Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa dan martabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembang potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan percaya kepada
Tuhan yang Maha Esa. Di dalam usaha untuk mencapai tujuan tersebut, dibutuhkan seorang
pendidik yang berkualitas sehingga dalam pola pembelajaran yang diajarkan dalam proses
belajar mengajar dapat mencapai tujuan yang diinginkan. Dalam proses belajar mengajar,
dibutuhkan seorang pendidik yang mampu berkualitas serta diharapkan dapat mengarahkan anak
didik menjadi generasi yang kita harapkan sesuai dengan tujuan dan cita-cita bangsa. Untuk itu,
guru tidak hanya cukup menyampaikan materi pelajaran semata, akan tetapi guru juga harus
pandai menciptakan suasana belajar yang baik, serta juga mempertimbangkan pemakaian metode
dan strategi dalam mengajar yang sesuai dengan materi pelajaran dan sesuai pula dengan
keadaan anak didik. Keberadaan guru dan siswa merupakan dua faktor yang sangat penting di
mana diantara keduanya saling berkaitan. Kegiatan belajar siswa sangat dipengaruhi oleh
kegiatan mengajar guru, karena dalam proses pembelajaran guru tetap mempunyai suatu peran
yang penting dalam memberikan suatu ilmu kepada anak didiknya. Salah satu masalah yang
dihadapi guru dalam menyelenggarakan pelajaran adalah bagaimana menimbulkan aktifitas dan
keaktifan dalam diri siswa untuk dapat belajar secara efektif. Sebab, keberhasilan dalam suatu
pengajaran sangat dipengaruhi oleh adanya aktifitas belajar siswa. Salah satu cara untuk
menimbulkan aktifitas belajar siswa adalah dengan merubah kegiatan-kegiatan belajar yang
monoton. Di samping itu, motivasi merupakan salah satu factor yang turut menentukan
keefektifan proses balajar mengajar. Callahan dan clark mengemukakan bahwa motivasi adalah
tenaga pendorong atau penarik yang menyebabkan adanya tingkah laku ke arah satu tujuan
tertentu. Motivasi belajar memegang peranan yang sangat penting dalam memberikan gairah,
semangat dan rasa senang dalam belajar. Sehingga siswa yang mempunyai motivasi belajar yang
tinggi akan mempunyai semangat yang besar untuk melaksanakan kegiatan belajar tersebut. Oleh
karena itu, motivasi belajar yang ada pada diri siswa perlu diperkuat terus menerus.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Rumusan Masalah dari judul makalah ini adalah sebagai berikut:
- Apa pengertian Strategi Belajar Mengajar?
- Apa saja jenis Strategi dan teknik Belajar Mengajar?
- Bagaimana Hakikat Kegiatan Belajar Mengajar?
- Bagaimana model pembelajaran?
- Bagaimana Komponen Strategi pembelajaran?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Strategi Belajar Mengajar
Di dalam sejarah dunia pendidikan guru merupakan sosok figur teladan bagi siswa/i yang
harus memiliki strategi dan teknik-teknik dalam mengajar. Kegiatan belajar mengajar sebagai
sistem intruksional merupakan interaksi antara siswa dengan komponen-komponen lainnya, dan
guru sebagai pengelola kegiatan pembelajaran agar lebih aktif dan efektif secara optimal. Salah
satu langkah untuk memiliki strategi itu ialah menguasai teknik-teknik penyajian, atau biasanya
di sebut metode mengajar. Teknik penyajian pelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara
mengajar yang dipergunakan oleh guru atau insturktur kepada siswa di dalam kelas agar
pelajaran itu dapat ditangkap, dipahami dan digunakan siswa dengan baik.
Di dalam kenyatan cara atau metode mengajar atau teknik penyajian yang digunakan
guru untuk menyampaikan informasi atau message lisan kepada siswa, berbeda dengan cara yang
ditempuh untuk memantapkan siswa dalam menguasai pengetahuan, keterampilan serta sikap.
Maka, yang disebut dengan strategi belajar mengajar ialah memikirkan dan mengupayakan
konsistansi aspek-aspek komponen pembentuk kegiatan sistem intruksional dengan siasat
tertentu. Strategi Belajar Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam
perwujudan kegiatan belajar mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Dengan mempelajari Strategi Belajar Mengajar berarti setiap guru mulai memasuki suatu
kegiatan yang bernilai edukatif. Nilai edukatif mewarnai interaksi yang terjadi antara guru dgn
ank didik. Interaksi yg bernilai edukatif dikarenakan kegiatan belajar mengajar yang dilakukan,
diarahkan untuk mencapai tujuan tertentu yang telah dirumuskan sebelum pengajaran dilakukan.
Guru dengan sadar merencanakan kegiatan pengajaran secara sistematis dgn memanfaatkan
segala sesuatu guna kepentingan pembelajaran.Sehingga bahan pelajaran yg disampaikan guru
dapat difahami dan diaplikasikan siswa dengan tuntas.
2.2 Macam-macam Teknik Penyajian Belajar Mengajar
Ada beberapa macam bentuk teknik penyajian belajar mengajar, yaitu :

2.2.1. Teknik Diskusi


Teknik diskusi adalah salah satu teknik belajar mengajar yang dilakukan oleh seorang
guru di sekolah, yang dimana di dalam teknik ini terjadi proses interaksi antara dua atau lebih
individu yang terlibat, saling tukar menukar pengalaman, informasi, memecahkan masalah, dapat
juga semuanya aktif tidak ada yagn pasif sebagai pendengar.
2.2.2. Teknik Kerja Kelompok
Teknik kerja kelompok adalalah suatu cara mengajar, di mana siswa di dalam kelas
dipandang sebagi suatu kelompok atau dibagi menjadi beberapa kelompok. Mereka bekerja
bersama dalam memecahkan masalah, atau melaksanakan tugas tertentu, dan berusaha mencapai
tujuan pengajaran yang telah ditentukan oleh guru.
2.2.3. Teknik Penemuan (Discovery)
Teknik penemuan merupakan proses dimana seorang siswa melakukan proses mental
yang harus mampu mengasimilasikan sesuatu konsep atau prinsip, yang dimaksud proses mental
ialah mengamati, mencerna, mengerti menggolong-golongkan, membuat dugaan membuat
kesimpulan dan lain sebagainya. Sedangkan prinsip yang dimaksud dengan prinsip ialah siswa
dibiarkan menemukan sendiri atau mengalami mental itu sendiri, guru hanya membimbing dan
memberiakn instruksi.
2.2.4. Teknik Penyajian Tanya-Jawab
Teknik penyajian tanya-jawab ialah suatu cara untuk memberikan motivasi pada siswa
agar bangkit pemikirannya untuk bertanya, selama mendengarkan pelajaran atau mengajukan
pertanyaan-pertanyaan mengenai isi pelajaran yang sedang diajarkan guru agar dimengerti,
bermanfaat dan dapat diingat dengan baik.
2.2.5

Teknik Ceramah
Teknik ceramah ialah cara mengajar yang paling tradisional dan telah lama dijalankan

dalam sejarah pendidikan, yaitu dimana seorang guru menularkan pengetahuannya kepada siswa
secara lisan atau ceramah.
Ada banyak lagi macam- macam teknik penyajian belajar mengajar diantaranya, Simulasi, Unit
Teaching, Microteaching, Sumbang Saran, Inqury, Eksperimen, Demonstrasi, Karya Wisata,
Penyajian Secara Kasus, Latihan, dan lain sebagainya. Dalam keterbatasan Rumusan Masalah

dan Bahan materi penulis hanya dapat menjelaskan lima dari beberapa yang menjadi teknikteknik penyajian belajar mengajar.
2.3 Hakikat Strategi Belajar Mengajar
Kegiatan belajar mengajar merupakan satu kesatuan dari dua kegiatan yang searah.
Kegiatan Belajar adalah kegiatan Primer dalam kegiatan kegiatan belajar mengajar, sedangkan
Mengajar adalah kegiatan Skunder, maksudnya untuk terciptanya kegiatan belajar siswa yang
optimal.
2.3.1. Konsep dan Prinsip Belajar dan Pembelajaran
Belajar memiliki lima atribut pokok ialah
1. Belajar merupakan proses mental dan emosional atau aktivitas pikiran dan perasaan.
2. Hasil belajar berupa perubahan perilaku, baik yang menyangkut kognitif, psikomotorik,
maupun afektif.
3. Belajar berkat mengalami, baik mengalami secara langsung maupun mengalami secara
tidak langsung (melalui media). Dengan kata lain belajar terjadi di dalam interaksi
dengan lingkungan. (lingkungan fisik dan lingkungan sosial).
4. Supaya belajar terjadi secara efektif perlu diperhatikan beberapa prinsip antara lain:
a.

Motivasi, yaitu dorongan untuk melakukan kegiatan belajar, baik motivasi intrinsik

maupun motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik dinilai lebih baik, karena berkaitan langsung
dengan tujuan pembelajaran itu sendiri.
b.

Perhatian atau pemusatan energi psikis terhadap pelajaran erat kaitannya dengan motivasi.

Untuk memusatkan perhatian siswa terhadap pelajaran bisa didasarkan terhadap diri siswa itu
sendiri dan atau terhadap situasi pembelajarannya.
c.

Aktivitas. Belajar itu sendiri adalah aktivitas. Bila fikiran dan perasaan siswa tidak terlibat

aktif dalam situasi pembelajaran, pada hakikatnya siswa tersebut tidak belajar. Penggunaan
metode dan media yang bervariasi dapat merangsang siswa lebih aktif belajar.
d.

Umpan balik di dalam belajar sangat penting, supaya siswa segera menge-tahui benar

tidaknya pekerjaan yang ia lakukan. Umpan balik dari guru sebaiknya yang mampu
menyadarkan siswa terhadap kesalahan mereka dan meningkatkan pemahaman siswa akan
pelajaran tersebut.
e.

Perbedaan individual adalah individu tersendiri yang memiliki perbedaan dari yang lain.

Guru hendaknya mampu memperhatikan dan melayani siswa sesuai dengan hakikat mereka
masing-masing. Berkaitan dengan ini catatan pribadi setiap siswa sangat diperlukan.

f.

Pembelajaran merupakan suatu sistem lingkungan belajar yang terdiri dari unsur: tujuan,

bahan pelajaran, strategi, alat, siswa, dan guru. Semua unsur atau komponen tersebut saling
berkaitan, saling mempengaruhi; dan semuanya berfungsi dengan berorientasi kepada tujuan.
2.4 Model Model Pembelajaran
Dalam

mengimplementasikan

Kurikulum

Berbasis

Kompetensi,

E.

Mulyasa

(2003)

mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum
Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning); (2)
Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and
Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul
(Modular Instruction). Sementara itu, Gulo (2005) memandang pentingnya strategi pembelajaran
inkuiri (inquiry).
Di bawah ini akan diuraikan secara singkat dari masing-masing model pembelajaran tersebut.
2.4.1 Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning)
Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning) atau biasa disingkat CTL merupakan
konsep pembelajaran yang menekankan pada keterkaitan antara materi pembelajaran dengan
dunia kehidupan nyata, sehingga peserta didik mampu menghubungkan dan menerapkan
kompetensi hasil belajar dalam kehidupan sehari-hari.
Dalam pembelajaran kontekstual, tugas guru adalah memberikan kemudahan belajar kepada
peserta didik, dengan menyediakan berbagai sarana dan sumber belajar yang memadai. Guru
bukan hanya menyampaikan materi pembelajaran yang berupa hapalan, tetapi mengatur
lingkungan dan strategi pembelajaran yang memungkinkan peserta didik belajar.
Dengan mengutip pemikiran Zahorik, E. Mulyasa (2003) mengemukakan lima elemen yang
harus diperhatikan dalam pembelajaran kontekstual, yaitu:
1.

Pembelajaran harus memperhatikan pengetahuan yang sudah dimiliki oleh peserta didik

2.

Pembelajaran dimulai dari keseluruhan (global) menuju bagian-bagiannya secara khusus


(dari umum ke khusus)

3.

Pembelajaran harus ditekankan pada pemahaman, dengan cara: (a) menyusun konsep
sementara; (b) melakukan sharing untuk memperoleh masukan dan tanggapan dari orang
lain; dan (c) merevisi dan mengembangkan konsep.

4.

Pembelajaran ditekankan pada upaya mempraktekan secara langsung apa-apa yang


dipelajari.

5.

Adanya refleksi terhadap strategi pembelajaran dan pengembangan pengetahuan yang


dipelajari.

2.4.2 Bermain Peran (Role Playing)


Bermain peran merupakan salah satu model pembelajaran yang diarahkan pada upaya
pemecahan masalah-masalah yang berkaitan dengan hubungan antarmanusia (interpersonal
relationship), terutama yang menyangkut kehidupan peserta didik.
Pengalaman belajar yang diperoleh dari metode ini meliputi, kemampuan kerjasama,
komunikatif, dan menginterprestasikan suatu kejadian m

elalui bermain peran, peserta didik

mencoba mengeksplorasi hubungan-hubungan antarmanusia dengan cara memperagakan dan


mendiskusikannya, sehingga secara bersama-sama para peserta didik dapat mengeksplorasi
parasaan-perasaan, sikap-sikap, nilai-nilai, dan berbagai strategi pemecahan masalah.
Dengan mengutip dari Shaftel dan Shaftel, E. Mulyasa (2003) mengemukakan tahapan
pembelajaran bermain peran meliputi : (1) menghangatkan suasana dan memotivasi peserta
didik; (2) memilih peran; (3) menyusun tahap-tahap peran; (4) menyiapkan pengamat; (5)
menyiapkan pengamat; (6) tahap pemeranan; (7) diskusi dan evaluasi tahap diskusi dan evaluasi
tahap I ; (8) pemeranan ulang; dan (9) diskusi dan evaluasi tahap II; dan (10) membagi
pengalaman dan pengambilan keputusan.
2.4.3 Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning)
Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and Learning) merupakan model pembelajaran
dengan melibatkan peserta didik secara aktif dalam perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi
pembelajaran. Dengan meminjam pemikiran Knowles, (E.Mulyasa,2003) menyebutkan indikator
pembelajaran partsipatif, yaitu : (1) adanya keterlibatan emosional dan mental peserta didik; (2)

adanya kesediaan peserta didik untuk memberikan kontribusi dalam pencapaian tujuan; (3)
dalam kegiatan belajar terdapat hal yang menguntungkan peserta didik.
Pengembangan pembelajaran partisipatif dilakukan dengan prosedur berikut:
1.

Menciptakan suasana yang mendorong peserta didik siap belajar.

2.

Membantu peserta didik menyusun kelompok, agar siap belajar dan membelajarkan

3.

Membantu peserta didik untuk mendiagnosis dan menemukan kebutuhan belajarnya.

4.

Membantu peserta didik menyusun tujuan belajar.

5.

Membantu peserta didik merancang pola-pola pengalaman belajar.

6.

Membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar.

7.

Membantu peserta didik melakukan evaluasi diri terhadap proses dan hasil belajar.

2.4.4 Belajar Tuntas (Mastery Learning)


Belajar tuntas berasumsi bahwa di dalam kondisi yang tepat semua peserta didik mampu belajar
dengan baik, dan memperoleh hasil yang maksimal terhadap seluruh materi yang dipelajari. Agar
semua peserta didik memperoleh hasil belajar secara maksimal, pembelajaran harus dilaksanakan
dengan sistematis. Kesistematisan akan tercermin dari strategi pembelajaran yang dilaksanakan,
terutama dalam mengorganisir tujuan dan bahan belajar, melaksanakan evaluasi dan memberikan
bimbingan terhadap peserta didik yang gagal mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tujuan
pembelajaran harus diorganisir secara spesifik untuk memudahkan pengecekan hasil belajar,
bahan perlu dijabarkan menjadi satuan-satuan belajar tertentu,dan penguasaan bahan yang
lengkap untuk semua tujuan setiap satuan belajar dituntut dari para peserta didik sebelum proses
belajar melangkah pada tahap berikutnya. Evaluasi yang dilaksanakan setelah para peserta didik
menyelesaikan suatu kegiatan belajar tertentu merupakan dasar untuk memperoleh balikan
(feedback). Tujuan utama evaluasi adalah memperoleh informasi tentang pencapaian tujuan dan
penguasaan bahan oleh peserta didik. Hasil evaluasi digunakan untuk menentukan dimana dan
dalam hal apa para peserta didik perlu memperoleh bimbingan dalam mencapai tujuan, sehinga

seluruh peserta didik dapat mencapai tujuan ,dan menguasai bahan belajar secara maksimal
(belajar tuntas).
Strategi belajar tuntas dapat dibedakan dari pengajaran non belajar tuntas dalam hal berikut : (1)
pelaksanaan tes secara teratur untuk memperoleh balikan terhadap bahan yang diajarkan sebagai
alat untuk mendiagnosa kemajuan (diagnostic progress test); (2) peserta didik baru dapat
melangkah pada pelajaran berikutnya setelah ia benar-benar menguasai bahan pelajaran
sebelumnya sesuai dengan patokan yang ditentukan; dan (3) pelayanan bimbingan dan konseling
terhadap peserta didik yang gagal mencapai taraf penguasaan penuh, melalui pengajaran
remedial (pengajaran korektif).
Strategi belajar tuntas dikembangkan oleh Bloom, meliputi tiga bagian, yaitu: (1)
mengidentifikasi pra-kondisi; (2) mengembangkan prosedur operasional dan hasil belajar; dan
(3c) implementasi dalam pembelajaran klasikal dengan memberikan bumbu untuk
menyesuaikan dengan kemampuan individual, yang meliputi : (1) corrective technique yaitu
semacam pengajaran remedial, yang dilakukan memberikan pengajaran terhadap tujuan yang
gagal dicapai peserta didik, dengan prosedur dan metode yang berbeda dari sebelumnya; dan (2)
memberikan tambahan waktu kepada peserta didik yang membutuhkan (sebelum menguasai
bahan secara tuntas).
Di samping implementasi dalam pembelajaran secara klasikal, belajar tuntas banyak
diimplementasikan dalam pembelajaran individual. Sistem belajar tuntas mencapai hasil yang
optimal ketika ditunjang oleh sejumlah media, baik hardware maupun software, termasuk
penggunaan komputer (internet) untuk mengefektifkan proses belajar.
2.4.5 Pembelajaran dengan Modul (Modular Instruction)
Modul adalah suatu proses pembelajaran mengenai suatu satuan bahasan tertentu yang disusun
secara sistematis, operasional dan terarah untuk digunakan oleh peserta didik, disertai dengan
pedoman penggunaannya untuk para guru.
Pembelajaran dengan sistem modul memiliki karakteristik sebagai berikut:
1.

Setiap modul harus memberikan informasi dan petunjuk pelaksanaan yang jelas tentang
apa yang harus dilakukan oleh peserta didik, bagaimana melakukan, dan sumber belajar apa
yang harus digunakan.

2.

Modul meripakan pembelajaran individual, sehingga mengupayakan untuk melibatkan


sebanyak mungkin karakteristik peserta didik. Dalam setiap modul harus : (1)
memungkinkan peserta didik mengalami kemajuan belajar sesuai dengan kemampuannya;
(2) memungkinkan peserta didik mengukur kemajuan belajar yang telah diperoleh; dan (3)
memfokuskan peserta didik pada tujuan pembelajaran yang spesifik dan dapat diukur.

3.

Pengalaman belajar dalam modul disediakan untuk membantu peserta didik mencapai
tujuan pembelajaran seefektif dan seefisien mungkin, serta memungkinkan peserta didik
untuk melakukan pembelajaran secara aktif, tidak sekedar membaca dan mendengar tapi
lebih dari itu, modul memberikan kesempatan untuk bermain peran (role playing), simulasi
dan berdiskusi.

4.

Materi pembelajaran disajikan secara logis dan sistematis, sehingga peserta didik dapat
menngetahui kapan dia memulai dan mengakhiri suatu modul, serta tidak menimbulkan
pertanyaaan mengenai apa yang harus dilakukan atau dipelajari.

5.

Setiap modul memiliki mekanisme untuk mengukur pencapaian tujuan belajar peserta
didik, terutama untuk memberikan umpan balik bagi peserta didik dalam mencapai
ketuntasan belajar.

Pada umumnya pembelajaran dengan sistem modul akan melibatkan beberapa komponen,
diantaranya : (1) lembar kegiatan peserta didik; (2) lembar kerja; (3) kunci lembar kerja; (4)
lembar soal; (5) lembar jawaban dan (6) kunci jawaban.
Komponen-komponen tersebut dikemas dalam format modul, sebagai beriku:
1.

Pendahuluan; yang berisi deskripsi umum, seperti materi yang disajikan, pengetahuan,
keterampilan dan sikap yang akan dicapai setelah belajar, termasuk kemampuan awal yang
harus dimiliki untuk mempelajari modul tersebut.

2.

Tujuan Pembelajaran; berisi tujuan pembelajaran khusus yang harus dicapai peserta
didik, setelah mempelajari modul. Dalam bagian ini dimuat pula tujuan terminal dan tujuan
akhir, serta kondisi untuk mencapai tujuan.

10

3.

Tes Awal; yang digunakan untuk menetapkan posisi peserta didik dan mengetahui
kemampuan awalnya, untuk menentukan darimana ia harus memulai belajar, dan apakah
perlu untuk mempelajari atau tidak modul tersebut.

4.

Pengalaman Belajar; yang berisi rincian materi untuk setiap tujuan pembelajaran khusus,
diikuti dengan penilaian formatif sebagai balikan bagi peserta didik tentang tujuan belajar
yang dicapainya.

5.

Sumber Belajar; berisi tentang sumber-sumber belajar yang dapat ditelusuri dan
digunakan oleh peserta didik.

6.

Tes Akhir; instrumen yang digunakan dalam tes akhir sama dengan yang digunakan pada
tes awal, hanya lebih difokuskan pada tujuan terminal setiap modul

Tugas utama guru dalam pembelajaran sistem modul adalah mengorganisasikan dan mengatur
proses belajar, antara lain : (1) menyiapkan situasi pembelajaran yang kondusif; (2) membantu
peserta didik yang mengalami kesulitan dalam memahami isi modul atau pelaksanaan tugas; (3)
melaksanakan penelitian terhadap setiap peserta didik.
2.4.6 Pembelajaran Inkuiri
Pembelajaran inkuiri merupakan kegiatan pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki sesuatu (benda, manusia atau
peristiwa) secara sistematis, kritis, logis, analitis sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.
Joyce (Gulo, 2005) mengemukakan kondisi- kondisi umum yang merupakan syarat bagi
timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa, yaitu : (1) aspek sosial di dalam kelas dan suasana bebasterbuka dan permisif yang mengundang siswa berdiskusi; (2) berfokus pada hipotesis yang perlu
diuji kebenarannya; dan (3) penggunaan fakta sebagai evidensi dan di dalam proses
pembelajaran dibicarakan validitas dan reliabilitas tentang fakta, sebagaimana lazimnya dalam
pengujian hipotesis,
Proses inkuiri dilakukan melalui tahapan-tahapan sebagai berikut:

11

1.

Merumuskan masalah; kemampuan yang dituntut adalah : (a) kesadaran terhadap


masalah; (b) melihat pentingnya masalah dan (c) merumuskan masalah.

2.

Mengembangkan hipotesis; kemampuan yang dituntut dalam mengembangkan hipotesis


ini adalah : (a) menguji dan menggolongkan data yang dapat diperoleh; (b) melihat dan
merumuskan hubungan yang ada secara logis; dan merumuskan hipotesis.

3.

Menguji jawaban tentatif; kemampuan yang dituntut adalah : (a) merakit peristiwa,
terdiri dari : mengidentifikasi peristiwa yang dibutuhkan, mengumpulkan data, dan
mengevaluasi

data;

(b)

menyusun

data,

terdiri

dari

mentranslasikan

data,

menginterpretasikan data dan mengkasifikasikan data.; (c) analisis data, terdiri dari : melihat
hubungan, mencatat persamaan dan perbedaan, dan mengidentifikasikan trend, sekuensi, dan
keteraturan.
4.

Menarik kesimpulan; kemampuan yang dituntut adalah: (a) mencari pola dan makna
hubungan; dan (b) merumuskan kesimpulan

5.

Menerapkan kesimpulan dan generalisasi

Guru dalam mengembangkan sikap inkuiri di kelas mempunyai peranan sebagai konselor,
konsultan, teman yang kritis dan fasilitator. Ia harus dapat membimbing dan merefleksikan
pengalaman kelompok, serta memberi kemudahan bagi kerja kelompok.
2.5 Komponen strategi pembelajaran
Berdasarkan pengalaman dan uji coba para ahli, terdapat beberapa komponen yang harus
diperhatikan dalam menetapkan strategi pembelajaran. Komponen-komponen tersebut dapat
dikemukakan sebagai berikut:
1.

Penetapan perubahan yang diharapkan kegiatan belajar sebagaimana tersebut


diatas di tandai oleh adanya usaha secara terencana dan sistematika yang
ditujukan untuk mewujudkan adanya perubahan pada diri peserta didik,baik

2.

pada aspek
wawasan,pemahaman,keterampilan,sikap,dan

sebagainya.Dalam

menyusun

strategi pembelajaran,berbagai perubahan tersebut harus ditetapkan secara

12

spesifik,terencana dan terarah.Hal ini penting agar kegiatan belajar tersebut


dapat terarah dan memiliki tujuan yang pasti.Penetapa perubahan yang
diharapkan ini harus dituangkan dalam rumusan yang operasional dan terukur
sehingga mudah diidentifikasi dan terhindar dari pembiasan atau keadaan yang
3.

tidak terarah.
Penetapan pendekatan pendekatan adalah sebuah kerangka analisis yang akan
digunakan dalam memahami sesuatu masalah.Di dalam pendekatan tersebut
terkadang menggunakan tolok ukur sebuah disiplin ilmu pengetahuan,tujuan
yang ingin dicapai,langkah-langkah yang akan digunakan,atau sasaran yang
dituju. Jika sebuah disiplin ilmu yang akan digunakan sebagai tolak ukur ,pada
pendekatan

dapat

menggunakan

disiplin

ilmu

politik,ekonomi,pendidikan,dakwah,dan sebagainya. Selanjutnya jika dalam


pendekatan tersebut yang digunakan adalah dari segi tujuan yang ingin dicapai,
maka akan lahir pendekatan edukatif, pendekatan emosional, pedekatan
rasional, pendekatan keagamaan dan lain sebagainya, Kemudian jika dalam
pendekatan tersebut yang digunakan adalah dari segi sasaran yang ingin dituju,
maka akan lahir pendekatan yang bersipat individual, pendekatan kelompok
atau pendekatan campuran sebagai mana juga telah digunakan di atas.
Berdasarkan uraian tersebut diatas, maka langkah yang harus ditempuh dalam
menetapkan strategi pembelajaran adalah berkaitan dengan cara pendekatan
belajar mengajar yang di anggap paling tepat dan efektif untuk mencapai
sasaran. Bagaimana cara guru memandang sesuatu persoalan, konsep,
pengertian, dan teori apa yang akan digunakan dalam memecahkan sesuatu
kasus, akan sangat memengaruhi hasilnya. Suatu masalah yang di pelajari oleh
dua orang dengan menggunakan pendekatan yang berbeda, akan menghasilkan
kesimpulan-kesimpulan yang berbeda sebagaimana tersebut di atas. Norma
social seperti baik, buruk, adil, dan sebagainya akan melahirkan kesimpulan
yang berbeda, bahkan mungkin bertentangan bila dalam cara pendekatannya
menggunakan berbagai disiplin ilmu yang berbeda-beda pula. Namun
demikian, metode dan pendekatan apapun yang akan digunakan agar tetap
berpegang pada prinsip, bahwa metode dan pendekatan tersebut harus mampu

13

mendorong dan menggerakkan peserta didik agar mau belajar dengan


kemauannya sendiri, mencerminkan rasa keadilan bagi semua pihak, tidak
terasa memberatkan dan membebani peserta anak didik. Selain itu, metode dan
pendekatan pendidikan juga harus sejalan dengan paradigma didikan yang
mencerminkan nuansa kehidupan yang lebih demokratis, terbuka, menghargai
hak-hak asasi manusia, dan sejalan dengan bakat, minat, dan kecendrungan
4.

anak didik.
Penetapan

metode

Penggunaan

metode

tersebut

selain

harus

mempertimbangkan tujuan yang ingin di capai, juga harus memperhatikan


bahan pelajaran yang akan di berikan,kondisi anak didik, lingkungan, dan
kemampuan dari guru itu sendiri. Suatu metode mungkin hanya cocok di pakai
untuk mencapai tujuan tertentu, dan tidak cocok untuk mencapai tujuan yang
lain. Metode tertentu mungkin hanya cocok buat sasaran peserta didik tertentu
dan lingkungan tertentu, namun tidak cocok bagi peserta didik, dan lingkungan
yang

berbeda.

Namun,

terlepas

dari

metode

mana

yang

akan

digunakan,terdapat suatu hal prinsip yang harus dipertimbangkan, yaitu bahwa


metode tersebut hendaknya tidak hanya terfokus pada aktifitas guru, melainkan
juga pada aktivitas pada peserta didik. Sesuai paradigm pendidikan yang
memberdayakan, maka sebaiknya metode pengajaran tersebut sebaiknya yang
dapat mendorong timbulnya motivasi, kreativitas, inisiatif para peserta didik
untuk berinovasi, berimajinasi, berinsfirasi, dan berapresiasi. Dengan cara
tersebut, peserta didik tidak hanya menguasai materi pelajaran dengan
baik,melainkan dapat pula menguasai proses mendapatkan informasi tersebut,
serta mengaplikasikannya dalam praktik kehidupan sehari-hari. Intinya adalah
bahwa seorang guru tidak bisa seenaknya masuk ke kelas untuk melakukan
kegiatan belajar mengajar, tanpa mempersiapkan terlebih dahulu metode yang
5.

akan digunakan dengan segala akibatnya.


Penetapan Norma Keberhasilan Menetapkan norma kebrhasilan dalam suatu
kegiatan dalam suatu kegiatan pembelajaran merupakan hal yang penting .
Dengan guru akan mempunyai Pegangan yang dapatdi jadikan ukuran untuk
menilai sejauh mana keberhasilan tugas-tugas yang telah di lakukanya. Suatu
program baru dapat di ketahui keberhasilannya ,setelah di lakukan evaluasi

14

.Dengan demikian ,system penilaian Dalam kegiatan belajar mengajar


merupakan slah satu strategi yang tidak dapat di Pisahkan dengan strategi dasar
lainnya. Mengenai apa saja yang akan dinilai, dan bagaimana penilain tersebut
dilakukan, termasuk kemampuan yang harus dimiliki seorang guru. Seseorang
anak didik dapat di kategorikan sebagai anak didik yang berhasil, dapat dilihat
dari berbagai segi, seperti dari keaktifannya dalam mengikuti kegiatan belajar
mengajar di kelas, tingkah laku sehari-hari dei sekolah, hasil ulangan,
hubungan

sosil,

kepemimpinan,

prestasi

olah

raga,

keterampilan,

ketekunannya, dalam beribadah, akhlak dan kepribadiannya. Berbagai


komponen yang terkait dengan penentuan norma keberhasilan pengajaran
tersebut harus di tetapkan dengan jelas, sehingga dapat menjadi acuan dalam
menentukan keberhasilan proses belajar mengajar. Hal ini sejalan pula dengan
paradigm baru pendidikan yang melihat lulusan bukan hanya dari segi
pengetahuan (to know), melainkan juga mengerjakan (to do), menjadikannya
sebagai sikap dan pandangan hidup (to be), dan menggunakannya dalam
kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara ( to life together).

15

BAB III
KESIMPULAN
Strategi belajar mengajar ialah memikirkan dan mengupayakan konsistansi aspek-aspek
komponen pembentuk kegiatan sistem intruksional dengan siasat tertentu. Strategi Belajar
Mengajar adalah pola-pola umum kegiatan guru anak didik dalam perwujudan kegiatan belajar
mengajar untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan.
Ada beberapa macam bentuk teknik penyajian belajar mengajar, yaitu : Teknik Diskusi , Teknik
Kerja, Kelompok Teknik Penemuan (Discovery,) Teknik Penyajian Tanya-Jawab , Teknik
Ceramah, Ada banyak lagi macam- macam teknik penyajian belajar mengajar diantaranya,
Simulasi, Unit Teaching, Microteaching, Sumbang Saran, Inqury, Eksperimen, Demonstrasi,
Karya Wisata, Penyajian Secara Kasus, Latihan, dan lain sebagainya. Dalam keterbatasan
Rumusan Masalah dan Bahan materi penulis hanya dapat menjelaskan lima dari beberapa yang
menjadi teknik-teknik penyajian belajar mengajar.
Dalam

mengimplementasikan

Kurikulum

Berbasis

Kompetensi,

E.

Mulyasa

(2003)

mengetengahkan lima model pembelajaran yang dianggap sesuai dengan tuntutan Kurikukum
Berbasis Kompetensi; yaitu : (1) Pembelajaran Kontekstual (Contextual Teaching Learning); (2)
Bermain Peran (Role Playing); (3) Pembelajaran Partisipatif (Participative Teaching and
Learning); (4) Belajar Tuntas (Mastery Learning); dan (5) Pembelajaran dengan Modul

16

(Modular Instruction). Sementara itu, Gulo (2005) memandang pentingnya strategi pembelajaran
inkuiri (inquiry)

DAFTAR PUSTAKA
http://berbagi-makalah.blogspot.co.id/2011/02/stretegi-belajar-mengajar.html
http://yueolala.blogspot.co.id/2012/10/makalah-strategi-belajar-mengajar.html
http://zhouletorjonk.blogspot.co.id/p/makalah.html

17

Anda mungkin juga menyukai