Anda di halaman 1dari 9

LAPORAN PENDAHULUAN

GANGGUAN CITRA TUBUH

A. Kasus (Masalah Utama)


Gangguan citra tubuh
B. Proses terjadinya masalah
Citra tubuh adalah sikap seseorang terhadap tubuhnya secara sadar dan tidak sadar.
Sikap ini mencakup persepsi dan perasaan tentang ukuran, bentuk, fungsi penampilan
dan potensi tubuh saat ini dan masa lalu yang secara berkesinambungan dimodifikasi
dengan pengalaman baru setiap individu (Stuart dan Sundeen, 2005). Sejak lahir
individu mengeksplorasi bagian tubuhnya, menerima stimulus dari orang lain,
kemudian mulai memanipulasi lingkungan dan mulai sadar dirinya terpisah dari
lingkungan (Towsend, 2008). Gangguan citra tubuh adalah perasaan tidak puas
terhadap perubahan bentuk, struktur dan fungsi tubuh karena tidak sesuai dengan yang
diinginkan (Stuart dan Sundeen, 2007).
Beberapa gangguan pada citra tubuh tersebut dapat menunjukan tanda dan gejala,
seperti:
1. Syok Psikologis.
Syok Psikologis merupakan reaksi emosional terhadap dampak perubahan dan
dapat terjadi pada saat pertama tindakan.syok psikologis digunakan sebagai reaksi
terhadap ansietas. Informasi yang terlalu banyak dan kenyataan perubahan tubuh
membuat klien menggunakan mekanisme pertahanan diri seperti mengingkari,
menolak dan proyeksi untuk mempertahankan keseimbangan diri.
2. Menarik diri.
Klien menjadi sadar akan kenyataan, ingin lari dari kenyataan , tetapi karena tidak
mungkin maka klien lari atau menghindar secara emosional. Klien menjadi pasif,
tergantung , tidak ada motivasi dan keinginan untuk berperan dalam perawatannya.
3. Penerimaan atau pengakuan secara bertahap.
Setelah klien sadar akan kenyataan maka respon kehilangan atau berduka muncul.
Setelah fase ini klien mulai melakukan reintegrasi dengan citra tubuh yang baru.

Tanda dan gejala dari gangguan citra tubuh di atas adalah proses yang adaptif, jika
tampak gejala dan tanda-tanda berikut secara menetap maka respon klien dianggap
maladaptif sehingga terjadi gangguan citra tubuh yaitu :
1. Menolak untuk melihat dan menyentuh bagian yang berubah.
2. Tidak dapat menerima perubahan struktur dan fungsi tubuh.
3. Mengurangi kontak sosial sehingga terjadi menarik diri.
4. Perasaan atau pandangan negatif terhadap tubuh.
5. Preokupasi dengan bagian tubuh atau fungsi tubuh yang hilang.
6. Mengungkapkan keputusasaan.
7. Mengungkapkan ketakutan ditolak.
8. Depersonalisasi.
9. Menolak penjelasan tentang perubahan tubuh.
1. Faktor Penyebab
a. Faktor Predisposisi
Adanya riwayat :
-

Biologis : Penyakit genetik dalam keluarga, Pertumbuhan dan perkembangan


masa bayi, anak dan remaja, Anoreksia, bulimia, atau berat badan kurang atau
berlebih dari berat badan ideal, perubahan fisiologi pada kehamilan dan
penuaan, pembedahan elektif dan operasi, trauma, penyakit atau gangguan
organ dan fungsi tubuh lain ; Stroke, Kusta, Asthma dan lain-lain, pengobatan
atau kemoterapi, penyalahgunaan obat atau zat ; coccaine, Amphetamine,
Halusinogen dan lain-lain.

Psikologis : Gangguan kemampuan verbal, konflik dengan nilai masyarakat,


pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan, ideal diri tidak realistis.

Sosial budaya : Pendidikan masih rendah, masalah dalam pekerjaan, nilai


budaya bertentangan dengan nilai individu, pengalaman sosial yang tidak
menyenangkan, kegagalan peran sosial.

b. Faktor Prespitasi
-

Trauma

Penyakit, kelainan hormonal

Operasi atau pembedahahan

Perubahan masa pertumbuhan dan perkembangan ; maturasi

Perubahan fisiologis tubuh ; kehamilan, penuaan.

Prosedur medis dan keperawatan ; efek pengobatan ; radioterapi,


kemoterapi.

2. Akibat
Gangguan citra tubuh mengaibatkan adanya kehilangan atau hilangnya anggota
tubuh baik struktur, bentuk dan fungsi. Keadaan ini membuat hilangnya
kepercayaan diri seseorang, menolak melihat bagian tubuh, menolak menyentuh
bagian tubuh, aktifitas sosial menurun, kurangnya interaksi dengan orang lain,
adanya perasaan tidak berdaya, tidak berharga, keputusasaan. Sehingga keadaan
ini dapat membuat seseorang mengalami harga diri rendah situasional karena
merasa asing dengan tubuhnya dan dirinya akibat kehilangan anggota tubuh.
C. Pohon Masalah
Harga diri rendah situasional
Gangguan Citra Tubuh
Koping individu tak efektif
D. Masalah Keperawatan yang muncul dan data yang perlu dikaji
No.
1.

Masalah Keperawatan
Gangguan Citra Tubuh

Data-data yang perlu dikaji


DO:
Perubahan dan hilangnya anggota tubuh baik
struktur, bentuk dan fungsi
- Menyembunyikan atau memamerkan bagian
tubuh yang terganggu
- Menolak melihat bagian tubuh
- Menolak menyentuh bagian tubuh
- Aktifitas sosial menurun
-

DS:
- Mengungkapkan penolakan tehadap:
Perubahan anggota tubuh saat ini, misalnya
tidak puas dengan hasil operasi.
Anggota tubuhnya yang tidak berfungsi
Interaksi dengan orang lain
Mengungkapkan perasaan tidak berdaya,
tidak berharga, keputusasaan.
Mengungkapkan keinginan yang terlalu
tinggi terhadap bagian tubuh yang terganggu.
Sering
mengulang-ulang
mengatakan

2.

3.

Koping individu tak efektif

Harga diri rendah situasional

kehilangan.
Merasa asing terhadap bagian tubuh yang
hilang.
DO :
- Manipulasi verbal
- Gangguan komunikasi
- Menarik diri
- Perilaku destruktif
- Penggunaan alkohol & obat terlarang
- Bekerja berlebihan
- Reaksi lambat/berlebih
DS :
- Menyatakan ketidakmampuan mengatasi
masalah
- Menyatakan tidak mampu memenuhi peran
yang diharapkan
- Menyatakan ansietas
- Menyatakan kesulitan dengan stres kehidupan
DO:
- Kontak mata kurang
- Tidak berinisiatif berinteraksi dengan orang lain
- Tampak malas-malasan
- Produktivitas menurun
DS:
- Mengeluh hidup tidak bermakna
- Tidak memiliki kelebihan apa pun
- Merasa jelek
- Mengatakan malas
- Putus asa

4. Rencana tindakan keperawatan


a. Tindakan keperawatan untuk pasien
a. Tujuan
1)

Pasien dapat mengidentifikasi citra tubuhnya

2)

Pasien dapat meningkatkan penerimaan terhadap citra tubuh

3)

Pasien dapat mengidentifikasi aspek positif diri

4)

Pasien dapat mengetahui cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh

5)

Pasien dapat melakukan cara-cara untuk meningkatkan citra tubuh

6)

Pasien dapat berinteraksi dengan orang lain tanpa terganggu

b. Tindakan keperawatan
1) Diskusikan persepsi pasien tentang citra tubuhnya dulu dan saat ini, perasaan dan
harapan terhadap citra tubuhnya saat ini.

2) Memotivasi pasien untuk melihat bagian yang hilang secara bertahap, bantu
pasien menyentuh bagian tersebut.
3)

Diskusikan aspek positif diri

4)

Bantu pasien untuk meningkatkan fungsi bagian tubuh yang terganggu.

5)

Ajarkan pasien meningkatkan citra tubuh dengan cara :


a) Gunakan protese, kosmetik atau yang lainnya sesegera mungkin, gunakan
pakaian yang baru
b) Motivasi pasien untuk melakukan aktifitas yang mengarah pada pembentukan
tubuh yang ideal
6) Lakukan interaksi secara bertahap dengan cara :
a) Susun jadual kegiatan sehari-hari
b) Motivasi melakukan aktifitas sehari-hari dan terlibat dalam aktifitas keluarga
dan sosial
c) Motivasi untuk mengunjungi teman atau orang lain yang berarti/mempunyai
peran penting baginya.
d) Beri pujian terhadap keberhasilan pasien melakukan interaksi

b. Tindakan keperawatan untuk keluarga


a. Tujuan :
1) Keluarga dapat mengenal masalah gangguan citra tubuh
2) Keluarga mengetahui cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh
3) Keluarga mampu merawat pasien gangguan citra tubuh
4) Keluarga mampu menyusun rencana tindakan pasien gangguan citra tubuh
b.

Tindakan keperawatan :
1) Jelaskan dengan keluarga tentang gangguan citra tubuh yang terjadi pada pasien.
2) Jelaskan kepada keluarga cara mengatasi masalah gangguan citra tubuh.
3) Ajarkan kepada keluarga cara merawat pasien :
a) menyediakan fasilitas untuk memenuhi kebutuhan pasien dirumah
b) memfasilitasi interaksi dirumah
c) melaksanakan kegiatan dirumah dan sosial.
d) memberikan pujian atas kegiatan yang telah dilakukan pasien
4) Bersama keluarga susun tindakan yang akan dilakukan keluarga dalam
gangguan citra tubuh.
5) Beri pujian yang realistis terhadap keberhasilan keluarga

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


Diagnosa
Keperawatan
Gangguan citra
tubuh berhubungan
dengan operasi
mastektomi

Rencana Tindakan
Tujuan
Dorong klien
untuk
mengeksplorasi
diri

Temani klien
untuk
mengevaluasi
dirinya

Tindakan Keperawatan
Kriteria Evaluasi
- Klien dapat
mengidentifikasi
kondisinya secara
realistis

- Kaji persepsi klien


tentang realita situasi

- Klien mampu
menerima
keterbatasan yang
sedang dialami

- Izinkan klien untuk


mengekspresikan
perasaannya

- Klien mampu
menghargai dirinya

- Identifikasi stresor dan


penilaian klien
terhadap stressor
tersebut.
- Klarifikasi anggapan
klien yang salah
tentang
permasalahannya

Rasional
Identifikasi bagaimana klien memandang
situasi dalam kehidupannya sangat
penting untuk mengembangkan rencana
asuhan. Perbedaan antara apa yang secara
aktual terjadi dan persepsi individu dapat
memberikan petunjuk yang sangat
membantu mengatasi masalah yang
dialami klien.
Ketika perawat menunjukkan penerimaan
terhadap perasaan klien, maka itu dapat
membantu klien untuk mengungkapkan
perasaannya
Setelah stressor dapat diidentifikasi
dengan baik, maka pilihan alternative
dapat dipilih

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN


Diagnosakeperawatan
Gangguan citra tubuh
dengan perubahan
bentuk tubuh

Rencanatindakan
Tujuan
Kriteriaevaluasi

Tindakankeperawatan

Rasional

Bina hubungan saling percaya dengan


memperkenalkan diri dengan sopan
dan ramah. Tanya nama lengkap dan
nama panggilan yang disukai klien,
Jelaskan tujuan pertemuan dan beri
perhatian pada klien

Hubungan saling percaya akan


menimbulkan kepercayaan klien
pada perawat sehingga akan
memudahkan dalam pelaksanaan
tindakan selanjutnya.

Kebutuhan klien
terpenuhi

Diskusikan kemampuan klien yang


masih dapat digunakan selama sakit

Peningkatan kemampuan
mendorong klien untuk mandiri

Klien dapat melakukan


aktivitas terarah

Diskusikan juga kemampuan yang


dapat dilanjutkan penggunaan di

TUM:
Klien dapat
mengembalikan citra
tubuh yang positif
dan sesuai
TUK:
1.Klien dapat
membina hubungan
saling percaya

Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya.
Ekspresi wajah
bersahabat.
Ada kontak mata.
Menunjukkan rasa
senang.
Klien mau duduk
berdampingan.
Klien mau mengutarakan
masalah yang
dihadapinya

2.Klien dapat menilai


kemampuan yang
dapat digunakannya

rumah sakit dan rumah nanti


3. Klien dapat
mengungkapkan
perasaannya

Klien bercerita dengan


terbuka kepada perawat

Ketika klien bercerita perawat


mendengarkan dan menunjukkan
sikap empati

Pengungkapan perasaan dengan


terbuka dapat membuat klien
merasa dihargai

4. Klien menerima
perubahan pada
anggota tubuhnya

Klien mau berinteraksi


dengan perawat, keluarga
dan orang lain

Memberi kesempatan kepada klien


mengekplorasi dirinya

Kesempatan yang diberikan


dapat membuat klien
menemukan semangat.

5. Klien dapat
menetapkan dan
merencanakan
kegiatan sesuai
dengan kondisi sakit
dan kemampuan
yang dimiliki

Klien beraktivitas sesuai


dengan kondisinya

Tingkatkan kegiatan sesuai kondisi


klien

Dengan aktifitas klien akan


mengetahui kemampuannya

6. Klien dapat
memanfaatkan sistem
pendukung yang ada

Klien dapat dukungan


dari keluarganya

Beri contoh kegiatan yang boleh klien


lakukan
Beri pendidikan kesehatan kepada
keluarga tentang cara merawat klien
dengan gangguan citra tubuh
Bantu keluarga memberikan
dukungan selama klien dirawat

Perhatian dan pengertian


keluarga akan membantu
meningkatkan percaya diri klien

Daftar Pustaka
Carpenito, L. J. (2000). Handbook of nursing diagnosis. (M. Ester, Penerjemah).
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins Inc. (Sumber asli diterbitkan 1999)
Keliat, Budi Anna, et.all. (2009). Modul IC-CMHN Manajemen Keperawatan Psikososial dan
Pelatihan Kader Kesehatan Jiwa. Depok : Fakultas Ilmu Keperawatan UI.
Stuart dan Sundeen . (2005) . Buku keperawatan jiwa . Jakarta : EGC .
Stuart,

G.W
&
Sundeen,
S.J.
(2007). Buku
saku
keperawatan
jiwa (Terjemahan).Jakarta: EGC.
Townsend, M. C. (2008). Essentials of psychiatric mental health nursing. Philadelphia: F. A.
Davis Company.

Anda mungkin juga menyukai