Afashan adalah kerajaan besar yang memerintah seluruh Benua Timur Ente
Isla.
Kaisar yang menguasai negeri ini adalah Unifying Azure Emperor. Kastil
tempat dia tinggal dan kota di sekitarnya, selain memiliki penampilan yang
megah dan bangunan yang cantik, lebih dari itu, karena prestasi hebat dari satu
negeri memerintah sebuah benua besar, mereka bahkan dibandingkan dengan
langit biru yang menyelimuti seluruh Ente Isla, dan diberi nama Azure Sky
Canopy.
Dulu, tidak hanya Afashan di Benua Timur, Pasukan Raja Iblis bahkan
membawa teror ke seluruh Ente Isla. Dan, disebutkan bahwa tangan kanan
Raja Iblis dari Empat Jenderal Besar, Jenderal Iblis Alsiel yang menyerang
Afashan, merasa begitu tersentuh dengan keagungan dan keindahan tempat ini,
dia menganggap kastil Azure Sky Canopy dan Unifying Azure Emperor yang
hidup di sana sebagai hadiah kemenangannya.
"Sejarah dalam beberapa tahun terakhir tertulis seperti itu kan? Jujur saja,
rasanya kau tidak akan suka benda mewah aneh yang akan butuh banyak uang
untuk biaya perawatan. Sungguh tempat yang besar. Pasti sulit membersihkan
tempat ini."
Sebagian karena alasan pertahanan, bagian dalam Azure Sky Canopy memiliki
labirin yang rumit.
Di lantai teratas kastil yang hanya bisa dimasuki oleh anggota keluarga
kerajaan, seorang pria besar yang mengenakan T-shirt murah bertuliskan 'I
LOVE LA' di bawah jubah bersihnya, memulai percakapan dari samping.
Meski ada seorang prajurit berarmor menunggu di sana, orang yang diajak pria
berjubah itu berbicara adalah orang lain yang berada di punggung prajurit
berarmor tersebut.
"......"
Orang itu mengenakan baju dengan model sederhana dari kepala sampai kaki,
dan hanya diam meski diajak berbicara, tidak menjawab sama sekali.
Sepertinya dia sedang pingsan.
Pria berjubah itu memerintah si prajurit berarmor demikian, pria berarmor itu
mengangguk dan bertanya,
"Gabriel-sama, siapa pria ini? Apa dia ada hubungannya dengan Jenderal Iblis
Alsiel?"
"Lebih baik kau tidak tahu, kalau kau tahu indentitasnya, kau tidak akan
mampu melakukan pekerjaan ini. Kalau sudah begitu, maka aku harus
memindahkannya sendiri, dan itu sangat melelahkan."
"Meski anda bilang begitu, tapi aku ini tetap Prajurit Kesatria Hatsukin
tertinggi di Afsashan, salah satu anggota Prajurit Kesatria Seisokin yang mulia.
Apapun yang terjadi, mustahil aku tidak mampu menyelesaikan tugasku."
"Benarkah? Kalau begitu akan kuberitahu kau, pria yang kau bawa saat ini
adalah Jenderal Iblis Alsiel itu sendiri.... Lihat, seperti yang kubilang. Berdiri
di sana dengan benar!"
Prajurit berarmor itu langsung menentang apa yang dia katakan beberapa detik
yang lalu, dan ketika membopong si pria sederhana itu, dia merosot dengan
sikap yang tidak pantas di koridor.
"Ada beberapa metode khusus yang digunakan untuk menyegel sihir iblisnya,
tapi dia mungkin akan menghancurkannya saat dia bangun. Itulah kenapa aku
ingin kau memberitahuku..... tapi sudah terlambat. Inilah sebabnya aku tidak
ingin mengatakannya."
"Ah~ ah, aku benar-benar ingin melihat kalian yang sebegitu takutnya dengan
Alsiel, melihat seperti apa dia ketika kebingungan membeli 6 pack telur atau
10 pack telur di supermarket."
Setelah mengangkat Alsiel, Ashiya Shirou dari tangan kesatria berarmor yang
sedang tidak sadar itu, Gabriel berjalan dengan cepat menuju tingkat yang lebih
tinggi dari Azure Sky Canopy.
Lalu dia sampai di area ruang tahta yang tepat berada di puncak Azure Sky
Canopy.
Kemudian dia meletakkan suami rumah tangga Kastil Iblis berbaju UNIxLO,
Ashiya Shirou di kursi tahta yang seharusnya milik Unifying Azure Emperor,
sang penguasa Afashan.
"Nostalgia sekali kan? Tapi nanti, sesuatu yang akan membuatmu merasa lebih
terkenang lagi akan terjadi, nantikan ya."
Tempat ini adalah kuil besar yang ada di puncak kastil. Setelah meninggalkan
Ashiya di ruang tahta yang seukuran stadium, Gabriel berbicara dengan sebuah
senyum.
"Eh, meski aku benar-benar ingin mengacaukan insiden itu, tapi tak ada yang
lebih menyedihkan daripada menjiplak dan menuai hasil kerja orang lain, iya
kan?"
Gabriel mengangkat bahunya dan menggumam pelan. Setelah itu, suara dari
alat elektronik yang sangat tidak sesuai dengan ruangan yang dipenuhi harta
dan barang-barang berharga itu, terdengar.
"Jadi ini panggilan kasta pertama, atau lebih tepatnya panggilan dari kepala
keluarga kasta pertama, ya?"
"Hello, hello, hello, ini Echigo-ya. Ah, bukan, ini Mikawa-ya..... Erhm, maaf
maaf, aku hanya ingin coba bilang begitu. Benar benar benar, ini Gabriel."
Tapi sepertinya lelucon itu tidak bisa diterima dengan baik, dan orang yang
ada di ujung sana, berteriak dengan kasar di telepon.
"Oh, kau sudah tahu aku ada di Benua Timur.... Eh, dia bilang begitu? Luar
biasa! Dia memang cocok dengan gelar Chisho-nya. Hm? Tidak, aku tidak bisa
mengatakan apa-apa lagi. Tapi aku ada di suatu tempat di Benua Timur,
setidaknya aku bisa memberitahumu ini. Emilia juga akan segera datang ke
sini."
"Hello, Ogawa. Apa kau bisa bicara sekarang? Uh, itu, maaf, meski ini sedikit
mendadak, bisakah kau tukar shift denganku besok lusa? Benar, hm, tidak
seharian penuh, setengah hari saja tak apa! Siang ataupun malam tak masalah.
Ohh, benarkah? Terima kasih! Pasti akan kubalas kebaikanmu kalau aku punya
kesempatan.... eh? tidak tidak tidak, untuk masalah seperti itu, tanya orangnya
sendiri saja, bahkan jika itu aku.... y-yeah, aku mengandalkanmu, te-terima
kasih banyak. Ba-baik...."
"Bagus, siapa sekarang yang tersisa? Aku sudah meminta Kao-chan selama
dua hari, Kota, Aki, dan Ken sudah sangat sibuk dengan persiapan ujian akhir-
akhir ini.... seharusnya tidak mungkin..."
Secarik kertas 'Daftar Kontak Pegawai' diletakkan di sebelah daftar jam kerja,
dan seperti daftar jam kerja tersebut, simbol yang hanya bisa dipahami oleh si
penulis digunakan untuk mengelompokan nama-namanya.
"Berikutnya... punya shift minggu malam di saat seperti ini.... Juu-san bilang
akhir pekan dia tidak bisa, jam kerja Yoko-san dan Mi-chan kemungkinan
besar juga sudah saling isi."
"Semuanya harus beres dalam seminggu! Ugh, Ryuta tidak bisa kalau
malam...."
Tawa seorang gadis muda yang terdengar seolah tidak berempati sama sekali,
terdengar.
Tapi pemuda itu sendirian di ruangan ini. Lalu di mana orang yang tertawa itu?
"Nyatanya, ini memang benar-benar sulit. Karena ada banyak jam di mana
manajer tidak ada dan aku harus ada di restoran, saat aku libur, maka tidak
akan ada manajer di restoran."
"Begitulah."
Pria berambut hitam, Maou Sadao, berteriak dengan kesal ke arah suara tak
terlihat yang telah menggodanya sejak tadi.
"Karena gawat jika dia tidak ada, itulah sebabnya dia dipanggil 'Manajer'!! Aku
sibuk sekarang, diamlah!!'
"Jahatnya~"
"Ugaahhh!!!"
Meskipun tahu kalau itu adalah perlawanan yang sia-sia, Maou tetap
menggaruk kepalanya dan berteriak, mencoba membuat suara itu terdiam.
"..... Selama aku bisa memikirkan cara untuk membereskan jadwal kerja untuk
dua setengah hari ini, maka aku bisa mengkonfirmasi rencana perjalanan kita."
"Untuk masalah semacam itu, apapun tak masalah~ Maou, cepat temukan
kakak....."
"Kupikir Raja Iblis itu eksistensi yang mengerikan, tapi tak kusangka, kau
lumayan lembut!"
"Eh? Es loli kentang tumbuk Gari Gari kun yang sebelumnya kubeli...."
"Kenapa kauuu!! Itu adalah sesuatu yang tidak bisa dibeli sementara ini karena
produksinya tidak bisa mengimbangi kepopulerannya, sialan!!!"
Lima detik usai memutuskan untuk mengabaikan lawan bicaranya, raja para
iblis itu mulai berteriak marah, sesuatu yang jarang dia lakukan, dikarenakan
es loli yang dia beli telah dimakan.
"Yeah, erhm, aku dengar suara ribut tadi, uh, a-apa semuanya baik-baik saja?"
Suara di luar kamar tersebut berasal dari seorang gadis SMA yang merupakan
junior Maou di tempat kerja, dan di saat yang sama, juga merupakan seseorang
yang berulang kali melihat wujud asli Maou, sebagai eksistensi dari dunia lain
dan misteri untuk bumi... Itu adalah suara Sasaki Chiho.
"A-aku baik-baik saja. Ti-tidak, ini tidak seperti aku sepenuhnya baik-baik saja,
tapi bukan masalah besar kok, Chi-chan, akan kubuka pintunya...."
"Huh?"
Maou yang pergi menuju beranda untuk membuka kunci, meski sadar kalau
suara di pikirannya yang merupakan sebuah gangguan, terdengar sedikit
bernada tegang, tanpa sadar menjawab dengan kasar karena percekcokan
barusan.
"Erhm, Maou-san, jika sekarang tidak bisa, aku bisa datang lagi nanti...."
"Eh? Ah, ini tidak seperti itu, maafkan aku Chi-chan, bukan apa-apa kok,
masalahnya bukan denganmu, po-pokoknya, silakan masuk dulu."
Mungkin karena dia mendengar suara tidak senang Maou, Chiho nampak
menjadi sedikit takut, Maou pun membuka pintu sambil menghiburnya.
Lalu dia melihat Chiho yang memandang ke bagian dalam kamar dengan agak
cemas....
"He... Hello....."
.... sekaligus sosok Suzuki Rika yang berdiri di samping Chiho, yang mana
menatap ke arah Maou dengan ekspresi ragu.
Rika menatap mata Maou dan Chiho, dia menjawab pertanyaan Maou dengan
begitu jelas, sementara Chiho, dia tersipu malu.
Bagaimanapun, insiden yang Rika alami ketika mengunjungi Kastil Iblis tiga
hari yang lalu, hanya bisa digambarkan sebagai sebuah bencana.
"Oh....."
"Apa Chiho-chan tidak tahu? Gari Gari kun memiliki rasa yang mirip kentang,
dan itu bukan rasa es loli yang umum, sepertinya karena rasa itu terlalu populer,
mereka tidak bisa mengimbangi permintaannya."
"Begitu ya."
Rika, sebagai bagian dari kelompok pegawai, nampak sangat sensitif terhadap
tren-tren di masyarakat, sementara Chiho, dia tidak terlalu paham dengan
informasi semacam ini.
"Ini sesuatu yang tadi kubeli di jalan, jika kau tidak keberatan...."
"Oh, terima kasih.....? Ga, Gari Gari kun!! Dan ini rasa kentang tumbuk!!"
"Eh? Benarkah?"
Maou berteriak kaget saat dia menyadari es loli legendaris yang baru saja dia
hilangkan, kembali tersedia saat dia melihat ke dalam tas tersebut, Rika pun
juga terkejut ketika ia melihat kemasan es loli yang ada di tangan Maou.
"Tapi ketika aku membeli ini, aku tidak tahu kalau stok mereka menipis."
Chiho menunjuk nama toko yang tercetak di atas tas plastik tersebut.
"Aku membeli ini hanya karena toko minuman di dekat rumahku kebetulan
menerima stok baru."
"Yang benar saja!! Benda ini akhir-akhir ini menjadi sangat populer dan tidak
bisa dibeli di banyak tempat! Terima kasih, Chi-chan!"
Rika menatap Chiho yang tersenyum, dan Maou yang langsung membuka
kemasan es loli dan memakannya dengan gembira, tak bisa berkata-kata.
"Erhm, Maou-san."
Maou yang sadar kalau dia sudah mengabaikan tamunya, meminta Rika untuk
memasuki apartemen, namun Rika balik menatapnya dengan ekspresi kaku,
dan mengatakan,
Benar, pria yang biasanya tidak akan membiarkan es loli Maou menghilang,
dan mengendalikan dapur serta kulkas, sudah tidak lagi ada.
Sejak Maou memulai rencana besarnya untuk menyatukan Dunia Iblis, ini
adalah pertama kalinya Ashiya Shirou.... Jenderal Iblis Alsiel tidak ada di
sisinya.
Musuh Maou dan Emi, Malaikat Agung dari Ente Isla, Gabriel, menculik
Ashiya.
Ashiya adalah bawahan setia yang selalu berada di samping Maou, bahkan
ketika Maou gagal menaklukan Ente Isla dan terdampar di dunia lain yang
dikenal dengan nama Jepang. Kehilangan Ashiya membuat Maou merasa
seolah-olah kehilangan kedua tangannya.
"Kebenaran?"
"Aku menyaksikan Suzuno dan Urushihara-san pergi saat hujan deras dan
menggunakan kemampuan melompat layaknya manusia super, aku juga
melihat Maou-san terbang dan menghilang di langit. Setelah itu, aku dengar
Ashiya-san bilang kalau Emi bukan manusia dari bumi, lalu Ashiya-san
ditangkap oleh sekumpulan orang aneh dan menghilang."
Dari insiden ini, baik Maou ataupun Penyelidik dari Ente Isla yang tinggal di
sebelah Kastil Iblis, Villa Rosa Sasazuka kamar 202, Crestia Bell alias
Kamazuki Suzuno, sama sekali tidak melakukan manipulasi ingatan terhadap
Rika.
Maou menoleh ke arah dinding yang menjadi pembatas dengan kamar 202
karena kata-kata Rika, dan mendesah perlahan.
"Eh, tidak perlu cemas begitu. Jika kau ingin mendengarkannya, aku pasti akan
memberitahumu. Tapi kau harus menunggu sebentar. Suzuno dan Amane-san,
wanita yang menyelamatkanmu, akan kembali nanti. Dengan begitu,
menjelaskan semuanya akan lebih mudah."
Jawab Rika dengan penuh tekad. Sepertinya dia sudah mengatasi syok yang
kemarin dia alami.
Setelah mendengar apa yang Maou katakan, Rika mengangguk dan berjalan
memasuki kamar. Kemudian, dia duduk di sebelah kotatsu.
"Hal ini sudah cukup menyebabkan beberapa trauma. Jangan kira aku terlihat
baik-baik saja sekarang. Aku ini sudah berbaring di ranjang selama dua hari
dengan demam."
Bahkan jika senyum itu terlihat sedikit dipaksakan, Maou tidak begitu
mengerti untuk mengomentarinya.
"Hm? Yeah, nampaknya dia pergi ke suatu tempat dengan Amane-san pagi
ini?"
"Hm? Ah...."
"Tidak, luka-lukanya sebagian besar sudah sembuh, pagi ini dia bahkan terlihat
sangat energik, kau tahu?"
"Eehhh??"
Hal ini sudah bisa diperkirakan, bagaimanapun juga, Kamazuki Suzuno yang
tinggal di sebelah Kastil Iblis, saat insiden yang melibatkan Rika tiga hari yang
lalu, untuk melindungi Chiho dalam pertarungan yang terjadi pada saat itu, dia
mengalami luka serius dari bahu hingga ke dadanya dikarenakan cakar iblis.
Suzuno adalah Penyelidik pengguna mantra di dunia lain Ente Isla, tapi
berdasarkan akal sehat Chiho, luka seperti itu tidak mungkin bisa pulih
sepenuhnya hanya dalam tiga hari.
"Huuuh, soal itu, justru Amane-san lah yang memberikan perasaan aneh. Tapi
orang itu tidak mau berbicara mengenai hal-hal yang penting sedikitpun."
Apa yang Chiho khawatirkan adalah, jika Amane, seperti sebelumnya saat di
Choshi, akan menghilang setelah memperlihatkan suatu kekuatan yang
misterius.
"Mereka bilang akan kembali saat siang, jadi mari kita tunggu sebentar."
"A-aku mengerti.... Ah, oiya, aku lupa karena aku terlalu khawatir dengan
Suzuno-san, Maou-san...."
"Ya?"
Pemilik suara itu mulai membuat keributan sejak tadi, dia ingin Maou
membagi sepotong Gari Gari kun rasa kentang tumbuk yang saat ini sedang
Maou makan.
"A-aku tidak punya pilihan, karena dasarnya memang jadi seperti ini! Jujur
saja, meski dia sangat berisik sekarang, jika aku membiarkannya keluar, dia
pasti akan melakukan apapun yang dia inginkan, dan itu sangat mengganggu."
Ekspresi Chiho berubah menjadi tidak senang, dan meski Maou sudah
mencoba menemukan alasan untuk berdalih....
.... Chiho tetap mencengkeram bagian depan baju Maou dengan kesal, dan
mengguncang-guncang Maou, seirama dengan ritme bicaranya.
Setelah menjauhkan diri dari Chiho yang menjadi sangat marah meski tidak
ada yang terjadi, Maou pun memegang kepalanya yang terasa sedikit pusing,
dan mengulurkan tangannya ke sebuah area kosong.
Rika yang melihat fenomena ini dari dekat, tersentak mundur ketakutan, tapi
sayangnya, hanya saat ini saja Chiho tidak punya waktu untuk
mengkhawatirkan Rika.
Sinar ungu yang terpancar dari tubuh Maou tidak muncul ke arah di mana
tangan Maou terulur, melainkan terbentuk di punggung Maou.
Seorang gadis yang memiliki rambut perak nan indah dan sedikit rambut
berwarna ungu di bagian depannya, yang mana tidak akan bisa dijumpai pada
orang Jepang manapun, tiba-tiba muncul di sebuah ruang kosong.
Masalahnya, sejak dia muncul, dia sudah melekat pada punggung Maou
dengan keempat tangan dan kakinya.
Tidak hanya itu, dengan posisi seperti itu, dia langsung menggigit es loli yang
ada di sebelah mulut Maou dari belakang. Chiho yang menyukai Maou, tidak
bisa mengabaikan situasi ini sama sekali.
"Bukan itu masalahnya!! Aku tidak akan memberimu satu gigit!! Bukankah
kau sudah memakan camilanku tanpa izin?"
Ketika raja para Iblis dan si gadis misterius berselisih soal es loli dan sedang
bertengkar dengan sikap yang tidak pantas....
“Ugoh!!”
“Waahh!!”
“Aku juga membeli untuk Acies-chan, jadi kau tidak boleh merebut es loli
Maou-san!”
“Eh~ tapi mengambil sesuatu dari orang lain itu rasanya lebih enak....”
“.... Maou-san.”
“Y-ya?”
Chiho seharusnya tidak akan memarahi Maou untuk apa yang dia katakan
barusan, tapi setelah merasakan sesuatu yang mirip seperti aura membunuh
dari ekspresi yang Chiho tunjukan saat dia berbalik, Maou pun menegakkan
posturnya.
“O, oh?”
“D-dan, ini sama sekali tidak baik! Meski ada banyak alasan yang rumit, tapi
Acies-chan itu masih seorang gadis.”
“Uh, meski bilang begini itu sedikit tidak adil, tapi Acies benar-benar tidak
mau mendengarkanku....”
“Uooh?”
Maou berusaha sekeras mungkin untuk mempertahankan diri, tapi dia merasa
seperti tidak berada di frekuensi yang sama dengan Chiho yang sedang
menatap tajam ke arahnya.
“Ter-terlibat kontak fisik dengan seorang gadis di siang bolong begini itu
tidak baik sama sekali!!”
“Mau bagaimana lagi. Lagipula aku sudah tergabung dengan tubuh dan pikiran
Maou!”
“Uh~~”
“Chi, Chi-chan! Te-tenanglah, kau seharusnya tahu kalau ini hanya masalah
pengekspresian!! Acies, kau juga, meski kau hanya sedikit tahu tentang bahasa
jepang, kenapa kau jadi banyak tahu ketika ada hubungannya dengan hal-hal
seperti ini!?”
Ini adalah karakteristik khusus dari anak yang terlahir dari Sephirah, bola yang
menciptakan dunia Ente Isla. Dan di sekitar Maou dan Chiho, ada orang lain
yang memiliki karakteristik yang serupa.
Dia adalah gadis kecil yang bergabung dengan 'Evolving Holy Sword, One
Wing' milik Pahlawan Emilia, dia adalah gadis yang mencintai Raja Iblis Maou
dan Pahlawan Emilia sebagai orang tuanya, Alas Ramus.
Meski sungguh tak bisa dipercaya melihat laju pertumbuhan mereka berdua,
tapi disebutkan bahwa Acies adalah adik Alas Ramus.
Sebagai saudara, Acies dan Alas Ramus nampaknya adalah eksistensi yang
setara, dia tidak hanya berhasil bergabung dengan Maou seperti Emi dan Alas
Ramus, dia bahkan juga membantu menyelesaikan insiden tiga hari yang lalu.
Alhasil, setelah itu, Acies tetap bergabung dengan Maou, dan seperti Emi
dengan Alas Ramus, saat Acies berada di luar, dia tidak bisa terpisah terlalu
jauh dari Maou.
Jadi, Acies yang aslinya memang tidak takut dengan orang asing, tiba-tiba
mengubah sikapnya setelah bergabung dengan Maou.
Bahkan Chiho yang biasanya tidak akan menunjukkan rasa cemburunya ketika
wanita lain mendekati Maou, menjadi tidak bisa mempertahankan
ketenangannya, itulah seberapa dekat Acies melekat pada Maou.
Tapi Acies langsung kehilangan minatnya pada Maou dan Chiho yang sedang
marah, dan berbalik untuk menyerahkan sebuah es loli kepada Rika, yang
hanya diam menatap ketiga orang yang sedang bercekcok itu, tidak tahu apa
yang harus dia lakukan.
“Maou-san.”
“Y-ya!”
“Akan sangat bagus jika Yusa-san dan Ashiya-san bisa segera kembali!”
“Kau benar!”
“Oh, ini pesan dari Suzuno. Mereka sepertinya akan segera kembali.”
Itu adalah pesan dari Kamazuki Suzuno yang sedang pergi keluar, dia bilang
dia akan kembali ke apartemen dalam 30 menit.
“Berapa banyak es loli yang ingin kau makan? Aku takkan peduli kalau kau
sakit perut.”
Meski tahu kalau orang itu tidak akan menjawabnya, Maou tetap menegurnya.
“Huuh, lalu ketika Suzuno dan Amane-san kembali, kita akan memulai
membicarakan cara untuk menyelamatkan Emi, Alas Ramus, Ashiya, dan ayah
Emi. Akan kupikirkan masalah jadwal kerja nanti."
Ketika Maou menata jadwal kerja yang ada di atas kotatsu dan berbicara untuk
menenangkan suasana.....
“Kubilang.....”
“Kya!!”
Sebuah suara lemah yang bukan milik siapapun yang ada di sini terdengar di
dalam kamar, membuat Rika berdiri kaget.
Mereka memandang ke arah lemari yang sedikit terbuka, dan beban Kastil Iblis,
Jenderal Iblis Lucifer, yang menyatakan dirinya sebagai NEET kasta pertama
Urushihara Hanzo, menunjukkan sebuah ekspresi sayu dari dalam.
XxxxX
Bagaimanapun, Emi datang ke sini dari Ente Isla untuk mengejar Maou, si Raja
Iblis, dan Ashiya dulu memiliki misi untuk menaklukan Ente Isla.
Tapi tanpa perlu ditanyakan lagi, mereka berdua kini ditahan di tempat
seharusnya mereka kembali.
Namun, tanggal pulang yang telah disetujui pun terlewat, dan Emi tidak
kunjung kembali, begitupun dengan Alas Ramus, yang bergabung dengan
'Evolving Holy Sword, One Wing' milik Emi.
Lalu, di situasi di mana Emi masih belum kembali, Maou kembali ke Pusat
Ujian Mengemudi Fuchu untuk mengikuti ujian keduanya dan bertemu
pasangan ayah-anak aneh.
Pasangan ayah-anak yang menyebut diri mereka Satou Hiroshi dan Satou
Tsubasa ini, bertingkah seolah mereka tidak terbiasa dengan Jepang, mereka
naik ke bus yang Maou naiki di pemberhentian bus Tenmondai-mae di Mikata.
Karena kebetulan dia terlibat dengan mereka, Maou pun diganggu oleh mereka
saat menjalani ujian teori kedua yang begitu mencemaskan.
Meski ini bukan tujuan awalnya, tak disangka Maou akhirnya mengetahui
bahwa Satou Hiroshi adalah ayah Emi yang dianggap sudah mati selama invasi
Pasukan Raja Iblis, Nord Justina; sementara Satou Tsubasa adalah adik Alas
Ramus yang terlahir dari Yesod Sephirah, Acies Ara.
Saat Maou sibuk mengurusi perkembangan situasi yang terjadi begitu cepat di
sekitar ayah dan anak Satou, iblis tingkat atas dari Dunia Iblis yang telah
muncul di sekitar Maou dengan cara yang berbeda-beda, yaitu Kepala Suku
klan Malebranche, di saat yang sama juga muncul di sekolah Chiho, SMA
Sasahata, membuat Chiho menghadapi keadaan berbahaya di mana dia harus
melawan seorang iblis.
Suzuno dan Urushihara pun segera pergi untuk menolong Chiho, namun
keberangkatan mereka dilihat oleh teman Emi yang tidak tahu apa-apa
mengenai Ente Isla, Suzuki Rika, dan membuat dia mulai menginterogasi
Ashiya soal kebenarannya.
Tepat ketika Ashiya menyerah dan hendak mengakui semuanya, Maou yang
meminjam kekuatan Acies untuk menyelamatkan Chiho dari bahaya, terbang
dari pusat ujian menuju Kastil Iblis, dan setelah menempatkan Nord di Kastil
Iblis, dia pun kembali terbang.
Alhasil, hanya Rika, Ashiya, dan Nord; anggota aneh ini yang tetap berada di
Kastil Iblis.
Chiho, Suzuno, dan Urushihara terluka parah karena insiden ini, Ashiya dan
Nord ditangkap, dan Maou yang tahu kalau Emi dan Alas Ramus sedang
ditahan di Ente Isla, situasi ini hanya bisa disebut kekalahan total.
Jika Villa Rosa kamar 201 adalah Kastil Iblis, maka Sasazuka adalah kota di
mana Kastil Iblis memulai perkembangannya.
Untuk menakluan dunia dengan cara yang baru, mereka adalah 'bawahan' dan
'rekan' yang Maou anggap perlu.
Dia harus membuat para idiot yang telah menjadikan Pasukan Raja Iblis
sebagai musuh mereka, membayar semuanya.
XxxxX
"Maou-san...."
Maou tidak bisa menyembunyikan rasa sesal dalam suaranya, membuat Chiho
meletakkan tangannya di bahu Maou untuk menghiburnya.
"Tapi inilah kenyataannya. Meski bagimu ini mungkin kenyataan yang kejam."
"Chiho-dono, tidak peduli bagaimana kau membela Raja Iblis, kenyataan tidak
akan pernah berubah."
"Si-sialan....."
"Kenapa.... Kenapa...."
Itu karena Suzuno yang menerima tatapan Maou dengan tenang, saat ini sedang
memegang sebuah kartu yang berkilau.... Itu adalah SIM dengan foto dan nama
Kamazuki Suzuno di atasnya.
Tambahan atap standar dan keamanan tiga roda yang patut dicontoh. Karena
bisa mengangkut barang-barang ringan tanpa terpengaruh cuaca, kendaraan
tersebut benar-benar disukai oleh bisnis pizza delivery ataupun bisnis
sejenisnya.
"Maou-san sudah gagal ujian mengemudi dua kali. Yang pertama karena dia
gagal di ujian teori, yang kedua karena di hari ujian tersebut, sebelum praktek,
dia pergi menyelamatkanku...."
"Oh...."
"Apa kau mau cari masalah denganku? MgRonalds akan menggunakan benda
itu!! Bagaimanapun aku melihatnya, kau itu sedang mengejekku, kan?"
"Mau bagaimana lagi. Lagipula, jika aku tidak punya SIM, aku takkan bisa
mengendarainya meski aku membeli Moped. Jika sudah begitu, satu-satunya
pilihan yang tersisa hanyalah memperoleh SIM."
Suzuno, duduk di sebelah Chiho, sama sekali tidak peduli dengan kegelisahan
Maou, dan menatapnya dengan ekspresi tegas.
"Ataukah kau bilang kau ingin bergerak di Ente Isla tanpa memikirkan cara
melakukan perjalanan jarak jauh?"
"Dengan kekuatan yang kita miliki, kita pasti akan langsung terdeteksi saat kita
terbang. Sementara di pihak mereka, ada Gabriel, Kamael, dan kepala suku
Malebranche."
"Ta-tapi, meski kau berencana menggunakan moped.... Ente Isla itu tidak
memiliki mesin kau tahu? Jika kau hanya tidak ingin sihir suci atau sihir iblis
kita terdeteksi, kita bisa membeli kuda setelah sampai di sana....."
Maou terus memprotes, tapi dia langsung terdiam setelah Suzuno menegurnya
dengan keras karena gadis itu sudah tak bisa lagi mentolerir tindakan Maou.
"Saat ini, kita tidak bisa memastikan berapa lama kita akan berkeliaran di Ente
Isla! Dan kita juga masih harus membawa barang bawaan! Karena kita tidak
bisa memastikan apakah kita bisa mengendalikan gate dengan benar atau tidak,
maka kita harus bergerak dengan cepat! Jika sudah begitu, maka kita harus
bersiap-siap sebisa mungkin di Jepang! Apa kau berencana melintasi Benua
Timur menggunakan sepeda, ataukah mendapatkan uang sekarang untuk
membeli kuda?"
"......"
Maou yang tidak bisa membantahnya, hanya bisa duduk di sebelah jendela
dengan tidak senang.
"Aku memang tidak pernah mengendarai kuda, tapi jika itu wyvern, aku yakin
aku tidak akan kalah dengan siapapun...."
Tidak peduli seberapa anehnya Ente Isla ketika dilihat dari bumi, manusia tetap
tidak bisa memelihara wyvern.
"Yeah."
"Meski itu adalah tempat di mana hukum Jepang tidak punya kendali, aku tetap
tidak mau berbagi kendaraan yang sama denganmu."
"Y-yeah."
"Chiho-chan, itu untuk sepeda. Untuk moped, poin lemah dan dendanya itu
sedikit berbeda." Rika membantahnya pelan.
"Jadi....."
"O,oh?"
"Aku membeli satu lagi untuk kau kendarai. Jika kau mengendarai moped di
Ente Isla, kau tidak akan butuh SIM."
"Yeah."
"Moped?"
"Yeah."
".... Kau membelinya?"
"Pa-pada awalnya itu memang sulit dipercayai, tapi berapa banyak uang yang
kau miliki?"
Urushihara kembali mengeluh karena teriakan Maou, tapi kali ini tidak hanya
Maou, bahkan Chiho pun juga ikut bertanya dengan kaget,
"A-aku tidak begitu yakin mengenai masalah ini, tapi moped itu tidak murah
kan?"
"Itu sangat mahal, tapi aku tidak membeli moped yang baru. Amane-san
seharusnya akan segera membawanya kemari. Harga keduanya total sekitar
50.000 yen. Untungnya, penjualnya sudah memiliki persiapan yang bagus, jadi
transaksinya berlangsung dengan cepat. Itu benar-benar membantu."
Otak Maou menjejerkan angka 0 yang tidak pernah dia lihat sebelumnya,
membuatnya merasa pusing.
Chiho menatap wajah Maou yang pucat dengan cemas, tapi kepala Acies tiba-
tiba menghalangi pandangannya.
"Dia masih bernapas! Itu tidak perlu! Acies-chan bisa duduk di sana dan makan
es lolimu!"
".... Rasanya ini berbeda dengan situasi yang secara mental sudah siap
kuhadapi."
Kali ini, sebuah suara mesin terdengar mendekat dari kejauhan dan berhenti di
bawah apartemen.
Usai terdengar suara seseorang menaiki tangga, orang itu membuka pintu
beranda Kastil Iblis.
"Oh, ya ampun~ maafkan aku, aku tersesat setelah mengambil jalan memutar
tadi. Tapi aku sudah membeli bahan bakarnya..... apa-apaan situasi ini?"
Dengan kedatangan Chiho, Suzuno, Rika, Amane dan Acies, jumlah wanita di
Kastil Iblis pun bertambah. Maou yang berangsur-angsur mendapatkan
kembali kesadarannya, mengerang dengan raut wajah yang menyedihkan saat
ia sedang berbaring.
"Dua dengan harga 50.000 ya..... Aku tidak tahu apa aku harus menyebutnya
dipersiapkan dengan baik, atau terlalu dipersiapkan dengan baik, tapi apa itu
tidak menghabiskan terlalu banyak uang? Apa memang perlu bersiap-siap
sampai segitunya?"
"Kekuatanmu saat ini memang hebat. Mengingat keadaan ketika Emilia dan
Alas Ramus bergabung, mungkin Raja Iblis saja sudah bisa mengalahkan
Gabriel dan Kamael. Tapi jangan lupa, sekarang Alsiel, Emilia, dan Alas
Ramus menjadi sandera. Meski pada akhirnya pertarungan tidak dapat
dihindari, pada intinya kita tetap harus bergerak cepat dan secara diam-diam,
berusaha sebaik mungkin agar tidak berinteraksi dengan musuh hingga
kemungkinan terakhir."
Peringatan Amane sama sekali tidak berefek, es loli kedua Acies hari ini,
meninggalkan tangannya dan jatuh di atas tatami.
"A, ah yeah......"
Chiho mengembalikan es loli yang dia pungut kepada Acies dan mulai
membersihkan noda yang ada di tatami.
Acies tidak peduli dengan fakta bahwa es tersebut sudah jatuh sebelumnya dan
mulai memakannya.
"Ah, maafkan aku Rika-dono. Ini karena Maou... Raja Iblis yang terlalu berisik.
Kita seharusnya menjelaskan semuanya pada Rika-dono kan?"
"Y-yeah, maaf, meski kalian semua terlihat sibuk, tapi kalian ini sebenarnya
siapa?"
Chiho yang pernah menanyakan pertanyaan yang serupa dengan Rika, tiba-
tiba merasakan sebuah perasaan yang aneh.
"Hey, ini kan kesempatan yang langka, kenapa kita tidak biarkan Chiho-chan
menangani situasi ini?"
"Eh?"
Adapun Chiho sendiri, dia saat ini sedang memegang kain tadi seraya berkedip
dengan gugup.
Suzuno juga menyetujui saran tersebut, Maou yang sedikit demi sedikit pulih
dari kekacauan tadi, menatap Chiho dengan tatapan tegas, sepertinya dia juga
menganggap ini sebagai ide yang bagus.
"Uh.... sebelum itu, aku ingin bertanya, Chiho-chan nampak sangat terbiasa
dengan Maou-san, Suzuno, dan yang lainnya yang melakukan hal-hal aneh.
Jangan-jangan kau ini sebenarnya adalah gadis SMA yang bisa menggunakan
kekuatan supranatural dan melawan orang-orang jahat seperti yang ada di
manga?"
"Pu!!"
Respon Rika terhadap Chiho benar-benar tak terduga dalam berbagai artian.
"Uh, erhm... bagaimana aku mengatakannya ya."
Jika itu Chiho yang dulu, dia pasti masih bisa menyangkalnya, tapi sebagai
seseorang yang sudah mempelajari satu jenis mantra dari Ente Isla, dia tidak
bisa langsung membantahnya sekarang.
"Chi-chan itu berbeda. Awalnya dia tidak ada hubungan apapun dengan kami,
dia itu hanya juniorku di tempat kerja, seorang anak SMA yang bisa ditemukan
di manapun."
Meskipun kata 'tidak ada hubungan apapun dengan kami, dia itu hanya
juniorku di tempat kerja' sebenarnya sangat menyakiti Chiho, karena dia tahu
kalau Maou tidak bermaksud seperti itu, Chiho pun tidak membantahnya.
"Tapi dia sama seperti dirimu saat ini, dia tahu kebenaran karena terlibat
masalahku dan Emi. Meski dia pernah mengalami keadaan yang jauh lebih
menakutkan dibandingkan yang kau alami, Chi-chan tetap bilang kalau dia
tidak ingin melupakan hal-hal ini. Jadi sekarang, dia masih mau bersama
dengan kami, seperti ini."
Rika yang tidak bisa mengerti seberapa dalam ketetapan hati Chiho, bertanya,
Chiho pun menjawabnya usai memikirkannya sebentar....
"Begini, hmmm....."
Meskipun Rika pernah mengalami kejadian tak biasa yaitu diserang oleh
sekumpulan kesatria berpakaian aneh......
"Keadaanku hmm, bagaimana bilangnya ya, pertama kalinya aku tahu
kekuatan Maou-san dan yang lainnya adalah saat aku hampir tertimpa jalan tol
yang runtuh....."
"Eh?"
Rika menunjukkan ekspresi kaku mendengar apa yang Chiho katakan dengan
santainya.
Setelah itu, Chiho, dengan satu jari terangkat, mulai berbicara tentang
pengalamannya seperti saat diculik dan dibawa ke atap gedung Metropolitan,
dikelilingi oleh malaikat bersenjata dari Tentara Surga, menyaksikan
sekumpulan besar iblis bertarung, masuk rumah sakit karena keracunan sihir
iblis, bertarung di Tokyo Tower di mana dia terbang berkeliaran, dan dua kali
berhadapan dengan iblis berukuran besar.
"Meski aneh mengatakannya sekarang, tapi sungguh luar biasa aku bisa
bertahan sampai sekarang."
"....."
Wajah Rika yang memucat, seharusnya bukan hanya hasil dari imajinasi Chiho.
Setelah Chiho menyadari hal ini.....
"T-tapi kau masih menemui bahaya, kan? Kau bahkan sempat masuk rumah
sakit....."
"Da-daripada bilang kalau itu adalah sesuatu yang berada di luar kendaliku, itu
lebih seperti sebagian besar tanggung jawabnya ada di tanganku, dan meski
aku masuk rumah sakit, keesokan harinya aku sudah bisa pulang karena tidak
ada komplikasi."
Fakta bahwa Chiho telah memicu ketakutan Rika, membuat Chiho khawatir,
Maou pun membantunya,
"Kami bisa membuatmu melupakan segala sesuatu mengenai kami. Selain itu,
kami juga sadar bahwa hal-hal ini itu tidak masuk akal, jadi kau bebas untuk
tidak mempercayai kami. Tidak peduli kesimpulan apa yang kau buat, kami
akan menghormati keinginanmu, terlepas dari apakah kau melupakan kami
atau tidak, kami tetap akan melakukan yang terbaik untuk melindungimu
supaya kau tidak menemui bahaya."
"Ughh....."
"Tak apa jika kau tidak mau lagi terlibat dengan kami, tapi kami tetap tidak
akan berhenti melindungimu karena hal ini. Jika kau merasa hari ini terlalu
melelahkan, kita bisa membicarakannya lain waktu. Uh, tapi karena kami akan
segera pergi, kau mungkin harus menunggu sampai kami kembali."
"Yeah.... mungkin."
Rika menatap mereka berdua secara bergantian, dan bertanya dengan gugup.
"Maksudku, jika apa yang kalian bicarakan ini benar, bukankah ini sudah
cukup lama semenjak Emi pergi ke dunia lain yang bukan Jepang itu.... apa
Emi akan baik-baik saja? Bagi Emi, bukankah tempat itu juga bukan tempat
yang aman?"
"".......... ah""
Menghadapi pertanyaan ini, Maou, Chiho, Suzuno, dan Urushihara yang ada
di dalam lemari, bersuara seolah mereka baru saja menyadari sesuatu.
"A-ada apa?"
"Erhm, kau mungkin akan merasa kalau kami ini dingin karena bilang begini...
tapi kami tidak pernah khawatir jika Emi terluka ataupun berada dalam
bahaya."
"Eh?"
".... Kekuatan Emi itu sama sekali tidak bisa diukur dengan bayanganmu
sebagai manusia."
Chiho menimpali dengan nada seolah sulit baginya untuk berkata demikian.
"Bahkan aku tidak tahu contoh macam apa yang bisa membantu Rika-dono
mengerti."
"Jika itu Yusa yang kembali ke Ente Isla, jangankan pedang atau pistol, bahkan
jika dia diserang menggunakan tank dari belakang, kurasa dia tidak akan
terluka."
"Huuuh, kau yang bereaksi seperti itu memang normal. Tapi di sisi lain,
masalahnya adalah Emi yang memiliki kekuatan seperti itu, tidak bisa kembali
sekarang. Emi mungkin tidak sedang menghadapi bahaya fisik, melainkan
tidak bisa kembali karena masalah batin, aku benar-benar khawatir mengenai
hal ini."
"Eh?"
"Oh?"
"Hm?"
"Hah?"
Karena alasan yang tak diketahui, Chiho, Suzuno, dan Urushihara terlihat
seolah tidak bisa menerima jawaban tenang Maou terhadap kata-kata Rika,
mereka pun menatap Maou, dan Maou sendiri yang terkejut melihat reaksi
ketiga orang itu, balik menatap mereka.
"A-ada apa dengan kalian? Apa aku mengatakan sesuatu yang aneh?"
"Apa-apaan ini.....??"
Maou merasa kalau hal ini sangat aneh, dan Rika, tentu saja juga tidak paham.
Jawab Urushihara dan Suzuno serentak. Dan hanya Chiho yang menatap Maou
dengan gembira.
Meskipun dia merasa tidak nyaman dengan reaksi samar dan sulit dipahami ini,
Maou tetap menatap ke arah Rika dan melanjutkan perkataannya,
"Po-pokoknya, bahkan jika Emi akan baik-baik saja setelah ditabrak oleh tank,
dia tetaplah manusia. Meski dia memiliki kekuatan yang tak terkalahkan,
manusia tetap akan tertahan oleh berbagai belenggu dan perasaan, bukan? Jika
Emi menemui masalah, kurasa masalah semacam inilah yang kemungkinan
besar akan terjadi. Dan kau mungkin sudah tahu soal gadis yang bernama Alas
Ramus, dia saat ini sedang bersama dengan Emi karena beberapa alasan. Kami
juga harus memikirkan keselamatan anak itu. Meskipun mungkin dari sudut
pandangmu kami terlihat menangani masalah ini dengan santai, tapi
menggunakan waktu untuk mengevaluasi situasi dan bersiap-siap juga sangat
penting."
"Chiho-chan juga sama kan? Aku juga ingin melakukan hal tersebut. Aku ingin
memikirkannya setelah memahami masalah mengenai Emi."
"Manis sekali."
"Itu artinya ada orang yang begitu imut sampai-sampai kau ingin memeluk
mereka dengan erat, seperti ini, era~~tt!!"
"Eraaaatt!!"
Chiho mengabaikan Amane dan Acies yang berisik, dan berbicara dengan Rika.
"Chiho-chan?"
"......"
Kata-kata tak terduga Chiho, sesaat membuat Rika jadi tak bisa berkata-kata,
dia mengamati sekelilingnya dengan kaget.
Setelah melihat ekspresi Maou, Suzuno, dan Urushihara yang menjulurkan
kepalanya dari dalam lemari, Rika menghela napas, mengalihkan
pandangannya ke arah Chiho dan mengatakan,
"Ini tidak seperti semuanya akan baik-baik saja asalkan kebohongan itu tidak
terungkap, aku juga punya hal-hal yang sulit untuk kusampaikan pada orang
lain."
"Suzuki-san?"
"Aku tidak akan terpengaruh oleh Chiho-chan, sebaliknya, aku akan menerima
semua ini dengan jujur. Jadi beritahu aku. Semuanya mengenai Emi, Maou-
san, dan yang lainnya, beritahu aku semuanya tanpa menahan apapun lagi."
Rika, dengan sikap normalnya, menatap Chiho dengan tatapan yang penuh
akan kebulatan tekad.
"Kalau begitu, ayo kita mulai dari saat aku tahu soal Maou-san dan yang
lainnya...."
Chiho perlahan mulai menceritakan kebenaran mengenai Maou, Emi, dan Ente
Isla.
"Huuuhhh~~~~"
Setelah mendengar semuanya dari Chiho, Rika menghela napas dalam, lalu.....
Ditambah lagi, untuk membantu penjelasan Chiho, tidak hanya Suzuno saja
yang memperlihatkan perubahan jepit rambutnya menjadi palu raksasa di
tempat, bahkan Maou dan Acies juga menunjukkan penggabungan dan
pemisahan mereka, semua ini memaksa Rika untuk mempercayai mereka.
"Suzu, Suzuki-san?"
"A-ada apa?"
Maou juga merasa terkejut dengan reaksi Rika, Rika bangkit dengan air mata
di matanya, dan memeluk tangan Suzuno dari depan.
"Rika-dono?"
"Suzuno, aku minta maaf, benar-benar minta maaf! Lupakan semua yang
terjadi pada hari itu! Jadilah orang yang tidak tahu apa-apa dan lakukan hal
tersebut. Aku benar-benar minta maaf, gah, aku bisa mati karena malu ini."
"Maksudnya apa yang terjadi ketika aku pertama kali bertemu Suzuno! Uwaah,
bukankah hari itu aku sudah kehilangan kendali, dan mengatakan banyak hal
yang tidak penting? Aku benar-benar berpikir begitu, ah aku benci ini.....
ahhhhhh."
Ketika Rika pertama kali bertemu Suzuno, Rika berasumsi dan salah mengira
kalau Suzuno adalah saingan Emi untuk mendapatkan Maou, dia ikut campur
dengan hal-hal yang tidak perlu.
"Tapi aku sengaja membuatmu salah paham, dan setelah kesalahpahaman itu,
semuanya juga langsung beres di tempat. Sejak awal Rika-dono tidak tahu
mengenai kami, jadi kau tidak perlu merasa begitu terganggu....."
"Bukan itu masalahnya! Meski aku tidak tahu apa-apa, aku, di depan Ashiya-
san, dari semua orang yang ada....... uwaaaahhhhh!!"
"H-hm?"
Meski masih sedikit bingung, Suzuno tetap memeluk Rika yang berkaca-kaca,
dan menepuk punggungnya dengan pelan,
"Tidak apa, yang salah itu kami, yang terus menyimpan rahasia ini. Rika-dono
tidak salah sama sekali."
Suzuno berusaha keras menghibur Rika yang mulai berteriak keras dengan
wajah memerah.
“Suzu, Suzuki-san baik-baik saja, kan?”
“Dia sepertinya tidak bisa menerima beberapa bagian dari kebenaran ini.”
Chiho dan Maou saling menatap satu sama lain, daripada identitas asli Maou
dan Emi, Rika sepertinya menerima syok yang lebih besar karena suatu insiden
tertentu, tapi setidaknya dari hal ini, dia tidak terlihat membenci Maou dan
yang lainnya.
“Aku belum terima! Ketika Emi dan Ashiya-san kembali, bagaimana aku harus
menghadapi mereka?”
“.... Sekarang sudah saatnya kita mulai membicarakan rencana kita di Ente Isla
kan?”
Meski Maou tidak tahu rinciannya, tapi sepertinya ladang ranjau yang terkubur
di antara Rika, Suzuno, Emi, Ashiya, dan dirinya, memiliki daya ledak yang
begitu besar.
Tapi saat ini, tidak ada waktu untuk menghibur Rika, jadi Maou untuk
sementara mengabaikannya, dan mengambil secarik kertas yang ada di atas
kotatsu.
“Ini adalah informasi dan peta yang berkaitan dengan Benua Timur yang
Ashiya tinggalkan. Dia sepertinya sudah menduga kalau Emi ada di Benua
Timur, yang juga berarti, Emi sedang menemui masalah di Afashan.”
“Soal itu, aku juga tidak yakin, tapi alasan utamanya mungkin karena di sana
ada markas Malebranche yang dihasut oleh Olba. Dalam artian yang berbeda
dengan Chi-chan, Olba adalah satu-satunya manusia yang sepenuhnya
mengerti kekuatan dan asal-usul Emi, dan Afashan kini telah menyatakan
perang terhadap berbagai negara, kan? Mencurigakan pun harusnya ada
batasnya. Jadi Urushihara.....”
“.... Yeah.”
“Apa itu?”
Chiho mengambil kartu nama dari tangan Urushihara, dan menemukan sebuah
nomor HP tertulis di atasnya.
Melihat mereka bingung terhadap fakta bahwa seorang Malaikat Agung dari
dunia lain memiliki HP saja, sudah cukup untuk membuktikan perbedaan
pengalaman antara Chiho dan Rika.
“Yeah, berkat dia yang meninggalkan kartu nama itu di Urushihara, setidaknya
kita bisa memastikan kalau Ashiya, Emi, Alas Ramus, dan ayah Emi saat ini
ada di Afashan.”
Chiho merasa curiga dengan kata-kata Maou yang terasa tidak berkaitan.
Chiho kenal dengan sifat Gabriel, jadi tidak aneh jika dia menyuarakan
keraguannya.
Karena kepribadian Gabriel yang sulit dipahami, tindakan yang dia lakukan
dalam sudut pandang Maou dan yang lainnya selalu tidak konsisten,
melakukan tindakan yang menguntungkan Maou dan yang lainnya meski dia
adalah seorang musuh, tujuan sebenarnya Gabriel sama sekali tidak bisa
diketahui.
“Tapi, salam situasi ini, paling tidak dia tidak punya alasan untuk
menghubungi kita hanya untuk berbohong. Begitupun masalah mengenai Emi,
lagipula, kalau dia tetap diam, kita pasti tak akan bisa mengambil tindakan.”
“Dia mungkin sudah memprediksi kalau kita akan berpikir begitu, dan
berencana men-skakmat kita....”
Urushihara yang mendapatkan cara untuk menghubungi Gabriel, berbicara
dengan susah payah, Maou juga mengangguk dengan serius.
“Aku tahu, tapi aku perlu menunggu sampai aku sembuh dan bisa bergerak.....”
Suzuno mampu membuka gate asalkan dia punya penguat, jadi sudah
dipastikan dari awal kalau dia akan menemani Maou ke Ente Isla.
Dengan tubuh yang tidak bisa dibandingkan dengan Suzuno sama sekali, jika
dia terlibat dalam medan pertarungan, beban macam apa yang akan dia berikan
pada Maou dan yang lainnya? Mengenai poin ini, dia sudah sangat paham dari
pertarungan antara Suzuno dan Tentara Surga di SMA Sasahata.
Tapi Urushihara, tidak peduli seberapa buruknya, dia tetaplah seorang Jenderal
Iblis. Meski sekarang dia seperti ini, tapi dia masih menunjukkan tolak ukur
tertentu ketika menyelamatkan Chiho dari bahaya, jika dia kembali ke Ente
Isla, dia seharusnya bisa jadi kekuatan tempur yang penting.
“Dan bahkan jika kita mengabaikan kondisi ini saat kita menuju ke sana, begitu
kita kembali, kita masih harus membawa Alsiel dan ayah Emilia bersama kita.
Meskipun kita bisa mengumpulkan cukup sihir suci untuk menciptakan sebuah
'gate' dengan bantuan Emilia, ketika ada banyak orang melewati gate, itu pasti
akan jadi lebih sulit dikendalikan. Menyisakan beberapa kelonggaran tetaplah
pilihan terbaik.”
“Dan, akan jadi masalah jika musuh bergerak saat kita tidak ada. Ini semua
akan jadi sebuah bencana jika Chi-chan atau Suzuki Rika ditargetkan. Jadi
untuk jaga-jaga, aku meninggalkan Urushihara di sini.”
“Jika tidak terjadi apa-apa, maka tinggal di sini akan lebih santai..... fu,
owowowo.”
Chiho memang tidak meragukan Maou dan Urushihara setelah semua yang
terjadi, tapi di Jepang, di mana Urushihara (terlihat) tidak mampu
mengerahkan kekuatannya, seberapa besar perlindungan yang bisa dia
sediakan masih saja mengkhawatirkan.
Mungkin karena merasakan pemikiran Chiho, Maou mengangguk dan
mengatakan,
“Meski pada awalnya aku tidak datang ke sini untuk tujuan ini.”
Amane mulai mengulangi penjelasan yang telah dia ceritakan selama tiga hari
belakangan.
Jika Ashiya ada di sini, mungkin dia akan menggunakan kesempatan ini untuk
mengusir Urushihara keluar dari rumah.
“Tapi atas kebaikan kalian karena telah menyediakan tempat menginap dan
makanan, jika terjadi sesuatu, aku pasti akan membantumu melindungi Chiho-
chan dan Rika-chan. Bagaimanapun juga, hingga ke poin ini, semuanya masih
dianggap sebagai tugasku.”
Maou memang tidak tahu apa yang dimaksud 'tugas' oleh Amane, tapi Maou
akhirnya merasa lega setelah memegang janji Amane.
“Lalu... Suzuki Rika, apa yang akan kau lakukan? Apa kau ingin ingatanmu
dihapus? Jujur saja, semuanya akan lebih aman jika seperti itu.”
“Daripada ingatanku, aku lebih ingin menghapus apapun yang terjadi di hari
itu..... Huuh.”
Dia sudah melepaskan Suzuno, tapi Rika masih merasa terganggu dengan apa
yang terjadi pada 'hari itu'.
“Suzuki-san!”
“Begitu ya?”
Suzuno dan Amane sepertinya tidak keberatan dengan keputusan Rika, dan
semua yang ada di ruangan tersebut, kembali menatap ke arah kotatsu sekali
lagi,
“Lalu, kembali ke topik awal kita, meski Gabriel tidak memberitahu kita di
mana lokasi persis Ashiya di Afashan, tapi aku sudah punya tebakan kasar.”
“Tujuan Surga, Olba, dan Malebranche itu adalah pedang suci milik Emi, kan?
Dari bagaimana Gabriel dan Raguel mencari orang tua Emi, bisa dipahami
kenapa mereka menculik ayah Emi. Tapi, kenapa mereka juga menculik
Ashiya, menculik Alsiel?”
“Hm?”
“Barbariccia seharusnya tahu kalau kita ini tidak seperti Malebranche, dan dari
sudut pandang Olba, dia juga harusnya tahu kalau Alsiel kembali ke Ente Isla
dan mendapatkan wujud iblisnya, dia akan jadi lawan yang sulit. Dalam
pertarungan di Tokyo Tower, satu-satunya orang yang bisa menahan serangan
Gabriel adalah Alsiel. Namun, Gabriel membawa Alsiel, seseorang yang akan
jadi halangan tidak peduli siapapun yang dia hadapi. Dengan kata lain, orang-
orang yang bertindak mencurigakan di Afashan ini, menemukan sebuah
keuntungan dalam diri Alsiel yang akan mengesampingkan kerugian-kerugian
tersebut.”
“Apa maksudmu?”
“Gabriel bilang 'Emilia juga akan segera ke sini'. Emi sedang menuju ke tempat
di mana Gabriel dan Ashiya berada.”
Maou menatap satu lokasi yang ada di peta tersebut dengan ekspresi keras.
“Jika mereka ingin Pahlawan Emilia dan seorang Jenderal Iblis melakukan
sesuatu di Afashan, tidak peduli seberapa tak bergunanya itu, aku hanya bisa
memikirkan satu tempat.”
“Tempat di mana Alsiel dan aku.... bertemu dengan Pahlawan Emilia untuk
yang pertama kalinya. Satu-satunya tempat di mana Pahlawan Emilia tidak
berhasil mengalahkan seorang Jenderal Iblis.”
Chiho, Suzuno, dan Urushihara yang baru pertama kali mengetahui hal ini,
sedikit membelalakkan matanya.
“Itu adalah ibukota Afashan, kastil di mana Unifying Azure Emperor tinggal.....
'Kastil Azure Sky Canopy'.”
Chapter 2 : Pahlawan, Bingung Dengan Kampung Halamannya
Satu set barang dikirim ke kamar di mana Emi ditempatkan, dia memandang
benda itu dan bertanya dengan suara tegas.
Pria itu menunjuk barang yang ada di meja dengan ekspresi santai di wajahnya.
"Menyuruhku mempersenjatai diri dengan lengkap, Olba, apa kau ingin bunuh
diri?"
Salah satu Uskup Agung Gereja yang dulunya memerangi Raja Iblis Satan
bersama dengan Emi, namun, sekarang dia adalah musuh Emi, Olba Meyers.
Apa yang dia bawa adalah sebuah pedang bermata dua, dan sebuah set armor
yang memberikan perlindungan ke seluruh tubuh.
Selain itu, desain armor tersebut bukanlah desain milik Afashan di mana Emi
sekarang ditahan, melainkan milik Saint Aire di Benua Barat.
"Tentu saja, aku punya alasan melakukannya. Mulai besok, kami akan
memintamu untuk pindah ke ibu kota, Azure Sky Canopy."
Emi mengernyit.
"Apa kau ingin aku bertemu dengan Unifying Azure Emperor? Aku dengar
Afashan menyatakan perang terhadap dunia demi pedang suci, apa kau
memintaku menyerahkan 'Evolving Holy Sword, One Wing' untuk
menghentikan perang?"
Emi baru sekali bertemu dengan Unifying Azure Emperor di masa lalu.
Emi ingat kalau orang itu adalah seorang kaisar tua yang mana tidak akan aneh
jika dia meninggal kapan saja.
"Haah?"
"Oh ya Emilia, kau masih ingat kalau jarak antara Fangan dan Azure Sky
Canopy itu tidak dekat kan? Dan kita masih tidak bisa menggunakan 'gate',
sihir khusus ini untuk pergi ke tempat itu dalam sekali perjalanan. Jika gadis
kecil pedang suci itu perlu sesuatu, sebaiknya kau gunakan kesempatan hari ini
untuk meminta pelayan menyiapkannya. Kita akan berangkat pagi-pagi sekali
besok."
Setelah tenang, Emi berjalan menuju pedang dan armor yang Olba tinggalkan.
Karena dia tidak tahu telah diapakan benda itu, Emi tidak berani menyentuhnya
dengan sembrono.
Tapi meski dia mengamati detailnya dengan cermat, Emi tidak bisa
menemukan keanehan apapun, armor dan pedang itu terlihat seperti barang
yang diberikan kepada komandan pasukan di Saint Aire, yang mana dianggap
sebagai barang yang sangat bagus bahkan di antara barang berkualitas tinggi.
"Pedangnya sudah diasah. Dan ini tidak terlihat seperti replika. Sebenarnya apa
tujuan orang itu?"
Emi membenci keadaan mentalnya yang lemah, karena itu membuatnya tidak
mampu melakukan hal-hal seperti itu, Olba tidak hanya memberikan benda-
benda itu kepada Emi, dia bahkan ingin Emi pergi ke Ibu kota kerajaan, Azure
Sky Canopy lewat darat.
Pada waktu itu, Emi, Olba, Emeralda, dan Alberto juga mendarat di pelabuhan
militer Fangan, sebagai titik awal mereka di Afashan.
Pada waktu itu, Benua Timur masih berada di bawah kendali Ashiya alias
Alsiel, Emi ingat betul waktu itu mereka bergerak dengan sangat hati-hati dan
menghabiskan waktu seminggu untuk mencapai ibukota kerajaan, Azure Sky
Canopy.
Kali pertama mereka mengunjungi Ibukota kerajaan, Azure Sky Canopy,
karena mereka harus segera pergi ke sisi timur benua dari Azure Sky Canopy,
mereka tidak bisa bertarung dengan Alsiel...
"Ini sangat membuang-buang waktu, kenapa dia ingin aku yang memakai
perlengkapan penuh untuk pergi ke Azure Sky Canopy?"
Setelah menatap helm armor tersebut selama beberapa saat, Emi menghela
napas dalam dan merosot ke tempat tidurnya.
"Andai aku tahu kalau semuanya akan jadi seperti ini, ketika aku pertama kali
memulai perjalanan, aku seharusnya tidak meninggalkan negosiasi dan
menyerahkan tugas yang membutuhkan kekuatan otak kepada Em dan Olba,
aku seharusnya menggunakan otakku juga...."
Emi berbicara pada dirinya sendiri dengan jengkel, dan menyatakan kalau ia
sudah menyerah.
Dengan demikian, Emi dan Alberto berarti bertanggung jawab untuk tugas
yang membutuhkan kekuatan bertarung.
Saat ini, Emi sudah bisa merasakannya dengan jelas, dibandingkan dengan
Maou, penafsirannya terhadap berbagai hal memang terlalu dangkal.
"Rasanya itu sudah lama sekali... waktu itu Alas Ramus juga belum ada."
"Mama...?"
"Benarkah?"
Jawab Emi dengan samar, dia kemudian bangkit dan menatap ke arah botol air
yang diletakkan di sebelah pintu masuk kamar.
Karena alasan yang tak diketahui, di sana terdapat dua botol air.
Beberapa hari ini, Emi memang sengaja membiarkan botol air yang berisi
partikel hitam itu, dan mencoba mempertahankan kebencian di dalam hatinya
yang semakin melemah.
"Tapi karena hal sepele inilah... aku tidak bisa bertarung. Mengabaikan tujuan
Olba.... apa aku benar-benar bisa bertarung?"
Partikel hitam yang ada di dasar botol air tersebut, membangkitkan ingatan
Emi ketika dia kembali ke Ente Isla.
XxxxX
Begitu melihat cahaya di sisi lain 'gate' yang berwarna pelangi tersebut, Emi
merasa kekuatan yang menarik tangannya tiba-tiba menjadi lebih kuat.
Dia ditarik masuk. Tapi itu bukan oleh teman yang ada di depannya. Dunia di
sisi lain gate lah yang menariknya.
Sesaat setelahnya, suara unik di dalam gate, yang bagaikan berbagai suara
bising yang berputar-putar, menghilang, dan Emi bisa merasakan sebuah
dengungan di telinganya.
Angin kuat bertiup ke seluruh tubuhnya, Emi bisa merasakan gaya tarik
gravitasi terhadap tubuhnya.
"Ugh.... ehhhhh?"
Satu detik, dua detik, lima detik, sepuluh detik, dua puluh detik.... tak peduli
berapa lama waktu terlewati, Emi terus jatuh ke bawah karena tarikan gravitasi.
"Ke-kenapa kita ada di udara.... uhuk!!"
Emi yang berteriak sambil bernapas di udara yang tipis, sedikit tersedak.
Ditambah lagi, oksigennya begitu tipis. Emi yang tidak bisa tenang, melihat
lautan awan di bawahnya.
"Aku tidak tahu di mana tempat yang tidak bisa dilihat siapapun~~"
Teman Emi, yang membimbing Emi di dalam gate, berbicara dengan santainya
dari samping.
"Jadi kupikir, jika itu tempat yang tinggi seperti ini~ kita mungkin tidak akan
ketahuan oleh siapapun~"
Sepertinya, pintu keluar gate ini terbuka di langit yang cukup jauh dengan
daratan.
Emi yang jatuh tak terkendali, melihat langit berselimut bintang di atas lautan
awan.
"Ah...."
Di antara banyak bintang, dia menyadari dua bulan yang bersinar terang,
mengamati Emi dari atas.
"Emilia~~ Kita akan segera memasuki lapisan awan~! Hati-hati dengan mata
dan telingamu~"
Sensasi memburu sesaat itu membuat Emi hampir melupakan dirinya, tapi Emi
langsung kembali tersadar karena peringatan temannya dan memandang
lapisan awan di bawahnya.
"Fu!"
Emi dengan cepat menembus lapisan awan, dan suara di sekitarnya, kembali
berubah.
Mengisi sudut mata Emi, adalah air mata yang terbentuk untuk membasahi
matanya yang kering karena angin kencang.
Emi memikirkan hal itu dalam benaknya, tapi apa yang tidak bisa dihindari
tetap tak bisa dihindari.
Tempat ini sekarang bukanlah tempat di mana Emi bisa hidup dengan aman.
"Aku..... pulang..."
.... masihlah rumah yang sangat dia rindukan, sampai dia pernah menangisinya
dalam mimpi.
"Emilia~~"
"Yeah."
Emi mengusap air matanya yang sudah tidak bisa dia sembunyikan dengan
tangannya yang bebas.
"Ahaha~~ sepertinya kita harus menemukan tempat untuk mengurusi baju-
baju kita~~"
Bahkan jika Emerada tersenyum kering, Emi dan bajunya tetap tidak akan bisa
kering.
"Ma-maafkan aku~! Aku tidak pernah menyangka~~ kalau akan ada rawa
besar seperti ini saat kita mendarat~"
Sebuah reaksi energi yang begitu besar akan terproduksi, saat sebuah gate
dibuka, alasan kenapa Emerada mengatur pintu keluar gate di tempat tinggi
seperti itu adalah untuk meminimalisir kemungkinan terdeteksi oleh orang lain.
Meskipun tugas membuka tutup gate dilakukan oleh 'Pena Bulu Malaikat' yang
ibu Emi --Lailah tinggalkan, dan bukan dengan mantra Emerada, fakta bahwa
ini akan menciptakan reaksi sihir suci yang begitu besar, tetap tidak akan
berubah.
Bahkan ketika mereka mulai terjun bebas setelah gate tertutup, sampai
mendekati tanah, Emerada tetap tidak mengizinkan Emi untuk menggunakan
mantra terbang.
Karena terbang menghabiskan sihir suci dalam jumlah yang cukup besar,
mereka pun berencana mendarat di daratan dengan cara meluncur, tapi
masalahnya adalah, hutan tempat mereka mendarat, memiliki sebuah rawa, dan
Emi sekaligus Emerada mendarat di tepi rawa tersebut.
Semuanya sudah terlambat ketika mereka menyadari rawa tersebut dan dengan
panik mulai mencoba terbang, tekanan angin akibat meluncur, membuat
lumpur menempel pada tubuh mereka berdua, dan pada akhirnya, Emi dan
Emerada hanya bisa menghilangkan lumpur berbau tajam itu sambil berdiri di
tengah hutan yang gelap.
".... Tapi ini juga cukup bagus. Kalau dipikir dengan cara yang berbeda, setelah
kita memiliki bau dari hutan ini, mungkin para binatang buas tidak akan
menyerang kita, dan tasku pun juga tak apa.... lihat, senter dari Jepang tidak
akan rusak hanya karena hal ini."
Emi mengeluarkan senter dari dalam tas besarnya yang sudah ia siapkan untuk
perjalanan dan mencoba menyalakannya,
"Maaf~~!!"
"Uu.... anggap saja aku tak sengaja jatuh ketika sedang memeriksa lahan
pertanian~"
Meski alasan ini sedikit dipaksakan, tapi tak ada artinya membantah hal
tersebut.
Itu adalah peta yang merinci semua kekuatan negara terkuat di Benua Barat
sekaligus, menunjukkan bagian timur asal negara Emi dan Emerada,
Kekaisaran Suci Saint Aire.
“Kalau kita berjalan mengikuti jalan ini, kita akan menemui beberapa kota dan
desa besar~”
Sebelum perang, mengacu pada saat sebelum penyerangan Pasukan Raja Iblis.
“Kalau begitu....”
“Benar~ kota terbesar yang ada di sekitar sini, kota Cassius~~ memang
dibangun dengan kecepatan yang cukup cepat karena tempat itu memiliki
seorang pendeta yang bekerja sama langsung dengan Gereja~~ tapi desa dan
kota di sekitarnya~~ relatif masih sama~”
“Masih sama?”
“Bagaimana mungkin? Seingatku desa ini memiliki guild kereta kuda dan
peternakan kuda militer, jadi seharusnya kan cukup makmur?”
“Ya?”
“Meski sulit mengatakan hal ini pada Emilia~ setelah kota di sekitar sini
diserang oleh Pasukan Invasi Barat yang dipimpin oleh Lucifer~~ mereka
kehilangan banyak penduduk~~”
“Jangan khawatir, aku sudah menata perasaanku terkait masalah itu. Lalu?”
“Ya~ lalu~ saat Alberto dan aku bertemu dengan Emi, pendeta di kota Cassius
terlihat berturut-turut membeli hak kepemilikan dan pengembangan lahan
sekitar~~”
“Karena itu dibeli oleh pendeta, maka itu artinya Gereja yang mengatur
pembangunannya kan? Selain itu, apakah itu mungkin? Pembangunan itu
seharusnya adalah pekerjaan negara yang memiliki lahan tersebut... dalam hal
ini, Saint Aire kan?”
Gereja, dengan markas yang berada di area paling barat di Benua Barat,
memiliki pengaruh ke seluruh dunia dan tidak hanya terbatas di Benua Barat
saja, di samping menjadi agama terbesar di Ente Isla, kekuatannya juga
ditunjukkan oleh ratusan juta pemeluknya.
Meski tidak aneh bagi seorang Penyelidik tingkat atas memiliki wewenang
yang lebih besar dibandingkan keluarga raja dari sebuah negeri kecil, karena
Saint Aire memiliki kekuatan nasional yang cukup untuk menentang Gereja
secara langsung, seharusnya Gereja tidak bisa ikut campur ke dalam masalah
ini secara sepihak.
Setelah Raja Iblis Satan dan Pasukan Raja Iblisnya terusir akibat pertarungan
akhir yang terjadi di Benua Utama, untuk memulai pembangunan di area ini,
Saint Aire memanggil para imigran baru dari dalam negeri.
Jadi di saat yang sama, mereka mengirim pedagang-pedagang yang bisa
mengangkut semua bahan-bahan untuk pembangunan dan kesatria yang
bertanggung jawab mengomandoi garis depan ke lokasi.
“Karena kota Cassius memiliki pendeta yang bekerja sama langsung dengan
uskup Gereja~~ sejak awal pihak Gereja memang ambil bagian dalam urusan
perbaikan melalui tawar-menawar~~ setelah itu, mereka memperoleh
wewenang untuk mengawasi sepenuhnya urusan perbaikan di sekitar kota
Cassius~”
Gereja membangun kota Cassius dengan kecepatan yang sangat cepat, dan
dengan alasan memperbaiki dinding kota, mereka memperluas wilayah kota.
Selain itu, mereka juga menjual hak pindah ke wilayah kota Cassius yang baru,
kepada para penduduk desa terdekat dengan harga yang murah.
Lalu apa yang terjadi setelah pembangunan berbagai kota dan hak imigrasi
tersebut?
Pada akhirnya, itu 'berubah', semua orang yang berimigrasi ke sana adalah
orang yang berhubungan dengan Gereja.
Situasi saat ini memang seperti itu, dan pada kenyataannya, pembangunan itu
sama sekali tidak mengalami kemajuan.
“Tu-tunggu sebentar. Lalu apa yang dilakukan para kesatria Saint Aire? Entah
itu di kota Cassius atau desa terdekat, seharusnya ada orang-orang dari pasukan
kesatria kan? Dan bahkan jika Gereja memiliki wewenang utama untuk ikut
urusan ini, hal-hal yang bisa mereka lakukan masihlah terbatas meski
wewenangnya ada di tangan mereka, tanah ini tetap tanah milik Saint Aire....”
“Bajingan.... eh?”
Sebuah umpatan tiba-tiba keluar dari bibir cantik milik Emerada, membuat
Emi terkejut.
“Ugh, Pepin yang kau bicarakan ini maksudnya Jenderal Pepin dari Kesatria
Kekaisaran Saint Aire kan?”
“Tak usah memanggilnya Jenderal Pepin, panggil saja dia Pepin si sampah~~”
“... Ada apa Em, apa kau tidak menyukai orang itu?”
Pepin Magnus, yang memimpin Kesatria Kekaisaran Suci Saint Aire, adalah
orang yang berdiri di puncak Kesatria di Saint Aire.
Emi pernah bertemu dengannya ketika dia menyelamatkan Kaisar Saint Aire,
tapi karena dia hanya sedikit berinteraksi, Emi bahkan tidak bisa mengingat
namanya dengan jelas.
Tapi dari nada bicara Emerada, temannya, yang tidak biasanya secara terbuka
menunjukkan emosinya, terlihat sangat membenci orang itu.
“Waktu itu, kenapa Lucifer tidak membunuh jenderal tikus got itu~~”
“Eh, Em?”
“Apa yang paling kubenci adalah~~ di antara para kapten kesatria yang dikirim
untuk pembangunan tersebut, orang yang dipilih untuk bertugas di area yang
dikuasai oleh Gereja ~~ kelihatannya adalah bawahan yang dilatih oleh Pepin
si tikus got itu~~”
“Be-begitu ya.”
“Pengawasan kota Cassius yang dilakukan oleh Kesatria Saint Aire itu penuh
celah~~ setelah orang itu menerima suap, dia tidak hanya menyetujui rencana
berdasarkan instruksi Gereja~~ bahkan keadaan imigrasi di desa terdekat pun
dirusak~~ si limbah Pepin itu, untuk mempermudah orang-orang Gereja~~ dia
diam-diam mengambil keuntungan seperti seekor tikus~~”
“O-oh....”
Karena Emerada bisa mengatakannya dengan begitu yakin, pasti si Pepin ini
memang bukan orang yang jujur dan tulus, tapi meski begitu, Emi tetap merasa
kasihan kepada Jenderal yang Emerada caci ini, yang mana wajahnya tidak
bisa dua ingat.
“Tapi sayangnya, jenderal pencuri ini sangat hebat~~ aku tak bisa menangkap
ekor rubahnya sedikitpun! Dan akupun tak tahu alasan kesengajaan penundaan
pembangunan ini~~ alasanku bisa meninggalkan ibukota kali ini~~ adalah
karena aku memakai kedok 'menyelidiki' penundaan rencana pembangunan
tersebut~~”
“Jadi tempat itu bisa diawasi oleh Jenderal Pepin atau orang yang terhubung
dengan Gereja, ya kan?”
Benda itu juga kotor oleh lumpur, itu adalah lempengan kayu dengan sebuah
cap terbakar di atasnya.
"Semuanya pasti akan lebih kacau jika ini terus berlanjut, jadi tolong panggil
saja dia Pepin meski kau tidak menyukainya."
"Aku kagum bagaimana kau bisa terus mengatakan hal buruk mengenai
Jenderal Pepin. Apa kau tidak takut keceplosan di depan orang lain?"
"Orang-orang itu juga memanggilku brokoli saat di belakangku~~ anggap saja
ini mata dibalas mata~~"
"Tapi orang ini kok bisa merajalela seperti ini, apa yang terjadi dengan Jenderal
Lumark?"
"Benar sekali~~ orang-orang biasanya akan berpikir seperti ini kan~~ jika
Jenderal Lumark ada di negeri ini~ hal semacam ini tidak mungkin akan
terjadi~"
"Jenderal Lumark mengajukan diri menjadi wakil Benua Barat untuk Aliansi
Kesatria Lima Benua demi pembangunan kembali Benua Utama~~ dan sejak
Afashan menyatakan perang terhadap seluruh dunia~ dia harus pergi bolak-
balik dari Benua Utama ke Saint Aire~~ dan tidak punya waktu mengurusi
konflik internal~"
Jika Pepin Magnus adalah komandan di dalam negeri, maka Heather Lumark
adalah komandan di garis depan.
"Tapi kalau dipikir dengan cara yang berbeda~~ bagi orang bermulut kotor dan
bodoh seperti Pepin~~ dia itu tidak bisa melakukan negosiasi eksternal yang
hangat dan bagus seperti Jenderal Lumark~~ benar-benar sebuah dilema~~"
Bagaimanapun, Emi tahu, begitu ia berpisah dengan Emerada setelah ini, akan
lebih baik kalau ia menganggap semua orang di sekitarnya sebagai musuh.
"Yeah, aku cukup paham dengan situasi sekarang. Jika sesuatu yang buruk
terjadi, aku akan menggunakan sertifikat identifikasi ini.... Ngomong-
ngomong..."
Jika nama palsunya berbeda dengan nama aslinya, maka akan sulit untuk
memalsukannya, tapi rasanya masalah lain akan terjadi jika mereka melakukan
ini.
Meski begitu, saat Emi ingat kalau dia sendirilah yang menamakan dirinya
'Emi' karena namanya 'Emilia', dia merubah cara berpikirnya dan merasa tidak
punya hak untuk komplain. Emi dengan hati-hati meletakkan surat izin dengan
cap milik pejabat Insitut Manajemen Sihir, Penyihir Kekaisaran, Emerada
Etuva ke dalam tasnya.
"Karena aku sudah membuat persiapan untuk berkemah selama seminggu, aku
tidak akan mendekati pasar kota Cassius, asalkan aku menemukan penjual baju
tua di luar dinding, aku pasti bisa menangani semuanya sendiri. Sertifikat
identifikasi ini benar-benar hanya untuk cadangan."
"Menurutku juga lebih baik begitu~~ dan~~ ini memang bukan uang untuk
membeli baju~ ini biaya perjalanan yang kusiapkan untukmu..... Ini adalah
koin Airenia~~ asalkan kau mencucinya sedikit....."
Setelah dia menerimanya, Emi tahu kalau kantong itu ternyata sangat berat.
Ini adalah sesuatu yang tidak bisa dia kendalikan, pemikiran bahwa ia tidak
bisa menerima uang secara gratis begitu saja, telah terbakar di dalam hati Emi.
Ditambah lagi, dengan pekerjaan Emi sekarang, untuk koin Airenia seberat ini,
entah mereka ditukar dengan mata uang yen Jepang, ataupun dihitung
menggunakan nilai koin Ente Isla, jumlah ini bukanlah jumlah yang bisa
dengan mudah diterima.
"Mereka adalah toko baju murah yang buka selama 24 jam di Jepang."
"Aku tidak pernah melakukannya... Tapi bisnis seperti ini ada karena ada orang
yang akan membelinya, kan?"
"Orang-orang Jepang memang pekerja keras~~ punya toko yang buka seharian
penuh~ aku tak bisa membayangkan bagaimana toko itu bisa beroperasi~ pada
dasarnya, ada orang yang bekerja di waktu seperti itu saja sudah cukup
berlebihan~~"
"Hal seperti ini takkan bisa dilakukan meski kau ingin menirunya. Itu hanya
bisa dilakukan di Jepang."
Sebagian besar sistem di Jepang, 99% orang sangat bangga dengan fakta
bahwa mereka tidak melakukan tindak kriminal. Karena Jepang adalah negara
di mana para penduduknya menanamkan ke dalam hati mereka agar tidak
membuat kekacauan dan hidup dengan jujur, mereka bisa mempertahankan
situasi ini.
"Sisi sana itu lebih seperti sebuah keajaiban. Karena aku akan pergi sendiri,
aku harus terus waspada."
"Benar sekali..."
"Renungan kita berakhir di sini. Em, terima kasih sudah membawaku kemari.
Di mana sebaiknya kita bertemu saat akan kembali?"
Emi menatap benda yang Emerada serahkan dan menunjukkan ekspresi agak
rumit.
Pena Bulu Malaikat. Itu adalah harta dari Surga yang bisa memungkinkan
seseorang membuka 'gate'.
Dan bulu yang digunakan sebagai bahannya, berasal dari sayap ibu Emi, Lailah.
Meski barang-barang mereka berlumuran lumpur, hanya benda itu saja yang
masih memiliki sinar putih cerah, namun Emi tidak merasa bimbang karena
benda itu untuk waktu yang lama dan mengembalikannya pada Emerada.
"Walau aku tidak menginginkannya, aku pasti akan menemui beberapa
rintangan aneh. Meski presentasenya tidak ada satu dari sepuluh ribu, masih
ada satu dari seratus juta kesempatan. Aku serahkan benda itu pada Em dan
Albe untuk kalian amankan. Untuk satu dari seratus jutanya, kartu as milik kita
harus dibagi sebaik mungkin."
"Aku mengerti~~"
Usai merasa ragu sejenak, Emerada pun menerima penjelasan Emi dan
menyimpan bulu itu kembali ke dalam jubahnya.
"Jangan khawatir mengenai tempat pertemuan kita~~ karena aku akan menuju
desa Sloan setelah ini~~"
Emi yang tidak pernah menyangka kalau Emerada akan menyesuaikan jadwal
dengannya sampai sejauh ini, balik bertanya,
'Jangan terlalu memaksakan diri~~ aku sudah sering bilang begitu kan? Kau
harus tetap tenang, santai, dan bertarung dengan kepala dingin~~'
Dulu, Emerada juga memberi saran kepada Emi yang bimbang seperti itu,
secara khusus menggunakan bahasa Ente Isla, Emerada meletakkan jarinya di
bibir dan tersenyum cerah kepada Pahlawan yang lebih muda dibanding
dirinya, namun telah berkelana dengan membawa nasib seluruh dunia.
Emi menarik napas karena karisma tak terukur di balik ekspresi itu.
Jika itu adalah serangan langsung dari depan, maka kekuatan Emi jauh
melebihi Emerada.
Tapi Emerada, selain menjadi penyihir terkuat di dunia, dia juga seorang
politikus berpengalaman, seorang prajurit yang bisa menggunakan akal yang
tak terukur untuk mengalahkan musuh yang kuat dan memperoleh
kemenangan dengan menggunakan kecerdasan.
Emi menyimpan peringatan dari seniornya yang bisa berdiri sejajar dengannya
di medan pertarungan ke dalam hatinya.
Emerada berhenti memancarkan aura yang terasa seperti sebuah pedang es,
tersenyum dan menunjuk dada Emi.
"Euuuuu??"
Ketika Emerada pergi ke Jepang untuk menjemput Emi, karena dia berteriak
dengan sangat antusias saat melihat Alas Ramus yang baru kali pertama
ditemuinya, dia membuat Alas Ramus menangis.
"Ahh~~ maafkan aku~ Alas Ramus-chan~ kakak ini tidak menakutkan~~ coba
lihat sini~~"
"Uuuuu...."
Emerada mencoba membujuk Alas Ramus dengan nada yang ramah, namun
gadis kecil itu masih saja takut.
"Paksa??"
"Dan juga~~ kau harus mendengarkan kata-kata mama dan jadi anak yang baik,
okay~?"
"Eu, uwaahhh."
"Em!!"
Sangat jarang melihat Alas Ramus mendengarkan sesuatu dengan serius, tapi
karena Emerada tidak bisa menahan diri, dan mengeluarkan sebuah suara aneh,
hal itu membuat Alas Ramus menangis.
"Maaf~"
'Bergeraklah maju!'
Saat penyerangan Pasukan Raja Iblis di masa lalu, ini adalah slogan pasukan
manusia yang dibuat setelah kemenangan pertama mereka melawan Lucifer.
Meski mereka mengalahkan Lucifer, rasa takut yang dibawa oleh Pasukan Raja
Iblis di Benua Utama, Timur, Selatan, dan Utara tetap mendarah daging di hati
manusia.
Jika mereka punya waktu luang untuk berpegang pada harapan, maka mereka
harus merubah dunia melalui pertempuran dan bergerak maju.
Itu adalah slogan serangan balik pertama yang para prajurit di Benua Barat
teriakkan dalam pertarungan melawan Pasukan Raja Iblis.
Melalui ingatan mereka pada waktu itu, tubuh serta pikiran Emi dan Emerada
bisa merasakan kenyataan yang menempatkan mereka di dalam pertempuran.
"Kalau begitu~ Emilia~ kau harus kembali dengan selamat satu minggu
lagi~~"
"Yeah, Em juga."
"Benar... Kini akan jadi perjalanan satu orang... Tidak, perjalanan dua orang
dengan Alas Ramus dan aku."
"... Baiklah, ayo kita pergi ke pasar kota Cassius dulu. Aku perlu beberapa
baju."
Sebagian alasannya adalah karena dia berlumuran lumpur, tapi selain itu, baju
yang saat ini Emi pakai, adalah baju yang dia beli di Jepang.
Baju yang dia pakai ketika terdampar di Jepang dari Ente Isla tentu saja adalah
pakaian yang dia pakai di bawah armornya.
Meski dia bisa meminta Emerada untuk menyiapkannya, tapi teman baiknya
itu juga harus menghindari terlihat tidak wajar sebisa mungkin, selain itu, dia
juga tidak tahu tindakan apa yang akan dilakukan Jenderal Pepin dan orang-
orang yang menentang Emerada.
"Aku sama sekali tidak paham dengan mereka yang ingin merugikan orang
lain, bagian mananya dari itu yang menarik?"
Emi pun menghela napas untuk yang kesekian kalinya di hari itu, dan dengan
berlumuran lumpur, dia mengambil langkah pertama di hutan yang gelap
menuju kampung halamannya.
XxxxX
Dia saat ini berada di sebuah kota yang dikembangkan sebagai penginapan di
pusatnya, berjarak satu hari berjalan dari sisi timur pasar kota Cassius.
Karena banyak kereta dan pedagang pengelana yang berkumpul di kota ini,
berdasarkan skalanya, kota ini sudah bisa dianggap tempat yang penuh dengan
aktivitas.
"Umm... eu...."
Alas Ramus tertidur di ranjangnya dengan ekspresi suram.
Dia memang tidak terkena flu atau semacamnya, tapi sepertinya dia tidak
senang dengan makanan di sini.
Untuk menyembunyikan fakta bahwa dia bersama seorang anak kecil, Emi pun
makan di dalam kamar penginapannya, namun, makanan yang dibungkus di
sini, kebanyakan adalah makanan yang tidak cocok untuk anak kecil.
Asalkan dia mau berjalan mengelilingi pasar, ini tidak seperti Emi tidak bisa
menemukan buah atau sayuran apapun, namun, rasa mereka tidak seenak buah
yang ada di Jepang, meski mereka memiliki bentuk yang serupa, mereka
adalah benda yang benar-benar berbeda.
Emi menghabiskan hari pertamanya di penginapan murah yang ada kota dekat
pasar kota Cassius, dan setelah berusaha keras mengumpulkan makanan yang
mirip dengan yang ada di Jepang, dia menggunakan dapur yang disediakan
untuk tamu agar bisa memasak makanan untuk Alas Ramus.
Namun, setelah melihat Alas Ramus, yang saat di Jepang tidak pernah pilih-
pilih makanan, mengernyit dan memuntahkan wortelnya hanya dengan satu
suapan, Emi sekali lagi sadar, seberapa besar dia telah terpengaruh oleh
makanan dan air di Jepang.
Apakah makanan dari kampung halamannya benar-benar seburuk ini? Emi
mengambil bahan-bahannya satu persatu, dan jatuh dalam kesuraman.
Di Jepang, seluruh sayuran mereka memiliki rasa yang dalam, pahit manis, dan
ringan, sampai-sampai Emi tidak bisa mengerti kenapa anak-anak Jepang
sangat pilih-pilih makanan.
Hal ini adalah hasil dari orang-orang yang terlibat dalam pertanian yang terus
menerus meningkatkan kualitas karena mereka ingin konsumen memakan
makanan yang lezat, namun sayangnya, sayuran di seluruh Saint Aire Benua
Barat masih jauh dari kondisi ini.
Wortel yang seratnya akan meninggalkan rasa pahit di gigi, tomat dengan
keasamannya yang menggelitik lidah, timun kecil yang rasanya begitu pahit
sampai mungkin bisa mengalahkan labu pahit, sekaligus jagung yang lebih
kering dari makanan beku. Bahkan Emi yang pernah memakan makanan ini
sebelum datang ke Jepang, tetap merasa ragu ketika dia sedang mengunyahnya.
Memang tak masalah jika buah-buahannya saja yang dibeli, namun produk-
produk itu harganya sangat mahal di sini.
Emi menerima banyak biaya perjalanan dari Emerada, meski dia ingin makan
sesuatu yang setingkat dengan makanan kaleng di supermarket Jepang,
harganya hanya akan satu koin perak di sini.
Menyeduh anggur adalah sesuatu yang umum di seluruh Saint Aire, jadi buah
berkualitas tinggi di sini, sebagian besar dibeli oleh orang-orang yang
berhubungan dengan industri ataupun pemilik lahan.
Para penduduk biasa, paling banyak hanya bisa memakan apel, jeruk, dan buah
sejenisnya, buah-buah itu tidak hanya berasa tidak enak (lagi-lagi ini
dibandingkan dengan standar Jepang), harga mereka juga beberapa kali lebih
mahal dibandingkan sayuran.
Ditambah lagi, jangankan bisa membeli roti potih yang di Jepang seharga 100
yen, di sini, bahkan tidak ada toko roti sama sekali, jadi meski Emi ingin
membuat sandwich, dia tidak bisa melakukan apa-apa.
Alhasil, agar Alas Ramus mau makan, Emi pun terpaksa membuka makanan
instan yang dia beli di Jepang sebagai usaha terakhir, membuat Alas Ramus
harus merubah jadwal makannya.
Meski dia bisa dengan mudah mengatasi masalah belanja pakaian termasuk
bagian Alas Ramus dengan berhati-hati, Emi tidak pernah menyangka ada titik
buta yang tersembunyi di area makanan seperti sekarang ini.
Di kota yang ditempati Emi dan Alas Ramus, mereka menghadapi masalah
baru yang tidak sempat mereka pikirkan karena cemas berlebihan yang mereka
rasakan di hari pertama.
Bagaimanapun, toilet itu memang sangat kotor. Meski Emi tahu kalau di sana
tidak akan ada fasilitas kebersihan yang canggih seperti toilet siram, toilet yang
dia lihat saat perjalanannya ini memang begitu kotor.
Di samping setiap toilet, terdapat satu orang tua yang dikenal sebagai pengepul
biaya, mengawasi semuanya. Biaya normalnya adalah lima koin perunggu, dan
yang membuatnya menakutkan adalah, toilet-toilet yang harus dibayar setiap
kali digunakan ini, mereka berada di tingkatan di mana sudah dianggap bagus
selama ada pintunya.
Tentu saja mustahil tempat seperti ini selalu punya tisu toilet, dan karena
mereka sama sekali tidak dibersihkan, tercium bau busuk di sana.
Jangankan dirinya sendiri, Emi benar-benar tidak ingin membawa Alas Ramus
ke tempat seperti itu, dan meski ini akan membuat Alas Ramus agak tidak
senang, Emi lebih memilih menggunakan popok yang dia beli di sini.
Meski di awal perjalanannya Emi sudah harus menghadapi dua rintangan besar
yaitu makanan dan toilet, yang merupakan dua hal yang tak tergantikan dalam
kehidupan masyarakat beradab, dia tetap berusaha keras untuk menyiapkan
makanan dan berhasil membuat Alas Ramus menghabiskan makan malamnya.
Menumbuk kentang rebus, menambahkan merica yang dia beli sebagai bumbu,
dan mencampurnya dengan air panas.
Setelah itu, dia memasukkan jamur yang dipotong dadu, bawang, dan ayam,
memanaskan mereka hingga menjadi sup, Emi akhirnya bisa membuat Alas
Ramus bilang 'enak'.
Mempertimbangkan tagihan air, biaya kayu bakar, dan penggunaan dapur, jika
ini adalah perjalanan bersama orang dewasa, Emi tidak mungkin akan
memasak makanan seperti ini, tapi kali ini, tidak ada pilihan lain.
“Minimarket.... microwave.... makanan instan.... mesin penjual minuman....
toko kopi.....”
Emi yang hampir menangis, bersumpah dalam hatinya, begitu dia berhasil
mencapai tujuan hidupnya suatu hari nanti dan kembali ke Ente Isla, dia pasti
akan membawa kulkas dan microwave.
Untungnya, penginapan murah ini tidak punya barang mewah seperti kaca
yang akan mencerminkan wajahnya, jadi dia tidak akan merasa depresi karena
melihat wajahnya.
Kali ini....
“Ma-masuk.”
Setelah bangkit dan dengan panik mengikat rambutnya, Emi berjalan menuju
pintu dan membukanya dengan waspada. Dia menggunakan tubuhnya untuk
menghalangi pemandangan yang ada di dalam kamar.
“Ohh??”
Orang yang berdiri di koridor itu memang pemilik penginapan, orang tua itu
tidak menyangka kalau seseorang akan membuka pintu, dan menunjukkan
ekspresi kaget.
“Ada apa?”
“Ah, i-itu, aku tidak menyangka kau akan membuka pintu....”
“Ah.....”
Ini bukanlah Jepang. Tak ada seorangpun yang bisa menjamin kalau pemilik
penginapan ini adalah orang baik, jika tamunya adalah orang jahat yang
menyamar sebagai pemilik penginapan, dalam situasi normal, pasti Emi sudah
didorong masuk ke dalam kamar.
Pada dasarnya, bahkan jika ada seseorang di balik pintu, pintu harus dikunci
sebelum keamanan bisa dipastikan, Emi tak pernah terpikir kalau dia akan
menemui malapetaka di tempat seperti ini karena dia terlalu terbiasa dengan
Jepang.
“Erhm, ini soal apa yang kau minta kepadaku kemarin, sepertinya sebuah
karavan pedagang akan melewati desa Warloski yang kau bicarakan itu.
Setelah aku menyinggung hal ini pada mereka, mereka bilang kalau mereka
mengizinkanmu ikut bersama mereka asalkan kau mau membayar.”
Emi mengangguk.
Desa Warloski berada di dekat kampung halaman Emi, Sloan, sebuah desa
yang bisa didatangi dalam waktu setengah hari.
Sementara untuk alasannya bertanya lokasi lain, tentunya agar orang lain tidak
tahu tujuan aslinya.
Dari sini, entah dia pergi ke Sloan atau Warloski, dia tetap harus berjalan
dengan jarak yang sangat jauh, tapi kalau dia bisa bepergian bersama karavan
pedagang yang memiliki kereta kuda, dia akan bisa menghemat banyak waktu.
Emi mengeluarkan dua koin perak yang sudah dia siapkan sebelumnya dari
dalam tas, dan menyerahkannya pada si pemilik.
Karena penginapan murah ini tidak memiliki fasilitas keamanan apapun, meski
dia berada di depan si pemilik, Emi tidak bisa membiarkan orang lain melihat
kantong uangnya.
Dengan sembrono membuka pintu meski dia sudah mempertimbangkan hal ini,
Emi benar-benar sangat menyesal.
Dua koin perak memang harga yang cukup tinggi untuk deposit, tapi salah
satunya adalah uang tip untuk si bos.
Kau tidak boleh pelit ketika memang harus menggunakan uang, ini adalah
pelajaran dari Alberto.
Setelah melepas tali yang mengikat rambutnya, Emi perlahan duduk di ranjang,
dan dengan hangat mengelus rambut Alas Ramus yang kelihatannya
mengalami mimpi buruk.
“Tidak, ini bukan seperti itu. Saat aku benar-benar sendiri.... adalah satu tahun
di Jepang setelah aku bertemu Raja Iblis. Sebelum itu, aku selalu.....”
Emi bertemu dengan Emerada ketika dia membebaskan Saint Aire dan menjadi
sahabat baiknya.
Pasukan Alsiel di Benua Timur pun mundur sebelum berhadapan dengan Emi
dan yang lainnya dalam pertempuran, dan mereka berempat, dengan dipimpin
Emi, menyerang Kastil Iblis di Benua Utama dengan dukungan dari seluruh
dunia, lalu Emi terdampar ke dunia di mana kemungkinan bertemu bahaya bisa
dibilang cukup rendah, sendirian.
“Meski aku berlagak seperti Pahlawan, pada akhirnya aku memang tidak bisa
melakukan apapun sendiri. Aku tidak pernah menyangka kalau aku akan
mengkhawatirkan hal ini, dan ini terjadi saat aku sedang berada dalam
perjalanan, ini benar-benar tidak lucu.”
“Ah-uh.... uh-hm.”
“Alas Ramus, aku pasti akan memasakkan sesuatu yang lebih enak untukmu
besok.”
Emi tersenyum tipis, dan tanpa membangunkan Alas Ramus, dia menjatuhkan
diri ke atas ranjang tanpa mengganti baju ataupun melepas sepatunya.
Emi teringat saat dia pergi bersama Maou dan Alas Ramus, mereka bertiga
waktu itu sedang pergi ke Seiseki-sakuragaoka untuk membeli futon Alas
Ramus.
Saat itu, Alas Ramus naik ke atas kursi, dia bilang dia ingin melihat
pemandangan di luar, jadi Emi memintanya untuk melepas sepatunya terlebih
dahulu....
“Hey, Alas Ramus, jadilah anak baik dan dengarkan apa kata mama.”
“Yang benar saja.... kenapa dia sangat patuh dengan kata-kata papanya.....”
Jika Alas Ramus terserang penyakit karena dia tidak terbiasa dengan makanan
ataupun air di sini, maka pria yang menganggap dirinya sebagai ayah itu pasti
akan marah dan mengkritik Emi.
Mampu memikirkan hal semacam ini meski dia sudah menyuruh dirinya untuk
berhati-hati, Emi, merasa tidak percaya, menghela napas berat.
“Ayah ya....”
Karakter, kepribadian, dan pemikiran 'Maou Sadao', datang dari mana semua
itu?
Dengan semuanya yang seperti sekarang ini, Emi bahkan mulai mencurigai
apakah Maou itu benar-benar Raja Iblis Satan.
Emi memang menganggap orang itu sebagai musuh dan telah mengamatinya
dari dekat, dan sekarang, saat Emi kembali ke Ente Isla, dia sangat yakin kalau
Maou tidak akan melakukan hal-hal yang jahat di Jepang, kesan Emi terhadap
Maou Sadao dan Raja Iblis Satan benar-benar sangat berbeda.
“Setelah aku kembali ke kampung halamanku, aku penasaran apa aku akan
mendapatkan kembali kebencianku terhadap pria itu....”
Emi berbicara pada dirinya sendiri saat ia menatap wajah tertidur Alas Ramus.
Entah 'manusia' macam apa Maou sekarang, fakta bahwa Maou adalah orang
di balik pasukan Lucifer yang telah menghancurkan kampung halaman Emi,
adalah kenyataan yang tak terelakkan.
Dan adapun fakta bahwa ayahnya masih hidup, dia hanya mendengarnya dari
malaikat yang tak bisa dipercaya, dan tak ada bukti satupun.
Saat ini, bagi Emi, Maou tetaplah pembunuh ayahnya, musuh yang telah
menghancurkan kampung halaman dan semua yang ada di masa kecilnya.
Begitu pertanyaan yang tak bisa dijawab siapapun itu menghilang dalam
kegelapan kamar, kesadaran Emi pun terseret ke dalam dunia mimpi.
XxxxX
“Apa benar tak apa berhenti di sini? Kau sudah memberi kami banyak uang,
takkan masalah bahkan jika aku membawamu melewati dua desa lagi menuju
kota, kau tahu?”
Tanya kapten karavan pedagang dengan semangat bisnis yang jelas terlihat,
terdapat kecemasan dalam nada suaranya.
“Seperti yang bisa kau lihat, Warloski itu tidak punya satupun penginapan
untuk disewa petualang, dan desa terdekat, mulai dari Mility, Goff sampai
Sloan, mereka masihlah desa terlantar tanpa adanya tanda-tanda perbaikan.
Meski kau ingin pergi berziarah, di sana tak ada satupun penduduk yang akan
mendengar do'amu, kau tahu?”
Di sebelah jalan yang menuju desa Warloski, Emi turun dari kereta pedagang.
Karena dia bepergian dengan kereta pedagang, Emi bisa menghemat lebih dari
satu hari waktu perjalanan.
Menggunakan kecepatan berjalan orang dewasa, dari Warloski menuju Sloan
akan butuh waktu setengah hari.
“Dalam beberapa hal, ziarah itu hanya alasan, aku kehilangan seseorang yang
penting saat Pasukan Raja Iblis menyerang, jadi selain ziarah, ini juga
perjalanan untuk mencari jejak orang itu.”
Si kapten, berada di tempat kusir kereta kuda, melepas topi lebarnya dan
menekankannya ke arah dada.
“Aku akan berdoa pada dewa perdagangan agar kau bisa menemukan ingatan
dari orang yang penting itu. Tak usah merasa tidak enak, karena kau sudah
memberiku banyak uang, anggap saja ini sebagai bagian dari layanan.”
“Kalau begitu izinkan aku berterima kasih atas niat baik anda.”
Si kapten kembali memakai topinya, dan menarik tali kekang kuda agar
karavan bisa melanjutkan perjalanannya.
Para pria yang menjadi bagian dari rombongan enam kereta kuda itu
melambaikan tangannya ke arah Emi dan menghilang di ujung jalan.
Setelah tidak lagi melihat jejak mereka, Emi menekan dadanya dengan tangan,
dan berkata,
“Kehangatan hati akan menjadi kekuatan. Sekarang, aku tidak akan kalah dari
siapapun.”
Dalam perjalanan sebelumnya, dia hanya bisa bergantung pada cahaya bulan
dan bintang ketika berjalan di malam hari.
Namun, saat ini Emi memakai sebuah senter di kepalanya, dan dengan sebuah
alat canggih dari peradaban ilmiah bumi di tangan kanannya, yaitu sebuah
lampu LED, kedua benda itu memancarkan sinar yang begitu terang untuk
menerangi jalanan saat malam.
Ketika Emi berada di desa Sloan, sumber cahayanya adalah kedua benda ini.
Baterai yang terpasang pada lampu LED tersebut adalah alat canggih yang
menggunakan energi matahari, sehingga tak perlu khawatir kehabisan energi
listrik, dan meski Emi berlebihan menggunakannya sehingga tak ada listrik di
malam hari, baterai itu bisa diisi ulang secara manual.
Asalkan kabel dan colokan yang tersedia terhubung, bahkan HP Emi pun bisa
diisi ulang. Fitur langkanya adalah lampu bagian depan yang menghadap LED,
dapat digunakan di saat yang sama dengan bohlam yang terpasang di sisi bodi
utama, yang mana berfungsi sebagai lampu berdiri. Untuk menghemat energi,
fakta bahwa ada dua tingkat kecerahan adalah poin plus dalam produk ini.
Ketika berada di hutan lebat, Emi bahkan menggunakan fitur alarm yang
terpasang pada alat itu, dan tanpa harus bertarung, dia mengusir binatang liar
yang bersembunyi dalam kegelapan hutan seperti serigala, beruang, dan lain
sebagainya.
“Ditambah lagi, jika sebuah pemantik api atau pisau diletakkan di belakangnya
dan dijual, benda ini pasti akan membuat perubahan dramatis dalam hal
berpetualang di Ente Isla.”
Mengucapkan kalimat yang mirip seperti yang ada di saluran belanja televisi,
Emi menemukan sebuah reruntuhan kecil di ujung hutan yang mana akan dia
lewatkan jika dia tidak teliti.
Seperti apa yang Emerada khawatirkan, mungkin dia diawasi oleh banyak
orang berbahaya.
Dia dengan cepat berada di jarak di mana dia bisa melihat bentuk luar
bangunan itu di bawah sinar bulan, dia pun berhenti untuk mengamati keadaan.
Dia memang harus bergerak dengan hati-hati, kalau dipikir-pikir, Emi sudah
meninggalkan Ente Isla selama lebih dari satu tahun.
Dan para malaikat, iblis, dan orang yang berkaitan dengan Gereja, telah
memastikan kalau dia masih hidup setengah tahun lalu.
Dalam jangka waktu selama itu, tak peduli faksi mana, mereka tak akan punya
waktu untuk menempatkan pasukan ketika mereka tidak yakin apakah Emi
akan datang atau tidak.
Bagaimanapun, sebelum penyerangan Pasukan Raja Iblis, desa ini sama sekali
tak memiliki karakteristik khusus apapun, desa ini hanyalah desa petani yang
bisa ditemukan di manapun.
Emi, perlahan mendekati jalan, mendapati sebuah lahan datar yang terlihat
usang.
Emi berjalan melewati jalanan kecil yang mengelilingi lahan pertanian tersebut,
dan mendekati sebuah bayangan reruntuhan di malam hari.
Akhirnya Emi berdiri di jalan utama yang cukup untuk dilewati sebuah kereta
kuda.
Tak satupun suara serangga terdengar, dan tak satupun tikus sawah yang
terlihat di tempat ini, seolah waktu di desa ini telah berhenti.
Tanpa mendapat izin siapapun, Emi berjalan memasuki sebuah rumah yang
memiliki kondisi paling baik di dekat jalan dan memasang tenda yang dia bawa.
Ini adalah untuk menghindari agar orang tidak melihat sinar yang dikeluarkan
Alas Ramus ketika dia termaterialiasi sekaligus asap ketika dia memasak.
“Tak usah khawatir. Karena.... ini kan rumah milik orang yang mama kenal.”
Makan malam hari ini adalah pasta sup kentang yang dimasak hingga kering
kemarin malam, dan ditemani nasi instan yang dia bawa dari Jepang, Gotou
Rice yang terkenal.
Usai menambah air panas untuk merubah pasta kentang menjadi sup, Emi
menggunakan air panas yang tersisa untuk memanaskan beras.
Lalu dia mengeluarkan beberapa daging yang telah diawetkan, yang mana bisa
bertahan lama, dan menyelesaikan persiapan makan malam.
Alas Ramus, disinari oleh cahaya dari lampu, sama sekali tak takut dengan
kegelapan di sekelilingnya, dan malah ingin meminum sup kentang yang
kelihatannya sangat dia sukai.
Karena ini untuk Alas Ramus, Emi dengan teliti mengatur suhunya, dan seperti
biasa, menyuapkan supnya pada Alas Ramus.
“Bagaimana?”
“Um, enak.”
Makan malam di kampung halaman Emi yang terlantar berlalu dengan damai.
Setelah Alas Ramus mengisi perutnya dengan kentang dan sup, Emi mulai
memasak makan malam untuk dirinya sendiri.
Sebagai orang dewasa, Emi sama sekali tak pilih-pilih soal makanannya, jadi
dia hanya memakan beberapa roti gandum dan daging yang telah diawetkan,
ditambah sup Alas Ramus.
"Mama."
"Di rumah ini, seorang kakek bernama Kfar dulu tinggal di sini...."
Dulu, sepasang suami istri berusia sekitar 10 tahun lebih tua dari ayah Emi,
Nord, tinggal di sini, Emi bahkan ingat kalau mereka adalah pembicara yang
hebat.
"Ugh... itu rumah nenek Lilina. Dia itu wanita tua yang ahli merajut."
"......."
Tujuan apa yang dimiliki Alas Ramus ketika menanyakan pertanyaan ini?
Apa itu hanya pertanyaan polos dari seorang anak kecil? Ataukah dia sedang
mencari kebenaran, menunjukkan kebijaksanaannya yang terkadang muncul?
Setelah Emi mendapatkan perlindungan dari Gereja, desa Sloan pun menjadi
pengorbanan untuk pasukan Lucifer tak lama setelahnya.
Mempertimbangkan jarak antara desa Sloan dengan titik paling barat di Benua
Barat, Holy Saint Ignord, insiden itu mungkin terjadi satu bulan setelah Emi
meninggalkan desa.
Tepat ketika Emi menelan memori kelamnya bersama dengan roti yang dia
gigit, Alas Ramus mengajukan pertanyaan lain,
"Mama, iblis yang kau maksud, apa itu si Wajah Putih Palsu?"
"Eh?"
"Menakutkan, dan membuat semua orang menangis, apa itu si Wajah Putih
Palsu?"
"Bu-bukan dia."
Tidak, Emi sudah tahu, sebelum mereka berdua memiliki hubungan seperti
sekarang ini, Alas Ramus memang memiliki kebencian yang aneh terhadap
Malaikat Agung Gabriel, tapi meski begitu, pertanyaan ini masih sangat
mendadak.
"Uh, erhm, maaf. Mama benar-benar tidak paham apa yang Alas Ramus
katakan....."
Selain itu, meskipun sejak awal Alas Ramus tahu mengenai 'malaikat', tapi apa
dia mengerti konsep mengenai 'iblis'?
Logikanya, dengan menjadi pedang suci Emi 'Evolving Holy Sword, One
Wing', Alas Ramus seharusnya pernah melihat wujud iblis Maou dan Ashiya
beberapa kali, tapi walau begitu, sikap Alas Ramus terhadap mereka berdua
tetap tidak berubah.
Jika ini setengah tahun yang lalu, Emi pasti bisa berbicara mengenai monster-
monster mengerikan ini dengan lancar.
Tapi yang melayang dari dasar ingatannya, adalah apa yang Gabriel katakan
sebelumnya.
Raja para Iblis, Satan yang tinggal di Jepang dengan penampilan seperti
manusia.
Emi yang sekarang, tak punya jawabannya, jadi dia tidak bisa menjawab
pertanyaan Alas Ramus.
"Mama?"
Ada alasan lain yang membuat Emi tak bisa menjawab.
Iblis menakutkan yang telah mengusir orang-orang dari desa, bukanlah siapa-
siapa, melainkan Papa yang Alas Ramus kagumi.
Entah sebagai Pahlawan, atau sebagai manusia, saat ini Emi tidak bisa
memberitahu Alas Ramus kalau Papanya adalah seseorang yang seharusnya
dibenci.
Meski di suatu tempat di hatinya Emi tahu kalau ini tidak akan menguntungkan
hidup Alas Ramus, dia tetap tak bisa mengeraskan hatinya di momen yang
singkat ini, dan memberitahu putri tercintanya bahwa dia akan memutar bilah
pedangnya melawan papa yang ia kagumi.
Ditambah lagi, dalam situasi di mana dia tahu bahwa ayahnya mungkin masih
hidup, apakah hal itu memang perlu dilakukan atau tidak, menjadi tidak jelas
bagi Emi.
Apapun yang terjadi, jika dia mengkhianati cinta putrinya demi menuntut balas
dendam, bukankah Emi akan menjadi makhluk yang sama seperti 'iblis' yang
dia benci?
Bahkan di sini, jika dia mengingat wajah idiot Maou yang sangat mengganggu
itu, Emi pasti merasakan sesuatu yang berbeda dari rasa kebencian ataupun
kemarahan, yaitu sebuah rasa frustasi yang bercampur dengan kecemasan.
"Kalau aku kehilangan kesabaran terhadap orang itu sedikit saja, dia pasti akan
membuatku merasa sangat cemas seperti sekarang dan dengan tidak senonoh
berbicara soal ambisinya sambil melewati hari-harinya dengan santai, itu
menjengkelkan."
"Uu...."
"Dengar Alas Ramus, para iblis itu sangat licik, curang, dan melakukan apapun
yang mereka inginkan."
"Licik, curang....?"
"Serius ini, hal bagus apa sih yang Chiho-chan lihat dari pria itu, aku benar-
benar tidak mengerti."
Emi yang merasa jengkel terhadap hal-hal sepele ini, menunjukkan senyum
jahat di bawah cahaya lampu saat dia tiba-tiba memikirkan sesuatu.
"Benar, Alas Ramus, saat kita pulang... minta papa untuk mengajarimu!"
"Papa?"
"Yeah, kau bisa bertanya pada papa 'Apa iblis itu?' Karena papa tahu segalanya,
dia pasti akan mengajarimu."
"Aku mengerti."
Sungguh kejam.
Tapi dari sudut pandang Emi, dia memang tidak bisa menerima fakta bahwa
dialah satu-satunya orang yang merasa gelisah dengan hubungan antara Alas
Ramus dan Maou.
Jika dia tidak membuat Maou ikut memikirkan soal masa depan, maka itu akan
jadi tidak adil.
"Sebentar lagi. Kita akan mengadakan pesta untuk Chi nee-san nanti, di saat
itu, papa pasti akan datang."
"Meski ini sedikit terlalu awal, tapi ayo tidur setelah membereskan semuanya.
Kita masih harus bangun pagi besok."
Emi menyimpan semua barangnya selain tenda, kantong tidur, dan lampu ke
dalam tas, membawa Alas Ramus, memasuki tenda, dan membuka kantong
tidurnya.
Akhirnya, Emi juga masuk ke dalam kantong tidur, dan setelah bermain
sebentar, dia kemudian mengeluarkan Alas Ramus.
Beberapa dongeng dan legenda dari bumi terlintas di pikirannya, namun, Emi
menggelengkan kepalanya pelan, dan setelah menyalakan lampu dengan
setting paling kecil, dia mengatakan,
"Kalau begitu... akan kuceritakan sebuah legenda kuno dari Ente Isla. Ini
adalah cerita tentang seorang putri yang ditangkap oleh iblis menakutkan, dan
seorang raja muda pergi untuk menyelamatkannya....."
Di sudut sebuah desa terlantar yang mana bahkan cahaya bulan tak bisa
meraihnya, senja milik 'ibu' dan 'anak' perlahan menjadi semakin larut.
Emi membatalkan wujud Alas Ramus yang masih tertidur dan bergabung
dengannya, dia kemudian berjalan-jalan di desa tak terurus itu di bawah
matahari yang cerah.
Meskipun tempat ini masih merupakan desa yang sangat sepi, yang bahkan
keberadaan binatang kecil pun tak bisa dirasakan, karena Emi pernah
mengambil jalan memutar saat perjalanannya dulu dan datang ke sini untuk
mengusir binatang liar dan binatang iblis yang mendiami desa, di tempat ini
pun hampir tak terlihat pelapukan.
Apa yang mengejutkan adalah, walau pemandangan di sini menjadi sangat
berbeda setelah banyak bangunan runtuh, tapi tubuh Emi masih mengingat
jalannya dengan jelas.
Sinar matahari bersinar dari balik pegunungan nan jauh, dan Emi, seperti
ditarik oleh pemandangan itu, melintasi jalan utama dan mencapai lingkar luar
desa.
Pohon, yang beberapa bagiannya dapat dilihat dari sisi lain jalan, adalah tempat
di mana Emi menghabiskan makan siang bersama ayahnya yang pergi ke
ladang untuk bekerja.
Saat itu juga, seolah merespon kata-kata Emi, sang fajar mengulurkan
tangannya dari balik pegunungan untuk menyinari ladang.
Bahkan dengan sudut pandang Emi pun, dia bisa tahu kalau kepala gandum ini
tak akan bertahan hingga musim gugur.
Tapi meski begitu, Emi tak bisa menahan keinginannya untuk berteriak ke arah
langit pagi dengan matahari terbitnya.
Meski mereka telah diinjak-injak oleh para iblis dan kehilangan pengurusnya
selama bertahun-tahun, tanaman gandum ini dengan kokoh masih terus
bertahan melewati diagenesis.
(T/N : Diagenesis, perubahan fisik dan kimia yang terjadi saat perubahan batu
sedimen)
"Apa kau benar masih hidup di suatu tempat sana? Bisakah kita, tinggal
bersama lagi....."
Bukti bahwa ayahnya masih hidup ada di hadapannya. Hal yang dia anggap
telah hilang setelah mengalami teror dan keputusasaan tepat berada di
hadapannya sekarang.
Emi tidak ingin mengalami keputusasaan itu lagi. Apapun yang terjadi, dia
akan mempertaruhkan hidupnya untuk melindungi pemandangan ini.
"Alas Ramus, aku masih bisa berusaha... Aku harus berusaha keras!!"
"Mama.... fwah...."
Emi dengan erat memeluk Alas Ramus yang tiba-tiba terbangun dan nampak
masih ingin tidur, dia kemudian buru-buru berlari menuju jalan yang dia ambil
untuk sampai ke tempat ini.
Itu karena dia ingin cepat-cepat mengemasi barangnya di rumah Kfar, dan
menuju rumah yang dia tinggali bersama ayahnya.
Dan dengan tempat itu sebagai titik awalnya, dia akan menyelesaikan
tujuannya kembali ke Ente Isla.
Sesuatu yang cukup untuk mengungkap kebenaran di balik misteri Ente Isla
dan bumi.
Usai menemukan keajaiban tak terduga ini, Emi pun memendam perasaan
yakin tersebut.
XxxxX
Emi yang konsentrasinya hancur, duduk dengan lesu di tempat yang dulunya
adalah dapur.
Saat ini adalah siang di hari ketiga Emi mencari di rumah lamanya.
Hari pertama ketika ia mengetahui bahwa ladang gandum milik ayahnya masih
bertahan, Emi merasa sangat tersentuh bahkan sampai menangis, dia melihat
hal tersebut sebagai pertanda bagus, dan yakin bahwa dia pasti akan
menemukan petunjuk yang bisa menyelesaikan situasi yang saat ini dunia
hadapi. Namun, mulai dari saat ia dipenuhi motivasi dan berpindah ke rumah
lama yang sangat dia rindukan sebagai titik awalnya, kini tiga hari telah
terlewati.
Rumah Justina hanyalah rumah petani biasa. Mereka tidak memiliki mansion
mewah ataupun tanah yang luas.
Memang ada beberapa tanda kerusakan seperti rumah lain, tapi rumah ini
masih bertahan dengan kondisi yang mirip seperti di ingatan Emi.
Ruang keluarga tempat mereka mengawasi api kompor bersama dan tertidur.
Ketika dia melihat ranjang yang ia gunakan saat kecil dulu, Emi bisa
merasakan air mata di matanya karena perasaan nostalgia.
Selain menjadi rumah Emi dan ayahnya, Nord, tempat ini juga
merupakan rumah ibu Emi yang menyembunyikan pergerakannya dan terlibat
dengan manusia Ente Isla dan bumi.... rumah Lailah.
Emi memang tidak tahu banyak hal saat masih ia kecil, benda-benda yang tidak
boleh dia sentuh, dan tempat-tempat yang tidak boleh dia masuki, mungkin
menyembunyikan beberapa petunjuk.
Sejak awal, rumahnya memang tidak memiliki banyak lemari, ataupun rak
buku, ataupun furnitur yang bisa menyimpan banyak barang.
Tempat ini bisa saja sudah dijarah oleh bandit setelah menjadi desa terlantar,
tanpa mempertimbangkan barang-barang berharga berukuran kecil, tak
mungkin ada bandit yang akan sengaja mencuri furnitur besar seperti lemari.
Sementara untuk basemen, rumah Emi sejak awal tidak memiliki basemen.
“Di saat seperti ini, seharusnya ada basemen rahasia atau apa gitu....”
Tapi meski dia mengeluh, hal itu tak akan ada gunanya.
Setelah itu, Emi pun mencari di pondok alat pertanian, di belakang kompor,
serta di belakang dan di dalam oven, tempat-tempat yang tidak boleh dia dekati
sewaktu kecil, tapi selain membuat wajah dan kepalanya dipenuhi jelaga dan
kotoran, dia sama sekali tidak menemukan apapun, dan pada akhirnya, saat
sedang makan malam....
Ucap Alas Ramus tanpa ampun, membuat Emi merasa sangat depresi.
Selama hari kedua, Emi pun memutuskan mencari di buku dan dokumen yang
tertinggal di rak buku.
Buku kertas di Ente Isla adalah produk mewah, jadi entah itu kertas kayu,
kertas kulit domba, ataupun kertas pohon lontar, benda-benda yang bahkan
tidak bisa disebut kertas yang dibuat secara kasar itu juga digunakan untuk
menerbitkan dokumen penting, hal itu sama sekali tidak aneh.
Karena tidak ada banyak buku atau dokumen yang tertinggal, Emi mengira
kalau dia tidak akan menghabiskan banyak waktu untuk selesai membaca
semuanya....
Meski dia sudah mulai mencari dari pagi, bahkan setelah matahari terbenam
pun Emi belum juga selesai membaca semuanya.
Saat Emi menjadi semakin lelah membaca buku harian pertanian itu, dan
hendak memeriksa dokumen kertas kayu dan kertas bulu domba, dia pun
menyadari kebanyakan dari mereka adalah sertifikat pembayaran pajak selama
20 tahun, dan selain gandum, banyak sertifikat dan pengajuan ternak tercampur
di dalamnya.
Saat ini Alas Ramus sedang meminum sup kaleng instan yang larut ke dalam
air panas dengan nikmat, dan Emi, dia bertanya dengan maksud coba-coba.
“Tidak!”
Jawab gadis kecil itu tanpa ragu, membuat Emi menundukkan kepalanya,
merasa putus asa.
Meskipun ia hanya setengah serius, tapi rasanya seperti ia sekali lagi dipaksa
untuk menghadapi kenyataan yang kejam.
Namun hal itu sudah bisa diperkirakan, jika benar-benar ada reaksi semacam
itu di dekat sini, maka Alas Ramus akan menemukannya ketika ia memasuki
desa.
Pada akhirnya, meski data yang tertinggal tidak banyak, Emi tetap tidak bisa
selesai membaca semuanya dalam satu hari, sampai hari ini, di hari ketiga, dia
terus membaca dan menata dokumen-dokumen itu secara berurutan.
“Ataukah.... mereka sudah diambil oleh Olba atau Gabriel yang memiliki
pemikiran yang sama?”
Buku itu mungkin satu-satunya harapan Emi, itu adalah buku harian milik
Nord.
Dibandingkan buku harian pertanian, kepadatan tulisan di buku ini sama sekali
tidak bisa dianggap tinggi.
Dibandingkan buku harian pertanian yang mencatat tiap hari, buku harian ini
paling banyak hanya mencatat seminggu sekali. Daripada menyebutnya buku
harian, buku tersebut lebih seperti laporan mingguan.
Selain itu, meskipun kegiatan dan keseharian Emi saat ia masih kecil tercatat
di dalamnya, nama ibunya, nama Lailah, nyatanya tak sekalipun disebutkan,
dan tanggal di halaman terakhirnya juga sudah berhenti beberapa tahun
sebelum Pasukan Raja Iblis menyerang.
“Sertifikat pengelolaan lahan, ini sertifikat batas lahan pertanian, ini pengajuan
untuk penurunan pajak lahan kosong.....”
“Sertifikat pembayaran deposit pengelolaan jalan, apa ini? Kartu ucapan tahun
baru dari kepala desa ternyata tercampur di tempat seperti ini. Kertas kulit
dombanya taruh sini, lalu.... setelah itu surat izin dan hak...”
“Hak untuk memotong pohon dari hutan secara teratur, izin untuk penggunaan
kapak? Mereka bahkan punya benda seperti ini. Berikutnya....”
Emi melihat-lihat dokumen berikutnya sambil mengolah banyak surat izin dan
hak yang tidak pernah dia dengar sebelumnya....
“Izin dari raja untuk membangun rumah, izin renovasi, izin pembangunan, ini
semua adalah dokumen yang berkaitan dengan rumah. Izin untuk membangun
pondok alat pertanian, ini izin untuk membuka lahan pertanian baru.... eh?”
“Seingatku semua dokumen yang berkaitan dengan lahan ada di sini. Apa ini
diletakkan di tempat yang salah?”
Dilihat baik-baik, itu adalah dokumen yang dibuat di saat yang sama ketika
rumah ini dibangun.
Mungkin karena pada waktu itu penataannya tidak dikerjakan dengan baik, hal
ini jadi terlupakan seiring berjalannya waktu.
Ketika Emi memikirkan hal tersebut, dan hendak meletakkan izin untuk
membuka lahan pertanian baru itu ke kategori yang berhubungan dengan
lahan....
Dia menarik napas dan menatap kalimat yang ada di kulit domba tersebut.
Izin untuk membuka lahan pertanian baru, tepat seperti namanya, adalah
sebuah dokumen ketika seseorang ingin menggarap lahan pertanian baru,
diterbitkan oleh kepala desa dan raja yang menguasai wilayah di mana si
pemohon tinggal berdasarkan situasi pajak dan jumlah panennya.
Pembukaan lahan memang dilakukan oleh orang itu sendiri, sisi baiknya
adalah orang itu bisa mendapatkan lahan dengan harga yang murah, tapi karena
pajaknya berdasarkan luas lahan itu sendiri terlepas dari tingkat kesuburan
tanahnya, hal itu juga akan menambah beban pajak.
Jadi jika itu bukan petani yang punya banyak uang, mereka tidak akan
membuat pengajuan semacam ini.
Ditambah lagi....
Lahan yang tertera di sana berada di pegunungan sebelah timur desa, dan
jaraknya sangat jauh dari lahan lain yang dikelola oleh keluarga Justina.
Setelah mencocokkan peta yang dia dapatkan dari Emerada, Emi pun tahu,
bahkan dengan kecepatan berjalan orang dewasa, akan butuh waktu setengah
hari dari desa menuju tempat tersebut.
“Hmmmmm?”
Lokasi yang tercacat di atasnya, sama dengan izin pembukaan lahan baru tadi.
Selain gandum, ayahnya hanya punya pondok lain di rumah untuk memelihara
ayam, dan diambil telurnya untuk dijual.
Lalu, ada apa dengan lahan pertanian yang sepenuhnya berada jauh di luar desa
itu? Apa tujuan ayahnya membangun pondok itu?
Emi melompat dan dengan cepat membalik buku harian pertanian yang telah
ia baca sebelumnya, lalu pada tanggal yang sama dengan dua dokumen
misterius tersebut, dia menemukan catatan tentang operasi di dekat lahan
pertanian itu.
Di halaman selang tiga hari setelah penerbitan izin pembangunan pondok alat
pertanian itu, sebuah kata yang dia lewatkan saat pertama kali membaca tertulis
di sana.
Awalnya, Emi pikir itu adalah sebuah kesalahan atau catatan sederhana, dan
dia tidak memperhatikan arti nomor tersebut, tapi sekarang, pecahan informasi
ini menekan Emi.
"Alas Ramus...."
"... Uh Uhm..."
Tapi dia harus memastikan arti di balik potongan informasi ini dengan cepat.
Emerada akan datang menjemputnya dua hari lagi. Tapi tempat itu berlokasi
setengah hari jauhnya berjalan menggunakan kecepatan orang dewasa. Jika ini
adalah situasi di mana dia harus melakukan pencarian skala luas, dia mungkin
tidak bisa melakukannya tepat waktu sebelum hari yang telah dia sepakati
dengan Emerada jika ia berjalan ke sana.
Meski begitu, jika dia menunggu Emerada dan meninggalkannya di sini, itu
mungkin akan menyebabkan masalah untuknya karena dia juga harus
berkeliling dan mencari informasi di saat yang sama.
Jika itu hanya terbang, jika dia tidak terbang terlalu cepat, dia mungkin tidak
akan terdeteksi oleh musuhnya.
"Pada dasarnya tempat ini bukan Jepang, ada banyak orang di seluruh dunia
yang bisa menggunakan sihir suci."
Terutama di benua Barat di mana budaya sihir lebih maju daripada benua lain,
konsumsi sihir suci mereka setiap tahunnya 30% lebih banyak dibandingkan
benua lain.
Usai mengatakan hal tersebut, Emi menatap jam yang ada di tangan kirinya.
Ini adalah untuk membandingkan matahari antara di bumi dan di Ente Isla.
Meski ada perbedaan waktu di antara keduanya, tapi lama waktu dalam satu
hari antara di bumi dan Ente Isla itu hampir sama, hal ini hanya bisa
digambarkan sebagai sebuah keajaiban.
Karena Emi rencananya bertemu dengan Emerada di desa ini, dia akan
meminta Emerada untuk membuka gate di langit atas rumahnya saat ia kembali.
"Aku berangkat!"
Dia perlahan melayang di udara, dan hingga desa menjadi semakin jauh dari
pandangannya, Emi pun terbang menuju langit timur, tempat tujuan barunya
berada.
Emi pikir tempat itu hanyalah sebuah lahan yang tidak bisa digarap, tapi saat
musim tertentu, sepertinya itu digunakan untuk berburu.
Ada sebuah pemukiman di kaki gunung tersebut, nampaknya itu adalah tempat
istirahat untuk mengolah buruan.
Karena perbaikan tidak sampai ke tempat ini, hal tersebut membuat tempat ini
jadi tak berpenghuni, tapi di depan sebuah rumah, Emi menemukan peta yang
menunjukkan jalur pegunungan.
Emi datang ke tempat ini dengan banyak motivasi, beranggapan bahwa ini
adalah sebuah lahan tersembunyi. Tapi berdasarkan riwayat pendakian gunung
yang ditinggalkan, dia bisa tahu kalau sekelompok besar pemburu akan
memasuki gunung selama musim-musim tertentu, membuatnya khawatir jika
saja ayahnya berinvestasi dalam bisnis berburu saat jeda musim tanam.
Normalnya, beberapa pondok berburu akan tersebar di sekitar area berburu,
asalkan seseorang menjadi manajer di sini, ayahnya pasti bisa mendapatkan
sejumlah uang dari asosiasi pemburu.
Karena ia sudah bisa memahami hal semacam ini saat ia dewasa, tak disangka
melihat perhitungan ayahnya yang hati-hati dan teliti seperti ini, membuat Emi
merasakan sebuah perasaan yang kompleks.
"Tapi karena ada izin membangun pondok alat pertanian dan pembukaan lahan
baru, itu mungkin tidak ada hubungannya dengan berburu...."
Emi yang memasuki gunung setelah memikirkan hal tersebut, apa yang dia
hadapi adalah jalan setapak yang disebut jalur pegunungan.
Dia memang tidak pernah mengharapkan ada jalur pegunungan rapi seperti
yang ada di wisata pegunungan di Jepang, tapi dia juga tidak pernah
menyangka akan memasuki hutan di mana seorang amatir tidak mungkin akan
tahu apakah mereka sedang naik atau menuruni gunung bahkan saat matahari
belum terbenam.
Sekarang memang masih cukup terang, tapi karena wilayah pegunungan ini
ditutupi oleh pepohonan dari hutan purba, di dalamnya sangat gelap dan
dipenuhi dengan makhluk hidup.
Mungkin karena tidak ada pemburu yang memasuki tempat ini setelah
penyerangan Pasukan Raja Iblis, Emi kerap menemui tanaman yang tumbuh
di jalan setapak menghalangi jalannya ataupun binatang besar yang tidak akan
pernah dia lihat di Jepang muncul di hadapannya, menyebabkan kemajuan
pendakian gunungnya melambat secara signifikan.
Meskipun binatang liar sama sekali bukan tandingan Emi, karena ia termasuk
pengganggu di sini, Emi lebih memilih menghindari pertarungan dengan
binatang tak bersalah sebisa mungkin.
"Mungkin pemandangannya akan lebih baik kalau dari atas.... ah, sepertinya
bukan ide yang bagus."
Cabang dan daun dari pepohonan lebat itu tumbuh subur menutupi langit, dan
sangat gelap meski ini masih siang.
Bahkan jika dia terbang ke udara, Emi tidak berpikir bisa melihat keadaan di
tanah yang ditutupi oleh pepohonan.
Emi yang merasa gelisah, mulai membandingkan peta area luas yang ia
dapatkan dari Emerada dengan peta yang mencatat jalur pegunungan.
Di tambah lagi, apa yang lebih merepotkan di sini adalah dokumen tersebut
hanya menggunakan kata-kata untuk mencatat lokasi lahan itu, dengan peta
yang ia miliki sekarang, Emi tidak mungkin bisa menandai lokasi itu dengan
akurat.
"Setengah jalan pendakian gunung di lereng selatan.... sisi sebelah selatan itu
sangat besar, dan jalurnya belum dibersihkan, siapa yang tahu di mana titik
tengah pegunungan ini.... tapi kurasa aku sudah mendaki cukup tinggi."
Emi masuk dari sisi sebelah barat, tapi tak ada apapun di pegunungan ini yang
akan membuatnya paham batas antara area timur, barat, selatan, dan utara.
Dan kemudian.....
XxxxX
Alas Ramus yang ada di dalam kepala Emi, tiba-tiba ingin menyampaikan
sesuatu.
Meski merasa bingung, Emi tetap menurutinya dan membiarkan Alas Ramus
keluar.
"Mama, ke sini!"
Tapi tak disangka, Alas Ramus malah melewati tangan Emi, dan setelah
mendarat, dia mulai berlari dengan kaki kecilnya.
"Tu-tunggu, Alas Ramus?"
Gadis kecil itu menoleh dengan cemas untuk menyuruh Emi buru-buru, namun
Alas Ramus, berlari di jalan setapak, sama sekali tidak berhenti.
Meskipun Emi tidak perlu khawatir akan terpisah dengan Alas Ramus apapun
yang terjadi, dia tetap saja merasa panik.
"Tunggu, Alas Ramus! Kau mau pergi ke mana? Pa-paling tidak pakai dulu
semprotan pengusir serangga......"
Meskipun Alas Ramus sudah memakai baju lengan panjang dan celana, Emi
tetap khawatir jika dia digigit oleh nyamuk, atau jika dia lecet oleh popoknya
karena berlari terlalu cepat, ya, hal-hal sepele semacam itu.
Seorang gadis kecil berlari di jalanan yang tidak nampak memiliki plang
apapun sejauh apa yang bisa Emi lihat, dan mereka berdua berlari hampir
selama 15 menit.
Pada akhirnya, Alas Ramus berhenti di bawah sebuah pohon besar yang ada di
tepi jalan setapak.
"A-ada apa?"
Emi yang nyaris tidak bisa mengejarnya, mendongak menatap pohon besar
yang ada di samping tempat Alas Ramus berdiri.
Meskipun itu adalah pohon yang besar, tapi selain jalan setapaknya,
pegunungan ini memang tak jauh berbeda dengan hutan purba.
Karena itulah, pohon itu tidak nampak terlalu berbeda, dan juga tidak begitu
besar, ataupun menjadi bagian dari spesies yang langka. Hanya ada satu
perbedaan nyata antara pohon itu dan pohon sekitarnya....
Saat dia mendongak, Emi pun tahu kalau tak ada satupun daun di cabang pohon
tersebut, dan lumut serta tanaman merambat yang tumbuh di batangnya, pada
dasarnya tidak akan tumbuh di pohon yang hidup.
Alas Ramus, berdiri di samping Emi dan memandang pohon layu itu,
mengangguk untuk menjawab pertanyaan ibunya.
"Lewat sini!"
".....Eh?"
Tubuh kecil Alas Ramus, seperti sihir penembus, terhisap masuk ke dalam
batang pohon itu bersamaan dengan sebuah sinar redup.
Di tubuhnya, Emi tidak bisa merasakan Perak Surga yang menciptakan Pedang
Suci.
Tidak peduli bagaimana dia berteriak, Emi tidak bisa mendengar jawaban Alas
Ramus.
Saat Emi menjadi agak bingung karena situasi yang tak terduga ini...
Alas Ramus menjulurkan kepalanya dari dalam batang pohon layu itu dengan
ekspresi santai di wajahnya.
Tubuh Alas Ramus dan batang pohon itu mengeluarkan kabut bagaikan sinar
berwarna putih, sementara dahi Alas Ramus, memancarkan sebuah cahaya
ungu yang redup.
"Alas Ramus!"
Gadis itu langsung menarik kembali kepalanya masuk ke dalam batang pohon.
Emi yang sudah memastikan keselamatan Alas Ramus, merasa sedikit terkejut,
dan mencoba menyentuh pohon layu itu.
Kali ini, berapa kali pun ia berteriak, gadis kecil itu tidak menunjukkan tanda-
tanda akan kembali.
Seperti yang diduga, bagian itu juga terasa seperti pohon normal, dan kali ini,
Emi tiba-tiba kepikiran sesuatu.
Dengan kata lain, fragmen yang membentuk inti Alas Ramus sedang bersinar.
Evolving Holy Sword, One Wing, dan Alas Ramus sudah memasuki pohon
tersebut.
Kalau begitu, hanya ada dua fragmen lagi yang bisa Emi gunakan sekarang.
Itu adalah Armor Pengusir Kejahatan dan fragmen yang tertanam dalam sarung
pedang yang dibawa oleh Menteri Iblis Camio.
Emi mengambil botol kecil berisi fragmen yang dia buat menggunakan bahan
dari Tokyu Hands, dan dengan setengah yakin, setengah ragu, dia menuangkan
sihir suci ke dalamnya.
Dan kemudian....
"Wah!!"
Emi yang khawatir jikalau faksi Surga mendeteksi kekuatan fragmen tersebut,
hanya melepaskan sedikit kekuatannya, fragmen yang ada di botol kaca itu pun
menembakkan sinar ungu ke arah pusat batang pohon itu.
Emi menelan ludahnya dan menekankan tangannya pada tempat yang disinari
oleh cahaya itu.
"Waahh!!!"
Kali ini, tangan yang seharusnya menyentuh permukaan pohon layu, benar-
benar masuk ke dalam batang tanpa perlawanan apapun. Di saat yang sama,
Emi juga merasa ditarik oleh kekuatan yang begitu kuat dan terhisap masuk ke
dalam pohon layu tersebut, menghilang tanpa jejak.
"Sakiiiittttt....."
Meski dia sedang membawa barang bawaan, Emi tak merasa sedikitpun
perlawanan, dan karena ia begitu terkejut, ia jatuh dengan cara yang sangat
tidak pantas bagi orang terkuat di dunia, Sang Pahlawan.
Emi yang merasakan bau tanah setelah dia jatuh, perlahan bangkit dengan kerut
di wajahnya.
Alas Ramus yang melambaikan tangannya pada Emi, berada tak jauh di
depannya.
Emi menghela napas lega setelah memastikan keselamatan Alas Ramus, dia
kemudian segera mengendalikan ekspresinya dan mulai mengikuti di belakang
Alas Ramus.
Usai memastikan kalau Emi mengikutinya, Alas Ramus pun memandu jalan,
berjalan lurus mengikuti jalan setapak.
Fakta bahwa hal ini harus dipandu oleh Alas Ramus dan fragmen Yesod,
memastikan hal tersebut.
Waktu di jalan itu seakan berlalu seperti sinar dari pohon layu tadi, Emi
mengangkat fragmen Yesod di depannya, menggunakannya sebagai pengganti
lampu untuk menerangi kegelapan dan bergerak maju.
Emi berjalan lurus di jalanan sepi itu, di mana tak ada suara serangga ataupun
burung yang terdengar dan tak ada satupun keberadaan binatang liar yang bisa
dirasakan selama lima menit.
Keberadaan manusia tak bisa dirasakan di sini, dan meski tempat ini terlihat
tak terurus selama beberapa waktu, semenjak dia datang ke Ente Isla, ini adalah
pertama kalinya jantung Emi berdetak dengan begitu cepat.
Apa yang menggantikannya adalah dua cahaya bulan dan cahaya bintang
terang yang mulai muncul di langit senja. Mengobarkan cahaya yang sama
seperti di luar, dari posisi benda-benda langit ini, Emi bisa memastikan kalau
ini berada di lereng sebelah selatan yang ada di dokumen milik ayahnya.
"Mama!!"
Emi menyimpan fragmen Yesod ke dalam sakunya dan berjalan menuju Alas
Ramus.
Saat Alas Ramus berlari di jalanan pegunungan di luar pohon layu tadi, dia
jelas-jelas memang menuju tempat ini.
Emi merasa jijik dengan keadaan mentalnya yang lemah yang mana
membuatnya tidak bisa bertanya dengan benar.
Alas Ramus yang disimpulkan lahir di Kastil Iblis yang Maou bangun di Benua
Utama, memanggil Emi, yang logikanya tidak ada hubungan apapun
dengannya selain fakta bahwa Emi adalah pemegang fragmen Yesod, dengan
sebutan mama.
Emi tidak pernah mengira kalau dia tiba-tiba akan dipaksa menghadapi
jawaban ini.
"Bau, ibu....."
Langit sangat cerah, dan pemandangan yang terlihat dari lereng sangatlah luas.
Namun,
Hati Emi saat ini, seperti hari di mana dia dipisahkan dari ayah tercintanya,
terasa begitu terhimpit.
"Ada apa?"
"Lailah."
Alas Ramus yang tiba-tiba muncul di Villa Rosa Sasazuka, dulu pernah bilang
bahwa 'Papa adalah Satan'.
Namun, ketika dia bertanya siapa mamanya, Alas Ramus menggunakan jarinya
untuk menunjuk ke arah Emi.
Meskipun Alas Ramus memanggil Emi dengan sebutan mama, tapi dia tidak
pernah memanggil nama Emi.
Tentunya bagi Alas Ramus sekarang, mama yang dia cintai pastinya adalah
Emi.
Namun sejak tiba di Jepang, Alas Ramus selalu melihat Lailah di belakang Emi.
Dan jika Alas Ramus berpikir bahwa ayahnya adalah Maou, Raja Iblis Satan,
sementara ibunya adalah ibu Emi, Lailah, maka...
"Jadi ibu.... yang menyelamatkan orang itu ketika dia masih muda....."
Di kincir ria Big Egg Town, Emi mendengar masa lalu dari seorang Maou
Sadao.
Emi sudah curiga pada waktu itu, namun ketika kenyataan terhampar di
hadapannya seperti ini, kedua kakinya tetap terasa gemetar sampai-sampai dia
nyaris tak sanggup berdiri.
"Si.... Raja Iblis bodoh itu... apa maksudnya dengan 'seseorang yang tidak
kukenal'....."
Emi memarahi Maou yang tak ada di sana dengan suara bergetar.
Ketika Emi bertanya siapa malaikat yang menyelamatkan Maou kecil, Maou
menjawab 'dia bukan seseorang yang kau kenal'.
Memang benar kalau Emi tidak memahami ibunya, dia pun tidak tahu malaikat
yang dikenal sebagai Lailah.
Tapi walau begitu, dia setidaknya tahu bahwa 'malaikat bernama Lailah adalah
ibunya'.
"Bagiku..... merasa seterguncang ini, bukankah ini artinya aku seperti sudah
bisa ditebak dan membuat pria itu khawatir....."
Tak peduli sebanyak apapun dia marah, semua yang Emi lihat sejauh ini, hanya
mengarah pada satu kebenaran.
Ibunya telah menyelamatkan nyawa Raja Iblis Satan muda, dan begitu Satan
itu tumbuh, dia menyerang Ente Isla dan menghancurkan kehidupan Emi
bersama ayahnya, sekaligus kemakmuran dan nyawa banyak manusia.
"Aku....."
Emi tidak sebegitu bodohnya sampai dia ingin bertanggung jawab atas
tindakan ibunya yang tidak berkaitan dengan dirinya.
Baik Emi yang sekarang, ataupun Maou yang ada di bumi, mereka tidak tahu
tujuan di balik tindakan Lailah, namun mereka juga tidak berpikir kalau Lailah
bertindak tanpa berpikir.
Lalu, motif apa yang ibunya miliki ketika menyelamatkan Satan muda?
"......"
Alas Ramus terlahir dari fragmen Yesod yang Lailah percayakan pada Maou.
Dari poin ini, bisa saja dia beranggapan bahwa tujuan Lailah membantu Maou
adalah agar Alas Ramus bisa terlahir ke dunia ini, namun, Maou baru
mengetahui eksistensi Alas Ramus belakangan ini, dan bahkan lupa soal
fragmen tersebut.
"Tapi...."
Emi memikirkan kembali saat dia menyerang Kastil Iblis di Benua Utama
bersama dengan Emerada, Alberto, dan Olba.
Dulu, Emi sangat yakin kalau cahaya ungu yang dipancarkan pedang suci
adalah cahaya pemandu yang mengarah pada lokasi Raja Iblis.
Legenda cahaya yang memandu Pahlawan menuju lokasi Raja Iblis telah
diturunkan dari generasi ke generasi bersama dengan Perak Surga yang
menjadi inti Pedang Suci dan Armor Pengusir Kejahatan, tapi saat ini, Emi
tahu bahwa itu adalah berkat pedang suci dan fragmen Yesod yang nantinya
menjadi Alas Ramus, saling menarik satu sama lain.
"Eh......?"
Cahaya pemandu dalam legenda Gereja, hanyalah efek dari fragmen Yesod
yang saling tarik menarik.
Kalau begitu, jika pada waktu itu Emi mengalahkan Raja Iblis Satan,
bagaimana keadaan ini akan berkembang?
"Uuu??"
Jika cahaya pemandu itu tidak menghilang setelah Raja Iblis Satan dikalahkan,
Emi pada waktu itu mungkin akan berpikir ada sesuatu yang lain. Jika dia terus
maju bersama cahaya pembimbing itu, dan menemukan fragmen Yesod
sebelum Alas Ramus mendapatkan wujud ini.....
Emi beranggapan bahwa Evolving Holy Sword One Wing yang bergabung
dengan Alas Ramus, adalah sesuatu yang kebetulan terjadi ketika dia
menghadapi Gabriel di bumi.
Tapi pada waktu itu, bukankah Alas Ramus menggulung pedang suci dan
memakannya atas kemauannya sendiri?
Dengan kata lain, mereka ingin kembali ke wujud awal mereka, iya kan?
Tepat seperti pedang suci Emi, Armor Pengusir Kejahatan, dan Alas Ramus.
Selain itu, karena dia tidak tahu apa yang terjadi pada Sephirah sehingga bisa
menjadi fragmen, otomatis Emi juga tidak tahu siapa dan bagaimana
menghancurkannya.
Tapi rantai aksi yang telah Lailah terapkan pada mereka sejak awal, rasanya
terlalu dipaksakan.
Bagaimanapun, hanya satu fragmen saja sudah cukup untuk membuat malaikat
penjaga Gabriel dan malaikat agung Sariel untuk mencarinya secara pribadi
dengan nyawa sebagai taruhannya, jadi pasti ada kaki tangan lain.
Jika itu benar, maka orang yang punya hubungan dekat dengan Lailah itu
seharusnya paling tidak adalah penghuni Surga.
Dalam insiden dengan Tokyo Tower sebagai pusatnya, Raguel pernah bilang
kalau Lailah saat ini sedang diburu oleh Surga, dan hal yang mengganggunya
adalah, berbicara mengenai orang dengan situasi yang mirip seperti Lailah,
selain Urushihara Hanzo alias Fallen Angel Lucifer, Emi tidak bisa
memikirkan orang lain lagi.
Itu bukan karena kehidupan Urushihara yang buruk, dan sangat tidak seperti
malaikat.
Itu karena, jika Urushihara memang ada hubungannya dengan fragmen Yesod
dan merupakan kaki tangan Lailah, maka sikapnya terhadap pedang suci Emi
dan Alas Ramus seharusnya sedikit berbeda.
Ketika Alas Ramus muncul di Sasazuka, dia juga terlihat bingung dengan
urusan balita layaknya Maou dan Ashiya.
Pemikiran Emi juga semakin menyempit karena dia tidak punya cukup
petunjuk, dia pun menghela napas.
Jika orang yang menyelamatkan Satan muda, Maou, memang benar Lailah, itu
artinya jangkauan aksi Lailah juga termasuk Dunia Iblis, yang mana berarti,
fragmen lain mungkin juga berada di Dunia Iblis.
Apa yang ibunya percayakan pada Chiho, ingatan tentang ayahnya dan pedang
suci lain.
Dan apa yang ayahnya katakan ketika dia menyerahkan Emi pada Gereja yang
datang untuk menjemputnya sebelum penyerangan Pasukan Raja Iblis.
"Ibumu masih hidup di suatu tempat di luar sana.", dan bukti paling nyatanya
adalah lokasi yang tidak bisa dimasuki tanpa fragmen Yesod ini. Ini artinya
ayahnya sudah tahu semuanya mengenai Lailah. Alasan kenapa dia
mengajukan akta dan hak milik tempat ini, adalah agar ia memiliki alasan
untuk membawa peralatan dan bahan yang dibutuhkan ke pegunungan untuk
mengatur tempat ini.
Ditambah lagi, asalkan Nord membayar pajaknya dengan benar, maka kepala
desa dan raja tidak akan memperhatikan apakah dia menggunakan pondok dan
lahan ini atau tidak, mereka juga tidak akan mau repot-repot melakukan
inspeksi lahan kecil seperti ini setiap tahun.
Pada kenyataannya, bahkan jika seseorang datang untuk memeriksa tempat ini,
orang normal pasti hanya akan melihat sebuah pohon layu dan lahan yang tak
digarap. Paling banyak, mereka mungkin akan berpikir kalau reklamasinya
telah gagal.
Emi berbalik dan menatap jalanan dari pohon layu itu hingga menuju ke sini.
Ayahnya bukanlah seorang penyihir yang kuat, fakta itu sudah sangat pasti.
Meskipun dia tahu soal sihir, menciptakan sebuah ruang di mana kuncinya
adalah fragmen Yesod, bahkan Emerada pun pasti akan kesulitan
melakukannya.
Bagaimanapun....
"Selama aku menyelidiki tempat ini dengan benar, aku pasti bisa menemukan
rahasia ibu dan ayah."
Meskipun Emi bisa menemukan jawabannya, dia tidak yakin apakah dia bisa
mengklarifikasi fakta rumit nan aneh ini atau tidak.
Emi sadar kalau rasa gemetarnya karena merasa begitu terguncang telah
berhenti ketika dia mulai berpikir.
"Aku tidak tahu apapun saat ini.... Dan aku juga tidak tahu kebenarannya."
Jika dia ingin merasa putus asa, maka belum akan terlambat untuk
melakukannya setelah memperoleh jawaban dari semua ini.
"Pertama aku harus mencari di seluruh pondok ini! Ayo Alas.... eh, Alas
Ramus?"
Emi yang memaksa dirinya untuk kembali ceria dengan sikap setengah
mendendam, berteriak untuk menyemangati dirinya sendiri, namun setelah
menyadari bahwa Alas Ramus menghilang, dia dengan panik langsung
memanggil-manggil nama gadis itu.
"Alas Ramus? Di mana kau?"
"Ja-jangan-jangan??"
Dan mustahil di sini ada pagar yang terpasang di batas antara lahan dan lereng
untuk mencegah agar seseorang tidak jatuh, Emi yang khawatir jikalau gadis
itu jatuh terperosok saat ia tidak berada dalam pengawasan, sesaat terlihat
pucat.
Dia memang tidak perlu khawatir jika Alas Ramus tersesat, dan dia juga bisa
terbang sendiri, namun, apakah gadis itu bisa membuat penilaian dengan benar
berdasarkan situasinya untuk menggunakan kekuatannya atau tidak, adalah
masalah yang beda lagi.
Emi yang khawatir kalau Alas Ramus terluka karena jatuh dari lereng, pergi
ke belakang pondok untuk mencari gadis itu.
Begitu dia menemukan sesosok figur kecil berdiri di belakang pondok, Emi
pun bernapas lega.
"......"
Emi berjalan ke samping gadis itu dan menatap ke arah yang sedang ditatapnya.
"..... Acies."
"Eh?"
"A-Acies?"
"Mama, Acies ada di sini! Acies dulunya ada di sini! Tapi sekarang dia hilang!
Kenapa?"
"Alas Ramus, Acies yang kau sebutkan..... apa itu maksudnya Acies Ara?"
Apa yang Lailah serahkan pada Chiho, dan apa yang Chiho serahkan pada Emi,
ingatan mengenai ayahnya yang ada di ladang gandum.
Emi merasa kalau nama yang berarti 'Pedang Bersayap' dalam bahasa Pusat
Perdagangan itu, adalah nama pedang suci lain selain Evolving Holy Sword,
One Wing.
Namun....
Emi pernah melihat eksistensi yang sama seperti Alas Ramus dengan mata
kepalanya sendiri.
Dia adalah anak yang nampaknya terlahir dari Geburah Sephirah, Iron.
Jika demikian, maka Acies Ara yang memiliki kata 'Sayap' di namanya seperti
Alas Ramus....
Jika apa yang Maou katakan benar, seharusnya Alas Ramus terlahir dari
fragmen Yesod yang terkubur dalam tanah. Dari hal ini, bisa disimpulkan
bahwa fragmen Yesod yang merupakan wujud awal Acies Ara, juga dikubur
di dalam lubang tempat Alas Ramus merasakan sesuatu.
Dan mempertimbangkan bahwa dalam kurun waktu yang sangat lama tidak
ada seorangpun yang mengunjungi tempat buatan ayah dan ibunya ini .....
"Tidak! Mama juga harus mencari Acies! Bau Acies ada di sini!!"
"Tenang sedikit Alas Ramus, Acies, sep-seperti Iron, dia juga pergi ke tempat
lain."
Emi mencoba membuat Alas Ramus tenang, tapi gadis kecil itu masih tidak
menyerah.
Ketika mereka pertama kali bertemu Iron, Alas Ramus dengan gigih
menentang kehendak Emi dan membatalkan wujud Evolving Holy Sword, One
Wing, dan kali ini, ekspresi cemas Alas Ramus saat mencari Acies Ara, bahkan
lebih parah dibandingkan pada waktu itu.
"Alas Ramus....."
"Mama!!"
"Aci~es!!"
Pandangan Emi sesaat ditutupi dengan warna ungu dan putih saat Alas Ramus
berteriak.
Pedang suci melepaskan sihir suci dalam jumlah besar yang tidak pernah Emi
alami sebelumnya, dan tembakan sinar Yesod yang membelah langit Ente Isla,
bisa dengan mudah dilihat bahkan dari jarak puluhan kilometer.
Evolving Holy Sword One Wing dan fragmen Yesod yang ada di dahi Alas
Ramus sudah aktif sampai ke tingkat ini, dan Emi tidak sebegitu optimisnya
berpikir kalau dia tidak akan ditemukan oleh siapapun.
Karena kekuatan sekuat itu telah dilepaskan, tidak peduli di benua Ente Isla
mana fragmen Yesod berada, seharusnya ada beberapa reaksi. Namun, saat ini
tak ada satupun reaksi dari Acies Ara.
"Tidak apa-apa, mama tidak marah! Alas Ramus tidak melakukan sesuatu yang
nakal!"
"Bagi Alas Ramus, Acies Ara itu adalah eksistensi penting seperti Iron dan
Malkuth kan?
"..... Un."
"Kau selalu, selalu ingin bertemu dengan mereka, kan? Karena kau selalu
sendiri! Semenjak meninggalkan Pohon Kehidupan, kau selalu saja sendiri!"
"..... Un."
"Aku selalu sendiri..... dan selalu saja mencari, jadi, bahkan jika itu musuh....
bahkan jika itu musuh yang sangat kubenci sampai aku ingin membunuhnya.....
aku tetap ingin menemui orang itu!"
Emi berteriak saat dia menuruni gunung dengan kecepatan yang tidak normal.
Jalan setapak menjadi semakin lebar dan kecuraman lereng menjadi semakin
berkurang.
Meski begitu, Emi masih tidak bisa menyalahkan Alas Ramus, dan tidak
berniat melakukannya.
Itu karena dia juga selalu ingin bertemu seseorang yang membuatnya tidak
perlu menyembunyikan wujud aslinya, sekaligus kenal dirinya yang
sesungguhnya.
Selain berhubungan dengan Pohon Kehidupan, Alas Ramus itu tidak ada
bedanya dengan anak normal lainnya secara mental. Berpikir bagaimana dia
sudah berada di inti fragmen Yesod sendirian semenjak Raja Iblis Satan masih
muda, bagaimana bisa Emi menyalahkannya?
Pokoknnya, prioritas saat ini adalah lari sebelum ditemukan oleh musuh.
Tidak peduli musuh apa yang datang nanti, Emi seharusnya bisa melawannya,
dan menang.
Tapi jika medan pertarungannya ada di Ente Isla, maka tidak sulit
membayangkan jikalau musuhnya akan seperti Emi, dan memiliki kekuatan
yang jauh lebih kuat dibandingkan saat berada di Jepang.
Tak bisa dihindari, banyak kelompok yang bertentangan di sekitar Emi dan
Evolving Holy Sword One Wing, akan mulai merencanakan, meningkatkan,
dan menyalakan perselisihan yang sengit.
Emerada dan Alberto pasti akan terseret, dan pihak Gereja juga pasti tak akan
tinggal diam.
Jika markas pusat Gereja tahu kalau Emilia telah kembali ke kampung
halamannya, itu mungkin akan membahayakan Suzuno yang ada di Jepang.
Jika Suzuno terlibat, itu akan meningkatkan kemungkinan Jepang, Chiho, dan
Rika terpengaruh oleh bahaya tersebut.
Jika dia membuat kontak dengan musuhnya, lupakan soal Jepang, pada
akhirnya mungkin tidak ada tempat yang aman bagi Emi dan Alas Ramus di
Ente Isla.
Emi terus berlari, meskipun musuhnya mengetahui bahwa dia ada di Ente Isla,
dia tidak bisa membiarkan masalah ini menjadi konsumsi publik.
"..... Ugh?"
Namun...
"I-ini......"
Saat dia hampir melewati pusat plaza di area istirahat, Emi dengan panik
menghentikan langkahnya.
"Mama....."
"Itu gate..."
Emi tidak menyangka kalau mereka akan membawa pasukan dalam jumlah
besar seperti ini dan menggunakan gate untuk mengejar fragmen Yesod.
Yang pertama muncul dari retakan di tanah adalah sekumpulan orang dari
kekaisaran yang menguasai Benua Timur.... Kesatria dari Afashan.
Melihat tiap-tiap dari mereka memiliki bandana berwarna hijau giok dengan
pinggiran berwarna putih terikat di sekitar lengan mereka, mereka pasti adalah
pasukan dari Kesatria Josouikin.
"Ugh....."
Tak mempedulikan Alas Ramus yang sedang dalam keadaan bergabung, masih
terus menangis, Emi mengangkat tangannya, bersiap mematerialisasi Evolving
Holy Sword, One Wing.
Namun, setelah mendengar suara yang datang dari dalam gerombolan Kesatria
Josouikin, Emi sesaat menahan napasnya.
"Jika kau melakukan hal seperti itu, kau pasti akan menyesalinya."
Dua pria dengan perbedaan penampilan yang begitu jauh, muncul dari dalam
pasukan tersebut.
Satunya adalah pria tua dengan kepala botak yang memakai jubah pendeta
terhormat.
Dan yang lainnya adalah pemuda dengan gaya rambut afro yang memakai jaket
kulit dengan tulisan di atasnya mirip anak punk, yang mana tidak mungkin bisa
ditemukan di Ente Isla.
"Olba.... Raguel...."
"Kami baru saja mendeteksi reaksi yang begitu gila, jadi rasanya kami tidak
bisa dengan santai berjalan saat kami menyerang, tentu saja kami akan
menggunakan gate."
"Akan sangat merepotkan jika orang lain datang ke sini lebih dulu.
Ucap Olba dengan sebuah senyum, ekspresi itu, mirip saat dia bepergian
dengan Emi dan saat dia berdiri di hadapan Emi sebagai setelah
mengkhianatinya di Sasazuka, sebuah ekspresi yang sulit dibaca.
"..... Urusan macam apa yang dimiliki seorang pendeta kafir dan malaikat
pengadil sambil membawa banyak tentara Afashan seperti ini? Aku benar-
benar tidak paham maksud dari kombinasi ini!"
Ucap Emi sambil menatap tajam ke arah kepala botak dan afro tersebut.
Kata Emi dengan sikap kurang ajar sambil mengamati reaksi mereka berdua.
Lalu, setelah Olba dan Raguel saling menatap satu sama lain dengan kaget
karena alasan yang tak diketahui....
Emi merasa curiga dengan nada bicara tersebut, seolah Olba sedang
menyiratkan sesuatu dengan kata-katanya.....
"Ngomong-ngomong, meski ini tergantung pada sikapmu, tujuan kami kali ini
bukanlah merebut fragmen Yesod seperti saat di Jepang dulu. Karena
situasinya sudah sedikit berubah."
"Ditolak!"
Olba dan Raguel nampaknya sudah menduga kalau semuanya akan jadi seperti
ini, dan bahkan tidak mengernyit.
"Sentuh hati nuranimu dan pikirkan apa yang sudah kalian lakukan di Jepang!
Orang-orang seperti kalian yang dengan santainya melakukan hal-hal buruk
dan melukai orang tak berdosa demi tujuan kalian, bagaimana bisa aku
membenarkan kalian?"
"Yeah, memang tidak perlu dibantah kalau soal itu. Meski begitu, kau tetap
harus ikut dengan kami. Kau tidak punya hak untuk menolak."
"Terserah apa katamu. Lagipula janjiku bulan ini sudah penuh. Jika itu
supremasi murahan untuk bermain beberapa permainan rumah, maka carilah
Raja Iblis dan mainkan permainan itu!"
Usai mengucapkan hal tersebut dengan tekad yang kukuh, Emi menatap Olba
dan Raguel, mematerialisasi Evolving Holy Sword, One Wing.
"Olba, kau benar, aku memang bisa menyingkirkan kalian semua dengan
mudah asalkan aku serius. Dan aku tidak punya alasan untuk ragu. Mundurlah,
dengan begitu...."
"Tadi itu......?"
Tidak, tidak ada kehancuran besar yang terjadi dalam bidang pandangannya.
Getaran itu berasal dari sisi sebelah barat, yang mana merupakan kampung
halaman Emi, Sloan.
Mungkin karena ia sadar kalau Emi merasakan gelombang sihir iblis tersebut,
Raguel menunjukkan senyum menjijikkan, yang sulit dipercayai kalau itu
berasal dari seorang malaikat.
"Seorang Malebranche, Draghi apalah itu, dengan nama yang bisa membuatmu
dengan mudah menggigit lidahmu sendiri, sekarang ada di sana!"
"..... Jangan-jangan....."
"Bagaimanapun, ini kan Benua Barat, untuk menghindari agar tidak bentrok
dengan Kesatria Saint Aire yang tidak tahu apa-apa, aku mengingatkannya
untuk tidak melakukan sesuatu yang bodoh. Tapi jika kau tidak bersedia
mendengarkan kami, aku tidak bisa menjamin apa yang akan terjadi nanti."
"Malebranche itu juga iblis. Mereka memang tidak bisa memperoleh sihir iblis
di Benua Barat yang sedang menjalani perbaikan dengan lancar. Namun,
menghancurkan sebuah desa tak berpenghuni itu masih sangat mudah bagi
mereka."
Emi tidak akan pernah bisa melupakan jiwa jahat yang tidak mungkin milik
seorang manusia yang mana saat ini bersembunyi di balik wajah datar Olba.
"Jadi?"
Meskipun dia berpikir dengan seluruh kemampuannya, dia tetap saja dalam
keadaan rugi.
Bahkan jika dia menyingkirkan Raguel dan Olba sekarang dan terbang menuju
Sloan, bagi seorang iblis, menghancurkan ladang dan rumah lama Emi itu akan
sangat mudah.
Ketika mereka mampir ke Sloan saat perjalanan mereka memerangi Raja Iblis
Satan dulu, Olba tahu mengenai rumah lama Emi.
Meskipun beberapa gandum masih bertahan pada waktu itu, tapi ayahnya
sudah tidak lagi ada. Emi yang merasa ladang itu sudah tidak bisa diperbaiki,
kehilangan harapannya.
"A-aku...."
Di masa lalu, di antara banyak pertarungan berdarah yang dilaluinya, Emi terus
mengatakan hal itu pada dirinya.
Emi lalu melihatnya bersama dengan matahari pagi, dia melihat waktu yang
telah berhenti sejak dia masih muda dulu dikarenakan Pasukan Raja Iblis,
kembali berputar, begitupun harapan jikalau ayahnya mungkin masih hidup,
dan harapan jikalau gandum yang dia tanam bersama ayahnya masih bisa
bertahan.
Namun, harapan yang mampu menggerakkan waktu yang telah terpotong sejak
saat dia merasakan perpisahan menyedihkan dengan ayahnya, sekali lagi akan
dihancurkan di depan matanya.
Namun bagi Emi, itu adalah harapan yang sangat ingin dia wujudkan sejak saat
ia masih muda, sambil terus mempertaruhkan seluruh hidupnya.
Apa ini benar hati milik Pahlawan yang menyelamatkan dunia dari
keputusasaan?
Seolah mematerialisasi kelemahan hati Emi, Evolving Holy Sword, One Wing
di tangannya pun menjadi semakin kecil dan semakin pendek dibandingkan
wujudnya ketika berada di Jepang, dan kemudian menghilang.
".... Kalau aku mengikutimu, kau tidak akan menyerang desa itu kan?"
"Tentu saja. Dan aku sudah mengatakannya di awal tadi, kami sejak awal tidak
berencana melukaimu. Tapi agar kau tidak melawan ataupun melakukan
sesuatu yang bodoh seperti lari ke Jepang....."
Begitu ia berdiri di samping gate tersebut, Emi menengok ke arah gunung yang
baru saja dia turuni.
"Bukankah sudah kubilang aku tidak bisa memastikan berapa hari yang
dibutuhkan?"
"Batasnya satu minggu! Siapa juga yang akan menghabiskan banyak uang
untuk sesuatu yang hanya digunakan selama seminggu?"
"Itu masalahmu kan? Bagaimana jika semua ini tidak bisa diselesaikan dalam
seminggu? Kemungkinan bertambahnya waktu yang diperlukan juga harus
dipertimbangkan untuk menyiapkan kebutuhan kita!"
"Kau selalu saja berpikir pesimis! Ini bukan bagaimana jika masalah ini tidak
bisa diselesaikan! Melainkan masalah ini harus diselesaikan! Kita ini anggota
masyarakat, jadi kita harus menyelesaikan pekerjaan kita dalam waktu yang
sudah ditentukan!"
"Lalu, menetapkan jangka waktu yang tidak bisa ditepati apapun yang terjadi,
apa itu masih bisa dianggap sebagai anggota masyarakat yang terhormat? Jika
pekerjaan bisa diselesaikan hanya dengan mental dan prinsip yang kuat, maka
semua orang tak perlu bekerja begitu keras!"
"Terlalu terpaku pada idealisme itu tidak akan menyelesaikan apapun! Tidak
peduli seberapa keras kita bekerja, ada batasan bagi persiapan yang bisa kita
lakukan untuk situasi yang beragam! Menghemat biaya di tempat di mana kita
tidak bisa menghematnya, cukup PNS dan politikus saja yang melakukannya!"
"Apa katamu?"
"Kenapa?"
Chiho berusaha keras menenangkan Maou dan Suzuno yang sedang bertengkar.
Meski ketika mendengarkannya dari samping, hal itu terdengar seperti debat
tidak fokus antara si bos dan pegawai soal situasi pekerjaan akhir-akhir ini, tapi
sekarang, mereka benar-benar berada di pusat perbelanjaan bagian persediaan
kemah di Don Quijote Minamicho, yang mana berjarak 30 menit jauhnya
berjalan dari Sasazuka.
Agar tidak tertangkap oleh Kesatria Hakin dari Afashan yang memiliki
hubungan dengan musuh, Maou dan yang lainnya tidak akan tinggal di kota-
kota besar ketika pergi ke Afashan.
"Kita ini hanya bertiga! Membeli satu tenda saja sudah cukup! Karena kita
mungkin akan diserang oleh musuh, akan lebih baik jika ada sedikit barang
yang bisa dibuang!"
"Jangan bodoh! Sebaiknya dua tenda, dan satu kantong tidur per orang! Selain
harus merawat kesehatan fisik kita, pada dasarnya Acies dan aku itu wanita!
Bagaimana bisa kami berdesak-desakkan di dalam sebuah tenda kecil bersama
denganmu?"
"I-itu benar! Maou-san, tidur bersama dengan gadis itu tidak baik!"
"Berpikir begitu rendah terhadap diriku, aku tidak akan melakukan sesuatu
yang bodoh di saat seperti ini!!"
"Ma-maaf...."
"Selain itu, ini bukan masalah berpikir rendah terhadap dirimu atau tidak!
Padahal kau sudah bekerja setiap hari, apa kau tidak punya uang untuk
membeli tenda?"
"Jangan samakan aku dengan pengangguran kelas atas seperti dirimu! Aku ini
harus menyediakan makanan untuk bawahanku setiap hari!"
"Jangan membuatnya terdengar seolah-olah aku ini seperti Lucifer! Kasar
sekali!"
"Pokoknya, satu tenda saja sudah cukup! Ketika kita bertemu dengan Emi dan
yang lainnya, kita pasti akan kalah jika kita tidak bisa lari! Kita akan langsung
membuka gate begitu kita bertemu, dan meninggalkan Ente Isla!"
"Ugh... kalau begitu, setidaknya kita pilih kantong tidur musim panas yang ada
di sini! Ini kecil dan murah!"
"Di sana itu hampir musim gugur!! Mungkin saja di sana lebih dingin dari yang
diperkirakan! Jika kita terkena flu, bagaimana bisa kita punya energi untuk
melakukan operasi penyelamatan?"
"Ka-ka-ka-kalau begitu, kita bicarakan masalah tenda nanti, kenapa kita tidak
membeli barang-barang yang lainnya dulu? Kita bisa memutuskan setelah
memastikan jumlah barang bawaan yang lain, bukankah itu lebih baik?"
Untuk menenangkan Maou dan Suzuno yang obrolannya tidak punya fokus
sama sekali, Chiho pun mengajukan saran baru.
Namun.....
"Raja Iblis, bukankah sudah kubilang ada batas beban pada kargo moped?
Hanya bensin cadangan saja sudah sangat banyak, kenapa kau masih membeli
banyak air mineral?"
"Aku tidah tahu seperti apa sebelumnya, tapi aku ini sekarang manusia!
Bagaimana jika aku terkena diare karena tidak terbiasa dengan kualitas
airnya?"
"Dasar iblis lemah! Afashan itu tidak hanya kaya akan persediaan air, mereka
juga punya makanan yang melimpah! Ada sungai dan sumber air di mana-
mana, jadi kita cukup membawa saringan air dan tangki penyimpan air ini!
Soal airnya, kita bisa menyiapkannya di tempat!"
"Kubilang ya, bukankah memasak udon di alam liar itu terlalu berlebihan?"
"Kalau begitu, bukankah lebih baik kita membawa biskuit atau makanan
sejenis yang tahan lama, karena ini hanya dalam jangka waktu pendek?"
"Makanan adalah hal yang paling mendasar! Asalkan ada peluang, kita tidak
perlu hidup dengan cara yang susah seperti itu."
Hanya dalam masalah pengusir serangga, karena alasan yang tak diketahui,
mereka dalam sekejap langsung setuju.
"Ente Isla juga punya tipe yang dibakar, jadi kalaupun ada situasi yang
mengharuskan kita untuk meninggalkan mereka, itu akan membuat kita lebih
sulit untuk dilacak!"
"Tapi sebagai gantinya, jumlah barang bawaan kita akan bertambah,
sementara untuk tipe listrik, mereka bisa dinyalakan dan dimatikan dengan
menekan satu tombol! Dan benda ini tidak hanya punya mode pengisian daya
mekanis, tapi juga bisa digunakan untuk mengisi ulang HP."
"Tipe lentera bakarlah yang lebih baik! Bahan bakarnya bisa dibeli di Ente Isla,
jadi barang bawaan kita bisa dikurangi! Untuk mengisi ulang HP, kita hanya
perlu membawa power bank! HP itu hanya penguat untuk menggunakan Idea
Link di Ente Isla, tidak ada bedanya apakah mereka dihidupkan atau dimatikan,
dan memeriksa daya yang tersisa itu tidak berguna!"
"Salah! Lampu LED lebih nyaman! Jangan katakan kalau kau tidak punya
kepercayaan diri menggunakan produk elektronik sederhana seperti ini?"
"Apa yang kau bicarakan? Kau lah orang yang telah diracuni oleh ilmu
pengetahuan dan peradaban! Apa kau ini masih Raja Iblis?"
"Ugoh?"
"Ooh?"
"Kurang lebih aku tahu apa masalahnya! Kalian berdua tidak punya
pengalaman berkemah kan?"
""..... Ya.""
"Meski aku sudah punya beberapa gambaran, pada dasarnya Maou memang
tidak berani mengangkat kepalanya di depan gadis ya?"
"Uwaaahh!!"
Acies Ara tiba-tiba muncul, membuat Maou dan Suzuno dengan panik melihat
sekeliling mereka.
Mereka berdua pun bernapas lega setelah memastikan kalau tak ada orang di
sekitar mereka yang memperhatikan tempat ini, namun, hanya Chiho yang
mendongak menatap langit-langit toko, wajahnya terlihat tegang.
"Ugh, ma-maaf. Hey, Acies, bukankah sudah kubilang kau tidak boleh keluar
sesukamu....."
"Aku bahkan tidak berpikir ada kamera pengawas. Seperti yang diharapkan
dari Chiho-dono, kau memang tinggal di era modern!"
"Jika Suzuki-san melihat ini.... dia mungkin akan curiga apakah Maou-san itu
benar-benar Raja Iblis....."
"Benar juga, Suzuno-san, apa kau dengar persiapan macam apa yang dibuat
Yusa-san? Lain kali, pertimbangkan keadaannya dan bertanyalah di toko yang
lebih spesifik."
Setelah menoleh dan memastikan ketiga orang itu mengikutinya, Chiho tiba-
tiba mulai berpikir apa yang akan terjadi ketika Emi kembali dengan selamat.
Meskipun dari luar Rika sudah terlihat tenang, akankah dia bersedia
memaafkan Emi yang telah membohonginya?
Usai menyelesaikan diskusi di Kastil Iblis, Rika langsung pergi bekerja karena
ia punya jadwal kerja di hari itu.
Saat ini di belakangnya, Maou dan Suzuno terus melanjutkan debat yang
mereka mulai di Don Quijote, Chiho menoleh, menatap mereka berdua, dan
sekali lagi merasakan situasi yang tidak biasa di sekelilingnya.
Meskipun Chiho mencarinya ke seluruh dunia, takkan ada satupun orang yang
bisa menjawab pertanyaan ini.
XxxxX
"MgRonald Delivery!"
"""MgRonald Delivery!"""
"Tentu saja kalian bisa lebih dulu berlatih di cabang yang memiliki subsidi.
Bagi yang bersedia, bisa menemuiku nanti. Tapi karena jangka pengajuannya
pendek, orang yang memang ingin pergi harus menemuiku secepat mungkin."
"""Ya!!!"""
"Ah, satu hal lagi, meski tak perlu secara khusus mengatakannya pada kalian
sekarang....."
Dengan begitu, kalaupun dia berpartisipasi dalam latihan itu, dia tidak akan
bisa mengendarai moped untuk melakukan delivery, ditambah lagi, selama
jangka waktu pengajuan latihan itu, Maou tidak bisa datang ke restoran untuk
bekerja.
"Yeah, aku baik-baik saja. Hanya saja, karena aku tidak bisa berpartisipasi
dalam latihan itu, rasanya sedikit menyedihkan. Aku mungkin tidak akan gagal
di ujian mengemudi lagi, tapi ketika delivery dimulai, aku harus langsung
mulai berpartisipasi di dalamnya secara betulan."
"Eh.... Yeah."
Chiho nampak berkedip beberapa kali karena terkejut dengan jawaban Maou
dan tiba-tiba tersenyum paham.
"Huh?"
Maou yang memahami apa yang ingin Chiho katakan, juga ikut tersenyum.
Sebaliknya, hanya hari ini dia tidak bisa menemukan orang untuk bertukar
dengannya, dan karena Kisaki bilang kalau dia akan membagikan dokumen
penjelasan layanan delivery hari ini, Maou pun datang bekerja.
"Karena hal-hal yang harus kami lakukan di sana itu sederhana. Kami hanya
perlu membawa Emi dan yang lainnya kembali. Tak peduli halangan apa yang
akan kami hadapi, kami hanya harus menggunakan cara paksa."
"Tapi untuk hal ini tuh berbeda. Aku tidak percaya diri dalam membaca peta,
dan meski aku ingin sampai ke lokasi sebelum makanannya dingin, aku masih
harus menghadapi lampu lalu lintas, batas kecepatan, two point turn, dan
peraturan lain yang tidak boleh dilanggar."
(T/N : Two Point turn, cara putar arah ketika berkendara, cek di google kalo
pengen tahu :3)
Seorang Raja Iblis yang bisa terbang di udara, khawatir tentang melanggar
peraturan two point turn di Jepang, ketika Chiho memikirkannya, dia tanpa
sadar tersenyum.
(T/N : Alat yang Maou bicarakan namanya Tachometer. Gurita dalam bahasa
Jepang artinya Tako, jadi Maou menyebutnya alat cumi-cumi atau gurita.)
"Ahahaha."
Reaksi Maou membuat Chiho berpikir kalau dia ternyata sedikit bodoh karena
merasa gugup, meskipun ia tidak ikut pergi, dan hal itu membuatnya tertawa.
"Ini sama sekali tidak lucu. Jika perbandingan, situasi di mana apapun bisa
dilakukan terhadap musuh itu jauh lebih mudah. Kehidupan manusia memang
penuh dengan kesulitan."
"Lalu, berasumsi bahwa Maou-san akan menaklukan Jepang sebagai Raja Iblis
suatu hari nanti, akankah kau menghapuskan peraturan itu?"
"Tentu saja."
Jawab Chiho tanpa malu. Maou membalasnya setelah sedikit menghela napas.
"Hm?"
"Uh...."
"Tapi setidaknya, buatlah diriku yang akan ditinggal ini, merasa lebih tenang."
Meskipun Maou paham apa yang coba Chiho ungkapkan, karena alasan yang
tak diketahui, Maou malah menunjukkan ekspresi enggan.
Karena dalam skenario ini, karakter utama dalam petualangan ini sudah pasti
Maou.
"Hm? Hmmm?? Menyiapkan apa? Persiapan untuk pergi ke Ente Isla sudah
hampir selesai."
Yang mana berarti, andai Emi menepati janjinya dan kembali ke Jepang,
semuanya akan mengadakan pesta ulang tahun gabungan untuk Chiho dan Emi.
Namun, setelah memikirkan hal ini, Maou pun sadar kalau apa yang dia
katakan itu salah,
Karena rencananya adalah merayakan ulang tahun Emi dan Chiho, jika Maou
lupa hadiah Emi, itu berarti dia juga lupa hadiah Chiho. Maou yang sedang
panik, melanjutkan serangkaian alasannya, namun Chiho sepertinya tidak
benar-benar keberatan, dan bahkan....
"Tidak usah memikirkanku, aku sudah menerimanya dari Maou-san."
Meski Maou merasa bingung karena rasanya ia pernah mendengar hal ini
sebelumnya, tapi untungnya Chiho tidak terlihat marah.
Maou sama sekali tidak paham tujuan di balik menyiapkan hadiah untuk orang
yang tidak mau menerimanya, dan alasan kenapa Chiho sangat aktif mencoba
memperbaiki kesan Emi terhadap Maou.
"Dan.... saat ini Yusa-san pasti sedang menemui hal-hal yang dia benci.
Kalaupun dia kembali ke Jepang, melakukan hal itu memang tidak akan
menyelesaikan semua masalahnya, tapi agar Yusa-san bisa kembali sedikit
ceria setelah kembali, Maou-san sebaiknya tetap menyiapkan hadiah
untuknya."
Tatapan Chiho sangat serius ketika dia mengatakan hal tersebut, namun Maou
masih mencoba membantahnya dan mengatakan,
"Kalau begitu kau seharusnya sudah memprediksi kalau dia akan meneriaki
tindakanku, seperti 'Siapa juga yang mau menerima hadiah dari Raja Iblis?',
sesuatu seperti itu, ya kan?"
"Maou-san!! Yusa-san tidak akan melakukan sesuatu seperti.... uh, meski itu
tidak pasti..... tapi......"
Chiho yang hendak membantah jawaban dingin Maou, setelah
mempertimbangkan kalau kemungkinan hal itu terjadi tidak nol, dan
kemungkinan mendapatkan reaksi seperti itu lebih tinggi mengingat
kepribadian Emi, Chiho pun mulai tergagap.
"Huuuh.... pokoknya, setelah Emi kembali, kita hanya harus membuat Emi
ceria dan bertele-tele seperti sebelumnya, kan?"
"Terus? Hadiah apa yang Chi-chan siapkan untuk Emi? Aku ingin
mendengarnya sebagai referensi."
Si supervisor, merasa tidak senang dengan kedua orang yang belum kunjung
keluar setelah waktu yang cukup lama, menunjukkan ekspresi yang selangkah
lagi sudah seperti iblis, usai kembali ke ruang karyawan.
"Ma-maaf Kisaki-san!"
"Ba-baik!!"
Apapun alasannya, mereka sudah berbincang terlalu lama, Maou dan Chiho
pun dengan panik berlari keluar dari ruang karyawan bersama.
Belakangan ini, kalau mereka berada dalam shift yang sama, keduanya akan
bertugas di MdCafe yang ada di lantai dua.
Ini semua berkat latihan MgRonald Barista, dan saat mereka diusir ke lantai
atas oleh Kisaki....
""Pu!!""
Setelah melihat pelanggan yang terduduk di kursi barisan belakang, Maou dan
Chiho terlihat sangat terkejut.
Gumam Maou dengan volume yang tidak bisa didengar oleh Kisaki sambil
berjalan ke belakang counter, sementara Chiho, dia mengambil kain yang telah
disterilkan dan mulai membersihkan meja yang tidak digunakan.
Setelah selesai bekerja hari ini, Maou dan Suzuno akan pergi menuju Ente Isla
dari Museum Nasional Seni Barat di Ueno.
Maou tahu kalau Rika pernah bilang ingin melihat mereka berangkat, tapi
sekarang masih waktu makan malam. Waktu keberangkatan mereka adalah
tengah malam, berapa jam lagi orang-orang ini akan berencana duduk di sini?
Seperti Emi dan Alas Ramus, Maou dan Acies juga tidak bisa dipisahkan
melebihi jarak tertentu.
Namun, Maou sudah memastikan kalau jarak antara Villa Rosa Sasazuka dan
restoran di depan stasiun Hatagaya, masih tidak masalah, jadi dia
meninggalkan Acies di rumah agar bisa berkonsentrasi bekerja, tapi kalau
sudah seperti itu, bukankah dia akan terganggu sampai-sampai tidak bisa
berkonsentrasi bekerja?
"Oh ya, pelanggan yang duduk di sana itu, apa mereka temanmu?"
Dan saat Maou akhirnya bisa menyingkirkan pemikiran tentang Suzuno dan
yang lainnya dari dalam otaknya, Kisaki tiba-tiba membahas orang-orang itu.
"Erhm....."
"Eh, kenapa.....?"
Saat Maou ingin bertanya 'kenapa kau berpikir seperti itu?', dia tiba-tiba
merubah pikirannya.
"Karena dia terlihat sangat mirip dengan anak kerabatmu yang sebelumnya di
bawa Chi-chan dan Kamazuki-san ke sini."
Benar, ketika Alas Ramus masih tinggal di Kastil Iblis, agar Alas Ramus bisa
bertemu dengan Maou, Chiho dan Suzuno membawanya ke sini.
Alas Ramus dan Acies adalah saudara yang terlahir dari fragmen Yesod, di
mata Kisaki yang tidak tahu apa-apa, otomatis dia akan berpikir kalau Acies
adalah kerabat Maou.
Dan hal tak terduga lainnya adalah, Alas Ramus yang memiliki penampilan
seperti anak kecil, ternyata adalah si kakak, sementara Acies yang terlihat
sedikit lebih muda dibandingkan Chiho, rupanya adalah si adik.
"I-ini tidak seperti itu."
"Kenapa kau menjawab dengan samar begitu? Dua wajah baru lagi ya...."
Ini adalah kunjungan Amane yang pertama, dan ketika Rika mengunjungi
tempat ini sebelumnya, Kisaki sedang tidak berada di restoran.
"Ya?"
"Eh?"
"Tak usah terkejut begitu. Kau sangat jarang mengambil cuti, dan bahkan kau
menolak banyak shift. Chi-chan juga terlihat gelisah."
"Jika kau berpikir ini tidak ada hubungannya, berarti kau benar-benar idiot."
"Huuuh, aku tidak akan memintamu membawakanku oleh-oleh, tapi kau harus
berhati-hati agar tidak terluka ataupun sakit. Jika sesuatu terjadi padamu....."
".... rasanya kekuatan tempur lain akan jadi tak berguna. Bagi restoranku, itu
akan jadi kerugian yang sangat besar."
"Ada apa?"
"Menurutku manager itu tidak akan peduli tentang siapa yang menang dan
kalah untuk hal seperti itu."
Ucap Urushihara tanpa ampun pada Amane yang sebelumnya bertanya pada
Suzuno.
"Karena bahkan Maou-san yang seorang Raja Iblis pun, bersedia mengikutinya,
benar? Jadi apa dia itu semacam Raja Iblis Agung, dewa, atau apa gitu?"
"Oh~ Chiho!"
Chiho yang kali ini kebetulan lewat sambil membawa kain, mengatakan hal
tersebut dengan pelan.
"Eh? Benarkah? Tapi Maou-san itu kan Raja Iblis, dan setelah melihat Acies
menghilang dan muncul kembali, aku terus merasa kalau Maou-san yang
bekerja dengan normal itu adalah hal yang benar-benar aneh."
"Huuuh, soal itu, aku juga masih tidak mengerti sampai sekarang....."
Suzuno yang sedang meminum kopinya, menyetujui kebingungan Rika.
Meskipun Maou sering mengatakan kalau dia tidak punya sihir iblis,
sebenarnya ia masih menyembunyikan sedikit sisa sihir iblis.
Kalau dia menggunakan kekuatan ini, entah mendapatkan banyak uang melalui
cara yang ilegal, ataupun mengendalikan Kisaki untuk menambah bayaran
perjamnya, hal itu bukanlah hal yang sulit untuk dilakukan.
Jangan bahas apakah menambah bayaran perjam itu hadiah yang pantas untuk
menggunakan sihir iblis~
"Tentu saja itu karena Maou-san adalah orang yang serius dan baik....
setidaknya itulah yang kupikirkan....."
Kali ini, Maou sedang menerima bimbingan dari Kisaki dan mempelajari cara
menyeduh kopi.
Maou dan Chiho memang sudah melewati latihan yang diselenggarakan oleh
perusahaan, tapi keahlian Kisaki dalam menyeduh kopi, bukanlah sesuatu yang
bisa diraih setelah menjalani latihan sehari semalam.
"Mungkin, karena dia itu Raja Iblis, karena dia itu raja dengan kekuatan yang
sangat hebat, setelah berubah menjadi manusia, dia sadar kalau hal-hal yang
bisa dia lakukan sendiri itu sangat terbatas."
"Hm?"
"Mungkin Suzuno-san dan Yusa-san akan marah setelah mendengar hal ini,
tapi kalaupun Maou-san berhasil menguasai Ente Isla, menurutku pada
akhirnya dia akan memperlakukan manusia dan iblis setara."
Jika itu Suzuno yang dulu, dia mungkin akan langsung membantah Chiho.
Namun Suzuno tidak bergerak sama sekali dan menunggu Chiho melanjutkan
perkataannya.
"Camio?"
Maou dan yang lainnya pernah pergi ke rumah pantai yang dijalankan oleh
Amane di Choshi, dan pada waktu itu, ada prajurit burung iblis hitam yang
muncul di Choshi, dia adalah Menteri Iblis Camio.
Saat ini dia sedang berada di Dunia Iblis menjalankan tugasnya sebagai wakil
Raja Iblis, memerintah Dunia Iblis saat Raja Iblis Satan tidak ada, seorang iblis
berpikiran terbuka yang memperlakukan Chiho dengan sopan.
"Maou-san menjadi Raja Iblis setelah melampaui banyak ras di dunia iblis kan?
Jadi setelah melampaui manusia, dia pasti akan menyatukan manusia di bawah
kekuasaannya."
"Mustahil! Bahkan Ashiya pun berpikir seperti itu. Kami melakukannya untuk
menguasai dunia manusia Ente Isla...".
"Huh?"
""".......???"""
"Iblis yang bisa merubah kesedihan, kemarahan, dan ketakutan menjadi sihir
iblis, jika dia benar-benar berpikir kalau manusia itu makhluk yang tidak
berarti, dia pasti sudah menginjak-injak dunia manusia dengan lebih kejam.
Tapi Raja Iblis Satan memerintahkan keempat Jenderal Iblisnya untuk
'menguasai' benua yang berbeda. Itulah sebabnya aku berpikir seperti ini.
Maou-san itu raja. Jika dia tidak bisa memahami betapa pentingnya kekuatan
setiap rakyatnya lebih dari siapapun, maka dia tidak akan pantas untuk
menduduki posisi raja."
"Raja ya?"
'Kita akan lebih bahagia jika kita menjalani hidup dengan melihat sisi baik dari
suatu hal. Terutama karena aku adalah raja, untuk membawa orang-orang yang
mengikutiku ke arah yang benar, aku punya tugas untuk membawa jalan
kehidupan ini.'
"Tapi semua ini hanya dugaan, dan menebak pemikiran Maou-san itu mungkin
sedikit kasar."
"Bukankah otak manusia itu terkadang memikirkan banyak hal sekaligus dan
terkadang juga bertentangan satu sama lain? Jadi mungkin dia tidak berpikir
jauh ke depan dan hanya terus fokus pada apa yang menarik di depannya."
"....."
Tak masalah jika ia tidak mengikuti topik ini, tapi dari banyak hal, kenapa
Acies menafsirkannya seperti itu?
"Huuuh, jumlah orang yang lahir di era dan tempat yang salah memang terlalu
banyak untuk dihitung, tapi sekarang bukanlah waktu untuk memikirkan hal-
hal rumit seperti itu, ya kan? Apa kalian semua sudah bersiap-siap?"
"Ah, yeah, setelah melihat kejadian itu, aku mulai curiga apakah Maou-san itu
benar-benar Raja Iblis."
Maou dan Suzuno yang tidak bisa membeli semuanya di Don Quijote, akhirnya
mengikuti saran Chiho dan pergi menuju pusat kota, namun, bahkan Chiho pun
tidak tahu di mana letak toko khusus peralatan berkemah.
Meski Rika terlihat seperti orang yang tidak suka berkemah, saat mereka
bertanya kenapa dia tahu banyak toko.....
"Karena selama beberapa waktu ini, majalah terus menerbitkan edisi khusus
'Pendakian Gunung seorang Wanita'." sepertinya Rika ingat informasi
mengenai toko khusus peralatan berkemah karena hal ini.
Saat mereka sampai di toko itu dengan bantuan Rika, karena Maou terlihat
enggan menggunakan budget untuk membeli barang-barang keperluannya,
Suzuno yang tidak bisa lagi mentolerirnya pun akhirnya menyarankan untuk
membeli tenda, kantong tidur, makanan, bahan bakar, dan semua peralatan
dengan uangnya sendiri, agar bisa menyelesaikan persiapan perjalanan ini.
Tapi setelah Maou mendengar hal ini, dia malah menjadi cemas.
Begitu mereka berpikir kalau seorang Raja Iblis yang memaksakan dirinya
bahkan saat membeli peralatan berkemah benar-benar ada di dunia ini, Suzuno
dan Rika yang tidak tahu apakah harus merasa Maou itu menarik atau tak
berguna, tanpa sadar menunjukkan sebuah senyum kecut.
"Chiho-dono, sampai jam berapa Raja Iblis akan bekerja hari ini?"
Chiho yang sadar kalau dia sudah terlalu lama mengobrol, kembali ke counter
setelah memberikan salam.
Chiho, Kisaki, dan Maou sedang berbicara sambil terkadang mellihat ke arah
Suzuno dan yang lainnya. Dari ekspresi ceria mereka, nampaknya Chiho tidak
dimarahi karena terlalu lama mengobrol dengan Suzuno dan yang lainya.
"Tidak, aku hanya merasa seolah situasi Ente Isla itu bergantung pada
pemikiran manajer Kisaki. Rasanya ini sedikit lucu."
Urushihara mengangguk, nampak memahaminya.
"Hanya saja orang itu tidak sadar. Kalau dibandingkan dengan Maou dan Emi,
dia itu sudah seperti senior jika berhubungan dengan manusia, dan benar-benar
bisa dipanggil yang terkuat di dunia."
"Jadi begitu! Melihat Maou menjadi sangat penurut, kupikir Kisaki memang
benar-benar kuat."
"Acies-chan! Aku juga sama! Aku juga termasuk mantan bos Maou-kun,
okay?"
"Kasarnya!!!"
Usai dengan dingin mengabaikan Amane yang memiliki rivalitas aneh dengan
Kisaki, Acies pun dengan kasar berlutut di kursi dan menatap bagaimana Maou
dan yang lainnya bekerja, dan kali ini....
"Hm?"
Bahkan suara Rika ketika bertanya sambil melihat ke arah yang sama dengan
Acies, juga ikut tenggelam.....
"Pu!"
"Uwah!"
"Hm?"
"Itu...."
"Itu......."
Orang yang muncul dari tangga adalah seorang pria kecil dengan tinggi kira-
kira sama dengan Urushihara.
Meski pria itu tidak tinggi, dia memiliki ciri fisik yang proporsional. Dan dari
bagaimana dia masih mengenakan seragam, jelas-jelas dia menyelinap saat ia
sedang bekerja.
Sebenarnya dia adalah playboy yang suka tidak tahan dengan wanita cantik,
dan setelah menyumbang sejumlah besar pemasukan untuk penduduk bumi,
Kisaki Mayumi, dia bahkan membuang posisi dan segalanya di Surga, dan
tinggal di Hatagaya.
Meski dulu dia pernah dilarang memasuki MgRonalds karena tindakan tidak
senonohnya, kini dia sudah mendapatkan maaf dari Kisaki setelah menghadapi
beberapa rintangan, kalaupun frekuensinya tidak setinggi sebelumnya, dia
masih datang setiap dua kali sehari, menyumbang banyak keuntungan.
Suzuno dan yang lainnya sama sekali tak menduga akan melihat kejadian ini,
dan hanya seorang Kisaki lah yang menunjukkan senyum bisnis ramah dan
berdiri di counter.
Acies yang masih belum pulih dari keterkejutannya, dengan kurang ajar
menatap wajah Sariel dari kejauhan.
"......"
"Gyaaahhh!!"
Entah itu Suzuno, Amane, Urushihara, dan Rika, tak ada satupun orang yang
bisa menghentikannya tepat waktu.
Begitu Acies melihat wajah Sariel dari depan, dia seketika melompat dari
kursinya ke arah Sariel dengan garis lurus yang tidak bisa dilihat mata
telanjang, dan mengangkat tangannya yang bahkan bisa menghancurkan armor
Malaikat Agung Kamael.
"???"
"Acies!!"
Saat di mana tak satupun orang bisa bereaksi, Maou, dengan refleks yang
begitu cepat, mengulurkan tangan kanannya ke arah Acies yang hendak
menyerang Sariel dengan tangan kecilnya.
"Maou....!!"
.... dia melihat pelanggan dan para pegawainya menatap langit-langit restoran
dengan ekspresi kaku di wajah mereka.
Bahkan Chiho yang terbiasa dengan adegan pertempuran, sekaligus Maou dan
Sariel yang tidak tahu cara membereskan kekacauan, tindakan Acies dan aura
membunuhnya tadi benar-benar dipenuhi motivasi yang begitu besar.
"Tid-tidak apa-apa....erhm.."
Normalnya, Sariel akan menambah lebih banyak lagi pesanan setelah duduk,
walau Kisaki terlihat kaget, bagaimanapun ini tetaplah permintaan pelanggan,
jadi dia merubah pesanan tadi dengan pesanan khusus bungkus.
Setelah Sariel mengatakan hal itu dengan tenang, dia sesaat melirik ke arah
Suzuno dan Urushihara.
Tentunya Maou dan Chiho juga tidak bisa mengatakan apa-apa, dan bersama
dengan Kisaki, mereka hanya bisa melihat Sariel pergi.
Di tempat itu....
Suara Suzuno yang disengaja, terdengar dari area tempat duduk pelanggan.
"Te-terima kasih."
Dan setelah menyapa Kisaki dengan berbagai cara, mereka pun berjalan
menuruni tangga.
Sangat jarang Kisaki tidak bisa dengan lancar menyampaikan rasa terima
kasihnya terhadap pelanggan yang meninggalkan restoran.
Tapi alasannya bukan karena dia mengenal pelanggan itu, dan juga bukan
karena salah satu kalimat itu tidak terdengar seperti salam.
"Ah, dia, dia pergi ke kamar mandi di lantai bawah lebih dulu!"
Tidak diketahui apakah dia menerima penjelasan Chiho atau tidak, Kisaki pun
merenungkan tindakan aneh pelanggannya dan berbicara seolah dia kepikiran
sesuatu.
"Huh? Ba-baiklah."
"Aneh sekali bagi Sarue kembali begitu cepat, aku akan memeriksa kamera
CCTV di lantai pertama."
"Ah.... Baiklah."
Dari hal ini, mereka bisa memastikan bahwa meski Kisaki sudah
menghapuskan larangan masuk bagi Sariel, dia masih belum bisa
mempercayainya sepenuhnya.
"Meski aku tidak yakin, itu mungkin karena dia melihat wajah Sariel.... Ah~
berisik!"
"Acies dan Alas Ramus memiliki kebencian yang tak biasa terhadap malaikat,
hanya saja dibandingkan Alas Ramus, Acies memiliki mobilitas yang lebih...."
"Huuh, soal itu, kita hanya bisa berharap Suzuno dan yang lainnya bisa
mendapatkan beberapa informasi dari Sariel.... ah, benar-benar berisik!"
Maou benar-benar merasa lelah dengan teriakan protes yang tidak bisa
dihalangi bahkan jika dia menutup telinganya.
Saat ini, Maou benar-benar bisa mengerti masalah yang Emi hadapi ketika ia
dengan enggan menyetujui Alas Ramus mengunjungi Kastil Iblis karena gadis
kecil itu terus menangis di kepalanya saat malam hari.
Ketika Suzuno dan yang lainnya keluar restoran, mereka mendapati Sariel
menunggu dengan ekspresi tajam sambil membawa kantong bungkusan
pesanannya.
"........"
"Tak disangka kau bisa setenang ini. Kupikir kau akan lebih panik."
"Hmph, aku mungkin terkejut, tapi aku tidak akan kacau hanya karena hal ini."
"Apa itu anak yang kalian sebutkan sebelumnya? Anak yang bergabung
dengan Emilia...."
"Bagaimanapun, mereka memang terlihat mirip, jadi tidak aneh kau berpikir
begitu, tapi itu salah. Meskipun mereka adalah tipe eksistensi yang sama."
"H-hey, Suzuno, aku ingat, orang itu kan yang dari Sentucky seberang......"
"Hm, benar juga, Rika-dono pernah bertemu dengannya sebelumnya. Itu benar,
meski identitasnya di Jepang adalah manager Sentucky, Sarue Mitsuki, pada
kenyataannya dia adalah Malaikat Agung yang datang dari Surga Ente Isla,
Sariel-sama."
"Ada apa dengan jalan ini? Jangan-jangan bekerja itu sedang populer di dunia
mitologi?"
Rika mungkin sudah mulai terbiasa dengan situasi semacam ini, bahkan jika ia
melihat fakta konyol ini dengan mata kepalanya sendiri, dia hanya terlihat
pasrah.
"Tapi aku mengerti sekarang. Dengan begini, aku tahu alasan Gabriel datang
ke sini ketika ada angin kuat berhembus."
"""????"""
Tidak hanya Suzuno dan Urushihara, bahkan Rika pun terkejut dengan apa
yang Sariel katakan.
"Jika dia juga Malaikat Agung, bukankah itu artinya dia rekan orang yang
bernama Gabriel itu?"
"Hm? Benar sekali.... Ah, kau yang datang ke restoran waktu itu bersama
Emilia...."
Apa yang terjadi di hari itu, membuat Rika mengalami luka mental berat
setelah mengetahui tentang Ente Isla.
"Aku memang tidak yakin akan situasinya, tapi apa kau sudah terlibat dengan
masalah di sisi ini seperti Sasaki Chiho?"
"Aku tidak tahu. Sebelumnya, karena dia membawa sekelompok orang untuk
membawaku kembali, jadi aku sedikit melawan. Dan itu membuat restoranku
tidak bisa beroperasi seharian penuh."
"O,oh...."
Sariel yang bertentangan dengan Maou dan Emi, ternyata malah melakukan
pekerjaannya di Sentucky dengan serius seperti halnya Maou, membuat
Suzuno dan Urushihara merasa aneh.
Setidaknya ketika dia pertama kali datang ke Jepang, Sariel mungkin hanya
melihat Sentucky sebagai cara untuk menyembunyikan identitasnya.
"Ada apa?"
".... Walau rasanya seseorang sudah pernah bertanya padaku pertanyaan yang
sama sebelumnya, itu hanya karena aku merasa bosan."
"Jika itu sekarang, kurasa aku bisa mengerti apa yang kau rasakan."
Kali ini, Amane yang tidak ikut bergabung dalam percakapan ini sama sekali,
bertanya kepada Sariel dengan ekspresi serius di wajahnya.
Sariel menunjukkan reaksi kaget terhadap Amane yang baru pertama kali
ditemuinya, namun dia tetap menjelaskannya dengan jujur.
"Aku tidak pernah memikirkan hal ini ketika aku masih berada di Surga, tapi
setelah aku bekerja di kota ini dan bertemu dewiku, Kisaki Mayumi.... itu
adalah pertama kalinya aku berpikir untuk bekerja demi orang lain selain diriku
sendiri. Dan pemikiran semacam itu, ternyata tidak semenjijikkan yang
kuduga."
"Bekerja keras demi orang lain, dan mendapat ucapan terima kasih sebagai
balasannya. Bagiku ini adalah sebuah pengalaman baru. Bell, mungkin hal ini
sedikit mengejutkan untukmu."
Hanya pengikut religius dari Gereja saja yang bisa memahami makna di balik
kata-kata Sariel.
Dengan kata lain, ini berarti orang-orang yang menyebut diri mereka malaikat,
sama sekali tidak pernah melakukan sesuatu demi dunia manusia di masa lalu,
dan di sisi lain, doa yang ditujukan kepada kitab dan gereja juga tidak pernah
mencapai Surga sama sekali.
"Aku tidak ingin kembali ke dunia di mana 'kedamaian Surga' adalah prioritas
utama, dan hanya peduli tentang bagaimana cara melindungi diri sendiri. Tentu
saja aku juga tidak ingin terlibat dalam pertarungan. Saat ini, satu-satunya hal
yang kupedulikan adalah bagaimana caranya mendapatkan pengakuan Kisaki
Mayumi dan apakah aku bisa ambil bagian dalam hidupnya dan melanjutkan
hidup. Jika aku pergi dengan Gabriel di saat seperti ini, maka yang kulakukan
sejauh ini akan percuma."
Meski Kisaki saat ini sedang memeriksa kamera CCTV yang ada di lantai
pertama karena dia pikir sikap Sariel tadi itu aneh, akan lebih baik kalau Sariel
tidak tahu.
"Jadi tak peduli apa yang kalian rencanakan, aku tak akan membantu ataupun
menghalangi kalian. Aku hanya ingin bekerja demi masa depanku dan Kisaki
Mayumi."
"Jadi aku tidak akan peduli kenapa Lucifer dan Bell, yang biasanya bergerak
sendiri-sendiri, sekarang sedang bersama. Dan meskipun aku penasaran
dengan dua wanita cantik yang tahu mengenai masalah Ente Isla ini, aku tidak
akan terlalu menghiraukannya."
"Dan masih ada gadis fragmen Yesod itu.... Huuuh, mempertimbangkan apa
yang sudah kami lakukan sampai sekarang, tidak aneh jika dia bertingkah
seperti itu setelah melihatku."
"Walau aku bukan malaikat penjaga Pohon Kehidupan, dan tidak menduduki
posisi yang berhubungan langsung dengan Pohon Kehidupan.... tapi aku bisa
memberitahumu alasan kenapa Surga menargetkan Pohon itu."
Seraya berbicara, Sariel bersandar pada pohon yang ada di jalur pejalan kaki
seolah merasa lelah, dia mengangkat kepalanya dengan ekspresi tenang dan
mengatakan,
Baik Suzuno maupun Urushihara, mereka berdua sama sekali tidak bisa
mengerti maksud Sariel hanya berdasarkan kalimat tersebut. Rika bahkan lebih
buruk lagi.
Terkecuali Amane.
“Meski aku tidak tahu dari mana kalian berasal, tapi apa kalian benar-benar
berpikir kalau manusia bisa melawan kekuatan alam?”
“......?”
“Tapi, karena ada pemikiran seperti tadi, makanya hal itu dilakukan. Pohon
Kehidupan di tempatmu sana, benar-benar menciptakan makhluk
menyedihkan yang penuh dosa.”
“Kau itu....”
“Tidak penting siapa aku. Hanya saja, mulai dari sekarang, tempat yang
dikenal dengan nama Ente Isla itu akan mengalami banyak kesulitan. Berbagai
reaksi sudah mulai muncul. Bahkan jika itu aku, aku pun tak bisa memperdiksi
bagaimana semua ini akan berkembang.”
Kata Sariel dengan nada berat, dia kemudian bertolak dari pohon di jalur
pejalan kaki tadi, dan berbalik untuk pergi.
“Sariel-sama!”
Suzuno berteriak ke arah punggung yang semakin menjauh tersebut, namun
Sariel hanya mengangkat satu tangannya seolah menganggap itu hal yang
merepotkan dan mengatakan,
“Aku sudah mengatakannya sebelumnya. Saat ini, aku tidak berada dalam
posisi yang bisa membantu kalian. Di saat yang sama, aku juga tidak ingin
secara aktif menentang kalian. Selain itu, aku juga tidak berencana
memberitahu kalian apa-apa lagi ataupun menawarkan bantuan. Insiden
sebelumnya, benar-benar pengecualian di antara semua pengecualian.”
Insiden sebelumnya, pasti merujuk pada kejadian saat Sariel membantu Chiho
berlatih mantra.
“Agak sulit untuk menilainya. Kami memang pernah bicara sebelumnya, tapi
itu rasanya hanya penuh penyesalan.”
“Tapi ini bisa dipastikan kalau dia itu serius dengan manager Kisaki,
setidaknya kita bisa mempercayai hal ini kan? Sariel itu tak terkalahkan saat
melawan malaikat dan manusia, dan iblis yang akan menyerang tempat ini,
paling banyak mungkin hanya Malebranche, kan? Mereka bukanlah lawan
yang bisa merepotkan Sariel.”
“Meski aku merasa gelisah terhadap berapa banyak sihir suci Sariel-sama yang
tersisa..... tapi ini juga bisa dianggap keuntungan yang tak terduga.”
Sariel telah mengatakannya dengan jelas kalau dia akan melindungi para
karyawan MgRonalds di depan stasiun Hatagaya.
Selain itu, juga ada Amane, ini artinya keamanan Kisaki dan Chiho ketika
mereka sedang bekerja bisa terjamin.
Orang yang paling senang mengenai hal ini, tak lain tentu saja adalah
Urushihara, yang merasa kalau dia tidak perlu bekerja meski sesuatu terjadi.
“Kalau begitu, karena kita sudah mengikuti alur dan meninggalkan restoran,
apa yang sebaiknya kita lakukan selanjutnya?”
“Kita hanya bisa menunggu Raja Iblis dan yang lainnya selesai bekerja, ayo
kita pulang dulu, lalu memilih waktu yang tepat untuk pergi ke Ueno dan
membuat persiapan.... Amane-san, maafkan aku, bisakah aku merepotkanmu
mengendarai moped Raja Iblis menuju ke Ueno.”
“Raja Iblis bodoh itu tidak memiliki SIM. Jika kita membiarkan dia
mengendarai moped, kalau kita bertemu dengan patroli mendadak di jalan, dia
bisa-bisa ditahan karena berkendara tanpa memiliki SIM. Si Raja Iblis itu, dia
pasti juga tak akan mau meski diminta berkendara ke sana sendiri. Dia pasti
akan mengatakan sesuatu seperti kehilangan pekerjaannya jika tertangkap atau
akan dimarahi jika terkena denda.”
“Hei, meski sedikit aneh mengatakan hal ini sekarang..... tapi apa Maou-san
itu benar-benar Raja Iblis? Raja dari para iblis?”
Dari sudut pandang Rika, entah itu Raja Iblis yang takut tertangkap karena
berkendara tanpa SIM, ataupun Suzuno yang menyebut dirinya Penyelidik,
tapi malah mengkhawatirkan Raja Iblis, keduanya memang sedikit aneh.
“Itu benar.”
Di dalam kalimat tersebut berisi perasaan rumit yang tidak bisa Rika
bayangkan.
XxxxX
Malam harinya, di taman Ueno yang ada di distrik Taito.
“Ap-apa ini tak masalah? Apa ada orang yang melihat kita?”
Bahkan teguran Rika yang ke sekian kalinya juga tidak bisa menenangkan
kegugupan Maou.
“Ini jelas-jelas masuk tanpa izin. Dan di saat seperti ini pun, masih ada
beberapa orang di taman.....”
“Bagaimanapun, jalanan ini kan memang tidak memiliki banyak hotel, dan ada
banyak toko yang beroperasi sepanjang malam.”
“Hey, Suzuno, bergeraklah lebih cepat, ayo berangkat, cepat, cepat, cepat!
Coba pikir, bukankah gawat jika Chi-chan dan yang lainnya dilhat oleh orang
lain?”
“Maou-kun, diamlah!”
Tak disangka, justru Amane lah yang memperingatkan Maou, yang mana
begitu cemas dengan tatapan orang lain.
“Ini masihlah kepulangan agung dari sang Raja Iblis, kan? Tidak bisakah kau
menjadi lebih tegas?”
“Jika kita tertangkap karena kita terlalu memaksakan diri, maka itu akan jadi
seperti meletakkan kereta di depan kuda! Sial, bahkan jika kita harus pergi ke
Ente Isla, jika memungkinkan, aku masih ingin mendapatkan SIM sebelum
berangkat....”
“Serius ini, bukankah sikapmu itu terlalu lembek? Jika sesuatu menjadi tidak
beres, aku pasti akan membantumu memikirkan sesuatu. Sudah tenanglah!
Kalau ini terus berlanjut, kau mungkin akan ditinggalkan oleh Chiho-chan.”
“Yang benar saja, aku mengantuk. Aku ini tidak bisa terjaga terlalu larut karena
aku sedang terluka. Bell, cepat, dan mulailah!”
Pada akhirnya, Suzuno, orang yang harus berusaha paling keras pun malah
terlihat paling lesu, sebesar inilah kurangnya ketegangan dalam keberangkatan
ini.
“Maaf, semuanya, tolong tenang sedikit! Aku harus fokus untuk merapalkan
mantra pembuka gate.”
Usai meminta semuanya tenang, meskipun terdapat tanda 'Di depan ada
podium anti gempa bumi, dilarang naik!' Suzuno tanpa ragu tetap melangkah
ke atas podium dengan pintu tersebut.
Cetak biru dari 'Gate of Hell' ini memang berasal dari sebuah karya yang
terkenal dan merupakan sebuah rancangan yang berisi sejarah yang hebat.
Tapi apakah itu bisa digunakan sebagai penguat mantra pembuka gate adalah,
masalah yang berbeda, pada kenyataannya, 'Gate of Hell' yang bisa digunakan
sebagai gate hanyalah sebatas deduksi dari Maou dan Ashiya.
“.....”
Pintu raksasa di depan Suzuno adalah pahatan perunggu, 'Gate of Hell' yang
diciptakan oleh Auguste Rodin.
Pintu yang dilindungi oleh patung 'Adam' dan 'Eve', yang mana juga
merupakan karya Auguste, adalah pintu masuk menuju Neraka yang muncul
di bagian ketiga dari bab Inferno dari syair 'Divine Comedy'.
Dalam 'Divine Comedy', tulisan yang ada di 'Gate of Hell' adalah 'membuang
semua harapan, bagi mereka yang masuk ke sini'.
“Aku hanya mengingat beberapa hal di masa lalu. Aku tidak pernah
menyangka akan ada hari di mana aku akan merenungkan kalimat ini bersama
Raja Iblis.”
Suzuno mengambil Holy Vitamin Beta dari dalam lengan kimono, dan
meminumnya dalam sekali tegukan.
Perwakilan karya Auguste, 'The Thinker', adalah patung duduk yang dibuat
sebagai salah satu bagian pintu, dan patung itu mewakili si pengarang sekaligus
karakter utama dalam 'Divine Comedy', Dante Alighieri.
Suzuno sedikit membungkuk ke arah patung itu dan mengambil napas dalam,
dia kemudian mengangkat kedua tangannya ke arah pintu.
Dari mulut Suzuno, terdengar sebuah bahasa yang sepenuhnya berbeda dengan
bahasa Jepang.
Dengan setiap suku katanya, bola-bola cahaya mulai muncul di ujung jari
Suzuno dan melayang menuju gerbang.
“Lu-luar biasa....”
Karena dia sudah mempelajari mantra, Chiho pun bisa merasakan kapasitas
dari sihir suci Suzuno, sekaligus kemampuan dan jumlah besar sihir suci yang
dibutuhkan untuk menggunakan mantra ini.
Kalaupun ada 100 Chiho, mereka mungkin tidak akan bisa menandingi
kapasitas sihir suci Suzuno.
“I-ini terasa benar-benar seperti sihir.... ini, ini bukan CG, kan?”
Tak heran kalau Rika berulang kali menatap tangan Suzuno sambil mengusap
matanya, meskipun dia sudah pernah melihat palu suci sekaligus kemunculan
dan menghilangnya Acies.
Kimono milik Suzuno mulai melayang, dan gumaman Amane pun bercampur
ke dalam suara getaran pohon sekitar dan tak bisa didengar oleh siapapun.
Karena pandangan semua orang terfokus pada Suzuno, tak ada satupun yang
menyadari kalau kabut tipis mulai muncul di sekitar kaki Amane, menyelimuti
area di sekitar 'Gate of Hell'.
Ini adalah mantra tingkat tinggi yang tidak bisa dibandingkan dengan Idea Link.
Namun, pinggiran pintu itu mulai bersinar dan ruang pun mulai terdistorsi.
Akan tetapi, setelah melihat cahaya itu, Urushihara mengatakan hal tersebut
dengan tanda kegelisahan dalam suaranya.
Ruang tersebut terlihat tertahan oleh sesuatu, dan ingin kembali menutup setiap
kali hendak terbuka.
Pria di atas pintu diam-diam memperhatikan Penyelidik dari dunia lain tersebut.
Apakah itu artinya dia tidak ingin si Penyelidik membuka 'Gate of Hell'?
Tidak, karena ini adalah Crestia Bell, karena ini adalah wanita yang dulu
dikenal sebagai Sabit Kematian Bell, dia akan menjadi pasangan yang cocok
untuk Gate of Hell.
Dengan suara ini, kumpulan cahaya yang mengelilingi Suzuno pun memadat,
dan bertabrakan dengan lengkungan ruang yang lepas dari tangan kecil Suzuno.
'Te-terbuka, ini terbuka! Aku berhasil membuka gate!'
Suzuno sudah tak punya lagi energi untuk berbicara bahasa Jepang, ia
mengepalkan tangannya karena berhasil merapalkan mantra pembuka gate dan
berteriak,
“Ki-kita berangkat, Raja Iblis! Meski sekarang masih aman, tapi aku tidak bisa
menahannya terlalu lama! Apa kau sudah memastikan kalau kau telah
bergabung dengan Acies?”
“Ye-yeah!”
Usai memakai helm keselamatan, mereka berdua pun menarik rem dan mulai
menyalakan mesin.
“Yeah!”
“Kami berangkat!”
Suzuno, Maou, dan Acies yang tak terlihat, tidak butuh kata-kata yang tidak
perlu.
Karena tak peduli ke mana mereka pergi, tempat mereka berada adalah
apartemen kayu berukuran tiga tsubo yang terletak di Sasazuka Jepang.
Dua mesin meraung dengan keras, Maou dan Suzuno mengendarai moped dan
bergerak lurus menuju retakan dimensi yang dikelilingi cahaya tersebut, dan
kemudian....
“Mere-mereka menghilang.....”
Dan pada akhirnya, hanya retakan dimensi dengan cahaya misteriusnya yang
tertinggal di tempat kejadian.
".... Hati-hati."
Mungkin karena merasa gelisah menyaksikan misteri dari dunia lain, Rika pun
menatap gate dan Chiho secara bergantian dengan perasaan bingung.
"Kita hanya harus menunggu. Karena Maou-san dan Suzuno-san pasti akan
menyelamatkan Yusa-san, Alas Ramus-chan, dan Ashiya-san, kemudian
kembali."
Berbeda dengan Rika, nada bicara Chiho tak memiliki sedikitpun keraguan.
Nada Chiho yang kelewat kukuh, membuat Rika sesaat tak bisa berkata-kata.
"Ta-tapi..."
"Ah, tentunya tidak hanya menunggu. Lagipula, aku sudah memutuskan ketika
aku bekerja nanti, aku akan meminta Kisaki-san untuk membantuku membuat
pengajuan latihan pra-penerapan layanan Delivery di restoran yang
menyediakannya."
"Eh?"
Karena perbedaan besar antara adegan yang baru saja terjadi di hadapannya
dengan kata-kata Chiho, Rika mengeluarkan suara konyol. Kenapa dia
menyebutkan latihan bekerja di saat seperti ini?
"Aku ingin ambil bagian dalam latihan itu, dan ketika Maou-san kembali, aku
ingin memberitahunya apa yang telah kupelajari. Dengan begini, aku bisa
sedikit mengurangi beban Maou-san ketika dia mulai bekerja di lingkup kerja
yang baru."
"Apa itu penting? Semua orang melakukan apa yang mereka bisa demi rekan
mereka masing-masing. Itulah yang namanya kerja sama tim."
"A-aku...."
Kata-kata tegas Chiho, membuat Rika yang jauh lebih tua menjadi sedikit
panik....
"Rika-chan memang berbeda dengan Chiho-chan, dan masih seorang pemula,
sekarang kau seharusnya mensimulasi situasi di mana Yusa-chan kembali, dan
bersiap untuk bisa menerimanya dengan yakin."
Namun, dengan sikap seperti orang dewasa yang sangat jarang terlihat, Amane
memberikan nasehat pada Rika.
Bahkan di saat seperti ini, Urushihara sama sekali tidak merubah gayanya.
Kali ini, di arah yang ditunjuk oleh Rika, lubang gate yang barusan Suzuno
buka, perlahan menyusut dan menghilang tak lama setelahnya.
Pada akhirnya, hanya pahatan kokoh Gate of Hell yang tertinggal di sana.
Pintunya sendiri tidak berubah, jejak yang Maou dan Suzuno tinggalkan
hanyalah bekas ban saat mereka pertama kali berakselerasi.
"Kalau begitu, ayo kita kembali. Untungnya, tak ada yang melihat kita."
Kata Amane dengan sikap yang dibuat ceria, kabut di sekitar kakinya pun juga
menghilang, dan taman Ueno kembali menjadi hening, sesuai dengan malam
yang memang sudah larut.
"Benar juga, apa tidak masalah bagi Sasaki Chiho berada di luar di jam seperti
ini?"
"Keluargaku tidak masalah. Karena aku bilang pada keluargaku kalau aku akan
menginap di rumah Suzuno-san hari ini."
"Eh? Kau tidak pulang? Amane-san masih tinggal di kamar Bell, kan?"
"Ah, tak masalah kok jika Urushihara-san tetap berada di kamar. Tidak usah
hiraukan kami."
"..... Setelah orang lain memutuskan kalau aku hanya akan bermalas-malasan,
rasanya ternyata sangat tidak enak."
Walau Urushihara terlihat tidak senang, Chiho sama sekali tidak terpengaruh.
"Aku tidak bermaksud begitu, tapi dalam hal ini, bahkan Maou-san pun tidak
bisa melakukannya. Aku hanya bisa melakukannya saat Maou-san, Yusa-san,
dan Suzuno-san tidak ada, jadi kalau bisa, aku ingin Urushihara-san tetap
berada di rumah dan du.... memulihkan kesehatan."
"Apa-apaan itu..... dan tadi kau ingin bilang duduk diam di rumah, kan?"
Urushihara merasa bingung karena tidak memahami apa yang Chiho katakan,
Chiho mengabaikannya dan menoleh ke arah Amane.
"Amane-san."
"Apapun yang pemilik kontrakan-san tidak ceritakan, itu tidak boleh dikatakan
pada Maou-san dan yang lainnya kan?"
Amane membalas tatapan Chiho dari ketinggian satu kepala lebih tinggi, dan
menunjukkan senyum tak kenal takut seolah merasa hal itu sedikit menarik.
".... Meski aku tidak tahu apa yang ingin kau tanyakan, tapi kenapa kau berpikir
kalau aku akan memberitahumu?"
"Ini sudah bukan soal istri yang baik lagi. Sebelumnya kupikir gadis ini hanya
orang normal dengan sedikit keberanian....."
".... tapi aku tadah pernah menyangka kalau dia ternyata adalah monster yang
jauh melampaui Maou-kun dan Yusa-chan."
Yang menyaksikan percakapan antara manusia di sisi lain dan di sisi ini
hanyalah Dante yang ada di atas pintu, dan Dante yang duduk diam di seberang
Gate of Hell.
Chapter 4 : Raja Iblis, Kisah Masa Lalu Dan Masa Kini
Dia terbangun di mimpi itu dengan panik. Jam menunjukkan pukul 8 pagi. Dia
benar-benar kesiangan.
Dia dengan panik bangun dari tempat tidurnya untuk bersiap bekerja, dan tanpa
sengaja menendang jam alarm yang ada di tempat tidurnya, sebuah sensasi rasa
sakit yang begitu kuat terasa di ujung kakinya, membuat dia berjongkok karena
rasa sakit tersebut.
Ketika dia mendongak, dia mendapati Rika yang duduk di sebelahnya, sedang
menatap ke arah mejanya.
Emi yang muncul dari bawah meja dengan berbalut seragam kerjanya,
tersenyum malu.
"Pulpenku jatuh di antara lantai dan sekat pemisah, aku tidak bisa meraihnya."
"Baiklah. Kita sudah lama tidak makan bersama...... ah, maaf, Rika, ponselku
berbunyi.... hello!"
"Hello, Yusa-san!"
Orang yang berada di ujung sambungan telepon itu adalah Chiho. Emi,
mengenakan baju santainya, duduk di atas sofa yang ada di rumahnya, dan
mendengarkan Chiho berbicara.
Dia memang akan menelepon Chiho beberapa kali tiap minggunya untuk
mendapatkan informasi tentang situasi pekerjaan Maou sambil berbincang-
bincang.
Meski itu nampak seperti kesan yang diberikan oleh seorang gadis yang sedang
jatuh cinta, tapi berkat Chiho, waktu yang harus Emi habiskan untuk
mengawasi Maou secara diam-diam, menjadi semakin berkurang.
“Yusa-san, maafkan aku, besok aku harus mengurus beberapa urusan di klub,
jadi aku tidak bisa pergi ke rumah Maou-san untuk makan malam.”
“Begitu ya. Meski sangat disayangkan, tapi mau bagaimana lagi kalau itu
adalah tugas sekolah. Tapi jika ibumu tidak keberatan, tak masalah kok jika
kau datang sedikit terlambat? Yeah, kabari aku lagi jika kau bisa datang. Ba-
baiklah..... Bell, Chiho-chan bilang dia mungkin tidak bisa datang hari ini.”
“Begitu ya? Sayang sekali. Padahal aku sudah memasak nasi omelet yang
Chiho-dono ajarkan padaku, aku ingin dia mencobanya.”
“.... Astaga?”
“Ada apa?”
“Karena ada diskon, bahkan aku pun juga dibawa-bawa.... ah~ merepotkan
sekali. Oh benar juga, apa yang kau lakukan di sini?”
“Bell memintaku membeli sesuatu. Oh iya, Chiho-chan bilang dia tidak bisa
datang hari ini.”
“Benarkah? Ugh.... lalu siapa yang harus kumintai tolong untuk menilai ini....?”
“Sasaki Chiho tidak bisa datang ya~, kalau seperti itu, tidak akan ada karaage
hari ini, tsk.”
Tak disangka, pengaruh Chiho juga sangat kuat di sini. Sepertinya makan
malam hari ini akan penuh dengan hidangan telur.
Para iblis itu nampak terpukul ketika mereka tahu Chiho tidak akan datang,
Emi pun berjalan pulang dari supermarket berdampingan dengan mereka
sambil....
“Tapi tak masalah. Karena Alas Ramus juga menyukai telur. Ya kan Alas
Ramus?”
… berbicara dengan Alas Ramus yang melangkahkan kakinya dengan
bersemangat.
Ketika dia tersadar, mereka ternyata sudah sampai di tangga umum Villa Rosa
Sasazuka, Emi menggendong Alas Ramus dan menaiki tangga yang masih
agak terlihat mengerikan bahkan setelah direnovasi, dan setelah membuka
pintu menuju koridor umum, dia dengan cepat sampai di beranda Kastil Iblis.
Saat Emi menekan bel pintu seperti biasanya dan membuka pintu....
“Eh?”
Tidak hanya itu, semua furnitur dan perangkat elektronik juga ikut menghilang,
tidak terlihat satupun tanda-tanda seseorang tinggal di sana.
Dua orang yang sampai beberapa saat lalu berada di sampingnya, juga tidak
bisa ditemukan di manapun. Apa mereka terpisah saat dalam perjalanan
pulang?
Namun di kamar 202, di mana Suzuno tadi memasak, juga sepenuhnya kosong.
'Nomor yang anda tuju tidak terdaftar, cobalah telepon kembali setelah
memeriksa.....'
…. panggilan tersebut tidak bisa tersambung. Tidak hanya itu, bahkan nomor
telepon yang digunakan untuk menelepon Chiho juga menghilang.
Emi yang tiba-tiba merasa kesal, berlari kembali ke Kastil Iblis dan mencoba
membuka pintunya.
Meskipun tadi pintu itu terbuka dengan sangat mudahnya, sekarang, tak peduli
betapa kuatnya Emi menarik ataupun mendorongnya, dia tidak bisa membuka
pintu kamar nomor 201.
Emi berteriak sambil menggedor-gedor pintu kamar 201, tapi tak ada satupun
respon dari dalam.
“Apa maksudnya ini? Cepat dan buka pintunya! Hey, ada apa? Apa kau baik-
baik saja?”
Tingkat kecemasan terus meningkat melawan kehendak Emi.
Ada apa ini? Chiho, Rika, Ashiya, dan Urushihara telah menghilang.
“Semua orang menghilang, apa kau tahu apa yang terjadi? Tolong, buka
pintunya. Apa yang terjadi? Kau sudah kembali kan? Ini gawat, dengarkan
aku! Raja Iblis!”
Kali ini, pintu yang sebelumnya tidak bergeser sedikitpun, tiba-tiba terbuka.
Emi pun jatuh ke dalam kamar karena seseorang membuka pintunya dari dalam.
“??”
Ini juga merupakan aula di mana Emi dan Raja Iblis bertarung, tempat di mana
dia tinggal selangkah lagi menusukkan pedang sucinya menembus jantung
Raja Iblis.
Bayangan besar itu membawa pedang dengan penampilan yang sama persis
seperti pedang suci Emi, dia dengan santainya mendekati tempat Emi.
Tapi meski begitu, karena alasan yang tidak diketahui, Emi tetap bernapas lega.
“Baguslah.... jadi kau di sini. Kalau kau ada di sini...... meresponlah sedikit!'
Walau ia merasa takut dengan aura membunuh yang tak terukur dari bayangan
hitam itu, Emi terus berbicara,
“Aku tidak bisa menelepon Chiho-chan.... Bell juga, meskipun dia memintaku
untuk membeli sesuatu, aku tidak tahu ke mana dia pergi, ditambah lagi Alsiel
dan Lucifer yang bersama denganku saat dalam perjalanan pulang, mereka
juga tiba-tiba menghilang..... tidakkah kau berpikir kalau mereka itu benar-
benar kasar?”
Bayangan hitam itu menarik pedang suci dan perlahan mendekati Emi.
“Alas Ramus juga ikut menghilang setelah aku berpaling sebentar.... jika kau
menghilang juga.... aku tidak akan tahu apa yang harus kulakukan, ke mana
mereka semua pergi?”
Meskipun jarak mereka begitu dekat, Emi masih tidak bisa melihat wajah
orang itu.
“Hey, meski Chiho-chan bilang dia tidak akan datang hari ini.... anehnya Bell
dan Alsiel terlihat termotivasi, kenapa kita tidak menunggu Chiho-chan
bersama? A-aku tak masalah dengan apapun, hanya saja jika kita melakukan
itu, Alas Ramus akan lebih senang......”
Jejak cahaya berwarna ungu yang dilukis oleh bilah pedang suci, terpantul oleh
cahaya merah yang masuk melalui jendela, membuat wajah bayangan hitam
itu bisa terlihat dalam kegelapan.
“Jadi.....”
Ekspresi Maou Sadao yang terlihat dari dalam kegelapan, karena alasan yang
tak diketahui, adalah sebuah senyum hangat.
"Ugh!!"
Emi tersentak bangun oleh suaranya sendiri dan melompat dari ranjang.
Emi terbangun ketika dadanya ditusuk oleh pedang suci bercahaya ungu yang
diayunkan oleh bayangan hitam berwajah Maou.
Mimpi yang terlihat realistis itu, terasa sangat mengerikan dan memberikan
rasa sakit aneh pada mimpinya.
Meski begitu, mimpi itu juga memberi Emi sebuah perasaan damai yang
mengusir semua itu.
Dia, Rika, Chiho, Suzuno, Ashiya, Urushihara, Alas Ramus, dan.....
Meski itu sangat berisik, panas, dan merepotkan, waktu di mana dia tidak perlu
menyembunyikan perasaannya yang sesungguhnya, seperti di mimpi itu,
memang ada di 'kehidupan normal' Emi.
".... Rasanya.... aku benar-benar bodoh, situasinya pun juga tidak gawat."
Meskipun saat berada di Jepang dia selalu bermimpi tentang kehidupan damai
di Ente Isla bersama ayahnya, ketika ia tersadar, hari-hari di sini, Emi malah
memimpikan tentang Jepang.
Suara ombak yang menabrak pelabuhan Fangan, armor dan pedang yang
diletakkan oleh para pengkhianat di sudut ruangan, dan hati Emi yang
terkurung sampai ia tak bisa mengambil tindakan, adalah realita Emi saat ini.
Setelah dengan lembut mengelus rambut Alas Ramus yang sedang mengigau,
Emi sekali lagi berbaring di tempat tidurnya.
Mulai besok dan seterusnya, Emi akan terus melanjutkan hidup terpenjara yang
tidak meyenangkan ini. Sekarang dia tidak bisa mengurangi waktu tidurnya
karena bingung dengan mimpi yang tak berarti itu.
Namun, karena alasan yang tak diketahui, Emi merasa seperti tidak perlu
mengusap air matanya yang jatuh sebelum dia terbangun.
Itu adalah air mata yang jatuh karena perasaan lega saat ia melihat sosok Raja
Iblis.
Keesokan paginya.
Orang yang datang bersama Olba, adalah pasukan kesatria yang dikenal
sebagai 'Pasukan Kesatria Hakin dari Afashan', dan mereka semua adalah para
kesatria berpangkat tinggi.
Dengan grup pertama yaitu Kesatria Seisokin yang bertugas menjaga istana
kerajaan dan mengawal Unifying Azure Emperor, Pasukan Kesatria Hakin
juga dibagi menjadi Josokin, Seisuikin, Josuikin, Seitokin, Jotokin, Seikokin
and Jokokin, totalnya ada 8 pasukan. Urusan pemerintahan, wilayah, dan
perlengkapan mereka semuanya sangat berbeda.
Tidak semua orang yang menjadi bagian Pasukan Kesatria adalah prajurit, ada
juga posisi seperti polisi ataupun sarjana, tapi para Kesatria yang saat ini
mengunjungi kamar Emi bersama Olba, adalah para wakil pemimpin ataupun
panglima yang terpilih untuk menyapa dan menerima tamu dari luar.
Olba tidak menjawab pertanyaan Emi dan malah menoleh ke arah satu set
armor dan pedang yang belum tersentuh.
"Aku sudah punya Armor Pengusir Kejahatan. Meski aku merasa tidak enak
karena kau sudah menyiapkan armor mahal seperti itu, tapi aku tidak sebegitu
bodohnya sampai mau memakai sesuatu yang mungkin sudah disabotase."
Olba menunjukkan senyum agak kurang tertarik, dan sekali lagi, mengucapkan
sesuatu yang sulit diartikan.
"Tapi maafkan aku, Emilia, jika kami mengizinkanmu menggunakan terlalu
banyak kekuatan sekarang, kami juga akan kerepotan. Ini juga untuk
kebaikanmu sendiri, bisakah kami memintamu untuk memakai armor ini?"
"Ugh...."
Emi tidak mengerti tujuan Olba, namun Olba juga pasti tidak berencana
menjelaskannya.
"Ugh....."
Tidak melihat Alas Ramus, itu berarti dia sedang bergabung dengan Emi.
Emi menatap tajam ke arah punggung Olba, tapi yang bisa dia lakukan
hanyalah meninggalkan kamar dengan desakan para Kesatria Hakin, untuk
mengganti bajunya.
"Mama...."
Berat seperti ini memang bukan apa-apa bagi Emi, tapi entah kenapa rasanya
seolah beban di hatinya menjadi semakin bertambah dengan berat tersebut.
"Hm?"
"Ini...."
Tentu saja, selama beberapa minggu semenjak dia kembali ke Ente Isla, sihir
suci Emi telah pulih ke level terkuatnya, tapi rasanya selain itu, kehangatan
lain juga mengalir dalam tubuhnya.
"A-apa ini?"
"Kau menyadarinya?"
Ada sebuah pintu di ujung koridor di mana kota bisa dicapai dari halaman
markas militer. Sepertinya Olba menuju tempat itu.
"Benar."
Begitu mereka keluar dari halaman, bisa terlihat sekumpulan Kesatria Hakin
berarmor dan kereta kuda yang berisi persediaan menunggu mereka.
Di antara mereka, Emi mendapati seekor kuda berwarna putih yang kuat,
anggun, nan cantik menunggu sang pemilik untuk menungganginya.
"Emilia, ini adalah kudamu. Kau harusnya ingat cara menungganginya, kan?"
Dalam sekali lihat, Emi bisa tahu kalau itu adalah kuda yang dirawat dengan
baik.
Dibarengi sinyal untuk membuka pintu, berbagai sorakan terdengar dari luar.
Emi tidak bisa menekan detak jantungnya yang menjadi semakin kencang.
Dari informasi yang Emilia dengar, meski dia tidak tahu apakah Afashan
melakukannya secara sukarela ataukah ditaklukan setelah melakukan
perlawanan, bukankah mereka saat ini dikendalikan oleh faksi Barbariccia dan
menyatakan perang terhadap keempat Benua lain karena Evolving Holy Sword,
One Wing?
Walaupun Emi tidak tahu skala faksi Barbariccia, dari jumlah pasukan yang
dibawa ke Choshi oleh Ciriatto, jika mereka tidak berjumlah puluhan kali lipat
lebih dari itu, mereka tidak mungkin bisa membentuk sebuah pasukan.
Fangan bisa dianggap sebagai salah satu markas militer besar di Afashan, dan
merupakan sebuah kota dengan banyak konsulat dan bisnis dari luar negeri.
Namun, setelah datang ke kota ini, Emi tak pernah sekalipun melihat tanda-
tanda Malebranche, ataupun merasakan sihir iblis.
"Apa?"
"Ini semua berkat kau menarik benang di belakang mereka, kan? Kalau begitu,
Malebranche... atau lebih tepatnya Barbariccia, seharusnya tahu tentang aksi
ini kan? Apa maksudnya melakukan semua ini?"
Penyelidik dengan pangkat tertinggi di Gereja, salah satu anggota dari enam
Uskup Agung, Olba Meyers, berbalik untuk menjawab pertanyaan Emi dengan
ekspresi seperti seorang ayah.
"Emilia."
Nada bicaranya....
Di area pelabuhan Fangan yang dipenuhi dengan harapan dan sihir suci,
terdapat sebuah niat jahat yang begitu gelap.
"Kalimat ini tidaklah buruk, 'Jangan berpegang pada harapan, bergerak maju,
hanya pelopor yang bisa bertahan'. Lihat, para penduduk Fangan tak berguna
yang hanya bisa bergantung pada harapan ini....."
Olba menengadah ke arah langit. Di antara langit biru pucat siang hari, bulan
berwarna merah bisa sedikit terlihat.
"..... mirip sekali dengan para Malebranche di hari itu.... mirip seperti kepala
suku Malebranche bodoh yang sangat yakin kalau mereka bisa melakukan
balas dendam untuk Raja Iblis Satan dan para Jenderal Iblis."
"....Ugh!"
"Emilia, kau pasti bisa mendengar sorakan mereka. Sorakan para penduduk
menyedihkan yang menyematkan harapan mereka padamu, dan meminta untuk
diselamatkan tanpa bertindak sama sekali."
"Olba... Kau....."
Suara Emi dipenuhi dengan kutukan, hingga mencapai titik di mana dia
khawatir apabila amarah, kesedihan, dan kebencian yang tumpah dari hatinya,
malah akan mengotori Alas Ramus yang ada di dalam dirinya.
XxxxX
"Hey, Suzuno."
Ucap Maou kepada Suzuno dengan tatapan seolah dia telah melihat sesuatu
yang tak dapat dipercaya.
"Ada apa?"
"..... Tidak, lupakan. Tapi anggap saja ini sebagai permintaan dariku. Tolong
jangan berjalan di depanku dengan pakaian seperti itu."
"Ini bukan masalah suka atau tidak suka... tapi, lupakan sajalah!"
Ini adalah hari berkemah pertama bagi mereka berdua di Afashan, di Benua
Timur Ente Isla.
Suzuno, Maou, dan Acies berhasil melewati gate dengan aman, dan tiba di
Afashan, Benua Timur Ente Isla.
Pintu keluar gate yang berada di pinggir sungai adalah situasi yang sangat
menguntungkan. Tidak hanya tidak harus khawatir mengenai air minum,
kemungkinan tersesat pun juga menurun. Selain itu, di sepanjang tepi sungai
ini, terdapat populasi yang cukup padat, jadi jika mereka ingin mengumpulkan
informasi, mereka akan bisa dengan mudah melakukannya.
Dari penjelasan Suzuno, karena 'Gate of Hell' awalnya memang tidak dibuat
untuk keperluan penguat mantra, gate yang terbuka dengan patung itu sebagai
penguatnya, tidak akan bisa menunjuk lokasi tujuannya dengan akurat. Jadi
kali ini, mereka yang muncul di tempat yang tidak ada orangnya, bisa
dikatakan sepenuhnya karena keberuntungan.
Tanpa tahu apakah itu perbedaan waktu dengan bumi ataukah Ente Isla
memiliki perbedaan waktu tersendiri, meski Maou dan yang lainnya berangkat
saat malam hari, mereka tiba di Benua Timur saat sore hari
Meski begitu....
“Walau begitu....”
“Hey~ Maou, lihat, lihat!”
Setelah dipanggil oleh Acies dari belakang, Maou yang awalnya memasang
ekspresi tidak senang, tiba-tiba tertawa terbahak-bahak.
Itu karena Suzuno dan Acies memakai kantong tidur untuk bergerak ke sana
sini.
Kantong tidur model Mummy ini adalah kantong tidur berkualitas bagus yang
bisa mempertahankan panas dari kepala sampai kaki, fitur lainnya adalah,
ketika resleting di sebelah samping dan bawah dibuka, orang yang
memakainya akan bisa mengeluarkan tangan dan kaki mereka sambil tetap
terbungkus kantong tidur tersebut.
Sepertinya itu untuk tujuan kenyamanan, seperti saat bagian tangannya dibuka,
kau akan menjadi bisa membaca di dalam tenda ataupun mengatur lampu, dan
untuk bagian kakinya, itu akan membuatmu bisa segera kabur ketika kau
merasakan adanya binatang besar yang mendekat.
Karena itu adalah peralatan kemah yang dijual di Jepang, bagi Maou dan yang
lainnya, yang sudah tahu kegunaan barang-barang ini, seharusnya tidak perlu
aktif menggunakannya bahkan saat memasang tenda.
Dan karena Suzuno dan Acies memiliki penampilan yang cukup cantik,
pakaian ini jelas-jelas tidak sesuai.
Terutama di mata Maou yang sudah selesai memasang tendanya, alasan kenapa
Suzuno dan Acies kerepotan memasang tenda mereka, adalah karena mereka
bergerak seperti kepompong raksasa.
“Yeah!”
“Jadi, kau.....”
“Ti-tidak! I-itu benar, aku berencana untuk ganti baju nanti! Agar tidak terlihat
olehmu, aku ingin melakukannya di dalam kantong tidur ini..... ah!”
Mungkin karena pasak lain juga belum tertancap cukup dalam, begitu salah
satunya mengendur, keseluruhan tenda pun mulai condong.
“Cukup, aku akan membantumu memasang tenda, jika kau ingin ganti baju,
maka gunakanlah kesempatan ini untuk menemukan tempat berganti baju yang
tidak bisa kutemukan.”
“Ugh~~”
Meskipun ekspresi Suzuno nampak berubah karena rasa malu, dia tetap
membawa pakaiannya dan berjalan menuju hutan di sebelah sungai.
“Hey, Acies, bantu aku memalu pasak yang ada di sana ke tanah.”
“Baik baik.”
“Hm?”
Acies memalu pasak ke dalam tanah dengan gerakan yang berbahaya sembari
menjawab.
Itu adalah saat di mana Maou dan Emi kembali bertemu dengan Urushihara,
dan kekacauan mulai terjadi di sekitar mereka.
“Karena aku lahir kurang dari setahun yang lalu, aku tidak yakin apa yang
terjadi sebelum itu.”
“Serius ini?”
Mengabaikan Maou yang terkejut, Acies, masih dengan penampilan
seperti kepompong, mengikatkan tali pada pasak.
“Yeah, semenjak aku lahir, aku sudah tinggal di Jepang bersama ayah, aku
tidak yakin dengan hal-hal yang terjadi sebelum itu.”
Jika penjelasan Acies bisa dipercaya, maka dia adalah adik Alas Ramus.
Dan, karena ada perbedaan dalam perkembangan tubuh mereka, Maou pun
berpikir kalau Acies mendapatkan wujud manusianya lebih dulu daripada Alas
Ramus.
Belum ada tiga bulan semenjak Alas Ramus lahir, meskipun perbedaan di
antara keduanya saat mendapatkan wujud manusia masih kurang dari setahun,
sudah ada perbedaan yang begitu besar dalam perkembangan tubuh mereka.
“Dan juga, kenapa Acies yang mendapatkan wujud manusia lebih dulu, malah
menjadi adik? Peraturan macam apa ini?”
“Hm?”
“Tidak.... kita bisa membicarakan masalah ini setelah Alas Ramus kembali....
tapi itu artinya, Nord datang ke Jepang lebih awal dari yang kuduga.”
“Mungkin~~”
“Hm?”
Maou menatap tenda yang dengan cantiknya terpasang ketika mereka sedang
berbicara dan mengangguk puas.
“.... Setelah kekacauan ini berakhir, kita perlu mengadakan sebuah pertemuan
keluarga besar.”
“Pertemuan keluarga?”
“Ugoh!”
Maou terkejut karena tiba-tiba ada suara yang terdengar dari belakang.
Suzuno, melihat hal tersebut, sekali lagi berbicara dengan nada tegas.
“Apa?”
Suzuno yang tadi terlihat seperti kepompong warna warni, setelah mengganti
pakaiannya dan kembali, ternyata tidak memakai kimono yang biasanya ia
pakai.
Di atas sepatu kulit Suzuno, terdapat pakaian panjang milik Penyelidik Gereja
yang mencapai pergelangan kakinya, dia juga mengenakan jubah berwarna
nakal dengan sebuah selempang kepala yang terlihat sudah dipakai untuk
waktu yang lama.
Suzuno yang saat ini mengenakan jubah, bukan lagi tetangga cerewet di
apartemen tiga tatami, dia memiliki aura dan kemisteriusan seorang Penyelidik
peringkat atas dari Dewan Pembenaran Ajaran Gereja, Crestia Bell.
“Ini adalah jubah dari Departemen Penyebaran Ajaran Luar milik Gereja.
Gereja juga mengirimkan sekumpulan besar biarawan dan utusan ke Afashan,
meskipun aku tidak pernah berinteraksi dengan orang-orang itu karena
pekerjaanku dulu, ketika kami melewati desa-desa di sepanjang perjalanan,
hanya jubah inilah yang tidak akan dicurigai oleh orang lain..... jadi, tatapan
macam apa itu?”
Kata-kata Suzuno memang masuk akal, tapi itu akan lebih baik lagi jka dia
memegang sesuatu seperti kitab. Dengan membawa kantong tidur model
mummy yang dia pakai hingga beberapa saat lalu, itu semua terdengar tidak
meyakinkan sedikitpun.
“...... Kupu-kupu?”
Suzuno pun mulai panik, tapi sebelum dia bisa bertanya maksud Maou yang
sesungguhnya, Acies yang masih terlihat seperti kepompong, menyelanya dan
mengganggu Maou dengan bertanya sebuah pertanyaan.
“Yeah, Acies, berganti kulit adalah saat di mana ular, udang, dan kepiting
menggugurkan dan meninggalkan kulit di tubuh mereka supaya mereka bisa
tumbuh lebih besar. Di sisi lain, dalam kasus kupu-kupu dan jangkrik, itu
merujuk pada larva yang berubah menjadi kepompong, dan dari kepompong
menjadi serangga dewasa, mereka menanggalkan kulit luar mereka dan
mendapatkan penampilan yang benar-benar berbeda. Proses itu disebut
berganti kulit.”
“.... Lupakan, siapa yang peduli dengan berganti kulit dan hal-hal semacam
itu?”
“Oh~ kupu-kupu ya. Kalau begitu, Suzuno itu berganti kulit yang cantik, ya
kan?”
Acies dengan ceria berlari ke arah Suzuno, tapi Suzuno malah memasang
wajah tanpa ekspresi, seolah tidak peduli dengan hal tersebut.
“Tunggu dulu, apa maksudmu dengan suka bercanda? Aku ini selalu serius!”
“Bukankah Emi dan Chi-chan sudah menyebutkan hal ini sejak awal? Meski
tak ada yang salah dengan kimono, cobalah sekali-sekali memakai pakaian ala
barat. Jubah itu benar-benar cocok denganmu, kau tahu?”
“Be-be-be-benarkah....?”
“Eh?”
“Kau......”
“Kau?”
Mencengkeram pipi Acies dan menyumbat mulutnya saat dia mendekat dari
samping secara refleks dengan satu tangannya, Suzuno menggenggam
pinggiran jubahnya dengan gelisah dan bertanya pelan,
“Kau.... pikir.... itu cocok denganku?”
Dari sudut pandang Maou, dia tidak pernah menyangka kalau keengganan
Suzuno untuk memakai pakaian ala barat, akan sebegitu kuatnya sampai-
sampai dia menunjukkan ekspresi seperti itu. Hal itu membuat Maou yang tahu
kalau dia telah mengatakan sesuatu yang tidak pantas, mengucurkan keringat
dingin.
“Menurutku sejak awal semuanya ingin kau memakai pakaian ala barat.... yeah,
menurutku itu juga akan sangat cocok.”
“Ra.... Raja Iblis, ada apa denganmu, kenapa kau tiba-tiba mengatakan hal
seperti itu, meskipun kau memujiku..... tidak ada hal bagus yang akan datang,
kau tahu?”
“Uh, tapi apa yang kukatakan itu benar. Dan Ashiya bilang saat mencuci baju,
melempar pakaian biasa ke dalam mesin cuci itu tak masalah.”
“....Hm?”
“Aku memang sering membeli baju di UNIxLo, tapi ada juga kok toko baju
murah lain di pusat perbelanjaan, jika kau melihat baju yang kau sukai, kau
bisa membeli baju dengan model dan ukuran yang sama dalam jumlah besar.”
“...Hmmm?”
“Puubowabapwohpwoh.”
“Meski aku tidak pernah memakai kimono, memikirkan gaya hidup kita,
keuntungan memakai pakaian ala barat itu lebih tinggi, serius.”
“.....”
“Dan aku pernah dengar kalau kimono itu memiliki aturan khusus untuk pola
mereka berdasarkan musim dan suasananya, benar? Dalam hal ini, untuk
pakaian ala barat itu tidak terlalu merepotkan, dan kau hanya perlu memilih
jenis kain yang kau butuhkan. Karena itu benar-benar mudah, jadi aku
menyarankanmu untuk mencobanya sekali-sekali.”
".... Tidak, tidak ada apa-apa. Hanya saja, aku merasa begitu bodoh
membiarkan hatiku dibingungkan oleh seorang iblis. Aku ingin bermeditasi
sebentar setelah ini, supaya aku bisa menyingkirkan pikiran jahat di hatiku."
"Pwah!!"
"Ah, er, erhm, tapi apa yang tadi kukatakan soal bagaimana pakaian itu cocok
denganmu itu serius lho."
Meski dia tidak tahu alasannya, Maou yang sadar kalau dia telah membuat
Suzuno bad mood, dengan tidak natural menambahkan kalimat tersebut,
mengatakannya pada sosok Suzuno yang terlihat lesu.
Namun....
"......"
"Augh... sakit...."
Tidak takut dengan Surga maupun Bumi, seharusnya memang seperti ini.
Maou memandang Acies yang mempertahankan wujud kepompong warna-
warninya dan memasuki tenda yang diselimuti badai.
Maou menghela napas sambil menengadah menatap langit berbintang Ente Isla.
XxxxX
"Penggunaan bahan bakarnya ternyata lebih besar dari yang kita perkirakan...
apa ini bisa bertahan sampai Azure Sky Canopy?"
"Jalan memutar pagi ini memang menyebabkan banyak kerugian.... Aku tidak
pernah menyangka kalau kita akan bertemu pasukan patroli Seikokin. Kita
tidak hanya mempercepat laju kita, kita bahkan melewati tempat yang
memiliki kondisi jalan yang buruk."
Meteran bahan bakar di moped mereka, saat ini hanya tinggal satu bagian
jauhnya dari simbol E.
“Tapi sepertinya kita akan mencapai Azure Sky Canopy lebih cepat dari yang
kita duga. Aku harap kita bisa menggunakan waktu hari ini untuk..... sampai di
dekat kota ini. Semakin dekat kita dengan Azure Sky Canopy, semakin besar
kemungkinan kita bertemu Kesatria Hakin, kuharap kita bisa menggunakan
moped semaksimal mungkin untuk bergerak ke tempat terdekat.”
“Itu benar.”
“Meskipun aneh bagiku untuk mengatakan ini, tapi upaya pembangunan di sini
benar-benar berjalan dengan baik ya. Kukira keadaannya akan lebih kacau.”
“Memang seharusnya bukan kau yang mengatakan hal itu, tapi aku juga agak
risau. Raja Iblis, biar kutanya sesuatu, seberapa kuat Malebranche di Dunia
Iblis?”
“Kekuatan Malebranche? Jika kau bertanya soal jumlah, maka aku hanya bisa
menjawab kalau jumlah mereka cukup banyak. Ketika Pasukan Raja Iblisku
menyerang keempat benua, entah itu pasukan utara, timur ataupun barat,
mereka adalah pasukan campuran yang terdiri dari berbagai klan, namun hanya
pasukan Malacoda yang ada di selatan lah, 80% nya adalah Malebranche, tapi,
bagaimana aku mengatakannya ya, kebanyakan dari mereka sudah dibunuh
oleh Emi dan para manusia....”
“Yeah, dengan kata lain, tidak ada banyak pasukan yang ada di bawah
komando Camio?”
“Karena kami tidak melakukan sensus dengan ketat seperti di Jepang, jadi aku
juga tidak yakin jumlah pastinya.”
“..... Itu masuk akal. Dari bagaimana berlebihannya Ciriatto, Farfarello, dan
Libococco berbicara, kupikir akan ada banyak iblis yang berkeliaran di mana-
mana.”
Pada dasarnya, jika Ashiya dan Nord tidak diculik oleh Gabriel, kalaupun
keberadaan Emi tidak diketahui, itu mungkin tidak akan menyebabkan
pergolakan politik apapun.
Namun, di balik insiden ini, bayangan beberapa malaikat bisa terlihat. Para
malaikat dan iblis tersebut menggunakan tentara dari Kekaisaran Afashan
untuk menculik Ashiya dan Nord, dengan begini, maka bisa ditebak bahwa
selain benang dari insiden yang ada di hadapan mereka, satu pihak yang tidak
diketahui masih bersembunyi di baliknya.
“Untuk mengetahui situasi yang sebenarnya, ayo kita cari informasi dari
penduduk di sini.”
Menurut peta Ashiya, ini adalah desa yang dikenal dengan nama Honfa.
Mereka menyembunyikan moped mereka di pepohonan di belakang desa
sebelum datang ke sini.
Meskipun desa ini terlihat tidak terlalu besar, tapi mereka mempunyai populasi
yang cukup padat, para penduduk sepertinya meminta para Kesatria Josokin
untuk bertanggung jawab terhadap keamanan desa, karena itulah, prajurit
dengan bandana merah yang memiliki pinggiran berwarna putih bisa dilihat di
mana-mana.
Ketika Maou dan Suzuno sedang berada dalam diskusi serius, Acies dengan
anteng terus memakan makanannya, saat akhirnya mereka menyadari keadaan
sekitar, mereka mendapati Acies sudah menghabiskan roti yang diletakkan di
dalam keranjang, dan menyerahkan piring kosong yang sebelumnya berisi
ayam dan sayuran rebus, sekaligus pie yang terbuat dari sayuran lokal dan ikan
air tawar kepada karyawan restoran.
Mungkin karena Benua Timur memiliki sumber air yang melimpah dan
kualitas air yang hampir mendekati Jepang, budaya makanan yang
berkembang di sini, adalah sesuatu yang bahkan bisa dinikmati oleh Maou
yang sudah terbiasa dengan makanan Jepang.
Namun, Maou tidak bisa langsung setuju dengan Acies yang memesan lebih
banyak lagi makanan tanpa meminta izin lebih dulu.
Itu karena Maou dan Acies, saat ini bergantung sepenuhnya pada Suzuno
dalam hal keuangan.
Meski kata-kata 'pinjaman' atau 'bunga' yang bisa membuat Raja Iblis jatuh ke
dalam teror, tidak muncul, jika dia terlalu bergantung pada bantuan keuangan
Suzuno, rasanya nanti banyak hal akan menjadi sangat mengerikan.
Terlebih lagi, bagi Maou yang selalu mencari uang untuk menghidupi dua anak
buahnya, menjadi toy boy itu sangatlah menyedihkan.
“Tak masalah, kenapa kita tidak memesan pie lagi? Aku kebetulan juga ingin
memakan hidangan mi yang mirip seperti udon tadi. Boss!”
'Bisakah kau membawakanku salah satu pie ikan tawar itu dan membantu gadis
ini mendapatkan semangkuk sayuran rebus lagi? Ditambah lagi, aku ingin sop
mi beras ini, dan jika tokomu punya wine yang kau banggakan, izinkan aku
melihatnya juga.”
'Walau bisnis yang menguntungkan seperti ini sangat bagus bagi kami, tapi
sayangnya, toko kami tidak terlalu berkelas sehingga punya wine yang bisa
kami sajikan pada nona pendeta dari Gereja.'
Pemilik restoran ini adalah seorang wanita berbadan besar, dia menerima
pesanan tersebut sambil tersenyum.
“H-hey, Suzuno, apa kau barusan memesan wine? Menyetir setelah minum-
minum itu melanggar hukum.”
Maou yang sedikit-sedikit tahu bahasa Akou saat dia menyerang Ente Isla dulu,
menegur isi pesanan Suzuno.
“Iya, tenanglah. Ini tidak seperti aku benar-benar ingin meminum wine.”
Suzuno nampak sudah menduga kalau Maou akan menentangnya seperti itu,
dan hanya menjawab sekenanya.
'Akan butuh beberapa waktu untuk pie nya dipanggang, apa kau mau
menggunakan kesempatan itu untuk minum? Tapi toko kami hanya punya
wine jenis ini.'
Sembari berbicara, pemilik restoran itu membawa dua botol minuman wine.
Suzuno melihat label pada botol itu, mengangguk perlahan setelah berpikir
beberapa saat, dan mengatakan,
'Eh?'
'Kau tahu kalau aku adalah orang yang lahir di Benua Barat, itulah kenapa kau
merekomendasikan wine ini, benar? Kedua botol minuman wine ini diproduksi
di Benua Barat.'
Suzuno menatap si pemilik yang sedang bingung dan langsung menuju ke poin
utama.
'Aku ingin bertanya padamu sesuatu. Apakah rumor bahwa Azure Sky Canopy
dikendalikan oleh iblis itu benar?'
'Tapi.... jika ditanya apakah ada perbedaan atau tidak, sebenarnya tidak ada
perbedaan yang signifikan di sini. Meskipun ada keributan besar setelah orang-
orang tahu kalau Jenderal Iblis Alsiel kembali.'
Begitu berbicara sampai ke poin ini, si pemilik restoran, setelah memastikan
tidak ada pelanggan lain di toko, mendekat ke arah Suzuno dan mengatakan,
'Karena kau adalah orang dari Barat, aku akan memberitahumu hal ini,
sebenarnya bagi kami, rakyat biasa, apakah penguasanya Jenderal Iblis
ataupun Unifying Azure Emperor, itu tidak ada bedanya sama sekali.'
'Oh?'
“Mereka sepertinya berbicara sesuatu yang rumit? Aku ingin cepat makan pie!”
Maou menahan Acies yang sudah tak sabar menunggu pelayan restoran
membawakan makanan.
'Yeah, tapi itu benar. Karena sangat jarang ada nona pendeta yang bersedia
berbincang denganku, maka aku akan memberitahumu dengan jujur. Setelah
Pasukan Raja Iblis baru masuk ke Azure Sky Canopy, hanya ada satu hal yang
benar-benar berubah. Kesatria Hakin di seluruh Afashan menjadi semakin kuat,
dan mereka tiba-tiba menyatakan perang terhadap benua lain.'
'Yeah, aneh kan? Meskipun hal pertama yang Alsiel lakukan sebelumnya
adalah memutus kekuatan Kesatria Hakin. Walau ini hanya rumor, beberapa
orang bahkan curiga kalau Unifying Azure Emperor dikendalikan oleh nafsu
kekuasaan dan bekerja sama secara aktif dengan iblis untuk menyebabkan
perang. Dulu, Alsiel memulai banyak proses untuk melemahkan manusia, tapi
setelah iblis-iblis datang kali ini, sirkulasi kami, produksi kami, bahkan
kekuatan militer kami menjadi semakin kuat. Kalau sudah begini, wajar kalau
itu menyebabkan kecurigaan.'
'Begitu ya.... ugh, terima kasih sudah memberitahuku informasi yang berharga
ini. Terakhir, boleh aku bertanya pertanyaan lain?'
'Apa itu?'
'Malaikat? Malaikat yang kau bicarakan ini maksudnya malaikat yang tertulis
di dalam kitab Gereja?'
'Karena kita punya iblis, maka seharusnya juga ada malaikat di suatu tempat di
dunia ini, tapi aku sama sekali tidak pernah mendengar rumor seperti itu.'
Mereka memang tahu mengenai eksistensi para iblis, tapi pergerakan rahasia
yang dilakukan oleh para malaikat, sama sekali tidak mencapai telinga rakyat
biasa.
'Sudah ya, gadis itu sepertinya sudah tidak bisa menunggu lagi, ini saatnya aku
mengeluarkan pie panggangnya, apa ada hal lain yang ingin kau tanyakan??'
'Tidak, tidak ada, terima kasih. Itu informasi yang sangat berharga.'
'Jangan khawatir. Atas namaku, aku tidak akan memberitahu siapapun tentang
apa yang kudengar darimu.'
'Jangan khawatir. Meskipun dia ini pelayanku, dia tetaplah pengikut Gereja
yang taat, jadi dia tahu betapa pentingnya rahasia.'
“.....Hey!”
Lebih dari 10 kilometer dari desa Honfa di dekat hutan rawa, Maou memprotes
mengenai apa yang terjadi siang tadi.
“Kau seharusnya tahu kalau penjelasan itu akan lebih mudah. Pada dasarnya
biaya untuk perjalanan ini sebagian besar aku yang membayarnya, jadi rasanya
takkan ada yang terjadi jika aku mengatakannya.”
“Ugh.”
Dibalas dengan jawaban seperti itu, Maou sesaat tak bisa berkata-kata.
“Tapi ini bukanlah lelucon, jika peta Alsiel benar, maka kita harus melewati
perkotaan lain untuk sampai ke Azure Sky Canopy. Jika pemeriksaannya
menjadi semakin ketat, menyebutmu dan Acies sebagai pelayan yang
kupekerjakan akan menjadi alasan paling meyakinkan dan bisa diandalkan.”
“.... Masalahnya adalah apakah orang ini bisa berakting atau tidak. Jika sesuatu
terjadi, dia bisa tetap berada di dalam tubuhku. Meskipun itu artinya Acies
harus diperlakukan seperti sebuah barang dan rasanya juga tidak akan
menyenangkan.”
Setelah kejadian siang tadi, mereka membeli banyak pie ikan air tawar bungkus
untuk makan malam, Maou menatap ke arah Acies yang telah memakan
makanannya dan berubah menjadi kepompong agar bisa tidur di sebelah api
unggun, dan menunjukkan sebuah senyum kecut.
“Huuh, apa ya yang sebaiknya kita lakukan jika kita benar-benar menemui
situasi seperti itu? Ayo kita pikirkan setelah menyelesaikan setengah hari
perjalanan besok.”
“Aku harap kita bisa menggunakan moped sedekat mungkin dengan Azure Sky
Canopy, tapi dalam skenario terburuk, kita mungkin harus meninggalkan
moped kita di suatu tempat.”
“Meski kau bilang begitu, mau bagaimana lagi. Semakin dekat kita dengan
ibukota, semakin besar kemungkinan kita ketahuan. Kita ini harus menghindari
tindakan yang terlalu mencurigakan....”
“Ughhh....”
“Oh ya, sejak dulu aku sedikit penasaran, kenapa kau selalu menamakan
kendaraan dengan nama 'Dullahan'?
“Huh?”
“Dullahan itu adalah nama iblis yang muncul dalam legenda dan dongeng bumi
kan? Seingatku itu adalah iblis kesatria tanpa kepala yang mengendarai kereta
yang ditarik oleh kuda tak berkepala, benar?”
“Tapi aku tidak pernah mendengar makhluk semacam itu di antara iblis yang
menyerang berbagai wilayah di Ente Isla. Meski itu mungkin hanya karena aku
tidak mengetahuinya....”
“Yeah, Dunia Iblis memang tidak memiliki iblis seperti Dullahan yang tersebar
di bumi. Pada dasarnya, dari sudut pandang biologi, sangat aneh kan berlari-
lari sambil membawa kepalamu sendiri!”
“Kau tidak punya hak untuk mengatakan hal-hal seperti itu... lupakan sajalah,
jadi kenapa harus Dullahan?”
“Uh, sebenarnya tidak ada makna khusus apapun.”
“Sebelum bekerja di MgRonalds, Ashiya dan aku sudah beberapa kali dipecat
dari pekerjaan kami.”
“Oh?”
Karena Maou, Ashiya, dan Urushihara sudah memiliki kehidupan yang tidak
kalah dengan orang Jepang normal ketika Suzuno datang ke bumi, dia pikir
kehidupan mereka dari awal sudah berjalan lancar.
“Huft, karena beberapa tempat kerja kami tutup, jadi tidak semuanya kami
dipecat, tapi sebelum Ashiya dan aku memutuskan kalau kita harus membagi
fokus kita dalam bekerja, pekerjaan rumah tangga, dan penyelidikan,
setidaknya kami sudah dua kali dipecat.”
“Setelah itu, aku mulai bekerja di MgRonalds, dan aku dengar dari Chi-chan
yang kala itu masih karyawan baru, mengenai tempat untuk membeli sepeda
murah. Pada saat itu, termasuk sepeda, aku membeli banyak barang-barang
mahal, membuat tabunganku memasuki zona bahaya. Ya ampun, waktu itu
Ashiya benar-benar marah.”
Meskipun dia tidak tahu situasinya pada waktu itu, Suzuno bisa
membayangkan adegan tersebut.
“Lalu, jika aku dipecat setelah bersenang-senang membeli berbagai barang dan
memakai semua tabunganku, bukankah itu akan jadi sangat buruk?”
“Jadi agar aku tidak dipecat lagi, aku membuat permohonan kepada sepedaku.
Nah, bukankah Dullahan itu iblis tak berkapala? Jadi kalau aku mengganti kata
'Kepala' dengan 'Pecat', itu akan menjadi 'Iblis yang tidak akan dipecat'.”
(T/N : 'Kepala' dan 'Pecat' memiliki lafal pengucapan yang sama dalam bahasa
Jepang)
“Apa? Yang bertanya di sini itu kau! Hey, apa yang kau tertawakan?”
Suzuno pada awalnya menunjukkan ekspresi jengkel, tapi setelah itu, dia
perlahan mulai menganggapnya lucu dan sedikit tertawa.
“Hehehe... daripada itu, jika kau bilang kalau itu agar aku tidak bisa melupakan
perasaan saat kau menjadi Raja Iblis dulu, atau setidaknya ingin menamakan
tungganganmu dengan nama Dullahan, itu akan jauh lebih baik, hhahahha!”
“Kalau seperti itu, bukankah aku malah menjadi orang yang tidak memiliki
pengetahuan umum?”
“Ahh, menggelikan sekali. Aku harus menceritakan ini pada Emilia dan Chiho-
dono nanti.”
“Hey, jangan lakukan itu, bodoh! Tanpa mempertimbangkan Chi-chan, si Emi
itu pasti akan menertawakanku selamanya, jadi jangan beritahu dia!”
“Tidak, bukan apa-apa. Lupakan. Aku hanya merasa itu sedikit lucu karena
terlalu mirip dengan manusia.”
Maou yang merasa benar-benar kesal, berpaling dari api dan melempar kayu
bakar jauh ke dalam kegelapan, seolah sedang melepaskan amarahnya.
Karena alasan yang tak diketahui, Suzuno menatap punggung itu dengan
ekspresi lembut, dia kemudian tiba-tiba memungut peta yang Ashiya gambar.
“Apa?”
“Huh?”
Meski wajah Maou tidak bisa dilihat dengan jelas karena bayangan api unggun,
Suzuno bisa dengan jelas melihat kalau ekspresinya sedikit berubah.
“Maksudku bukan yang sekarang. Tapi saat kau, Alsiel, dan Lucifer berencana
menguasai kelima benua di sini sebelum berakhir terdampar ke Jepang.”
“Dengan semuanya yang sudah seperti sekarang ini, kenapa kau menanyakan
hal ini padaku? Dan bukankah sudah kubilang sebelumnya? Itu adalah untuk
menguasai Ente Isla.....”
“Itulah kenapa aku ingin bertanya, kenapa harus menguasai? Bukankah kalian
datang untuk menghancurkan dunia manusia?”
Suzuno teringat apa yang Chiho katakan sebelum mereka berangkat dan
bertanya,
“.....”
“Dari caramu mengatakannya, rasanya seolah aku ini orang jahat yang
mengganggu Chi-chan dan tidak mau melepaskannya.”
“Belakangan ini, aku tidak bisa memahamimu. Bukan sebagai Maou Sadao,
melainkan sebagai Raja Iblis Satan.”
“Pada awalnya, aku sangat yakin kalau gaya hidup Maou Sadao di Jepang, itu
hanya untuk menyembunyikan identitas aslimu sebagai Raja Iblis Satan. Aku
selalu curiga kalau kau sebenarnya memandang rendah manusia, dan akan
mengkhianati serta melukai orang lain begitu kau menemukan celah.”
“Kasar sekali. Meskipun bagi iblis, menjadi jahat itu adalah semacam pujian.”
“Meski kau pernah berubah kembali ke wujud Raja Iblis beberapa kali, kenapa
kau tidak kembali, kau bahkan tidak berencana menyingkirkanku dan Emilia,
dan terus tinggal di Jepang sebagai Maou Sadao dengan taat hukum?”
“.....”
“Kedatangan kita kali ini, seharusnya menjadi kesempatan yang besar kan?
Kau yang sekarang, telah memiliki kekuatan yang melampaui seorang
Malaikat Agung, Alsiel dan para iblis bawahanmu juga berada dalam
jangkauan. Kalau kau melupakan soal Jepang dan bumi, dan membunuhku, si
pembuka gate, tak akan masalah bahkan jika kau ingin kembali ke Dunia Iblis.
Kondisi dunia manusia yang sekarang tidaklah sekuat yang sebelumnya,
Emilia juga berada dalam masalah, bukankah ini kesempatan yang bagus untuk
menguasai dunia?”
Sepertinya, sampai saat ini, Maou masih tidak sadar akan apa yang dia katakan
secara tak sengaja ketika berada di apartemen sebelum keberangkatan.
“Berdasarkan hal ini, kau yang berencana menguasai Ente Isla, tindakanmu itu
tidaklah konsisten sama sekali. Tapi saat ini, aku memikirkan sebuah asumsi.
Jika asumsi ini benar, tindakan tidak konsistenmu semuanya akan menjadi
jelas.”
“Hentikan!”
“Kubilang hentikan....”
“Mata kebijaksanaan Chiho-dono terkadang memang sangat mengerikan.
Tidak, mungkin karena Chiho-dono tidak tahu apa-apa, dia bisa sampai pada
kesimpulan seperti itu. Raja Iblis, kau......”
“Kau sebenarnya adalah pria baik nan tulus yang akan membuat orang
bertanya-tanya kenapa kau terlahir sebagai seorang iblis.”
“..... Mengucapkan kata-kata itu, apa kau tidak malu sama sekali?”
“Karena aku belajar semuanya dari Chiho-dono. Chiho-dono tahu kalau kau
adalah Raja Iblis dari dunia lain dan tidak pernah meragukannya, meski orang-
orang sering bilang kalau cinta membuat seseorang buta, dalam kasus Chiho-
dono, itu malah membuat mata kebijaksanaannya menjadi lebih sensitif.”
“Dan hal ini juga bisa dilihat oleh Chiho-dono, termasuk Emilia dan aku,
semua orang di Ente Isla sama sekali tidak menyadarinya.”
“Tidak.”
“Kenapa?”
“Sederhananya, karena aku merasa gelisah. Mungkin aku akan diserang saat
sedang tidur, dan saat ini, aku tak bisa menjamin kalau kau dan Alsiel tidak
akan mengkhianatiku setelah sampai di Azure Sky Canopy, dan memulai
aktifitas Pasukan Raja Iblis yang baru.”
“Me-menurutku, apa yang kau katakan tadi itu tidak konsisten sedikitpun.”
“Itu benar, meskipun dulu aku seorang Penyelidik, aku masihlah seorang
pendeta tak peduli seberapa jauh aku jatuh, aku..... yosh!”
“Uwah!”
Di posisi satu kepala lebih pendek dari dirinya, Maou melihat bagian belakang
kepala Suzuno yang diterangi cahaya api unggun, dia pun sadar kalau Suzuno
sedang duduk saling membelakangi dengannya.
"Ke-kenapa kau tiba-tiba melakukan ini?"
"Dengan begini, kau tidak akan melihat wajahku. Raja para iblis, beritahu aku
jika kau tidak keberatan. Kenapa kau menyerang Ente Isla?"
Maou menutupi wajahnya dengan kedua tangan dan menghela napas dalam.
"Biar kukatakan hal ini lebih dulu, sampai sekarang, aku tidak pernah
menceritakan ini pada orang lain, dan itu bukan karena ada rahasia besar di
belakang semua ini. Ini hanya karena tidak ada orang yang pernah bertanya,
makanya aku tidak pernah mengatakannya."
"Bagi kalian (manusia), ini akan menjadi sesuatu yang membosankan dan bisa
dilihat di manapun, bahkan jika kau tidak bisa terima setelah mendengar
semuanya, aku tidak akan peduli, okay? Aku tidak bisa menjamin ini dapat
disebut sebagai pengakuan."
Lalu dia mulai berbicara dengan nada yang terdengar natural, seolah sedang
mengingat apa yang baru saja terjadi beberapa hari yang lalu.
"Aku tidak ingat apakah aku pernah mengatakan hal ini padamu atau tidak, tapi
pokoknya, Dunia Iblis tempatku lahir adalah dunia tanpa harapan yang
dikuasai oleh kekerasan. Iblis kuat akan menyiksa dan melukai iblis yang
lemah kapanpun mereka mau, mereka hanya peduli dengan keberlangsungan
hidup mereka sendiri, Dunia Iblis pada waktu itu adalah tempat yang seperti
itu. Lalu aku membangun sebuah pasukan untuk mengubah dunia itu, dan
dengan bantuan Camio dan Alsiel, aku berhasil memenuhi tujuan
penaklukanku, sebuah negara beradab yang tidak pernah dilihat sebelumnya
pun, lahir di bawah kekuasaanku. Sampai saat itu, semuanya masih bisa
dianggap bagus."
"Yeah."
"Berkat hal ini, sebagian besar iblis lemah tidak lagi mati karena kekerasan
yang tidak masuk akal. Sihir, setelah disistemisasi, menjadi semakin efisien,
dan kekuatannya sedikit demi sedikit meningkat. Hingga saat itu, aku, Camio,
dan Alsiel sama sekali tidak menyadari masalah itu."
"Seperti yang kau ketahui, iblis bisa memperoleh sihir iblis melalui perasaan
takut dan keputusasaan guna mendapatkan energi yang mereka butuhkan untuk
bertahan. Meskipun penyatuan dunia yang kulakukan berhasil membawa
ketertiban dan kedamaian pada Dunia Iblis, sebaliknya, rasa takut dan
keputusasaan berangsur-angsur mulai menghilang. Dan alhasil, sihir iblis di
Dunia Iblis pun berkurang dengan kecepatan yang begitu luar biasa. Tapi
karena penyatuan itu, populasi malah terus meningkat. Kau bisa menebaknya
kan, alasan kenapa Dunia Iblis dipenuhi dengan sihir iblis sampai sekarang.
Dan aku membuat alasan itu menghilang. Kalau sudah begini, sihir iblis yang
telah terakumulasi pun terpakai dengan kecepatan yang tak dapat dipercaya.
Begitu aku tahu kalau itu tidak akan bertahan lebih dari 500 tahun, aku benar-
benar pusing."
".... Jadi, itu alasan kenapa kalian menyerang Ente Isla? Sungguh alasan yang
biasa."
Maou tidak bisa melihat ekspresi Suzuno. Tapi karena dia tahu dari suara
tersebut kalau Suzuno mendengarkannya dengan serius, Maou melanjutkan
ceritanya,
"Jika kami membiarkan manusia punah, hal yang sama hanya akan terjadi lagi.
Lagipula, aku dengar kalau umur manusia itu sangat pendek jika dibandingkan
dengan kami. Hari di mana manusia punah, hanya akan menempatkan para
iblis itu ke tempat yang tidak memiliki apa-apa. Itulah kenapa aku ingin
membuat keadaan di mana para manusia menghasilkan perasaan takut yang
cukup dan menguasai mereka. Karena itulah, aku dengan ketat memerintahkan
Empat Raja untuk membunuh siapapun yang melawan, tapi juga menerima
manusia yang menyerah. Huft, meskipun ukuran implementasinya berbeda
berdasarkan si iblis itu sendiri."
"Begitu ya. Jadi itu alasan kenapa para keluarga kerajaan masih hidup dengan
aman sekarang."
Sebelum Suzuno datang ke Jepang, dia hanya tahu kekejaman yang dilakukan
oleh para Jenderal Iblis hingga batas tertentu, dan memang terdapat perbedaan
besar antara benua timur, barat, selatan, dan utara.
Pada saat itu, berdasarkan statistik yang terkumpul, kecuali Benua Utama yang
menjadi tempat munculnya Kastil Iblis, jumlah manusia yang mati utamanya
terkonsentrasi di benua selatan dan barat, sementara jumlah korban di benua
timur dan utara, relatif lebih rendah.
"Setelah itu, semuanya sama seperti yang kau ketahui. Emi berhasil
membebaskan berbagai benua dan pada akhirnya, aku menjadi pemimpin
pasukan yang kalah dan terdampar ke Jepang. Hey, ini sangat membosankan,
bukan?"
Suzuno yang merasa kalau Maou itu terlihat lucu karena terus menekankan
kata bosan untuk menaikkan pertahanannya, sedikit tersenyum sambil berhati-
hati agar tidak ketahuan.
"Tidak semembosankan itu. Hanya tahu bahwa kau tidak ada bedanya dengan
raja manusia saja sudah sangat membantuku. Tapi, ada satu hal yang tidak
kupahami."
"Huh?"
Ketika Maou menoleh, ternyata Suzuno juga melakukan hal yang sama,
menyebabkan pandangan mereka saling bertemu.
"..... Aku?"
Tidak menyangka pertanyaan tersebut, dengan kata lain, itu artinya orang di
sekitar Maou tidak pernah bertanya padanya mengenai hal itu.
"Yeah, benar sekali. Setelah ibukota Benua Utama, Isla Centrum hancur,
sampai pertarungan final dengan Pahlawan Emilia, tak ada seorangpun yang
pernah mendengar nama Raja Iblis Satan. Orang yang bertugas menyerang
benua timur, barat, selatan, dan utara adalah para Jenderal Iblis kan? Aku ingin
tahu, setelah menyerahkan semua tugas penyerangan kepada Pasukan Raja
Iblis, apa yang Raja Iblis sendiri lakukan?"
"Ternyata kau benar-benar pengecut. Apa kau tidak percaya diri dengan apa
yang kau lakukan sebelumnya?"
"Karena aku sedang berbicara tentang kegagalanku, mana mungkin aku punya
kepercayaan diri?"
Dan kemudian mengatakan hal itu dengan suara yang sangat pelan.
"Memang tidak separah iblis, tapi orang-orang yang berbeda dalam hal suku
bangsa, bahasa, dan penampilan ini, mereka benar-benar bisa membangun
sebuah masyarakat pasca perang dan menjalani kehidupan dengan bekerja
sama, ini membuatku berpikir kalau manusia itu benar-benar species yang
sangat misterius."
"......"
"Aku melakukan banyak hal-hal kecil. Seperti merenovasi kamarku yang ada
di Kastil Iblis hingga menjadi seperti milik penguasa manusia. Karena itu akan
menjadi kamar penguasa mutlak seluruh dunia manusia, suatu hari nanti
keluarga kerajaan dari seluruh dunia pasti akan datang dan menyatakan
kesetiaannya padaku, aku bahkan memikirkan hal-hal membosankan itu
sebelumnya."
"Berisik, aku tidak akan pernah menunjukkan kamarku pada seseorang yang
kukenal. Selain itu, hal-hal seperti bahasa manusia, kehidupan masyarakat
manusia, dan lain sebagainya, aku mengumpulkan banyak informasi melalui
kota-kota yang telah hancur dan melakukan penelitian. Tentu saja salah satu
alasannya adalah untuk menyelidiki sesuatu yang sebaiknya dilakukan agar
aku berhasil menaklukan kalian."
"Karena aku tidak dapat apa-apa, itulah kenapa aku berakhir dengan bekerja di
Jepang."
"Tapi pada akhirnya aku berhasil. Dari saat aku memutuskan menyerang kalian
hingga saat aku dikalahkan oleh Emi dan terdampar di Jepang, aku sama sekali
tidak bisa memikirkan perbedaan antara manusia dengan kami. Tapi tak
kusangka, setelah tiga hari terdampar di Jepang, aku akhirnya paham."
"Apa itu?"
"Itu ternyata adalah hal yang sangat sederhana. Kalau sekarang kupikir-pikir,
itu adalah sesuatu yang begitu alami, sehingga terasa agak lucu."
"Itu adalah apakah kita butuh makan atau tidak, itu saja."
"Yeah."
Setelah terdampar di Jepang, Maou pernah masuk rumah sakit dengan diantar
ambulans karena dehidrasi dan malnutrisi. Dia tidak akan pernah melupakan
langit-langit rumah sakit yang dia lihat ketika terbangun setelah tidur tiga hari
tiga malam.
"Kami, para iblis, sama sekali tidak perlu melakukan sesuatu yang khusus
untuk mendapatkan sihir iblis yang kami butuhkan untuk bertahan. Meski ada
beberapa dari mereka yang akan memakan seseorang yang mereka bunuh
karena rasa tertarik, tapi itu benar-benar hanya karena ketertarikan dan
tentunya bukan disebabkan alasan seperti sekarat karena kami tidak makan.
Tapi manusia berbeda. Asalkan seseorang memiliki uang, orang itu bisa
memakan makanan lezat yang dibuat oleh seseorang, ataupun sesuatu yang
bagus bagi tubuh mereka, karena seseorang perlu makan dan ingin memakan
sesuatu yang mereka sukai, manusia akan bekerja dan mendapatkan uang.
Masyarakat manusia terbentuk seperti ini. Dari faktor pembentuk masyarakat
saja, itu sudah sangat berbeda dari kami para iblis.... dan waktu itu, aku bahkan
tidak tahu hal sederhana seperti ini."
Getaran bisa dirasakan dari bagian punggung Maou yang bersentuhan dengan
punggung Suzuno.
Suzuno mau tidak mau berkeinginan untuk menoleh, namun dia dengan lembut
langsung didorong kembali oleh tubuh Maou.
"Aku tidak menangis, okay! Orang yang seharusnya menangis adalah Pasukan
Iblis yang mengikuti orang bodoh seperti diriku, atau mereka yang terbunuh
oleh orang bodoh sepertiku, atau juga orang seperti Emi yang mengalami
pengalaman tragis. Aku telah salah, walau aku seorang raja, aku telah membuat
kesalahan."
".... Meski begitu, kau masih harus mengambil tindakan, benar? Karena kau
adalah raja."
Kata Suzuno ke arah punggung itu dengan lembut, punggung Maou pun
gemetar.
"Kau harus meletakkan dunia manusia dan nyawa pendudukmu di atas sebuah
timbangan dan membandingkan mereka, iya kan? Raja Iblis....."
"Dosa-dosaku...."
"Bukan."
Meski begitu, Suzuno tetap tak bergeming dan terus bertanya dengan nada
yang tenang.
"Jika kau merasa menyesal mengenai hal itu, apa yang seharusnya kau
lakukan?"
"......"
"Benar sekali."
Balas Maou dengan ekspresi yang terlihat seolah bisa saja menangis ataupun
tersenyum, seolah-olah dia akan segera hancur.
"Huft, normalnya sih, mereka tidak akan mau, lagipula ini kan dosa raja para
iblis."
"Hey, kau sudah membuatku berbicara sejauh ini, bukankah itu terlalu
keterlaluan?"
Hal pertama yang dia lihat adalah bagian belakang jubah yang dipakai oleh
seorang pendeta, dan di wajah Suzuno yang perlahan menoleh, terdapat
senyum hangat yang tidak pernah Maou lihat sebelumnya.
"Satan, Raja dari para iblis. 'Kesendirian' dan 'dosa' sebagai seorang raja, aku
telah mendengarnya dengan jelas. Aku menilai bahwa apa yang kau katakan
itu benar, dan dengan nama Crestia Bell, aku memaafkan dosa-dosamu.
Bahkan jika dewa atau siapapun yang ada di dunia ini tidak memaafkanmu, hal
itu tetap tak akan berubah.... Kau telah melakukannya dengan baik."
Maou menatap wajah Suzuno dengan linglung, tapi setelah kembali tersadar
beberapa saat kemudian, dia mengernyit dan mengatakan,
"A-ada apa denganmu? Jangan-jangan ada sesuatu yang aneh di dalam pie
yang kita makan hari ini?"
"Mungkin, bahkan aku pun merasa kalau aku ini sudah gila."
"A-apa?"
"Jika aku terus berbicara, aku hanya akan terus mengeluh. Itu akan jadi seperti
menaruh kuda di depan kereta jika aku membuat si pengaku merasa gelisah,
ditambah lagi, jika aku mengutarakannya dengan gamblang, aku mungkin akan
membuat Chiho-dono marah."
".... Sekarang akhirnya aku paham betapa sulitnya hal ini bagi Chiho-dono."
Meskipun dia berbicara seolah tidak sanggup menahannya lagi, tapi wajah
Suzuno, diterangi oleh cahaya api, masih dihiasi dengan sebuah senyum.
"Akhir-akhir ini, aku sangat mempercayai Chiho-dono. Anggap saja seperti itu.
Aku.... tidak memiliki keyakinan yang Chiho-dono miliki, aku juga tidak
memiliki keberanian seperti dia."
"Huft...."
Maou menghindari poin penting dalam masalah ini dan berhasil melewatinya,
tapi tidak bisa terus membantah, dia hanya bisa tetap diam.
"....Raja Iblis."
Ini mungkin hanya imajinasi Maou, tapi ekspresi Suzuno saat ini, karena alasan
yang tak diketahui, terlihat diselimuti kesedihan.
"Apapun yang kau pikirkan, aku akan mempertaruhkan harga diri seorang
pendeta untuk menerima kata-kata itu, jadi aku tidak akan memberitahu
siapapun. Namun... jika kau bermaksud menceritakannya suatu hari nanti,
maka beritahu Emilia......"
"Tidak mau."
"Tidak adil?"
Usai mengatakan hal itu dengan cepat, Maou menundukkan kepalanya dan
menggumam,
"Bagi Emi, aku adalah raja dari para pengganggu yang telah mengacaukan
hidupnya. Itu saja sudah cukup."
"Tapi, itu....."
"Meskipun ayahnya masih hidup, kenyataan bahwa aku telah mencuri bagian
hidupnya itu tak bisa dibantah lagi, aku telah meletakkan nyawa jutaan
manusia, termasuk dia dan nyawa rakyat dan negaraku di atas timbangan, aku
membandingkan mereka, dan pada akhirnya aku memilih rakyat dan
negaraku."
"Aku tidak peduli apa yang kulakukan padanya, aku juga tidak mengharapkan
kata maaf darinya, dan tidak berada dalam posisi untuk menerima maafnya.
Jika aku memberitahunya hal ini, aku hanya akan membuat dia kehilangan
pijakannya. Ditambah lagi, kali ini, dia sudah menyebabkan banyak masalah
untuk kita."
"Kali ini, kita juga harus menyelesaikan masalah dengan Ashiya, Alas Ramus,
Acies, dan Nord. Karena orang yang mengangkat Emi menjadi Jenderal Iblis
adalah aku dan karena aku membuatnya mengambil tanggung jawab ini, aku
pun punya tanggung jawab untuk menyelamatkannya. Ini adalah masalah yang
sepenuhnya berbeda dengan masalah Pahlawan ataupun Raja Iblis, jadi....."
"Meskipun kita berhasil mengalahkan Emi, jangan beritahu dia hal yang tidak
perlu. Kali ini, kau, sebagai pendeta, bilang kalau ini adalah pengakuan dosa,
makanya aku membuat pengecualian dan memberitahumu. Si Emi itu sekarang
menjadi lemah karena dia merasa punya tanggung jawab, kau bisa coba
memberitahu dia masalahku, dan lihat bagaimana dia akan bimbang karenanya.
Dia pasti akan sangat bimbang. Itu....."
"... akan lebih baik jika dia mencelotehkan satu dua kalimat sarkas setiap kali
dia melihatku. Jika tidak, bahkan pace ku pun akan kacau."
"Raja Iblis...."
"... Ah, hey, kalimat tadi itu juga termasuk pengakuan, jangan beritahu pada
siapapun, okay?"
"......"
Suzuno tak bisa berbuat apa-apa selain memeluk tubuhnya, yang mana hingga
beberapa saat yang lalu, merasakan suhu tubuh Maou.
XxxxX
Karena Kuifan merupakan sebuah kota pedagang, kota ini tidak memiliki
dinding kokoh ataupun bangunan pertahanan, jalan yang lebar dengan mudah
dimasuki oleh pasukan besar, dan Milita menumpas Malebranche yang ada di
hadapan mereka dalam sekejap mata.
Kepala suku Malebranche yang mendiami Kuifan, Scarmiglione telah
dipojokkan.
“Lapor! Garis depan pasukan Jokokin telah berhadapan dengan kepala suku
musuh! Mereka sudah mulai bertarung sekarang!”
Ketika si pembawa pesan berlari masuk ke dalam tenda operasi Milita dan
melaporkan informasi itu, Emi perlahan berdiri.
“Biarkan aku pergi. Kekuatan para kepala suku ini benar-benar berbeda dengan
Malebranche normal, dengan kekuatan tempur yang tidak cukup, pertarungan
ini tidak akan bisa dimenangkan.”
Emi menoleh dan menatap tajam penasehat pihak Milita, Olba, yang tetap
berada di tenda dan bersiaga.
“Olba, apa kau ingin Kesatria Hakin mati sia-sia? Kalau aku pergi, ini akan
berakhir dalam sekejap.”
“Tapi.....!”
“Ugh.....”
Emi melirik ke arah perwira pasukan Hakin yang sudah bersiap siaga di tenda
semenjak meninggalkan Fangan.
Mereka semua sama sekali tidak mengerti tujuan Emi, dan wajah mereka
dipenuhi dengan harapan dan keteguhan.
Emi memberikan saran dengan wajah yang nampak seperti memohon, tapi
Olba menjawabnya dengan terkejut,
“Emilia, apa kau bilang kita harus melepaskan para iblis itu?”
“Itu......”
Emi tidak sanggup menata perasaannya yang tak dapat memberikan jawaban,
saat pembawa pesan lain berlari memasuki tenda,
“Ada sebuah Idea Link dari pasukan garis depan! Pesan penting! Itu adalah
pesan penting!”
Belum ada lima menit semenjak transmisi terakhir, namun sudah terdapat
kegembiraan di wajah tentara tersebut, melihat hal itu, Emi menarik napasnya
merasa putus asa.
“Pesan penting dari pasukan garis depan! Berhadapan dengan kepala suku
Malebranche, mereka berhasil mengalahkan musuh setelah pertarungan sengit!
Kepala suku musuh sudah dipastikan tewas! Kita berhasil membebaskan
Kuifan!”
“Uoooohhh!!”
Kabar yang pembawa pesan itu bawa dengan gembira adalah apa yang paling
Emi takuti.
“Itu hanya...... seorang iblis, yang telah lenyap hanyalah musuh manusia....”
“Itu benar, ini adalah balasan. Mereka ingin menguasai Ente Isla meniru
Pasukan Raja Iblis, mereka adalah sisa-sisa dari Dunia Iblis.... mereka
hanyalah iblis mengerikan yang seharusnya manusia kalahkan.... dan mereka
hanya berkurang satu.”
Suara Emi saat dia sedang menggumam sendiri sama sekali tak berisi emosi,
seolah dia hanya murni merunut fakta tanpa perasaan apapun.
“Iblis, adalah musuh. Mereka adalah musuh Ente Isla dan musuhku, asalkan
kita membunuh mereka, dunia akan mendapatkan kembali kedamaiannya....”
'Apa... sebenarnya iblis itu?'
“Ugh.”
Takut akan suara yang berasal jauh dari dalam hatinya, Emi memeluk tubuhnya
dengan erat seolah ingin memeras sesuatu dan membuat dirinya semakin kecil.
'… mirip sekali dengan Malebranche di hari itu... mirip seperti kepala suku
Malebranche bodoh yang sangat yakin kalau mereka bisa melakukan balas
dendam untuk Raja Iblis Satan dan para Jenderal Iblis.'
“Ugh!!”
Selama periode lebih dari setahun ini, dia sudah melihat dunia, manusia, dan
iblis yang benar-benar berbeda.
Dia tidak ingin bilang kalau musuh juga punya masalah mereka sendiri.
Dia memang memiliki keraguan di hatinya, tapi jika dia menghadapi Maou dan
para iblis itu, dia tetap menganggap mereka sebagai musuh.
Namun, yang telah mati adalah kepala suku Malebranche yang tidak pernah
dia lihat, tapi kenapa dia terasa dicengkeram oleh perasaan bersalah seperti ini.
Jika para Malebranche tidak dikalahkan di sini, Kuifan akan terus dikuasai oleh
iblis.
Untuk membebaskan rakyat Kuifan, bertarung adalah pilihan yang tepat.
“....Mama.”
Saat ini, secara mental Emi benar-benar lelah, sampai dia tidak bisa mendengar
panggilan Alas Ramus di dalam tubuhnya.
Emi berdiri dengan lemah, dan tanpa bisa menata perasaan kuat yang telah
mengacaukan pikirannya, dia kembali ke tenda pribadinya, dan jatuh di ranjang
bahkan tanpa melepas armornya.
Emi, berbaring di atas tempat tidurnya dengan lemah, memasuki alam mimpi
dengan keadaan yang mirip seperti kematian.
“....Ugh.”
Kali ini,
“Uu?”
“Siapa itu?”
Meski begitu, Alas Ramus tetap meletakkan tangannya di atas dahi, dan
memandang kegelapan sekitar untuk waktu yang sangat lama.
XxxxX
“.....”
“.....”
“Hey~ ayolah bicara sebentar, ini tidak seperti kita tidak saling mengenal.”
Tempat ini adalah tahta di puncak kastil Azure Sky Canopy. Di ruang tahta di
mana Unifying Azure Emperor yang memerintah kekaisaran Afashan
seharusnya berada, sekelompok orang tergeletak di atas lantai.
Yang tergeletak di atas lantai adalah orang-orang kuat dari Pasukan Kesatria
Hakin.
“.....Ini menjijikkan.”
Dua buah ekor yang mirip seperti tulang melambai dengan tidak sabar, dari
singgasana, Alsiel menatap tajam Gabriel yang sedang bersandar di tiang dekat
pintu masuk dan memandang ke arah singgasana dengan riang.
Meskipun kain UNIxLO robek yang tidak dapat menahan perubahan ukuran
masih menempel di tubuhnya, aura keberadaan iblis itu tetap terasa begitu
murni.
“Aku tidak merencanakan apa-apa. Kami para malaikat tidak akan secara
khusus membantu manusia, dan tempat ini bukanlah jepang, kau sadar akan
hal ini, kan? Hey, berbahagialah! Kau akhirnya kembali ke Ente Isla yang
sangat kau rindukan. Sihir iblismu juga telah sepenuhnya pulih, kau tidak perlu
lagi menggunakan tangga ketika kau pergi ke supermarket, kau juga tidak perlu
lagi memelototi label harga cairan pembersih.”
Karena Alsiel sama sekali tidak merespon, Gabriel hanya bisa mengakhiri
percakapan tersebut sendiri.
“Hmph.”
“Ugh.... Ugh.....”
Seolah ingin mengejar punggung iblis itu, para kesatria yang terbaring di lantai
mengerang.
“Bodoh sekali~ mereka tetaplah para elit Afashan, Kesatria Hakin, tapi kenapa
semuanya sulit untuk ditangani. Meski aku sudah memberitahu mereka kalau
mereka tidak akan bisa mengalahkanmu dan menyuruh mereka agar tidak
bertindak sembrono, mereka malah panik melihat perubahanmu, sampai-
sampai aku tidak bisa menghentikan mereka tepat waktu. Terima kasih sudah
tidak membunuh mereka.”
“.... Tidak ada gunanya membunuh mereka, membunuh mereka itu percuma.”
Mereka sebenarnya ingin mengikat Alsiel yang terlihat tidak ingin melakukan
apa-apa ke tahta, tapi pada akhirnya mereka malah berakhir seperti ini.
“Haha, baik baik, memang seperti itu. Pekerjaanmu sederhana. Kau hanya
harus duduk di tahta itu. Apa yang terjadi selanjutnya akan berkembang dengan
sendirinya.”
“....”
Setelah menoleh dan menatap tatapan remeh Gabriel, Alsiel menutup matanya
sesaat untuk berpikir.
“Aneh sekali.”
“Eh?”
“....Oohhh.”
“.....”
“Begitu seseorang melihat figur para malaikat, mereka akan menyimpulkan
bahwa, entah Malebranche sedang membangun Pasukan Raja Iblis baru,
ataupun Afashan menyatakan perang terhadap benua lain ketika dikendalikan
oleh Malebranche, itu hanyalah hal yang terjadi di permukaan. Tujuanmu
tersembunyi di balik semua ini. Logikanya, bukan kau yang seharusnya
muncul di hadapanku.”
“Ini seperti apa yang kau simpulkan. Aku tidak seharusnya muncul di
hadapanmu. Orang yang seharusnya ada di sampingmu ketika kau terbangun,
adalah Barbariccia. Itu demi.....”
“Karena di antara keempat Jenderal, hanya akulah yang tidak memiliki catatan
bertarung dengan Emilia.”
“Kau sama sekali tidak membantahnya.... ya? Untuk situasi ini, haruskah aku
yang membantah?”
“Aku dengar beberapa orang menyebar rumor palsu tentang pertarungan yang
terjadi di Kastil Iblis di Benua Utama. Jika situasinya berubah menjadi Jenderal
Iblis Alsiel kembali ke Afashan yang dikendalikan oeh Malebranche, semua
orang akan merasa kalau Pasukan Raja Iblis akan menyerang lagi.”
“Yeaaahh, terus?”
“Dan kemudian.... orang-orang di Ente Isla akan berharap kalau sang Pahlawan
kembali, dan menumpas Pasukan Raja Iblis yang menyerang lagi. Karena hal
inilah, kalian menggunakan suatu cara untuk membuat Emilia tetap berada di
sini, kan?”
“Karena kau sudah berbicara sejauh ini, maka aku akan mendengarkannya
sampai akhir.”
".... Kebangkitan Pasukan Raja Iblis dan kemunculan Sang Pahlawan. Orang-
orang pasti berharap Sang Pahlawan menang, dan faktanya, kalian mungkin
berencana membuat Barbariccia dan aku dikalahkan oleh Emilia. Kemunculan
Pahlawan Emilia, mengusir Pasukan Raja Iblis yang kembali berencana
menguasai Afashan, dan sekali lagi membawa cahaya pada Ente Isla. Sebuah
naskah yang sangat mudah dipahami."
"Kurasa ini tidak sebegitu mudahnya dipahami.... huh, karena kau adalah salah
satu orang yang terlibat, maka akan lebih mudah untuk menyimpulkan."
"Tapi di sini, ada dua pertanyaan. Kenapa kalian baru mengungkap keberadaan
Emilia sekarang? Kenapa kalian para malaikat mengendalikan semuanya di
balik bayangan? Alasan pengungkapan keberadaan Emilia, yang awalnya
harus disingkirkan, itu bisa disimpulkan demi membuat Gereja mengakui
rencana licik Olba Meyers guna efek pemurnian diri. Sementara untuk alasan
kenapa kalian bergerak di balik bayangan, aku masih belum bisa melihatnya."
Setelah Alsiel mengabaikan Gabriel yang masih menghadapi hal ini dengan
remeh, malaikat agung itu mulai berbicara,
"Tapi apapun alasannya, kami ini tetaplah malaikat. Mungkin kami memang
berniat melemahkan kekuatan iblis di dunia iblis, dan agar bisa melindungi
kedamaian Ente Isla di masa yang akan datang, kami secara khusus memancing
para iblis itu keluar, memberikan harapan pada orang-orang....."
"Kalian, yang bahkan tidak bertindak ketika Pasukan Raja Iblis menguasai
80% wilayah Ente Isla di tangan kami, masih berani berkata seperti itu?"
"Selama kita terus membuang-buang waktu di sini, Emilia pasti akan segera
datang ke tempat ini, memerangiku dan Malebranche, dan dengan begitu, hal
tersebut paling tidak akan mengurangi jumlah iblis dan memenuhi tujuan
membuat manusia Ente Isla menemukan harapan lagi. Tapi.... kau tidak
berencana membiarkan semuanya berkembang seperti itu."
".... Ternyata, kau memang bukan sekedar orang yang akan bingung dengan
ukuran telur di supermarket ya."
"..... Kau... Di mana kau menyembunyikan mata-mata itu, dasar tikus kotor!"
Alsiel yang terus berbicara dengan tegas selama ini, terguncang untuk yang
pertama kalinya karena hal tersebut.
"Maafkan aku. Tapi aku tidak menempatkan harapan apapun pada kau dan
Emilia. Seperti yang kau pikirkan, tujuan luar dari sandiwara ini adalah untuk
membuatmu dan Malebranche dikalahkan oleh Emilia. Untungnya kami juga
bisa menemukan Nord Justina. Mencoba membuat Emilia mengalahkan
Jenderal Iblis, menyelamatkan Ente Isla sekali lagi, dan menyusun sebuah
pertemuan yang telah ditakdirkan dengan ayahnya yang telah terpisah darinya
selama bertahun-tahun. Itu pasti akan sangat menyentuh dan layak
mendapatkan piala Oscar."
"........"
"Dan kemudian, aku hampir saja lelah dengan sandiwara semacam ini."
"........"
"Aku sangat takut. Yesod dan Geburah, mereka seharusnya adalah eksistensi
yang tidak boleh diganggu. Ketika aku menculikmu di Jepang, aku sudah
bertemu dengan darah 'Hitam' pekat. Dia benar-benar menakutkan~ di momen
yang sangat langka, kupikir aku akan mati."
"Hitam pekat....?"
"Apa katamu?"
"Itu benar."
"......"
"10.000 tahun itu terlalu berlebihan. Bahkan bagi iblis pun, tak ada yang hidup
melebihi 4.000 tahun."
Gabriel tersenyum dari dasar hatinya, melompat turun dari pinggiran balkon
dan meregangkan otot-ototnya.
"Aku hanya ingin meminta satu hal padamu. Ketika Emilia datang ke sini, aku
harap kau bisa membentangkan pertarunganmu dengannya sebaik mungkin.
Mengingat waktunya, aku ingin kau bertarung dengannya selama dua hari atau
lebih."
"....."
Setelah menepuk pundak Alsiel, Gabriel perlahan pergi.
"Ketika kami pertama kali bertemu, aku awalnya tidak mengharapkan apapun
dari pria itu. Karena dia bermaksud mengorbankan nyawa dengan begitu
mudahnya. Tapi.... selama dia tinggal di dunia itu, dia mungkin memikirkan
banyak hal dengan sendirinya."
"Apa maksudmu?"
"Setelah menunggu selama dua ribu tahun, 'Raja Iblis Agung' yang baru
akhirnya lahir. Ini mungkin akan menjadi kesempatan terakhir kami."
Suara Gabriel yang biasanya santai, tertiup oleh angin yang berhembus
melewati lantai teratas, dan tidak mencapai telinga Alsiel.
XxxxX
Tingginya memang hanya sedikit lebih tinggi dari pria dewasa normal, tapi
jubah yang menutupi tubuh orang itu, masih tidak bisa sepenuhnya
menyembunyikan ciri-cirinya sebagai Malebranche.... yakni cakar tajam tipis
seperti sabit yang ada di kedua tangan kanan dan kirinya.
Pemilik cakar tajam nan cantik dengan panjang melebihi Malebranche normal
sekaligus sekuat sabit yang telah diasah itu adalah, kepala suku tertinggi klan
Malebranche, Barbariccia.
“Walau kau bilang begitu, itu tidak akan merubah fakta bahwa aku tidak tahu.
Ngomong-ngomong, bukankah situasi sekarang ini sangat buruk? Entah Olba
ada atau tidak, itu tidak akan merubah keadaanmu yang tidak menguntungkan,
benar?”
“Ughhhh!”
“Huft, setidaknya bisa dipastikan kalau itu adalah hal yang benar-benar buruk.”
“Lalu, apa yang akan kau lakukan? Berdasarkan laporan dari Kesatria hakin
yang berada di ibukota kerajaan, semua kepala suku Malebranche, selain
Libicocco yang tetap berada di Azure Sky Canopy untuk memulihkan diri
setelah terluka parah di Jepang, yang tersisa itu hanya ada kalian berdua, kau
tahu?”
Tapi kalimat tersebut masih bisa membuat ekspresi Barbariccia dan Farfarello
menjadi suram.
Kali ini, bahkan nada bicara Farfarello pun mulai menjadi kasar, namun
malaikat berambut afro itu tetap menjawab dengan dingin.
“Penafsiran kami terhadap kata darurat itu sedikit berbeda. Pertama, bukankah
kita sudah sepakat kalau invasi Ente Isla itu sepenuhnya akan ditangani oleh
kalian? Atau jika tidak, itu akan merendahkan Raja Iblis Satan. Ditambah lagi,
meski kami bilang kalau kami akan membantumu menyusun invasi, kami tidak
pernah bilang kalau kami akan bekerja keras membantu kalian sejauh ini.”
“Ka-kau....”
“Dan, kami juga sudah melakukan apa yang semestinya kami lakukan. Kami
tidak hanya membiarkan Jenderal Iblis Alsiel yang pantas menjadi pemimpin
kalian untuk kembali ke sini, kami bahkan juga membawa pemegang pedang
suci lain yang kau inginkan, ayah Pahlawan Emilia. Jangan-jangan meski kita
sudah melakukannya sejauh ini, kau ingin bilang kalau kau tidak bisa
melakukan sesuatu sendiri?”
Walau Raguel tidak bergerak, dia menatap pintu yang terbuka tersebut dengan
ekspresi agak tegang.
“A.....”
“Alsiel.... sama....”
“Al-Alsiel-sama, aku sudah dengar rincian dunia lain Jepang dari Farfar, meski
kau mungkin akan sangat marah sekarang, tapi klan Malebranche sama sekali
tidak berniat mengkhianati Raja Iblis....”
Terkejut oleh aura Jenderal Iblis, pemimpin Pasukan Raja Iblis baru,
Barbariccia, dengan panik membenarkan tindakannya pada Alsiel dengan
hormat, namun ia langsung disela oleh kalimat pendek Alsiel.
“Itu benar, orang yang bersikap kasar terhadap Raja Iblis Satan dan Jenderal
baru MgRonalds Barista Chiho adalah hamba yang rendah ini. Hamba bersedia
menerima apa yang akan Alsiel-sama putuskan nanti, tapi hamba mohon
izinkan hamba menjawab pertanyaan Alsiel-sama.”
Usai membungkuk sekali, Farfarello menunjuk cakar tajamnya ke arah peta
Afashan.
“Hm.”
Alsiel dengan cepat melirik ke arah Raguel yang memandang para iblis itu
dengan tatapan geli, dan menanyakan sebuah pertanyaan.
“Berbagai kota di Afashan yang dijaga oleh berbagai kepala suku, pasukan
Malebranche di bawah mereka, dan Kesatria Hakin yang kami kendalikan,
telah kalah secara berturut-turut selama beberapa hari ini.”
“Oh.”
Alsiel mengangguk dengan serius, tapi tatapannya saat ini tidak lagi tertuju
pada peta, melainkan menatap tajam Raguel yang sedang mengamati
perkembangan situasi.
“Di dua titik antara Azure Sky Canopy dan Fangan, kami menempatkan kepala
suku Draghignazzo dan Scarmiglione, tapi setelah mereka berdua putus
komunikasi, hamba takut wilayah yang dikendalikan oleh Libicocco, yang
sedang menerima perawatan di Azure Sky Canopy karena terluka di dunia lain
Jepang, itu mungkin hanya masalah waktu....”
“Begitu ya.”
“Singkatnya, kalian itu cukup bodoh untuk ditipu oleh kata-kata manis Olba
dan para tikus dari Surga, menyia-nyiakan tanah yang dulu kukuasai, dan pada
akhirnya, jangankan merebut kembali Kastil Iblis, kalian bahkan telah
mengorbankan banyak rakyat Raja Iblis Satan.”
Tapi apa yang dia dapatkan adalah cercaan keras dari Alsiel.
“Dengan semuanya yang sudah seperti sekarang, aku tidak akan menegurmu
karena menurunkan pasukan tanpa izin. Bagaimanapun, pada akhirnya yang
salah adalah kami karena terlalu tak berguna sampai-sampai membuat kalian
merasa marah. Tapi! Kenapa kau tidak mengikuti perintah Raja Iblis Satan
yang disampaikan melalui Farfarello? Maou-sama seharusnya sudah
memerintahkan kalian untuk kembali ke Dunia Iblis!”
“......”
“Jangan marah begitu! Mereka juga tidak bisa dengan mudah mundur dari apa
yang telah mereka lakukan. Dan semuanya berjalan dengan sangat lancar pada
awalnya.”
“Itulah yang kalian inginkan, dasar tikus Surga yang bergerak diam-diam di
kegelapan.”
“Aku sudah bosan dengan akting kalian para malaikat. Meski aku tidak tahu
untuk tujuan apa kalian menggunakan kami, jangan pikir, aku, Alsiel akan
mengikutinya dengan patuh!”
Bergerak lebih cepat dari apa yang bisa digambarkan kata-kata, Alsiel
menghilang layaknya kabut dan muncul di belakang Raguel dalam sekejap, dia
kemudian mengayunkan cakarnya ke arah kepala yang sangat mudah dibidik
dengan kekuatan yang cukup untuk menghancurkan sebuah tengkorak.
“Hm?”
“K-kau....”
“Kau, pasti Iron.... kan.... kupikir, kau hanya mendengar perintah Farfarello....”
Alsiel mau tidak mau merasa curiga jika kepala suku Malebranche muda itu
mengkhianatinya.
“Oh, mengenai anak itu, pihak kami sebelumnya hanya meminjamkannya, ini
bukan berarti pemuda itu mengkhianatimu, jadi kau bisa tenang.”
“Meminjamkan....? Uhm?”
Anak kecil yang terlahir dari Geburah Sephirah, dia tidak hanya bisa
menangkis bilah 'Evolving Holy Sword, One Wing' yang telah bergabung
dengan Alas Ramus, dia bahkan juga bisa dengan mudah menerbangkan
Suzuno yang telah menggunakan seluruh kekuatannya. Dan sekarang,
sepertinya, bahkan Jenderal Iblis Alsiel yang memulihkan sihir iblisnya pun
tidak bisa bertarung melawan kekuatan tangannya yang begitu mengejutkan.
Iron, dengan ekspresi datar, membalik Alsiel dan melemparnya ke arah dinding
di belakang dengan kekuatan yang begitu mengerikan.
“Ugh!”
Meskipun Alsiel bisa menghindari benturan keras, dia tetap tercengang oleh
kekuatan yang tak terukur dari tangan anak kecil tersebut.
"Huuuh, mungkin karena kami meminjamkan anak kecil ini, mereka jadi salah
paham mengenai banyak hal. Jadi jangan terlalu menyalahkan mereka."
Raguel melirik ke arah Alsiel yang terkejut dan berdiri dengan santainya.
Setelah menepuk kepala Iron, Raguel berjalan menuju Alsiel, kepala berambut
afro bergaya berandal itu lalu menunjukkan senyum jahat nan kejam,
"Apa....?"
"Ya ampun. Jika kau tampil dengan cukup bagus di pertarungan nanti, hasilnya
mungkin akan berbeda. Tapi...."
Momen ketika Raguel selesai berbisik pada Alsiel, tubuh Raguel dan Iron
mulai diselimuti cahaya redup, dan menghilang tanpa jejak.
"Iblis harus mati. Ini demi masa depan kami. Haaah, lakukan yang terbaik."
Alsiel, Farfarello, dan Barbariccia hanya bisa diam berdiri melihat malaikat
jahat itu menghilang.
"A-apa-apaan si Raguel itu! Jika ini terus berlanjut, jangankan merebut Kastil
Iblis, kita mungkin bahkan harus menyerahkan Afashan!"
"..... Sejak awal, kalian Malebranche itu hanya punya kekuatan sebesar itu."
Alsiel melenturkan pergelangan tangannya yang tadi dilempar oleh Iron dan
menghela napas di saat yang bersamaan.
"Aku memang tidak tahu ada berapa banyak malaikat lain selain Raguel, tapi
dalam skenario terburuknya, meski aku bekerja sama dengan kalian, kita
mungkin tidak akan bisa menang melawan satupun dari mereka. Sepertinya
kita memang berada dalam belas kasihan mereka."
Dari nada bicara Gabriel, Surga memang ingin menggunakan Alsiel dan
Barbariccia untuk melakukan sesuatu, dan pada dasarnya, bahkan Pasukan
Raja Iblis baru milik Barbariccia pun, dipergunakan untuk membawa mereka
ke tujuan itu.
Tak satupun dari kepala suku Malebranche yang masih bertahan, bisa
menandingi kekuatan Malacoda, jadi bisa dikatakan bahwa, sejak mereka
dikendalikan oleh para malaikat itu, takdir Barbariccia dan yang lainnya sudah
disegel.
"Ta-tapi Alsiel-sama, kami tahu kekuatan para malaikat itu dengan baik.
Asalkan kita mendapatkan pedang suci, kita tidak akan lagi hidup dalam belas
kasihan mereka. Si Raguel sialan itu, membawa pria yang tak dikenal ke sini
dan mengatakan kalau dia adalah ayah Pahlawan Emilia yang memiliki pedang
suci...."
Tapi di mata Alsiel, bagi iblis, mendapatkan pedang suci itu saja sudah
mustahil.
"Bodoh! 'Evolving Holy Sword, One Wing' milik Emilia itu bukanlah senjata
yang sederhana. Pedang itu adalah benda suci yang dibuat menggunakan
Yesod Sephirah sebagai intinya, itu adalah sebuah permata yang membuat
dunia terlahir dari Pohon Kehidupan. Kita, para iblis, tanpa sihir suci, kalaupun
kita mendapatkan pedang suci, kita tidak akan bisa menggunakan kekuatan
apapun...."
".... Apa?"
"Kekuatan Sephirah bukanlah sesuatu yang hanya bisa digunakan malaikat dan
manusia."
Sebuah batu ungu kecil terlihat di ujung cakar tajam milik Barbariccia.
Itu adalah sesuatu yang sudah dilihat oleh Alsiel, Ashiya Shirou, berkali-kali
sebelumnya... sebuah fragmen dari Yesod Sephirah.
"Seperti yang kau lihat, ini juga bereaksi kuat terhadap sihir iblis kita."
Sinar ungu redup yang sudah biasa Alsiel lihat, mulai mengelilingi fragmen itu.
"Ketika aku mengirim Ciriatto bersama pasukannya menuju dunia lain Jepang,
aku pernah mencoba menggunakan fragmen ini dan bola telepati untuk
mencari keberadaan pedang suci Emilia. Meskipun rencana itu gagal karena
Ciriatto tidak kembali, tapi fragmen ini, setelah diisi dengan sihir iblis,
memang pernah menarik fragmen lain sekali."
Alsiel memang tidak pernah melihatnya sendiri, tapi dia tahu kalau Ciriatto
yang muncul di atas laut Jepang di Choshi, Chiba, memang memiliki bola
telepati yang bisa bereaksi dengan pedang suci Emilia.
Tapi fakta yang baru saja Barbariccia ungkap, membalik pemikiran tersebut.
".... Ugh!"
Kali ini, akhirnya Alsiel sampai pada ujung tujuan pribadi Gabriel yang ia
sebutkan saat berada di balkon Azure Sky Canopy.
"Barbariccia! Farfarello!"
""Ya!!""
"Nord Justina.... Ayah Emilia yang dibawa ke sini bersamaku, di mana dia
sekarang?"
"Ya, itu, dia ditahan di salah satu kamar di kastil Azure Sky Canopy... orang
itu, apa dia benar-benar ayah Emilia?"
"Jika kau yang memiliki fragmen Yesod sudah mengira sejauh ini.... itu
artinya....."
Di mata Alsiel pada waktu itu, Nord yang dilempar masuk ke dalam kamar
oleh Maou, terlihat hanya seperti manusia biasa.
"I-itu benar....."
Barbariccia dan Farfarello yang tidak dapat menebak pemikiran Alsiel, hanya
bisa saling menatap satu sama lain.
Tapi termasuk informasi penting yang barusan dia dapatkan, semua informasi
yang Alsiel peroleh hingga hari ini, saling bersimpangan satu sama lain dengan
rumit di kepalanya.
"Aku memang tidak tahu tujuan mereka, tapi aku tahu apa yang ingin Gabriel
lakukan di sini."
"Eh?"
"Aku benar-benar tak berguna, jangan bilang tak ada strategi lain untuk
memecahkan situasi ini selain mengikuti apa yang mereka inginkan?"
"Apa... apa ada sesuatu yang salah...."
Alsiel berjalan menuju meja rapat, menyusuri titik-titik di peta dan mengatakan,
"Sederhananya, orang yang membunuh para kepala sukumu dan menuju Azure
Sky Canopy adalah Pahlawan Emilia."
"E-Emilia?"
"Emilia kembali ke Ente Isla beberapa minggu lalu. Para malaikat itu dan Olba
Meyers sepertinya menggunakan cara paksa untuk membuat Emilia menurut,
mengangkat senjata, dan merangsek menuju ibukota ini. Dan tujuan mereka
adalah membuat Emilia membunuh kita di sini."
"A-apa katamu....?"
"U-untuk apa....?"
"Emilia sialan.... meskipun dia sangat banyak bicara kemarin, pada akhirnya
dia tetap terlibat dalam situasi yang merepotkan...."
"Alsiel-sama?"
Kesampingkan dulu masalah Gabriel, karena tujuan Olba dan Raguel adalah
untuk membuat Emilia mengalahkan Alsiel, maka sebelum Alsiel
mendapatkan kembali sihir iblis dan berubah kembali ke wujud iblisnya,
mereka mungkin tidak akan menyerang Azure Sky Canopy.
Karena Alsiel tidak tahu ada berapa banyak malaikat lain selain Gabriel dan
Raguel, meski dia mendapatkan kembali wujud iblisnya, mereka tidak boleh
bertindak ceroboh.
Meski Alsiel tidak tahu alasannya, bagi Emi yang dengan patuh bersedia
bergabung dengan pasukan Olba, itu berarti mungkin dia menemui situasi yang
tidak bisa dipecahkan dengan kekuatan bertarung.
Walau dia sendiri tidak sadar, anehnya, Alsiel saat ini sedang memikirkan cara
untuk memecah keadaan sulit ini bersama Emilia, sebelum Surga bisa
bertindak.
Farfarello dengan cemas memandang sang Jenderal yang sedang terdiam, tapi
setelah beberapa saat, Alsiel membuka mulutnya dan berbicara,
'Minggu ini, jadwal kerja Maou-sama adalah, senin shift pagi pulang cepat,
selasa shift malam, rabu seharian penuh, kamis shift siang dan menggantikan
manager sampai shift sore, jumat shift siang sampai tutup, sabtu libur, minggu
seharian penuh, lalu senin depannya libur lagi, selasa shift pagi......'
"Eh?"
Alsiel terus mencelotehkan kata-kata yang terdengar sangat aneh bagi kedua
Malebranche.
"A-aku tidak tahu... Setauku sepertinya itu adalah bahasa dunia lain..."
'Kuncinya adalah apakah dia bisa menemukan orang yang bisa menggantikan
shift minggu seharian penuh, dan shift kamis yang bertugas menggantikan
manager. Situasi pekerjaan karyawan lain di hari itu seharusnya tidak terlalu
ketat. Tapi akan lebih pantas beranggapan kalau Maou-sama bisa bertindak,
paling cepat, itu adalah kamis siang.'
'Bahkan jika hanya satu detik, asalkan kita bisa terus hidup..... Barbariccia!'
"Y-ya!"
"Tidak, karena orang tua itu adalah simbol Afashan dan sangat penting ketika
digunakan untuk menyatakan perang terhadap seluruh dunia, agar dia tidak
sekarat karena sihir iblis dari kami, kami mengirim Kesatria Seisuikin yang
bisa menggunakan barrier untuk bertugas, dan menempatkannya di rumah
tahanan di menara kastil kecil 'Cloud Detached Palace'."
Alsiel mengangguk.
"Aku punya sesuatu yang ingin kukatakan pada Unifying Azure Emperor.
Tunjukan jalannya."
"Ya? T-tapi...."
"Aku sementara akan bertindak sesuai keinginan mereka, dan bekerja sedikit
sebagai seorang aktor."
Walaupun mereka berdua terlihat bingung, kedua kepala suku Malebranche itu
mematuhinya dan membawa Alsiel menuju menara kastil kecil yang tadi
mereka sebutkan.
Lalu usai menepuk tangannya sekali, dia tiba-tiba menghilang dari tempatnya
berada.
Continuing Chapter : Raja Iblis, Muntah
“!!!!!!....???”
Tapi begitu ia melihat wajah Maou di dalam tenda, Suzuno yang mengira
jantungnya akan melompat keluar dari mulutnya, tersentak kaget.
“Raja uhm!!!”
Suzuno hampir saja berteriak, tapi mulutnya langsung dibungkam oleh tangan
Maou.
“????”
Tidak bisa memahami maksud tindakan Maou, wajah syok Suzuno berganti
antara merah dan putih.
Meski Suzuno juga merasa kalau tindakannya kemarin malam tidak sesuai
dengan gayanya, dia tidak pernah menyangka kalau Maou akan mengikutinya
dan melakukan tindakan aneh ini, hal ini tentunya membuat Suzuno panik.
Maou menutup mulut Acies, memotong igauan dari mimpi tak jelasnya, dan
menggunakan mata serta tangannya untuk menunjuk ke arah luar.
“Jika seorang rekan masih bisa datang di situasi seperti sekarang ini, aku pasti
akan sangat menyambutnya.”
“Tapi aku sama sekali tidak terpikir apapun, akan sangat bagus kalau itu hanya
petualang yang sedang melintas.”
Suara langkah kaki itu terdengar seperti hanya terdiri dari satu orang, tapi sulit
membayangkan kalau akan ada petualang yang dengan anehnya, menghindari
jalanan dan memasuki sebuah hutan.
“Selain terus mengeluh setelah dipaksa bangun, kupikir itu tak akan masalah.”
Apakah itu patroli Kesatria Hakin, ataukah malaikat atau iblis yang muncul
setelah menemukan pergerakan Maou dan Suzuno?
Pokoknya, apapun itu, mereka tidak akan bisa menghindari pertarungan, dan
moped serta sebagian besar peralatan berkemah mereka sepertinya akan
ditinggalkan di sini.
Maou dan Suzuno tidak melewatkan istilah unik yang diucapkan oleh pria
bersuara rendah tersebut, Maou juga merasa memiliki kesan terhadap suara itu.
Yang orang itu gunakan adalah bahasa Ente Isla, tapi apa dia tadi menyebut
'Moped' di tengah-tengahnya?
Usai melakukan sedikit latihan tenggorokan, apa yang keluar dari mulut pria
itu adalah bahasa Jepang.
“Apakah itu Raja Iblis, Alsiel, Lucifer, Sasaki-san, atau orang yang bernama
Crestia Bell?”
“Wha....”
Kali ini, Suzuno bahkan merasa lebih terkejut dibandingkan ketika dia tadi
melihat wajah Maou dari dekat.
Seolah merespon panggilan orang itu, Maou keluar dari tenda, Suzuno pun
mengikutinya dengan panik.
Tamu tak terduga pagi ini memiliki tubuh besar nan kuat layaknya pepohonan
di hutan, berkulit tan gelap, dan begitu tinggi sehingga orang harus mendongak
untuk menatapnya. Tapi karena alasan yang tak diketahui, pria itu seketika
mengernyit dan langsung memasang posisi bertarung begitu ia melihat Suzuno.
“H-hey, siapa orang itu, apa itu iblis jenis baru?”
Usai menatap tanaman pemakan serangga berwajah Suzuno yang terlihat tidak
tenang, Maou kembali menoleh ke arah pria itu dan mengatakan,
Rekan Emi ketika memerangi Raja Iblis dulu, seorang praktisi seni sihir yang
lahir di Benua Utara, Alberto Ende mengangguk. Tapi daripada Maou, sang
Raja Iblis, dia nampaknya lebih khawatir dengan Suzuno yang berpakaian aneh.
“Dan lagi, kenapa kau bisa datang ke sini seperti sudah menentukan target?”
“Uh, aku tidak datang ke sini setelah menentukan target dengan benar.”
Alberto melihat kepompong Acies yang baru saja terbangun dengan gelisah,
menunjuk moped yang berada di bawah bayangan pohon, dan berkata,
“Aku dengar ada sekumpulan orang berpakaian jubah Gereja yang
mengendarai kereta aneh, aku datang ke sini mengikuti rumor itu dan sampai
di sini kemarin.”
Meski mereka berdua sudah berusaha untuk menghindari pedesaan dan mata
orang lain selama perjalanan, sepertinya mereka tidak akan bisa sepenuhnya
melarikan diri dari perhatian orang.
“Tidak, aku hanya menggunakan instingku untuk memilih satu rumor dari
rumor-rumor yang terkenal di Afashan. Aku tidak menganggap kalian
semencurigakan itu.”
“Rakyat Afashan merasa lebih gelisah dibandingkan saat kau, Raja Iblis,
menyerang. Meski mereka setidaknya bisa memikirkan apa yang akan mereka
lakukan di masa depan jika mereka benar-benar ditaklukan oleh para iblis, saat
ini hanya ibukota kekaisaran, Azure Sky Canopy saja yang mengeluarkan
kabar telah dikuasai oleh para iblis, jadi keadaan negeri tidak berubah banyak,
dan rumor tidak penting tersebar di mana-mana.”
Hal ini sebagian besar sesuai dengan apa yang dikatakan pemilik restoran
kemarin.
“Kebanyakan rumor itu adalah tentang kemunculan iblis, tapi pada dasarnya
mereka hanya salah mengenali binatang liar, dan juga para kriminal yang
membual di antara sesamanya. Ketika aku mendengar rumor tentang kereta itu,
aku terpikir benda yang sama yang kulihat di duniamu... uh bilang begitu
rasanya sedikit aneh, maksudnya benda yang kulihat di Jepang. Aku juga harus
pergi ke Azure Sky Canopy untuk melakukan sesuatu, jadi kupikir akan
kugunakan kesempatan ini menyelidikinya.”
“Benar sekali, tapi sebelum itu, aku ingin menanyakan sesuatu, apa yang
terjadi pada Emerada-dono?”
“Tidak, dalam suatu makna tertentu, ini bahkan lebih buruk dari itu.”
Emerada dan Alberto telah mulai menentang Gereja jauh sebelum Suzuno
datang ke Jepang.
Beberapa bulan telah terlewati, tapi kenapa Gereja baru menahan kebebasan
Emerada sekarang?
Alberto menunjukan ekspresi suram dan menoleh ke arah langit barat daya,
yang mana merupakan arah Azure Sky Canopy.
“Ketika aku sampai di sebuah tempat yang jauhnya setengah hari perjalanan
dari desa Emilia, aku merasakan banyak gate terbuka di arah desa Emilia. Saat
aku buru-buru menuju tempat tersebut, aku menemukan beberapa orang aneh
yang terlihat ingin melakukan sesuatu terhadap kampung halaman dan ladang
Emilia.”
“Seingatku kota Cassius itu tidak memiliki gereja dari keuskupan pusat.....
kenapa kesatria Gereja dari kota itu datang ke kampung halaman Emilia?”
"Itulah yang ingin kuketahui, tapi karena musuhnya adalah kesatria Gereja, aku
tidak bisa bertindak ceroboh. Jadi aku mulai menyelidiki tempat di mana ada
banyak gate terbuka dan tempat sihir suci diaktifkan tadi. Dan ternyata mereka
melakukan pemeriksaan lahan untuk mempercepat rencana pembangunan di
wilayah tersebut. Ini benar-benar aneh. Sebab, meski Em sebelumnya pergi
untuk menyelidiki tempat itu karena rencana pembangunannya tertunda, reaksi
gate aneh malah baru muncul setelah dia kembali ke ibukota kerajaan, dan
kemudian tempat itu memulai pemeriksaan lahan yang tidak wajar. Tentu,
walau keadaannya berakhir seperti ini, aku tidak bisa menemukan tanda-tanda
keberadaan Emilia. Dan aku menghabiskan dua hari untuk mencari di tempat
itu."
"Karena aku tidak bisa menghubungi Emilia, jadi kupikir akan lebih baik kalau
aku mengikuti perintah Em, dan begitu aku kembali ibukota kerajaan, akupun
mendapati kalau Institut Pengawasan Sihir di bawah kekuasaan Em, telah
disegel atas perintah dari Penjaga Kerajaan Jenderal Pepin. Alasannya adalah
untuk mencegah agar Em tidak menyembunyikan bukti selama pengadilannya,
dan dengan begitu, pena bulu malaikat yang bisa membuka gate juga ikut disita
bersama bangunan tersebut, sehingga membuatku butuh waktu lama untuk
bergerak."
"Yeah, awalnya kau tinggal di Jepang karena perintah rahasia dari Gereja, kan?
Jika kami ketahuan menghubungimu, itu pasti akan membuat kalian berada
dalam masalah. Meskipun Emilia memberitahuku untuk membawa ini....."
"Aku tidak pernah merasa semenyesal ini karena aku tidak bertanya nomor
teleponmu pada Em. Tapi jika aku dengan gegabah memancarkan sonar ke
Jepang, aku tidak akan tahu siapa yang bisa mendengarnya."
Bahkan di saat seperti ini, Maou dan Suzuno masih sempat mengeluarkan HP
mereka, berniat meminta nomor HP Alberto.
Meskipun HP masih bisa digunakan sebagai penguat untuk Idea Link, jika
nomor HPnya tidak didaftarkan, itu mungkin akan mempengaruhi efek
kestabilan mantranya.
Maou dan Suzuno yang merasa tidak boleh melewatkan kesempatan ini,
mengeluarkan radio yang mereka beli setelah bertengkar hebat, itu adalah radio
dengan baterai bertenaga matahari yang bahkan bisa mengisi daya HP tua
Maou, dan lampu LED yang bisa dicharge secara manual, mereka ingin
menggunakannya untuk membantu mengisi ulang HP Alberto.
"..... Kau terlihat seperti tipe orang yang akan mendaftar di segala jenis website
berbayar, meskipun aku ingin membelikannya, aku mungkin akan membeli
yang khusus untuk anak kecil."
"Ugh... Tapi selama kau mau membelikannya untukku, jika memang seperti
itu, mau bagaimana lagi."
Walau begitu, Acies masih memandangi HP mereka bertiga dengan tatapan iri,
dan yang paling penting, meski Maou tidak bilang kalau dia akan
membelikannya, Acies merasa kalau Maou sudah setuju.
Afashan saja yang dipenuhi reaksi sihir suci besar seperti sedang ada
pertarungan. Tentu saja aku sudah mengirim bawahanku ke Benua Utara dan
Selatan, tapi mengingat peristiwa yang terjadi ketika Emilia menghilang,
kurasa akan lebih baik kalau aku menyelidikinya sendiri..... karena kalian
berdua ada di sini, itu artinya intuisiku benar."
"Yeah, itu benar. Saat ini Emi berada di Ibukota Kekaisaran, Azure Sky
Canopy. Tidak, lebih tepatnya, selanjutnya dia akan muncul di sana."
"Izinkan aku bertanya, apa dasarmu bilang begitu?"
"Alberto, aku punya banyak hal yang ingin kutanyakan padamu nanti, tapi kau
harus bekerja sama dengan kami dulu. Kupikir kau juga sudah mengetahuinya,
semua ini tidak akan bisa terselesaikan hanya dengan menyelamatkan Emi. Ini
memalukan, tapi sebenarnya, Ashiya... yang berarti Alsiel dari pihakku, juga
diculik oleh orang yang sama dengan orang yang menangkap Emi."
"Biar kuberitahu satu hal lagi yang tak dapat dipercaya, ayah Emi, Nord Justina,
juga diculik bersama dengan Alsiel."
Acies yang mengira akan dimarahi, meringkuk, tapi Maou malah mendorong
Acies ke depan Alberto dan menyatakan,
"Anak ini.... adalah perwujudan dari pedang suci yang satunya."
"Haaaaah??"
"Ueehhh!!"
Alberto menatap kepompong warna warni Acies yang diangkat oleh Maou
seperti seekor anak kucing.
Adegan tersebut sangatlah aneh, yang bahkan membuat Suzuno, sebagai salah
satu orang yang terlibat, merasa bingung.
"Hanya dengan kami saja memang sedikit sulit, tapi jika kau, Alberto bersedia
membantu kami, perjalanan ini mungkin akan jauh lebih mudah. Orang-orang
ini sudah mengacaukan teman-teman kita, jadi ayo kita kacaukan sandiwara
mereka."
"Tak masalah jika kau memang ingin menyebabkan masalah, tapi apa gadis
yang kau sebutkan tadi itu adalah anak yang bergabung dengan pedang suci
Emilia....."
"Tidak, itu salah. Dia berbeda dengan Alas Ramus. Lebih tepatnya gadis ini
adalah inti dari pedang suci yang satunya."
"Meski aku tidak yakin bagaimana manusia bisa menjadi inti dari pedang suci
tanpa lebih dulu membicarakan strukturnya secara mendetail, tapi kurang lebih
aku mengerti kalau ada 'Evolving Holy Sword, One Wing' yang lain. Tapi
mungkin itu tidak akan bisa dipakai oleh Raja Iblis. Bell, apa kau yang
menggunakannya?"
Sangatlah wajar bagi Alberto menanyakan hal tersebut, tapi itu adalah
pertanyaan yang sama sekali tidak Suzuno duga, membuat dia menatap ke arah
Maou secara refleks.
Maou adalah Raja para Iblis yang menggunakan sihir iblis, kebanyakan orang
yang mendengar kalau itu adalah sesuatu yang sama dengan 'Evolving Holy
Sword, One Wing' milik Emi, pasti akan berpikir kalau pedang itu diaktifkan
menggunakan sihir suci sebagai mediumnya.
Tapi Suzuno sudah pernah melihat Maou mengayunkan pedang suci dengan
kekuatan yang bukan sihir iblis maupun sihir suci dengan mata kepalanya
sendiri, dan seperti Emi dan Alas Ramus, Maou dan Acies Ara seharusnya juga
bergabung menggunakan fragmen Yesod sebagai medianya.
Meskipun Maou merasa bingung saat melihat Suzuno menekan dahinya dan
mulai berpikir....
"Pokoknya, kau pasti akan sangat terkejut setelah melihat ini. Acies,
berubahlah menjadi pedang."
"Ah, hm, tapi rasanya kondisi fisikku tidak begitu bagus, jadi mungkin aku
akan gagal."
"Kondisi fisik? Jangan katakan kalau kau makan terlalu banyak dan sakit
perut?"
"Bukan seperti itu! Kasar sekali! Semenjak aku datang ke dunia ini, aku merasa
gampang sekali lapar dan tidak bisa memasuki kondisi terbaikku."
"Pokoknya, jika aku tidak mencoba dan sedikit bergerak, mana mungkin aku
tahu apakah aku terkilir atau tidak. Aku akan segera kembali, okay?"
Acies menggunakan idiom yang salah dengan cara yang salah pula, dan saat
Maou sedang membantahnya, siluet gadis itu memancarkan cahaya redup, dan
dalam sekejap, ia menjadi bola-bola ungu dan kembali ke tubuh Maou.
"Keluarlah! Acies!"
".....eh?"
Orang pertama yang menyuarakan kebingungannya adalah Maou yang barusan
menyombongkan diri.
Setelah melihat apa yang muncul di tangan Maou, Alberto juga ikut
mengernyit,
Itu karena, pedang suci yang muncul di tangan Maou, terlihat begitu begitu
layaknya sebuah pisau buah.
"Ugh!!"
Tidak hanya itu, dia tiba-tiba juga menjadi pucat dan jatuh ke belakang dengan
langkah terseok-seok, Suzuno dengan cepat langsung menahan punggungnya.
"Ah, oh tidak."
"Raja Iblis?"
"Eurghhhhhhhhhhh....."
Sebuah raungan yang tidak cocok dengan hutan pagi yang dingin dan kabut,
sebuah suara tak tertahankan seperti sesuatu yang tidak seharusnya keluar,
terdengar.
"".......""
Rangkaian kejadian dari mulai membual, kegagalan pedang suci, dan arus
balik dari organ pencernaan yang terjadi tiba-tiba, membuat Suzuno dan
Alberto tidak tahu apa yang harus dilakukan saat mereka terdiam syok.
Maou yang terlihat berkaca-kaca saat dibantu berdiri oleh Acies, menarik
tangannya dari bahu Acies dan langsung duduk di tanah.
Melihat Maou yang nampak hampir pingsan, Suzuno bertanya pada Acies
sambil memandang Maou dengan cemas.
"Hm~ aku juga tidak yakin, aku merasa seperti akan dirampok begitu aku
menggunakan kekuatanku."
“Hah? Aku?”
Terlihat seolah bisa mati kapan saja, Maou menoleh ke arah Acies.
“Aku tidak tahu. Tapi rasanya memang begitu. Aku juga sedikit terkejut.
Padahal kita sudah sangat mesra.”
“Kau...... ugh!!”
Maou ingin memarahi Acies yang bertingkah seolah tidak menganggap serius
situasi ini, tapi dia nampak tidak bisa menekan sensasi mual di dadanya dan
langsung menutupi mulutnya.
“Aku memang tidak begitu mengerti, tapi ini artinya pedang suci tidak bisa
digunakan, kan?”
Karena dia tidak bisa menggunakan kekuatan itu, jika mereka menemui situasi
yang mengharuskan mereka untuk bertarung melawan para malaikat yang
bergerak di Afashan, pasti akan ada resiko kekuatan yang tidak memadai.
Tapi di sisi lain, Maou telah menggunakan kekuatan itu dengan begitu baik
saat pertama kali dia menggunakannya di SMA Sasahata, dan setelah kejadian
itu sampai hari ini, tubuhnya tidak menunjukan satupun kondisi aneh atau
ketidaknyamanan, bahkan proses perwujudan dan penggabungan Acies pun
berjalan dengan lancar.
“Hm?”
Usai menatap Maou yang terlihat pucat, Acies yang terlihat santai, dan Alberto
yang tadi menyela secara bergantian, Suzuno mulai berpikir dengan sangat
sangat keras.
“Ah.... sialan, bagaimana bisa semuanya jadi seperti ini? Padahal tidak ada
yang berubah sampai hari ini......”
Dalam sekejap, Maou yang wajah pucatnya sedikit demi sedikit pulih,
mengeluh demikian.
“Hm?”
Benar, sesuatu yang sudah terasa aneh sejak awal. Namun, dia tidak menyadari
keadaan yang tak biasa tersebut.
“Kenapa?”
“Raja Iblis, meski kau kembali ke Ente Isla.... kenapa kau tidak mendapatkan
kembali wujud iblismu?”
“.....Huh?”
“Walau kau tidak berubah.... bagaimana dengan sihir iblismu? Apa sihir
iblismu kembali?”
“.....Ah.”
Meskipun Ente Isla adalah dunia para manusia, Raja Iblis Satan seharusnya
bisa mendapatkan sihir iblis di dunia ini untuk mempertahankan wujud
iblisnya.
Dan begitu sihir iblis pulih, selama dia sendiri tidak dengan sengaja memonitor
kondisi tubuhnya, secara otomatis dia harusnya berubah menjadi Raja Iblis
Satan.
Maou dengan panik menyentuh kepala dan kakinya, dan setelah memastikan
kalau struktur tubuhnya tidak berubah sedikitpun, dia langsung terpaku.
“Ye-yeah....”
“Kenapa Raja Iblis dengan sihir iblis bisa bergabung dengan pedang suci...
dengan fragmen Yesod.........?”
~Selesai~
Catatan Pengarang
'Jika kau dapat membawa satu benda ke sebuah pulau tak berpenghuni, apa
yang akan kau bawa?' Pernahkah kalian menanyakan pertanyaan ini, atau
ditanyai dengan pertanyaan semacam ini?
Ini mungkin hanya imajinasiku, tapi dari pengucapan istilah 'pulau tak
berpenghuni', banyak orang pasti pertama kali akan terpikir sebuah pulau di
tengah lautan dengan sebuah pohon kelapa, lalu kemudian membayangkan
keberadaan hutan atau binatang, benar?
Jika itu adalah pulau tak berpenghuni yang terbentuk dari sebuah gunung
berapi, maka flora dan fauna yang mampu tumbuh pasti akan sangat terbatas.
Jika itu adalah pulau tak berpenghuni yang terdiri dari karang dan batuan, maka
memastikan persediaan air minum akan sangat sulit.
Terdapat beberapa pulau tak berpenghuni yang berada di wilayah dingin. Pulau
tak berpenghuni di lingkar arktik atau lingkar antartika, dengan pulau yang
berada di garis ekuator, selain tidak memiliki penduduk, kondisi di kedua
wilayah tersebut sangatlah berbeda.
Ada begitu banyak kondisi yang tidak pasti, dan kau hanya bisa membawa satu
benda, bukankah itu terlalu sembrono?
Beberapa orang mungkin berpikir kalau tak perlulah terlalu serius dengan
permainan tanya jawab semacam ini. Tapi jika kita fokus, dan dengan serius
memikirkan pertanyaan mengenai 'pulau tak berpenghuni', maka hal terakhir
yang harus dipikirkan tentang pertanyaan tersebut adalah, 'jika kau terdampar
ke suatu tempat yang tak diketahui, apa yang sebaiknya kau prioritaskan dan
lakukan lebih dulu.'
Apa yang ingin kuungkapkan di sini adalah, jika kalian terlempar ke sebuah
dunia lain, agar bisa bertahan hidup, menurut kalian apa hal yang paling
penting? Ketika menulis buku ini, Wagahara begitu serius memikirkan
pertanyaan tersebut.
Manusia adalah organisme yang akan kesulitan berjalan di suatu arah tanpa
penunjuk apapun. Situasi berakhir di tempat yang sama setelah berputar-putar
atau berjalan tanpa arah tujuan di pegunungan bersalju, sangatlah akrab di
telinga kita. Hanya dengan memahami lokasi dan cuaca saja, seseorang pasti
bisa berjalan dengan arah dan tujuan di suatu tempat yang tak diketahui.
Setelah memahami arah timur, barat, selatan, utara dan kondisi cuaca,
berikutnya yang harus dilakukan adalah mengamankan air minum. Air yang
tak mengalir seperti danau dan kolam, tidaklah cocok untuk diminum, jadi
sebaiknya kita mencari mata air atau aliran air, dan dalam kasus terburuk,
carilah sungai yang airnya mengalir.
Selain mengamankan persediaan air minum, sungai tidak hanya bisa menjadi
penanda ketika kita bergerak, karena biasanya ada desa di pinggiran sungai,
maka kemungkinan selamat pun juga akan meningkat.
Ditambah lagi, flora dan fauna akan berkumpul di sekitar sungai, jadi
mendapatkan makanan pun akan menjadi lebih mudah. (Tentunya juga ada
kemungkinan bertemu binatang berbahaya)
Setelah dengan susah payah berhasil bertahan hidup, jika kau diselamatkan
oleh orang lain atau menemukan desa, maka petualanganmu akan dimulai dari
sana.
Tentunya, kondisi dari pulau tak berpenghuni yang disebutkan di awal tadi
tidaklah sama, dan titik awal dari dunia lain tempat orang itu terdampar, bisa
saja merupakan wilayah dingin, wilayah kering, ataupun daerah pegunungan.
Kalaupun kau menggunakan cara yang tadi dijelaskan untuk menemukan jalan
keluar, kemungkinan bertahan hidup pasti akan sangat rendah, benar?
Peradaban manusia di dunia lain tersebut juga sangat penting, jika kau
beruntung, kau bisa terdampar di wilayah yang padat penduduk, tapi jika
leluhur penduduk di sana bukan kera, maka masa depanmu akan menjadi
sangat suram.
Jadi bagi orang-orang yang merasa seolah akan dikirim ke dunia lain,
janganlah hanya membawa satu benda, sering-seringlah memakai baju lengan
panjang dan celana, memakai jaket, membawa kompas untuk menunjuk arah,
semprotan pengusir serangga dan air mineral.
Alasan membawa kompas dan air mineral sepertinya tidak perlu dijelaskan
secara khusus.
Karena digigit di tempat yang tak diketahui bisa membawa bahaya yang
mengancam nyawa, maka semprotan pengusir serangga adalah perlengkapan
yang sangat penting.
Tapi jika kau biasa membawa benda-benda itu, dan orang-orang di zaman
modern menganggapmu sebagai orang yang mencurigakan, maka Wagahara
tidak akan bertanggung jawab. Semuanya, saat bersiap-siap berpetualang di
dunia lain, tanggunglah akibatnya sendiri.
Wagahara selalu memikirkan hal semacam ini setiap hari, dengan seiring
berkembangnya cerita 'Hataraku Maou-Sama', plot di mana kampung halaman
Emi dan Suzuno yaitu 'Benua Salib Suci, Ente Isla' menjadi panggung utama,
adalah sesuatu yang sangat wajar. Atau akan lebih tepat menyebutnya tidak
bisa dihindari.
Terdapat jarak di antara dua dunia dalam volume ini, ini adalah kisah di mana
meski mereka sudah bekerja keras demi kehidupan mereka hari ini, banyak hal
yang akan berkembang tidak sesuai dengan harapan manusia, iblis, dan para
malaikat itu. Mereka berusaha dengan seluruh kekuatan mereka untuk
memenuhi peran mereka.
Aku harap semuanya bersedia menemani Raja Iblis dan Pahlawan dalam
perjalanan mereka untuk sementara waktu.
Sampai jumpa!