Saat ini, pemilik kamar ini sedang berada di tempat yang bukan
merupakan bagian dari Jepang, bukan bagian dari dunia ini, atau bagian
bumi manapun, dia bepergian bersama orang yang Chiho cintai.
"Ada apa? Meski ini bukan kamarku, silakan masuk dan duduklah!"
Namun, ada perbedaan besar antara Ooguro Amane dan Kisaki Mayumi,
yang biasanya menjaga Chiho sekaligus seorang manager di MgRonald
depan stasiun Hatagaya tempat Chiho bekerja.
Tapi berdasarkan apa yang dia katakan sendiri, Amane yang sama sekali
tidak menunjukkan hasil abnormal dalam pemeriksaan kesehatan tahunan,
adalah seorang manusia dalam segi biologi, dengan kata lain, seorang
homosapien.
"Ya ampun, tapi sebelum itu, panas sekali ya. Apa kau ingin minum teh
gandum? Ah, aku sudah dapat izin Suzuno-chan sebelumnya, jadi aku bisa
menggunakan kulkas ini kapanpun aku mau."
Chiho tidak duduk, dia malah mengeluarkan teh gandum dari dalam kulkas
besar model terbaru tersebut, dan bersama dengan es yang diambil dari
kotak pembuat es di freezer, dia menuangkannya ke dalam dua gelas yang
dia ambil dari rak di bawah counter dapur.
Amane nampak sangat terkejut melihat Chiho bisa bertindak tanpa ragu di
dapur orang lain.
"Begitu ya?"
Pada waktu itu, Alas Ramus, putri dari Raja Iblis dan Sang Pahlawan,
muncul di Villa Rosa Sasazuka, dan selama proses pertarungan melawan
Gabriel yang ingin mengambil Alas Ramus, sebuah lubang besar yang
cukup untuk mempengaruhi kehidupan mereka pun muncul di kamar 201.
Dan tak disangka, setelah Alas Ramus berhasil lolos dari bahaya dengan
bergabung bersama pedang suci Emi, Emi menjadi semakin sering
mengunjungi Villa Rosa Sasazuka demi Alas Ramus.
Karena mereka khawatir dengan pengaruh lubang besar yang ada di kamar
201, jumlah kesempatan Ashiya yang bertugas dalam urusan rumah tangga
Kastil Iblis untuk meminjam dapur kamar 202 pun meningkat, dan Chiho
yang sering mengirim hadiah ke Kastil Iblis, tak terelakkan lagi juga
beralih meminjam dapur di kamar Suzuno.
Semua ini tidak terjadi karena keinginan siapapun. Namun, tak menunggu
waktu lama, tak ada satupun yang keberatan dengan ide berkumpul di satu
meja dan makan bersama.
Memikirkan kembali hal itu sekarang, tidak hanya makan bersama secara
teratur, termasuk Alas Ramus, Maou, Emi, dan lainnya, ke tujuh orang ini,
sejak saat itu tanpa sadar mulai sering melakukan banyak hal bersama.
Raja Iblis dan Pahlawan, musuh dan musuh, seseorang dari dunia lain dan
seseorang dari dunia lain.
Dalam waktu yang singkat selama setahun, ketujuh orang yang tidak
pernah menyangka akan mengadakan makan malam yang tenang bersama
itu sudah sangat sering berkumpul di apartemen ini, walau tempat ini tidak
selalu dipenuhi senyum dan tawa, mereka tetap menghabiskan waktu
bersama-sama dengan gembira.
"Amane-san."
"Hm?"
"Soal masalah Maou-san dan yang lainnya, seberapa banyak yang kau
ketahui?"
".... Daripada deduksi, semua yang kau katakan itu sangat tepat."
Karena dia bisa menjelaskan sejauh ini, Amane nampaknya sudah tahu
rahasia Maou.
"Huh?"
"Bukan apa-apa...."
"Ah benar. Chiho-chan mungkin tidak ingin mendengarkan hal ini, iya
kan?"
"Erhm...."
Senyum tak kenal takut Amane seketika berubah, dia mulai mengerang
sambil mengernyit, membuat Chiho ketakutan.
Dan dari getaran yang terasa di lantai, kurang lebih bisa diketahui kalau
sesuatu telah terjadi di sisi lain dinding. Sepertinya beberapa benda besar
sedang berguling-guling di atas lantai.
Dia memang harus minta maaf pada Urushihara nanti, tapi jika Chiho
secara sukarela mundur ketika Amane tidak mengatakan apa-apa, maka
mungkin dia akan kehilangan kesempatan untuk mendapatkan informasi.
Chiho mengambil pulpen tiga warna dan buku catatan yang biasanya dia
pakai saat bekerja dari dalam tumpukan barang bawaannya, dan menjawab
dengan ekspresi yang sangat serius.
"Jika itu adalah sesuatu yang kita alami untuk yang pertama kalinya, maka
catatlah lebih dulu. Mengingat berbagai hal itu juga termasuk bagian
dalam pekerjaan, sejak aku mulai bekerja dengan Maou-san.... aku jadi
punya kebiasaan untuk mencatat semuanya."
Ketika melangkahkan kaki ke dunia yang tak diketahui, hal pertama yang
harus dilakukan adalah mengingat semuanya dengan baik, dan mencoba
memahaminya.
Ini adalah pembelajaran yang Chiho terima dari orang yang berharga
baginya dulu sekali.
"Begitu ya."
Amane sekali lagi menatap mata Chiho yang terduduk di atas tatakan
tatami dan mengatakan,
Setelah menyusun semua yang sudah terjadi sejauh ini, apa yang dia telah
lihat dan apa yang dia dengar, sekaligus pengetahuan yang dia inginkan,
hanya ada satu pertanyaan yang harus dia tanyakan pada Amane.
"Pohon Kehidupan Bumi dan Sephirah, ada di mana mereka sekarang dan
bagaimana keadaannya?"
"Ugh....."
Kata-kata Chiho membuat Amane yang sejauh ini terlihat agak santai,
menunjukkan ekspresi kaget dan menahan napasnya.
"Chi-Chiho-chan?"
"Ya."
"Ini mungkin terdengar sedikit kasar, tapi menurutku identitas asli Amane-
san itu adalah masalah yang tidak penting."
"Tapi.... uh, maaf, aku jadi sepanik ini. Aku akan menjawab pertanyaanmu
dengan benar, okay! Tapi kau ternyata bisa berteori sampai sejauh ini?
Apa kau sudah membicarakan hal ini dengan Maou-kun sebelumnya?"
"Tidak, aku tidak membicarakan hal ini dengan siapapun.... tapi meski
begitu, berteori sampai ke poin ini, aku juga tidak melakukannya sendiri."
Amane menatap permata ungu yang tertanam dalam cincin Chiho, dan
memasang ekspresi tegas.
"Asalkan itu adalah makhluk yang bisa diajak berkomunikasi, tak usahlah
terlalu dipikirkan."
"Baiklah, aku mengerti. Meski ini sedikit keras kepala, sebelum aku
menjawab pertanyaanmu, boleh kupastikan sesuatu dulu?"
"Baik..... Wah!"
"Yah. Aku awalnya cemas kalau orang yang memberikan cincin itu pada
Chiho-chan, diam-diam akan menyambungkan diri denganmu, tapi
sepertinya dia tidak melakukannya sampai sejauh itu. Karena kau bilang
kau pernah ditanami berbagai ingatan sebelumnya, jika dia menguping,
maka tak ada gunanya menyulitkan Urushihara-kun."
Chiho sekali lagi bersumpah pada dirinya sendiri kalau setelah ini, dia
akan meminta maaf pada Urusihara karena membuatnya terlibat.
"Lalu, soal pertanyaan mengenai apa yang terjadi pada Pohon Kehidupan
dan para Sephirah...."
"Ma-maaf."
Ini juga merupakan pembelajaran dari Maou. Jika kau masih tidak
mengerti setelah bertanya dua kali, maka tanyalah tiga kali. Hal-hal yang
akan Amane ungkap setelah ini, memiliki nilai dan makna yang kuat untuk
membuat orang melakukan hal semacam itu.
"Pertama, para Sephirah Bumi, mereka sudah tidak lagi bersama dengan
Pohon Kehidupan. Mereka sudah tersebar ke berbagai lokasi sejak dulu
kala. Dan itu sudah sangat lama sehingga hal tersebut tercatat dalam buku
sejarah Chiho-chan."
"Kalau begitu, masalah ini bisa dianggap sebagai sesuatu yang terjadi
baru-baru ini kan?"
"Hm?"
"Uh, karena itu berada dalam jarak yang bisa dijangkau oleh buku sejarah,
artinya pemisahan Sephirah dari Pohon Kehidupan adalah sesuatu yang
terjadi dalam kronologi yang bisa kita pahami kan? Kupikir itu jauh lebih
awal, contohnya seperti milyaran tahun yang lalu saat kehidupan baru saja
dimulai di bumi."
".... Pemahaman mengenai ukuran waktu dari seorang gadis SMA zaman
sekarang memang sangat fleksibel. Jika seseorang mengalaminya sendiri,
mereka mungkin akan merasa kalau rentang waktu tersebut benar-benar
sangat lama.... ah lupakan. Pokoknya, langsung saja ke intinya, aku ini
tidak sama dengan Alas Ramus ataupun Acies Ara, eksistensi yang terlahir
langsung dari Sephirah. Lebih tepatnya, ini lebih seperti aku punya orang
tua seperti mereka, seorang anak berdarah campuran antara eksistensi
yang terlahir dari Sephirah dan manusia. Huuh, meski penjelasan ini juga
sedikit aneh."
"Tu-tunggu sebentar."
Hanya inti dari dunia ini saja sudah berisi banyak informasi yang
mengejutkan.
Pertama, jangka hidup Alas Ramus dan Acies Ara ternyata sangat amat
lama. Di masa yang akan datang, tidak hanya bisa menemukan pasangan
manusia, mereka juga bahkan bisa memiliki keturunan. Ditambah lagi,
dari tingkah Amane, keturunan dari anak Sephirah juga akan mewarisi
karakteristik mereka.
Menurut Suzuno, nama dari Alas Ramus dan Acies Ara itu memiliki arti
khusus di Ente Isla. Meski dia tidak yakin mengenai Iron, nama anak itu
mungkin juga memiliki makna khusus.
"Ba-baik!"
Dari apa yang dikatakan Amane dan orang yang menanamkan ingatan
pada Chiho, tak diragukan kalau di bumi juga ada Pohon Kehidupan.
Lalu untuk memahami Pohon Kehidupan Ente Isla, apa yang saat ini
dibutuhkan adalah informasi mengenai Pohon Kehidupan Bumi.
Saat ini, informasi itu tepat berada di depannya. Chiho merasa begitu
bersemangat karena dia mulai bisa melihat kebenaran tersebut, jadi dia
tidak sadar kalau penjelasan Amane sedikit aneh.
"Pohon Kehidupan itu berada di tempat yang meski bisa dilihat, sayangnya,
Chiho-chan yang sekarang, tidak akan bisa menggapainya."
"Bisa dilihat?"
"Dan hampir setiap hari juga. Ah, tapi itu tidak bisa dilihat saat turun
hujan."
"Di.... bulan?"
Saat Chiho mencerna informasi tersebut, semua yang telah terjadi sejauh
ini menyerbu pikirannya bak sebuah badai.
"Kekuatan Sariel-san... semakin dekat dia dengan bulan, semakin kuat dia
jadinya... Harta milik Surga, lalu Surga Ente Isla, dan Dunia Iblis....."
"Ah, a-aku tak apa, erhm, meskipun aku sedikit terkejut, tolong lanjutkan."
Meski Chiho tidak tahu apakah hal ini berhubungan dengan masa depan
yang dia harapkan, layaknya peti harta karun yang sedang menghujaninya
dengan permata, Chiho berhasil mendapatkan informasi yang bisa dia
pikirkan.
"Aiyeee!!"
Tadi itu adalah teriakan Urushihara. Dan itu adalah teriakan yang sangat
keras.
Dan orang yang berbicara dengan suara yang lebih tegang dibandingkan
teriakan Urushihara, tak lain adalah Amane.
"Kenapa kita bisa mendengar suaranya? Meski aku sudah memasang
pelindung...."
Chiho merasa tak mungkin ada malaikat atau iblis yang akan menyerang
di saat seperti ini, dan bahkan jika ada pun, seharusnya Amane bisa
membereskannya, tapi meski begitu, Chiho tetap bangkit dan mengamati
sekelilingnya, bersiaga menghadapi insiden mendadak.
Dan kemudian.....
""....... Ugh!""
Namun, karena alasan yang tak diketahui, bagi telinga Chiho, suara
ketukan lemah itu terdengar begitu elegan dan halus, seolah mereka
menggunakan pengetuk pintu yang biasanya ada di mansion para
bangsawan.
---End---
Chapter 1 : Raja Iblis, Kehilangan Pijakannya.
Berbagai makanan mewah yang tidak biasanya ada di medan perang, sama
sekali tidak bisa mengundang selera makan Emi.
Tanpa memikirkan perasaannya, dia tidak mungkin bisa terus maju jika
dia tidak makan. Tapi, meski sudah mengetahui hal tersebut, dia tetap
tidak ingin makan.
Ini aneh, sebelum ditahan oleh Olba dan menjadi komandan Fangan Milita,
Emi tidak tahu kalau Ente Isla memiliki makanan istimewa nan lezat
seperti ini.
Ini bukan hanya sekedar karena dia tidak pernah memakan mereka.
Emi lahir di sebuah desa pertanian di Benua Barat, dan meski ia memiliki
rumah yang hangat, kondisi ekonomi mereka tidaklah terlalu berada,
bahkan, sebelum dunia diserang oleh Pasukan Raja Iblis, pada dasarnya
Emi tidak pernah pergi meninggalkan desa.
Meski Emerada dan Olba memiliki kedudukan sosial yang tinggi, saat Emi
mengelilingi dunia sebagai sang Pahlawan, mereka malah lebih sering
menabung uang milik mereka, jadi jika mereka tidak menerima kebaikan
dari keluarga raja, bahkan memakan satu jamuan makan seperti rakyat
biasa perbulan pun tidak bisa dijamin.
Meski begitu....
"Mama, ini beda dengan sup jagung yang Suzu nee-chan masak."
Emi menyendok hidangan gandum goreng yang mirip seperti nasi goreng
ke dalam sebuah kotak kecil dan membujuk Alas Ramus untuk
memakannya. Meskipun itu sangat berbeda dengan nasi goreng yang ada
di Jepang, tapi tak ada cara lain untuk mendeskripsikannya.
Namun, baru saja Alas Ramus memakan sesuap, dia langsung merespon
secara terang-terangan,
"Aku tahu, tapi sekarang, hanya ada ini yang bisa dimakan. Bisakah kau
menahannya dulu?"
Sepertinya, bagi Alas Ramus, bahkan makanan Afashan yang begitu
mewah pun, sama sekali tidak bisa menandingi makanan rumahan yang
dibuat di dapur sederhana di apartemen Jepang.
"Bagaimana kalau ayam goreng ini? Kau suka ayam goreng kan? Biar
kubantu kau memotongnya kecil-kecil...."
Sebagai seorang mama, menghadapi reaksi semacam ini dari Alas Ramus,
harusnya Emi langsung menegurnya, menasehatinya agar tidak pilih-pilih
makanan.
Tak peduli seberapa berkelasnya bahan dan chef tersebut, kalau meja
makannya dingin dan suram, mood untuk mencicipi suatu makanan juga
pasti akan berkurang.
"Tapi kalau kau tidak makan, kau pasti akan lapar saat malam. Makanan-
makanan ini seharusnya tidak buruk, kan? Makanlah sedikit lagi."
"Uuuu...."
Tapi masalah kali ini kebetulan adalah makanan, tak peduli betapa
bencinya gadis itu dengan keadaan ini, dia tidak boleh tidak makan sama
sekali.
"Hey, Alas Ramus, ketika kita pulang nanti, kita minta Bell dan Alsiel
memasak, ya? Jadi sekarang....."
Kata yang tak sengaja dia ucapkan, berubah menjadi sebuah serangan dan
balik menghantam Emi,
"......"
Dia membujuk Alas Ramus, dan terus memakan makanan yang tidak bisa
dia nikmati sama sekali.
XxxxX
Emi ditangkap oleh Olba dan Raguel untuk menjadi kekuatan tempur.
Mereka memaksa Emi untuk menjadi komandan Milita yang akan
membebaskan Afashan dari tangan para iblis, dan mengangkatnya sebagai
simbol harapan untuk membasmi Malebranche yang mendiami Ibukota
kerajaan, Azure Sky Canopy.
Tapi dari apa yang Emi ketahui, orang yang sebenarnya membawa
Malebranche ke Afashan adalah Olba sendiri, jadi Emi sama sekali tidak
paham tujuan sebenarnya dari Olba dan yang lainnya.
Di sisi lain, Ashiya yang dibawa ke Ente Isla oleh Gabriel, juga dipaksa
untuk mengendalikan Azure Sky Canopy sekali lagi sebagai Jenderal Iblis
Alsiel.
Jika Ashiya tidak menurutinya, tidak hanya dia sendiri, bahkan
Malebranche yang datang ke Afashan karena rencana Surga dan Maou
yang ada di Jepang pun, akan berada dalam bahaya.
Ketika situasi berkembang ke titik di mana Milita yang dipimpin oleh Emi,
dan pasukan Malebranche Azure Sky Canopy yang dipimpin oleh Ashiya
terlibat dalam konflik sengit di Afashan, Maou dan Suzuno, bersama
dengan eksistensi yang sama dengan Alas Ramus, yaitu Acies Ara, tiba di
Ente Isla untuk menyelamatkan Emi, Ashiya, dan Alas Ramus.
Agar tidak ditemukan oleh musuh mereka yang sebenarnya, yakni para
malaikat... Maou, Suzuno, dan Acies memilih mendarat di tempat yang
cukup jauh dari medan pertempuran utama, mereka kemudian melintasi
Benua Timur menggunakan moped sambil mengumpulkan informasi,
bergegas menuju Azure Sky Canopy.
Selama perjalanan, Suzuno menyadari kalau situasi sekarang ini itu sedikit
aneh, meski Benua Timur dikuasai oleh para Iblis, atmosfer seluruh
penduduk di sana tidaklah sesuram saat Pasukan Raja Iblis menyerang
dulu. Ditambah lagi, dia juga menginterogasi Maou mengenai informasi
tentang sifat para iblis, dan dari sana, dia mendapatkan sebagian kebenaran
tentang Dunia Iblis.
Kebetulan, Maou dan Suzuno bertemu dengan rekan lama Emi, yaitu
Alberto, dan dari informasi yang dia berikan, mereka tahu kalau lokasi
Emi saat ini adalah bersama Milita yang merangsek maju menuju ibukota,
kemudian untuk mengakhiri semuanya, mereka bertiga mulai
mendiskusikan solusi.
Meski dia adalah seorang Raja Iblis, Maou kini bisa menggunakan pedang
suci setelah bergabung dengan Acies, dan kekuatan itu seharusnya adalah
kunci terakhir dalam masalah ini.
Tapi karena alasan yang tak diketahui, Maou dan Acies malah tidak bisa
memanggil pedang suci, lupakan kekuatan non-sihir iblis dan non-sihir
suci yang terlihat saat dia menyelamatkan Chiho dan sekolahnya, pada
akhirnya, Maou bahkan memuntahkan apa yang seharusnya tidak
dimuntahkan.
Sihir suci Emi dan pedang suci Alas Ramus. Sihir iblis Maou dan pedang
suci Acies Ara.
Kekuatan yang awalnya begitu dahsyat ini sekarang telah tersegel, harapan
mereka untuk mengakhiri ini dengan cepat juga telah hancur, hal itu
membuat Maou yang hanya mengajukan cuti selama satu minggu,
khawatir apakah lubang besar benar-benar akan menganga di jadwal kerja
MgRonald.
XxxxX
Pusat Benua Timur Ente Isla, dikenal sebagai area Ibukota Kerajaan,
Azure Sky Canopy. Di sebuah penginapan di desa yang dikenal dengan
nama satellite city, Maou, di dalam kamar yang redup, menggertakkan
giginya frustasi dan menatap tajam ke arah dua orang yang sedang
memandanginya.
"Bilang meremehkan itu terlalu kasar. Ini kami susun karena kami
khawatir padamu."
Pria berotot dengan tubuh besar yang akan membuat mereka terlihat
seperti pasangan orang dewasa dan anak kecil ketika disandingkan dengan
tubuh kecil Suzuno.... Pendeta Seni Sihir, Alberto Ende, mengangguk
setuju.
"Raja Iblis, selama dua hari ini, selain makan dan tidur, pada dasarnya kau
tidak melakukan apa-apa, kan?"
"Alberto, kau membuatnya terdengar seolah aku tak ada bedanya dengan
Urushihara.... Kata-kata itu tak bisa dikatakan dengan ceroboh."
"Urushihara?"
"Mau bagaimana lagi. Besok, kita akan sampai di wilayah utama Ibukota
Kerajaan, Menara Kastil Azure Sky Canopy. Kita akan masuk ke dalam
markas utama musuh. Tapi......."
Acies yang masih memiliki remah-remah ikan asam manis yang ia makan
siang tadi di sekitar mulutnya, tertidur pulas di sebuah ranjang sederhana
namun bersih.
"Raja Iblis, kau yang sekarang tidak bisa berkontribusi kekuatan tempur
apapun, tapi jika sesuatu terjadi padamu, kau akan membuat Chiho-dono
dan Alas Ramus sedih. Karena itulah, kami memintamu untuk tetap berada
di penginapan ini."
"...... Sial."
"Ugh!"
Karena rasa sakit dari tinjunya, Maou mengeluarkan suara kesakitan samar.
"Hey, Raja Iblis, kami bilang begini demi kebaikanmu sendiri, tetaplah di
sini dan tunggu! Jika kau berkekuatan penuh, pukulan tadi pasti sudah
menghancurkan beberapa jalanan. Tapi saat ini kau bahkan tidak bisa
melubangi dindingnya. Kalau seperti ini, begitu kita menghadapi
pertempuran, jangankan Olba, kau bahkan tidak akan bisa menang
melawan Kesatria Jokokin."
"Uggghhhhh."
Meski tidak setingkat Emi, pria bernama Alberto ini juga termasuk salah
satu musuh Maou.
Tapi Maou saat ini dinasehati oleh orang itu dengan tatapan kasihan,
sebagai Raja Iblis, hanya kata penghinaan yang cocok untuk
mendeskripsikan kejadian ini.
"Hey, Acies!"
"Ygah?"
"Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa sihir iblisku tidak kembali? Dan
apa yang terjadi pada kekuatan yang kau gunakan di sekolah Chi-chan?
Ini saatnya kau menjawab semuanya."
"........"
"...... Udang."
"Kalau aku bisa makan udang panggang dengan garam, aku mungkin akan
tahu."
"......."
Maou menatap Acies yang bermata ngantuk dengan kesal dan perlahan
mengangkat tinjunya, melihat hal tersebut, Suzuno langsung memegangi
tangan Maou dengan seluruh tenaganya.
"Tu-tunggu Raja Iblis! Jangan! Aku mengerti apa yang kau rasakan, tapi
kau tidak boleh melakukan itu!"
"Meski dengan kesetaraan gender pun, ini bukan sesuatu yang bisa kau
lakukan dengan harga dirimu sebagai taruhannya."
"Karena ada pemikiran seperti itulah, makanya saat ini tidak ada gerbong
kereta khusus pria."
Tak ada kata penutup yang lebih menyebalkan daripada kata-kata itu,
setelah menjatuhkan bom tersebut, Acies kembali ke alam mimpi.
Meski Suzuno saja sudah cukup kuat, dari perawakan Alberto, bisa dilihat
kalau dia adalah pria yang memiliki kekuatan besar.
Dengan kedua tangannya dipegangi oleh dua prajurit hebat, sang Raja Iblis
yang memiliki ambisi menguasai dunia, menjadi tidak bisa menahan air
matanya dan menekan niat membunuh yang dia miliki terhadap Acies.
"Serius ini, tidak bisakah kalian sedikit menahan diri.... Ah! Sakit...."
Fakta ini adalah sebuah syok bagi Maou, dan juga merupakan masalah tak
terduga bagi Suzuno.
Jika mereka ingin membawa Emi dan Ashiya kembali ke Jepang, mereka
harus bertarung melawan para Malaikat Agung apapun yang terjadi.
Kalaupun dia bertarung satu lawan satu dengan Alberto, dia mungkin tidak
akan bisa menang.
Tanpa kekuatan Maou, Suzuno tidak berpikir kalau mereka akan bisa
melawan dua Malaikat Agung.
Tapi berbicara tentang apakah mereka bisa kabur dari Ente Isla setelah
berhasil menghubungi Emi dan membiarkan Emi memukul mundur para
musuh dengan kekuatan yang melebihi seorang Malaikat Agung, itu juga
tidak sesederhana kedengarannya.
Jika hal ini bisa menyelesaikan semuanya, Emi pasti sudah
menyelesaikannya sendiri.
Masalah kali ini, tidak akan bisa diselesaikan semata hanya dengan
membawa Emi dan Ashiya kembali ke Jepang, selain mengembalikan
situasi tempat mereka berdua terlibat kembali ke kondisi awal, mereka
juga harus memikirkan cara mencegah berbagai faksi mengirim orang-
orangnya untuk mengejar mereka ke Jepang.
Namun, lupakan soal pedang suci, karena Maou bahkan sudah merasa
tidak enak hanya dengan memunculkan pisau buah seperti yang ada di
toko 100 yen, Suzuno hanya bisa percaya pada hal terbaik berikutnya dan
bekerja sama dengan Alberto, si kekuatan tempur yang tak terduga, untuk
membereskan situasi ini.
"Tapi... Kalau begini, untuk apa aku repot-repot mengambil cuti hanya
untuk datang ke sini? Kalau seperti ini, bukankah aku hanya datang untuk
melihat-lihat, makan, dan tidur?"
Sepertinya di kepala Maou, dia menempatkan kekacauan besar yang
melanda kelima benua Ente Isla dan seluruh Benua Timur, di level yang
sama dengan pengurangan jadwal kerjanya. Tapi Suzuno menggelengkan
kepalanya pelan dan mengatakan,
"Tak ada yang mengharapkan hal seperti itu terjadi. Dan jika kau tidak
berakhir ke keadaanmu saat ini, aku, Chiho-dono, dan Lucifer tidak
mungkin akan selamat dengan nyawa kami di hari itu. Dari sudut ini,
situasi sekarang tidaklah percuma. Jadi hentikan kekesalanmu ini. Karena
kau adalah seorang Raja, jangan batasi pandanganmu hanya pada hal yang
ada di hadapanmu, tapi lihatlah gambaran besarnya."
"Tapi...."
"Aku tidak ingin kau mengesampingkan fakta bahwa kau tidak bisa
menggunakan kekuatan apapun, dan kemudian menyakiti dirimu sendiri
di medan tempur. Tunggulah kepulangan kami di sini, kami pasti akan
membawa kembali Emilia, Alas Ramus, ayah Emilia, dan Alsiel dengan
selamat."
"...... Suzuno."
"Meski Emilia dan aku selalu bilang kalau kami adalah musuhmu, pada
akhirnya kami selalu bergantung pada kekuatanmu untuk mengatasi
kesulitan apapun. Kali ini, biarkan aku menebus diriku. Dan di saat yang
sama, anggap ini sebagai permintaanku sebagai Jenderal Pasukan Raja
Iblis yang baru."
"Yang benar saja, kau hanya menggunakan gelar itu saat menguntungkan
buatmu."
"Karena kurang lebih aku tahu kalau kau tidak handal dalam menangani
metode ini."
"Dan semestinya, bos itu tetap berada di tempat yang aman, dan dengan
angkuh menyaksikan pertunjukan para bawahannya."
"Terkadang menghadapi apa yang kau benci, itulah yang namanya hidup."
"Aku tidak tahu apa yang terjadi di Jepang.... tapi biar kukatakan hal ini
dulu, aku tidak berniat bergabung dengan Pasukan Raja Iblis."
Mungkin karena obrolan empatik yang aneh antara Maou dan Suzuno
membuat Alberto merasa tidak nyaman, dia dengan cepat mengklarifikasi
hal tersebut.
Alberto memang mau menerima Emi tinggal di Jepang, tapi bekerja sama
dengan Raja Iblis Satan tetaplah pengecualian dari banyak pengecualian.
"Aku tahu. Kami hanya kebetulan ingin membebaskan Emi dari hal-hal
yang merepotkan. Tapi di situasi sekarang, memiliki banyak rekan dengan
tujuan yang sama itu pasti akan lebih baik, kan?"
"Huuh?"
"Hm, ini tidak seperti kami tidak pernah membicarakan hal itu
sebelumnya."
"Meski aku tidak tahu bagaimana Em menilai masalah ini, tapi aku juga
punya alasanku sendiri untuk menyerah memerangimu tanpa memberitahu
Emilia. Tentu aku ingin menghargai keinginan Emilia, tapi selain itu...."
Maou merasa bingung karena nama Chiho dan nama Jenderalnya yang
sudah lama mati, yaitu Adramelech tiba-tiba disebut, tapi Alberto tidak
melanjutkan penjelasannya, menggelengkan kepalanya, dan mengatakan,
"Karena kami sudah memutuskan untuk pergi, maka sekarang lah saatnya
berangkat. Kita memang berada di depan mereka, tapi Fangan Milita
sudah mencapai wilayah yang berjarak satu sampai dua hari jauhnya dari
pusat ibukota. Jika Emilia benar-benar berada di dalam Milita, maka kita
harus menerobos masuk Menara Kastil Azure Sky Canopy sebelum Milita
yang menuju ibukota membuat kekacauan. Dari jaraknya saja, waktu
sudah semakin mepet. Raja Iblis, tetaplah berada di sini bersama nona
pedang suci itu."
Tujuan Suzuno dan Alberto... Area Pusat di mana Menara Kastil Azure
Sky Canopy berada, berisi para Pasukan Kesatria Hakin tingkat atas yaitu
Seisokin, Josokin, Seisuikin, Josuikin. Ada pula pejabat berpangkat tinggi,
anggota keluarga raja, para bangsawan, dan kedutaan besar dari pemimpin
klan yang bersumpah setia pada Unifying Azure Emperor. Dengan kata
lain, tempat ini adalah wilayah bangsawan kelas atas, dan karena wilayah
ini menjadi tempat tinggal para pejabat dan para bangsawan benua,
wilayah ini pun memiliki tanah yang luas.
Lalu area yang membentang dari dan mengelilingi Area Pusat dikenal
dengan nama Area Komersial, ini adalah tempat di mana para pebisnis,
orang kaya, dan Pasukan Kesatria Hakin yang lebih rendah yaitu, Seitokin,
Jotokin, Seikokin, dan Jokokin tinggal, dan biasanya butuh satu hari baris-
berbaris untuk melewati area ini.
Dinding Besar yang membentang ke arah timur laut, barat laut, barat daya,
dan tenggara ini, sudah menjadi bangunan yang terkenal megah bahkan
sebelum Unifying Azure Emperor mulai menguasai kerajaan ini.
Sisi dari Dinding Besar yang membentang ke sisi barat benua memang
sudah menunjukkan tanda-tanda usang dan rusak karena keamanan yang
lebih baik, sedangkan Dinding Besar yang membentang ke sisi timur,
karena Unifying Azure Emperor khawatir jikalau para pemberontak dari
ras asing menimbulkan keresahan sipil di Afashan, setiap beberapa tahun,
dia selalu mengumpulkan orang dari seluruh benua menggunakan alasan
proyek pembangunan besar untuk merawat sisi dinding tersebut. Dan
sekarang dinding itu menjadi dinding kota yang kokoh.
Area Pertanian yang berada di pinggiran ibukota, adalah area yang lebih
luas jika dibandingkan dengan Area Pusat dan Area Komersial. Produk-
produk pertanian dan industri yang dihasilkan di sana, tidak hanya dikirim
ke ibukota, tapi juga didistribusikan ke berbagai wilayah di benua.
"Kalau dipikir-pikir, kereta dan mobil itu benar-benar luar biasa ya... dari
sini sampai Area Pusat Ibukota itu kira-kira sama dengan jarak Keio-
hachioji ke Shinjuku, benar? Jangankan setengah hari, tempat itu bahkan
bisa dicapai kurang dari dua jam. Tapi tentunya orang-orang tidak akan
mau berjalan dari pusat kota ke Hachioji."
Berkat kereta pedagang yang Alberto siapkan, Maou dan yang lainnya bisa
bergerak dari desa Honfa ke perbatasan Azure Sky Canopy tanpa dicurigai
ataupun harus menggunakan moped yang sebelumnya mereka
khawatirkan.
Bagaimanapun, Alberto itu berbeda dengan Maou dan Suzuno,
tindakannya sama sekali tidak terbatasi.
Suzuno pernah dengar dari Emi kalau Alberto ikut membantu salah satu
orang penting di Saint Aire, yaitu Emerada dalam mengumpulkan
informasi.
Namun, Alberto hanya membantu Emerada untuk alasan pribadi, dia tidak
bersumpah setia pada Saint Aire ataupun memiliki kependudukan di
kerajaan tersebut.
Dia yang tidak memiliki ikatan negara ataupun politik, dan dianggap
sebagai petarung kelas atas di Ente Isla dalam hal kekuatan, memiliki
kebiasaan mengembara dan memiliki keberuntungan yang cukup bagus.
'Aku ini orang yang paling tak dikenal di antara para anggota yang
memerangi Raja Iblis, jadi aku tidak perlu susah payah ketika
mengumpulkan informasi.'
Berkat hal itu, tidak akan ada praanggapan yang tidak perlu saat ia
mengumpulkan informasi, dan karena kepribadiannya, dia juga bisa
mengumpulkan informasi yang akurat dalam perjalanannya ke sini.
Dua kuda militer yang ada di dalam kandang juga disiapkan oleh Alberto.
Species kuda ini memiliki tubuh yang kuat dan stamina yang tahan untuk
perjalanan jarak jauh, mereka secara luas digunakan oleh pedagang dan
kesatria di Ente Isla.
"Oh, itu."
"Kau, sebagai orang dari Benua Barat mungkin akan merasa tidak senang
setelah mendengar ini, tapi sejak awal aku sudah tahu kalau Pasukan Raja
Iblis itu tidak murni berniat memusnahkan manusia, dan para iblis itu
adalah makhluk yang bisa diajak berkomunikasi."
"Apa?"
Gakusen Corps, mengumpulkan para prajurit yang hebat dalam sihir dan
seni bela diri dari klan mereka masing-masing untuk membentuk pasukan
terkuat di Benua Utara.
Ditambah lagi, kondisi cuaca di wilayah mereka sangat keras dan hanya
ada sedikit lahan yang cocok dijadikan lahan pertanian. Apalagi, batas
teritorial antar negara itu terpisah sangat jauh, sehingga membuat suatu
negara tidak bisa secara sepihak menaklukan wilayah dan rakyat milik
saingan mereka.
"Tidak kok...."
"Prajurit, selama kau hidup, kau masih bisa bertarung melawanku suatu
hari nanti. Jika kau merasa kalau bertarung di sebuah pertarungan di mana
kau akan kalah dan mati serta membuat orang yang seharusnya kau
lindungi berada dalam bahaya, adalah tugas seorang prajurit, maka kalian
tak ada bedanya dengan serigala haus darah yang hanya tahu cara
mengancam musuh di depannya. Tapi, jika kalian masih ingin bertarung
bahkan setelah semua ini, maka aku tidak akan menghentikanmu. Kalian
semua pasti akan melibatkan orang yang seharusnya kalian lindungi, dan
bersama-sama, menjadi roh di bawah tombakku ini."
Pada waktu itu, orang-orang yang tidak bisa menahan rasa malu karena
prinsip bertahan hidup dari pasukan yang kalah ditunjukkan terang-
terangan oleh seorang iblis, memilih untuk mengakhiri hidup mereka
sendiri.
Adramelech pun menepati janji yang dia buat dengan para klan tersebut,
ketika Gakusen Corps dibubarkan dan prajurit-prajurit kuat dibuang dari
negaranya dengan kawalan para iblis dari pasukan Adramelech, Benua
Utara pun berhasil menghindari kehancuran yang tidak perlu.
Alberto dan para prajurit dari Corps kabur ke benua lain dengan
'memerangi Adramelech' sebagai tujuan mereka, mereka bertekad
membuat negara mereka kembali bangkit dari abu sekali lagi.
Namun, apa yang Alberto dan kawan-kawannya lihat adalah kondisi tragis
di mana berbagai benua sudah takluk di bawah Pasukan Raja Iblis.
Meski mereka ingin bangkit dari kehancuran, benua lain yang bisa
berfungsi sebagai markas operasi mereka telah ditaklukan oleh para iblis.
Bahkan Afashan di Benua Timur, Holy Saint Aire Empire di Benua Barat,
dan negara Halen di Benua Selatan, negara-negara yang dipercaya punya
kemampuan untuk memerangi Pasukan Raja Iblis ini, semuanya telah
dikuasai.
Gakusen Corps yang terdiri dari para prajurit yang berasal dari berbagai
klan ini, sama sekali tidak memiliki kemampuan diplomatik. Setelah
mereka terpisah ke berbagai tempat, kebanyakan anggotanya, jangankan
kembali ke Benua Utara, mereka bahkan tidak bisa menjadi pedagang
ataupun pasukan kesatria untuk benua lain.
Begitu para prajurit itu berkumpul kembali, jumlah mereka bahkan kurang
dari setengah ketika mereka dibuang.
Ekspresi Alberto kini bukanlah ekspresi sesal ataupun amarah, yang ada
hanyalah kenangan dari pertempuran di hari itu.
"Dia bukanlah iblis, bukan juga seorang prajurit. Dia hanya membuang
emosinya untuk melakukan apa yang seharusnya dia lakukan, dia juga
mengetahui syarat yang diperlukan untuk berjalan di depan orang lain.
Istilah yang paling cocok dengannya, mungkin adalah politikus. Dalam hal
kepribadian, dia sangat berbeda denganku yang bergantung pada harga diri
murahan untuk bertarung. Meski menggunakan kepribadian untuk
mendeskripsikan iblis itu rasanya sedikit aneh."
"Itu benar."
"Raja Iblis Satan yang diikuti oleh Adramelech tidak mungkin semata-
mata hanya seorang monster haus darah. Alasan kenapa Benua Barat dan
Benua Selatan memiliki korban paling banyak, mungkin karena mereka
tidak memiliki kelonggaran untuk menunjukkan belas kasihan. Oleh
karena itulah, ketika Emilia yang logikanya sangat membenci Raja Iblis
bilang ingin mengampuni nyawanya di Jepang, kupikir tak masalah untuk
terus mengamati mereka sementara. Mengamati eksistensi macam apa
iblis itu."
Dan juga obrolan yang dia dan Maou lakukan dengan saling
memunggungi di perbatasan desa Honfa, tepat satu hari sebelum mereka
bertemu Alberto.
"..... Ugh."
"Ada apa?"
Biarpun para iblis bisa dipahami, Ente Isla sebagai sebuah kesatuan, tidak
mungkin akan memaafkan Raja Iblis Satan dan Pasukan Raja Iblisnya, dan
meski Suzuno tahu apa yang ada jauh di dalam hati Maou, hal itu tidak
akan menguntungkan dia sama sekali.
Namun, biar begitu, dia masih bisa merasakan kehangatan Maou dari
waktu ke waktu, mendengarkan pengakuan sepenuh hati dari si Raja Iblis
itu dan menyimpan kata-kata itu di dalam hatinya.
Meski begitu, dia mungkin tidak harus membuat dirinya terlibat sejauh itu.
"..... Alberto-dono."
"Hm?"
"Andai dia adalah eksistensi yang memiliki tekad, apa yang kau pikirkan
mengenai Adramelech?"
Sebagai orang dari Ente Isla, menanyakan pertanyaan ini mungkin bisa
jadi sangat tidak peka.
Itu karena Alberto sendiri adalah salah satu orang yang dibingungkan oleh
perbedaan anggapan antara Jenderal Iblis Adramelech yang dia ketahui
dengan Pasukan Raja Iblis yang diketahui orang-orang.
"Akan sangat merepotkan kalau orang lain tahu, jadi kau harus
merahasiakan ini."
"Lalu, apa yang akan kita lakukan selanjutnya? Dari obrolanmu dengan
Raja Iblis tadi, sepertinya kau punya beberapa rencana."
"Sekarang, Raja Iblis tidak bisa menggunakan pedang suci Acies, jadi sulit
bagi kita untuk mengambil langkah besar seperti merebut kembali Emilia
dan Alsiel secara frontal. Kalau begitu, kita hanya bisa mengamankan satu
orang di balik bayangan yang membuat Milita, tempat Emilia berada,
kehilangan alasannya untuk maju. Asalkan kita bisa menghindari konflik
sengit antara Milita dan pasukan di ibukota kerajaan, Emilia dan Alsiel
tidak akan punya alasan untuk bertarung, dan kita bisa mengulur waktu
untuk memikirkan cara menyelamatkan mereka."
Di sisi lain, Maou mungkin bisa memanfaatkan waktu ini untuk
memikirkan cara memanggil kekuatan Acies guna memulihkan sihir
iblisnya.
"Kita akan memasuki Area Pusat ibukota lebih dulu dibandingkan Milita.
Ada dua tujuan dalam operasi ini. Hal itu adalah menemukan lokasi
keberadaan Unifying Azure Emperor dan Nord Justina dalam setengah
hari. Keselamatan Nord sudah pasti menjadi belenggu dalam hati Emi, dan
keberadaan Unifying Azure Emperor adalah alasan kenapa Milita maju
menyerang. Jika situasinya mengizinkan, aku harap mereka berdua bisa
lepas dari kendali para Malaikat atau Malebranche. Dengan begini, kita
bisa menghindari pecahnya perang besar."
"Apa.....?"
Bahkan Alberto tidak bisa menyembunyikan keterkejutannya ketika
mendengar rencana tersebut.
"Kau ingin menculik Unifying Azure Emperor dari Azure Sky Canopy
yang menjadi markas Malebranche? Meskipun tidak mustahil
menyelesaikannya dalam waktu setengah hari, tapi itu artinya kita tak
punya waktu untuk beristirahat, kau tahu?"
Di bawah matahari siang yang terik, kedua kuda itu berlari keluar dari
kandang yang gelap. Suzuno, berada di atas sadel, secara mental
menguatkan tekadnya dan memegang tali kekang kudanya dengan erat.
XxxxX
"Walau sekarang aku hanya bisa mundur, tetap berada di sini dan tidak
melakukan apa-apa tentunya tak akan pernah menyelesaikan masalah."
Namun, Maou tidak bisa hanya diam beristirahat dan tidak peduli dengan
keadaan saat ini. Jika mereka tidak bisa menemukan hal aneh yang terjadi
pada tubuh Maou, itu tidak hanya akan berpengaruh pada operasi
penyelamatan ini, tapi pasti juga akan membawa begitu banyak
kekhawatiran ke depannya.
Jika masalah terjadi setelah mereka kembali ke Jepang nantinya, tak ada
yang bisa menjamin kalau Maou bisa memulihkan kekuatan untuk
menanganinya.
Memang tak ada penyelesaian yang bisa diambil dengan mengetahui hal
ini, tapi Maou terus berpikir.
Mungkin karena bereaksi terhadap suara itu, Acies yang tertidur tanpa rasa
cemas seperti biasanya, menggumam dan mulai mengigau.
Maou yang sedang berpikir dengan serius, setelah disela oleh igauan Acies
yang penuh akan hasratnya, menghela napas dengan keras.
“Wahuh?”
“Huuh~ Aku tak masalah jika kau ingin berlatih. Tapi seperti Maou, aku
juga sangat lelah.”
“Hm?”
“Sama sepertimu, kondisi fisikku juga sedang tidak bagus. Terutama fakta
bahwa aku sangat lapar. Mungkin karena kekuatan Maou bukan sihir suci,
jadinya itu lebih sulit untuk diatur, aku benar-benar berharap kalau kau
akan lebih perhatian terhadapku.”
Acies yang baru menyadari kalau keduanya sudah tidak ada, melihat
sekeliling.
“Mereka pergi lebih dulu dan meninggalkan kita. Tapi jika ini terus
berlanjut, operasi ini pasti akan menjadi pertarungan yang berlarut-larut.
Kau ingin cepat bertemu Alas Ramus, kan? Pinjamkan aku kekuatan dan
kebijaksanaanmu. Jika tidak, meskipun kita ikut bergabung dalam
pertarungan nanti, kita tidak akan bisa menjamin keselamatan satu sama
lain, terutama karena aku akan dipecat dari tempat kerjaku.”
Begitu waktu satu minggu itu terlampaui, maka cuti sementara akan
menjadi absen tanpa alasan, dan jika sudah begitu, dia pasti akan
kehilangan pekerjaannya di Jepang.
“Dan lagi, aku ingin kau menjelaskan semuanya dari awal, kenapa kau dan
Alas Ramus ingin bergabung dengan kami?”
“Siapa yang tahu? Ah, Maou, bantu aku membawa piring sayuran rebus
itu!”
“Ugh....”
“......Hey.”
Maou memperhatikan area di sekitar mulut Acies yang sedikit demi sedikit
mulai kotor karena memakan hidangan sayuran rebus yang menyerupai
labu dengan tampang kaku di wajahnya. Mungkin karena merasakan hal
ini melalui sudut matanya, Acies juga mengernyit.
“Maou, jika kau pikir jawaban untuk semua hal bisa dengan mudah
didapatkan, maka kau salah besar.”
“Huuuh?”
“Aku juga tidak tahu, alasan kenapa aku bisa bergabung dengan ayah dan
Maou, alasan kenapa bergabung itu perlu, ataupun alasan kenapa aku bisa
melakukan semua itu setelah bergabung. Aku sama sekali tidak
mengetahuinya.”
Sambil memakan sebuah hidangan yang terbuat dari sayuran umbi rebus,
dalam momen yang sangat langka, Acies mengatakan sesuatu dengan
begitu jelas.
“Hah?”
“Apa menurutmu anak kecil akan makan dengan pikiran 'aku ingin makan'
di kepala mereka?”
“Hm? Hmm?”
Maou, tidak bisa memahami apa yang ingin Acies katakan, memasang
ekspresi bingung.
Tapi walau dia kebingungan, Maou tidak melewatkan perilaku Acies yang
sedang menarik mangkok salad dan piring besar yang penuh dengan roti
manis ke arahnya, sembari menunjukkan wajah serius.
“Teman-teman?”
“Ohh... jadi Sephirah lain juga memiliki wujud manusia sepertimu, Alas
ramus, dan Iron?”
“Kau kenal Iron? Mengejutkan sekali.”
“Malkuth adalah yang paling cerdas di antara kami semua. Malkuth tidak
hanya memiliki hubungan yang baik dengan Onee-chan, dia juga
mengajariku banyak hal. Bahkan istilah 'Yadogiri', aku juga
mendengarnya dari Malkuth.”
Tidak hanya Alas Ramus, Acies Ara, dan Iron yang telah muncul di
hadapannya, Alas Ramus juga sering menyebut Malkuth.
Ataukah hanya Yesod yang telah hancur saja yang tersebar ke seluruh
dunia, sementara Sephirah yang lain tetap berada di satu lokasi?
“.... Aku tidak tahu. Terakhir kali aku berbicara dengan mereka itu sudah
lama sekali....”
“Meski kau terlihat sedih, aku masih tidak bisa mengasihani kelakuanmu
yang seperti tupai sedang memenuhi mulut dengan makanan.”
Acies memegang dua buah roti dengan isian yang berbeda di masing-
masing tangannya, dan memakan mereka secara bergantian dengan wajah
muram.
Apapun yang terjadi, karena Acies tidak tahu lokasi keberadaan Sephirah,
maka tak ada gunanya bagaimanapun kerasnya Maou memikirkan hal ini.
“Tapi, hei.”
“Hm?”
“Kita sudah berada di tempat di mana kita bisa segera bertemu Alas Ramus,
jadi kita harus bekerja keras.”
Ucap Acies dengan sedikit kurang senang, dia kemudian memasukkan roti
di kedua tangannya dalam sekali suapan.
“Apa boleh buat, meski aku bisa menemanimu latihan, tapi aku benar-
benar lapar. Aku masih ingin makan sepuluh roti lagi! Kalau tidak, aku
tidak akan bisa mengeluarkan energi apapun!”
Isian di dalam roti yang barusan Acies makan terbuat dari irisan daging,
sayuran, mie kacang hijau, serta bahan lain yang dibumbui dengan kaldu,
dan itu sudah termasuk roti yang sangat besar.
Maou sendiri juga mengakui kalau roti itu sangat lezat, dan roti tersebut
sebenarnya sudah mengandung karbohidrat yang setara dengan dua
mangkuk nasi.
Jujur saja, Acies bisa memakan dua roti di saat yang sama itu sudah sangat
mengejutkan.
Ketika Maou memakan roti tersebut bersama dengan salad dan soup,
paling banyak dia hanya bisa memakan satu setengah roti.
Dan karena ukuran dan rasanya, tentunya ini tidak murah.
Begitu Maou berpikir mengenai biaya perjalanan yang ada di kantong kulit
yang tersembunyi di balik hoodienya, dia seketika menjadi murung.
Tanpa memikirkan berapa banyak yang harus dia bayar, sebenarnya uang
ini adalah milik Suzuno.
Tentunya ketika perjalanan di Ente Isla ini selesai, setelah Emi dan Nord
selamat, seharusnya tak masalah meminta mereka untuk ikut membayar
nanti.
Tidak bekerja sama sekali, makan dengan leluasa, dan menikmati diri
menggunakan uang milik seorang wanita, entah sebagai Raja Iblis,
ataupun sebagai seorang pria, dia tidak akan membiarkan dirinya
melakukan hal semacam itu.
Ucap Maou dengan suara dalam yang nampak seperti berasal dari dalam
perutnya, Acies pun mengangguk...
Maou tidak menggunakan Idea Link, dia menggunakan bahasa Akou yang
sudah dia pelajari sebelumnya dengan kikuk, tapi nampaknya orang itu
bisa memahaminya.
Si Pemilik menatap Acies dengan takjub, tapi ketika dia melihat ekspresi
santai Acies, dia mengangguk dengan kaku dan menjawab,
'Bahkan putraku yang memiliki nafsu makan yang sangat besar pun tidak
bisa makan sebanyak ini sekaligus. Baiklah, tolong tunggu sebentar.'
'Jika ini semua tidak habis, aku akan membantumu membukusnya nanti.'
Mengingat tubuh kecil Acies, makan sebanyak ini sebenarnya sudah bisa
dianggap banyak, tapi karena sebelum makan dia sudah membual ini dan
itu, sulit menyangkal kalau hasil ini itu sangat disesalkan.
Dan apa yang membuat Maou menderita adalah Acies tidak main-main
ketika memesan minuman dingin.
Afashan adalah wilayah dengan sumber air melimpah, tapi air minum yang
disediakan di restoran, tidaklah gratis seperti yang ada di Jepang.
Dibandingkan roti, apa yang membebani hati Maou adalah frekuensi
pemesanan air minum.
Maou sudah mengonfirmasi hal ini berkali-kali, kalau biaya makannya dan
Acies, semuanya dibayar oleh Suzuno.
Ucap Maou kepada si pemilik dengan nada merasa tak enak, si pemilik
kemudian merilekskan ekspresi tegangnya, mengangguk, dan menjawab,
'Baik. Tubuh sekecil itu bisa makan sebanyak anakku itu sudah luar biasa.
Sungguh gaya makan yang berani.'
Meskipun Maou merasa bersalah terhadap orang yang memuji hal itu, dia
sama sekali tidak senang mendengar pujian tersebut.
Kali ini....
"????"
"Ugya....?"
Acies mengeluarkan suara yang menyerupai monyet besar di pegunungan
bersalju dan memandang ke arah yang sama dengan Maou.
'.... Oh.'
Tapi seperti apa yang dikatakan bos pemilik restoran di desa Honfa,
sebuah pesimisme aneh saat ini sudah sangat populer di Afashan, terlepas
dari apakah pemimpinnya Unifying Azure Emperor ataupun Malebranche,
kehidupan para rakyat biasa tidak akan berubah banyak.
'Hanya itu?'
'Tak ada hal bagus yang bisa diharapkan dari area lain. Itulah bagaimana
rupa negeri ini. Meskipun para kesatria Hakin menyebarkan informasi
bahwa pasukan asing di area timur benua berencana memanfaatkan
keadaan kacau ini untuk membuat perubahan politik, tapi tak ada yang
tahu seberapa kredibel informasi itu.'
Setiap kali Maou melihat banyak masalah besar dan kecil di sekitarnya,
dia selalu berpikir tentang tujuannya... tentang akan jadi seperti apa 'dunia
setelah dia taklukan'.
Jika Maou benar-benar membangun sebuah negeri seperti apa yang dia
akui pada Suzuno, akankah dia bisa memastikan bahwa para iblis di bawah
pemerintahannya dan manusia yang berada di bawah para iblis, bisa
memperoleh makanan ke depannya?
'Ini, silakan. Oh iya, karena aku sangat kagum dia bisa makan sebanyak
itu, akan kuberi sedikit potongan harga.'
'Ini adalah petasan yang tadi membuat suara berisik di luar. Kalian ini pasti
petualang yang menginap di penginapan pojok jalan bersama nona pendeta
dari Gereja itu kan? Meski ini sedikit berbahaya sebagai suvenir, tapi ini
adalah benda keberuntungan di negara ini. Jika kau tidak keberatan,
silakan ambil ini.'
"Suvenir.... Ah."
"Hey, Acies."
"Aku tahu. Tapi jalan-jalan sebentar tak masalah, kan? Anggap saja ini
seperti membantu proses pencernaan. Ayo kita keluar dan jalan-jalan!"
XxxxX
“Eh? Kau benar-benar ingin berbelanja ya... pwuah.”
“Yah, tak ada hal lain yang bisa dilakukan. Jadi aku tidak ingin
membuang-buang waktu.”
Apa yang Maou pilih kelihatannya adalah sebuah toko yang menjual kain
dan kerajinan tradisional.
Karena toko ini disebut toko suvenir, toko ini memiliki dekorasi yang
sederhana, dan barang yang dijual di dalamnya pun sebagian besar terdiri
dari barang-barang praktis.
Meski begitu, toko ini tetap dipenuhi dengan kain, baju, peralatan makan,
patung-patung dan produk lainnya, toko ini terlihat seperti salah satu area
di sebuah departemen store.
“Maou, kau mau membeli barang seperti ini? Rasanya itu tidak cocok
dengan image mu.”
Acies mengambil sebuah kotak hiasan kayu kecil dengan dekorasi burung.
Usai mengambil roti dan petasan dari Maou, Acies sekilas melihat benda
yang ada di tangan Maou dan berbicara dengan sedikit bingung,
“Meskipun aku terlahir belum lama ini, tapi aku tidak yakin kalau benda
itu akan digunakan para gadis, ya kan?”
Apa yang Maou pegang adalah kantong pink cerah dengan gambar bunga
dan burung di atasnya.
Dua burung kecil dengan bulu yang cantik bertengger di atas cabang
pohon berbunga, dan di permukaannya, terdapat kata-kata penuh harapan
yang tertulis dalam bahasa Akou.
Apapun itu, desain ini sama sekali tidak terlihat seperti sesuatu yang akan
digunakan oleh Maou.
“Memberi Chiho suvenir...? Maou, meski aku tidak punya hak untuk
mengatakannya, tapi apa sekarang waktunya untuk melakukan hal
semacam ini?”
“Memang benar kalau aku paling tidak ingin mendengar hal itu darimu.”
Maou berbalik dan memberikan senyum kaku pada Acies, kemudian dia
meletakkan kantong tadi kembali ke rak.
“Jepit rambut sepertinya lebih cocok dengan image Suzuno, dan ini sedikit
mahal! Chi-chan nampaknya juga akan menyukai sisir semacam ini.... hm,
ini juga mahal.”
“Kita masih harus mengadakan pesta ulang tahun setelah nanti kembali.”
“Begitu ya? Emi itu orang yang bergabung dengan Onee-chan kan?”
Walau Acies tidak pernah bertemu dengan Emi, begitu dia bertemu Maou
dan selama perjalanan ini, dia pasti sering mendengar nama itu muncul
dalam berbagai percakapan, jadi dia tahu siapa Emi.
Di hari ulang tahun Chiho, Maou bahkan tidak memberinya ucapan ulang
tahun. Pertama, itu adalah sesuatu yang tidak benar-benar ada dalam
pikirannya. Kedua, suasananya tidak tepat.
Tidak hanya itu, selain jatuh ke dalam perangkap Suzuno, Maou juga
menyakiti Chiho yang begitu khawatir dengan Emi, di hari ketika pesta itu
seharusnya diadakan.
Bahkan Maou sendiri juga merasa sangat menyesal mengenai hal itu.
Tidak, daripada menyebutnya sebagai orang jahat, dia itu lebih seperti pria
yang tak berguna.
Chiho yang saat ini berada di Jepang, walau dia selalu menderita karena
rasa gelisah, dia akan terus bersemangat setiap harinya.
“....Hm?”
Dia tidak terserang demam karena terlalu banyak makan, tapi ketika tadi
Maou menyebutkan tentang Chiho, Acies merasakan sebuah sensasi
hangat dari dalam dahinya karena alasan yang tak diketahui.
Acies menggunakan jarinya untuk menyodok kepalanya beberapa kali,
tapi karena masih tidak bisa menyingkirkan perasaan aneh tersebut, dia
kemudian menyerah sambil mengangkat bahunya.
“Jadi Maou hendak memakai uang Suzuno untuk membeli hadiah untuk
Ch..... ow!”
Seperti biasa, Acies dengan jujur menusuk luka Maou tanpa niat jahat
apapun, membuat Maou memukulnya secara refleks.
“Uang ini, aku pasti akan menggantinya dengan uang Yen Jepang dari
dompetku sendiri nanti!”
“Uuuuu~ Akan sangat bagus kalau Maou tidak melakukan ini dengan
begitu gampangnya.... kau pasti akan jadi pria yang kasar..... eh?”
“Apa kau juga akan memberi hadiah pada orang yang bernama Emi itu?
Emi itu seorang gadis, kan?”
“Hm?”
“Uh, pesta ulang tahun itu, seharusnya diadakan untuk seseorang yang
penting buatmu kan? Aku tahu kalau Chiho dan Suzuno itu adalah teman
yang penting, tapi apa orang yang dipanggil Emi itu juga sama?”
Maou tidak mengira kalau Acies sudah tahu tentang kebudayaan di Jepang
mengenai ulang tahun. Jika demikian, dia mungkin mendengarnya dari
orang-orang di sekitarnya, atau seseorang secara tak sengaja
memberitahunya di tempat yang tidak Maou ketahui dalam beberapa hari
ini.
“Aku mendengar itu dari orang bernama Satou yang merawatku dan ayah.
Nama palsu kami juga meminjam nama orang itu.”
Usai menghela napas, Maou kembali menaruh kayu penindih kertas yang
dia pegang.
“Chi-chan juga akan hadir pada waktu itu, jadi untuk hadiah Emi, itu lebih
seperti aku dipaksa menentang kehendakku. Jika aku tidak menyiapkan
hadiah Emi, Chi-chan pasti akan sangat marah..... tidak, salah, dia
mungkin akan sedih.”
“Oh? Jadi kau harus memberi hadiah pada Emi untuk membuat Chiho
bahagia? Aneh sekali.”
“Itu karena Chi-chan dan Emi memiliki hubungan yang sangat baik. Atau
lebih tepatnya, Chi-chan akan selalu mencari cara untuk memperbaiki
hubungan antara kami para iblis dengan Emi dan Suzuno. Setidaknya
selama di Jepang, tak ada untungnya membuat Emi dan Suzuno marah,
jadi ini seperti tak ada pilihan lain selain menjaga Emi demi Chi-chan.”
“Soal itu... meski sedikit rumit karena Alas Ramus ada di antara kami, tapi
bagiku....”
Maou mengangguk pelan.
“Saingan?”
Acies mengernyit.
Dia mungkin mengerti maksud kalimat tersebut, tapi ia tidak bisa melihat
maksud Maou yang sebenarnya.
Maou menatap Acies yang terlihat bingung dengan sebuah senyum kecut,
kemudian ia berjalan di depan barisan rak peralatan makan.
“Emi itu setara, atau bahkan lebih kuat dariku, dia adalah satu-satunya
orang yang masih bisa menganggapku setara, atau bahkan meremehkanku
setelah tahu identitas asliku. Selain itu, meski aku tidak tahu apakah dia
sadar atau tidak, dia itu memiliki semua yang tidak kumiliki, membuatku
berkali-kali merasa iri. Aku tidak ingin kalah darinya, jadi menggunakan
kata saingan untuk mendeskripsikan dia itu adalah cara yang paling akurat.
Dia bahkan memanggil kami musuh.”
“Hm~ tapi biarpun begitu, kau masih ingin mengadakan pesta ulang tahun
dan membelikannya hadiah~ aku benar-benar tidak mengerti.”
“Kudengar memberikan benda semacam ini pada orang lain itu cukup
menguntungkan.”
Produk kayu itu sepertinya adalah kerajinan tangan, selain desain burung
dan sayap yang sudah ada banyak di toko ini, ada juga barang dengan
desain gelas anggur, sepatu kuda, bunga ataupun bintang.
“Hey, Acies, benda ini lumayan bagus, iya kan? Praktis untuk digunakan,
memiliki desain lucu, dan meski tidak digunakan, tidaklah sulit untuk
menyimpan mereka.”
'Tolong bungkus ini, dan yang dua itu bungkus secara terpisah.'
Meski sedikit kurang pantas, Maou tetap merasa seperti meraih sebuah
prestasi karena akhirnya dia bisa menghadapi Chiho dengan benar.
Begitu Maou melihat hal tersebut, dia langsung memiliki perasaan tak
enak.
"Hey! Tahan sedikit lagi! Jangan melakukan hal semacam itu di jalan!"
Namun, dengan cara yang begitu kejam, harapan Maou jatuh seketika.
"Aughhh......."
"Uwaahh!!"
Namun, hal yang lebih serius adalah dahi Acies terlihat menembakkan
sebuah sinar ungu ke tanah di saat yang sama.
"Ooohhh???"
Maou memegangi tali bahu yang ada di baju Acies dengan panik,
menghentikannya agar ia tak jatuh, namun sinar ungu di dahi Acies
nampaknya memiliki daya dorong yang cukup kuat, dan seperti sebuah
roket, sinar itu mengangkat Acies dan Maou yang memegangi tali bahu
Acies, ke udara.
Memegangi tali bahu Acies, Maou meneriaki gadis itu sambil terus
tertahan di udara, namun, Acies hanya mengerang tak bisa berkata apa-
apa.
Dari situasi yang sangat aneh ini, bisa dipastikan kalau fragmen milik
Acies juga terletak di dahinya seperti Alas Ramus, Maou tidak melakukan
apa-apa, tapi jika fragmen Yesod menunjukkan reaksi kuat seperti ini,
maka,
Karena Acies menunjukkan reaksi yang begitu kuat, itu artinya Acies
menemui situasi di mana dia harus menggunakan kekuatan yang cukup
besar.
"Ugpwah!"
"Ah, hey?"
"Uwaaahhhhhhhh........."
Sinar yang berasal dari dahi Acies seketika menjadi semakin kuat, Maou
tidak bisa melepaskannya, dan mereka berdua, seperti roket yang
kehilangan kendali, berputar-putar di langit kota dan mendarat di parit
pertahanan yang ada di pinggir kota.
XxxxX
Sesaat sebelum Maou dan Acies meluncur bagaikan roket.
“Apanya?”
“Azure Sky Canopy. Padahal mereka katanya memiliki parit yang indah
dan kota yang menutupi langit luas, dan aku mempercayainya ketika aku
pertama kali datang ke sini, tapi sekarang ketika aku melihatnya lagi,
kurasa mereka tidak seindah itu.”
Olba benar, bahkan jika dilihat dari jarak yang sangat jauh pun, area yang
membentang dengan Area Pusat dan kastil tower sebagai pusatnya ini,
masih bisa terlihat dengan jelas, namun, meski pemandangan ini terlihat
seperti sebuah lukisan yang menggambarkan pegunungan menjulang, hal
tersebut sama sekali tidak bisa menyentuh hati Emi.
Emi begitu terkejut ketika mendengar Olba yang mengkhianati Gereja dan
bahkan menggunakan seluruh Benua Timur dan iblis dari Dunia Iblis ke
dalam rencana liciknya, ternyata masih memiliki minat untuk
membicarakan pemandangan indah seperti itu.
“Meskipun aku tidak pernah melihat tempat aslinya, setelah melihat foto
bunga Sakura mekar saat musim semi di Kyoto dan Kastil Himeji, aku
merasa tempat ini sama sekali tidak bisa dibandingkan.”
“Hm, Emilia, jika kau tidak puas dengan pemandangan di sini, ketika kita
menyelamatkan Unifying Azure Emperor nanti, kau bisa memberinya
saran mengenai pemandangan di Azure Sky Canopy."
Emi menatap Olba dengan emosi gelap, kemudian ia berbalik dan berjalan
menuju tenda yang berdiri di atas bukit, yang mana dipakai sebagai tenda
operasi utama.
Setelah ini, para anggota Milita, termasuk Emi akan mengadakan rapat
militer membahas 'Rencana Pembebasan Ibukota Kerajaan.'
Dan sebelum mencapai batas antara Area Komersial dan Area Pertanian,
Milita sudah berhasil mengalahkan dua Kepala Suku Malebranche.
Meski sebelum datang ke Jepang Emi sangat ingin membunuh para iblis
tersebut, ketika ia mendengar bahwa dua Malebranche yaitu Draghignazzo
dan Scarmiglione gugur dalam pertarungan, sebuah rasa bersalah yang tak
bisa dijelaskan malah muncul di benaknya.
“... Tidak, itu adalah salah satu kota besar di Jepang. Meski itu mirip
dengan Tokyo, mereka adalah kota dengan nama yang berbeda.”
“E-Emilia-sama!”
“Ada apa?”
“Ada kabar dari pasukan yang menyusup ke dalam Azure Sky Canopy.
To-tolong tetaplah tenang dan dengarkan!”
Si tentara pembawa pesan melapor dengan wajah pucat dan suara gemetar,
“Pasukan kami telah melihat Jenderal Iblis Alsiel di Azure Sky Canopy
Detached Palace!”
“Ashi-Ashiya?”
“......Ah, tidak, bukan apa-apa.”
Emi secara tak sengaja menggunakan nama bahasa Jepang yang merujuk
pada Alsiel di Jepang di depan orang dari Ente Isla, dari hal ini, bisa dilihat
betapa terkejutnya dia mendengar kabar itu.
Emi sama sekali tak mengerti kenapa Ashiya bisa ada di Azure Sky
Canopy.
Tapi karena Ashiya ada di sana, Emi harus menanyakan hal ini,
Dulu, Emi dan Suzuno begitu khawatir kalau Maou dan Ashiya bergabung
dengan pasukan Malebranche untuk membentuk Pasukan Raja Iblis yang
baru.
“Eh? Ti-tidak, Raja Iblis Satan? Kami tidak menerima laporan seperti itu....
dan bukankah Raja Iblis Satan sudah Emilia-sama kalahkan?”
…. menjawab demikian.
Ketika dia berangkat dari Fangan, Emi menemukan berbagai versi yang
berbeda-beda di setiap daerah mengenai informasi tentang takdir
Pahlawan Emilia, tapi hanya fakta bahwa Raja Iblis Satan telah dikalahkan
oleh Pahlawan Emilia saja yang menyebar luas.
Meskipun Emi tidak dapat memikirkan alasan kenapa Ashiya bisa ada di
Azure Sky Canopy sendirian, dari bagaimana dia tidak menyukai tindakan
para Malebranche, setidaknya bisa dipastikan kalau situasi saat ini
bukanlah apa yang Ashiya inginkan.
Jika demikian, siapa yang membawanya ke Azure Sky Canopy dan untuk
tujuan apa?
“Apapun alasannya....”
“Ugh...”
“Ah, O-Olba-sama....”
Olba yang datang dari belakang Emi tanpa diketahui, berbicara bahkan
tanpa memberi waktu bagi Emilia untuk berpikir,
“Karena itu hanya Alsiel, dia seharusnya bukanlah tandingan bagi Emilia
yang sekarang. Apa yang harus kita lakukan tidaklah berubah. Tak ada
yang perlu dikhawatirkan.”
“A-anda benar. Dan dalam pertarungan besar sebelumnya, Alsiel juga
mundur dari Benua Utama karena dia takut terhadap Emilia-sama.....”
Emi yang menyaksikan seluruh kejadian itu dengan sebuah lirikan, mulai
menunjukkan ekspresi suram.
Dalam Milita, orang yang bisa bertarung melawan Jenderal Iblis Alsiel
atau bahkan mengalahkannya, hanyalah Emilia dan Olba.
Walau Emilia masih tidak bisa memahami tujuan asli Olba, satu-satunya
hal yang sudah bisa dipastikan adalah, jika Emilia tidak menyelesaikan
tugas yang Olba berikan padanya, impiannya pasti akan dihancurkan.
“Kalau begitu ayo kita mulai rapat militer untuk membicarakan strategi
perang guna menaklukan Area Pusat dan menyelamatkan Unifying Azure
Emperor!”
Olba memasuki tenda dan setelah ragu beberapa saat, Emi mengikuti di
belakangnya.
Tenda terlihat gelap segelap hati suram Emi, dan kali ini......
Suara Alas Ramus memancarkan cahaya yang sangat berbeda dengan hati
Emi.
Emi mematung karena rasa syok yang dialaminya dan berhenti berjalan.
Tanya Olba setelah melihat Emi tiba-tiba berhenti, tapi meski begitu, Emi
tetap tak bisa bergerak.
“..... Ah.”
“Aku.....”
“.... Maafkan aku, aku tidak bisa menghadiri rapat militer ini. Aku merasa
tidak enak badan. Tak peduli siapapun lawannya, tak masalah kan selama
aku bertarung dengan musuh terkuat?”
"Apapun yang terjadi..... apapun yang terjadi... pria itu.... adalah milikku
dan milik ayahku.....!!"
Emi masih bisa mengingat dengan jelas wajah tersenyum yang sedang
membicarakan impian bodoh tersebut di suatu sore di Shinjuku.
Meskipun dia tidak begitu kuat, setiap kali Emi berada dalam masalah, dia
akan selalu muncul dengan ekspresi angkuh di wajahnya, dan pada
akhirnya, semua masalah akan terselesaikan ketika dia mengucapkan kata-
kata bodohnya.
"Ke.... Kenapa......"
"Mama, papa pasti akan datang dan menemukan kita! Jadi aku akan
bersikap baik, okay!"
Di suatu tempat di hati Emi, dia selalu berharap kalau Maou Sadao, yang
selalu mengatakan lelucon dan keluhan yang membosankan sekaligus
membereskan bahaya yang mengintai Emi dan orang yang penting bagi
Emi, akan datang untuk menyelamatkannya.
Jika Maou datang ke Ente Isla untuk mengejar Ashiya, bukankah dia akan
mengetahui keadaan sulit Emi dan menyelamatkannya juga?
Pemikiran licik semacam itu mulai menunjukkan wajahnya.
Jika dia ingin menyelesaikan situasi yang menjerat Emi, hanya melindungi
Emi dan Alas Ramus serta membawa mereka kembali ke Jepang saja
tidaklah cukup.
Meski Maou mendapatkan kembali wujud Raja Iblisnya dan datang ke sini,
mengalahkan Olba dan Raguel di saat yang sama tetaplah sangat sulit.
Jika seseorang tahu bahwa Maou sedang bergerak untuk melindungi Emi
dan memberi perintah pada bawahan Olba yang ada di Benua Barat,
ladang gandum itu pasti akan berakhir dengan kondisi yang mengerikan.
Kalau semua orang yang mengetahui keadaan Emi lenyap dari dunia ini,
atau jika seluruh Ente Isla tidak lagi peduli dengan 'Pahlawan Emilia',
meskipun dia kembali ke Jepang, Emi takkan pernah bisa menemukan
kedamaian.
Dan pada saat itu, tak peduli ke manapun Emi pergi, orang-orang yang
ingin menggunakan identitas dan nama 'Pahlawan Emilia' di Ente Isla,
pasti akan mengirimkan pasukannya.
Meski begitu....
Karena Emi tahu Maou tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Dan dia tahu, jika Maou tidak setuju, maka Ashiya tidak akan menentang
keinginan tuannya.
Waktu yang Emi habiskan bersama Maou sudah begitu lama sehingga dia
sangat mempercayai hal ini dari dasar lubuk hatinya.
Ketakutan, penyesalan, rasa sakit, dan perasaan aman yang aneh. Emi
yang tidak bisa memahami keadaan mentalnya, hanya bisa terus menangis.
Seketika, Emi merasa kalau amarah dan rasa keadilan yang telah
menyokongnya hingga kini serta pengakuan sebagai Pahlawan yang
menyelamatkan dunia dan seluruh umat manusia, telah menghilang tanpa
jejak.
Alasan kemunduran di hati Emi bukanlah karena rakyat Ente Isla, dengan
dipimpin oleh Olba, telah melakukan hal yang mengerikan pada sang
Pahlawan.
Melainkan karena dia bukanlah manusia yang memiliki jiwa dan impian
yang mulia sejak awal.
“..... Em, Al.... maafkan aku, maafkan aku.... ayah.... maaf, aku tidak bisa
lagi, bertarung sendirian....”
“Mama.”
Tak peduli darah ataupun kelahiran macam apa yang dimiliki Emilia
Justina sang Pahlawan, hingga beberapa tahun yang lalu, dia hanyalah
anak tunggal dari seorang petani yang menjalani kehidupan normal,
seorang gadis biasa yang bisa dilihat di manapun.
Tekad Sang Pahlawan yang terlahir dari kebencian seorang gadis berusia
kurang dari 18 tahun, baru saja telah hancur.
“Aku tidak tahu, apa yang harus kulakukan.... ayah, Em, Raja Iblis....
seseorang kumohon datanglah....”
“Mama.”
Kali ini,
Di dahi gadis kecil itu, sebuah tanda berbentuk bulan sabit bercahaya
seperti ketika pedang suci aktif ataupun ketika dia memanggil fragmen
Yesod lain.
Alas Ramus, dengan tangan hangat nan halus miliknya, mengangkat wajah
Emi yang dipenuhi air mata dan tersenyum.
“..... Ahh, maaf, Alas Ramus.... kurasa aku akan segera hancur.....”
Meskipun dia merasa terluka karena tahu bahwa 'ibu asli' Alas Ramus
adalah Laila, dia kini malah menangis di depan 'putri' yang seharusnya dia
lindungi.
Tapi walau dengan keadaan Emi sekarang, Alas Ramus tetap berbicara
dengan kondisi mental yang semurni kulit lembutnya,
“....?”
“Alas Ramus....?”
“Mama selalu bersama dengan papa. Chi nee-chan, Suzu nee-chan,
Lucifer, Em nee-chan, semuanya akan selalu bersama dengan mama.”
“Alas Ramus.....?”
“Semuanya.... bersama.....”
“Tapi ini sudah terlambat. Aku terlambat menyadari fakta ini. Di sini,
bahkan jika aku menyerah terhadap ladang gandum milik ayah, aku sudah
tak bisa lagi bersama dengan Raja Iblis dan yang lainnya...”
“Kenapa?”
“Karena....”
Ini bukanlah pertarungan yang Emi inginkan, dan musuh tidak sepenuhnya
bersalah.
Bagaimanapun, Emi masih merasa kalau tindakannya itu tak ada bedanya
dengan tindakan yang dia lakukan saat melawan Pasukan Raja Iblis yang
dia anggap jahat.
Meskipun dia tahu bahwa iblis bukanlah monster yang hanya tahu cara
membunuh dan tidak bisa diajak berkomunikasi.
Tapi karena impiannya, Emi tidak bisa menghentikan Fangan Milita yang
menggunakan namanya, dan, tanpa tahu berapa banyak kejahatan yang
telah musuh perbuat, Fangan Milita membunuh para Kepala Suku
Malebranche.
Jika Emi bersikeras bahwa itu adalah untuk melindungi impiannya dan
secara pribadi bertempur mengayunkan pedangnya, hasilnya mungkin
akan berbeda.
Tapi, Emi tidak melawan dan bahkan tidak melakukan apa-apa, dan hanya
menyaksikan semuanya terjadi.
“.....?”
Kali ini, sebuah suara gelisah milik pembawa pesan tadi terdengar dari
pintu masuk tenda.
“Erhm, apa anda baik-baik saja? Saya dengar anda merasa tidak enak
badan....”
Barusan Emi menangis begitu keras dan tidaklah aneh jika seseorang
mendengarnya.
Dengan semuanya yang sudah seperti sekarang ini, Emi sama sekali tak
punya energi untuk menyembunyikannya, jadi dia sedikit mengusap sudut
matanya, berdiri, dan menemui si pembawa pesan.
“Kami mendapat surat dari Jenderal Iblis Alsiel yang dikirim dari Azure
Sky Canopy.”
“Itu benar. Dan surat itu dia tujukan pada Emilia-sama, jadi Olba-sama
berharap anda bisa segera menuju ke sana....”
Bagaimana Ashiya... Alsiel bisa tahu kalau Emi ada di dalam pasukan
ini??
Olba yang terlihat tidak senang dan para pejabat yang terlihat gugup,
menunggu Emi di sana.
Terdapat sebuah kertas kulit domba yang membentang di depan Olba, itu
seharusnya adalah surat yang Alsiel kirim.
“Kudengar surat itu ditujukan padaku... boleh aku melihatnya?”
Karena dia tahu bahwa Alsiel telah melewati garis yang memisahkan dia
dan mereka, para musuh, lalu berinteraksi dengan Emi sebagai Ashiya
Shirou, identitasnya di Jepang.
Dari bagaimana Olba tidak terlalu terkejut dengan kemunculan Alsiel, dia
pasti sudah tahu sebelumnya kalau Alsiel akan kembali ke Ente Isla.
Namun, si uskup agung itu kini memasang ekspresi tegang, yang mana
bisa dilihat kalau surat tersebut adalah situasi yang benar-benar tak terduga
baginya.
Dari kesan yang Emi miliki, semenjak mereka bertemu kembali di kaki
gunung Benua Barat, Olba sama sekali tidak menunjukkan tanda-tanda
telah pergi ke Jepang. Itu artinya Alsiel dibawa kembali oleh kaki tangan
Olba (atau mungkin Olba lah si kaki tangan itu).
Emi mengernyit karena merasa ada orang lain yang terlibat selain Olba,
dan sosok kuat yang mendukungnya.
Emi menerima kertas kulit domba dari Olba, dan mulai membaca isinya
usai menelan ludah.
Tanda tangan Jenderal Iblis Alsiel dan nama Emilia tertulis dalam bahasa
Pusat Perdagangan di atasnya, dan......
"...... Hmmm?"
Bahkan kali ini, suara cemas Olba tidak bisa membuat Emi merasa jengkel.
"Uh... pokoknya ini bukan huruf dari Dunia Iblis ataupun sebuah kutukan.
O-Olba? Kau tidak bisa membaca surat ini?"
"Aku tahu ini adalah kata-kata dari dunia itu. Bahkan aku bisa
menggunakan Idea Link untuk kurang lebih memahami bahasa di sana,
tapi waktu yang kuhabiskan di sana tidaklah cukup lama untuk memahami
kata-katanya secara penuh."
Olba menunjuk ke arah sudut kertas kulit domba di tangan Emi.
“Selain tulisan Hiragananya, kata ini berarti 'dingin', sementara yang ini
adalah 'barang bawaan'. Adapun tulisan di belakangnya, aku hanya tahu
kalau itu biasa digunakan untuk mengungkapkan keinginan balas dendam.”
Ini adalah surat yang Alsiel tulis untuk menyampaikan sebuah pesan pada
Emi.
Dan Emi kurang lebih tahu bahwa Alsiel tidak ingin menjadi musuhnya.
Namun, dia masih tidak mengerti apa yang ingin Ashiya sampaikan.
Ashiya yang memilih kata-kata ini, pasti ada suatu alasan tertentu.
“Uh... tunggu dulu, aku benar-benar tidak tahu apa maksudnya ini. Kenapa
hal seperti ini tertulis......”
Tidaklah aneh bagi Olba menjadi kacau dan Emi menjadi bingung.
Bagaimanapun, surat milik Jenderal Iblis ini....
“Suatu hari nanti, aku pasti akan membalas dendam untuk tahu dan acar
jahe itu.”
“Kata ini dibaca 'tahu', dan jika digabungkan, bacanya menjadi 'tahu
dingin'.”
Emi secara refleks hampir saja ingin menjawab 'itu sangat enak ketika
ditambahkan ke dalam sup miso', namun dia berhasil menahannya.
“Uh, eto, bagaimana aku menjelaskannya ke dalam istilah kita ya, tahu itu
adalah makanan putih dan lembut yang berukuran kecil kira-kira seukuran
bata kecil, mengandung kandungan air yang tinggi dan lembek.... tapi
mereka tidak memiliki rasa.”
Para pejabat Kesatria Hakin menoleh satu sama lain dan berbisik, dan
ketika Emi menjelaskan, dia juga merasa ada sesuatu yang tidak sesuai.
“A-aneh... yeah, mungkin ada benarnya bilang begitu.”
Bahkan jika ia merasa frustasi seperti tidak bisa mengingat apa yang dia
makan dua hari yang lalu, Emi terus berbicara,
“Dan yang ini dibaca 'acar jahe', bentuk makanan ini terlihat seperti umbi
merah keunguan, dan ini adalah tanaman yang akan memberikan rasa pahit
yang kuat pada rongga hidungmu ketika kau menggigitnya....”
“Aku tidak pernah menyangka kalau makanan di dunia lain akan sangat
aneh....”
Tentunya itu karena Emi tidak tahu makanan apa di Ente Isla yang bisa
dibandingkan dengan mereka.
“......Ah.”
Seketika, hati dan tubuh Emi kembali pada momen itu.
Itu adalah apa yang selalu dia lihat dalam mimpinya, meskipun tempat itu
sudah tua dan berisik, di sana selalu dipenuhi dengan suasana damai yang
aneh.... sebuah suasana makan yang ada di apartemen Jepang.
Apa yang ada di hadapan Emi pada waktu itu adalah, Maou yang
mengernyit dan tumpukan besar acar jahe, termasuk milik Emi, yang ada
di atas satu mangkok tahu dingin.
“.... Ugh.”
Di hati Emi, sebuah gelombang frustasi yang berbeda dengan apa yang dia
rasakan ketika menangis di tenda, meluap.
Dan saat dia memahami hal itu, gelombang rasa lega dan kebahagiaan
menyebar di hati Emi, membuatnya merasa kaget meskipun masih berada
dalam kekacauan.
Hal yang dia harapkan beberapa menit yang lalu dan keputusasaan yang
dia rasakan ketika memastikan kalau hal itu tidak akan terpenuhi, kembali
berubah menjadi sebuah harapan di depan mata Emi.
“O-Olba.”
Meski begitu, dia harus menekan perasaan yang hampir meluap tersebut,
dan mulai berpikir dengan segenap kemampuannya.
“A-ada apa?”
“Kita harus secepatnya menuju Azure Sky Canopy, kita tidak boleh
menundanya lagi.”
“Apa katamu?”
Karena hal itu, Emi tidak bisa terus mengucapkan rangkaian kalimat tak
jujur tersebut.
Dengan penuh tekad, Emi menoleh ke arah Olba yang tidak bisa berbicara
terlalu kasar di hadapan para Kesatria Hakin Milita, dan berbicara dengan
nada yang lebih tegas,
“A-apa katamu?”
Emi sama sekali tidak berbohong.
“Alsiel pernah membalik perbedaan kekuatan antara dirinya dan Raja Iblis
Satan di depanku menggunakan 'tahu dingin' dan 'acar jahe'. Aku juga
hampir saja kalah. Kau seharusnya tahu apa artinya kan?”
“Alasan kenapa aku tiba-tiba kembali ke sini dari Jepang terutama juga
karena hal ini. Jika Satan tidak menahan 'acar jahe' itu menggantikanku,
aku benar-benar tidak tahu akan jadi apa semua ini.”
“Bagaimana mungkin.....?”
'Meski aku tidak tahu apa yang kau rencanakan, jika kita tidak segera
bergerak, semuanya akan berakhir. Jika kau meremehkan kekuatan Alsiel
yang sekarang, bahkan aku pun tidak akan bisa lari tanpa tergores.'
“Ugh..... ti-tidak ada pilihan lain.”
Namun, situasi yang berubah dengan kedatangan surat Alsiel yang hanya
bisa dibaca Emi ini, membuatnya merasa gelisah.
Olba, sebagai seorang ahli strategi, seharusnya tahu bahwa satu faktor
tidak pasti saja, bisa merubah seluruh hasil menjadi sesuatu yang tak
diketahui.
“Dia ternyata bukan hanya sekedar pria yang ingin terus membeli telur
satu box per orang.”
Meski Emi tidak tahu bagaimana Ashiya mengirimkan surat itu pada
Milita, cara dan pemikirannya yang mampu merubah situasi di sekitar Emi
hanya dengan satu surat saja, tetap membuat Emi merasa kagum padanya.
Hanya ada satu orang di dunia ini yang akan mencari Emi demi balas
dendam dikarenakan 'tahu dingin dan acar jahe'.
Siapakah orang yang sekiranya akan membalas dendam untuk tahu dingin
dan jahe?
Orang yang akan mencari Emi untuk membalas dendam karena jahe yang
diletakkan di atas tahu dingin miliknya, sudah pasti adalah Maou.
Emi, tidak bisa menahan senyumnya yang tanpa sadar tersimpul, dengan
panik menekan dadanya.
Meski begitu, Emi tetap merasa kalau pandangannya yang tadi ditutupi
oleh keputusasaan yang suram, kini tiba-tiba bisa kembali melihat cahaya.
Walau memiliki pemikiran semacam itu sedikit keras kepala, bahkan jika
pria itu terus mengeluh, Maou tidak mungkin akan melakukan sesuatu
seperti itu, walau dia tidak menyukai Emi, cintanya terhadap Alas Ramus
adalah nyata.
Terlebih lagi, jika Maou hendak mengabaikan Emi, maka Ashiya tidak
mungkin mengirimkan surat tersebut untuk memberi petunjuk bahwa
Maou akan datang.
Jika Maou benar muncul di Ente Isla, dia pasti akan bertindak untuk
membawa Ashiya, Emi, dan Alas Ramus kembali ke Jepang.
'Maou Sadao' yang Emi lihat dalam beberapa bulan ini, adalah pria seperti
itu.
Ditambah lagi, dari bagaimana Ashiya menggunakan kata 'suatu hari nanti'
di suratnya, dia mungkin juga tidak bisa memastikan kapan Maou akan
datang.
Meski begitu....
Asalkan Maou datang ke Ente Isla, tak peduli ke arah mana dia berbicara,
situasi pasti akan berkembang pesat.
Namun Emi tidak yakin hasil macam apa yang akan terjadi setelah
perkembangan tersebut.
Meski dia tidak yakin, karena alasan yang tak diketahui, dia bisa dengan
mudah menebak bagaimana Maou akan berpikir setelah tahu bahwa
Ashiya dan Emi diseret ke dalam situasi ini.
Baik itu Olba, orang di belakangnya yang merencanakan semua ini, atau
bahkan impian Emi, Maou pasti akan bertindak untuk menghancurkan
semua komponen dalam sandiwara ini.
Walau dia tidak menyadarinya, saat ini, termasuk ladang gandum milik
ayahnya dan kehidupan damainya di Jepang, Emi sudah pasrah terhadap
semua itu.
Emi sudah menyerah untuk berpikir apa yang akan terjadi setelah Maou
muncul.
Emi tidak tahu kapan Maou akan datang, kapan Maou akan bergerak, dan
apa yang dia rencanakan.
Meski dia tidak tahu, Emi setidaknya tahu bahwa dia harus bertindak
menurut peran yang sudah ditetapkan untuknya oleh Olba dan orang-orang
yang merencanakan semua ini di balik bayangan .
Sampai saat ketika si 'tokoh utama' yang tak disangka oleh 'penonton'
muncul untuk menciptakan klimaks dalam sandiwara ini, Emi harus terus
bekerja keras.
“Satu-satunya hal yang bisa dilakukan oleh diriku yang bodoh, adalah ini.”
Jadi jika semuanya berjalan lancar dan dia bisa melihat tuan dari meja
makan hangat itu sekali lagi....
Emi ingin melupakan kejadian-kejadian yang telah lalu, dan dengan jujur
meminta maaf atas kejadian yang terjadi beberapa minggu terakhir.
Di suatu tempat yang dingin dan berbau tak sedap, Alberto mengernyit
karena sepatunya dipenuhi oleh debu saat dia berjalan mengikuti Suzuno.
"Kau sudah tahu kalau ada tempat seperti ini di bawah Azure Sky
Canopy?"
"Hal ini juga termasuk bagian dari Bayangan Fanatik Gereja. Alberto-
dono, kau seharusnya sudah tahu kalau sebagian dari utusan Gereja adalah
mata-mata yang dikirim oleh Saint Ignord, kan? Karena mereka adalah
sekumpulan orang yang bersedia mengorbankan diri demi Tuhan, mereka
juga bersedia mempertaruhkan nyawa untuk mengirimkan berbagai
informasi kembali ke Saint Ignord."
Suzuno dan Alberto saat ini sedang berjalan menyusuri sebuah jalur bawah
tanah.
Dengan tidak adanya pergerakan lain di dalam lorong batu tersebut selain
mantra cahaya di tangan Suzuno dan debu di kaki mereka, di dalam sana
sangatlah hening, seolah waktu telah berhenti.
"Kau yang berasal dari Gereja dan bisa membicarakan bagaimana Afashan
menjaga rahasianya, itu terdengar sangat ironis."
"Hm, rasanya aku juga pernah dengar kalau makam dari raja-raja dinasti
terdahulu berada di bawah dinding kota yang membentang menuju bagian
timur Ibukota Kerajaan. Jadi maksudnya ini ya. Tapi, meski ini sudah
menjadi rahasia umum, jika semua orang bisa masuk dengan mudah,
bukankah ini akan sangat menguntungkan bagi orang-orang yang ingin
menyulut perang sipil?"
"Oleh sebab itulah, jalur ini diurus oleh orang-orang yang terdekat dengan
Kaisar, yaitu para Kesatria Seisokin."
Karena itu adalah kantor milik Kesatria Hakin, sebagai orang luar, mereka
berdua mengira tak akan mudah untuk menyusup masuk ke dalam sini,
tapi ternyata, bahkan tentara yang seharusnya bertugas menjaga dinding
kota pun tak bisa ditemukan di manapun, tempat ini jadi terlihat seperti
sebuah cangkang kosong.
Di dalam Afashan saja, ada lebih sari seratus kantor operasi milik Kesatria
Seisokin di sepanjang dinding kota. Kesatria Azure Sky Canopy yang
tidak mengetahui pergerakan Suzuno dan Alberto, tidak mungkin akan
memasang perangkap merepotkan seperti itu ketika mereka belum bisa
memastikan kalau Suzuno dan Alberto akan datang.
Walau mereka juga disebut Hakin, ada sebuah hierarki ketat dalam
Pasukan Kesatria Hakin.
"Hm? Lalu tanda macam apa yang kau ikuti? Tak peduli seberapa
hebatnya orang-orang dari Departemen Penyebaran Ajaran Gereja bisa
mengumpulkan informasi, mereka tidak mungkin tahu rute yang hanya
diketahui oleh para Kesatria Seisokin....."
Tanya Alberto dengan panik, tapi begitu ia melihat tatapan tajam Suzuno
yang menyipit saat ia menoleh, Alberto langsung menelan kata-katanya
sendiri.
"Meskipun aku tidak tahu sudah berapa lama jalur ini ada di bawah kota,
setelah beberapa ratus tahun, bentuk setiap batu-batuan yang ada di tepi
jalanan di sini pastinya sangat berbeda."
"O-ooh?"
"Ketika kami menjalankan 'misi suci', kami jarang sekali mengetahui soal
tempat yang akan kami susupi sebelumnya. Dan daripada menggunakan
api untuk menerangi ruang bawah tanah, akan lebih aman untuk
menggunakan mantra. Seisokin itu sangat hebat bahkan sebagai seorang
penyihir, jalanan yang sudah disinari dengan mantra untuk waktu yang
sangat lama, sangatlah mudah untuk dibedakan."
Saat berpikir hingga ke poin ini, Alberto akhirnya sadar kalau Suzuno
sama sekali tidak membuat suara apapun ketika sedang berjalan.
Dan setelah mendapati suara langkah kaki yang terdengar di ruangan besar
ini ternyata hanyalah suara langkah kakinya, Alberto sekali lagi tersadar
kalau sosok wanita kecil yang ada di hadapannya ini bukanlah seorang
penyelidik biasa.
"Kalau begitu... kenapa kita sama sekali tidak melihat Kesatria Seisokin?"
"....."
"Di dalam Milita, seharusnya ada juga orang yang mengetahui rute ini.
Tergantung situasinya, Milita juga bisa menyerang kota dari sini. Terlepas
dari apakah Seisokin yang ada di Azure Sky Canopy mendukung Milita
atau Alsiel, tidakkah kau merasa aneh tidak ada satu pun orang yang bisa
dirasakan di sini?"
"Aku juga tidak tahu alasannya.... Selain itu, bahkan kantor operasi Hakin
yang kita lewati ketika memasuki jalur bawah tanah ini juga kosong.
Semenjak kita memasuki Afashan, aku terus merasa kalau pergerakan para
Kesatria Hakin itu sangat aneh. Tempat yang seharusnya dijaga, malah
kosong, tapi ada banyak orang yang dikirim ke daerah pinggiran dan area
yang jauh dari Ibukota Kerajaan, tempat yang seharusnya tidak perlu
dilindungi."
"Karena kita sudah bisa melihat tujuannya, kita hanya bisa melangkah
maju. Meskipun di depan sana adalah kandang macan."
"Ohhh...."
Tak lama setelahnya, mereka berdua sampai di depan sebuah pintu besar
yang sedikit terbuka.
Tentu saja, Alberto juga mengikutinya dari belakang, tapi bahkan setelah
menaiki sekitar seratus anak tangga, mereka sama sekali tidak menemukan
jebakan ataupun para penjaga, hal itu membuat mereka merasakan sebuah
kegelisahan yang aneh.
Usai menaiki tangga, sebuah lorong redup dengan gaya yang sama seperti
lorong dan tangga di bawah, tampak di hadapan mereka. Ujung dari lorong
yang agak pendek ini terlihat seperti sebuah dinding normal.
"Di saat seperti ini, memang lebih baik kalau ada seorang pria."
Karena keliman bagian bawah jubah Suzuno sangat panjang, Alberto yang
tidak perlu khawatir akan membuat kekacauan, mendongak untuk melihat
tangan Suzuno.
"Ah? Ugoh?"
"Hughh... Fu!"
"Itu benar. Biar aku naik lebih dulu, aku akan menarikmu dari atas."
Alasan kenapa bagian dalam ruangan itu cukup gelap, adalah karena di
luar saat ini sudah malam. Nyatanya, bahkan Alberto dan Suzuno sudah
berjalan menyusuri jalur bawah tanah untuk waktu yang sangat lama.
Untungnya, ada lilin di sekitar ruangan, jadi mereka masih bisa melihat
situasi di ruangan tersebut.
Alberto yang tidak pernah melihat ruangan mewah seperti ini meskipun
latar belakang keluarganya tidak termasuk kelas bawah, menanyakan hal
tersebut karena tertarik, namun dia langsung menyesalinya.
Alberto sesaat tidak bisa mengerti maksud di balik kata-kata Suzuno, dan
memandangi telapak tangannya yang bersentuhan langsung dengan lantai.
"Toi-toilet?"
".....Jangan-jangan, ini...?"
"Itu pasti perak murni. Mengingat usaha dan uang yang diperlukan untuk
merawat mereka, Alsiel mungkin akan pingsan."
"Uh, itu benar, lagipula, orang-orang pada umumnya tidak akan mau
berjalan menyusuri lantai toilet...."
"Kuharap begitu."
"Hm?"
"Ada apa?"
"Kelihatannya ada tempat yang dikelilingi oleh sihir iblis dan mantra
barrier sekaligus. Letaknya tak jauh berada di atas kita. Apa kau
merasakan sesuatu?"
"Hm... Oh benar, apa kita akan pergi ke sana?"
"Sepertinya itu bukan Alsiel, tapi untuk tempat yang memiliki sihir iblis
dan mantra barrier sekaligus, pasti ada satu alasan khusus. Kita harus
melihatnya."
"Aku mengerti, tapi karena kita sudah ada di sini, kita mungkin tidak akan
bisa menghindari pertemuan dengan Kesatria Hakin atau Malebranche,
jika itu terjadi, apa yang akan kita lakukan?"
"Ah."
"Ah."
"....Ah."
Pintu toilet terbuka tanpa peringatan apapun, dua pria dengan bandana
hijau di tangan mereka, masuk sambil membawa peralatan kebersihan.
Dan setelah mereka melihat Alberto dan Suzuno, mereka mengeluarkan
suara konyol.
Mereka mungkin tidak menyangka akan ada orang di dalam toilet, dan
Alberto serta Suzuno, karena teralih perhatiannya oleh tanda-tanda
keberadaan yang ada di atas mereka, tidak menyadari pergerakan kedua
Kesatria Seisuikin tersebut.
"""".......""""
Keempat orang tersebut saling menatap satu sama lain selama beberapa
detik.
****
Namun, orang yang bisa mengurus dan melindungi sang Kaisar sendiri
hanyalah Kesatria Seisokin, para anggota Seisuikin yang tidak bisa
mendekati tubuh suci sang Kaisar, hanya ditugaskan untuk membersihkan
kamar dan barang-barang yang digunakan oleh Kaisar.
"Pekerjaan itu pasti sangat berat.... akan sangat bagus jika mereka
mendapat promosi begitu kekacauan ini berakhir."
Meskipun ada sebuah sistem hierarki ketat di antara para Kesatria Hakin,
para Kesatria Seisuikin tetaplah bangga dengan pekerjaan kastil mereka
dan bekerja keras untuk membersihkan toilet, karena itulah, sejak awal
Alberto sudah merasa sangat kasihan pada mereka.
"Huuh, tapi karena mereka tidak puas dengan situasi ini, itulah kenapa
mereka memberitahu kita lokasi keberadaan Unifying Azure Emperor.
Meski kita jelas-jelas terlihat seperti penyusup, dibandingkan para iblis,
mereka pasti berpikir akan lebih baik kalau menyerahkan Kaisar pada kita.
Ketika nanti kita bertemu dengan Unifying Azure Emperor, kita harus
melaporkan kontribusi mereka."
Adapun untuk tiga potongan kain tersebut, dua potong kain mereka
ikatkan di tangan kiri, sementara yang satunya mereka ikatkan di tangan
kanan.
Ini adalah kode yang dipakai oleh Kesatria Hakin untuk memberitahu
bahwa orang yang memakai potongan bandana seperti ini, bukanlah
musuh.
"Hm?"
Anggota Seisuikin tadi bilang kalau para anggota Kesatria Seisuikin dan
Seisokin, tetap berada di sini untuk menjaga Unifying Azure Emperor.
Itu artinya, seseorang telah memberi perintah dari balik bayangan kepada
semua Kesatria Hakin selain mereka untuk menyebar ke tempat lain.
"... Tidak, sekarang bukanlah waktunya untuk memikirkan hal itu. Sang
Kaisar pasti ada di puncak tangga ini. Aku merasakan keberadaan barrier
yang kuat di sana. Ayo pergi!"
Tujuan utama Milita adalah merebut kembali Azure Sky Canopy dari
tangan para iblis, jadi sudah sewajarnya itu juga termasuk memastikan
keselamatan Unifying Azure Emperor.
"I.... ini?"
Setelah berlari selama beberapa saat, apa yang muncul di hadapan Suzuno
dan Alberto adalah sebuah kamar yang sesuai dengan standar tempat
tinggal seorang Kaisar, tempat itu hanya bisa dideskripsikan sebagai
sesuatu yang begitu mewah sampai-sampai toilet barusan hanyalah seperti
'ruang' yang tak bisa dibandingkan.
'Permisi, ada sesuatu yang ingin kami laporkan pada yang mulia. Tolong
maafkan kelancangan kami karena telah memasuki kamar yang mulia
tanpa izin.'
"Tunggu!"
"Dan anehnya, aku tidak bisa menemukan mantra barrier. Tidak ada
satupun tanda-tanda mantra barrier di sekitar ranjang itu ataupun ruangan
ini."
Seketika,
"Hey hey hey, siapa yang berani melakukan sesuatu seperti menyusup
masuk ke dalam kamar Kaisar?"
""Ugh?""
Namun orang yang muncul dari distorsi hitam tadi bergerak dengan begitu
pelan seolah itu adalah hal yang merepotkan, dia juga memancarkan aura
seakan-akan bisa menyerang kapan saja.
Setelah melihat makhluk besar yang muncul dari distorsi tersebut, Suzuno
menahan napasnya.
"Li-Libicocco?"
".... Yeah."
"Ini aneh. Luka-lukaku sama sekali tidak mau sembuh, aku benar-benar
bingung karena hal ini. Meski aku menggunakan sihir iblis untuk
menyembuhkannya, tapi itu sama sekali tidak berefek. Oleh sebab itu,
karena aku tidak bisa maju ke garis depan, aku hanya kebagian tugas
menjaga, yang mana bahkan bisa dilakukan oleh seorang manusia."
"Siapa pria yang tidak pernah kulihat itu? Dia nampak memiliki sihir suci
yang sangat kuat. Jangankan kau, aku bahkan sama sekali tidak mendengar
kalau orang semacam itu akan datang."
"Apa?"
"Mundur Libicocco! Kau seharusnya sudah tahu bahwa meski kau tetap
berada di Afashan, kau tidak akan bisa mengembalikan Pasukan Raja
Iblis."
"....."
Ucap Suzuno dengan gelisah, dan meskipun Libicocco menatap lurus mata
Suzuno, pada akhirnya dia sama sekali tidak menjawab.
"Hal semacam itu sejak awal takkan mungkin bisa dipenuhi. Walau akan
sangat menyakitkan untuk mengakui hal ini, tapi kalian itu sudah ditipu
oleh para malaikat dan Olba Meyers, kalian hanya akan menjadi korban
demi rencana Surga. Apa menurutmu Raja Iblis ingin kalian mati sia-sia?
Sekarang belumlah terlambat, jadi cepat dan mundurlah kembali ke Dunia
Iblis. Dan sampaikan juga pesan ini pada Alsiel. Mustahil dia tidak tahu
fakta ini."
"......."
"Libicocco!!"
"Aku mengerti semua yang kau katakan. Aku tahu kami ini sangat bodoh,
dan juga tahu kalau orang yang dipanggil Raguel dan Olba itu sudah
sangat mencurigakan sejak awal. Namun, kami sudah tidak bisa kembali."
Ekspresi Suzuno menjadi kaku setelah mendengar satu nama yang tak
disangka-sangka.
Hanya ada Gabriel dan Kamael saja sudah sangat sulit untuk dihadapi, dan
sekarang, ada malaikat lain lagi, situasi ini benar-benar sudah tidak bisa
ditunda lebih lama lagi.
Mereka mungkin ingin menyingkirkan seluruh situasi yang bisa
menghambat rencana mereka. Bahkan, berdebat di Cloud Detached Palace
seperti ini bisa jadi adalah hal yang sangat berbahaya.
"Tapi kalian ini belum berada di titik di mana tidak ada jalan kembali!
Semuanya akan baik-baik saja asalkan Unifying Azure Emperor kembali
ke tangan Milita dan kalian kembali ke Dunia Iblis! Hanya dengan
melakukan itu saja, kau bisa menghindari pengorbanan yang tak perlu dari
orang-orang yang masih hidup. Raja Iblis tidak pernah meminta Ciriatto
menebus dosa-dosanya! Jadi bahkan untuk kalian pun, dia pasti akan...."
"Apa?"
Libicocco menolak saran tulus Suzuno tanpa ragu dan mengatakan sesuatu
yang sangat mengejutkan Suzuno.
"Ketika aku bilang tidak bisa kembali, maksudku bukanlah situasi saat ini.
Melainkan keinginan pertama Pasukan Raja Iblis."
"Keinginan pertama?"
Hal itu pasti merujuk pada perkara soal menghindari kelaparan penduduk
Dunia Iblis yang Maou sebutkan sebelumnya.
Tapi situasi saat ini bukanlah waktu yang tepat untuk membicarakan
masalah semacam itu.
"Menurut Alsiel-sama, jika kami tidak ingin penduduk Dunia Iblis punah
ke depannya, di sinilah kesempatan pertama dan terakhir kami untuk
meletakkan pondasi. Jika kau, sebagai orang luar datang untuk
mengacaukan semuanya, itu akan sangat merepotkan kami."
"Siapa yang tahu? Tapi ini juga merupakan perintah dari Alsiel-sama.
Hanya satu orang yang bisa memasuki kamar ini. Jika orang lain datang
ke sini....."
"Ah, hey!"
Mengabaikan Alberto yang mencoba menghentikannya, dan
mengaktifkan Palu Sucinya, mengayunkannya ke arah Libicocco.
Namun....
"Ugh....!"
"Ya ampun~ pasti sangat sulit untuk kalian. Meskipun aku tidak tahu
bagaimana kalian menyusup ke tempat ini tanpa ketahuan, bisa datang ke
sini dari tempat yang begitu jauh saja sudah sangat luar biasa. Lagipula
tempat ini tidak memiliki stasiun Shinkansen."
"Si-siapa kau?"
"Gabriel....?"
Daripada Suzuno, malaikat agung dengan wajah arogan itu nampak lebih
penasaran terhadap Alberto, dan bertanya dengan kaget.
"Eh? Seingatku kau adalah orang yang berasal dari sini. Kalau tidak salah
kau itu rekan Emilia. Apa yang terjadi dengan Raja Iblis?"
"......."
"Ugh??"
Tapi apa yang sulit dipahami adalah, kenapa Libicocco yang tahu bahwa
mereka telah ditipu oleh pihak Surga, akan mendengarkan perintah Alsiel
dan mengirimkan informasi mengenai Suzuno dan yang lainnya pada
Gabriel.
Namun, hanya dengan gerakan itu saja, Suzuno dan Alberto yang masing-
masing membawa palu dan mengepalkan tangannya bersiap untuk
bertarung, sudah tidak bisa bergerak sama sekali.
"A-apa.... maksudmu?"
"Ugooohh!"
"Datanglah lagi ketika semua aktor telah berkumpul! Pada saat itu, entah
ayah Emilia yang tertidur di sebelah sana, atau kaisar tua yang menjalani
kehidupannya di atas, kau bisa melakukan apapun yang kau mau."
"Apa?"
"I-ini?"
Ditambah lagi, karena gate ini dibuka oleh Gabriel yang memiliki
kekuatan besar, walaupun Suzuno dan Alberto ingin mengaktifkan mantra
mereka, arus di dalam gate tidak mengizinkan mereka untuk melawan.
"Siaaaalllllll.......!!!!"
Apakah dia akan dengan begitu mudahnya dikalahkan oleh musuh yang
kuat dan menyaksikan waktu berlalu tanpa bisa melakukan apa-apa?
Suzuno mengusap air mata yang ada di sudut matanya, dan menoleh ke
arah Alberto.
Padahal masih kurang dari satu menit setelah mereka memasuki gate.
Namun, di ujung ruang aneh ini, cahaya pintu keluar gate memang terlihat.
Kalau seperti ini, mungkinkah mereka dilempar ke bumi atau ke dunia lain
lagi?
"Kita keluar!"
Tapi untungnya itu hanya pada ketinggian di mana mereka masih bisa
melihat pergerakan pejalan kaki di bawah.
Terbuka dan tertutupnya gate pasti akan mengganggu aliran udara, karena
hal itu, berbagai burung merpati yang ada di dekat Alberto dan Suzuno
dengan cepat berganti formasi dan perlahan menghilang.
Mereka bisa mendengar suara lonceng. Aneh. Padahal mereka baru saja
berpisah dengan Maou beberapa jam yang lalu.
"Hey! Apa kau bisa terbang? Atap bangunan di sana terlihat datar. Kita
akan mendarat!"
Alberto, tidak menyadari keadaan Suzuno yang kini sedang terguncang,
menunjuk ke arah bangunan besar di bawah mereka untuk beberapa saat.
""Ugh!!""
"I-ini...."
Setelah melihat kota yang ada di bawahnya dari atap, Alberto tak bisa
berkata-kata.
"Saint Aire....?"
Di depan mata Alberto, berdiri sosok agung kota Kekaisaran Suci Saint
Aire.... Irihem.
Namun, saat ini, Suzuno dan Alberto tidak memiliki waktu untuk pergi ke
sana.
Suzuno merosot jatuh dengan lemah di atap bangunan itu, tapi meski
begitu, dia masih bisa mengeluarkan HPnya dari dalam jubah.
Tapi meski ia bisa menghubungi Maou, apa yang bisa Maou lakukan?
Jika dia tahu kalau Suzuno dan Alberto telah mencapai jalan buntu, Maou
pasti akan bergerak, tanpa menghiraukan keselamatannya.
"Sialan....."
"....Eh?"
"Karena Kota Kekaisaran ada di sebelah sana, itu artinya ini adalah sektor
Orius. Dengan kata lain... di sana! Bangunan itu! Itu pasti Institut
Pengawasan Sihir."
"Itu benar. Jika ingatanku tidak salah, ini adalah tempat pemeriksaan.
Gereja milik Saint Aire di sektor Orius."
Suzuno merasa kalau kakinya yang beberapa saat lalu merosot ke lantai,
kini telah mendapatkan kembali energinya.
Masih ada harapan. Jika semuanya berjalan lancar, mereka mungkin bisa
segera kembali ke Azure Sky Canopy.
XxxxX
Angin kencang mulai berhembus dan awan abu-abu mulai menutupi langit
Azure Sky Canopy.
"Memang tak ada yang menonton, tapi dengan begini, tak peduli apa yang
terjadi di kota ini, tak satupun orang yang akan menyadarinya."
Kalimat tersebut tertiup terbawa oleh angin, dan tak dapat terdengar oleh
siapapun.
"Pahlawan Emilia dan orang yang memimpin Pasukan Raja Iblis yang
baru, Jenderal Iblis Alsiel. Dengan begini, semua aktor telah berkumpul.
Kalian pasti memikirkan hal itu, bukan? Naif. Kalian itu hanya bisa
menikmati drama tak bernaskah ini!"
"Jika manusia menjalani kehidupan yang mudah seperti itu, mereka pasti
akan menjadi tak berguna. Mereka harus bergerak dengan seluruh
kemampuan mereka di beberapa titik. Karena, kita ini juga hidup."
XxxxX
Ibukota kerajaan yang dikenal sebagai kota paling indah dan paling agung
di Afashan, yaitu Area Pusat dari Azure Sky Canopy, kini benar-benar
hening.
Di pusat kota besar di mana tak seorang pun terlihat, lebih tepatnya di jalan
utama menuju menara kastil, meskipun ada lampu jalanan yang menyala
seperti yang bisa dilihat di kota-kota lain, selain daripada itu, hanya ada
cahaya bulan yang bersinar menembus awan serta udara lembap yang
bertiup dari awan hitam.
"Em-Emilia-sama?"
"Tapi ini hanya berlaku pada mereka yang percaya diri dengan
kemampuan mereka. Tempat ini berbeda dari kota-kota yang kita perangi
sejauh ini. Jika kalian tidak bisa mengikutiku dan Olba, kalian pasti akan
kehilangan nyawa begitu kalian terkepung."
"....."
Seolah ditarik oleh kalimat tersebut, Olba juga muncul dari belakang
dengan kudanya.
Jawaban Olba sama sekali tak memiliki energi, bahkan seorang pejabat
yang tak tahu apa-apa pun, bisa merasa kalau jawaban itu penuh dengan
kegetiran akibat tak memiliki solusi lain.
Emi yang meminta maaf sambil mengelus bulu tengkuk kudanya, menarik
napas dengan kuat setelah mendarat di tanah dan berteriak,
Dengan teriakan itu, angin kuat berhembus keluar dengan Emi sebagai
pusatnya.
Aliran sihir suci Emi menembakkan sebuah sinar menuju langit malam,
dan kini, sihir suci yang mengelilingi tubuhnya, jauh lebih tebal dibanding
ketika dia berada di Jepang.
Evolving Holy Sword One Wing, muncul dari ledakan cahaya di tangan
Emi, dan menunjukkan wujud berupa bilah besar yang benar-benar
berbeda.
Kali ini, 'Pahlawan dari Pedang Suci' akan memimpin pasukan kami untuk
melawan iblis yang jahat, menghancurkan kegelapan yang menyelimuti
Ente Isla, dan dengan cantiknya meraih kemenangan... Mereka sama sekali
tidak ragu akan hal ini.
Meskipun dia mendapatkan kekuatan yang lebih kuat dan lebih sempurna
dibandingkan saat memojokkan Raja Iblis dulu, di tempat ini dia hanyalah
seorang lakon pembuka.
Gumaman di dalam aliran sihir suci tersebut bahkan tak bisa didengar Olba
yang ada di sampingnya.
Terakhir kali dia menunjukkan senyum tak gentar semacam ini kalau
diingat itu sudah sangat lama, Emilia pun perlahan terbang ke langit.
Sosok yang setara dengan kesatria Surga ini, membuat pasukan Milita
bersorak sekali lagi.
".... Yeah."
Meski Olba merasa frustasi, setelah dia tahu benar bahwa Emilia tidak
mengabaikan ladang gandumnya, dia menunjukkan sedikit ekspresi lega
dan mengikuti di belakang Emilia, melayang ke udara dari pelana kudanya.
"Target kita adalah, Jenderal Iblis Alsiel di Menara Kastil Azure Sky
Canopy! Semuanya, ikuti akuu!!"
"Ooooohhhhhh!!!"
"Ugh!"
Sebelum memastikan situasinya, Olba menembakkan pedang angin ke
arah tersebut.
Seolah mengejar Emilia dan Olba yang kini sedang terbang, Malebranche
yang tak terhitung jumlahnya muncul satu demi satu.
Namun....
Entah itu Olba ataupun para pasukan Milita, mereka tidak punya waktu
untuk melancarkan serangan pada para Malebranche yang terluka.
Tapi termasuk Olba, Emilia sama sekali tidak memberikan waktu kepada
para Kesatria Hakin yang ada di Milita untuk merasa bingung dengan
situasi aneh ini.
Dan karena dia adalah manusia yang berada di tingkatan rekan sang
Pahlawan, Olba yang hanya dianggap sebagai tambahan untuk Emilia, dia
sama sekali tidak bisa mencegah kekuatan mutlak tersebut.
"Kalau begitu....."
"......"
"Aku adalah Pahlawan Emilia! Fangan Milita dan aku datang ke sini untuk
membebaskan ibukota kerajaan, Azure Sky Canopy! Jenderal Iblis Alsiel!
Cepat tunjukan dirimu!"
"Uhm...?"
Tapi Olba saat ini tidak bisa menduga-duga istilah apa yang Emilia
sebutkan tersebut, jadi dia merasa sangat gelisah.
"Oooh, itu...."
Kali ini, teriakan ketakutan dari para tentara yang telah memperoleh
kembali keberanian mereka karena kekuatan Emilia, terdengar.
"I-itu...."
"Di-dia datang....."
"Ugh!"
"Aku terkejut kau berani datang ke sini! Emilia, dan para pemberontak
rendahan!"
Mendengar suara yang lantang dan jelas itu saja, sudah bisa membuat para
tentara Milita ketakutan.
Orang yang memiliki kekuatan mental dan tubuh yang lemah, begitu
mendengar suara para iblis, mereka pasti akan kehilangan tekad bertarung,
atau bahkan pingsan.
Orang yang menguasai langit Azure Sky Canopy bukanlah Ashiya Shirou
yang ada di Sasazuka, bukan orang yang memakai kaos dengan kerah
longgar serta celana lusuh, juga bukan orang yang akan merasa senang
ataupun khawatir terhadap keseimbangan keuangan.
Dia adalah Jenderal Iblis Alsiel yang memimpin banyak iblis, dan
menguasai Benua Timur sebagai salah satu Empat Raja dari Pasukan Raja
Iblis.
Armor yang melindungi bagian atas tubuhnya dan mantel yang melambai
tertiup angin itu pasti memiliki kualitas tinggi. Baik pakaiannya maupun
aura mengerikan yang dia pancarkan, keduanya sangat cocok dengan
gelarnya sebagai Jenderal Iblis.
Aura yang dihasilkan oleh Emilia dan Alsiel bertabrakan satu sama lain,
hingga rasanya seolah distorsi akan muncul di titik di mana pandangan
mereka bertemu.
"Tapi melakukan hal itu benar-benar bodoh, Emilia! Meskipun kau tahu
bahwa aku memiliki kekuatan tahu dingin dan acar jahe, kau masih berani
menentangku!?"
"A-apa kata-kata itu benar? Apa sebenarnya tahu dingin dan acar jahe itu?"
Kata-kata Alsiel yang penuh dengan kekuatan dan sihir iblis, membuat
Olba benar-benar terkejut.
Ini adalah kode rahasia untuk menunjukkan bahwa Emi telah menerima
pesan Alsiel.
"..... Baiklah."
Emilia bisa melihat bahwa Alsiel yang menatapnya dari ketinggian sana,
sedang menunjukkan sebuah senyum di sudut bibirnya.
"Karena kau sudah bicara sejauh itu, maka aku hanya bisa menunjukkan
kekuatanku untuk membuatmu mengerti kenyataannya! Pahlawan Emilia!
Dulu kita belum bisa menentukan siapa pemenangnya, jadi ayo kita akhiri
ini dengan satu lawan satu!"
Dari sudut pandang orang luar, Emilia jelas-jelas telah jatuh ke dalam
provokasi Alsiel, jadi Olba dengan panik mencoba menghentikannya.
Dan kepala suku tertinggi saat ini yang memimpin Pasukan Raja Iblis baru,
Barbariccia.
"Aku tidak tahu rencana licik apa yang kau dan para malaikat itu
rencanakan... tapi Alsiel-sama berbeda dari kami para iblis bodoh."
Dia dulu yang bisa dihasut oleh manusia di depannya ini, kini benar-benar
menyesal.
"Setelah permainan ini berakhir, aku akan dengan senang hati menerima
hukuman apapun. Tapi, pada saat itu, aku pasti juga akan menyeretmu."
"Ugh..."
Olba begitu marah, tapi menghadapi musuh di tingkat kepala suku seperti
mereka, bahkan orang seperti dia pun tak akan bisa menang dengan mudah,
dan meski dia berhasil menyingkirkan kedua penjaga ini, dia tidak akan
bisa lagi ikut campur dengan pertarungan Alsiel dan Emilia.
“Kala itu, kau juga datang ke kastil ini dengan banyak Kesatria Hakin.”
Dia ingin melihat sosok itu lebih dari siapapun, dan memutuskan untuk
membunuh pemilik suara itu.
Walau dia bisa mengalahkan semua Jenderal Iblis termasuk Alsiel, bisa
membantu membebaskan sebagian besar dunia, suara itu, sosok itu, sihir
iblis itu, selain merasakan kebencian, Emilia juga merasa ketakutan.
Sampai sekarang, dia tidak bisa melupakan perasaan suram, berat, dan
menyakitkan tersebut.
Kala itu, Raja Iblis Satan datang untuk menegur Alsiel yang hendak
menggunakan nyawanya untuk membalik situasi tidak menguntungkan ini,
dan untuk memerintahkannya mundur.
“.......”
“.......”
Emilia yang kembali ke masa sekarang, entah kenapa tidak bisa mengingat
percakapan pada waktu itu.
Tapi insiden itu hanyalah ingatan yang sederhana, dan bukan ingatan yang
dibutuhkan sekarang.
“Dia pasti akan datang. Tapi.... aku tidak tahu kapan itu akan terjadi, dan
apa yang akan terjadi pada waktu itu.”
Alsiel sendiri juga tidak bisa memprediksi pengaruh macam apa yang akan
diberikan oleh kedatangan Maou pada situasi ini.
“Kita yang tidak bisa melakukan apa-apa, setidaknya saat kita masih
memiliki tenaga, kita harus terus memainkan peran kita, benar?”
“Benar sekali.”
“Sebelum kita mulai, aku ingin meminta maaf padamu..... karena aku
terlalu lemah, aku menyebabkan.... banyak penduduk Dunia Iblis,
terbunuh... maafkan aku.”
“Ini artinya... kau dan aku tidak memiliki kekuatan yang cukup untuk
menyelesaikan semua masalah. Apapun yang akan kita lakukan setelah
perang ini, kita bisa memikirkannya setelah perang berakhir. Daripada
itu....”
Alsiel menatap wujud terkuat pedang suci yang Emilia sebut dengan
'perubahan terakhir', dan bertanya dengan pelan,
“Alas Ramus tidak terserang flu, kan?”
“Dia sangat sehat. Anak ini, secara mental jauh lebih kuat dibandingkan
itu.”
Tinju kuat Alsiel, diikuti dengan suara pelannya, berayun ke arah Emilia.
Angin kuat, suara, dan dampak benturan tersebut bahkan menyebar hingga
mencapai daratan jauh di bawah.
“.... Sakit!”
“Tubuhku ini bahkan bisa membelokkan pedang Durandal. Jika kau tidak
melawanku dengan serius, kau takkan bisa melukaiku.”
“.... Nampaknya ini akan jadi pertarungan panjang yang lebih berat dari
yang kubayangkan!”
“Aku tak percaya kau akan berbicara seperti itu, kalau begitu, sebaiknya
kau jangan mengeluh ketika semua ini berakhir!”
“Ugooohhhh!”
“Gwaarghhhh!!”
Emilia menggunakan pukulan yang diajarkan langsung oleh Alberto, dan
menghantam pertahanan terkuat Alsiel dengan kekuatan dan kecepatan
tertingginya, membuat Alsiel terhempas ke belakang.
Tekanan udara yang disebabkan oleh satu serangan itu saja, sudah cukup
untuk meretakkan dan menjatuhkan genting di atap menara kastil yang
seharusnya dilindungi dengan sihir pertahanan.
“Percuma!”
Serangan api ini dulu pernah melukai Jenderal Iblis Lucifer saat
pertarungan di Sasazuka, tapi Alsiel berhasil menangkis serangan itu
hanya dengan auranya.
“Ow....!”
“Ooooohhhhhhhhhh!!”
Dikendalikan oleh kekuatan seperti itu, Emilia tidak bisa bertahan dengan
baik.
“Ugooohhhh!”
“Dasar bodoooooooh!!!!”
Berkat hal itu, kastil Azure Sky Canopy yang dipuja sebagai bangunan
termegah di Benua Timur, kini menunjukkan kepala gundulnya layaknya
aktor komedi yang tiba-tiba kehilangan wig.
“..... Ya, kau benar, aku tahu aku harus serius, tapi meski aku tahu itu.....”
“Haaaahhhhhh!”
“Oooohhhhh!”
Bagi Alsiel yang bisa memerintah berbagai klan kuat di Dunia Iblis, dan
bisa menaklukan dunia manusia sebagai jenderal Pasukan Raja Iblis, salah
satu alasannya adalah karena tubuhnya yang sangat keras.
Tubuh Alsiel bahkan bisa menahan serangan Evolving Holy Sword, One
Wing yang telah berevolusi ke perubahan terakhirnya setelah bergabung
dengan Alas Ramus, kalau seperti ini, apa yang harus dilakukan manusia
biasa agar bisa melukainya?
"Ugh!"
"Haaaah!!"
"Ugh!"
".... Hmmph, jika kau terus menggunakan kekuatan penuhmu, aku takkan
peduli jika kekuatanmu habis nanti."
Posisi mereka berdua kini dibalik, kali ini giliran Alsiel yang berada di
atap dan mendongak ke arah Emilia.
Alsiel pun menyentak atap kastil dan sekali lagi perlahan terbang ke langit.
"Tapi biar kuperingatkan kau, jangan terlalu merusak kastil. Jika apa yang
ada di bawah sana terkena pengaruh, kau pasti akan menyesalinya."
"Huh?"
Dan kemudian ada pipi yang sedikit memerah dan mata yang meneteskan
air mata.
Menurut apa yang Alsiel katakan, sebagian mimpi Emilia yang dia kejar
dari dulu, sekarang berada dalam jangkauannya.
".... Benarkah?"
"Jika pria itu benar ayahmu, dia diculik dari Jepang bersama denganku."
Meski Emilia tidak tahu bagaimana Alsiel datang ke Ente Isla, dia tidak
pernah menyangka kalau akan mengetahui bahwa apa yang Gabriel
katakan tentang ayahnya yang masih hidup dan tinggal di Jepang, adalah
benar adanya di skenario semacam ini.
"Aku tidak tahu seberapa dekat, orang yang pertama kali menemukannya
adalah Maou-sama."
".... Be-begitukah."
Itu karena mata merah Emilia kini memancarkan semangat bertarung yang
mirip seperti iblis.
XxxxX
Di samping lampu lilin yang tak bisa diandalkan, Maou Sadao memegang
lampu LED sambil menggumam pada dirinya sendiri.
Dari sudut pandang fisika, menggunakan energi yang keluar dari dahi
untuk terbang ke langit itu terlalu tidak masuk akal. Hanya memikirkannya
saja sudah membuat Maou merasa bahu dan lehernya seolah terasa sakit.
"Meskipun aku kurang lebih tahu apa yang terjadi.... tapi apa yang terjadi
setelah itu?"
Maou yang jatuh ke parit dan basah kuyup, menggendong Acies yang
pingsan di punggungnya dan kembali ke penginapan, tapi seperti yang
diperkirakan, para Kesatria Joseikin datang mencari mereka dan
melakukan interogasi setelah si pemilik restoran melaporkan mereka.
"Uwah."
Bisa dikatakan kalau Maou menggunakan cara paling licik yang bisa
dipikirkan oleh seseorang untuk menyelesaikan sebuah masalah.
Meski tak ada yang terluka, kelakuan aneh mereka telah menyebabkan
keributan besar dan menciptakan lubang besar di jalanan.
Normalnya, tidaklah aneh jika mereka langsung ditahan karena situasi ini.
"Yeah..."
"Maou? Apa yang kau lakukan sejak tadi? Kau terus membuat suara aneh."
Di ruangan yang redup, Acies menatap area di sebelah tangan Maou, Maou
terlihat meletakkan lampu dengan posisi horizontal dan sedang memutar
sesuatu.
Usai mengatakan hal tersebut, Maou menunjuk dahi Acies, Acies pun
dengan panik menutupi dahinya.
Dahi gadis itu masih bersinar redup, dan bahkan Maou harus berusaha
keras agar para Kesatria Joseikin tidak menyadari hal ini, namun
membicarakan masalah itu sekarang tidak akan membantu apa-apa.
Setelah mencerna kata-kata tersebut, Acies menatap area di sebelah tangan
Maou.
".... Memangnya ada hubungannya antara tidak ada kontak dari mereka
dengan benda itu?"
"Barusan aku mengisi ulang HPku. Dan karena aku tidak bisa
menggunakan kekuatan apapun, melalukan hal demikian akan sedikit
membantu menerima Idea Link. Serius, tidak rusak bahkan setelah jatuh
ke air itu sudah seperti keajaiban."
Apa yang Maou putar adalah lampu LED yang menurut buku panduan
selain bisa menyala, juga bisa digunakan untuk mendengarkan radio dan
mengisi ulang baterai HP, sebuah peralatan luar ruangan yang benar-benar
hebat.
Semenjak datang ke Ente Isla, Maou hanya mengisi ulang HPnya sekali
saat bertukar nomor dengan Alberto, meski itu adalah HP model lama
yang memiliki sedikit fungsi, sudah saatnya baterai HP itu habis.
Mungkin efek setelah jatuh ke air lebih serius dari yang dia duga.
“Tapi barusan, sebuah sensasi hangat yang melebihi batas terasa seperti
memenuhi dadaku.”
Apa yang Maou maksud adalah tumpukan makanan hangat yang Acies
paksa masuk ke dalam perutnya, tapi Acies bertingkah seolah tidak
mendengarnya.
“.... saat ini, aku tahu kalau Yesod sedang menggunakan kekuatan yang
cukup mengejutkan untuk melawan kekuatan kegelapan.”
“Arah tenggara dari sini.... itu adalah arah pusat ibukota kerajaan.”
Namun, dari pancaran kekuatan Yesod, pada dasarnya memang tak ada
sihir suci ataupun sihir iblis yang bisa dirasakan.
Namun, walau tempat ini hanya berada di perbatasan bagian terluar dari
ibukota kerajaan, Maou sudah tidak bisa merasakannya.
Apa yang terjadi dengan Suzuno dan Alberto yang menyusup ke Area
Pusat Azure Sky Canopy?
Jika Emi melepaskan kekuatan Alas Ramus dan sedang bertarung dengan
seseorang, maka musuhnya mungkin Ashiya atau seorang malaikat.
Maou yang tidak bisa mengumpulkan sihir iblis, juga tidak bisa mengirim
Idea Link kepada HP Suzuno ataupun Alberto.
“Hey, Maou.”
“Aku tahu saat ini keadaan Maou sangat sulit, tapi kumohon... pergilah
denganku! Onee-san ada di dekat sini! Aku tidak bisa mengabaikannya!”
“.....”
Ketika Acies menjadi roket tadi, Maou tidak menunjukkan satupun tanda
ketidaknyamanan seperti saat ia menggunakan kekuatan Acies beberapa
hari yang lalu.
Kalau seperti ini, meski Maou tidak bisa menggunakan pedang suci, Acies
mungkin masih bisa menggunakan kekuatannya.
Berpikir sampai ke sini, Maou tiba-tiba teringat apa yang terjadi ketika dia
bergabung dengan Acies.
“Hey, Acies.”
“Ada apa?”
“Benar?”
“Karena orang itu adalah ayah, kupikir itu tak masalah, tapi aku tidak
pernah mencobanya, jadi.....”
“Karena pasangannya adalah Maou, itulah kenapa aku bisa bilang kalau
pergantiannya itu mudah. Namun, karena ada banyak masalah yang
muncul pada diriku, mungkin kita tidak begitu cocok. Ah, tapi sudah bisa
dipastikan kalau Suzuno dan Alberto itu tidak cocok.”
“Huh?”
“Anehnya, aku hampir tak ada masalah dengan Chiho. Untuk Amane,
sepertinya tak masalah, tapi tidak tahu juga sih. Rika dan Kisaki tidak
cocok. Tanpa mempertimbangkan sifatnya, Lucifer dan aku adalah yang
paling cocok. Malaikat bau itu bisa mati, itu mustahil, aku bahkan tidak
mau memikirkannya. Ah, karena orang yang bernama Emi itu bisa
bergabung dengan Onee-san, kupikir seharusnya juga tak ada masalah
denganku.”
“A-apa-apaan itu?”
Sementara si malaikat bau itu pasti merujuk pada Sariel, bagi orang-orang
yang Acies nilai tak ada masalah, dengan kata lain orang yang bisa
bergabung dengannya, mereka tidak memiliki kesamaan sama sekali.
Maou, Emi, Chiho, Urushihara dan Nord bisa bergabung dengan Acies,
Amane belum pasti, tapi meski katanya Suzuno, Sariel, Alberto, Rika, dan
Kisaki tidak bisa bergabung, Maou sama sekali tidak tahu standar
pengukurannya.
Dan karena dia tidak tahu standarnya, makanya sulit memahami kenapa
Urushihara memiliki timbal balik yang paling baik.
Maou tidak tahu akan menempatkan Ashiya dan Emerada ke pihak mana,
dia benar-benar bingung, tapi begitu mengingat apa yang terjadi ketika dia
bergabung dengan Acies, Maou masih memiliki satu pertanyaan.
“Bagian mananya?”
“Huh?”
“U-urutan?”
Maou, yang pikirannya menjadi kacau, kini terdiam, tapi Acies sama
sekali tidak memberinya waktu untuk berpikir.
“Hey, Maou! Lupakan masalah itu dulu! Onee-san sedang dalam bahaya!
Cepat bawa aku ke Onee-san! Jika Maou tidak bergerak, aku juga tidak
akan bisa bergerak!”
“O-oh....”
“Tak peduli musuh macam apa yang muncul, asalkan aku pergi ke sana
dan bekerja sama dengan Onee-san, kami pasti, kemungkinan besar,
mungkin bisa menang, dan Maou hanya perlu tetap berada di tempat yang
aman dan beristirahat, ayolah! Ayo pergi sekarang!”
Jaminan tidak meyakinkan Acies sama sekali tidak bisa membujuk Maou,
tapi karena Alas Ramus sedang bertarung, itu artinya Emi sudah bertarung
dengan seseorang.
Maou memang tidak bisa merasakan kehadiran apapun, meski Acies ingin
bercanda, dia tak mungkin akan mengatakan kebohongan yang tak ada
gunanya.
“Acies.”
“Ada apa?”
“Maou, apa kau akan ke sana menaiki moped? Aku sih bisa, tapi aku tidak
punya waktu untuk bersantai-santai.....”
“Selama Alas Ramus masih aman, kita harus menggunakan moped untuk
bergerak. Aku tidak akan mengalah dalam hal ini.”
Acies saat ini mungkin masih bisa terbang membawa Maou seperti saat
mereka terbang dari Pusat Ujian SIM Fuchu menuju SMA Sasahata. Tapi
Maou menolak cara tersebut.
“Suzuno tidak menghubungi kita, Emi dan Alas Ramus baik-baik saja. Itu
artinya, tak ada untungnya bahkan jika kita bergegas dan terbang ke sana.
Kita harus berusaha agar pergerakan kita tidak bisa dideteksi oleh Gabriel
dan Kamael selama mungkin. Jika mereka tahu kalau kita ada di sini, dan
melempar kita melewati 'Gate', kita tidak bisa menjamin apakah kita masih
bisa bekerja sama dengan Alas Ramus dan bertarung atau tidak. Kau pasti
juga ingin bertemu kakakmu kan? Tak usah terburu-buru, atau apa yang
seharusnya bisa dilakukan, akan jadi mustahil.”
“Hm.... aku mengerti. Aku sudah terbiasa melihat ayah mengemudi dan
menemaninya ikut ujian. Jadi asalkan aku tahu bagaimana cara
mengendalikannya, aku pasti bisa mengendarainya.”
Rasanya seolah ujian itu adalah sesuatu yang sudah terjadi lama sekali.
Kalau dipikir-pikir, pertama kali Maou bertemu dengan Acies dan Nord
adalah saat mereka menaiki bus menuju Pusat Ujian SIM Fuchu untuk
mengikuti ujian mengemudi.
“Aku pasti akan membawa Emi kembali dan meminta bayaran uang yang
kuhabiskan selama ujian mengemudi!”
“Kalau begitu ayo kita kemasi barang kita. Ah, di mana Suzuno
meletakkan kunci mopednya?”
“Meski ada kekacauan yang parah seperti ini, kau masih saja ingin makan?”
"Sebelum menuju Azure Sky Canopy, aku ingin membeli beberapa barang
dulu. Aku akan membiarkanmu makan ketika kita sampai di kota
selanjutnya, untuk sekarang tahan dulu."
"Maou, itu?"
Itu adalah tiga sendok kayu yang Maou beli untuk Chiho dan Emi sebagai
hadiah, tepat sebelum insiden roket Acies.
Barang-barang itu dibuat dari sepotong kayu yang diukir oleh tukang kayu,
sepertinya benda itu dianggap sebagai benda keberuntungan.
"Ah, benar, apa yang harus kita lakukan? Percuma saja kalau bagian
ukirannya rusak. Kita harus membungkusnya dengan benda yang bisa
menahan guncangan."
"Apa yang harus kita lakukan dengan barang-barang milik Suzuno dan
Alberto?"
"Kita mungkin tidak akan kembali ke sini, jadi kita hanya bisa
membawanya bersama kita. Tapi pasti sangat merepotkan harus membawa
mereka semua, haruskah kita menyimpannya di sini dan membiarkan
Alberto mengambilnya nanti? Ah, tapi karena ada keributan seperti ini,
barang-barang ini mungkin akan disita...."
"Hey, Maou, seingatku ketika kita check in, mereka bilang kalau pada saat
kita akan check out, kita harus melakukan sesuatu dengan air di sini, kan?"
"Ah, maksudmu biaya untuk air sumur dan air untuk kandang kuda kan...
Aku tidak terima kalau air juga harus dibayar. Padahal rasanya tidak
terlalu enak."
Karena mereka sudah memutuskan untuk pergi dari tempat ini, maka
mereka tidak bisa meninggalkan semuanya dan kamar ini begitu saja, jadi
ketika mereka berdua selesai check out dan mengeluarkan moped dari
kandang kuda, juga mengisi bahan bakarnya, 30 menit telah terlewati.
Chapter 3 : Raja Iblis Dan Pahlawan, Menyaksikan
Revolusi di Ente Isla.
“Sihir iblis yang dia gunakan pada waktu itu adalah sesuatu yang berasal
dari orang di belakang Sasaki Chiho, yang mana dengan paksa
menciptakan sihir iblis yang tidak ada di Bumi dan mengumpulkan mereka,
karena sihir iblis murni bisa didapatkan secara langsung di sini, kondisinya
seharusnya sedikit berbeda.”
“Hm?”
Seorang pria yang bertubuh besar dan mengenakan armor merah berdiri di
sana, dengan seorang bocah di sampingnya.
“Gabriel, seingatku Emilia bisa membuatmu mundur setelah dia
mendapatkan kekuatan Yesod, iya kan? Kenapa dia bisa seimbang
melawan iblis level segini?”
“Itu semua karena kalian lengah di saat-saat terakhir. Aku hanya khawatir,
meskipun rencananya tidak berhasil sempurna, kalian akan berpikir kalau
semuanya telah berakhir.”
“Walau tidak sempurna, Emilia tetaplah Yadorigi anak yang terlahir dari
Sephirah. Kau seharusnya tahu kalau kekuatan itu tidak bisa diremehkan.”
“Hm, itu benar, dan sebelumnya, kau dikalahkan oleh Satan karena hal itu.”
“.... Kau..”
“Huuh~, kalau benar begitu, maka Emilia tidak mungkin akan kalah. Dan
meski sesuatu benar-benar tidak sesuai rencana, kita hanya perlu
membantu Emilia lebih awal. Aku tidak akan lengah, okay. Bukankah kita
akan menunggu kekuatan Emilia terkuras akibat bertarung dengan Alsiel
dan para Malebranche sebelum melakukan kontak dengannya?”
“Soal kekuatan yang terkuras itu, mereka sudah bertarung sangat lama lo.”
Benar, semenjak Emilia dan Alsiel mulai bertarung, selama itulah waktu
telah berlalu.
Meski sang Pahlawan dan Jenderal Iblis yang memiliki kekuatan melebihi
manusia bertarung, untuk pertarungan satu lawan satu, waktu selama itu
bisa dianggap sangat lama.
Selain itu, mereka berdua juga bertarung dengan kekuatan penuh tanpa
henti.
“Apa itu penting, kita hanya perlu membiarkan mereka bertarung sampai
mereka lelah. Aku paham kalian ingin mengakhiri ini dengan cepat, tapi
jika terjadi kesalahan karena kecemasan kalian, kalian bisa jadi seperti
Sariel yang harus membayar dengan seluruh sisa hidupnya.”
“Hm.”
“..... Ugh.”
Raguel dan Kamael nampak mengingat sesuatu dan mengernyit dengan
ekspresi rumit di wajah mereka.
“Huuh~ tunggulah dan santai saja. Beberapa saat kemudian, salah satu dari
mereka pasti akan mulai melemah....”
“!!”
Kali ini....
“Ada apa?”
“....Hm.”
“Ada apa?”
Kamael dan Raguel juga menatap ke arah Iron, tapi Iron terus memandang
ke arah dataran yang berada jauh di sebelah selatan bukit.
“Itu....”
““Moped?””
XxxxX
Dua moped yang menghasilkan suara tajam menyusuri jalanan di Area
Pusat ibukota kerajaan dengan kecepatan penuh.
“Maou! Sekarang sudah tak apa kan? Ayo kita terbang! Karena kita sudah
sampai di sini, tak usahlah kita mempedulikan malaikat-malaikat itu!”
“Sudah kubilang jangan terburu-buru! Azure Sky Canopy itu besar! Jarak
segini itu belum cukup dekat, kita tidak akan bisa bekerja sama dengan
mereka.... hey, musuh datang!”
Maou dan Acies melihat banyak bola api yang dihasilkan oleh mantra dan
anak panah menuju moped mereka bagaikan sebuah badai.
“Serius ini? Meski aku tidak takut, kalau mengenai kita, itu pasti sakit!”
Ketika Acies melihat hal tersebut, dia juga mulai tak mempedulikan
apapun dan mengikuti dari belakang.
Dan panah yang mereka tembakkan dari belakang, tidak bisa menyusul
kecepatan penuh GYRO ROOF.
Di mata Maou dan Acies, mereka hanya bisa melihat dua orang yang
sedang bertarung sengit dan bergerak-gerak di langit dengan kekuatan
yang dahsyat.
Dari kejauhan, Maou bisa melihat dengan jelas sosok Ashiya dalam wujud
iblisnya dan Emi yang membawa pedang suci besar serta berada dalam
wujud setengah malaikatnya, bertarung dengan sengit di langit.
“Musuh kita bukan Hakin! Kita hanya perlu menakuti para kuda dan
memperlambat mereka! Lakukanlah!”
“Baik!”
Itu adalah petasan pengusir iblis yang mereka berdua lihat saat Acies
menjadi roket.
“Bodoh! Apa yang kau lakukan, cepat lempar! Kalau tidak, kau akan
terbakar!”
“Yaahh, uhuk!!”
Area di belakang mereka dipenuhi dengan suara ledakan dan asap akibat
ledakan tersebut, usai melirik melalui kaca spionnya dan memastikan
kalau pasukan Hakin yang hendak menembakkan panah mereka sedang
panik, Maou mempercepat kendaraannya dan melaju ke depan.
“Sepertinya kau baik-baik saja! Hey, baru saja bilang begitu dan sekarang
pasukan baru sudah muncul di depan! Tekan klaksonmu dengan cepat!!”
“Oryaaaaaaaaa!”
Milita yang merasa bingung karena tidak pernah mendengar suara seperti
itu sebelumnya, tidak hanya tidak bisa menghentikan Maou dan Acies,
mata mereka bahkan terkena sinar langsung dari lampu LED saat perhatian
mereka terfokus pada Maou dan sesaat kehilangan penglihatan.
Menggunakan kesempatan itu untuk menembus pertahanan mereka, Maou
melempar petasan ke arah mereka sebelum dia pergi, jadi para tentara yang
kebingungan akibat asapnya pun, tidak bisa langsung mengejar Maou dan
Acies.
“Tenang! Petasannya?”
Dua tentara menuju ke arah Maou, Maou pun menggunakan petasan untuk
menghentikan kuda tentara tersebut, dan melempar sesuatu pada Acies.
"Tangkap!"
"Apa ini!?"
"O-oh? Ohhhhhh??"
Apa yang Maou lempar pada Acies adalah sekaleng besar pengusir
serangga untuk penggunaan luar ruangan.
Satu-satunya perlengkapan kemah yang Maou dan Suzuno beli tanpa
berdebat, terlepas dari tempat penggunaan yang sama sekali tidak
berhubungan dengan kegunaan awal dan penggunaannya yang tidak tepat,
benda itu memberikan efektifitas yang hebat.
Para kuda yang wajahnya terkena bau kuat dari semprotan serangga itu,
mengeluarkan busa dari mulutnya, bertingkah sangat aneh, dan jatuh ke
tanah dengan panik.
Acies memastikan kalau tentara yang jatuh tersebut tidak berada dalam
bahaya melalui kaca spionnya, dan di saat yang sama, mengatakan,
Maou menunjukkan inti masalah yang tidak akan bisa dibantah, dan
membebaskan Acies dari perasaan bersalah.
"Hey! Sepertinya sudah tidak ada orang di sekitar sini! Ayo kita cepat
ambil petasan dari bagasi!"
"Hey, untuk jaga-jaga, ingatlah untuk menaruh pisau kayu ini di tempat
yang bisa kau raih!"
"Bahkan jika kita tidak menyakiti siapapun.... apa benar tak masalah kita
bertarung dengan cara ini?"
Tindakan yang dilakukan oleh raja para iblis dan permata yang
menciptakan dunia alias si gadis misterius yang terlahir dari Sephirah ini,
tidak ada bedanya dengan para pengemudi mobil ugal-ugalan.
Karena mereka sudah sejauh ini, sepertinya dekorasi aneh yang terpasang
pada GYRO ROOF dan klakson yang digunakan untuk menyebabkan
keributan sudah sedikit tak berguna.
"Semakin dekat kita dengan kastil, maka akan semakin banyak yang
mengejar kita. Kalau saat itu tiba, gunakan ini!"
Tanya Acies seperti orang yang sudah tidak tahan lagi, tapi Maou
menjawabnya dengan percaya diri.
"Kita harus memikirkan cara untuk bertemu dengan orang yang sedang
bertarung di sana itu, dan Suzuno yang keberadaannya tidak diketahui!
Jika kita menemui situasi di mana kau harus menggunakan kekuatanmu
untuk bertarung, maka keselamatanku lah yang tidak bisa dijamin, oleh
karena itulah, sebisa mungkin kita akan menggunakan kekuatanmu
sebagai pilihan terakhir. Kekuatanmu terlalu mencolok, jadi untuk bagian
ini, izinkan aku meminta maaf!"
Tidak diketahui apakah ini disebut bijaksana atau berlebihan, tapi karena
sudah ada kebisingan dan masalah di mana-mana, seharusnya tidak
masalah apakah kekuatan itu mencolok atau tidak, tapi, dari penjelasan
Maou yang bahkan dianggap aneh oleh Acies, dia sepertinya memang
memaksakan diri menggunakan cara seperti seorang pengemudi mobil
yang ugal-ugalan.
XxxxX
".....??"
Tepat ketika Emi menangkis cakar tajam Alsiel untuk yang kesekian
kalinya, dia tiba-tiba mendengar rangkaian suara aneh.
Suara itu terdengar familiar, tapi rasanya itu bukan sesuatu yang
seharusnya muncul di tempat seperti ini.
"Itu....."
Dengan suara mesin yang sedang beroperasi, dua benda mendekat dari
arah belakang Milita yang berbaris di bawah....
Itu adalah moped beratap yang biasanya digunakan untuk delivery toko
Pizza di Jepang.
"Mu-mungkinkah itu...."
Alsiel dan Emilia yang tidak tahu berapa lama mereka sudah bertarung,
mulai menunjukkan tanda-tanda kelelahan.
Meski Emilia berharap kalau Raja Iblis akan datang nantinya, terkadang
dia juga curiga kalau semua itu hanya dugaan optimis Alsiel.
Bagaimanapun, dia tidak pernah merasakan sihir iblis kuat yang akan
dipancarkan oleh Raja Iblis jika dia datang ke sini.
Karena sedang berada dalam situasi seperti ini, dia tidak bisa memprediksi
kapan Maou akan muncul.
Emilia tidak pernah menyangka kalau Raja Iblis akan mengendarai moped
untuk mengganggu pertarungan antara sang Pahlawan dan Jenderal Iblis.
Ada dua moped yang melaju di bawah. Siapa yang datang bersamanya,
apakah Suzuno? Ataukah Urushihara?
Setelah memastikan kalau dua moped yang melaju di jalanan utama Area
Pusat itu menuju ke menara kastil, Emilia seketika ingin tersenyum kecut,
tapi dia seketika membeku.
"A-apa itu...."
Namun, kecepatan kedua moped itu terlihat tidak menurun sama sekali.
Hal itu sudah bisa diduga.
"I-itu...."
Tidak hanya Emilia, Alsiel yang menyadari satu fakta lain juga merasa
sangat terkejut, sampai-sampai dia lupa untuk menyerang sang Pahlawan.
Dua moped tersebut kini membawa sekumpulan orang yang bisa disebut
'Pasukan Raja' di belakang mereka.
"Percuma! Mereka sudah terbiasa! Bahkan bom bensin Maou sama sekali
tidak berguna!"
"Kita sudah datang ke sini!! Bagaimana bisa kita kabur setelah sampai ke
tahap ini?! Dan jika kita menghentikan kendaraan sekarang, seperti
domino, kita pasti akan hancur bersama dengan moped kita oleh orang-
orang yang tidak bisa mengerem itu! Jika kau tidak ingin menjadi daging
cincang dalam potongan moped, maka teruslah bergerak maju!!"
Maou melihat Acies yang sedang menoleh ke belakang dengan mata
berkaca-kaca, dan menggertakkan giginya saat ia memastikan situasi tanpa
harapan ini melalui kaca spionnya.
"Jika hanya kita yang terbang, maka mopednya yang akan hancur! Kalau
sudah begitu, aku pasti akan dimarahi oleh Suzuno. Dan, Dullahan 3
bermotor nantinya akan diberikan padaku, mana mungkin aku
merusaknya!?"
Maou dan Acies menarik sekumpulan orang aneh dan melaju di jalanan
menuju kastil, tidak, mereka sudah kehilangan kendali.
Selain pasukan patroli Milita yang dengan gigih mengejar Maou dan Acies
karena keributan yang mereka sebabkan, pasukan Malebranche yang
sedang bertarung dengan Milita, sekaligus kesatria Hakin dan para tentara
berpangkat rendah yang bukan bagian dari Milita dan sejak awal memang
berada di Ibukota, juga muncul entah dari mana, ikut andil dalam keributan
tersebut. Jadi, dengan dua moped di depan, 'Pasukan Raja' yang di
dalamnya tercampur iblis dan manusia, dengan cepat dan tak terkendali
sampai di depan gerbang utama kastil.
“Siapa yang peduli dengan orang botak dan iblis! Kita hanya harus
melewati mereka! Kita maju lurus menuju kastil!”
“Tidak mungkiiiinnnn??”
“Maou-sama?”
“Yo! Aku sedikit sibuk sekarang, jika ada yang ingin kau bicarakan, kita
bicarakan saja nanti!”
Namun, seperti yang dinyatakan Maou, dia melewati si botak dan para
iblis yang terpaku menatap satu sama lain dengan kecepatan yang ganas.
“Rasanya aku baru saja melihat sesuatu yang mengerikan, tapi lupakan!
Acies! Pertahankan kecepatan ini! Aku ingin kau membuka bagasimu dan
melempar semua isinya!”
Apa yang bergulir keluar adalah sekumpulan bom bensin buatan Maou.
Bom bensin yang terbuat dari bahan bakar cadangan yang mereka simpan
berkat adanya Alberto, tersebar saat jatuh ke tanah dan menyebarkan
bensin di jalanan.
“Yaaaaahhhhhhhh??”
Bahan bakar yang telah menyala menghasilkan bau gosong dan meledak.
Bahkan Maou yang menyalakan apinya pun ikut terkena hawa panas,
petasan yang dipegang oleh Acies dan Maou juga mulai terbakar dan
menghasilkan ledakan keras.
Dalam keadaan penuh asap, api, dan ledakan di sana sini, moped yang
bagian belakangnya terbakar dan 'Pasukan Raja' pun melaju lurus ke arah
pusat pasukan utama Milita, mendobrak gerbang utama kastil dan
memasuki inti kastil.
Saat Olba, Farfarello dan Barbariccia tidak bisa bereaksi tepat pada
waktunya, pasukan patroli Milita yang mengejar Maou dan Acies pun
sudah memasuki area kastil, Olba dan yang lainnya sekaligus pasukan
utama Milita hanya bisa diam menyaksikan kejadian tersebut, mereka
sepenuhnya terpaku.
Area kastil yang bisa menampung menara kastil Azure Sky Canopy, Cloud
Detached Palace, memiliki taman yang indah, kantor kerja, dan berbagai
fasilitas lain, sebenarnya sangatlah luas, tapi berkat suara bising petasan
dan asap putihnya, Emilia dan Alsiel bisa melihat lokasi keberadaan
moped Maou dari langit.
““Ah!””
Kali ini, Emilia dan Alsiel serentak mengeluarkan pekikan yang tidak
memiliki tensi sama sekali.
Akan tetapi, kedua moped tadi tidak menghentikan laju mereka yang tak
terkendali.
Asap mulai keluar dari jendela Cloud Detached Palace. Suara bising mesin,
suara benda pecah atau jatuh, ledakan, teriakan manusia ataupun kuda, dan
suara yang tak dikenali lainnya terus menerus terdengar, dan meski mereka
tidak ada di sana, mereka bisa dengan mudah membayangkan situasi kacau
yang terjadi di dalam Cloud Detached Palace.
Apapun itu, sepertinya mereka sudah lupa soal pertarungan Emilia dan
Alsiel.
Berkat hal itu, Emilia sadar kalau langit di sebelah timur mulai bersinar
cerah, fajar akan segera tiba.
“.....Ah! Oh, oh tidak!”
Namun, sikap Alsiel yang terguncang seketika menjadi cerita masa lalu.
“Ugh!”
“Apa!?”
Cloud Detached Palace yang menyamai menara kastil Azure Sky Canopy,
yang mana juga menguasai seluruh Benua Timur, ditembus oleh sebuah
tiang cahaya berwarna ungu dan mulai hancur.
Tiang cahaya itu membelah langit dan menggetarkan bumi dengan suara
ledakan keras.
Bulan merah dan biru di langit malam, muncul di belakang awan yang
dikoyak oleh tiang cahaya tersebut.
Meski tak diragukan lagi kalau sihir iblis yang begitu kuat ini adalah milik
Raja Iblis Satan, penampilannya saat ini adalah seorang pemuda yang
selalu bekerja keras saat berada di Sasazuka, Jepang, Maou Sadao.
Dengan tatapan mereka yang berada di daratan, Raja Iblis Satan perlahan
turun hingga berada di samping Alsiel dan Emilia.
“..... Maou-sama.”
Dan, dengan timing yang sempurna, cahaya fajar muncul dari cakrawala
timur yang tidak kalah dengan tiang cahaya berwarna ungu tadi.
Kegelapan pun perlahan menghilang seolah merayakan kedatangan sang
Raja Iblis, matahari dan sinarnya muncul seolah menyambut Raja Iblis dan
mulai mengusir sang malam dari langit.
Kenapa sebelumnya dia tidak pernah merasakan sihir iblis sekuat ini?
Namun, pria tersebut, Maou Sadao, tidaklah begitu baik hingga mau
menjawab pertanyaan Emilia.
“Serius ini.....”
Apa yang terdengar dari atas adalah suara normal yang begitu santai.
Walau kata-kata tersebut tidak cocok dengan gaya sang Raja Iblis, kata-
kata itu berhasil masuk ke dalam hati Emilia.
“Begitu kita kembali, kalian berdua pasti akan kuberi pelajaran. Selain itu,
kau tidak diizinkan untuk mengeluh tak peduli apapun yang kulakukan
bulan depan. Tak peduli mau berapa kalipun aku gagal, aku pasti akan
mendapatkan SIM. Aku bahkan sudah membeli moped!”
Dan kemudian...
Namun....
“Apa ini, Emi, apa kau memakan sesuatu yang aneh saat kau ditangkap?”
Melihat kondisi Emi yang merasa depresi ketika membawa pedang suci,
Maou malah merasa keheranan.
“A-apa?”
“Apa kau dikendalikan oleh seseorang? Jika kau terlalu jujur, rasanya
malah aneh.”
“....”
Jika itu Emilia yang biasanya, dia pasti akan marah, tapi entah kenapa,
sekarang rasanya dia tidak marah sama sekali.
Dia yang mengakui hal itu dengan jujur, memang berbeda dari biasanya.
“Aku tidak berpikir kalau kau akan memaafkanku.... tapi kalau aku bisa
kembali ke Jepang, banyak hal yang harus kumintai maaf.”
Maou yang memiliki cukup sihir iblis untuk membuat seluruh dunia
berlutut di kakinya, menatap Emi dengan tatapan yang terasa seolah dia
benar-benar menganggap aneh situasi ini dan bertanya pada Alsiel.
“Anda benar. Tapi.... kami kembali ke Ente Isla tidak dengan keinginan
kami sendiri, sehingga Emilia dan aku mengalami banyak hal. Mengenai
masalah apakah Emilia aneh atau tidak, kita sebaiknya menunggu sampai
kita kembali ke Jepang sebelum mendiskusikan hal tersebut. Lagipula,
baik kita, maupun Emilia, kita sudah kehilangan banyak hal di pertarungan
sebelumnya....”
“Yeah....”
“Hey, kemarilah!”
Ekspresi milik figur kecil itu tak bisa terlihat karena tiang cahaya ungu dan
sinar matahari menghadap ke arah mereka.
Tapi ketika Emilia melihat pria bertubuh besar yang dibawa oleh figur
kecil tersebut, hatinya tiba-tiba berdetak kencang seolah ingin meledak.
“Emi, sampai saat ini, aku tidak berpikir kalau kau akan memaafkanku
atas apa yang sudah kulakukan dulu. Tapi sebagai simbol permintaan maaf,
aku menemukan seseorang yang penting bagimu, dan aku akan
mengembalikan dia padamu sekarang. Huuh, aku memang tidak
melakukan apapun selain menjadi orang pertama yang menemukannya,
sementara tadi, aku hanya kebetulan menemukannya di sana, jadi aku bisa
membawanya keluar dengan santai.”
“......Ahh.”
Dibandingkan sosok yang ada di dalam ingatannya, orang itu sudah lebih
tua beberapa tahun.
Tapi mustahil dia melupakan tubuh besar itu dan ekspresi tenangnya.
Apapun yang orang lain katakan, dia tidak pernah bisa mengungkapkan
perasaannya yang sebenarnya.
“A....yah....”
Terkena cahaya ungu, Emilia bisa melihat wajah pria paruh baya yang kini
sedang bernapas dengan tenang dan tertidur lelap.
Ayah yang dia pikir sudah tidak bisa dia lihat, ternyata masih hidup, dan
kini berada di tangannya.
Hanya dengan hal itu saja, hati Emilia sudah dipenuhi oleh rasa puas,
seolah semua pertarungannya sudah berakhir.
Gembok yang menahannya kini telah lenyap, hati Emilia pun perlahan
mulai menenang.
“Ini bukan mimpi. Jadi cepat buatlah barrier! Dan Ashiya, mundurlah
sedikit!”
“Ugh.....”
Hingga saat Alsiel yang sihir iblisnya berbahaya bagi Manusia mundur,
Emilia baru tersadar. Dia mengusap air matanya dengan panik dan
membuat barrier sihir suci untuk menyelimuti tubuh ayahnya, Nord.
“Tapi insiden kali ini masih belum berakhir. Emi, apa Alas Ramus baik-
baik saja?”
“.... Tentu. Barusan, dia semangat sekali bertarung dengan Alsiel.... eh?
Apa?”
Emilia kini sedang mengusap air matanya yang tidak mau berhenti, tapi ia
langsung terkejut ketika Alas Ramus mulai membuat keributan di dalam
kepalanya.
“Eh? Apa, eh? A-aku mengerti. Keluarlah!”
Anak yang terlahir dari Yesod Sephira itu muncul di udara, dia menatap
figur kecil yang barusan membawa Nord.
“Papa!”
“Hari ini, aku membawa seseorang yang ingin bertemu Alas Ramus.”
".... Ya."
Setelah melihat wajah gadis itu, Emilia dan Alsiel pun menahan napasnya.
"..... Onee-san."
Dia terlihat jauh lebih dewasa, tapi rambut perak dan sedikit rambut
berwarna ungunya, persis sekali dengan Alas Ramus.
"Acies...."
Kedua gadis Sephirah itu menghadap satu sama lain, satunya menatap
dengan penuh kasih sayang, sementara yang satunya memandang dengan
rasa malu.
"Yeah."
"Aku kaget sekali. Aku tidak menyangka Onee-san masih terlihat seperti
anak kecil."
"... Yeah."
"Acies?"
".... Hm.."
Acies, dengan kepala menunduk, kali ini mulai gemetar, ekspresinya juga
mulai berubah dan seketika dipenuhi air mata dan ingus, lantas,
Acies yang air matanya tiba-tiba mengalir deras, menangis dan memeluk
erat Alas Ramus.
"Onee-saaaan!!! Waaahhh!!"
Dari hal ini, bisa dilihat kalau Alas Ramus memang kakak Acies Ara.
"Maou-sama, ini....."
"O-oh...."
"Huft, pokoknya, begitu kita pulang nanti, kita harus mengadakan rapat
keluarga besar."
"O-oh..."
"Ya ampuuun."
Kali ini, sebuah suara yang tidak sesuai dengan atmosfer saat ini dan tidak
tahu sopan santun pun terdengar.
Emilia dan Alsiel menoleh ke kanan kiri, sementara Maou mencari sesuatu
di dalam saku celananya dan mengeluarkan sebuah benda.
"Dari ponsel?"
Casing HP lipat tua tersebut kini meleleh akibat panas, dan bahkan daerah
yang menghubungkan kedua bagiannya pecah, menunjukkan kabel-kabel
di dalamnya, LCD yang hampir tidak bisa Maou buka juga dipenuhi
dengan retakan.
Meski begitu, panggilan masih bisa terhubung. Sudut layar LCD HP itu
bersinar dan bagian vibrator yang telah kehilangan tutupnya kini bergetar
dan membuat suara.
"Benda ini sudah mengalami banyak hal, seperti petasan, panas yang
tinggi, jatuh ke parit, dan bahkan barusan mengalami tabrakan."
"Tapi luar biasa kan, meski casing dan layarnya menjadi seperti ini, HPku
masih bisa digunakan asalkan tidak ada yang rusak. Slimphone tidak
mungkin bisa melakukan hal-hal seperti itu. Untungnya aku sudah mengisi
ulang baterainya tadi."
"Aku juga berada dalam situasi yang buruk! Lupakan dulu masalah itu!
Apa-apaan yang sudah kau lakukan? Kenapa Milita sekarang menjadi
seperti domino runtuh di depan Cloud Detached Palace!?"
"Huh? Apa kau berada di tempat di mana kau bisa melihat menara kastil?
Tenang. Meskipun kami menabrak banyak tempat, aku pasti akan
memperbaiki moped itu nanti..."
"Yeah, um...."
Acies mengusap mata dan hidungnya, kemudian berbicara dengan lidah
terjulur
"~~~~~~~~~~~~~~~~"
"Suzuno, aku tidak paham apa yang kau katakan!! Kasih ke Maou? Okay."
Maou melihat ke bawah, dinding kastil Azure Sky Canopy yang dikenal
sebagai pelindung istana, kini penuh dengan genteng yang berjatuhan, dan
bentuk awalnya sudah tidak bisa dikenali sama sekali.
"Aku tahu."
"Haaahh??"
"Apa? Alsiel? Aku sama sekali tidak paham apa yang kau katakan!!"
Jika perang sipil terjadi di ibukota, pasti akan terjadi banyak kematian
entah itu dari pihak iblis maupun manusia, dan menurut penjelasan Gabriel,
tujuan Surga hanyalah membuat Emilia memenangkan pertarungan
melawan Alsiel.
Alsiel yang merasa tidak perlu melakukan pengorbanan yang sia-sia dalam
situasi ini, berhasil menggerakan tentara besar yang bertarung demi
Unifying Azure Emperor sendirian dalam waktu yang singkat.
Tentu saja, alasan kenapa Alsiel bisa melakukan hal seperti itu sebagian
adalah berkat 'sutradara' dalam pertunjukan ini, tapi Maou tidak tahu
menahu soal itu.
Alasan kenapa Jenderal Iblis Alsiel melakukannya adalah karena dia tidak
ingin terjadi banyak kematian menimpa penduduk dan pasukan kesatria
Afashan yang dikendalikan oleh Surga, yang mana nantinya akan
membuat negara ini jatuh ke dalam kekacauan.
"....."
Tanya Emilia ketika dia menyadari pandangan Maou, tapi Maou hanya
diam menggelengkan kepalanya.
"Aku takut iya. Meski ini pertama kalinya aku melihat pria berarmor
merah itu."
Alsiel yang juga menyadari situasi aneh ini, bangkit berdiri dan
mengangguk.
Mengikuti pandangan Alsiel, Emilia, Maou, Alas Ramus, dan Acies Ara
menunjukkan ekspresi tidak ramah.
Meski Maou dan yang lainnya tidak ingin bertemu dengan mereka, mereka
bertiga adalah wajah yang sangat familiar.
Olba, melihat Maou dan yang lainnya dari bawah, terlihat sangat khawatir.
Para tentara mendongak ke arah sang Pahlawan dan Jenderal Iblis yang
telah bertarung sengit melebihi intelegensi manusia, tapi mereka sekarang
malah berkumpul seperti sebuah keluarga yang terpisah begitu lama.
Meskipun tak diketahui kenapa Raja Iblis Satan tetap berada dalam
kondisi yang sama seperti saat di Jepang, bagaimanapun, mustahil mereka
tidak melihat keadaan ini.
Gangguan Raja Iblis Satan seharusnya tidak ada dalam naskah mereka.
Tapi asalkan 'mereka' datang, bahkan Raja Iblis Satan pun bukan
tandingan bagi mereka.
Begitu dia memikirkan hal tersebut, 'orang' yang menjadi tempat di mana
Olba menaruh harapannya pun muncul di langit kejauhan.
Hanya saja, musuh yang harus mereka kalahkan sambil bekerja sama
dengan Emilia sedikit bertambah.
“Gabriel...!”
“K-kau....”
Farfarello membungkuk kepada Jenderal Iblis baru yang pernah dia temui
di atap Gedung Metropolitan Tokyo.
““Crestia Bell....””
“Sayangnya, itu bukan aku. Aku baru saja kembali ke sini dari Benua barat.
Orang yang mengendarai moped tadi sekarang ada di sana.”
“Apa?”
Sekelebat perasaan yang rumit terlihat di wajah Bell, tapi setelah melirik
ke arah langit, dia segera menenangkan raut wajahnya dan berbicara
kepada Farfarello.
“Kepala suku Malebranche, hanya untuk saat ini, aku perintahkan kalian
sebagai Jenderal Iblis dari Pasukan Raja Iblis yang baru, Crestia Bell.”
“A-apa? Pasukan Raja Iblis yang baru? Farfar? Apa yang terjadi?”
“Barbariccia-sama.”
“T-tapi....”
“Dengan situasi sekarang ini, aku tidak akan membuat alasan atas
kebodohan kami. Tapi kami telah dikhianati oleh Olba sekaligus orang-
orang dari Surga dan kehilangan banyak penduduk kami. Jadi kami harus
menerima hukuman yang pantas.”
Saat ini, orang yang ada di hadapan Olba bukanlah wanita yang bekerja
sebagai bawahannya, bukan orang yang bertanggung jawab atas misi suci
penyelidikan dan berbagai pekerjaan kotor.
Dan karena Bell berada di hadapannya, Olba bisa dengan jelas merasakan
kepercayaan diri yang berasal dari cahaya dan keadilan, kebanggaan pada
dirinya sendiri, dan pesona serta kekuatan yang dihasilkan dari hal-hal
tersebut.
“A-apa yang kau katakan, apa yang terjadi denganmu....”
“Olba-dono, entah itu dulu maupun saat ini, harapanku sama sekali tidak
berubah. Satu-satunya harapanku adalah agar dunia ini bisa membimbing
penduduknya berjalan ke arah jalan keyakinan yang cerah, sebuah jalan
yang dipenuhi keadilan dan kedamaian. Aku mendapatkan tekad untuk
mewujudkan tujuanku ini di dunia asing yang jauh.”
Usai mengatakan hal tersebut dengan tenang, Bell sekali lagi menatap
ketiga pria yang menghadapi Maou dan kawanannya.
Dia tidak akan keliru, pria besar yang mengenakan armor merah itu adalah
pria yang telah menghancurkan sisa-sisa keimanannya terhadap Tuhan
yang dia percayai, Kamael.
Pria lain yang tidak pernah dia temui sebelumnya, berdasarkan penjelasan
Maou dan Emilia, dia pasti adalah malaikat yang dikenal sebagai Raguel.
Dengan tubuh besar dan selalu menunjukkan senyum santai seperti sedang
meremehkan orang lain, memakai T-shirt bertuliskan 'I LOVE LA' adalah
malaikat penjaga Yesod Sephirah, Gabriel.
XxxxX
“Satan.....! SATAN!!!”
Kamael yang sudah tidak peduli lagi apakah Maou berada dalam wujud
iblisnya atau tidak, dan langsung dikendalikan oleh amarah begitu
melihatnya, berteriak tak jelas seolah akan menyemburkan magma dari
mulutnya.
“Siapa yang menang dan siapa yang kalah akan bisa kita lihat secepatnya.
Dan sepertinya kau tidak memiliki kekuatan aneh yang kau gunakan ketika
mengalahkan Kamael.”
“.... Lalu, apa yang akan kau lakukan Gabriel, apa kau juga akan ikut
bertarung?”
“Hm kalau soal ingin bertarung atau tidak, seharusnya sih bertarung?”
“Sementara untuk yang satu lagi.... ah sepertinya aku tidak perlu bertanya.”
Begitu melihat Maou, Kamael langsung menatapnya dengan tatapan haus
darah.
Meski dia tidak membawa Lancer yang terlihat di SMA Sasahata, dari
pengalaman mereka, Maou dan yang lainnya tahu, meski seorang malaikat
agung bertarung dengan tangan kosong, mereka masih bisa mengeluarkan
kekuatan yang sangat dahsyat.
"Demi kedamaian Surga, kami harus mengusir iblis jahat dari Ente Isla.
Raja Iblis Satan, aku tidak akan membiarkanmu datang dan menghalangi
semuanya begitu saja."
"Kalian ini benar-benar kasta ketiga ya. Hal-hal seperti itu, Pahlawan yang
terhormat ini sudah melakukannya lebih dulu. Entah skala atau pemainnya,
punya kalian itu jauh lebih kecil dibandingkan dengannya, dan kau masih
bilang kalau kau ingin mengusir para iblis jahat? Bahkan jika kau ingin
menjiplak film terkenal pun, kau harus sedikit lebih berusaha, dasar kelas
B!"
"Apapun yang kau katakan, hal ini sangat penting dalam rencana kami.
Dan meski Emilia ada di pihakmu...."
Tatapan licik Raguel yang sama sekali tidak seperti malaikat, membuat
Emilia mengerutkan bibirnya merasa jijik.
"Apa yang akan terjadi dengannya setelah ini? Tak masalah jika dia ingin
menjadi musuh kami, tapi membantu Raja Iblis Satan di depan banyak
orang dan mengkhianati dunia manusia, apa yang akan kau lakukan
nantinya?"
"Ugh..."
"Jangan lupakan juga soal ladang gandum ayahmu yang masih berada
dalam kendaliku dan Olba. Jika kau berani melawan kami sekarang, tidak
hanya Raja Iblis, bahkan ayahmu yang baru saja kau temui setelah sekian
lama pun akan kami singkirkan!"
Potongan informasi yang baru pertama kali dia dengar ini membuat Maou
menoleh ke arah Emilia.
Dari sudut pandang Maou, dia mungkin berpikir kalau Emilia seperti
mengikat dirinya ke dalam kepompong karena terlalu keras kepala
terhadap hal-hal yang tidak penting.
Berpikir kalau dia akan dipandang rendah oleh Maou, Emilia pun terdiam
karena rasa ketidakberdayaan.
"Apa yang berharga bagi setiap orang itu berbeda-beda. Huft~ tapi kalau
begini...."
"Pokoknya..."
Ucap Maou.
"Meski aku tidak tahu di mana rumah Emi, asalkan kami menyingkirkan
kalian di sini, kami tidak perlu khawatir kalau tempat itu akan dihancurkan.
Acies, walau keadaan Nord seperti ini, kau masih bisa bertarung, kan?"
"Auggh... Hm, tapi Maou, kau ingin memberikan mereka pelajaran, kan?
Kalau iya, aku punya cara yang lebih baik. Jika itu di sini, cara itu
seharusnya bisa."
Walau air mata dan ingusnya masih belum berhenti, Acies tetap menjawab
panggilan Maou, tubuhnya mulai memancarkan sinar keunguan.
"Hm?"
"Apa? H-hey? Di mana kau menaruh tanganmu... Hentikan! Apa kau tidak
malu!? Apa yang kau lakukan?"
Acies mencengkeram leher Alsiel yang berlutut kepada Maou, lalu dengan
paksa mengangkatnya ke atas dan memeriksa armor keras yang cocok
dengan image jenderalnya menggunakan tangan kosong.
Armor dan jubah yang dikenakan oleh sang jenderal, setelah dirusak oleh
gadis fragmen Yesod, kini menjadi sangat buruk.
Begitu dia memikirkan uang dan usaha yang dikeluarkan untuk membuat
perlengkapan ini dan martabatnya sebagai seorang jenderal, Ashiya Shirou
hanya bisa berteriak.
Itu adalah fragmen Yesod yang Olba bawa ke Dunia Iblis, fragmen yang
membuat bola komunikasi Ciriatto bersinar dan pada akhirnya jatuh ke
tangan Barbariccia. Fragmen itu tidak bereaksi terhadap sihir suci,
melainkan pada sihir iblis.
"Setelah melihat hal ini, kurasa mungkin orang itu bisa melakukannya."
"A-apa maksudnya itu?"
Walau sedang berada dalam situasi seperti ini, Emilia tersipu malu karena
melihat wajah Maou dan Acies yang begitu dekat.
".... Itu benar, orang normal pasti akan berpikir begitu. Bukannya aku yang
terlalu malu. Mau bagaimana lagi, ini adalah kesalahpahaman."
Tepat ketika Emilia mendengar suara Maou yang terdengar lega, bidang
pandangannya seketika dipenuhi cahaya keunguan.
"Eh?"
"Sebuah fragmen yang terpapar sihir iblis untuk waktu yang sangat lama....
berkatmu, Acies menjadi semakin cocok denganku."
".... Fwehehe~"
"??"
Saat aliran sinar hitam dan ungu itu menghilang, orang yang terlihat di
dalamnya adalah Maou yang masih mempertahankan wujud manusianya
disertai sihir iblis dan.....
.... Acies yang matanya kini berwarna merah, dengan ekspresi sengit di
wajahnya.
"Ooh!!"
Ketika mengucapkan kata-kata berbahaya itu, Acies juga menunjukkan
senyum yang memperlihatkan gigi-giginya. Dan saat dia memancarkan
sinar ungu ketiganya, seluruh tubuh Acies seketika berubah menjadi bola-
bola cahaya, terserap ke dalam tubuh Maou.
Bukankah itu fenomena yang terjadi ketika Alas Ramus bergabung dengan
Emilia?
Dan, tidak hanya Emilia, bahkan Alsiel, Bell, dua kepala suku
Malebranche, Olba, dan para tentara Hakin yang menunggu di bawah,
semuanya begitu terkejut melihat apa yang terjadi selanjutnya.
Emilia tidak bisa mempercayai apa yang dia lihat dengan mata kepalanya
sendiri.
Apa yang muncul di tangan Maou adalah 'Evolving Holy Sword, One
Wing' seperti yang Emilia gunakan setelah bergabung dengan Alas Ramus.
Karena wujud pedang suci bisa berubah tergantung jumlah sihir suci yang
diberikan, Emilia pikir itulah makna dari kata 'Evolving'.
Sedangkan untuk 'One Wing', dia pikir itu hanya nama semata.
Namun....
“Ta-tapi itu adalah pedang suci, kan? Kenapa Raja Iblis bisa.... dan
'pedang suci' memancarkan sihir iblis.....”
“Fragmen Yesod sepertinya tidak hanya terpaku pada kekuatan suci saja.”
Dan seolah termotivasi oleh sorakan Alas Ramus, pertarungan Satan pun
dimulai.
“Hm?”
“.... Ugh!”
“Woah.”
Hanya dengan hal itu saja, ketiga malaikat itu secara refleks langsung
bersiaga.
Hanya dengan ayunan pedang suci saja, sudah cukup untuk membuat para
malaikat itu menjadi gugup.
Sihir iblis Maou yang berada di titik terkuatnya seperti saat ia menyerang
Ente Isla dulu, anak yang terlahir dari Yesod Sephirah yaitu Acies yang
hingga beberapa saat lalu menangis, lalu ada fragmen yang dibawa ke
Dunia Iblis oleh Olba, kemudian diserahkan kepada Alsiel melalui
Barbariccia. Saat ketiga hal itu digabungkan, kekuatan yang dihasilkannya
pun tentu sangat besar.
“Huuh, intinya....”
“Apa..... ugoh!!”
Bahkan Gabriel dan Kamael hanya bisa melihat Raguel yang awalnya
berada di samping mereka, seketika berubah menjadi Maou.
“Hey, Kamael? Jika kau tidak tenang sedikit, semuanya akan jadi sangat
gawat, kau tahu?”
“Bunuh Satan bunuh Satan bunuh Satan bunuh Satan bunuh Satan bunuh
Satan bunuuuuuh!!”
“Sataaaaaan! Oohhhhh!!”
“Uhm?”
“Heh.”
“Satannn urgh!!”
“Ugah!”
“Tu-tunggu!”
Evolving Holy Sword, One Wing milik Maou, memotong Durandal yang
masih sedikit rusak menjadi dua.
Tepat ketika pundak Gabriel terpotong oleh bilah pedang suci Acies dan
berdarah, kemudian berjungkir balik...
“A-apa yang terjadi, apa kau benar-benar Satan yang dulu dipermainkan
oleh Gabby?”
“Yeah, karena putriku sedang menonton, sebagai seorang ayah, aku harus
bekerja lebih keras daripada biasanya, kan!?”
“Ughhh!!!”
Namun seolah mengikuti jejak pedang tersebut, Raguel pun tertebas oleh
pedang yang tak terlihat, dan kekuatan yang Maou lepaskan dalam jarak
yang begitu jauh, meninggalkan luka-luka kecil di tubuh Raguel.
XxxxX
Olba, Barbariccia, Farfarello dan Milita yang ada di bawah hanya bisa
terpaku menyaksikan pertarungan tersebut.
“A-aku tidak pernah menyangka kalau para malaikat agung itu bisa.....”
Ya, mereka memang memiliki kekuatan seperti itu, dan dari apa yang Olba
ketahui, bahkan kekuatan Raja Iblis ketika dia berada dalam kekuatan
penuhnya pun hanya bisa bertarung seimbang dengan Emilia.
Satu-satunya orang yang tetap tenang dalam situasi ini, tentu adalah rekan
Maou, Crestia Bell.
“B-Bell, apa maksudmu? Mereka itu malaikat sungguhan, apa kau ingin
berpihak pada Raja Iblis Satan dan mengkhianati Surga serta seluruh Ente
Isla bersama dengan Emilia?”
Walau Olba memarahinya dengan tegas, Bell tetap terlihat tidak gentar,
dia sudah tidak mempercayai keyakinan yang Olba sebutkan.
“Aku tidak pernah menyangka kalau aku akan mendengar kata-kata itu
dari mulut Olba-dono.”
Dengan sebuah senyum kecut, Bell berjalan dari belakang Olba dan
perlahan mendekati Milita.
“Di dunia ini, tak ada yang namanya 'malaikat sungguhan', iya kan?”
“....A...pa???”
Bahkan Olba yang mengkhianati Gereja tanpa ragu, terdiam oleh kalimat
yang tidak mungkin diucapkan oleh seorang Penyelidik Gereja.
Apa yang wanita ini katakan? Apa dia tidak melihat eksistensi yang ada di
depan matanya itu?
Olba mengalihkan pandangannya ke arah tiga malaikat yang sedang
bertarung di langit, tapi Bell menggelengkan kepalanya, dan menjawab,
“Jika memiliki sayap dan kekuatan yang besar berarti mereka bisa
menyebut diri mereka malaikat, maka aku akan pergi ke Tokyo hands
membeli properti sayap dan memakainya, lalu menyebut diriku seorang
malaikat. Orang seperti Olba-dono, jangan-jangan anda sungguh berpikir
kalau orang-orang itu adalah malaikat yang disebutkan dalam Alkitab?”
Ketika ia menyatakan hal tersebut kepada Olba, di wajah Bell, dia sama
sekali tidak memperlihatkan tanda-tanda cemooh ataupun rasa jijik.
“Aku tahu kalian semua bingung. Tapi kejadian yang kalian lihat saat ini
adalah benar adanya. Saat ini, dua Pahlawan yang membawa pedang suci
sedang menghukum iblis yang menyebabkan Kekaisaran Afashan yang
kita cintai ini jatuh ke dalam teror!”
“A-apa?”
“Emilia-sama, tapi....”
Ucapan Bell yang terkesan konyol dan dibuat-buat, yang mana memang
ditujukan untuk mengalihkan pokok pembicaraan, membuat Olba sangat
terkejut.
Meski dia tidak tahu apa yang Bell rencanakan, hanya dengan satu orang
mengemukakan pembicaraan seperti itu, siapa yang akan
mempercayainya?
“Orang yang di sebelah sana itu adalah Alsiel! Tapi orang yang membawa
bencana ke Afashan kali ini bukanlah Alsiel, juga bukan Malebranche.
Aku akan membuktikan hal itu kepada kalian! Izinkan aku mengundang
rekan dari sang Pahlawan Emilia, Olba Meyers....”
“A-apa?”
“Apa!?”
Tubuh orang itu lebih pendek daripada Bell, dan karena dia bungkuk,
tinggi badannya bahkan terlihat lebih pendek lagi.
Meski dia memakai busana yang mewah, tubuh tua dan lemahnya
membuat orang itu nampak menyedihkan dan lusuh, dia sama sekali tidak
terlihat mulia.
"Ya-yang mulia.....??"
Ucap seseorang dengan suara yang bahkan lebih terguncang dibandingkan
saat mereka melihat Alsiel, dan setelahnya, ketika matahari pagi yang
bersinar di langit menyinari wajah sosok tersebut....
"Azure Emperor....!"
"Kaisar!"
"Yang mulia!"
Begitu pria tua yang bahkan kesulitan berdiri di kakinya sendiri itu muncul,
kejadian itu seketika menghancurkan moral Milita.
Dia adalah orang yang menguasai kekaisaran besar Benua Timur, Kaisar
dari seluruh Afashan, dia adalah Unifying Azure Emperor.
Panggil pria tua itu dengan suara yang terdengar seperti sebuah erangan.
"Ya!"
"Orang yang mendengar sendiri...... fitnah dari mereka yang menyebut diri
mereka malaikat dan memanggil para Malebrache sebagai iblis.... adalah
aku."
"Ya!"
Entah itu berita baik atau berita buruk, bukanlah masalah sama sekali.
Apa yang diucapkan sang kaisar akan menjadi kebenaran, menyimak dan
memahami maknanya adalah keadilan bagi Kesatria Hakin Afashan.
"Kami tersanjung!"
Dan dia mengatakan bahwa Alsiel telah melindungi Afashan dan para
penduduknya.
Apa yang menakutkan dari kalimat Unifying Azure Emperor adalah, jika
pemimpin yang dibawa oleh para malaikat itu bukan Barbariccia,
melainkan Alsiel, dan Afashan menyatakan perang terhadap benua lain
dengan bergantung pada kekuatannya, dia mungkin sudah menguasai
dunia.
"Kesatria... Hakin yang setia dan berani. Jangan salah mengenali
musuhmu... berkumpullah di bawah pedang suci.... dan tunjukkan pada
Surga, keagungan Afashan."
Tapi meski begitu, para tentara tetap meluruskan postur mereka dan
memberikan hormat kepada Unifying Azure Emperor.
"... Ketua Penyelidik dari Dewan Pembenaran Ajaran Gereja, Crestia Bell
dan Uskup Agung Olba Meyers, tunduk terhadap keputusan Unifying
Azure Emperor."
Olba terlihat begitu khawatir karena gelarnya dipakai oleh orang lain tanpa
izin, tapi Alberto yang menyerahkan sang kaisar kepada si jenderal
Seisuikin, kini melingkarkan tangan besarnya pada pundak Olba seolah
mereka adalah sahabat karib.
"Sebagai rekan sang Pahlawan, ayo kita lakukan yang terbaik, yeah..."
"Aku tak tahu ambisi apa yang kau miliki, tapi itu semua berakhir di sini.
Setidaknya matilah sebagai manusia."
"A-Alberto...."
XxxxX
Gabriel yang bagian depan bajunya dicengkeram oleh Maou, tertawa getir
saat kedua tangan dan kakinya menjuntai lemas.
"Kau juga bisa memohon pada orang itu. Dia itu lebih kejam dibanding
denganku."
"Ah... Nampaknya dia memiliki sifat yang keras kepala."
Maou dan Gabriel terfokus pada orang yang sama, dan tentu saja itu adalah
Emilia.
"Ugh...."
"Sa..... tan....."
Kali ini, Raguel dan Kamael yang lehernya dicengkeram oleh tangan
Maou yang lain di saat yang sama, mengerang.
"Sepertinya aku harus menanyakan ini dulu. Dendam apa sih yang dimiliki
Kamael terhadapku? Aku tidak ingat apapun soal ini, tapi jujur saja,
kelakuan seperti itu sudah melebihi apa yang bisa disebut menjijikkan."
".... Hm, itu cerita yang panjang. Dan itu mungkin ada hubungannya
dengan apa yang kau inginkan dariku."
"Kalau begitu kita bisa membicarakannya setelah kita kembali. Dan lagi,
tanpa mempertimbangkan dirimu, apa yang bisa dilakukan soal mereka
berdua? Jika kami hanya membuat mereka tidak bisa memulihkan kembali
kekuatannya.... tunggu.... Hey, ke mana Iron pergi? Seingatku Iron itu
Geburah, jadi seharusnya Kamael bertanggung jawab terhadapnya, kan?"
"Ah...."
"Itu benar... apa yang dilakukan Kamael, jika Iron melakukan tugasnya
dengan benar, kami mungkin tidak akan kalah separah ini...."
"Eh?"
"Jangan-jangan, Kamael bisa bergabung dengan Iron seperti Emi dan Alas
Ramus?"
"Tentu saja! Tapi aku tidak merasakan keberadaan Iron dari orang yang
bernama Kamael itu. Selain itu, dia bukan orang yang bisa menjadi
'Yadorigi' kami."
"Apa katamu?"
Kata-kata Acies membuat Maou sangat terkejut.
Kamael tidak bisa menjadi 'Yadorigi'. Dengan kata lain, dia tidak bisa
bergabung dengan anak yang terlahir dari Sephirah?
"H-hey, tunggu, Acies, kau baru saja mengatakan sesuatu yang penting...."
"Maou! Abaikan saja orang-orang ini, dan ayo kita cepat cari Iron bersama
Onee-san dan Yadorigi Onee-san! Lalu kita pergi ke rumah mereka dan
membuat kekacauan! Cepat! Cepat! Cepat! Lebih cepat lebih baik!"
"Uugh, i-ini!"
Meskipun situasi aneh bisa dipastikan telah terjadi hanya dari hal ini saja,
di sana sama sekali tidak terasa kekuatan apapun, tidak pula terdengar
suara apapun, dan jika bukan karena peringatan Emilia, tak seorangpun
akan menyadari fenomena itu. Itulah bagian teranehnya.
"Ahm?"
Maou curiga kalau dia terbawa suasana dan berpura-pura seperti biasanya,
tapi dari emosi yang terlihat di mata Gabriel, itu benar-benar tidak sesuai
dengan gaya Malaikat Agung itu.
"I-itu adalah 'gate'! Tapi bukan 'gate' biasa! Tapi sesuatu yang akan
menghisap semuanya.... uwaahh!"
"U-ugoh?"
"Yaahh!"
Gate yang tiba-tiba muncul di udara, seperti mesin menghisap debu yang
membersihkan kamar, kini mulai menghisap semua yang ada di bawahnya.
Mengenai hal itu, Alberto dan Olba juga sama, dan meski para Kesatria
Hakin saling menyangga satu sama lain membentuk rumah salju manusia
untuk melindungi Unifying Azure Emperor, jika mereka tidak berhati-hati,
kaki mereka pasti juga akan meninggalkan tanah.
Namun, sayangnya tak ada sesuatu di sekitar Bell yang bisa dia pegang,
jadi tubuhnya dalam sekejap terangkat.
Dia mencoba terbang untuk melawan daya hisap gate tersebut, tapi
tubuhnya tidak bisa mengeluarkan kekuatan apapun.
"Ah....."
"Li-Libicocco??"
"Padahal kau sangat hebat ketika berada di Jepang, jangan panik hanya
karena hal ini."
"Apa?"
"Apa?"
.....dan melihat malaikat yang ada di tangan Maou tersedot kuat ke atas,
bahkan tubuh Maou juga ikut terbawa.
Sepertinya bahkan Gabriel pun tidak bisa menahan daya hisap gate
tersebut, dia terjebak di antara gate yang ingin menarik tubuhnya dengan
Maou yang tidak mau melepaskannya, sehingga leher dan dadanya tertarik
kuat.
"Yaaahhhh!!"
"E-Emi!"
Meski Emilia berhasil bertahan dengan bantuan Alsiel dan Farfarello, tapi
seperti Bell dan Gabriel, dia juga tidak bisa menggerakkan tubuhnya
dengan bebas.
Di sisi lain, Nord yang diselimuti oleh mantra barrier, walau tidak
memiliki kekuatan yang besar, dia tetap ikut terhisap akibat barrier yang
melindunginya, jadi Barbariccia membantu Emilia untuk menahannya.
Kali ini, tangan kiri Maou yang mencengkeram leher dua malaikat
mengendur karena pengaruh angin kencang.
"Aughhkuugh!"
"Apa yang terjadi? Orang yang memiliki sihir suci kuat terhisap satu
persatu!"
"Hey! Gabri.....!"
"Maou! Itu!"
"Itu....!"
Dia memiliki tubuh yang pendek, kira-kira setinggi Sariel atau Urushihara.
Namun, kepala seperti bola dan tubuh menggelembung yang mirip seperti
boneka binatang memberi makhluk itu kesan pendek dan gemuk.
Itu adalah sesuatu yang bahkan diketahui oleh anak-anak di Jepang. Apa
sih sebutan untuk pakaian itu?
Dan oleh sebab itulah, di tempat seperti ini, di situasi seperti ini, pakaian
itu tidak seharusnya bisa dilihat.
Orang di dalam gate yang Maou lihat itu memakai sesuatu yang hanya bisa
digambarkan sebagai baju ruang angkasa, yang mana di bumi cuma bisa
dipakai oleh astronot.
Dari posisi Maou, dia sama sekali tidak melihat wajah yang ada di balik
topeng bulat tersebut.
Tapi entah kenapa, Maou tahu kalau orang itu sedang mengatakan sesuatu.
Kali ini......
"Aaaarrrrrggghhhhhhh!!"
Dan kemudian, Maou mendengar apa yang paling tidak ingin dia dengar,
teriakan Emilia.
Hal yang Maou khawatirkan ketika sesuatu terjadi pada Acies kini menjadi
nyata.
Tapi....
Sesuatu yang aneh terjadi pada tubuh Maou dan Emi di saat yang sama.
Bola-bola berwarna ungu keluar dari tubuh mereka dan terhisap ke dalam
gate tersebut.
"Alas Ramus!"
"Acies! Sial, sialan! Hey, Gabriel! Apa yang terjadi? Siapa orang itu?"
Orang yang muncul di hadapan Maou selama ini yang menyebut diri
mereka malaikat, selain Tentara Surga, mereka semua berinteraksi seolah
berada di posisi yang sama.
Sariel ya seperti itu, malaikat pengadil Raguel pun begitu, dan bahkan
malaikat penjaga Pohon Kehidupan, Gabriel dan Kamael pun juga begitu.
Meski mereka memiliki misi-misi yang gila, kekuatan, dan gelar, mereka
masihlah malaikat yang memiliki kedudukan setara.
Bukankah mereka sudah sering menyebut soal Perintah Surga atau misi
mereka masing-masing?
Siapa yang bisa memberikan perintah dan menentukan misi pada malaikat-
malaikat ini?
"Yah!"
Leher Gabriel pun tercekik karena hal itu dan membuatnya kehilangan
kesadaran.
Ketika daya hisap gate itu menghilang, tubuh Maou dan Emilia juga
berhenti melepaskan bola-bola cahaya.
Di saat yang sama, rasa sakit yang menyiksa Acies juga lenyap.
Keadaan Alas Ramus nampaknya juga sama, Maou melihat Emilia
memeluk erat dadanya dan memanggil-manggil nama Alas Ramus.
Karena dia bisa sedikit santai, Maou pun mendongak menatap gate yang
muncul barusan, lalu, dia dihantam oleh perasaan syok yang begitu kuat
sampai-sampai situasi mengejutkan tadi lenyap tanpa sisa.
"Uggoooohhhhhhh!?"
"Aaaapppaaa itu?"
"Eeeeyaaahh?"
Setelah Alsiel, Farfarello, dan Barbariccia melihat hal yang sama dengan
Maou, mereka mengeluarkan teriakan yang terdengar seolah bukan berasal
dari dunia ini.
"Aaaaaaaaapa, itu?"
Namun, orang yang paling tidak mempercayai apa yang dia lihat mungkin
adalah Maou, dan keinginan untuk berteriak keras menggelora di dalam
dadanya.
Entah bagaimana, orang yang lebih misterius dan lebih menakutkan dari
sosok yang mengenakan baju ruang angkasa tadi, muncul di tempat ini.
Bagi mereka yang ada di sana, daya hisap yang disebabkan oleh gate tadi
hanyalah seperti angin sepoi-sepoi di padang rumput. Orang yang datang
kali ini memakai topi dengan tepian lebar berwarna ungu terang yang
menusuk mata, di atasnya terdapat bulu merak berwarna emas.
Memanjang dari tubuhnya yang seperti tong bubuk mesiu, di bawah kaki
yang seperti meriam, terdapat sebuah high heels kecil berwarna putih yang
rasanya sulit dipercaya mereka bisa menopang berat tubuh pemiliknya.
Emilia yang nampaknya ingat ketika dulu dia berbicara dengan Shiba,
menunjukkan ekspresi yang dipenuhi dengan kebingungan.
“Yado... rigi....”
Kenapa Shiba bisa tahu istilah yang beberapa kali pernah disebutkan oleh
Acies?
Setelah itu, Shiba pun tersenyum, dan dengan kekuatan sekaligus tekanan
milik Sephirah yang cukup untuk menandingi semua yang menyaksikan
hal ini, dia mendongak menatap gate yang ada di langit....
“.... Maukah kau berhenti untuk hari ini? Seharusnya kau tahu, terlibat
konflik denganku bukanlah hal yang bagus, benar?”
“Ah....”
Dan begitulah, dengan cara yang sama ketika dia muncul di hadapan
semua orang, dia juga menghilang bersama gate tersebut tanpa adanya
tanda-tanda ataupun jejak keberadaan.
Setelah ia menghilang, apa yang tersisa hanyalah langit, dua bulan, Azure
Sky Canopy serta Cloud Detached Palace yang hampir hancur akibat
pertarungan, dan sebuah tiang cahaya.
Sekaligus...
Di saat yang sama ketika Emilia menggumamkan hal tersebut, para iblis
dan manusia perlahan berdiri seolah terlepas dari ikatan mereka.
“Tidak hanya itu, mungkin seharusnya ini disebut belum mulai sama sekali.
Ketika aku mendengarkan penjelasan Sasaki Chiho-san, aku tidak
menyangka kalau situasinya akan sekacau ini, tapi sepertinya gejala di
dunia ini sudah sangat serius....”
“Ba-baik....”
Dengan permintaan yang datang dari bibir penuh lipstik yang lebih merah
dibandingkan armor Kamael, bahkan Maou pun harus mengangguk.
“Maou-san, Ashiya-san, Kamazuki-san, dan Yusa-san, pertama-tama ayo
kita kembali ke Jepang bersama pemuda tampan itu.”
Pemuda tampan yang Shiba bicarakan, pasti mengacu pada Gabriel yang
hampir terhisap ke dalam gate di akhir pertarungan sengit tadi dan pada
akhirnya pingsan karena Maou mencekiknya.
Saat ini, masih ada banyak Malebranche yang tersisa, dan para Kesatria
Hakin yang kebingungan juga tidak akan diam dan membiarkan Alsiel
kembali ke Jepang.
Walau mereka dikendalikan oleh para malaikat dan iblis, itu tidak merubah
fakta bahwa Afashan masih berada dalam situasi di mana mereka sudah
menyatakan perang terhadap seluruh Ente Isla.
“Ta-tapi....”
Jika itu Emilia yang dulu, dia pasti sudah mengatakan sesuatu yang
memotivasi sebagai Sang Pahlawan.
Tapi saat ini, Emilia hanya bertarung demi dirinya sendiri, dia merasa
kalau dia adalah orang yang hanya peduli dengan keinginannya sendiri,
dengan keadaan mental seperti itu, tak peduli apa yang dia katakan, dia
merasa takkan bisa menyampaikan pemikirannya kepada banyak orang.
Kali ini....
“Ah...”
“Hm!”
Meski skalanya kecil, jelas-jelas itu adalah tanda kemunculan gate, orang
yang merasakan fenomena tersebut secara refleks langsung meningkatkan
kewaspadaannya.
“Aku tidak pernah menyangka kalau situasinya akan jadi seperti ini.”
Dua manusia yang muncul dari dalam gate itu adalah orang yang Emilia
kenal.
“Eh, Em?”
Salah satu dari mereka adalah Emerada Etuva yang seharusnya sedang
menjalani pengadilan Gereja di Saint Aire, sementara yang satunya
adalah.....
Shiba, melihat semua itu, berbicara pelan dengan sikap yang begitu elegan.
Maou, Alsiel, dan Emilia saling menatap satu sama lain ketika mendengar
suara rekan mereka dari bawah.
“Silakan. Waktu yang sedikit ini masih bisa ditolerir. Selama waktu itu,
pemuda ini dan.....”
“Ah.”
“Eh?”
Dan Gabriel yang pingsan pun lepas dari genggaman Maou, mengambang
di udara seperti ikan tuna yang terpancing.
Setelah itu, tubuh Maou dan Emilia juga bersinar, segera sesudahnya, Alas
Ramus dan Acies yang terlihat lemah dan dengan mata yang menutup,
termaterialisasi.
“Aku akan mengurus kedua anak ini. Khususnya jika Maou-san terus
seperti ini, kau pasti akan menyebabkan masalah untuk orang-orang yang
ada di bawah sana, kan?”
Karena dia bisa mengabaikan kehendak Yadorigi Maou dan Emilia, serta
mampu mematerialisasi anak dari fragmen Yesod, misteri di balik
keberadaan Shiba pun menjadi semakin dalam.
Maou dan Emilia menoleh satu sama lain, Maou pun menekan sihir
iblisnya hingga ke tingkat minimum dan perlahan mendarat ke tanah.
Saat ini, baik Maou ataupun Emilia, tidak ada yang tahu alasan kenapa
Alas Ramus dan Acies bisa muncul.
XxxxX
“Benar sekali!”
Orang yang berbicara kepada Maou dan Emilia ketika mereka mendarat di
tanah adalah Emerada dan Bell.
“Ma-maaf.”
Si Raja Iblis sendiri meminta maaf dengan canggung, tapi meski begitu,
Maou masih tidak bisa mengerti satu hal.
“Si-sidang keagamaan?”
Emilia yang tidak tahu menahu soal keadaan Emerada, memekik kaget,
sementara Emerada menoleh ke arah Bell yang ada di sampingnya dengan
sikap santai dan mengatakan,
“Tidak~~!”
“Aku benar-benar tidak mengerti, Suzuno, apa kau pergi ke Benua Barat
dan kembali ke sini? Bagaimana caramu pergi ke sana?”
“Yeah, aku sudah dengar dari Libicocco kalau kalian berdua dikirim ke
suatu tempat....”
“Jujur saja, kupikir aku sudah tidak bisa kembali. Tapi begitu aku ingat
kalau Emerada-dono berada di Ibukota Saint Aire, jika aku memintanya
menggunakan 'Pena Bulu Malaikat', pasti masih ada harapan.”
“Ketika aku melihat Nona Bell~ Alberto dan Nona Lumark memasuki
tempat sidang~ kupikir aku sedang bermimpi~~”
Posisi asli Kamazuki Suzuno alias Crestia Bell sebagai seorang pendeta.
Karena itu adalah sidang keagamaan, tentu itu dinilai dari bagaimana
terdakwa melakukan penistaan terhadap ajaran Gereja.
Dan badan yang bisa menilai hal itu adalah Dewan Pemeriksaan Tak
Lazim, yang sekarang bernama Dewan Pembenaran Ajaran.
“Pejabat yang bertugas dalam sidang tersebut dan Jenderal Pepin yang
menjadi saksi langsung lemas ketika mereka melihat wajahku.”
“Tapi~ walau aku tidak bertindak gegabah~~ aku masih bisa diskakmat
oleh Pepin~~ itu benar-benar menjengkelkan... ya kan, Olba~~?”
Meskipun hanya dirinya sendiri, Maou, dan beberapa orang lain yang tahu
akan kebenarannya, setelah Raguel dan Kamael menghilang, serta dengan
pingsannya Gabriel, Olba yang berada di belakang Maou, Alsiel, dan para
Malebranche, kini benar-benar sendiri dan tak berdaya.
Emerada, dengan tatapan seperti seekor ular, menatap Olba yang gemetar
sampai-sampai tidak bisa berdiri tegak.
“A-ada apa?”
Wajah Olba terlihat pucat, dan bahkan bagian atas kepala botaknya sudah
kehilangan warnanya.
“Bukankah kau meminta pendeta dari gereja kota Cassius yang tidak tahu
apa-apa untuk mengambil uang warga~ dan menyuap tentara si busuk
Pepin~ lalu menggunakannya untuk mengelola area di sekitar desa Sloan~
sehingga si tikus pengerat Pepin itu terlihat sangat senang setelah
menerima uangmu~~?”
“Itu....”
“Aku yang menyelidiki area di dekat desa Sloan~ mungkin adalah sebuah
halangan baginya~~ dan ketika dia menggunakan sidang keagamaan
untuk menahanku di Ibukota Kekaisaran dan merasa begitu senang~~
Nona Bell seketika membalik situasinya~ lalu saat Nona Lumark
mengarahkan sebuah pedang ke arahnya dari belakang~ dia membuang
banyak bukti yang begitu kotor sampai-sampai orang bahkan tidak tega
untuk muntah di atasnya~~”
“Ah... ah....”
Karena para bawahan Olba yang berada di sekitar desa Sloan sudah
dikendalikan oleh Emerada dan Lumark, itu artinya....
“Namun, jika kau masih memiliki sisa-sisa hati nurani.... dan bersedia
berbicara tentang kegelapan yang saat ini menyelimuti Ente Isla,
Kekaisaran Suci Saint Aire mungkin akan memberimu kesempatan untuk
bertobat. Olba, impian bodohmu sudah berakhir.”
“Ugh....”
Hanya menggunakan gate seperti orang penting dan memasuki area pusat
sebuah negara saja sudah cukup untuk menyebabkan masalah
internasional yang serius, dan meminta untuk bertemu kaisar tanpa janji
terlebih dahulu adalah tindakan yang sangat kasar.
Namun....
"Kali ini, adalah pengecualian... di bawah langit biru, entah kau maupun
diriku, kita semua.... hanyalah manusia."
"Terima kasih."
".... Hm."
".... Hm."
"Eh...?"
Kemudian, dia mulai bertanya-tanya kenapa dia melakukan hal seperti itu.
Apa yang Emilia khawatirkan adalah, apakah Maou akan terganggu oleh
kata-kata Lumark yang terdengar seolah konflik di seluruh dunia adalah
tanggung jawab Pasukan Raja Iblis.
Tentu apa yang Lumark katakan adalah demi kemudahan dalam negosiasi,
dan semua orang tak harus menerimanya begitu saja, tapi Emilia yang
tidak pernah mempertimbangkan perasaan Maou, tetap merasa tidak enak.
Setelah Emerada dan Lumark melihat sang kaisar pergi, keduanya pun
menuju ke sisi Emilia.
"Setelah ini~~ Emilia juga harus bertarung demi dirimu sendiri kan~~ aku
dan Alber~ pasti akan selalu mendukungmu seperti sebelumnya~~"
Emerada mungkin tahu kalau selama ini Emilia selalu bertarung demi
dirinya sendiri.
Meski begitu, dia akan selalu berada di samping Emilia, seperti sekarang
ini.
Emilia sungguh berharap dia bisa membalas pertemanan ini suatu hari
nanti.
Lumark menyaksikan pelukan hangat di antara keduanya, beralih ke
ekspresi tegasnya, dan menoleh ke arah pemuda yang menyembunyikan
sihir iblisnya yang meluap-luap di dalam tubuh manusianya.
"Aku tidak menyangka kalau kau adalah Raja Iblis yang menyerang Ente
Isla sebelumnya, ini benar-benar mengejutkan. Bahkan, kita yang bisa
berbicara santai begini saja adalah hal yang aneh."
"Lupakan! Tak peduli jadi seberapa menyedihkannya aku ini, aku tetaplah
Raja Iblis, dan mereka-mereka ini adalah para iblis. Meski kami gagal
sebelumnya, itu bukan berarti aku menyerah untuk menguasai Ente Isla.
Jika kalian masih mengatakan kata-kata naif seperti itu, kalian pasti akan
menyesalinya suatu hari nanti."
"Aku akan berdoa supaya hari itu tidak pernah datang... lalu..."
Lumark menerima tantangan Maou dengan senyum tak gentar, dan beralih
menatap Barbariccia, Farfarello, dan Libicocco yang menunggu perintah
di belakang Maou.
"Mengabaikan insiden kali ini, jika kami membiarkan kalian kembali ke
tempat bernama Jepang itu begitu saja, kami pasti akan sangat kesulitan.
Jika kau tidak melakukan sesuatu terhadap para Malebranche ini, kami
secepatnya pasti akan bertarung lagi."
"Aku tahu itu. Aku sudah memberitahu mereka beberapa kali, meminta
mereka untuk kembali ke Dunia Iblis."
Maou mengernyit...
"Hah!"
"Barbariccia."
"Ya..."
"Ciriatto seharusnya sudah kembali lebih dulu. Jika kau sudah paham
kesalahanmu kali ini, maka menurutlah!"
"Maou-sama."
"Hm."
"Yaa....."
"..... Hey."
"Aku tidak tahu apa yang kau rencanakan nantinya... tapi sebaiknya kau
jangan sampai mati."
"Aku tidak pernah menyangka kalau akan ada hari di mana seorang
Malebranche mengkhawatirkanku."
Bell tersenyum kecut, tapi itu tidak seperti dia tidak senang mengenai hal
itu.
"Ketika kita bertemu lagi nanti, kuharap hubungan kita akan membaik
sehingga kita tidak perlu lagi berkomunikasi dengan pedang, melainkan
dengan kata-kata."
"Terserah apa katamu. Serius ini, kenapa semua manusia itu sangat aneh."
"Sama halnya denganku, akhir-akhir ini aku semakin tidak paham dengan
kalian para iblis."
Ini adalah pemandangan yang tidak mungkin terjadi dua tahun yang lalu.
Pemandangan yang seharusnya hanya ada di kamar 201 di Villa Rosa
Sasazuka Jepang ini, sekarang bisa disaksikan di Ente Isla.
"Hm?"
Emilia alias Yusa Emi yang tidak memiliki Evolving Holy Sword, One
Wing ataupun Armor Pengusir Kejahatannya, berbicara ke arah punggung
Maou saat dia memperhatikan para Malebranche pergi.
"Aku punya sesuatu yang harus kumintai maaf, seperti yang kukatakan
sebelumnya... erhm....."
Emi menjelaskan apa yang terjadi hingga saat ini dengan tergagap.
Apa yang terjadi ketika dia kembali ke Ente Isla, fakta bahwa ladang
ayahnya ternyata masih bertahan, sekaligus tentang dia yang membiarkan
para kepala suku Malebranche terbunuh oleh Milita karena ladang gandum
tersebut.
Maou sama sekali tidak menyela Emi, dan hanya diam mendengarkan
pengakuannya.
"Jadi.... aku sudah tidak punya hak untuk menyalahkanmu..."
"Eh?"
"Memang sih bilang begini itu terkesan tak berperasaan, tapi jujur saja,
aku tidak terlalu peduli soal itu."
"Itu benar, tapi ketika Farfarello datang ke Jepang, aku sudah berkali-kali
memerintahkan mereka untuk mundur dari Ente Isla. Baik Barbariccia
maupun kepala suku lain, mereka itu tidak mau mendengarkan perintahku,
jadi iblis-iblis yang kurang beruntung dan salah membaca situasi itu pasti
akan mati. Itu saja."
"Terus, kenapa kau terguncang karena hal semacam ini? Jika kau
membunuh para iblis demi dirimu sendiri, bukankah itu sama seperti
sebelumnya?"
"....Ugh!"
Itu benar.
"Orang yang memaksamu menjadi Pahlawan adalah aku, Raja Iblis. Kau
tak perlu memaksa mencari alasan untuk merubah fakta ini. Untuk
menjelaskannya dengan cara yang lebih ekstrim, hubungan antara kau dan
aku itu tidak pernah berubah sejak awal."
Kali ini, Maou menolehkan kepalanya ke arah Emi untuk yang pertama
kalinya.
Emi, entah kenapa, tidak bisa menatap wajah Maou, dia dengan panik
menunduk untuk menghindari tatapan Maou.
Maou yang tentu saja tidak terganggu dengan hal ini, berbicara dengan
lantang,
"Aa....."
Diberi gelar sebagai Jenderal Iblis di depan banyak orang, bukankah itu
akan menyebabkan masalah?
Ketika insiden saat dia diangkat menjadi Jenderal Iblis terlintas dalam
pikirannya, Emi seketika memerah.
"I-itu kan sesuatu yang kau bilang atas keinginanmu sendiri! A-aku tidak
pernah menyetujuinya...."
"Soal Chi-chan dan Suzuki Rika. Itu tidak akan selesai bahkan jika kau
berlutut."
"..... Ah."
"Chi-chan setiap hari menangis karena cemas kau tidak kembali, dan
Suzuki Rika, karena Idea Link-mu yang sembrono, dia melihat kejadian
saat Gabriel menculik Ashiya."
"Ah.... Itu...."
"...... Augh."
Emi menerima syok hebat karena kenyataan yang Maou ungkapkan akibat
bagaimana dia memperlakukan temannya dengan dangkal, dia pun
mengerang lantas terdiam.
"Huuuh~ serius ini, apa yang terjadi denganmu? Kau terlihat seperti sudah
memakan sesuatu yang benar-benar buruk."
"Huft~ itu artinya apa yang kau alami itu sangat sulit. Ketika kau kembali
ke Jepang, minta maaflah dengan benar dan katakan apapun yang kau bisa
kau katakan secara perlahan sejak awal. Karena kalian adalah teman, dia
pasti akan mengerti."
"..... Yeah."
Emi menempatkan tangannya di atas bahu yang barusan Maou sentuh
secara refleks, dan mengangguk pelan.
XxxxX
Chiho yang baru pulang dari sekolah, meletakkan tasnya di atas meja yang
ada di kamarnya, dia sangat terkejut ketika mendengar HPnya tiba-tiba
berbunyi.
Chiho yang baru saja pulang sekolah, seketika berlari keluar dari rumah
seperti angin, dan membuat ibunya yang terkejut bertanya, namun hati
Chiho sangat cemas sampai-sampai dia tidak punya waktu untuk
menjawab.
Meski begitu, Chiho berhasil melewati kerumunan dengan sigap dan terus
berlari.
Namun, kali ini, lampu lalu lintas yang ada di depan pemberhentian bus
sedang menyala merah.
Tanpa ragu, Chiho berlari menaiki tangga jembatan layang di bawah jalan
tol Shuto.
Bersamaan dengan bunyi sinyal lampu yang berganti menjadi hijau, Chiho
sudah melewati bawah jembatan layang di Jalur Keio, stasiun Sasazuka.
Masih ada banyak sepeda yang terparkir di sana, tapi Chiho sama sekali
tidak memperhatikannya.
"Ah!"
Chiho mengusap keringat yang masuk ke dalam matanya, fokus pada pintu
masuk yang di atasnya terdapat tanda Villa Rosa Sasazuka, dan bergegas
menuju halaman belakang.
"Maou-san!!"
Chiho memanggil nama orang yang tadi muncul di layar HPnya, kakinya
melangkah melewati tanah dan rumput liar yang tumbuh tinggi karena
sudah lama tidak dibersihkan, dan orang-orang yang ada di sana menoleh
ketika mendengar suara Chiho.
"Ah."
"Oh."
"Ya ampun?"
"Chi-nee chan!"
Beberapa dari mereka terlihat tenang dan santai, beberapa lagi terlihat
sangat lelah, ada yang terlihat lega, dan ada pula yang pingsan dan harus
digotong, ekspresi semua orang berbeda-beda.
Tapi hanya satu orang yang menundukkan kepalanya merasa malu, lantas
memanggil nama Chiho.
".... Chiho-chan..."
"Yusa.... san...."
Chiho mengikuti hasrat dalam dirinya, dia pun melangkah dengan kuat
dan berlari menuju lengan orang itu.
"Yusa-saaaaaaaan! Syukurlah~~!"
"Chi Chiho-chan....."
Emi dengan gugup memeluk pundak Chiho saat dia bersandar dalam
dekapannya.
"Alas Ramus-chan...."
Chiho merasa ada sepasang tangan kecil yang menarik kaosnya, dia pun
terperangah begitu melihat wajah polos gadis itu.
“Uwaaaahhh!”
“Yusa-san! Mungkinkah....!”
“Itu benar. Setelah dia bangun nanti, akan kuperkenalkan kau dengannya.”
“Yusa-san!”
Kali ini, Amane membuka jendela kamar 202 dan melihat keluar dari sana.
“Amane.”
Si pemilik kontrakan Shiba yang kembali bersama Maou dan yang lainnya
menyela ucapan keponakannya dengan nada yang tegas.
“Aku yakin kamar Maou-san dan Kamazuki-san pasti tidak cocok untuk
merawat ayah Yusa-san. Dan dengan keadaan seperti sekarang ini, dia
tidak bisa dibawa ke rumah sakit ataupun naik taksi untuk pulang ke rumah
Yusa-san, jadi izinkan aku membuka pintu kamar 101 terlebih dahulu.
Yusa-san, tolong pindahkan ayahmu ke sana, jangan khawatir, kamar itu
sudah dibersihkan kok.”
“Ba-baik....”
Jangankan Ashiya, bahkan ekspresi Maou juga menjadi kaku karena kata-
kata Shiba.
Setelah ini, tragedi macam apa ya yang akan menanti Gabriel? Dan meski
Ashiya akhirnya kembali ke Jepang, akankah dia bisa kembali setelah
memasuki rumah Shiba? Pemikiran gelisah semacam itu kini memenuhi
pikiran mereka berdua.
“Uh, erhm, pokoknya ayo kita kembali ke kamar dulu, barang bawaan kita
akan dikirim nanti, sekarang ini sangat-sangat melelahkan. Aku ingin
beristirahat dulu.”
Maou melihat keadaan Chiho dan yang lainnya, dia mengatur kembali
pegangannya pada Nord dan mengatakan hal tersebut.
“Uh, erhm, Urushihara-kun.... beberapa hal terjadi, dan dia sekarang ada
di rumah sakit.”
Karena Chiho yang selama ini berada di Jepang berkata demikian, berarti
Urushihara memang masuk rumah sakit.
Setelah mengatakan hal itu, Maou menoleh ke arah Chiho yang masih
memeluk Emi dan menangis, kemudian dengan sebuah senyum lebar, dia
mengatakan,
Tidur Nord Justina ternyata lebih lelap dibanding apa yang Emi pertama
kira.
Sudah lebih dari seminggu semenjak Nord dan Ashiya diculik dari Villa
Rosa Sasazuka oleh Gabriel.
Tubuhnya sangat lemah, dan bahkan tidur dua hari penuh setelah kembali
dari Ente Isla, dia masih belum bangun.
Meski dia tahu bahwa Nord sebelumnya tinggal di Jepang, Emi tidak tahu
di mana dia tinggal, dan tidak hanya alamat rumahnya, Emi juga tidak tahu
registrasi rumah tangga ataupun asuransi Nord, jadi dia tidak bisa
menemui dokter.
Setelah mendapat jawaban dengan area pencarian seluas itu, semua orang
langsung menyerah menyelidikinya.
Menurut diagnosa Suzuno, Nord tidak akan berada dalam bahaya asalkan
dia bangun dalam tiga hari, jadi Maou dan yang lainnya membiarkan dia
beristirahat di kamar 101 Villa Rosa Sasazuka yang Shiba bukakan untuk
mereka.
Namun, orang yang mengungkap semua ini adalah Crestia Bell, atau bisa
disebut, Dewan Pembenaran Ajaran yang juga merupakan bagian dari
Gereja, jadi kebanyakan orang percaya kalau ini adalah tindakan
pembersihan yang dilakukan oleh Gereja sendiri.
Meskipun Gereja bisa menghindari kehancuran fatal karena hal itu, di sisi
lain, hancur atau tidaknya pihak Gereja, kini malah berada di tangan
Crestia Bell.
Bagaimanapun juga, Crestia Bell mengerti betul sisi gelap Gereja, dan dia
sudah membangun ikatan yang kuat dengan Kekaisaran Suci Saint Aire
tanpa mengandalkan uang, melainkan dengan keadilan dan jiwa
religiusnya.
"Aku tahu. Karena itu adalah pesan yang dikirim ke banyak orang. Ada
juga sesuatu yang ingin kutanyakan padamu, tidakkah kau merasa sikap
Chiho-dono belakangan ini sedikit aneh?"
"Hm?"
"Emoticon yang dia gunakan rasanya lebih sedikit dari biasanya... tapi itu
mungkin bukan sesuatu yang harus kita khawatirkan."
"... Sebaiknya kau menyerah, dan ganti model saja. Mengecas HP dengan
keadaan seperti itu jelas sangat berbahaya."
"Aku juga ingin ganti, tapi aku tidak punya uang, dan orang yang bisa
kumintai uang, sekarang berada dalam kondisi seperti itu."
"Hm?"
"Di hari saat kita kembali... meski hanya sebentar, Chiho-dono terlihat
sedih dan ketakutan."
"Benarkah?"
Chiho pada waktu itu, hanya nampak bahagia atas kepulangan Maou dan
yang lainnya.
"Karena aku tidak punya bukti, makanya aku bertanya padamu. Kukira
Chiho-dono membicarakan sesuatu denganmu, atau kau sudah
mengatakan sesuatu yang bodoh tanpa memikirkan perasaannya."
"..... Hey!!"
"Entah setuju atau tidak, sekaranglah saatnya kau memberi dia jawaban."
"Uh, bukan begitu, karena kudengar itu ada hubungannya dengan Emilia,
makanya aku mengatakan itu secara refleks."
"Bukankah kau bilang ingin membeli hadiah ucapan terima kasih untuk
teman-temanmu yang sudah bertukar shift denganmu? Aku hanya merasa
kita bisa menggunakan kesempatan ini dan pergi bersama. Tak perlu juga
menolak sampai sebegitunya."
"Sampai sekarang kau tidak pernah aktif ikut ambil bagian dalam kegiatan
Maou-sama, kan? Wajar saja Maou-sama merasa bingung."
Maou dan Ashiya juga menoleh ke arah yang sama mengikuti pandangan
Suzuno, mereka pun menemukan seseorang yang terlihat di pintu masuk
utama lorong apartemen.
"Ah...."
Berdasarkan waktu saat ini, sepertinya dia sudah tertidur selama 30 menit.
Dari waktunya, itu mungkin Suzuno yang dia minta pergi keluar untuk
membeli sesuatu.
Teman Emi di Jepang yang sudah tidak dia temui selama sebulan,
mengucapkan hal tersebut dengan santai dan menyerahkan beberapa
kantong plastik kepadanya.
"Rika...."
Emi yang merasa kebingungan, ragu apakah harus menerima kantong itu
atau tidak....
"Ah, ma-maaf..."
Emi yang tidak memeriksa isi kantong tadi dan membawanya dengan
sebuah ekspresi aneh, nampak ingin membicarakan sesuatu ketika di
tengah jalan ia berhenti dengan mulut terbuka, tapi orang yang
menghentikannya bukanlah siapa-siapa melainkan Rika.
"Tunggu dulu, ada sesuatu yang ingin kuberitahu padamu. Berita baik atau
berita buruk, mana yang ingin lebih dulu kau dengar? Dari dulu aku selalu
ingin bilang begitu."
Meski dia sudah mencoba berpura-pura tenang, kabar buruk ini tetap
memberikan syok yang lebih besar dari apa yang Emi bayangkan.
Anehnya, Emi bahkan menganggap syok ini jauh lebih berat dibandingkan
saat motivasinya menjadi Pahlawan hancur.
Tapi ini adalah akibat dari semua kebohongan dan tindakan sembrononya
yang sudah menumpuk.
"Lalu masih ada berita baiknya.... apa kau tidak ingin meletakkan barang-
barang itu lebih dulu?"
"Ugh..."
"Ri-Rika, aku...."
Tapi Emi tidak bisa menangis. Jika dia menangis di depan Rika.. teman
baiknya selama di Jepang yang terus dia bohongi, rasanya itu terlalu licik.
"Hey, rasanya terlalu licik kalau kau yang menangis, karena dirimu lah
aku menemui hal-hal yang sangat menakutkan, akulah yang seharusnya
menangis di sini. Sebelumnya aku sudah menangis sih. Itu benar-benar
menakutkan."
".... Yeah."
"Tapi apa yang benar-benar kuingin kau untuk minta maaf hanyalah hal
itu."
"....Eh?"
"Uh, aku benar-benar terkejut, kau tahu? Bukan hanya di luar negeri,
kampung halamanmu ternyata ada di dunia lain, kan? Dan kau bahkan
merupakan seorang Pahlawan dengan kekuatan super. Kau juga punya
nama yang berlebihan, seperti Emilia Justina."
"Kekuatan super...."
"Jika aku adalah seorang pria yang akan menikahimu, aku mungkin akan
menghadapi banyak masalah... untungnya aku perempuan, dan aku adalah
temanmu."
Rika menatap ke arah langit-langit dengan sebuah tatapan sedih, Emi tidak
sadar kalau Rika sedang menatap tangga menuju kamar 201.
"A-apa maksudmu...?"
"... Ah, oiya, meski sekarang aku tinggal di Takadanobaba, aku pernah
bilang kalau kampung halamanku itu ada di Kobe, kan?"
"... Yeah."
"Apa aku pernah memberitahumu kalau aku pernah dipilih menjadi salah
satu perenang nasional ketika masih SMP?"
"Benar kan? Jika kita tidak mengaku satu sama lain seperti ini, kita tidak
akan punya banyak kesempatan untuk mengetahui masa lalu seorang
teman, situasinya, dan hanya punya sedikit pengalaman."
".... Rika."
"Bagiku, hal paling penting adalah memiliki seseorang yang bisa diajak
mengobrol santai membicarakan hal-hal bodoh, atau minum teh seusai
bekerja.... mungkin yang ini akan sedikit sulit setelah kau dipecat...
Pokoknya, seperti itulah menjadi temanku. Selain itu, bisa disebut
tambahan."
".... Yeah."
"O....ke..."
"Hey! Jangan menangis! Hanya ini saja yang tidak akan kuterima."
"O...ke..!"
"Ah~ yang benar saja. Ayahmu belum bangun, kan? Simpan air matamu
ketika kau bertemu lagi dengannya. Ah, ini gawat. Jika dia melihat
anaknya yang sudah tidak dia temui selama bertahun-tahun memasang
ekspresi seperti ini, khayalannya pasti akan hancur. Meski aku sudah
merasakan perasaan ini ketika mendengar bahwa Maou-san adalah Raja
Iblis, tapi ketika aku tahu bahwa kau juga Pahlawan, aku langsung merasa
curiga."
"Yeah!"
Setelah mendengar Emi mengatakan hal itu dengan pelan, sebuah ekspresi
jail muncul di wajah Rika.
Rika menepuk punggung Emi dengan hangat, lalu ia melepas pelukannya
dan tersenyum ke arah Emi.
"E-ehh??"
"Ri-Rika, tunggu..."
"Jika kau menunjukkan ekspresi seperti itu, itu malah hanya akan
membuat orang lain semakin ingin membullymu. Hey, Emi, ah tidak,
Emilia, sebenarnya apa yang kau lakukan satu bulan ini di Ente Isla? Aku
juga ingin lebih tahu soal Emi, ah Emilia."
"Tapi Emilia, kau bekerja untuk menyokong kehidupanmu, kan? Jika kau
tidak secepatnya menemukan pekerjaan baru, kau tidak akan bisa terus
merawat ayahmu, kan? Dan si Alas Ramus-chan itu, dia juga akan terus
kau rawat, kan?"
"Ah, ye-yeah.... soal itu..."
Meski Emi masih punya sedikit tabungan, jika dia tidak segera
menemukan pekerjaan, bahkan sewa apartemennya di Eifuku pun akan
berada dalam bahaya.
Dengan situasi sekarang ini, bahkan jika ayahnya sudah pulih, mereka
takkan bisa langsung pulang ke kampung halaman mereka di Ente Isla.
Memang dia sendirilah yang menyebabkan semua ini, tapi situasi ini
benar-benar terlalu parah.
Saran Rika memang sangat sesuai dengan realita saat ini, tapi
mempertimbangkan semua yang telah terjadi hingga hari ini, Emi tetap
merasa enggan dengan saran tersebut.
"Ugh... Aku perlu memikirkan kemungkinan itu lebih dari sebelumnya,
aku akan menganggap dua cara itu sebagai pilihan terakhir...."
"Huuh, apa yang akan kau lakukan nanti adalah pilihan Emilia sendiri, jadi
jangan paksakan dirimu, okay?"
"Ye-yeah... tidak, Rika, anggap ini sebagai permintaan, jangan panggil aku
Emilia lagi!"
Karena dia sangat malu ketika Rika memanggilnya demikian, dan karena
Rika jelas memaksakan dirinya, Emi benar-benar berharap Rika akan
kembali ke cara memanggilnya yang dulu, dan kemudian,
"Emi.... lia...."
"E-Emi, li-lihat!"
Emi dan Rika yang bingung karena kejadian tiba-tiba ini, keduanya
langsung bergegas menuju ke samping Nord yang sedang berbaring, dan
menatap wajahnya.
Wajah Nord terlihat berkedut seperti sedang bermimpi, dan itu adalah
reaksi yang sama sekali tidak terlihat sejak kemarin.
"Ayah.... ayah?"
Emi menggunakan tisu basah yang Rika bawa untuk mengelap keringat di
dahi Nord.
"Emi, cepat, panggil dia lagi! Paman, Emilia tepat ada di sampingmu!
Cepat, bangun!"
Rika juga ikut memanggilnya dengan suara yang tidak akan menyebabkan
keributan.
Dan kemudian...
"Uh..."
""!!!!""
Suara yang mencapai telinga Emi itu terdengar sedikit lebih tinggi dari apa
yang ia ingat.
Meski begitu....
"Meski aku tidak tahu apa yang kau katakan, tapi paman seharusnya juga
bisa bahasa Jepang, kan? Emilia ada di sini sekarang, cepat bangun!"
"Uh.... Ugh...."
'Ayah, aku bisa tinggal denganmu lagi. Ayah ternyata tidak bohong, dulu
kau bilang kalau kita pasti bisa tinggal bersama lagi suatu hari nanti, kan?
Hari itu akhirnya datang. Ayah, aku....'
'Emi...lia...?'
'Aku.... pulang....!!'
Meskipun redup, Emi dan Rika jelas-jelas melihat seberkas cahaya di mata
Nord saat dia sedang berbaring, Nord pun menggunakan suara seraknya
untuk memanggil Emilia.
Mungkin karena merasa terganggu oleh Rika yang tiba-tiba berlari dengan
panik, Nord sedikit mengernyit, tapi melakukan hal demikian justru
merangsang kesadarannya yang masih kabur.
Sang ayah yang kini sedikit lebih tua dari apa yang Emi ingat, dan sang
anak yang terlihat lebih dewasa dari apa yang Nord ingat, menatap satu
sama lain selama beberapa saat.
Air mata di masa lalu itu adalah air mata perpisahan dan keputusasaan.
Namun, air mata yang ada di wajah Emilia sekarang, nampak berkilau
hangat di bawah sinar matahari Jepang yang bersinar masuk melewati
jendela, dan memancarkan cahaya harapan.
Continuing Chapter
Itu adalah suara-suara mereka yang khawatir kalau mereka akan ditahan
saat rapat Aliansi Kesatria Lima Benua karena melakukan dosa seperti
menyatakan perang terhadap dunia.
Azure Sky Canopy yang dipuja-puja sebagai Sky Dome, ketika itu
menunjukkan keadaannya yang menyedihkan selama proses
pembangunan, semua suara itu terdengar oleh telinga tua milik Unifying
Azure Emperor.
Namun, meski sang kaisar terus terkikis usia, mata yang tersembunyi di
balik kelopak matanya yang keriput, sama sekali tidak kehilangan
ambisinya dan mengkilat bagaikan binatang buas yang lapar.
"Orang itu.... adalah seorang ahli strategi sejati... seorang pemimpin yang
benar-benar berbakat..."
Kalau begitu, dia harus terus menari selama dia masih hidup, dan
menyerahkan hasilnya pada masa depan.
Kilau tekad dan ambisi itu adalah milik seseorang yang melihat jauh ke
masa depan.
"Membuat seseorang yang bukan manusia mewarisi kekuasaanku juga
merupakan suatu kesenangan."
~Selesai~
Catatan Pengarang
Di suatu pagi yang entah kenapa kau merasa suram, kau tiba-tiba berharap
sekolahmu dihantam oleh meteor, atau perusahaanmu meledak dan
hancur.... mungkin hanya sedikit orang yang tidak pernah mengalami hal
ini sebelumnya, ya kan?
Namun sayangnya, manusia tidak akan bisa melakukan hal semacam itu,
tak peduli seberapa berat atau seberapa sulitnya, atau seberapa besar
keinginan mereka untuk lari, pasti ada beberapa hal yang sulit untuk
ditinggalkan.
Bagaimanapun, waktu akan berlalu begitu saja, dan entah baik maupun
buruk, banyak hal yang akan menjadi debu. Tapi Wagahara yakin, jika
seseorang tidak ingin lari ataupun menyerah, paling tidak sesuatu pasti
bisa berakhir dengan baik.
Orang yang mampu melewati semua rintangan tanpa ragu atau bimbang,
dan dengan berani berjalan di jalan yang sudah mereka putuskan, saat ini
sangatlah langka. Bahkan jika orang seperti itu bisa ditemukan di manapun,
dunia ini tidak akan diciptakan, benar?
Sampai jumpa.
Credits