Anda di halaman 1dari 1

☰ Menu

visual diary of nothing.

temaram #1
by lostmycult

T
iga pagi di bantaran kali di
bawah aram temaram bulan
yang tertutup awan gelap dan
di tengah sayatan dingin nya malam
setengah pagi. Berada di sudut kota
yang konon katanya kota paling sibuk
di daerah pesisir Jawa bagian timur itu.
Ku berjalan tiada arah dan tujuan.
Mengarungi plengsengan sungai kecil
sembari menghisap sebatang rokok.
Sambil memandang cerahnya lampu
dari tiap celah jendela kamar di
aparteman seberang yang megah dan
gagah bak Raja pada kerajaan di tanah
Jawa dahulu.

Coba tebak angin macam apa dan dari


mana yang membawa ku kemari ? Ya
betul sekali, apalagi kalau bukan
karena masalah pekerjaan yang
memuakkan di kantor. Klise sekali
bukan? Ya begitulah, tetapi memang
begitu adanya cara kerja hidup yang
brengsek dan juga singkat ini bukan?
Apalagi untuk seseorang yang lahir
dari keluarga yang bukan berada dan
strata sosial yang bisa dikatakan
rendah ini.

Sampai tatapan mataku tak sengaja


terhenti pada seorang pria di tepian
sungai. Nampak paruh baya yang
terpangku lesuh menatap kosong
sungai coklat itu. Tak jarang popok
melintasi sungai melewati pandangan
mata kecil pria yang berambut pendek
dan sedikit bergelombang. Ya bisa
dikatakan ia cukup kecil kalau
dibandingkan teman sebaya nya.

Ada kira-kira satu menit kupandang


dari kejauhan, diayunkan kaki imut
nya yang memakai sepatu kulit
docmart dengan celana kain ala bocah
post-punk pertengahan 70an. Terlihat
sedang mendengarkan lagu dari
walkman jadul yang disambungkan
melalui headset di telinga pria tersebut.
Tak lama ia mengeluarkan bungkusan
dari celana kainnya, mengeluarkan
kertas papir dan memulai melinting
sesuatu. Sampai akhirnya terhirup lah
asap itu sampai ke tempat ku berdiri.
Ya, itu bau khas ganja.

“Mungkin ia salah memasukan tujuan


pada waktu memasuki mesin waktu
dan terjebak di era yang salah” batinku
waktu itu. Sembari menghisap
sebatang rokok yang tak kunjung habis
masih saja kupandangi pria yang
kusimpulkan malang nan melankolis.
Setelah itu kulihat ia mulai
merebahkan badan nya di tepi
coklatnya sungai dan melankoli nya
malam. Dan mulai menatap ke arah
langit yg mulai meneteskan rinai.

“Ah drama apa lagi ini” aku merasakan


romansa kegelapan yang bersatu
dengan kelabu yang tak berujung pada
gestur nya yang cilik. Tiba-tiba sambil
rebahan dia menoleh ke arah ku dan
berteriak “hey apakah kamu tidak letih
daritadi menguntit ku ?”Ternyata dari
tadi si pria tersebut menyadari
keberadaanku.

“Aku hanya mencari angin dan


kebetulan lewat sini” sahutku sambil
berteriak dari kejauhan agar mengelak
pernyataan pria tersebut. Lalu ku
langkahkan kaki ku ini menuju
pinggiran menghampiri pria tersebut
dan duduk di sebelahnya.

“Masalah apa yang membawamu ke


tempat ini ?” Tanya dia, yang matanya
kulihat sudah sangat merah tersebut.

“Tidak, aku hanya ingin melihat-lihat


sekitar dan mencari angin” tak lama ia
meberikan satu headset yang
tersambung dari walkman ditelinganya
dan membagikan kepadaku.

“Lagu macam apa ini?” Batinku.

Menurutku musiknya terlalu


experimental dan terlalu gelap pada
setiap jengkal liriknya walaupun aku
tak sebegitu paham tentang musik.

“Bagaimana menurutmu?”

“Marah dan depresi”

Tak lama ia membakar lintingan tadi


dan memberikan nya padaku. Lalu
mulailah kembali pada pertanyaan
angin macam apa yang membawa jiwa
yang kosong ini ke tempat ini. Udara
saat itu seperti setumpuk jarum yang
menusuk leherku secara teratur tetapi
sangat dalam menancap.

“Aku kehilangan jati diri ku sebagai


manusia seutuhnya, kalau kau?”
Kataku lirih. Bukan karna efek thc
yang baru kuhisap bersama kawan
baru ku ini.

Tetapi karna malu atas pencapaian


hidup macam apa yang aku cari di
kehidupan serba modern ini. Kadang
pernyataan jean-francois lyotard yang
mengatakan bahwa modernisme
sepenuhnya bertanggung jawab penuh
atas kehancurnan martabat manusia
itu memang benar adanya.

“Hahahahaha” dia hanya tertawa dan


tiba-tiba diam sejenak lalu berkata

“Tapi dengar , tak perlu kau gelisah


begitu. Semua manusia sekarang
memang berlomba-lomba menjual
hidupnya.”

“Aku lelah menjalani hidup seperti ini.”

“Loncat saja ke sungai itu aku tak akan


menghalangi.”

“Bagaimana denganmu, apa yang


membuatmu datang kemari ?” Tanda
tanya besar itu masih ada di kepalaku
yang tertuju kepada bocah yang kukira
menyedihkan ini.

“Aku sering kemari untuk melihat


banner yang terpampang di gedung
sebelah apartemen itu.” Jawabnya
sedikit tertawa tapi serius.

Lalu ku pakai kacamata kecil ku agar


terlihat dikarenakan mata butut ku ini
mulai menua dan tidak bisa sefokus
sewaktu masih di bangku sekolah.

Ternyata terpampang besar di


samping gedung yang masih dibangun
itu yang bertuliskan “tiada hari tanpa
cor”.

“Ya , lantas kenapa dengan banner


tersebut? Apa ada yang salah ?”
Semakin antusias ku terhadap pria
berperawakan kecil ini.

“Ya tidak, hanya saja aku tertarik”

Ya aku mudah menyimpulkan bahwa


yang dimaksud adalah re!eksi diri atas
kemunduran peradaban yang sudah
terlampau muram ini. Ia bukan lari
dari kenyataan yang ia hadapi, ia juga
bukan kabur dari kepalsuan yang ia
temui. Ya untuk obrolan singkat
dengan orang baru, ia terkesan marah
dan murka tapi realistis. Semakin
menarik untuk didalami.

Tapi tak terasa jam sudah menunjukan


5 pagi. Sedih rasanya harus menutup
percakapan yang dalamhanya
sesingkat ini. Ah, matahari sudah ingin
menampakan wajah cantiknya sedikit
demi sedikit tak helak senyumnya
langsung menikam mata dua sampah
yang tak layak ini. Pertanda waktunya
untuk beranjak dari pagi yang tak
produktif itu menurut kacamata
modern untuk kembali mencoba
mencabar blangsaknya kehidupan.

Advertisements

Occasionally, some of your visitors may see


an advertisement here,
as well as a Privacy & Cookies banner at the
bottom of the page.
You can hide ads completely by upgrading to
one of our paid plans.

UPGRADE NOW DISMISS MESSAGE

Share this:

! Press This " Twitter # Facebook


Customize buttons

Reblog Like
Be the first to like this.

Edit

Published by
lostmycult

View all posts by lostmycult

Previous Post

simulasi akhir zaman


Next Post

internal monolog

Leave a Reply

Logged in as lostmycult. Log out?

Comment

Post Comment

Notify me of new comments via email.

Search …

i just want to say that

I’m sorry. I’m soooo sorry. Everything in the


country, in society in such a terrible state right
now, and it seems to just get worse all the time.
So on behalf of me, I sincerely and deeply
apologize. Because it is clearly my fault.

CINDY LEE - HEAVY M…

00:00 04:01

Blog at WordPress.com.

Anda mungkin juga menyukai