapi hal itu tidak ada hubungannya dengan kita kan?
Ditambah lagi, tidak ada pelanggan yang merepotkan di toko, itu semua adalah
pencapaian Kisaki-san!"

Ucap Chiho dengan gelisah, namun Kisaki menggelengkan kepalanya, bahkan


tanpa berbalik dan mengatakan,

"Aku senang dengan apa yang kau katakan, tapi sayangnya itu semua bukan
usahaku sendiri. Aku sudah bekerja selama satu setengah tahun di restoran itu,
dan meski menjadi seorang manager, menetap di restoran yang sama selama
itu bukanlah sesuatu yang normal. Alasan kenapa aku bisa membangun
struktur saat ini di restoran tersebut, hanyalah karena ada suatu keberadaan
tertentu, keberadaan itu sudah ada lebih lama dibandingkan diriku, dan sudah
membangun pondasi perusahaan ini, apa kau tahu apa itu?"

Kisaki menatap mata Sariel yang terpantul di kaca, dan bertanya tanpa
bergerak sedikitpun.

".... Apa itu manajer sebelumnya?"

Jawaban Sariel membuat Kisaki mengernyit.

"Meski kau terus memanggilku dengan sebutan yang memalukan seperti dewi
dewi, dan berulang kali bertingkah seperti penguntit, tapi ternyata kau sama
sekali tidak memahamiku."

Sariel merasa berkecil hati karena jawaban tegas Kisaki.

"Maa-kun, karena sudah kujelaskan sampai ke titik ini, kau seharusnya sudah
tahu kan? Apa jawabannya?"

"Itu adalah perusahaan yang dikenal dengan nama MgRonald...... juga dikenal
sebagai sebuah merk."

Jawab Maou tanpa ragu, Kisaki juga mengangguk setuju.


"Aku adalah karyawan di MgRonald, aku bangga akan hal itu, hal-hal yang
MgRonald izinkan untuk aku pelajari dan keuntungan yang mereka beri
padaku, sama sekali tidak bisa diukur. Karena hal itu, meskipun aku benar-
benar naik ke puncak MgRonald suatu hari nanti, aku hanya meniru jejak-jejak
yang ditinggalkan oleh banyak orang di jalan ini sebelumnya. Dan beberapa
hasil yang kuraih di restoran itu adalah karena, sejak awal, terdapat sistem yang
dikenal sebagai MgRonald."

"Begitukah?"

Menghadapi jawaban singkat Emi, Kisaki tidak mengkonfirmasi ataupun


menyangkalnya, dan hanya menunjukkan sebuah senyum yang lebih dalam
lagi.

"Kau.... Yusa-san kan? Ketika Yusa-san pulang ke rumah setelah selesai


bekerja, apakah kau akan menggunakan lint roller untuk membersihkan bagian
pundak bajumu?"

"Eh? T-tidak, aku tidak akan sampai segitunya..."

Emi secara refleks melihat ke arah pundaknya dan menjawab sambil


menggelengkan kepala.

"Lalu saat kau mencuci tanganmu, apakah kau akan mencuci tanganmu sampai
ke siku, dan menggunakan sikat untuk menyikat kukumu dan membersihkan
kumannya?"

"A-aku hanya akan menggunakan sabun..."

"Iya kan? Normalnya, hanya menggunakan sabun untuk mencuci tangan saja
sudah cukup. Bagaimanapun, sabun di Jepang sudah memiliki kualitas yang
bagus."

Mengatakan hal tersebut, Kisaki perlahan membentangkan tangannya, dengan


kulitnya yang cantik, tidak masalah bahkan jika dia menjadi model di bawah
sinar matahari.
"Apa yang aku bicarakan tadi adalah cara tradisional yang MgRonald sebarkan
ke berbagai cabang sepanjang tahun. Jika kebiasaan ini ditanamkan pada
semua karyawan di luar MgRonald, hal itu tidak akan bisa berhasil dengan
metode pembelajaran biasa. Dari hal ini, di restoran itu, aku tidak akan bisa
meraih apapun sendiri."

Kisaki mengalihkan pandangannya dari ke toko kosong tersebut untuk pertama


kalinya, dan berbalik menatap ke arah Maou dan yang lainnya.

"Tentu saja, ada banyak hal yang ingin kulakukan hanya bisa diraih di
MgRonald. Sebelumnya, aku terbawa suasana dan memutuskan membuat kopi
yang sesuai dengan selera pelanggan reguler, dan meskipun aku berhasil
melewatinya, tapi itu benar-benar melelahkan. Dan kali ini, aku hampir
terjebak di sebuah beranda toko yang aneh, hal ini membuatku mengerti betapa
masih kurangnya kemampuanku. Sepertinya lain kali kalau aku ingin
membicarakan tentang mimpi, aku akan menunggu terlebih dahulu."

"K-kau pernah melakukan itu sebelumnya?"

Tak dapat dipercaya, hari ini adalah hari di mana Kisaki mengatakan sesuatu
yang membuat orang lain berkecil hati untuk pertama kalinya, dia benar-benar
melakukan sesuatu yang hanya bisa dilakukan oleh manusia super di lantai dua.
Karena pembukaan baru terjadi belum lama ini, logikanya di sana ada banyak
sekali pelanggan. Meskipun dia hanya menargetkan pelanggan reguler,
pastinya di sana masih ada banyak orang, dan dia mengingat selera setiap orang,
lalu membuat kopi berdasarkan hal itu....

"L-lalu kopi yang Kisaki-san buat untuk kami...."

"Ah, maafkan aku, kurasa itu juga cara yang licik. Karena aku, setidaknya juga
ingin menaikkan martabatku sebagai seorang manajer."

Kisaki mengedipkan matanya seperti sedang membongkar sebuah 'lelucon'.

"Alasan untuk pembuatan kopi hari ini adalah traktiran. Membuat kalian
meminumnya bukan hanya untuk lelucon, okay? Maa-kun menyukai kopi yang
tidak terlalu panas dan memiliki rasa pahit yang kuat, dan untuk Chi-chan,
adalah kopi dengan kombinasi banyak susu dan tanpa gula kan?"

Kalau mereka memenuhi target penjualan harian, Kisaki pasti akan mentraktir
semua karyawan satu cangkir white gold roasted coffe, namun dia selalu
terlihat membutuhkan waktu yang lama dan menggunakan cara yang lebih
sederhana dalam membuat kopi MgRonald, hal itu dikarenakan dia harus
mengumpulkan selera semua karyawan.

"".....""

Kali ini, Maou dan Chiho hanya bisa diam tanpa kata.

"Tapi meski begitu, jangan berpikir kalau kursus MgRonald Barista itu tidak
ada gunanya, okay? Bisa membuatmu paham mengenai produk yang kau
tangani, pasti akan membawamu ke dunia pengetahuan dan teknik yang baru.
Tidak peduli apapun jenis mimpinya, semua itu hanya bisa diraih dengan
mengumpulkan langkah-langkah kecil."

Setelah mengucapkan hal itu, Kisaki terus berbicara seolah mengejek kata-
katanya sendiri.

"Aku saat ini menjalani hidup yang stabil di MgRonald. Selama aku bisa
menjadikanmu karyawan teladan yang terus menerus membangun profit, aku
mungkin bisa membuatnya besar suatu hari nanti. Bagaimanapun...."

Kisaki menggenggam tas yang tergantung di bahunya.

"Sebagai manusia, seseorang pasti selalu ingin mengambil satu langkah kecil
untuk mereka sendiri.... mimpi ini akan selalu tertidur di dalam hati mereka.Ini
bukan hanya hal kecil seperti menambahkan detail pada peta yang digambar
orang lain, asalkan ada kesempatan, aku juga ingin mencoba menggambar
keseluruhan peta baru sendiri."

Ucap Kisaki dengan lembut, dia menunjukkan tatapan yang terlihat seperti
seorang gadis biasa.
Manajer handal yang Maou dan Chiho hormati, saat ini sedang membicarakan
mimpi masa depannya, yang bahkan tidak akan dikatakan oleh gadis seusia
Chiho secara terus menerus.

Ingin menjadi ahli dalam berbagai bidang pelayanan, seorang barman. Itulah
mimpi Kisaki.

Tanggung jawab yang tak terduga dari manajemen MdCafe di depan stasiun
Hatagaya, memicu kehidupan baru dalam mimpinya.

Karena dia sangat cakap, Kisaki tidak akan puas dengan keadaannya saat ini
dan pasti akan memimpikan masa depan yang ada jauh di sana. Karena
karakteristik special ini, Kisaki memperoleh sebuah kualifikasi dan jalan hidup
untuk bekerja demi mimpi masa depannya.

"Meski pandangan terhadap mimpi bisa berubah, tergantung kapasitas


seseorang dan prioritas mereka, masih memungkinkan kok untuk menemukan
mimpi yang baru. Bagaimanapun, entah semuanya bisa berjalan dengan lancar
atau tidak adalah urusan yang berbeda."

Kisaki mengangkat bahunya dan menunjuk ke arah toko kosong di apartemen


Sariel.

"Penampilan luar toko ini sebelumnya terlihat agak stylish kan?"

"Sepertinya.... begitu."

Jawab Sariel sambil mencari-cari dalam ingatannya, Kisaki juga mengangguk


menanggapinya.

"Kurasa biaya sewanya terlalu murah untuk fasilitas seperti ini, sepertinya ada
beberapa alasan yang tersembunyi."

Kata Kisaki dengan tidak senang, dari kata-katanya, selain mengamati toko
tersebut, dia sepertinya sudah mengunjungi agen properti sebelumnya.
"Tapi kenapa? Karena toko ini dibuka di lantai dasar dari sebuah apartemen,
para penghuni harusnya bisa berlangganan di tempat ini, apalagi tidak ada
restoran pesaing di dekat sini.....jika mereka membuat penampilan luarnya
sebanding dengan apartemen, tempat ini seharusnya bisa menarik
pelanggan....."

Di saat seperti ini, Ashiya yang hanya diam saja dari tadi, membantah
pertanyaan Maou,

".... Meski semuanya terlihat seperti itu jika disusun dengan baik, tapi kalau
dipikir-pikir lagi, bukankah semua itu adalah poin lemahnya?"

"Kenapa kau berpikir seperti itu?"

Kisaki berbicara dengan sopan karena dia belum mengenal Ashiya dengan baik,
Ashiya dengan ragu-ragu berbicara sambil melihat ke arah apartemen Sariel.

"Dari penampilannya, apartemen ini harusnya adalah apartemen yang masih


baru. Tidak peduli seberapa dekatnya, tidak mungkin para penghuni di sini
akan datang ke restoran yang sama setiap hari. Ketika mereka sudah bosan,
para pelanggan tidak akan datang lagi. Apalagi, karena ini terletak di Hatagaya,
rata-rata, biaya sewanya tidak akan semurah itu. Artinya biaya sewa di sini
akan tercermin pada harga produk nantinya. Sebagai contoh, jika harga satu
cangkir kopi adalah 500 yen, di saat seperti ini, menjualnya dengan harga
segitu, selain kualitas produk, seharusnya ada nilai tambahan lainnya.
Namun....."

Ashiya mengamati sekelilingnya dan melanjutkan,

"Meskipun kita sudah berdiri di sini dari tadi, tapi kita sama sekali tidak
menghalangi pejalan kaki manapun. Karena tidak ada persimpangan jalan di
depan, dan hanya ada dua jalur lurus, maka mobil yang melintas hanya akan
fokus melintas saja, dan bahkan dengan volume lalu lintas yang padat,
pengaruh positif pada jumlah pelanggan pun tidak akan bisa diharapkan. Selain
itu, kalau mereka mau berkendara sedikit lebih jauh, mereka bisa sampai di
jalanan administratif dengan banyak bisnis dan berbagai tipe toko yang
berbeda-beda."

Kali ini, Ashiya mendongak melihat bagian hunian apartemen.

"Tempat ini lumayan jauh dari stasiun dan jalan pertokoan, dan juga tidak ada
toko lain di dekat-dekat sini. Sisi baiknya, tidak ada pesaing di sini, tapi karena
tidak ada toko lain, artinya orang-orang tidak punya alasan lain untuk datang
ke tempat ini, hal ini akan mengarah pada tidak adanya pelanggan yang akan
datang ke toko ini nantinya. Meskipun mereka berencana menargetkan
penumpang komuter, tapi di dekat sini hanya ada satu area hunian, dan oleh
sebab itu, hanya penghunilah yang akan menyadari toko ini, jangkauan
pengumpulan pelanggannya terlalu kecil. Dan terakhir, ada toko serba ada
yang buka di sebelahnya."

Kisaki mendengarkan penjelasan Ashiya dengan takjub.

"Di sekitar sini tidak ada banyak apartemen untuk keluarga, dan pada dasarnya
hanya disewakan untuk para bujangan, tempat ini juga lumayan jauh dari area
pemukiman dengan rumah berteras. Jika pilihan yang tersisa di dekat sini
hanyalah cafe dan toko serba ada, maka sangat jelas mana yang akan dipilih
oleh para bujangan yang tinggal di apartemen. Sudah jadi hal yang sangat
umum kalau produk-produk seperti panduan keberuntungan tahunan atau
Moonbucks dijual di toko serba ada. Mempertimbangkan gaya hidup dari
seorang bujangan di apartemen, mereka biasanya tidak akan memiliki banyak
tamu, meskipun mereka punya banyak tamu, kebanyakan aktifitas mereka pasti
dilakukan di dalam rumah. Hanya berdasar pada poin ini, cafe pasti tidak akan
bisa menang melawan toko serba ada di sebelah..... ya mungkin seperti itu."

Ashiya menganalisa semuanya dengan jangkauan yang hebat, tapi ketika dia
menyadari kalau dia sedang berbicara dengan Kisaki, dia pun kembali merasa
gugup menyuarakan pendapatnya.

Kisaki separuh menutup matanya dan meletakkan tangan di dagunya yang


terbentuk rapi, setelah itu, dia tidak menoleh ke arah Ashiya, melainkan
mengatakannya sambil melihat ke arah Maou,
"Kau memiliki ahli strategi yang brilian."

"A-aku merasa tersanjung."

Dipuji secara langsung, Ashiya membungkukkan tubuh tingginya.

"Pendapatku sebenarnya sama, toko ini, hanya penampilan dan fasilitasnya


saja yang bagus. Tapi sebagai toko makanan dan minuman, tempat ini tidak
memiliki kondisi apapun untuk menarik pelanggan. Memikirkan karakteristik
dari tempat ini, tempat ini paling cocok dipakai untuk salon rambut atau salon
kecantikan. Mengetahui hal ini saja sudah menjadi hasil yang bagus."

Kata Kisaki sambil mengangguk dengan sebuah senyuman.

"Ah, maafkan aku menahan kalian semua dengan masalah yang membosankan
ini. Aku akan pergi ke restoran nanti, apa kalian semua mau pulang sekarang?"

"Ah, ya, kami sudah menyelesaikan kegiatan kami di sini."

Setelah Maou menjawab dengan sebuah anggukan, Kisaki menoleh ke arah


Emi dan yang lainnya.

"Begitukah? Aku minta maaf membuat Yusa-san dan yang lainnya


membicarakan soal mimpi ini denganku. Untuk menunjukkan balas budiku,
aku akan mentraktir kalian semua Cafe au lait special MdCafe. Jika kalian
berada di daerah ini, silakan kunjungi restoran kami."

Setelah mengatakan hal itu, Kisaki bersiap-siap pergi.

"....Ah...."

Akan tetapi, sebuah suara yang lemah terdengar dari belakangnya.

Kisaki dengan jelas bisa mendengar suara yang hampir dikalahkan oleh suara
high heels-nya tersebut.

"... Aku penasaran kenapa kau terlihat sangat tidak bersemangat belakangan
ini, nampaknya alasannya bukan karena melemahnya bisnis restoranmu kan?"
Kisaki tidak berbalik, tapi kalimatnya....

"Ti-tidak.... uh.... erhm...."

... tepat tertuju pada Sariel si pemilik suara lemah tersebut. Sariel mungkin tahu,
meskipun dia memberitahu alasannya yang sebenarnya, Kisaki mungkin malah
hanya akan semakin kecewa padanya, dia mulai tergagap, tapi tentu saja, hal
itu tidak terlewat dari perhatian Kisaki.

"Dari apa yang kudengar, sepertinya karena aku melarangmu memasuki


MgRonald."

"Ugh!"

Bahkan Emi dan Suzuno yang tidak memiliki hubungan langsung dengan
MgRonald atau Sentucky pun, bisa mengerti situasinya dari potongan
informasi yang berasal dari Chiho. Itu artinya Kisaki sudah tahu hal ini dari
awal.

"Aku tidak pernah menyangka kalau kondisi mentalmu itu sama seperti orang
normal. Aku awalnya berpikir, jika itu kau, kau pasti akan datang ke sini di
hari berikutnya seperti biasa sambil membawa mawar merah dan melakukan
serangan kejutan."

"Ji-jika aku melakukannya sejauh itu, bukankah itu artinya aku menjadi
seorang penguntit...."

Sariel menginjak ladang ranjau dengan gelisah, dan Kisaki mengangkat


bahunya, mengatakan,

"Jika aku tidak memiliki kapasitas untuk menertawakannya, semua yang kau
lakukan sampai sekarang sudah bisa dianggap sebagai penguntit. Meskipun
aku tidak tahu di mana kau mengetahui usiaku, tapi di zaman seperti ini,
memberikan mawar merah yang sebanding dengan usia seseorang itu sudah
bisa dianggap sebagai pelecehan seksual."

"K-kau pernah melakukan hal seperti itu sebelumnya?"


"Itu terlalu berlebihan, siapa sih yang akan berperilaku seperti itu?"

"Uwah, memalukan sekali. Karena ada orang-orang seperti kau, itulah kenapa
peringkat kita terus menurun."

Menghadapi celaan Chiho, Maou, dan Urushihara, Sariel hanya bisa terus
terdiam.

"Sampai saat ini, aku masih percaya bahwa melarangmu memasuki MgRonald
adalah keputusan yang tepat. Ini adalah kesalahanmu karena memiliki sikap
yang aneh saat melihat wanita, tapi....."

Kisaki memperlihatkan wajah dingin, dan sedikit berbalik untuk menatap


Sariel.

"Selama ini, rasanya aku sudah menggunakan perasaan kagummu itu untuk
meremehkan Sentucky, dan itu membuatku merasa tidak enak. Jika seorang
pesaing bisnis tidak bisa dikalahkan dengan menggunakan bisnis, itu akan
sangat memalukan bagi seorang barman."

"... L-lalu..."

Kisaki menghela napas dengan kuat, dia kemudian memunggungi Sariel sekali
lagi, dan mengatakan,

"Daripada melihatmu dikencingi oleh anjing dengan tampang menyedihkan di


wajahmu, akan lebih baik kalau kau membuat masalah di restoranku,
setidaknya itu akan jadi lebih hidup. Mulai besok dan seterusnya kau bisa
datang ke MgRonald kalau kau mau."

Saat ini, perubahan pada ekspresi Sariel sangat sulit untuk dijelaskan.

Semuanya kini seperti melihat suasana hati Sariel, itu terlihat seperti
kegembiraan dari seekor anak penguin yang baru membuka matanya saat
disinari oleh cahaya matahari yang bersinar melewati awan usai menghadapi
musim dingin yang keras di Arktik.
"Tapi!!!"

Kisaki tidak lupa memperingatkan Sariel dengan tegas.

"Jangan pernah mengirim mawar lagi! Jika ingin melakukan penanaman di


restoran, surat permohonan harus dibuat kepada otoritas yang bertugas. Hal ini
seharusnya sama saja di pihakmu, harus membuat permohonan setiap saat itu
sangat merepotkan. Dan aku tidak akan mengatakannya lagi, kalau kau berani
menyebabkan masalah untuk pegawai atau pelanggan restoranku, di saat itu
juga, aku pasti akan memblokirmu dari MgRonald demi kebaikan. Kalau sudah
begitu, bahkan jika aku harus mengambil tindakan legal, aku tidak akan ragu
untuk melakukannya."

Mengatakan semua itu sekaligus, Kisaki berjalan menuju Hatagaya di malam


hari dengan cepat, tanpa menunggu jawaban Sariel.

".... A-apakah ini yang dimaksud dengan semuanya sudah beres kalau ada
hasilnya?"

"Mu-mungkin."

Tak disangka bisa menyelesaikan satu masalah dengan cara yang mengejutkan,
benar-benar membuat Emi dan Maou kaget.

"Hmmm.....? Sa-Sariel-sama?"

"Sariel-sa, Sariel-san, kendalikan dirimu!! Di-dia terbang!"

Senyum yang menyerupai sebuah pot terlihat di wajah Sariel saat dia
menyaksikan Kisaki pergi, mungkin karena kebahagiaan yang begitu besar di
hatinya, tubuh Sariel mulai bersinar tanpa sadar, dan mulai melayang ke atas.

Untungnya, tidak ada banyak pejalan kaki di sekitar sini, sepertinya butuh
waktu yang cukup lama sebelum Sariel memulihkan kembali kesadarannya
dan memperbaiki kondisinya yang saat ini sedang melayang, baik pikiran
maupun tubuhnya.
XxxxX

Sabtu akhir pekan.

Hari diselenggarakannya kursus MgRonald Barista, hari yang begitu cerah,


sampai-sampai terasa menjengkelkan.

Beberapa hari setelah Kisaki mengizinkan Sariel bebas mengunjungi


MgRonald, di mata Maou, setidaknya teknik Chiho masih belum meningkat
secara signifikan.

Meski Maou dan Emi tidak menghadiri semua sesi latihannya, dari laporan
Ashiya dan Suzuno, setidaknya begitulah yang terjadi.

Semenjak malam itu, Farfarello dan Iron masih belum muncul lagi, dan situasi
saat ini terlihat seperti pertarungan jangka panjang.

Jam 9 pagi, matahari yang belum terbit sepenuhnya sedang memancarkan sinar
terakhirnya di musim panas, membuat Maou yang berencana menemui Chiho
di depan stasiun Sasazuka menjadi tidak peduli dengan suhunya. Dia saat ini
sedang menunggu Chiho yang anehnya nampak begitu bersemangat
menyambut kursus hari ini.

Meskipun sekarang adalah liburan musim panas, para siswa yang rajin masih
saja tetap sibuk. Selain mengurusi aktifitas klub sekolah dan bekerja, mereka
juga masih menghabiskan waktu mereka untuk berlatih.

Meski menyelesaikan semua tugasnya di pertengahan Juli sangat sesuai


dengan gaya Chiho, Maou tetap merasa bersalah karena melibatkan Chiho
dalam situasi yang jauh dari kenormalan, dan akhirnya Maou memutuskan
untuk memberinya hadiah atas apa yang dia lakukan setelah berakhirnya
kursus ini.
Kali ini, HP di saku Maou tiba-tiba mulai bergetar.

"Ada apa? Jarang sekali, jangan-jangan dia telat?"

Untuk berpartisipasi dalam kursus, di situasi yang sangat langka, Maou


membeli tas yang penuh dengan catatan. Ketika Maou mengeluarkan HPnya
dari dalam tas dan berniat menjawab telepon tersebut....

"(Maou-san, aku ada di belakangmu.)"

"Uwaah??"

Maou melompat karena sebuah suara tiba-tiba terdengar dalam kepalanya.

"Ah, ma-maaf, membuatmu terkejut."

Chiho yang mengenakan gaun one piece berwarna biru kehijauan dan
membawa tas bahu besar, berdiri di belakang Maou dengan posisi seperti
berbicara melalui telepon.

"Apa kau baik-baik saja? Aku hanya ingin sedikit mengejutkanmu.... maaf."

Meski sudah menyadari kalau itu adalah Chiho, detak jantung Maou masih
belum menurun, sementara Chiho menundukkan kepalanya meminta maaf.

"Ti-tidak, aku baik-baik saja, meski aku baik-baik saja, tapi apa-apaan itu
tadi?"

Maou mengedipkan matanya saat menyadari kalau tangan Chiho tidak


memegang HP.

"Yeah, itu tadi Idea Link."

"K-kau sudah berhasil mempelajarinya?"

Napas yang tersengal-sengal ataupun kelelahan akibat mengaktifkan sihir suci,


sama sekali tidak terasa dari Chiho. Dan suara yang membuat Maou terkejut,
tepat dikirimkan langsung ke otaknya.
"Belum sepenuhnya. Kupikir HP Maou-san sedikit berbunyi tadi?"

"Yeah, HPku memang berbunyi."

Maou memandangi HPnya yang masih terbuka dan menelusuri riwayat


panggilan.

"Nomor dirahasiakan? Seingatku aku sudah mengatur untuk menolak


panggilan dengan nomor dirahasiakan...."

Maou yang bermaksud mencari riwayat panggilan Chiho, rupanya tidak


berhasil menemukannya, dia malah menemukan kata 'Nomor dirahasiakan' di
riwayat panggilan.

"Dengan kemampuanku sendiri, aku tidak akan bisa merapal mantra tanpa
penguat. Meski aku tidak harus menahan sesuatu, jika orang lain tidak
memiliki HP, mereka tidak akan bisa mengirimkan pesan balik kepadaku."

"Bagi kami yang bisa menggunakan mantra dengan normal, caramu itu benar-
benar sulit..."

"Suzuno-san dan Sariel-san juga berkata begitu."

Kata Chiho dengan senyum kecut.

"Itu seperti menggunakan sihir suci untuk menelepon kan? Bukankah ini sama
seperti menelepon tanpa biaya?"

"Aku sama sekali tidak paham dengan konsep menghubungi otak orang lain
secara langsung. Tapi karena aku tahu kalau aku bisa berkomunikasi selama
aku mengirimkan sebuah nomor dan frekuensi ke HP, makanya aku mencoba
menghafal nomor HP Suzuno-san.... dan kemudian aku berhasil."

"Kau berhasil ya."

Ucap Chiho dengan santai, bahkan Emi yang sering menggunakan HPnya
untuk berkomunikasi melalui Idea Link dengan Emeralda, sama sekali tidak
terpikir untuk menggunakannya seperti itu.
Pada dasarnya, sesuatu seperti penguat harusnya ditempatkan di dekat tangan
perapalnya. Tidak membutuhkan penguat dan memilih menggunakan penguat
milik orang lain, apa-apaan itu?

".... Meski aku ingin menirumu, tapi batas sihir iblis milik kami benar-benar
sangat rendah."

Sampai sekarang, Maou masih tidak tahu bagaimana Emi dan Suzuno mengisi
sihir suci mereka.

Meskipun Urushihara kebetulan mengetahuinya....

"Meski kau tahu, kita tetap tidak bisa berbuat apa-apa."

Dia hanya mengatakan hal itu dan tidak memberitahu Maou kebenarannya.

Karena Chiho, Emi dan yang lainnya menggunakan cara yang sama untuk
mengisi kembali sihir sucinya, maka Chiho mungkin telah melihatnya entah di
mana hari ini.

"Po-pokoknya, Chi-chan bisa meminta bantuan kami saja sudah menjadi hal
yang sangat bagus. Ngomong-ngomong, berapa jangkauan Idea Linkmu?"

"Dari latihan kemarin, aku bisa melakukannya dalam radius 100 meter."

"Radius 100 meter ya. Meskipun bisa dianggap bagus untuk seorang pemula,
tapi aku tidak yakin apakah itu termasuk luas atau sempit, bagaimanapun,
barrier Iron bisa memutus sinyal HP. Sinyal itu sendiri tidak akan terlalu
terpengaruh oleh kondisi gelombang elektronik, jadi lebih baik untuk tidak
terlalu memikirkan jarak maksimalnya."

Maou mengatakannya dengan ekspresi agak tegas,

"Huuh, bagaimanapun, kita akan terus bersama sepanjang hari ini, jadi tidak
perlu cemas."

"... Ugh."
Maou dengan santainya mengatakan 'bersama sepanjang hari', membuat Chiho
sedikit menahan napasnya.

"Su-sudah lama ya. Be-bersama dengan Maou-san untuk waktu yang cukup
lama, hanya ada kita berdua...."

Kata Chiho dengan serius, membuat Maou sedikit merasa terkenang.

"Ah... benar juga, insiden di stasiun bawah tanah Shinjuku.... rupanya sudah
lewat 3 bulan semenjak hari itu ya, itu agak sulit dipercaya."

Percakapan di antara mereka berakhir begitu saja.

"........Huft."

Meski bisa memahaminya, Chiho tetap saja menghela napas.

"Kalau begitu, ayo kita berangkat."

Mengatakan hal tersebut, Maou mengeluarkan tiket yang dia beli dan berjalan
menuju pengecekan tiket.

".... Baiklah. Ah, tunggu dulu, aku belum membeli tiket."

Chiho yang cemberut dengan sedikit penyesalan, berjalan dengan panik


menuju mesin tiket, dan setelah membeli tiket untuk satu pemberhentian,
mereka berdua berjalan melewati tempat pengecekan tiket.

Di belakang sebuah tiang, tiga pasang mata mengawasi Raja Iblis dan gadis
SMA tersebut.

"Kenapa aku harus melakukan sesuatu seperti mengendap-endap mengikuti


kencan orang lain?"

"Mau bagaimana lagi. Meskipun Chiho-dono sudah mempelajari Idea Link,


tapi Raja Iblis masih tidak memiliki kekuatan bertarung sama sekali."

"Demi keselamatan karyawan dewiku, aku sudah siap mengorbankan


segalanya."
"Sikapmu berubah terlalu cepat. Jangan bilang kau bolos bekerja hari ini?"

"Kau bisa bicara apapun semaumu. Dewiku sudah mengatakannya sebelumnya


kan? Tidak peduli berapapun usia seseorang, mereka harus terus maju demi
mimpi yang baru! Tentu saja, agar tidak terlihat buruk di mata dewiku, aku
tidak akan bolos kerja! Jadi aku sudah mengajukan permohonan cuti!"

Pemilik ketiga pasang mata itu adalah Emi, Suzuno, dan Sariel.

Tentu saja, mereka sudah memutuskan sejak awal untuk membuntuti Maou
dan Chiho guna memastikan keselamatan mereka. Tak disangka, Sariel terlihat
sangat peduli dengan keselamatan Chiho.

Emi dan yang lainnya berpikiran, mungkin setelah Sariel mendapatkan maaf
dari Kisaki, dia tidak akan menepati janjinya untuk melatih Chiho, tapi ternyata
dia malah menjadi lebih termotivasi dibandingkan sebelumnya.

Sikap Sariel kepada Maou dan Emi saat ini juga sangat ramah, sampai-sampai
terasa menjijikkan, dan sebelum Chiho berhasil mempelajari bagaimana
mengaktifkan sihir suci menggunakan penguat dengan stabil, biaya sewa
tempat latihan Chiho semuanya dibayar oleh Sariel.

Bahkan hari ini, ketika Sariel tahu kalau Maou mengikuti kursus MgRonald
bersama dengan Chiho, meskipun tidak ada yang memintanya, dia sudah
bersiap-siap sejak pagi seperti sekarang ini.

"Huuh, baiklah, selama kau tidak menghalangi kami.... ayo kita pergi, hati-
hatilah jangan sampai kehilangan mereka."

Ketiga orang itu mengejar Maou dan Chiho melewati tempat pengecekan tiket
dan berbicara pelan sambil melirik ke arah Maou dan Chiho yang menunggu
di depan peron, mereka sedang menunggu kereta yang menuju ke arah
Shinjuku.

"Mengatakan 'tidak peduli berapapun usia seseorang'.... itu artinya kalian


semua adalah 'manusia' kan?"
Untuk memastikan kebenaran di balik informasi yang diberikan oleh Gabriel,
Emi mengambil kesempatan ini untuk bertanya pada Sariel secara langsung.
Dulu, mustahil bagi Sariel untuk bersikap ramah kepada Emi meski terjadi
keajaiban, tapi tak disangka, situasi seperti sekarang ini datang karena adanya
manajer MgRonald, nampaknya kenyataan itu memang lebih aneh
dibandingkan novel.

"Apakah Gabriel membocorkan beberapa hal?"

Sariel memastikan hal ini tanpa ragu. Tidak hanya itu, dia bahkan
menyimpulkan kalau Emi berpikir seperti itu karena Gabriel.

"Jadi kalian semua benar-benar....."

"Yeah, benar sekali. Setidaknya aku tidak berpikir kalau aku ini adalah
eksistensi yang tidak normal. Meskipun kami adalah malaikat, tapi kami
hanyalah manusia dengan kemampuan yang melebihi manusia normal dari
Ente Isla, baik itu dalam segi usia, intelegensi, kekuatan fisik, kapasitas sihir
suci, penampilan, dan kemampuan memimpin."

"Ahh... suara retak dari imanku bisa terdengar...."

Suzuno mengerang di belakang mereka berdua.

"Meskipun caramu mengatakannya sangat menjengkelkan..... tapi izinkan aku


bertanya padamu."

"Apa? Wanita yang kucintai? Tentu saja dewiku."

"Aku tahu. Tapi bukankah dia sudah memintamu untuk tidak memanggilnya
seperti itu lagi? Hal ini bisa membuat orang bosan, berhentilah bersikap
bodoh!"

Emi menggunakan sebuah handuk untuk menyeka keringat yang di dahinya


dan bertanya,

"Seperti apa struktur sosial di Surga?"


"Itu sungguh pertanyaan yang kurang ajar. Jika aku harus menjelaskannya, itu
akan memakan waktu yang cukup bagi kita untuk naik kereta menuju stasiun
Keio-Hachiji dan kembali."

Sariel memiringkan kepalanya dan menyebutkan nama stasiun yang berada di


arah yang berlawanan dengan Shinjuku. Tapi sangat sulit untuk menilai apakah
itu termasuk jauh atau dekat.

"Kalau begitu.... beritahu aku mengenai Tentara Surga."

"Hm?"

Suzuno membantu Emi bertanya dengan suara pelan.

"Senjata yang mereka gunakan dibuat dengan sangat kasar, senjata itu tidak
bisa dibandingkan dengan sabit raksasa Sariel-sama ataupun Durandal milik
Gabriel. Tentara Surga yang tidak dengan tegas diklasifikasikan sebagai
malaikat agung ataupun malaikat, sebenarnya mereka itu apa?"

Dalam pertarungan Suzuno di Docodemo Tower, dia berhasil menghancurkan


senjata milik Tentara Surga, dan pecahannya masih ada di kamar Suzuno.

Senjata milik Tentara Surga dibuat dengan kasar, jelas sekali kalau itu terbuat
dari logam yang sangat lemah, bahkan Suzuno bisa menghancurkan mereka
hanya dengan satu tendangan. Mereka benar-benar tidak mirip dengan senjata
yang digunakan oleh mereka yang menyebut dirinya malaikat.

"Ah, itu karena anggota Tentara Surga dulunya adalah manusia biasa dari Ente
Isla. Jadi itu mungkin dibuat oleh mereka sendiri, atau mereka sudah
membawanya dari awal, kurasa?"

"Hah??"

Menanggapi jawaban yang tak terduga ini, Emi terkesiap kaget.

"Anggota Tentara Surga adalah manusia dari Ente Isla?"

"Benar sekali."
Jawaban terus terang Sariel membuat Emi dan Suzuno merasa begitu terkejut.

"Di dalam Kitab Suci ataupun mitos, harusnya ada banyak kasus di mana
manusia dipanggil oleh malaikat kan? Kebanyakan dari cerita itu adalah nyata,
kau tahu?"

"T-tapi di antara penyelidik yang terkenal di Gereja, meski ada beberapa orang
yang dibesarkan untuk menjadi Saints oleh gereja, tidak ada satupun yang
pernah di panggil oleh Surga...."

Saat ini, kereta yang menuju Shinjuku telah masuk ke dalam stasiun, mereka
bertiga kemudian mengganti tempat pembicaraan mereka menuju ke bagian
kereta yang memiliki pendingin udara.

"Kami juga punya hak untuk memilih. Memangnya apa gunanya para orang
tua yang terus menerus terlibat perebutan kekuasaan, mendapatkan
pengetahuan yang tidak perlu, dan hanya peduli dengan menaikkan reputasi
mereka? Membiarkan orang-orang seperti itu bergabung hanya akan
menyebabkan kerugian, jadi kami selalu memilih warga biasa...."

"Warga biasa.....?"

"Seperti yatim piatu korban perang, ataupun budak yang dianiaya, mereka
yang terpilih dari orang-orang ini adalah Tentara Surga. Mereka menjalankan
berbagai urusan untuk Surga, dan itu adalah bakat yang penting dan sangat
sesuai. Orang-orang ini sebenarnya sangat setia, dan mereka sudah dibebaskan
dari neraka oleh pihak Surga, jadi mereka tidak mungkin akan mengkhianati
kami, jika kalian ingin naik ke Surga, memiliki hidup yang mementingkan
duniawi, malah akan membuatmu memiliki kesempatan yang lebih tinggi."

Penjelasan Sariel sangatlah jelas dan bahkan menyangkal semua yang sudah
diajarkan oleh Gereja.

"Tentu saja ini bukan seperti kami tidak membutuhkan Gereja. Bagaimanapun,
ketika menanamkan kepercayaan pada orang-orang, tidak ada organisasi lain
yang lebih baik dibanding Gereja."
Meski Suzuno bisa membedakan fungsi keagamaan dan fungsi politik dari
Gereja secara rasional, dia tetap tidak bisa melakukan apa-apa selain merasa
gelisah ketika mendengar kata-kata tersebut.

"Dan tidak hanya itu saja, bakat apapun yang bisa berguna bagi Surga tetap
akan dipanggil meskipun mereka memiliki beberapa masalah, meski tidak ada
banyak contoh, tapi tujuan Olba Meyers seharusnya adalah ini."

"Jangan bodoh, apa yang Olba lakukan adalah membantu tirani menyiksa
korbannya, dan membawa bencana baru di Ente Isla. Jika orang seperti itu
diakui dan dipanggil oleh Surga, sepertinya Surga memang perlu
dihancurkan."

Melihat wajah dingin Emi, Sariel mengangkat bahunya dan menjawab,

"Serius, kau benar-benar menakutkan...."

Kereta yang berjalan melintasi jembatan meninggalkan Sasazuka, akhirnya


perlahan memasuki jalur bawah tanah. Ketika kereta tersebut memasuki
terowongan, Shinjuku pun tiba-tiba muncul di hadapan mereka.

"Tapi... Di antara Generasi Pertama seperti Gabriel, dan Generasi Kedua


seperti Raguel dan aku, terdapat jarak yang begitu besar dalam hal jumlah
informasi. Aku juga merasa tidak senang dengan para Generasi Pertama yang
tidak bersedia membagi informasinya."

"Apa maksudmu dengan Generasi Pertama dan Generasi Kedua?"

"Eh? Kalian berdua tidak menyadarinya? Malaikat yang muncul di depan


kalian sampai sekarang, harusnya ada dua jenis kan?"

".... Ah!"

Suzuno menepukkan tangannya sekali seolah menyadari sesuatu, dan menatap


mata Sariel yang berdiri di sampingnya.

"Malaikat yang bermata ungu dan malaikat yang bermata merah..."


"Tepat sekali. Mata merah adalah Generasi Pertama, mata Ungu adalah
Generasi Kedua. Selain orang-orang dari Tentara Surga, para malaikat
kebanyakan dikelompokkan ke dalam dua jenis ini."

"Dengan kata lain, Lucifer adalah Generasi Kedua? Tapi kok statusnya sama
dengan Gabriel?"

"Hm... Soal Lucifer, sebenarnya aku tidak tahu banyak tentang dia. Sepertinya
sikapnya sudah buruk sejak awal."

Kata Sariel sambil menggelengkan kepalanya.

"Semenjak aku tersadar, Lucifer sudah tidak ada di Surga. Tapi di antara para
Generasi Kedua, aku bisa dianggap sebagai veteran, jadi aku tidak yakin apa
yang terjadi dengan Generasi Kedua sebelum itu."

"Lalu secara umum, apa perbedaan antara Generasi Pertama dan Generasi
Kedua? Apakah Generasi Pertama itu memiliki orang tua?"

Sariel mengangguk menjawab pertanyaan Suzuno.

"Yeah, sepertinya memang perlu dijelaskan. Berbicara tentang batas antara


Generasi Pertama dan Generasi Kedua...."

Kali ini, kereta melewati titik pergantian di jalur bawah tanah Shinjuku,
menyebabkan kereta tersebut berguncang sekali.

"Kita sampai."

Meskipun mereka penasaran dengan apa yang akan dikatakan Sariel


selanjutnya, mereka juga tidak boleh kehilangan Maou dan Chiho.

Ketiga orang itu bergerak menuju pintu gerbong kereta yang tidak terdapat
banyak orang.

Di saat itu, entah Emi ataupun Suzuno, mereka tidak tahu bagaimana harus
mengartikan kebenaran yang Sariel katakan bersamaan dengan pengumuman
yang ada di stasiun Shinjuku.
"Mereka yang terlahir sebelum 'Bencana Raja Iblis Satan yang Agung' adalah
Generasi Pertama, sesudahnya adalah para Generasi Kedua. Setidaknya itulah
apa yang aku dengar."

----

Di dalam sebuah ruang pertemuan, 10 mesin kopi baru sudah disediakan.

Termasuk Maou dan Chiho, ada sekitar 100 karyawan yang berkumpul di
Gedung utama MgRonald di arah Shinjuku-Nishiguchi, mereka berniat
mengikuti kursus MgRonald Barista ini.

Maou tidak pernah menyangka kalau selain dirinya, ada begitu banyak
karyawan yang berkumpul di sini untuk memoles skill MdCafe mereka, hal ini
membuat Maou merasa sedikit tersentuh.

"Terima kasih kalian sudah bersedia meluangkan waktu kalian yang sibuk
untuk ambil bagian dalam kursus MgRonald Barista ini. Adapun kursusnya,
tolong pastikan kalau nomor yang ada di form pengajuan dan yang ada di meja
kalian itu sama. Lalu periksa apakah bahan-bahan yang sudah didistribusikan
tidak kekurangan suatu apapun...."

Ada seorang karyawan dari Departemen Manajemen Produk MgRonald,


sebagai pembawa acara, dia sedang mengingatkan semua peserta untuk
memeriksa barang-barang yang dibutuhkan dalam kursus kali ini.

"Pertama, silakan tonton DVD berdurasi 20 menit yang akan memperkenalkan


berbagai operasi di MdCafe ini. Setelah itu, kami harap kursusnya bisa segera
dimulai."

Ruang pertemuan pun mulai menjadi gelap, dan video yang diedit untuk
menjadi bahan pengajaran, mulai terlihat di layar besar yang ada di tengah-
tengah venue.

"Menggunakan cara yang biasa memang tidak terlalu buruk, dan ini juga
mudah dipahami."
Maou menyaksikan video tersebut dengan seksama dan menyalin catatannya,
sambil memikirkan perbedaan pengeditan antara film edukasi dan acara TV.

"..... Apa ini?"

Namun, seseorang tiba-tiba berbicara dengannya dari arah samping, membuat


Maou menoleh ngeri.

Ketika Maou tersadar, rupanya dialah satu-satunya orang yang masih tersisa di
dalam ruang pertemuan tersebut. Chiho yang duduk lumayan jauh darinya
karena urutan nomor pendaftaran, juga sudah menghilang. Entah sejak kapan,
Iron yang mengenakan armor sudah duduk di sebelahnya.

".... Farfarello tidak ada di sini. Meski dia mengawasi di sekitar sini, tapi akulah
satu-satunya orang yang ada di ruangan ini."

Seolah ingin menenangkan Maou yang panik, Iron menjelaskan hal tersebut
dengan wajah tanpa ekspresi.

"D-dia berkeliaran entah di mana di dalam barrier ini?"

"Dia memintaku untuk mencari kesempatan menculikmu, tapi ada terlalu


banyak orang di sini, jadi tidak ada kesempatan sedikitpun."
Anak itu berbicara dengan jujur dan santai.

Bahkan sampai sekarang, layar masih memutar video edukasi yang


sebelumnya.

Situasi yang tidak nyata ini, membuat Maou ingin tertawa terbahak-bahak.

"Farfarello juga memintaku untuk memastikan bahwa kau benar-benar


membuat persiapan untuk menaklukan dunia. Jadi video apa ini? Apakah ini
ada hubungannya dengan menaklukan dunia?"

Seorang karyawan MgRonald luar negeri saat ini tampil di layar, dan dia
sedang membuat menu MdCafe menggunakan alat yang lebih besar
dibandingkan dengan yang ada di restoran di depan stasiun Hatagaya.

Sebenarnya, MdCafe muncul pertama kali di Australia, dan tersebar ke


perusahaan pusatnya di Amerika. Adapun di Jepang, mereka baru mencoba
menggabungkan tipe operasi tersebut akhir-akhir ini.

Seorang pria Anglo-Saxon yang berbadan kekar, yang mana sulit dibayangkan
kalau dia adalah seorang karyawan di MgRonald, saat ini sedang menggunakan
gelembung susu dari Cafe au Lait untuk menciptakan bentuk hati dan daun,
gambar itu sangat menarik dan layak untuk diberi penghormatan.

(T/N : Anglo-Saxon, sejenis ras, cari aja di google :3)

"Tentu saja ada hubungannya. Semua yang kulakukan saat ini itu penting
dalam penaklukan dunia."

"Oh begitu."

".... Kau benar-benar orang yang jujur."

Jawaban Iron yang penuh dengan rasa hormat, membuat Maou kesulitan untuk
terbiasa dengan situasi sekarang.
"Farfarello bilang kalau menggunakan senjata untuk menaklukan dunia adalah
cara yang tepat. Jangan-jangan video ini mengajarkan orang-orang bagaimana
cara membuat bahan untuk meningkatkan kekuatan senjata?"

Selain itu, Iron juga nampak lebih banyak bicara daripada yang Maou
bayangkan. Sepertinya Farfarello benar-benar tidak ada di dekat sini.

"Hm mengenai hal itu, sederhananya, mungkin memang bisa dijelaskan


demikian. Apa kau tahu apa itu perusahaan? Perusahaan itu menghubungkan
berbagai macam hal, dan mengikat mereka dengan erat. Kalau secangkir kopi
yang enak bisa dibuat, hal itu bisa meningkatkan produktivitas dan menaikkan
moral. Jadi, hal ini tidak bisa dianggap tidak ada kaitannya dengan membuat
senjata yang berkualitas bagus."

"Perusahaan ya... Aku tidak tahu banyak mengenai hal itu."

Iron terlihat sangat bingung.

"Aku juga tidak tahu banyak, itulah kenapa aku belajar di sini."

"Belajar?"

Iron balik bertanya dengan bingung. Sepertinya, meskipun anak ini tahu apa
itu menaklukan dunia, dia malah tidak tahu makna dari 'belajar'. Maou benar-
benar ingin menjelaskannya....

".... Karena terlalu sederhana, hal ini malah menjadi semakin sulit untuk
dijelaskan."

Setelah sedikit menggumam, Maou menyadari kalau videonya saat ini sedang
menampilkan pemandangan kebun kopi di Amerika Selatan yang belum
pernah terlihat sebelumnya.

"Ah benar. Belajar adalah cara untuk mengetahui apa yang tidak diketahui
seseorang di masa lalu."
"Jadi saat ini kau sedang mempelajari.... sesuatu yang disebut perusahaan itu?
Apakah itu ada hubungannya dengan menaklukan dunia?"

Meski dia terlihat belum mengerti dengan baik, seperti Alas Ramus, Iron tetap
mencoba menggunakan kata yang baru dia pelajari untuk menanyakan sebuah
pertanyaan.

"Benar sekali. Pasukan Iblis kami tidak mengerti bagaimana cara sebuah
negara mengatur para penduduknya. Untuk mempelajari hal ini, aku menetap
di negara ini untuk mempersiapkan penaklukan dunia. Dan sekarang ini adalah
satu bagian dari langkah-langkah tersebut."

Kali ini, layar menampilkan visi kerja sama MgRonald Jepang untuk MdCafe
di masa yang akan datang.

"Semua ini adalah demi langkahku yang selanjutnya.... Mimpi menaklukan


dunia dengan cara yang baru."

"Mimpi, baru?"

Iron perlahan mengulangi kata tersebut, seolah sedang memikirkan makna di


balik kata-kata Maou.

"Sepertinya itu sangat menarik."

Setelah mengatakan hal itu, Iron tiba-tiba menghilang di hadapan Maou.

Di depan Maou, pemandangan kembali menjadi sekumpulan besar murid yang


menyaksikan layar dan mengikuti kursus.

Maou sedikit mengamati Chiho, sepertinya dia tidak menyadari situasi aneh
yang terjadi barusan, dan Chiho sendiri juga tidak menunjukkan tanda-tanda
dikirim ke dalam barrier Iron.

"H-hey!"

"Hm, ada apa?"


Maou menoleh karena seseorang tiba-tiba menepuk pundaknya dari belakang.
Dia melihat seorang karyawan pria dari cabang lain yang duduk di
belakangnya, dia melihat ke arah Maou dengan wajah pucat.

"A-apa kau sudah duduk di sini dari tadi?"

Ah, tidak heran, meskipun Chiho tidak menyadarinya, tapi bagi orang yang
duduk di belakangnya selama ini, Maou yang terperangkap di dalam barrier
Iron, mungkin terlihat seperti menghilang layaknya roh dan tiba-tiba muncul
kembali.

Setelah memikirkannya sesaat, Maou menjawab dengan pelan.

"Ah, soal itu, aku tadi menjatuhkan pulpenku, jadi aku mencarinya."

".... Ah, be-begitu ya, itu masuk akal. Yeah, maaf tiba-tiba menanyakan
pertanyaan aneh seperti itu."

Meski karyawan pria itu terlihat sedikit tidak percaya, tapi dia tidak terus
bertanya mengenai masalah itu.

"Huuh, meski aku dicurigai, paling banyak ya mungkin seperti ini."

Maou menggumam dengan suara yang tidak bisa terdengar oleh orang lain,
kemudian dia memfokuskan perhatiannya pada DVD.

----

"Ah! Apa itu mereka?"

"Akhirnya selesai juga, aku mulai kehilangan kesabaran tadi."

"Pergi keluar lagi ya... Huuuh."

Pahlawan, Penyelidik, dan Malaikat Agung, ketiga orang ini pergi ke


Moonbucks yang ada di dekat gedung utama MgRonald dan memulai sesi
minum teh selama tiga jam, mereka bertiga menunggu Maou dan Chiho. Pada
saat di mana matahari bersinar paling terik, sekumpulan orang dalam jumlah
besar tiba-tiba berjalan keluar dari gedung utama MgRonald.

Dilihat dari bagaimana mereka semua memakai pakaian biasa, bisa dipastikan
kalau mereka bukanlah karyawan di sini, melainkan pekerja yang mengikuti
kursus tersebut.

"Di mana Raja Iblis dan Chiho-dono?"

"Sulit melihat mereka dari sini...."

Karena ada segerombolan orang yang berjumlah hampir mendekati 100 orang,
tentu saja tidak mudah untuk menemukan Maou dan Chiho.

Ketika segerombolan orang-orang itu terpecah menjadi grup yang lebih kecil
dan pergi....

"Itu dia kan?"

Sariel menyadari ada seorang pria yang berdiri di depan beranda sendirian.
Orang itu terlihat seperti Maou, dia bolak balik menoleh ke sekelilingnya,
sambil memegang HP di telinganya.

Melihat hal ini, Emi dan Suzuno menjadi sedikit panik.

Ekspresi Maou tidak terlihat seperti sedang mencari teman yang tersesat.

Tidak mungkin.....

"Raja Iblis!!"

Emi memantapkan pikirannya dan berlari menuju ke samping Maou yang


sedang panik.

"Ah, E-Emi!!"

Meski Maou terlihat kaget dengan kemunculan Emi yang tiba-tiba, dia tetap
bertanya sebelum Emi mulai menanyakan pertanyaannya.
"Apa kau melihat Chi-chan?"

Seperti yang diduga.

Hati Emi dipenuhi dengan penyesalan.

"Apakah Chiho-dono menghilang?"

"Serius, apa yang sebenarnya kau lakukan?"

"Ka-kalian berdua ada di sini juga?"

Melihat Suzuno dan Sariel yang muncul satu persatu, semakin membuat Maou
tambah kaget.

"Kapan kalian berdua terpisah?"

"Kurang dari 10 menit yang lalu. Saat kami meninggalkan ruang pertemuan,
dia masih ada bersamaku!!"

"Apa dia pergi ke kamar mandi atau semacamnya?"

"Ah.... Sialan! Aku terlalu ceroboh!! Ini sepenuhnya salahku!! Jika saja saat
itu aku menanyai orang itu dengan benar..."

Maou terlihat sangat menyesal, tapi sekarang bukanlah saatnya untuk


menyalahkan dia.

"Sekarang bukan saatnya untuk mengatakan hal-hal seperti itu, kan? Karena
kita tidak bisa merasakannya, kemungkinan Chiho diculik menggunakan
barrier Iron. Dilihat dari bagaimana dia tidak menggunakan Idea Link,
mungkin mereka membuatnya pingsan."

Meski Maou berpikir kalau analisis Emi sangat meyakinkan, tapi dia tetap
merasa panik.

"Sial.... Sekarang apa.... apa yang bisa kita lakukan!"

"Tenanglah!! Apa gunanya menjadi terlalu khawatir??"


Emi mengguncang-guncang bahu Maou untuk membuatnya sadar, tapi Maou
sama sekali tidak bisa tenang.

"Apa yang sebenarnya terjadi di dalam ruang pertemuan? Dari fakta bahwa
Maou mengatakan 'aku terlalu ceroboh', kemungkinan dia sudah mengetahui
kalau Iron ada di dekat sini?"

"Dia berbicara denganku...."

"Apa katamu?"

Emi yang tidak menyangka kalau mereka sudah membuat kontak, hanya bisa
membelalakkan matanya.

"Raja Iblis, ada apa ini? Ini sama sekali tidak seperti dirimu, orang itu adalah
musuh kita, kau tahu?"

Maou memegangi kepalanya dengan penuh penyesalan.

".... Karena dia terlihat mirip, aku pun menjadi sembrono. Setelah aku
berbicara dengannya, dia langsung menghilang."

"Mirip? Dia mirip dengan siapa?"

Maou mengernyit, menatap mata Emi, dan mengatakan,

"Alas Ramus... dia memperlihatkan ekspresi seolah ingin lebih mengetahui


soal dunia...... Iron tidak seperti kita, dia tidak digunakan oleh orang lain."

'Sepertinya itu sangat menarik.'

Ekspresi Iron saat dia mengatakan hal tersebut, mirip sekali dengan senyum
Alas Ramus ketika dia mengetahui sesuatu yang baru.

Meski ia tidak memiliki bukti, setelah Maou melihat senyum itu, dia yakin
kalau Iron memang sama seperti Alas Ramus, sebuah eksistensi yang terlahir
dari Sephirah.
Ketika Maou pertama kali melihat wajah Iron, Maou sudah merasa kalau dia
mirip dengan Alas Ramus.

"Meski begitu, sekarang Iron tetap digunakan oleh para iblis. Lupakan kalau
ini adalah kesalahanmu, entah pemikiran ini benar atau tidak, bukankah itu
tentukan oleh tindakanmu mulai dari saat ini?"

".... Emi...."

Emi menatap Maou dengan sungguh-sungguh.

Sampai sekarang, Emi tidak pernah memberi semangat pada Maou secara
langsung seperti ini, hal ini membuat Maou menjadi tenang.

"Yeah.... kau benar."

Maou mengatur napasnya, dan mulai menganalisa keadaan.

"Seingatku, kursus berakhir 9 menit yang lalu. Meskipun Iron membawa Chi-
chan, asalkan dia tidak lari melewati 'gate', dia seharusnya masih berada entah
di mana di Shinjuku-Nishiguchi ini."

"Begitu ya, kalau begitu izinkan aku membantumu."

Tak disangka, Sariel lah yang memastikan analisis Maou.

"Sasaki Chiho seharusnya masih menggunakan cincin dengan fragmen Yesod


di tangannya kan? Kalau begitu, selama mereka tidak terlalu jauh, dengan
kekuatanku, aku pasti bisa menemukan mereka."

"Ba-bagaimana?"

"Emilia, apa kau sudah lupa?"

Sudut mulut Sariel terangkat nampak tersenyum.

"Menurutmu bagaimana caraku menemukan lokasimu ketika aku pertama kali


menyerang? Meskipun sebelumnya aku sudah mendapatkan informasi dari
Olba, tapi izinkan aku menunjukkan padamu kemampuan pencarianku yang
bisa dibandingkan dengan GPS. Jika targetku adalah sihir suci atau fragmen
Sephirah, itu akan sangat mudah bagiku."

Sariel mendongak ke arah langit untuk mencari sesuatu, dia mengernyit karena
dia sedang menatap sinar matahari.

"Ketemu!"

Maou dan yang lainnya juga memandang ke arah yang dituju oleh Sariel.
Setelah menggunakan tangan mereka untuk menghalangi terik matahari,
mereka pun melihat sebuah bulatan putih yang menggantung di langit biru.

"Menggunakan penguat untuk merapal mantra dari jarak jauh adalah hal yang
sulit untuk dilakukan. Kalau dia sudah terlatih, Sasaki Chiho seharusnya
memiliki kesempatan untuk menjadi ahli sihir yang hebat. Namun....."

Sariel melihat ke arah bulan di siang hari dan berbicara dengan tegas,

"..... dia tidak akan bisa mendingiku."

Sebuah sinar keunguan seketika bersinar dari mata Sariel.

Lalu, entah kenapa bulan yang ada di depan Maou dan yang lainnya seketika
berubah warna menjadi seperti mata Sariel dan mulai bersinar.

"H-hey, apa yang kau lakukan? Jangan melakukan sesuatu yang mencolok......"

Lupakan soal Shinjuku, mengubah warna bulan, pastinya bisa terlihat di


seluruh dunia, seharusnya ada batasan kalau dia ingin bermain-main. Memang
wajar bagi Emi untuk merasa cemas, tapi Sariel menjawabnya dengan santai,

"Ini tidak seperti aku benar-benar mengubah warna bulan. Dan sebenarnya,
hanya orang-orang di sekitar Shinjuku saja yang akan merasa kalau bulannya
berubah."

"A-apa.... kalau begitu aku bisa tenang...."

"Baguslah kalau kau bisa tenang!"


Melihat Emi menjadi lega karena alasan yang aneh seperti itu, Maou hanya
bisa menimpalinya.

Meskipun hanya ada sedikit orang yang akan menengadah melihat bulan di
siang hari, tapi sulit menjamin kalau tidak ada orang yang akan melakukannya
di daerah Shinjuku yang luas.

Maou khawatir jika seseorang mengambil gambarnya dan mengunggahnya ke


internet, itu pasti akan menyebabkan keributan besar.

"Paling banyak itu mungkin akan menjadi headline spesial di TV.


Bagaimanapun, bulan di bumi ini tidak bisa berubah menjadi ungu di siang
hari. Meskipun itu dianggap mencurigakan oleh beberapa orang, paling banyak
ya hanya akan sampai di tingkatan itu."

Meskipun apa yang Sariel katakan terasa seperti deja vu, Maou sama sekali
tidak bisa merasa lega.

"Baik, tenang sedikit. Aku akan mencari di daerah sini."

Sariel menggunakan tangannya untuk menghalangi bulan di langit dan mulai


berkonsentrasi.

Maou, Emi dan yang lainnya memang khawatir dengan keberadaan Chiho, tapi
mereka jauh lebih khawatir kalau ada seseorang lewat dan melihat adegan ini.

Jika ada seseorang yang benar-benar menembakkan cahaya keluar dari


matanya dan menggunakan tangannya untuk menghalangi langit, terlepas dari
apakah saksi memahami situasi ini atau tidak, mereka kemungkinan akan
memilih menelepon polisi.

Tidak diketahui apakah Sariel sadar akan betapa mencurigakannya dia, tapi dia
dengan pelan mengucapkan kata kunci untuk mengeksekusi mantranya.

"Lunar Sky Mirror."


Usai mengucapkan nama mantra tersebut, Sariel menahannya selama dua, tiga
detik, dan kemudian menghentikan mantranya.

"Ya ampun, ternyata sangat dekat."

"Be-benarkah?"

Sariel mengangguk dengan tenang untuk menjawab Maou yang gelisah, dia
kemudian mengangkat jarinya untuk menunjuk ke sebuah gedung.

"Kebetulan sekali.... sebuah barrier sudah terpasang di atap itu."

"Di sana.... eh!"

Suzuno melihat ke arah gedung itu dan menahan napasnya.

"Menjengkelkan sekali. Aku benar-benar ingin meminta mereka agar tidak


meniru caraku."

Tempat tersebut terjalin erat dengan keempat orang itu....

Atap Gedung Metropolitan Tokyo.

"Sekarang bagaimana? Sepertinya iblis yang sebelumnya ada di sana, jika kita
masuk, kemungkinan besar akan terjadi pertarungan. Meskipun barrier
pergeseran dimensi bisa mencegah orang-orang untuk masuk, tapi aku tidak
bisa melindungi gedungnya. Meskipun kekuatan penuh kita berempat bisa
mengatasi bocah bernama Iron itu, tapi itu pasti akan menyebabkan dampak
yang besar."

"Apapun tidak masalah, karena Chi-chan dan Farfarello ada di sana, kita tetap
harus pergi."

"Apa kau punya rencana?"

Tepat saat Emi merasa gelisah karena mengingat Maou yang sebelumnya
menyerang tanpa rencana apapun, Maou tiba-tiba mengatakan sesuatu yang
tidak terduga,
".... Emi, Suzuno, maafkan aku, tolong bantu aku."

"Eh?"

"A-apa?"

Tak disangka Maou akan membuat saran ini, bukan, permintaan. Emi dan
Suzuno pun merasa sangat kaget.

"Seperti yang Ashiya katakan, jika kita tidak meyakinkan Farfarello dan
membuatnya kembali, itu hanya akan membuat Chiho semakin berada dalam
keadaan bahaya. Untuk mencegah semuanya agar tidak menjadi seperti itu, aku
membutuhkan kekuatan kalian."

Setelah mengatakan hal itu, Maou sekali lagi melakukan sesuatu yang tidak
bisa diduga oleh Emi dan yang lainnya.

"Kumohon."

Maou menundukkan kepalanya.

Raja dari para iblis, untuk melindungi seorang gadis muda, dia menundukkan
kepalanya di hadapan Pahlawan dan seorang penyelidik.

".... Kau benar-benar...."

Emi menatap bagian atas kepala Maou, menghela napas, dan mengatakan,

"....tidak memikirkan posisi dan perasaan pihak kami."

Nadanya terdengar lembut.

"Karena aku adalah seorang Raja Iblis, seharusnya tidak ada orang lain yang
akan lebih keras kepala dan ceroboh dibandingkan diriku."

"Jangan berlebihan."

Suzuno pun tersenyum menanggapi kedua kata-kata berlebihan yang mereka


ucapkan.
"Kau seharusnya memiliki strategi kan? Strategi bagus yang kalian bicarakan
itu."

"Aku punya. Tapi aku akan mengulanginya sekali lagi, cara ini membutuhkan
bantuan kalian.

Maou mengatakannya dengan kepala tertunduk.

Emi dan Suzuno saling memandang satu sama lain.

"Sepertinya tidak ada waktu untuk memikirkannya."

"Karena ini adalah masalah Chiho-dono, ya mau bagaimana lagi."

"Aku akan mengingat hutang ini."

Maou mengangkat kepalanya dan menoleh ke arah Sariel.

"Apa kau bisa, seperti sebelumnya, membuat lapisan barrier lain di atas barrier
Iron?"

"Yeah, aku bisa melakukannya, tapi apa yang kau rencanakan?"

"Tolong lakukan yang terbaik untuk membuat barrier yang sedikit lebih besar,
aku akan memikirkan sesuatu."

Setelah Maou mengucapkan hal itu, dia mengeluarkan sebuah bola hitam dari
dalam tasnya dan meremasnya dengan keras.

XxxxX

"Apa yang kau rencanakan?"

Farfarello bertanya pada seorang gadis di hadapannya.


Gadis yang bernama Sasaki Chiho, tidak hanya tidak menolak permintaan Iron,
dia bahkan mendengarkan dan mengikuti semua permintaannya.

Selain itu, alasan kenapa Iron bisa dengan mudah menjalankan misi rumit
seperti menculik seorang gadis tanpa diketahui oleh Raja Iblis, sebagian besar
juga karena kerja sama dari si korban, yaitu Sasaki Chiho.

"Aku tidak ingin terluka ataupun pingsan karena melawan."

"Begitu ya, bertentangan dengan penampilanmu, sepertinya kau memiliki


keberanian dan pengetahuan yang lumayan.

"Bagaimanapun juga, aku sudah melewati banyak pengalaman menakutkan."

Chiho memperlihatkan sebuah senyum kecut setelah mengatakan hal tersebut,


itu terlihat seperti dia jauh lebih berani dibandingkan manusia biasa.

Kalau tidak, ketika dia digenggam oleh tangan kecil Iron saat melompat dari
gedung perusahaan MgRonald ke atap gedung Metropolitan, dia pasti akan
panik dan membuat banyak suara.

"Kalau begitu, bagaimana dengan ini?"

Farfarello yang berpakaian seperti karyawan ketinggalan zaman,


menggunakan tangannya untuk menyentuh armor Iron.

Armor Iron tiba-tiba berubah menjadi asap hitam dan menghilang, menerkam
tubuh Farfarello.

"Yah!"

Chiho mau tidak mau menggunakan tangannya untuk menutupi matanya.

Karyawan bertubuh kecil itu tiba-tiba berubah menjadi iblis yang


memancarkan aura berbahaya.
Farfarello memiliki sayap seperti kelelawar dan cakar besar tajam yang
menjulur keluar dari keempat anggota tubuhnya, akan tetapi, wajahnya jauh
lebih menyerupai manusia daripada yang dibayangkan.

Chiho menutupi wajahnya secara refleks, tapi dia tetap mengintip melalui sela-
sela jarinya,

"Ah, jadi kau masih memakai pakaian di bawah armormu?"

Chiho merasa lega karena Iron masih memakai pakaian dalam yang terbuat
dari goni, Chiho pun menggerakkan tangannya menjauh dari wajah dan
menekan dadanya perlahan.

".... Kau cemas soal itu ya. Melihat penampilanku, kau sama sekali tidak
merasakan apa-apa?"

Farfarello berubah wujud menjadi seorang iblis yang seharusnya tidak ada di
Jepang, tapi karena Chiho lebih khawatir apakah Iron memakai pakaian dalam
atau tidak, Farfarello sesaat merasa kehilangan martabatnya.

Tapi, meskipun Chiho melihat wujud Farfarello yang sebenarnya dengan mata
kepalanya sendiri, dia sama sekali tidak terlihat takut.

"Erhm, maafkan aku, kupikir kau akan mengalami perubahan yang lebih
ekstrim."

"....."

Melihat wajah Farfarello yang seketika mengernyit, Chiho berbicara dengan


sedikit panik.

"Er, erhm, ini bukan seperti kau tidak menakutkan sama sekali! I-ini sudah bisa
dianggap sangat keren dan menakutkan, okay? T-tapi, erhm, kupikir karena
aku sudah melihat wujud Ma..... Satan-san dan Alsiel-san yang sebenarnya,
aku jadi sedikit terbiasa."
Chiho tidak hanya tidak merasa takut, dia bahkan mencoba memilih kata-kata
yang bagus untuk Farfarello, hal ini membuat iblis tersebut semakin
kehilangan martabatnya.

"....Lupakan, sejujurnya, ini adalah pertama kalinya aku merasa ingin


membunuhmu."

"Ah, m-maaf."

Tidak diketahui apakah Chiho memang memahami situasinya atau tidak, tapi
bagaimanapun, dia lebih dulu meminta maaf dengan jujur.

"Tapi.... apa tadi kau bilang kau pernah melihat wujud agung Raja Iblis Satan-
sama? Di mana, dan dalam kondisi seperti apa kau melihatnya?"

"Eh? Ah, aku melihatnya di sini, dan di sebuah tempat yang berjarak 20 menit
berjalan dari tempat kita bertemu sebelumnya."

"Apa kau melihat wajah Maou-sama dari dekat?"

"Uh... Itu kira-kira sekitar jarak di antara kita saat ini."

"...."

Meski dari luar Farfarello terlihat tak berekspresi, tapi di dalamnya dia merasa
sangat terkejut.

Farfarello pernah mendengar kalau Raja Iblis kembali ke wujud aslinya


sebelumnya, tapi dia tidak pernah menyangka kalau seorang gadis biasa bisa
menyaksikannya dari dekat, sulit bagi dia untuk mempercayai hal ini.

Untuk orang normal, mendekat dengan sihir iblis Raja Iblis Satan saja, pasti
akan membuat mereka pingsan karena bersentuhan langsung dengan kekuatan
gelap Raja Iblis.

"Jangan-jangan..... kau ini Emeralda Etuva?"

"Eh?"
Dikira orang lain seperti ini, membuat Chiho membelalakkan matanya kaget.

"Aku dengar manusia ahli sihir terkuat yang mendukung Pahlawan Emilia
adalah seorang wanita dengan perawakan tubuh kecil. Jangan bilang kau
menggunakan nama Sasaki Chiho dan tinggal di sini."

"Bu-bukan, bukan seperti itu! Aku memang kenal Emeralda-san, tapi kau salah
orang."

Memang ada batas dalam salah mengenali orang, tapi karena Farfarello tidak
ikut bertarung melawan Emi dan yang lainnya saat era Pahlawan, jadi tidaklah
aneh kalau dia salah paham seperti ini.

"Meski begitu, karena kau bisa menghindari paparan langsung sihir iblis
Maou-sama sekaligus kenal dengan Emilia dan Emeralda, itu berarti kau bukan
prajurit. Apakah kau salah satu penghalang Maou-sama di negeri ini?"

Dengan situasi saat ini, sepertinya Farfarello tidak akan mempercayai apapun
yang Chiho katakan.

Chiho baru saja mulai mempelajari mantra, dan dia tiba-tiba salah dikenali
menjadi pahlawan yang melindungi kedamaian dunia?

"Tapi.... berbicara mengenai penghalang, mungkin memang seperti itu. Karena


ada aku, Satan-san dan Yusa.... Emilia-san, menemui banyak masalah."

".....?"

"Farfarelao-san."

"Yang benar Farfarello!"

"Ma-maaf."

Salah menyebut nama orang lain adalah sesuatu yang sangat kasar.
"Maou-san.... Satan-san benar-benar belum menyerah dengan mimpi
menaklukan dunia. Satan-san hanya berencana mempelajari sesuatu di Jepang,
lalu menerapkannya dalam penaklukan dunia...."

"Itu belajar kan?"

Karena alasan yang tidak diketahui, Iron menyela dengan ceria.

"Be-benar.... pokoknya, dia ingin belajar dan menyelesaikan sesuatu.


Meskipun dia perlu bekerja karena dia selalu kekurangan uang dan
menghabiskan waktu luangnya, tapi dia selalu memikirkan penduduk Dunia
Iblis. Mengenai hal ini, kau harus mempercayainya."

Tidak hanya tidak takut, Chiho bahkan menatap langsung seorang iblis dengan
tatapan serius.

Farfarello punya pemikiran kalau manusia pasti akan takut dengan iblis dan
tidak akan berbicara pada Iblis dengan serius, oleh sebab itu, ini adalah pertama
kalinya dia menatap langsung tatapan Chiho.

".... Aku juga berharap begitu, tapi....."

"Jadi.... beritahu aku. Kenapa Pasukan Iblis ingin menyerang Ente Isla?"

Farfarello membuka mulutnya seperti meremehkan pertanyaan tersebut dan


menjawab,

"Pertanyaan bodoh, selain Ente Isla, di mana lagi tempat yang bisa kami
taklukan....."

"Lalu, apa kalian memang harus menaklukan Ente Isla?"

"...."

"Farfarelao sudah bilang sebelumnya kan? Asalkan ada iblis yang mati, Dunia
Iblis pasti bisa bertahan lebih lama, apakah itu ada hubungannya dengan
insiden ini?"
"... Namaku Farfa-re-lo!"

Bahu Farfarello merosot depresi.

"Meskipun kau tahu hal ini, apa yang bisa kau lakukan?"

"Sudah jelas kan?"

Chiho meluruskan hal tersebut dengan tegas dan menyatakannya keras-keras.

"Dari sini, aku akan mencari alasan kenapa semuanya tidak bisa berjalan lancar
dan membantu Satan-san meraih mimpinya."

"Chi-chan?"

Ketika Maou mencapai lantai dasar gedung Metropolitan, HPnya tiba-tiba


berbunyi, karena panggilan ini tidak menampilkan riwayat panggilan masuk,
Maou sangat yakin kalau ini adalah Idea Link Chiho.

"Sepertinya dia baik-baik saja! Ayo! Emi! Suzuno! Kita beri si Farfarello itu
pelajaran...."

"Tunggu, Raja Iblis!"

"Tunggu sebentar!"

"... Ada apa...."

Meskipun tahu kalau hal ini adalah salah, Maou tetap mengikuti Emi dan
Suzuno, menatap layar HPnya. Layar dari ketiga HP tersebut, semuanya
menujukan kata 'Nomor Dirahasiakan'.

Ketiga orang itu saling menatap satu sama lain, kemudian ketiganya menekan
tombol terima di HP mereka, dan menggerakkan HP ke telinga mereka.

"(.... membantu Satan-san meraih mimpinya!)"

Dari dalam HP ketiga orang itu, suara tegas Chiho bisa terdengar.
"Apa?"

Farfarello bertanya karena dia tidak mengerti apa yang ingin Chiho katakan.

"Belakangan ini, Satan-san sering mengatakan kalau cara yang dia lakukan di
masa lalu itu salah. Tapi, dia terlihat tidak tahu apa yang seharusnya dia
lakukan.... jika masih dalam jangkauan kemampuanku, aku ingin mencoba
yang terbaik untuk membantunya. Meskipun aku lemah dan tidak bisa
bertarung, tapi pasti ada tempat di mana aku bisa membantu!"

".... Apa kau bukan manusia?"

"Aku manusia!"

"Lalu kenapa kau ingin membantu kami para iblis...."

Bagi Chiho, yang tak diragukan lagi menganggap Maou dan Emi sebagai
teman yang amat penting, pertanyaan semacam ini adalah sesuatu yang sangat
tidak perlu.

"Ini tidak ada hubungannya dengan menjadi iblis ataupun manusia."

"(Ini tidak ada hubungannya dengan menjadi iblis ataupun manusia.)"

Pemikiran Chiho tidak tersambung melalui HP, melainkan terdengar di kepala


ketiga orang tersebut secara langsung.

".... Hey, Apa Chi-chan sudah mempelajari Idea Link untuk banyak
penerima....?"

"Mana mungkin? Lagipula, ini jauh lebih rumit dibandingkan dengan satu
orang, sebenarnya, dia malah hanya berhasil tersambung denganku selama
beberapa detik saja kemarin."

Suzuno menggelengkan kepalanya dengan gelisah untuk membantah


kecurigaan Maou.

"Kalau begitu, ini dilakukan oleh Chiho tanpa sadar?"


"Sepertinya hanya itu satu-satunya kemungkinan...."

Baik Emi maupun Suzuno, keduanya merasa sangat terkejut.

Dan Chiho masih terus mentransmisikan pemikirannya.

"(Karena hal itu sudah terjadi saat ini...... seharusnya itu juga bisa terus
berlanjut di masa yang akan datang!)"

"Karena hal itu sudah terjadi saat ini...... seharusnya itu juga bisa terus berlanjut
di masa yang akan datang! Sebuah cara penaklukan dunia yang bisa membuat
Raja Iblis dan Pahlawan hidup berdampingan!"

".... Apa ini karena pemahamanku yang lemah terhadap bahasa Jepang? Aku
benar-benar tidak mengerti apa yang kau katakan."

"Satan-san pasti akan berhasil menaklukan dunia. Sampai sekarang, dia terus
bekerja keras setiap hari untuk meraih tujuannya. Tapi tujuan ini bukanlah
penaklukan dunia yang sama seperti yang dipikirkan oleh Raja Iblis Satan
sebelum datang ke Jepang, sebelum dia datang ke dunia ini."

"Lalu penaklukan dunia macam apa itu?"

Ditanyai dengan pertanyaan tersebut, di bawah sinar matahari musim panas,


Chiho menunjukkan sebuah senyum yang terlihat puas.

"Tentu saja itu adalah Raja Iblis dan pahlawan..... iblis dan manusia, semuanya
bisa bekerja sama demi makanan untuk besok, penaklukan dunia seperti itulah
yang dia maksud!"

".... Membosankan."

Farfarello terkejut karena penjelasan Chiho yang aneh. Farfarello merasa


cemas karena menghabiskan waktu terlalu banyak dengan Chiho, tidak
diketahui apakah Chiho memahami hal ini atau tidak, dia hanya terus saja
berbicara tanpa takut.
"Hal itu sudah berhasil diraih saat ini. Dan, itu pasti akan terus berlanjut di
masa yang akan datang!"

"Bodoh. Manusia dan Iblis tidak bisa hidup berdampingan....."

"Itu sudah terjadi sekarang!"

Tak disangka, seorang gadis SMA biasa, bisa menyela kata-kata seorang
kepala suku Malebranche hanya dengan nadanya. Farfarello yang terdiam,
menatap Chiho dengan kaget.

"Raja Iblis dan Pahlawan, orang yang seharusnya tidak bisa bersatu seperti api
dan air, sudah melakukannya. Mereka bahkan merawat seorang anak kecil,
mereka bertiga juga pernah berjalan-jalan untuk bersenang-senang. Kalau
sudah begitu, kenapa sangat mustahil bagi manusia biasa dan iblis untuk
melakukan hal yang sama?"

Tentu saja, Chiho tahu kalau hal ini terbatas pada usaha dari masing-masing
orang, tapi meski begitu....

"Meskipun kau berkata kalau itu tidak mungkin, aku pasti akan membuktikan
kalau kau salah."

Kata Chiho secara terang-terangan.

"Meskipun Maou-san dan Yusa-san merasa tidak enak karena aku terseret
dalam masalah Ente Isla, tapi mereka tidak berpikir seperti itu karena terpaksa.
Itu karena....."

Chiho memberikan sebuah senyum yang hanya bisa dijelaskan sebagai senyum
tak kenal takut dan menyatakan hal ini dengan cara yang sangat mengesankan,

"Karena aku sangat termotivasi, aku ingin menyeret Maou-san dan yang
lainnya ke dalam masalahku!! Tidak peduli apakah itu Satan-san, Emilia-san,
Crestia Bell-san, Alsiel-san, ataupun Lucifer-san, aku harap mereka semua
bisa terus menjagaku dan Alas Ramus, makan bersama, bertengkar bersama,
dan bisa saling mengucapkan sampai jumpa di setiap malam, aku ingin
membantu penaklukan dunia di mana hal-hal seperti itu bisa terjadi!"

Chiho menatap mata Farfarello secara langsung.

"(bisa saling mengucapkan sampai jumpa di setiap malam, aku ingin


membantu penaklukan dunia di mana hal-hal seperti itu bisa terjadi!)"

"""........"""

Maou dan yang lainnya menggerakkan HP mereka menjauh dari telinga.

Dan mereka juga tidak melihat wajah masing-masing, karena saat ini, wajah
mereka bertiga begitu memerah.

"Chi.... Chiho....."

Emi yang tidak tahan dengan keheningannya, berbicara.

"Dia benar-benar anak yang luar biasa.... dia sungguh.... bagaimana aku
mengatakannya ya.... melebihi ekspektasi kita...."

"Kepercayaanku....... mulai terbangun kembali dengan cara yang aneh."

"..... Serius..... tidak ada yang sebanding dengan dia... serius...."

Pahlawan, penyelidik, dan Raja Iblis mengungkapkan pendapat mereka


dengan cara yang berbeda-beda.

".... Ada apa? Kita bergerak atau tidak? Dari sini, sepertinya dia selamat dan
tidak terluka."

"Jadi kau ada di sini!"

Sariel melihat ketiga orang itu dari samping dengan ekspresi rumit di wajahnya.

Maou menegurnya dengan agresif, tapi itu tidak terdengar memaksa.

"..... Tolong, pasang barriernya."


Maou menatap ke arah gedung Metropolitan dengan wajah memerah.

"Untuk meraih sebuah mimpi, diperlukan kemampuan yang tepat dan kekuatan
persuasif..... Emi, Suzuno!"

"Ku-kupikir, meskipun aku ke sana sekarang, rasanya aku tidak akan bisa
menghadapi Chiho langsung."

"Aku rasa aku mulai memujanya."

".... Baiklah, ayo pergi! Aku serahkan pada kalian!"

Setelah mengatakan hal itu, Maou mulai terduduk di hadapan mereka berdua.

"Jarang sekali melihat orang memberi perintah dengan pose yang menyedihkan
seperti itu."

Sariel menunjukkan senyum kecut, dan mulai menciptakan barrier di pusat


Tokyo.

XxxxX

"Aku harap kau mau memberitahuku. Kenapa Satan-san harus mengorbankan


banyak iblis dan manusia untuk menaklukan dunia.....? Kalau aku tahu
alasannya, kurasa aku bisa mencapai tujuan itu dari arah yang berbeda."

Farfarello, si kepala suku Malebranche, mengalihkan pandangannya karena


tidak tahan dengan karisma dan tatapan yang dimiliki oleh seorang gadis biasa.

Farfarello tidak mengerti konsep yang ingin Chiho ungkapkan. Atau


setidaknya, dia tidak bisa membayangkan dunia yang Chiho pikirkan.

Dan dia juga merasa kalau gadis yang tak berdaya ini, tidak akan mampu
melakukan hal seperti itu.
Meski begitu, kenapa dia merasa tertekan oleh aura gadis ini?

"...... Itu karena....."

Kemudian, tepat ketika Farfarello merasa tidak bisa lagi menghalangi Chiho
dan hendak membuka mulutnya.....

"Farfarello! Barriernya!!"

Iron tiba-tiba mendongak ke arah langit.

Chiho dan Farfarello juga melihat ke atas mengikuti pandangan anak itu, dan
mereka melihat bulan berwarna ungu melayang di langit tak berujung.

"Apa mereka sudah datang..... Ini lebih cepat dari yang kuperkirakan.
Bagaimana bisa mereka menemukan tempat ini?"

Untuk menghindari tatapan Chiho, Farfarello juga melihat ke arah langit


seperti Iron. Dan apa yang dia lihat sama sekali tidak bisa dia duga.

"I-itu....."

"Maou-san, Yusa-san, Suzuno-san!"

Chiho melihat orang yang sama dengan Farfarello dan berteriak.

Tempat ini membuat Chiho teringat dengan seorang Pangeran yang hanya
memakai celana dalam dan membawa sebuah sapu.

Dan saat ini, orang itu, lebih terlihat seperti seorang raja daripada seorang
pangeran, kerah dan sabuk celananya dipegang oleh dua orang gadis, dia
terbang di langit dengan posisi meringkuk.

Meski nampak seperti bergantung di langit dengan bagian lehernya, Maou


menatap Farfarello dengan penuh tekad, dan di tangannya dia memegang
sebuah bola hitam.

Itu adalah bola sihir iblis yang dibuat oleh Farfarello.


Chiho menerima undangan Farfarello hanya agar pertanyaannya bisa terjawab,
tapi dari sudut pandang Maou, ini pasti terlihat seperti Farfarello menculik
Chiho.

Mungkinkah para iblis itu akan saling bertarung di sini?

Chiho yang khawatir kalau hal itu terjadi, berteriak ke arah Maou.

"I-ini bukan seperti itu! Ini salahku! Farfarelao-san tidak melakukan apapun
padaku!"

"Lupakan! Kau bisa memanggilku sesukamu!"

Sepertinya Chiho memang tidak bisa menyebutkan nama Farfarello dengan


benar tidak peduli apapun yang terjadi, dan orangnya sendiri sepertinya juga
sudah menyerah.

Emi dan Suzuno yang membawa Maou, bersiaga terhadap serangan Farfarello
sambil meletakkan Maou di atap, kemudian mereka berdua juga mendarat.

"Yosh.... Ah.... Kerahnya longgar lagi. Aku pasti akan dimarahi oleh Ashiya."

Maou yang dilempar oleh kedua gadis itu, mendarat dengan gesit, dan setelah
melihat kerah T-shirtnya yang menjadi longgar, dia menoleh ke arah Chiho
dan Farfarello.

".... Apa kau baik-baik saja?"

"Y-yeah..... E-erhm...."

Maou melihat ke arah Farfarello yang menghindari tatapan Chiho. Setelah


melihat iblis bertubuh besar itu, Maou pun mendapatkan kembali
ketenangannya.

"Meskipun Chi-chan berusaha melindungimu, tapi fakta bahwa kau telah


menculik Chi-chan tak bisa dibantah lagi, kan?"

Kata Maou dengan dingin kepada Malebranche bertubuh besar itu.


"Apa yang kau rencanakan?"

"Hamba minta maaf..... apapun yang terjadi, hamba ingin mendengar dari
pihak ketiga tentang apa yang terjadi pada Maou-sama di negeri ini."

Maou sudah mendengarkan sebuah ambisi mengerikan dari seorang gadis, tapi
Chiho dan Farfarello, tidak tahu kalau Maou dan yang lainnya sudah
mendengarkan semuanya dengan jelas.

"Lalu Chi-chan? Kenapa Chi-chan bilang kalau kau juga bersalah?"

"I-i-itu karena aku ingin tahu kenapa Maou-san harus menaklukan Ente Isla....
rasanya meskipun aku bertanya pada Maou-san dan Ashiya-san, kalian tidak
akan memberitahuku..."

"Huuh... Begitu."

Dalam Idea Link yang terdengar oleh ketiga orang itu, pertanyaan tersebut
sama sekali tidak muncul. Jadi itu mungkin terjadi setelah Maou dan yang
lainnya menutup teleponnya karena rasa malu.

Maou menggaruk kepalanya, dan menatap ke arah Chiho dan Farfarello.

"Kalian berdua!!"

Mengatakan hal itu, Maou menggunakan ibu jarinya untuk menunjuk ke arah
dadanya.

"Hal-hal seperti itu, tanya pada orangnya langsung! Aku ada di sini! Aku tidak
akan lari ataupun bersembunyi!"

"Baik.... Maafkan aku!"

Chiho meminta maaf dengan murung.

"Chi-chan...... Huuh, meskipun ada banyak hal yang ingin kukatakan


padamu..... bagaimanapun....."
Maou merasa sedikit gelisah karena mengingat Idea Link tadi. Dia pun berjalan
ke arah Chiho, dan menggunakan tinjunya untuk mengetuk kepala Chiho pelan.

"Ow!!"

"Aku akan mengomelimu terlebih dahulu!"

"Ughh.... Baik."

Chiho menyentuh tempat di mana dia kena pukul dan berjalan menuju Emi dan
Suzuno.

Setelah Maou meliriknya dan memastikan kalau Emi dan Suzuno juga
memukul pelan kepala Chiho sekali, dia pun kembali menoleh ke arah
Farfarello.

"Jadi, dari apa yang kau dengar dari Chiho, apa yang kau pikirkan tentang
diriku?"

".... Jujur saja, sulit untuk menilainya. Meski hamba mendengar kata-kata yang
tak terduga, hamba tetap merasa kalau negeri ini tidak memiliki sesuatu yang
bisa mendukung pemerintahan Maou-sama dengan penuh."

"Ini bukan seperti itu. Satan sedang mempelajari perusahaan, kau tahu."

"Caramu mengatakannya seperti menyalin catatanku dengan sembarangan."

Maou tersenyum kecut menanggapi cara berbicara Iron yang kekanakan, dan
kemudian, karena alasan yang tak diketahui, dia memasukkan tangannya ke
dalam saku dan mengeluarkan dompetnya.

"Kalau begitu, akan kuberitahu. Negeri ini... dunia ini dipenuhi dengan hal-hal
yang bisa memecahkan krisis yang dialami Dunia Iblis. Dan hal-hal itu tidak
membutuhkan darah ataupun nyawa sebagai gantinya. Itu adalah.... ini."

Maou mengeluarkan sepotong kertas dari dalam dompet yang dia beli dari toko
100 yen. Dia kemudian perlahan mulai membuka potongan kertas kusut
tersebut.
".... Belilah dompet yang lebih bagus supaya kau tidak perlu melipat catatanmu.
Kau itu sudah dewasa, menyedihkan sekali."

Emi yang pernah diselamatkan oleh kertas kusut yang saat ini dipegang oleh
Maou, menggumam dengan tidak senang.

"Apa kau tahu apa ini? Biar kukatakan hal ini terlebih dahulu, manusia di Ente
Isla juga memiliki benda ini."

Di mata Farfarello, benda itu hanyalah sepotong kertas tipis dengan gambar
kepala manusia dan gambar rumit lainnya.

"Itu....."

"Saat kita memiliki ini, kita tidak perlu lagi saling berselisih mengenai benda
ini."

Usai mengucapkan kalimat itu, Maou melempar bola hitam yang dia letakkan
di bawah ketiaknya saat sedang mengeluarkan dompet, benda itu adalah bola
sihir iblis yang terkonsentrasi.

"Maksud anda, potongan kertas ini memiliki kekuatan yang bisa melampaui
sihir iblis?"

"Bukan 'memiliki', tapi 'semua orang bisa memilikinya'."

Maou mengangkat uang kertas 1000 yen dengan gambar Hideyo Noguchi yang
tercetak di atasnya, tinggi di udara.

"Tekad kita, bisa merubah keadaan dunia. Benda ini bisa menjadi komoditas
Dunia Iblis yang perlahan kehilangan sihir iblis akibat adanya kedamaian....
benda ini adalah uang! Kalau kita bisa merubah pandangan kita, kita pun bisa
merubah dunia dan manifestasinya. Inilah apa yang aku pelajari di dunia ini."

"Uang ya.... hamba tahu kalau benda itu sama seperti pelat logam yang
manusia gunakan ketika melakukan bisnis. Tapi di hadapan kekuatan, benda
itu sama sekali tidak berguna."
"Sekarang, benda ini memang agak tidak berguna. Tapi berikutnya aku akan
mulai membangunnya. Dengan cara ini, sebuah dunia di mana Sang Pahlawan
yang sebelumnya berencana membunuhku menjadi bersedia membantuku,
bahkan bisa dibangun! Energi negatif tetap bisa diciptakan bahkan tanpa
membunuh siapapun!"

"Hey, bisakah kau tidak membuatnya terdengar seolah-olah aku ini bersedia
membantumu karena aku tergoda oleh uang?"

Emi memprotes, tapi dia tetap berjalan ke belakang Maou dan meletakkan
tangannya di atas pundak Maou.

"Jika ada imbalan, maka ada kesediaan untuk bertindak, meskipun ini adalah
prinsip dasar masyarakat manusia, tetap saja rasanya sulit untuk diterima."

Sambil mengatakan hal tersebut, Suzuno juga meletakkan tangannya di atas


pundak Maou. Ketika Chiho mulai bertanya-tanya apa yang akan terjadi....

"Chi-chan."

Maou memanggil Chiho dengan membelakanginya.

"Bernyanyilah, Emi dan Suzuno tidak punya lagi energi yang tersisa untuk
melindungimu, aktifkan sihir sucimu dan lindungi dirimu sendiri!"

Hanya dengan satu kalimat ini, Chiho bisa mengerti semuanya.

Chiho mengusap air mata yang muncul di sudut matanya karena barusan
dimarahi, dia kemudian mengatur napasnya untuk menenangkan diri.

"Kalian sebaiknya melakukan pekerjaan yang setara dengan 1000 yen."

"Meski itu tidak sebanyak gajiku perjam, tapi mau bagaimana lagi, aku akan
membantumu."

"Kami mulai. Ini sedikit berbeda dari apa yang direncanakan, tapi jangan
sampai mati."
Sembari berbicara, Emi dan Suzuno mulai mentransfer sihir suci dalam jumlah
besar ke dalam tubuh Maou melalui kedua pundaknya.

"A-apa yang kalian lakukan?"

Farfarello menjadi begitu terkejut karena hal itu.

Dua manusia saat ini menuangkan sihir suci ke dalam tubuh Satan tanpa
menahan diri. Dengan ini, bukankah Raja Iblis yang sudah melemah menjadi
manusia, malah akan seperti dimurnikan?"

"Jangan bergerak!"

Meski Maou terlihat menderita, dia sendiri juga yang menghentikan Farfarello.

"Heh, heh, heh, tidak, tidak perlu takut... lihat saja, kau pasti akan sangat
terkejut."

"A-apa ini tidak apa-apa?"

Meskipun terlihat sangat percaya diri, pada kenyataannya, Maou tidak


memberitahu Emi dan Suzuno alasannya melakukan hal seperti itu.

Maou hanya berjanji pada mereka berdua kalau ini pasti akan berhasil, dan
meminta mereka untuk mentransfer sihir suci sebanyak yang mereka bisa ke
tubuh Maou di hadapan Farfarello.

Karena mereka beranggapan kalau cara ini tidak akan membahayakan Chiho,
mereka berdua pun menyetujuinya meski sedikit merasa enggan, tapi tidak
peduli bagaimana mereka melihatnya, sepertinya mereka sudah melukai Maou.

"Gaaahhhhh!"

Setelah beberapa saat, Maou yang tubuhnya berisi sihir suci.....

".....Ugh!"

"Tunggu?"
"H-hey?"

Mata Maou berputar, dan dia pingsan.

Emi, Suzuno, dan Farfarello tidak tahu apa yang ingin dilakukan Maou....

"Pagi yang baru telah datang~ Pagi penuh harapan~"

Chiho tiba-tiba mulai bernyanyi.

Sambil menyanyikan lagu latihan radio, Chiho mulai mengaktifkan sihir suci
di dalam tubuhnya. Sedangkan Maou berlutut di lantai tanpa daya.

Emi dengan panik membantunya dari samping.

"Buka hatimu untuk kebahagiaan~"

Setelah itu, perubahan mendadak mulai terjadi.

"Lihatlah ke langit~"

Seperti terpukul, tubuh Maou membungkuk membentuk bentuk '<'.

"Yah!"

"Uwah!"

Emi dan Suzuno yang membantu Maou agar dia tidak jatuh, terlempar ke
belakang. Cahaya kehitaman tiba-tiba terpancar dari tubuh Maou.

"Dengan suara radio, bukalah dadamu~"

Cahaya tersebut semakin membesar, dan mulai menelan tubuh Maou Sadao.

"I-ini.... jangan-jangan?"

Farfarello menggunakan tangan untuk menutupi matanya dari cahaya


kehitaman tersebut, tapi dia sama sekali tidak ingin mengalihkan
pandangannya.
"Mendekap angin yang lembut dan ringan, siap, satu~"

Apa yang pertama kali muncul adalah kaki seperti binatang.

"Dua~"

Kemudian sesosok tubuh besar.

"Tiga~"

Tanduk kanan yang dipatahkan oleh sang Pahlawan dan tanduk kiri yang masih
utuh.

"Oh, ya ampun~ nyaris sekali, aku sesaat pingsan tadi."

Tapi gumaman tersebut, merusak suasana yang membuat para penonton


terhenyak.

"Ba-ba-bagaimana mungkin?"

Orang yang paling terkejut adalah Emi.

Lagipula, siapa yang menyangka kalau menyuntikkan sihir suci ke dalam


tubuh iblis, akan menyebabkan kemunculan Raja Iblis?

"Kalian semua tidak perlu takut..... Chi-chan harusnya sudah tahu sebelumnya,
iya kan?"

"Ku-kurang lebih..."

Meski sudah mempelajari pengaktifan sihir suci, bertahan menghadapi sihir


iblis Satan secara langsung tetap saja sangat sulit.

Meski begitu, Chiho masih tersenyum pada Satan, dan dia juga langsung
memahami pemikiran Satan.

Sebelum kekacauan yang terjadi di Tokyo Tower, Chiho pernah memproduksi


sihir iblis karena menyerap sihir suci terlalu banyak, hal ini menyebabkan
gejala keracunan sihir.
Jadi, bagaimana jika fenomena itu terjadi pada manusia Maou Sadao.

Jawabannya adalah kemunculan Raja Iblis di hadapan mereka dengan


mengenakan T-shirt UNIxLO dan jeans denim yang meregang sampai
batasnya.

"Ketat sekali!"

Hanya satu orang yang terlihat menikmati situasi ini. Iron menunjukkan sebuah
senyum kecil sambil memandangi wajah Satan.

"Ma-Maou-sama....."

Farfarello secara refleks berlutut dengan satu kakinya.

Farfarello yang baru menjadi kepala suku setelah penyerangan Pasukan Iblis,
tentu belum pernah bertemu dengan Satan secara langsung sebelumnya.
Namun, ketika Raja Iblis muncul di hadapan seorang iblis muda seperti ini,
Farfarello mulai menyalahkan dirinya sendiri atas kecurigaan bodohnya
terhadap Raja Iblis, dan saat ini dia dipenuhi dengan penyesalan.

Raja Iblis Satan masih hidup. Dan saat ini dia menyembunyikan kekuatannya
yang jauh melebihi Farfarello, dan membuat persiapan untuk menguasai dunia.
Dia bahkan membuat mantan musuhnya menjadi rekannya.

"Jadi, apa kau masih belum puas dengan ini?"

Suara yang seperti berasal dari ketinggian tersebut, membuat Farfarello tunduk
dan berlutut sepenuhnya.

"Semua ini terjadi karena pemikiran hamba yang terlalu dangkal. Adalah
sebuah penghinaan besar karena telah mencurigai pemikiran Raja Iblis Satan-
sama. Hamba siap menerima hukuman apapun."

Keheningan pun melanda.

Meski begitu, Farfarello sudah siap secara mental untuk mati kapan saja.
"Tidak ada yang bilang soal menghukummu."

Kata Raja Iblis Satan dengan tenang.

"Bukankah sudah kubilang dari awal? Aku punya pertimbanganku sendiri,


jangan melakukan hal yang bodoh, dan cepat kembali. Beritahu Barbariccia
dan yang lainnya untuk mundur dari Benua Timur. Seperti katamu, aku sudah
memperoleh kekuatan baru di dunia ini dan menyiapkan penaklukan dunia,
membiarkanmu tahu hal ini saja sudah cukup."

"....Hamba tidak pantas menerima hal itu...."

"Benar juga, meski aku mengatakan hal tersebut, Barbariccia mungkin tidak
akan menerimanya. Saat kau kembali, ingatlah untuk memberitahunya kalau
aku sudah menemukan Pasukan Iblis baru yang 'sesungguhnya' dan keempat
Jenderal Iblis, akan kuperkenalkan mereka padamu!"

"Eh?"

"Ah?"

"Eh?"

Satan tiba-tiba menyebutkan eksistensi yang tidak pernah didengar oleh Chiho,
Emi, dan Suzuno sebelumnya.

"Kau ingat Alsiel dan Lucifer kan? Selain mereka, masih ada Pahlawan Emilia.
Dia sangat handal dalam pertarungan, dan bahkan mungkin lebih kuat daripada
diriku."

"Hey!"

"Ini adalah penyelidik Crestia Bell. Dari Departemen Penyebaran Ajaran Luar
milik Gereja, seorang terpelajar resmi yang mengetahui semua sejarah di Ente
Isla."

"A-apa?"
"Mereka adalah mantan musuh yang sudah menggabungkan kekuatannya
denganku, selain itu, aku juga memiliki seorang sekretaris yang menjadi kunci
untuk menarik hati manusia, MgRonald Barista Sasaki Chiho. Orang-orang ini,
adalah keempat Jenderal untuk Pasukan Iblis baru yang aku bentuk."

""Lima orang!!""

Emi dan Suzuno berteriak bersamaan.

"Tidak, bukan itu!! Ke-kenapa aku harus menjadi Jenderal Iblis, hentikan
omong kosong ini!!"

"Aku tadinya penasaran dengan apa yang ingin kau katakan! Ini fitnah!
Benarkan, tarik kembali, minta maaf, lakukan Seppuku!!"

Membantah dengan seluruh kekuatan mereka, Emi dan Suzuno juga


memprotes Maou.

"Sebenarnya, apa-apaan MgRonald Barista itu? Bagaimana bisa kau membuat


Chiho semakin berada dalam keadaan bahaya...."

"Kau bilang Mgron Ald Ballista....?"

"Eh?"

"Eh?"

Pahlawan, Penyelidik, dan MgRonald Barista, meski Satan membuatnya


terdengar seolah mereka memiliki tingkatan yang sama, Farfarello tak
disangka bisa menerimanya, tidak hanya itu.....

"Mgron Ald Ballista... Raja Benteng Pemanah. Gadis itu adalah seorang
pemanah?"

"Ke-kenapa malah jadi seperti ini?"


Padahal itu hanya sertifikasi untuk pemahaman khusus terhadap produk
MgRonald, kenapa itu bisa disalahartikan menjadi nama aneh seperti itu? Emi
sama sekali tidak tahu alasan di balik semua ini.

"Jadi, aku seorang Jenderal Iblis ya...."

Mengabaikan sekeliling, Chiho yang sebenarnya sedang menyembunyikan


rasa sakitnya, saat ini terlihat bahagia sambil terus melakukan pengaktifan sihir
suci dan tersenyum seolah sedang bermimpi.

"Hey! Chiho-dono kenapa kau merasa senang begitu?"

Meskipun Suzuno membantahnya, sebenarnya dia tahu alasan untuk hal itu
lebih baik daripada Emi.

"Mgr on Ald.... Benteng dalam pelayanan Raja... Serius, seperti apa pemikiran
orang itu?"

Satan mendengarkan gumaman Suzuno dengan puas, dia kemudian dengan


angkuh berbicara pada Farfarello.

"Suatu hari, Pasukan Iblis baru yang aku pimpin akan menaklukan Dunia Iblis
dan seluruh dunia sekali lagi. Orang-orang ini bukan musuh kita, ingat itu!!"

"Hamba mengerti!!"

"Lupakan! Kami ini musuhmu."

Teriakan tragis Emi tidak bisa terdengar oleh Farfarello.

"Lalu....."

Setelah memastikan kalau Farfarello sudah berhasil diyakinkan, Maou


mengangguk sekali lagi, dan mengatakan,

"Kukembalikan benda ini padamu."

Maou mengambil bola sihir iblis tadi dari tanah, menggenggamnya dengan
kuku, dan menyuntikkan kekuatannya.
"Hah!!"

Mengikuti teriakan tersebut, tubuh Satan seketika diselimuti api hitam.

"Ma-maou-sama?"

Farfarello panik melihat hal itu, tapi di momen berikutnya,

".... Ambil ini!"

Dalam satu kedipan mata, Raja Iblis Satan yang memiliki kekuatan, aura, dan
tubuh yang besar, kembali berubah menjadi manusia, dan T-shirt yang dia
pakai, tidak hanya kerahnya, bahkan seluruh bagian bajunya menjadi longgar.

"Mungkin ini bisa sedikit terisi. Entah kau mau memakannya ataupun
membagikannya setelah kau kembali, itu semua terserah padamu."

Usai mengatakan hal itu, Maou melempar bola iblis tersebut ke arah Farfarello.

Meski bola sihir iblis itu terlihat seperti bola logam biasa, tapi sihir iblis yang
berada di dalamnya, adalah sihir iblis yang dihasilkan oleh Satan melalui sihir
suci.

"T-tapi Maou-sama....."

Satan berubah kembali ke wujud yang hanya bisa menampung sedikit sihir
iblis. Meskipun Farfarello berpikir kalau bukanlah ide yang bagus hidup tanpa
sihir iblis ketika sedang merencanakan penaklukan dunia....

"Kau sudah melihatnya sendiri kan? Kalau aku mau, aku bisa berubah
kapanpun semauku, ditambah lagi....."

Maou tersenyum kecut, dan menoleh ke arah Emi dan Suzuno yang marah
dengan wajah pucat,

"Orang-orang ini sangat menakutkan, kupikir lebih baik kalau aku terus
merendah untuk sementara ini."
Farfarello melihat para wanita yang berbaris di belakang Maou dan hanya bisa
terdiam,

"Ra~ja I~blis!!"

Setelah itu, orang-orang menakutkan tersebut mendekati Maou dengan nada


dan aura yang lebih mirip dengan Raja Iblis dibandingkan si Raja Iblis itu
sendiri.

"Raja Iblis!! Koreksi hal ini!! Lima orang tidak bisa dianggap empat Jenderal!"

"Apa itu penting, siapa coba yang peduli apakah itu Empat Jenderal atau
Delapan Pangeran, itu tidak beda jauh."

"Apa kau berencana menambah anggota lagi? Apa-apaan Delapan Pangeran?


Benar juga, ini bukan masalah jumlah...."

"Budaya baru yang dibawa kembali oleh Empat Jenderal dan Maou-sama....
Kali ini moral penduduk Dunia Iblis pasti akan meningkat pesat!"

"Bukankah sudah kubilang kalau ini bukan seperti itu?"

Teriakan tragis Emi dan Suzuno, anggapan Farfarello, Chiho yang menjadi
pusing karena pengaktifan sihir suci, suara Satan yang mencoba menenangkan
situasinya, semua itu menghiasai langit Shinjuku.

"Luar biasa, sangat luar biasa!"

Melihat kondisi Maou dan yang lainnya, yang menjadi kacau karena banyak
hal, hanya Iron lah yang merasa senang dan bertepuk tangan dengan takjub.
Lalu.....

"..... Apa yang kalian lakukan? Kalau kalian sudah tidak memerlukannya, aku
akan melepas barriernya."

Sariel yang datang untuk memeriksa keadaan karena sampai saat ini belum
terjadi pertarungan, menurunkan bahunya dengan lelah setelah melihat
pertengkaran yang dilakukan oleh orang-orang dari dunia lain tersebut.
XxxxX

"Seperti yang kukatakan! Aku bisa mengatakannya berapa kalipun kau minta!
Untuk menghindari bertambahnya jumlah musuh, akan lebih baik membuat
mereka berpikir kalau kalian itu sekutu!"

Teriakan Maou Sadao menggema melewati Shinjuku di bawah matahari


terbenam.

Setelah menunggu Maou kembali ke wujud manusianya, Emi dan Suzuno yang
menjadi sangat marah karena dijadikan Jenderal Iblis tanpa izin, membuat
Maou terduduk dalam posisi Seiza di bawah sinar matahari dan terus
mengomelinya.

Hal-hal yang Maou katakan pada Farfarello, menyebabkan dampak yang


begitu besar di hati semua orang, hal ini bahkan sampai pada poin di mana
omelan yang harusnya ditujukan pada Chiho karena memutuskan mencari
informasi dari Farfarello sendirian, menjadi tersingkir dari pikiran Emi dan
yang lainnya.

Dan salah satu hal yang membuat Emi semakin marah adalah, bahkan Chiho
pun juga diikutkan menjadi Jenderal Iblis.

Jika Farfarello yang kembali menggunakan 'gate' Iron, melapor pada


Barbariccia mengenai hal itu, Chiho pasti akan menjadi lebih dari sekedar
orang yang terlibat, dan menjadi seseorang yang berhubungan erat dengan Ente
Isla.

Selain kemungkinan munculnya faksi yang menganggap Chiho sebagai musuh,


mereka bahkan tidak berhasil mencapai tujuan mereka, oleh sebab itu dalam
perjalanan pulang, Emi terus saja membuat masalah dengan Maou.

Dan bantahan yang Maou berikan hanyalah teriakan seperti tadi.


"Kalau dia menjadi Jenderal Iblis, orang-orang biasa pasti tidak akan berani
menyerangnya. Lagipula, Aliansi Kesatria manusia bahkan tidak berani
melawan Barbariccia yang bukan seorang Jenderal Iblis, iya kan?"

"Bukan itu masalahnya! Dengan begini, Chiho mungkin bisa dianggap sebagai
musuh oleh orang-orang Ente Isla! Dan jika iblis lain saja kau abaikan,
sementara Chiho menjadi Jenderal Iblis, bukankah Chiho akan menjadi target
kecemburuan dan diserang?"

"Orang-orangku tidak sejahat itu."

"Jika ada iblis yang riang dan ceria, dari mana datangnya semua situasi ini?"

"Di mana matamu? Apa kau mau bilang kalau kepribadianku itu jahat? Para
manusia tidak mungkin akan mempercayai apa yang kami katakan, jika mereka
hanya memilih bagian yang menguntungkan bagi mereka dan melihat Chi-
chan sebagai orang jahat, maka itulah yang disebut jahat, iya kan?"

"Jika kau tidak jahat, maka kau hanyalah kepala otot yang tidak memikirkan
apa-apa! Tidak peduli bagaimana kau membenarkannya, fakta bahwa kau
membuat Chiho semakin berada dalam bahaya tidak akan berubah! Dasar iblis
bodoh!"

"Apa katamu?"

"Apa? Mau bertarung?"

"Serius.... berisik!"

Dalam perjalanan dari Gedung Metropolitan menuju Stasiun jalur baru Keio,
Maou dan Emi terus saling memaki tanpa henti, dan Suzuno yang sudah tidak
tahan lagi, berteriak dengan keras,

"Kejadian itu sudah berlalu, tidak ada gunanya bertengkar. Kita yang tidak bisa
membuat Farfarello dan Iron tetap berada di sini dan menyelesaikan
masalahnya, sudah kalah!"
"Suzu nee-chan, jangan marah!"

Alas Ramus yang digendong oleh Suzuno, menepuk pelan kepala Suzuno, dan
dengan sikap yang labil, Suzuno pun menampik tangan Alas Ramus.

Sebelum Iron dan Farfarello kembali, Alas Ramus lagi-lagi mengabaikan


kehendak Emi dan melompat keluar dari punggung Emi.

".... Iron."

"Alas Ramus.... lama tak jumpa."

"Yeah."

Dari percakapan mereka, Iron memanglah eksistensi yang dekat dengan Alas
Ramus.

"Iron, apa semuanya baik-baik saja?"

"Maafkan aku, aku tidak tahu. Tapi aku baik-baik saja."

"Yeah."

Hanya mengetahui hal ini saja, ekspresi Alas Ramus sudah menjadi ceria.

"Lain waktu, ayo main lagi, okay?"

"Yeah."

Pertemuan singkat dari kedua anak yang terlahir dari Sephira berakhir begitu
saja.

Sampai Iron membuka 'gate' dan meninggalkan Jepang bersama dengan


Farfarello, Alas Ramus terus memandangi mereka untuk mengantar kepergian
mereka.

Setelah itu, Emi mulai bercekcok dengan Maou, oleh karena itulah, tugas
menjaga Alas Ramus jatuh kepada Suzuno.
"Kita membiarkan Iron pulang tanpa bertanya tentang sejarahnya.....
sepertinya kalau itu sudah berhubungan dengan Chiho-dono, kalian pasti lupa
untuk berpikir."

".... Suzuno-san, apa kau memanggilku?"

Chiho yang berjalan di samping Suzuno dengan langkah ringan, sejak tadi terus
terlihat seperti orang bermimpi.

"Aku tidak memanggilmu Chiho-dono, pokoknya, jangan lupa kalau aku akan
mengomelimu ketika kita kembali nanti."

"... Baik...."

".... Serius, kenapa semua orang jadi seperti ini?"

Chiho yang merasa gembira semenjak meninggalkan Gedung Metropolitan,


tidak diketahui apakah dia mendengar kata-kata Suzuno atau tidak.

"Suzu nee-chan, jangan marah!"

"Alas Ramus, bukan begitu cara mengatakannya! Aku harus tenang dan
melihat situasinya dengan logis, atau orang lain tidak akan mau memikirkan
apa-apa...."

Suzuno mengeluh pada Alas Ramus dengan ekspresi serius di wajahnya.

"Tenang, melihat situasinya dengan logis?"

".... Benar, tapi tak akan ada gunanya, meskipun aku memberitahu Alas Ramus
semua ini."

Meski tidak mengerti kata-kata Suzuno, Alas Ramus masih berupaya untuk
mengulanginya, tapi dia tetap tidak tahu hal-hal yang tidak dia ketahui. Tidak
hanya itu.....

"Astaga, apa itu penting? Bagaimanapun, aku sudah berhasil berbaikan dengan
dewiku. Semuanya berakhir bahagia."
"Tidak adakah seseorang yang bisa membawa keseimbangan di hatiku..........?"

"Ahmm, Suzu nee-chan, jangan menakuti orang-orang."

Berdiri di atas tanah, Sariel yang merasa begitu senang, membuat kesimpulan
bak sebuah serangan pamungkas, hal ini akhirnya menghancurkan batas
kesabaran Suzuno, dan membuatnya berlari sambil menggendong Alas Ramus.

"Dia benar-benar kerepotan ya..."

"Menurutmu salah siapa itu?"

Menyaksikan punggung Suzuno saat dia berlari, Maou dengan egois


mengucapkan hal tersebut.

"Aku tidak seharusnya bilang begini, tapi kenapa kau memberikan sihir
iblismu pada Farfarello?"

"Apa? Kalau aku menyimpan sihir iblis yang bisa membuatku kembali menjadi
Raja Iblis kapanpun, apa kau akan melepaskanku?"

"Itulah kenapa aku bilang kalau aku tidak seharusnya mengatakan ini!"

Jawaban santai Maou, sekali lagi membuat Emi memulai pertengkaran


dengannya.

"... Huuh, jika aku ada di posisimu, aku yang berubah kembali menjadi Raja
Iblis dan tiba-tiba memulai penaklukan Jepang bersama Farfarello, pasti akan
memberimu alasan untuk membunuhku, mungkin hal seperti itu lebih kau
sukai."

"Ma-mana mungkin aku menantikan hal-hal semacam itu terjadi?"

"Itu maksudnya aku yang memulai penaklukan Jepang? Atau menemukan


alasan untuk membunuhku?"

"..... Apa kau ingin mencari-cari kesalahan bahasaku dan membuatku marah?"
"Ini balasan untukmu karena sudah tanpa henti mengomeliku secara sepihak
tadi."

Maou dengan sengaja tersenyum dengan berlebihan dan memperlihatkan gigi-


giginya. Sementara Emi, dia menggertakkan giginya dan mengalihkan
pandangannya.

"Huuh, tapi serius, ini semua disebabkan oleh Chi-chan."

Kedua orang itu menatap ke arah Chiho yang berada di belakang mereka dan
sedang terlihat bahagia.

"Setelah pernyataan terang-terangan tersebut, aku tidak akan sebodoh itu


melakukan hal-hal yang bisa membuatku bertengkar denganmu. Ah, masih ada
ini, akan kuberi bayaranmu sebelum aku lupa."

Sebelum Emi bisa mencerna apa yang Maou katakan dalam pikirannya, Maou
membuka uang kertas kusut senilai 1000 yen di hadapan Emi, dan merusak
suasana hatinya.

"Apa, kau tidak mau?"

"Memang tidak!"

"Apa?"

Emi menolak uang kertas 1000 yen itu tanpa ragu, membuat Maou hampir
menaruh hormat padanya.

"Jika aku menerima uangmu, maka hubunganku denganmu benar-benar akan


menjadi seperti bisnis. Kali ini, aku hanya membantumu menyelamatkan
Chiho. Jangan salah paham."

"A-aku tidak berpikir sejauh itu... Ji-jika kau memang tidak mau menerimanya,
aku akan menyimpannya. Tidak masalah kan?"
Dengan kurangnya rasa malu sampai-sampai sulit dibayangkan kalau
sebelumnya dia sudah menjelaskan masa depan Dunia Iblis dengan tegas,
Maou menyimpan kembali uang 1000 yen tersebut.

"Oh iya, hal-hal yang kita dengar melalui Idea Link Chiho tadi, kita harus
merahasiakannya dari dia."

"Hah? Kenapa?"

Karena dompetnya terlalu penuh, Maou tidak bisa mengembalikan uang 1000
yen tersebut dengan mulus, dan uang tersebut terlihat semakin menyedihkan.

".... Kurasa dia juga tidak ingin kita mengetahuinya, dan...."

".... Dan?"

Emi mulai tergagap, dia memicingkan matanya yang berkilau di bawah sinar
matahari sore dengan tidak nyaman, lantas mengalihkan pandangannya untuk
menatap ke arah Maou dan Chiho secara bergantian.

"....rasanya, aku ingin menerimanya seperti itu, meskipun menjengkelkan."

"Hah? Apa katamu?"

Emi menggumam pada dirinya sendiri, jadi suaranya segera tenggelam oleh
suara kendaraan yang berlalu-lalang di Shinjuku-Nishiguchi, dan tidak dapat
mencapai telinga Maou sama sekali.

".... Bukan apa-apa. Pokoknya jangan beritahu Chiho. Paham?"

"O-okay.... Meski aku benar-benar tidak mengerti..."

Meski sikap Emi kembali seperti sebelumnya, dia terlihat seperti tidak bisa
melepaskan beberapa hal, Maou yang mengangguk dengan jujur meskipun
tidak benar-benar mengerti.....

"Ah, benar, Chi-chan, Chi-chan."

....tiba-tiba menoleh seolah mengingat sesuatu.


".... Ya... eh, ah, ya?"

Setelah dipanggil oleh Maou, Chiho yang pikirannya melayang entah ke mana,
secara refleks menegapkan tubuhnya.

"Huuh, omelannya bisa menunggu nanti, aku mau mengambil jalan memutar,
apa kau mau ikut?"

"Jalan memutar?"

"Kau mau pergi ke mana?"

Di titik ini, Chiho tidak boleh berada dalam bahaya lagi. Tergantung lokasinya,
Emi secara mental sudah siap untuk memaksa ikut.

"Benar, akan kuberitahu kau juga. Chi-chan, aku dengar hari ulang tahunmu
sudah dekat. Kapan hari ulang tahunmu?"

Ekspresi Emi dan Chiho membeku.

"Ulang... tahun?"

"Ah, erhm.... yeah, itu di bulan September, tanggal 10 September."

Jawab Chiho dengan jujur.

"Meski aku sudah memikirkannya sebelumnya, bahkan aku, sebagai seorang


Raja Iblis pun tiba-tiba memikirkan hadiah apa yang akan kuberikan. Aku tidak
bisa menyiapkan apa yang Chi-chan sukai, kupikir jika sudah seperti ini, akan
lebih cepat kalau aku bertanya pada orangnya langsung, dan itu pasti lebih
reliabel."

Kata-kata Maou bisa dibilang terlalu jujur bahkan dalam ukuran standar
kejujuran, tapi dari sudut pandang Emi, sulit membayangkan kalau seorang
Raja Iblis akan memahami konsep perayaan ulang tahun seperti itu.

"Sampai sekarang aku masih tidak tahu apa yang kau sukai, tapi rasanya
seleramu tidak akan sama dengan selera kecewek-cewekan Emi."
"Si-siapa yang kecewek-cewekan?"

"Itu kecewek-cewekan kan? Bahkan di usiamu, kau masih menggunakan


dompet Rilakkuma."

"I-itu lebih baik daripada dompet yang kau beli di toko 100 yen. Dan pada
dasarnya, usiaku yang sebenarnya hanya berbeda satu tahun dari Chiho."

"Ah~ ngomong-ngomong, kupikir kau sudah tahu kalau aku tidak bisa
membeli sesuatu yang terlalu mahal, tapi, apa kau mau sesuatu yang mirip?"

Kata-kata Maou bisa dibilang terlalu blak-blakan bahkan dalam ukuran standar
blak-blakan, dan ini bukan seperti saat dia sedang memastikan pesanan
MgRonald.

Chiho sesaat menatap wajah Maou,

"Mungkin aku sudah menerimanya."

Dan mengatakan hal tersebut sambil tersenyum.

"Begitukah... Uh, eh? Apa aku sudah memberikan sesuatu padamu?"

"Aku sudah menerimanya kau tahu? Dan mungkin itu adalah hal yang paling
penting untukku saat ini."

"Hm? A-apa itu? Hm?"

Karena Maou sama sekali tidak punya petunjuk mengenai hal itu, dia
memiringkan kepalanya dan berpikir,

"Eh? Sebenarnya apa itu?"

Maou yang terlihat tidak bisa memikirkan jawabannya, menengadah dengan


kurang puas, Chiho hanya memperlihatkan senyum misterius dan berjalan
dengan langkah kecil.

"..... Serius... aku harus bilang kalau kalian terlalu ragu-ragu, apa mereka yang
terlalu santai ya."
"Eh? Apa Emi tahu jawabannya?"

"... Aku tidak mau tahu."

"A-apa-apaan itu?"

"Heh heh heh, ini rahasia sampai kau berhasil mengetahuinya."

Chiho menekankan jari pada bibirnya, nampaknya dia memang tidak


berencana memberitahukan jawabannya.

"Ah benar juga! Seingatku Yusa-san memiliki hari ulang tahun di musim gugur
juga kan?"

"Aku?"

Chiho tiba-tiba mengalihkan topiknya pada Emi, dan membuat Emi berkedip
bingung.

"Benarkah?"

"Rasanya Suzuno-san pernah menyebutkan hal itu sebelumnya..."

"....."

Emi melihat ke arah Maou dengan tidak senang dan mengangguk enggan.

"Ulang tahunku memang di awal musim gugur di Benua Barat, tapi aku tidak
tahu kapan itu kalau di Jepang, dan itu tidak terlalu penting."

"Eh~ ini kesempatan yang sangat langka, ayo bertukar hadiah!"

Chiho menarik lengan Emi dan mulai membayangkan berbagai rencana


bahagia.

"He-hentikan, itu merepotkan."

Menanggapi ajakan Chiho yang dipenuhi dengan semangat gadis SMA, Emi
menolaknya dengan bijaksana sembari tersipu.
"Meski kita tidak melakukan ini, tapi aku punya banyak hal yang harus
kuucapkan terima kasih. Dan Maou-san juga sudah banyak dibantu oleh Yusa-
san, jika dia tidak membalasnya sekali-kali, dia mungkin akan benar-benar
terbunuh."

"Chiho, hey...."

Emi merasa gelisah karena tidak tahu betapa seriusnya Chiho.

".... Benar juga. Kalau dipiki-pikir, aku memang berhutang banyak."

"Jangan menganggapnya serius. Dan juga, aku paling tidak ingin melihatmu
berpikir seperti itu, hentikan omong kosong ini!"

Jika Maou benar-benar terpengaruh oleh hasutan Chiho, dan membelikan


produk Rilakkuma untuk Emi, Emi mungkin akan mulai membenci Rilakkuma
saat itu juga.

"Tapi, kau mungkin tidak mengharapkan apapun dariku, kan?"

"Tentu saja, jadi berhenti berpikir seperti itu...."

"Lalu, bagaimana kalau ini."

"Eh?"

Maou tiba-tiba memukul telapak tangannya, membuat Emi merasakan firasat


buruk.

"Bukankah aku sudah mengangkatmu sebagai Jenderal Iblis tadi?"

"Kalau kau bersedia membatalkannya sebagai bentuk hadiah, aku mungkin


akan mempertimbangkannya."

"Hal ini tidak bisa dilakukan di hadapan Farfarello. Jadi Emi, agar bisa
menyaksikan apa yang aku lakukan, ikutlah denganku!"

Waktu terasa berhenti.


""Eh??""

Ucap Chiho dan Emi secara bersamaan dengan suara kaku.

"Kau saat ini sedang bimbang apakah harus memperlakukanku sebagai musuh
seperti sebelumnya kan? Kalau begitu, kau bisa melihat secara detail apakah
aku adalah musuhmu atau bukan mulai saat ini. Karena kau adalah seorang
Jenderal Iblis, kau bisa membunuhku kapanpun dari belakang. Tentu saja, aku
tidak berencana membiarkan diriku terbunuh semudah itu, tapi jika kau masih
tidak puas dengan apa yang kulakukan setelah ini, pada saat itu juga, ayo kita
bertarung dengan identitas kita sebagai Raja Iblis dan Pahlawan. Bagaimana
menurutmu?"

"Bagaimana menurutku ya...."

"Ayo kita memulai sesuatu yang baru. Aku akan menggunakan tindakanku
untuk membuktikan kalau aku bukanlah Raja Iblis yang kau bayangkan. Dan
Chi-chan juga bilang kalau dia ingin tahu apa motifku menaklukan dunia. Aku
akan memberitahumu semuanya, kalau kau masih tidak puas, maka kita bisa
bertarung. Jadi...."

Maou, dengan senyum yang sangat angkuh seolah sudah memikirkan sebuah
ide yang sempurna, berbicara pada Emi,

"Pahlawan Emilia, jika kau ingin menenangkan pikiranmu, maka ikutlah


denganku. Aku pasti akan menunjukkan padamu dunia yang baru dalam proses
penaklukan dunia."

Chiho dan Emi mematung.

Sementara Sariel yang menyaksikan momen mematung ini dari sudut pandang
orang luar....

"Hm, sepertinya kau memang bisa berbicara kapanpun kau mau."

.....benar-benar menaruh rasa hormat pada kata-kata Maou.


Lalu~~

"~~~Ugh!!"

"Eh? Eh? Eh?"

Wajah Emi memerah dengan cepat seperti kayu disiram bensin.

Suzuno yang sebelumnya sudah sampai di stasiun, merasa bingung karena Alas
Ramus tiba-tiba menghilang dari tangannya, dan di saat yang sama, tangan Emi
sudah memegang 'Evolving Holy Sword, One Wing' yang memiliki kekuatan
tak tertandingi.

"H-hey, Emi? I-ini tempat umum!"

"Heavenly Fang!!"

Emi mengarahkannya pada Maou dan mengeksekusi skill pedang suci dengan
serius.

Terkena serangan angin tanpa ampun, tubuh ringan Maou, tidak seperti tubuh
Satan, menghantam pohon yang ada di trotoar dan jatuh di semak-semak yang
ada di pinggir jalan.

"Aaapppaaaa kkkaaauuuu tttaaauuu aaapppaaa yyyaaanngg ssuuuddaahh


kkkauuu kkaattaakkann?"
Bahkan Emi sendiri tidak tahu apa yang dia ucapkan, Maou malah lebih
bingung lagi menanggapi situasi ini.

"Idiot!! Dasar idiot!! Sudah cukup!! Kau adalah musuhku!! Kau benar-benar
musuhku!! Menjadi gelisah karenanya, aku memang benar-benar bodoh!! C-
coba saja katakan sesuatu yang aneh lagi lain kali! Tidak peduli Alas Ramus
ataupun Chiho, di saat itu juga, a-a-aku pasti akan memenggal kepalamu. K-
kau...."

Emi berkaca-kaca, dan dengan perasaan yang bercampur aduk, dia berbicara
dengan wajah merah padam.

"Dasar bodoh!!"

Lalu dengan kecepatan yang melebihi Suzuno, dia berlari tanpa ragu.

"A-apa-apaan itu?"

Maou yang berusaha bangkit dari semak-semak, menjadi sangat kaget karena
dia tidak mengerti situasinya, dan kali ini, sebuah bayangan menutupi
wajahnya.

"Chi Chi-chan, bantu aku.... eh?"

Chiho, dengan membelakangi matahari sore dan menghadap ke arah Maou,


tidak memegang tangan Maou yang terulur, melainkan kerah bajunya.

"Chi-chan?"

"Maou-san, traktir aku kue."

"Eh?"

"Bukankah kau mau merayakan ulang tahunku? Kalau begitu, traktir aku kue,
sekarang juga!!"

"Ah! Er, erhm, kenapa Chi-chan terlihat sedikit marah...?"

"Entahlah!"
"Er, erhm, Chi-chan, aku bisa berjalan sendiri, tolong lepaskan kerahku,
erhm...."

Raja Iblis ditarik oleh seorang gadis SMA kembali menuju ke jalan di mana
tadi mereka datang.

Ketika berpikir kalau Maou akan membeli beberapa makanan penutup khas
orang barat berkualitas tinggi di toko daerah Shinjuku, Sariel yang ditinggal
sendirian, menunjukkan sebuah senyum kecut.

"Perasaan harmonis adalah sesuatu yang bagus. Kalau begitu, aku juga akan
pergi makan malam. Pertama ayo kita kunjungi MdCafe!!"

"Apa yang terjadi...."

Maou menengadah ke arah langit sore ketika dia ditarik oleh Chiho.

Meskipun dia tidak tahu kenapa wajah Emi memerah dan kenapa Chiho marah,
tapi....

"Andai dia bisa menunjukkan ekspresi seperti itu dengan normal, dia pasti akan
menjadi sedikit lebih manis."

Ketika Maou memikirkan Emi yang tersipu dengan matanya yang berair, dia
tersenyum sendiri.

"Apa kau mengatakan sesuatu?"

"Tidak sama sekali."

Meski Maou tidak tahu alasannya, tapi dia tahu kalau dia tidak boleh terus
menyalakan amarah Chiho, jadi dia menyerah untuk memikirkannya.

Dan juga, ketika Chiho menatap balik, telinganya terlihat memerah.

"Meski ini sedikit berbeda dari apa yang kubayangkan.... Sesuatu seperti
mimpi memang tidak harus selalu hal-hal yang menyenangkan, dan tentunya
juga sulit ditemukan."
Maou yang terus ditarik oleh Chiho, berbicara dengan lembut sambil menatap
langit sore di kota Tokyo yang berwarna kemerahan.

Kisaki yang terjebak dalam mimpinya, namun berhasil menghindari restoran


yang bermasalah di saat-saat terakhir.

Jika Sariel ingin hubungannya dengan Kisaki berkembang seperti yang dia
harapkan, dia pasti juga akan menghadapi kesulitan di masa depan nanti.

Meskipun Alas Ramus sangat jarang bertemu dengan temannya, mereka hanya
bisa menghabiskan waktu yang amat singkat bersama.

Ashiya mungkin akan menghela napas karena Maou menyerahkan sihir


iblisnya, sementara Urushihara, dia selalu terlihat tidak puas.

Suzuno, Chiho, dan Emi, untuk merubah keadaan saat ini yang tidak sesuai
dengan apa yang mereka harapkan, terus melangkah maju meskipun mereka
menabrak dinding.

Dan Maou pun juga sama...

----

"Huuh, kurasa, hanya 3 jam latihan seharusnya tidak akan cukup untuk
mengejar Kisaki-san."

Memang kursus MgRonald Barrista sangat berarti, tapi untuk memperoleh


pengetahuan yang cukup untuk mengejar kemampuan Kisaki yang bercita-cita
menjadi barman, maka sebuah langkah baru menuju tema yang baru juga harus
diambil.

Meskipun langkah itu sangat kecil sampai-sampai dia tidak bisa merasakannya,
tapi Maou dan orang-orang yang ada di sekitarnya pasti selangkah lebih dekat
dengan mimpi mereka dibandingkan kemarin.

Walau Tokyo di sore hari masih sangat panas, tapi warna langit mulai
menunjukkan tanda-tanda musim gugur.
"Tergantung bagaimana melihatnya, warna merah ternyata tidak seburuk itu
ya...."

Maou mengangkat kepalanya menatap langit dan memikirkan hal tersebut.

"Aku ingin makan kue dengan banyak stroberi di atasnya."

"Di-di musim seperti ini, stroberi itu sangat mahal kan? Erhm, le-lebih baik
kita tidak memilih sesuatu yang terlalu mahal...."

Pada akhirnya, entah itu Raja Iblis, Pahlawan, iblis, malaikat, ataupun manusia,
hati semua orang, tujuan mereka, dan bahkan jalan mereka menuju ke rumah,
semuanya memang seperti ini, berpencar dan sedikit berbeda-beda.
Final Chapter

Selain Kisaki, dinding di sudut konter MdCafe sekarang memiliki dua


sertifikasi MgRonald Barrista yang baru, menunjukkan kalau ada karyawan
lain yang sudah berpengalaman dalam menu MdCafe.

Meskipun penjelasan sertifikasi itu sebagian besar tertulis dalam bahasa


Inggris, di atas latar belakang merah dari gambar yang mewakili MgRonald,
terdapat kata-kata berwarna putih keemasan yang menunjukkan kalau orang
tersebut sudah mengikuti kursus dan dibingkai sehingga membuatnya terlihat
sangat rapi.

Nama yang tercetak di atasnya, tentu saja 'SADAO MAOU' dan 'SASAKI
CHIHO'.

"Wow, kesempatan yang langka, kenapa kita tidak mentraktir Yusa-san dan
yang lainnya untuk melihat seberapa besar kemampuanmu sudah meningkat?"

Kisaki menepati janjinya mengundang Emi dan yang lainnya untuk meminum
Cafe au Lait, tapi karena Maou dan Chiho kebetulan juga bekerja di hari itu,
akhirnya Kisaki menyarankan hal tersebut.

"Tepat seperti yang kuinginkan!"

"Meski begitu.... Aku masih tidak percaya diri."

"A-apa ini tidak apa-apa?"

Mata Maou berbinar-binar menanggapi tantangan Kisaki, sementara Chiho


terlihat sedikit terintimidasi.

Sementara Emi dan Suzuno yang datang ke sini bersama, merasa sedikit tidak
enak karena saran Kisaki.

"Kami sudah setuju untuk mentraktir kalian berdua, dan Maou juga ingin
membalas kekalahannya pagi ini."
"Kekalahan pagi ini?"

"Ashiya-san dan Urushihara-san nampaknya sudah datang pagi ini."

Chiho menjawab pertanyaan Emi dengan sebuah senyum kecut.

"Meskipun Maou-san dan Kisaki-san membuat jenis kopi yang sama untuk
mereka cicipi dan membandingkannya....".

"Bahkan Urushihara bisa membedakannya, menjengkelkan sekali."

Melihat penyesalan Maou, Kisaki menjawab dengan sebuah senyum kecut.

"Kopimu sudah menciptakan rasa aman melalui pemahaman biji kopi


MgRonald, bukankah itu hal yang patut dibanggakan?"

"Tapi Ashiya dan Urushihara bilang kalau kopi Kisaki-san terasa lebih enak...."

"Itu karena Ashiya-san terlihat sangat lelah, jadi aku membuat sesuatu yang
lebih pahit dan lebih berat agar dia bisa santai. Sementara Urushihara-san, dia
terlihat seperti orang yang tidak biasa minum kopi, jadi untuk mengurangi
rangsangannya, aku mengatur konsentrasi kopi yang menyerupai standar kopi
Amerika."

"......"

Meski teman sekamar Maou bukanlah pelanggan reguler, Kisaki masih bisa
menebak selera mereka berdua sekaligus, kali ini Maou tidak bisa berkata apa-
apa lagi.

"Tapi aku juga sedikit licik. Bagaimanapun, aku melakukan hal ini untuk
membuat mereka melihat kemampuan dari teman sekamar mereka, sehingga
mereka berdua bisa sedikit tenang."

"Sepertinya, bahkan sebelum kita mencicipinya, kemenangan sudah bisa


ditentukan."

Nada Suzuno yang terdengar mengejek, membuat Maou semakin termotivasi.


"Lihat saja nanti!!"

"Jangan terlalu bersemangat, buat kopinya santai saja."

Setelah membuat kopi mereka, Maou, Kisaki, dan Chiho menuangkan kopi
mereka ke dalam cangkir kecil yang digunakan untuk espresso, dan
meletakkannya di depan Emi dan Suzuno.

Emi dan Suzuno membandingkan ketiga cangkir di depan mereka, dan


menyesap kopinya dari setiap cangkir.

".... Dari kiri, ini seharusnya milik Chiho-dono, Manajer-dono, dan Sadao-
dono, benar?"

"Aku juga merasa kalau cangkir yang di tengah adalah buatan manajer, tapi.....
kedua cangkir yang lain terasa seperti tidak ada banyak perbedaan."

"Ugh....."

"Kita memang tidak akan bisa menang."

Maou mengerang, dan Chiho menunjukkan sebuah senyum kecut. Seperti apa
yang Emi dan Suzuno katakan, cangkir yang di tengah adalah kopi yang dibuat
oleh Kisaki.

"Meski begitu, membuat pelanggan merasa kalau tidak ada perbedaan besar
dalam segi kualitas itu juga sudah patut dipuji. Ini artinya kemampuanmu
sudah meningkat. Yusa-san, Kamazuki-san, maafkan aku, pada akhirnya
kalian berdua harus menghibur pertunjukan tambahan kami. Silakan bersantai
dulu, meski kami harus kembali bekerja, kami pasti akan menyajikan makanan
yang lebih pantas nanti."

Dengan perintah Kisaki, Maou dengan enggan kembali bekerja, sementara


untuk Chiho, sebelum pergi meninggalkan mereka berdua, dia tidak lupa untuk
membungkuk ke arah keduanya.
Emi memandang ketiga pegawai itu dari kejauhan, kemudian dia mengalihkan
pandangannya ke arah tiga cangkir kopi yang ada di hadapannya.

"Jika aku harus jujur, ini sudah bisa dianggap enak, menyebalkan sekali."

"Alsiel juga sama sih, tapi tak disangka orang-orang ini juga sangat handal."

Suzuno tersenyum kecut mendengar kata-kata Emi yang berputar-putar.

"Jadi, angin macam apa yang tiba-tiba membuatmu ingin datang ke


MgRonald?"

Suzuno mengajak Emi keluar, dan memintanya datang bersama untuk melihat
Maou dan Chiho bekerja, meski Emi juga ikut menikmatinya dan meminum
kopi, dia masih tidak tahu alasan Suzuno mengajaknya.

"Bukankah sudah kukatakan di awal tadi? Aku hanya ingin melihat Raja Iblis
dan Chiho-dono bekerja."

"Kau serius?"

"Ya, tentu saja aku serius. Terutama....."

Suzuno mengambil cangkir kopi yang ada di tengah.

"Aku ingin melihat mereka ketika bekerja di bawah Kisaki."

"..... Apa maksudnya itu?"

Emi melirik ke arah mereka bertiga yang sedang melayani pelanggan, dan
bertanya pada Suzuno di saat yang sama.

"Pada akhirnya, tidak ada yang jelas kan? Mengenai alasan kenapa Raja Iblis
ingin menaklukan dunia."

"....."

Topik pembicaraan yang tiba-tiba dimulai oleh Suzuno, membuat Emi menjadi
terdiam.
"Ada apa? Wajahmu sedikit memerah? Apa kau ingin duduk di tempat yang
mataharinya tidak terlalu terik?"

"A-aku baik-baik saja."

Emi teringat kejadian saat mereka kembali dari Gedung Metropolitan dan
secara refleks menyentuh pipinya ketika ditunjuk oleh Suzuno.

Kapanpun dia mengingat kejadian di hari itu, sebuah perasaan aneh yang tidak
bisa dijelaskan akan mulai membuat kekacauan di hati Emi.

"Meski tidak ada banyak hal yang bisa dipastikan dari mereka saat ini, tapi
sepertinya Raja Iblis benar-benar menghormati Manajer Kisaki dari dalam
lubuk hatinya. Pendapat bahwa setiap orang pasti memiliki seseorang yang
membuat mereka tidak berani mengangkat kepalanya, sepertinya tidak
sepenuhnya bohong."

"Jadi, apa yang ingin kau katakan?"

Suzuno yang kata-katanya sulit dipahami, setelah melirik ke arah Maou dan
yang lainnya, dia mengeluarkan sesuatu dari dalam lengan bajunya dan
meletakkannya di atas meja.

"Ini.... pecahan senjata milik Tentara Surga yang kau hancurkan, kan?"

Itu adalah sebuah pecahan logam yang ditempa dengan keahlian menempa
yang kurang terlatih.

"Anggota dari para Tentara Surga adalah penduduk Ente Isla, dan bahkan
malaikat pun nampaknya juga hanya manusia."

"Hm....?"

"Setiap orang pasti memiliki seseorang yang membuat mereka tidak berani
mengangkat kepalanya. Dari apa yang kuketahui, hanya ada satu makhluk yang
mengucapkan kalimat tersebut."

"Bell.... Apa kau....."


"Meskipun kita tahu hal ini, Raja Iblis, Alsiel, dan Lucifer tetaplah musuh kita.
Tapi..... Sebagai seseorang yang melihat kehidupan mereka di Jepang, kita
harus memikirkan arti mengenai hal ini."

Malaikat yang logikanya merupakan makhluk supranatural, sebenarnya


hanyalah manusia.

Kalau begitu,

Hanya ada satu jawaban yang bisa menjawab pertanyaan yang terlontar dari
mulut Suzuno. Bagi Emi, tidak, bagi seluruh penduduk Ente Isla yang diserang
oleh Pasukan Iblis, jawaban ini sama saja seperti 'Godaan Setan'.

Namun, meski begitu, Yusa Emi dan Kamazuki Suzuno sudah tidak bisa
menghindari jawaban dari pertanyaan tersebut.

"Sebenarnya, apa 'Iblis' itu..... Bagaimana menurutmu?"

---Selesai---
Catatan Pengarang

Aku rasa di dunia ini memang ada sejumlah orang yang merasa kalau kopi itu
adalah bagian penting dalam kehidupan sehari-hari mereka. Meski aku
mengatakan hal itu, Wagahara sendiri juga merupakan seorang penyuka kopi,
ketika aku bekerja dengan semangat di mejaku, pasti ada secangkir kopi di
sampingku.

Tapi aku tidak punya filosofi apapun seperti 'kopi yang enak itu harus seperti
ini!!', entah itu kopi instan, ataupun kopi kaleng, pendirianku sudah cukup
selama aku bisa merasakan rasa yang pas ketika aku meminum kopi. Tapi aku
tidak akan pernah melupakan momen menyentuh di mana aku menemukan
kopi yang rasanya benar-benar sesuai dengan seleraku.

Alasan kenapa aku memikirkan cerita ini, salah satunya adalah di titik balik
saat aku sedang berada di suatu kedai dan meminum kopi yang membuat
seseorang berpikir 'hitam seperti iblis, mendidih seperti neraka, murni seperti
malaikat, dan manis seperti cinta', sebuah pepatah terkenal yang dikatakan oleh
politikus Talleyrand-Perigord selama Revolusi Perancis. Meskipun ada kata
iblis dan malaikat di sana, karena orang yang mengatakan ini adalah Talleyrand
dan bukan Wagahara, maka tidak ada arti khusus apapun dalam hal ini.

Apa yang perlu disesalkan jika aku mengunjungi kedai itu adalah, aku perlu
mengemudi selama 2 jam melewati jalan tol, jadi aku tidak punya pilihan lain,
dan hanya bisa terus bekerja....

Baik, meskipun kupikir aku tidak perlu lagi menjelaskan kepada para pembaca
yang secara khusus membeli buku ini, tapi..... setelah dua tahun penerbitan
'Hataraku Maou-Sama', terdapat sebuah keputusan untuk menganimasikan
cerita ini.

Ketika aku mendapatkan pemberitahuan ini dari editor yang sedang bertugas,
aku benar-benar hampir menyemburkan kopiku.
Dua tahun lalu, 029-sensei yang sangat berjasa bagiku, menghadiahkan
gambar yang lebih realistis pada naskah volume pertama, satu tahun yang lalu,
aku merepotkan Hiiragi Akio-sensei dan Mishima-sensei untuk menggambar
manga dari seri ini, setiap kali kreator yang berbeda membawakan pesona baru
pada seri ini dengan sudut pandang yang baru, hal itu sangat menguntungkan
bagiku.

Animasi kali ini, memberikan kesempatan lain padaku untuk mengevaluasi


kembali dunia yang aku ciptakan, dan menemukan kembali pesona di
dalamnya.

Aku harap bisa membawa kembali pengalaman ini ke karya aslinya dan
menambahkan pesona baru ke dalam seri, agar bisa membalas jasa para
pembaca yang selalu mendukung seri ini.

Entah menjadi anime ataupun proyek lain, tema kali ini tetap menggambarkan
Raja Iblis yang memiliki kehidupan hemat, Pahlawan, dan gadis SMA, sebuah
cerita kehidupan yang terus bergerak maju.

Akan tetapi, meskipun latihan sudah dilakukan di pemandian yang sebenarnya,


kekuatan dari mantra itu tidak akan pernah terbangun, aku harap semuanya
bisa mengerti hal ini.

Kalau begitu, sampai jumpa di volume berikutnya!

Anda mungkin juga menyukai