Anda di halaman 1dari 19

Referat

Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik

BAB 1
Pendahuluan
Gangguan bipolar adalah gangguan otak yang menyebabkan pergeseran yang tidak biasa dalam
suasana hati, energi, tingkat aktivitas, dan kemampuan untuk melaksanakan tugas-tugas seharihari. Gejala Kekacauan Bipolar dapat mengakibatkan hubungan sosial rusak, pekerjaan
terganggu atau kinerja sekolah, dan bahkan bunuh diri. Tetapi gangguan bipolar dapat diobati,
dan orang-orang dengan penyakit ini dapat hidup normal dan produktif.1
Gangguan suasana perasaan (gangguan mood [afektif]) merupakan sekelompok penyakit yang
biasanya mengarah ke depresi atau elasi (suasana perasaan yang meningkat).1 Pasien dengan
mood yang meninggi menunjukkan sikap meluap-luap, gagasan yang meloncat-loncat,
penurunan kebutuhan tidur, peninggian harga diri dan gagasan kebesaran. Pasien dengan mood
yang terdepresi merasakan hilangnya energi dan minat, perasaan bersalah, kesulitan
berkonsentrasi, hilangnya nafsu makan, pikiran tentang kematian dan bunuh diri.2
Gangguan bipolar (GB) merupakan gangguan jiwa yang bersifat episodik dan ditandai oleh
gejala-gejala manik, hipomanik, depresi, dan campuran, biasanya rekuren serta dapat
berlangsung seumur hidup. Setiap episode dipisahkan sekurangnya dua bulan tanpa gejala
penting mania atau hipomania. Tetapi pada beberapa individu, gejala depresi dan mania dapat
bergantian secara cepat, yang dikenal dengan rapid cycling. Episode mania yang ekstrim dapat
menunjukkan gejala-gejala psikotik seperti waham dan halusinasi. 2,3
Tanda dan gejala lain dari gangguan susana perasaan adalah perubahan tingkat aktivitas,
kemampuan kognitif, pembicaraan dan fungsi vegetatif (seperti tidur, nafsu makan, aktivitas
seksual dan irama biologis lainnya). Perubahan tersebut mempengaruhi berbagai aspek dari
keadaan pasien, mulai dari status mental, status fisik dan lainnya.2,3

Bab II
Gangguan Afektif Bipolar Episode Manik
DEFINISI
Berdasarkan PPDGJ III, gangguan afektif bipolar adalah gangguan yang tersifat oleh episode
berulang (yaitu sekurang-kurangnya dua) yang menunjukkan suasana perasaan (mood) pasien
dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, dan gangguan ini pada waktu tertentu terdiri dari
peninggian suasana perasaan (mood) serta peningkatan energi dan aktivitas (mania atau
hipomania), dan pada waktu lain berupa penurunan suasana perasaan (mood) serta pengurangan
energi dan aktivitas (depresi).4
Yang khas adalah bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manic
biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode
depresi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan ) meskipun jarang melebihi 1
tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah
peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stress tidak eseensial
untuk penegakkan diagnosis).4
EPIDEMIOLOGI
Gangguan bipolar adalah gangguan yang lebih jarang dibandingkan dengan gangguan depresif
berat. Prevalensi antara laki-laki dan wanita sama besar. Onset gangguan bipolar adalah dari
masa anak-anak (usia 5-6 tahun) sampai 50 tahun atau lebih. Rata-rata usia yang terkena adalah
usia 30 tahun. Gangguan bipolar cenderung mengenai semua ras.2,3
ETIOLOGI
Penyebab gangguan bipolar multifaktor. Secara biologis dikaitkan dengan faktor genetik dan
gangguan neurotransmitter di otak. Secara psikososial dikaitkan dengan pola asuh masa kanakkanak, stress yang menyakitkan, stress kehidupan yang berat dan berkepanjangan, dan banyak
lagi faktor lainnya.4
Faktor Genetik
Penelitian keluarga telah menemukan bahwa kemungkinan menderita suatu gangguan mood
menurun saat derajat hubungan kekeluargaan melebar. Sebagai contoh, sanak saudara derajat

kedua (sepupu) lebih kecil kemungkinannya dari pada sanak saudara derajat pertama. Penurunan
gangguan bipolar juga ditunjukkan oleh fakta bahwa kira-kira 50 persen pasien Gangguan
bipolar memiliki sekurangnya satu orangtua dengan suatu Gangguan mood, paling sering
Gangguan depresif berat. Jika satu orangtua menderita gangguan bipolar, terdapat kemungkinan
25 persen bahwa anaknya menderita suatu Gangguan mood. Jika kedua orangtua menderita
Gangguan bipolar, terdapat kemungkinan 50-75 persen anaknya menderita Gangguan mood.1,3
Beberapa studi berhasil membuktikan keterkaitan antara Gangguan bipolar dengan kromosom 18
dan 22, namun masih belum dapat diselidiki lokus mana dari kromosom tersebut yang benarbenar terlibat. Beberapa diantaranya yang telah diselidiki adalah 4p16, 12q23-q24, 18 sentromer,
18q22-q23, dan 21q22. Yang menarik dari studi kromosom ini, ternyata penderita sindrom Down
(trisomi 21) beresiko rendah menderita Gangguan bipolar.1,3
Sejak ditemukannya beberapa obat yang berhasil meringankan gejala bipolar, peneliti mulai
menduga adanya hubungan neurotransmitter dengan Gangguan bipolar. Neurotransmitter
tersebut adalah dopamine, serotonin, noradrenalin. Gen-gen yang berhubungan dengan
neurotransmitter tersebut pun mulai diteliti seperti gen yang mengkode monoamine oksidase A
(MAOA), tirosin hidroksilase, cathecol-ometiltransferase (COMT), dan serotonin transporter
(5HTT). Penelitian terbaru menemukan gen lain yang berhubungan dengan penyakit ini yaitu
gen yang mengekspresi brain derived neurotrophic factor (BDNF). BDNF adalah neurotropin
yang berperan dalam regulasi plastisitas sinaps, neurogenesis, dan perlindungan neuron otak.
BDNF diduga ikut terlibat dalam mood. Gen yang mengatur BDNF terletak pada kromosom
11p13. Terdapat tiga penelitian yang mencari tahu hubungan antara BDNF dengan Gangguan
bipolar dan hasilnya positif.1,3
Faktor Biologis
Kelainan di otak juga dianggap dapat menjadi penyebab penyakit ini. Terdapat perbedaan
gambaran otak antara kelompok sehat dengan penderita bipolar. Melalui pencitraan magnetic
resonance imaging (MRI) dan positron-emission tomography (PET), didapatkan jumlah
substansia nigra dan aliran darah yang berkurang pada korteks prefrontal subgenual. Tak hanya
itu, Blumberg dkk dalam Arch Gen Psychiatry 2003 pun menemukan volume yang kecil pada
amygdale dan hippocampus. Korteks prefrontal, amygdale, dan hippocampus merupakan bagian
dari otak yang terlibat dalam respon emosi (mood dan afek).

Penelitian lain menunjukkan ekspresi oligodendrosit-myelin berkurang pada otak penderita


bipolar. Seperti diketahui, oligodendrosit menghasilkan membran myelin yang membungkus
akson sehingga mampu mempercepat hantaran konduksi antar saraf. Bila jumlah oligodendrosit
berkurang, maka dapat dipastikan komunikasi antar saraf tidak berjalan lancar.1,3
Faktor Lingkungan
Penelitian telah membuktikan faktor lingkungan memegang peranan penting dalam Gangguan
perkembangan bipolar. Faktor lingkungan yang sangat berperan pada kehidupan psikososial dari
pasien dapat menyebabkan stress yang dipicu oleh faktor lingkungan. Stress yang menyertai
episode pertama dari Gangguan bipolar dapat menyebabkan perubahan biologik otak yang
bertahan lama. Perubahan bertahan lama tersebut dapat menyebabkan perubahan keadaan
fungsional berbagai neurotransmitter dan sistem pemberian signal intraneuronal. Perubahan
mungkin termasuk hilangnya neuron dan penurunan besar dalam kontak sinaptik. Hasil akhir
perubahan tersebut adalah menyebabkan seseorang berada pada resiko yang lebih tinggi untuk
menderita Gangguan mood selanjutnya, bahkan tanpa adanya stressor eksternal.1,3

GEJALA
Terdapat dua pola gejala dasar pada Gangguan bipolar yaitu, episode depresi dan episode
mania.3
Episode manik/mania
Paling sedikit satu minggu (bisa kurang, bila dirawat) pasien mengalami mood yang elasi,
ekspansif, atau iritabel. Pasien memiliki, secara menetap, tiga atau lebih gejala berikut (empat
atau lebih bila hanya mood iritabel) yaitu : 1,5
Grandiositas atau percaya diri berlebihan
Berkurangnya kebutuhan tidur
Cepat dan banyaknya pembicaraan
Lompatan gagasan atau pikiran berlomba
Perhatian mudah teralih
Peningkatan sosial dan hiperaktivitas psikomotor
Meningkatnya aktivitas bertujuan (social, seksual, pekerjaan dan sekolah)
Tindakan-tindakan sembrono (ngebut, boros, investasi tanpa perhitungan yang matang)
Gejala yang derajatnya berat dikaitkan dengam penderitaan, gambaran psikotik, hospitalisasi
untuk melindungi pasien dan orang lain, serta adanya Gangguan fungsi sosial dan pekerjaan.

Pasien hipomania kadang sulit didiagnosa sebab beberapa pasien hipomania justru memiliki
tingkat kreativitas dan produktivitas yang tinggi. Pasien hipomania tidak memiliki gambaran
psikotik (halusinasi, waham atau perilaku atau pembicaraan aneh) dan tidak memerlukan
hospitalisasi.1,5
Hipomania
Hipomania ialah derajat yang lebih ringan daripada mania, yang kelainan suasana perasaan
(mood) dan perilakunya terlalu menetap dan menonjol sehingga tidak dapat dimasukkan dalam
siklotimia, namun tidak disertai halusinasi atau waham. Yang ada ialah peningkatan ringan dari
suasana perasaan (mood) yang menetap (sekurang-kurangnya selama beberapa hari berturutturut), peningkatan enersi dan aktivitas, dan biasanya perasaan sejahtera yang mencolok dan
efisiensi baik fisik maupun mental. Sering ada peningkatan kemampuan untuk bergaul, bercakap,
keakraban yang berlebihan, peningkatan enersi seksual, dan pengurangan kebutuhan tidur;
namun tidak sampai menjurus kepada kekacauan berat dalam pekerjaan atau penolakan oleh
masyarakat. Lebih sering ini bersifat pergaulan social euforik, meskipun kadang-kadang lekas
marah, sombong, dan perilaku yang tidak sopan dan mengesalkan (bualan dan lawakan murah
yang berlebihan).
Konsentrasi dan perhatiannya dapat mengalami hendaya, sehingga kurang bisa duduk dengan
tenang untuk bekerja, atau bersantai dan menikmati hiburan; tetapi ini tidak dapat mencegah
timbulnya minat dalam usaha dan aktivitas baru, atau sifat agak suka menghamburkan uang.1,5
Episode Depresi
Pada semua tiga variasi dari episode depresif khas yang tercantum di bawah ini : ringan, sedang,
dan berat, individu biasanya menderita suasana perasaan (mood) yang depresif, kehilangan minat
dan kegembiraan, dan berkurangnya enersi yang menuju meningkatnya keadaan mudah lelah dan
berkurangnya aktivitas. Biasanya ada rasa lelah yang nyata sesudah kerja sedikit saja. Gejala
lazim lainnya adalah :
a. Konsentrasi dan perhatian berkurang;
b. Harga diri dan kepercayaan diri berkurang;
c. Gagasan tentang perasaan bersalah dan tidak berguna (bahkan pada episode tipe ringan sekali
pun);
d. Pandangan masa depan yang suram dan pesimistis;
e. Gagasan atau perbuatan membahayakan diri atau bunuh diri;

f. Tidur terganggu;
g. Nafsu makan berkurang.1,5
Episode Campuran
Paling sedikit satu minggu pasien mengalami episode mania dan depresi yang terjadi secara
bersamaan. Misalnya, mood tereksitasi (lebih sering mood disforik), iritabel, marah, serangan
panic, pembicaraan cepat, agitasi, menangis, ide bunuh diri, insomnia derajat berat, grandiositas,
hiperseksualitas, waham kejar dan kadang-kadang bingung. Kadang-kadang gejala cukup berat
sehingga memerlukan perawatan untuk melindungi pasien atau orang lain, dapat disertai
gambaran psikotik, dan mengganggu fungsi personal, social dan pekerjaan.1,5
Siklus Cepat
Siklus cepat yaitu bila terjadi paling sedikit empat episode depresi, hipomania, atau mania
dalam satu tahun. Seseorang dengan siklus cepat jarang mengalami bebas gejala dan biasanya
terdapat hendaya berat dalam hubungan interpersonal atau pekerjaan.1,5
Siklus Ultra Cepat
Mania, hipomania, dan episode depresi bergantian dengan sangat cepat dalam beberapa hari.
Gejala dan hendaya lebih berat bila dibandingkan dengan siklotimia dan sangat sulit diatasi.1,5
Sindrom Psikotik
Pada kasus berat, pasien mengalami gejala psikotik. Gejala psikotik yang paling sering yaitu :1,5
Halusinasi (auditorik, visual, atau bentuk sensasi lainnya)
Waham
Misalnya, waham kebesaran sering terjadi pada episode mania sedangkan waham nihilistic
terjadi pada episode depresi. Ada kalanya simtom psikotik tidak serasi dengan mood. Pasien
dengan gangguan bipolar sering didiagnosis sebagai skizofrenia. Ciri psikotik biasanya
merupakan tanda prognosis yang buruk bagi pasien dengan Gangguan bipolar. Faktor berikut ini
telah dihubungkan dengan prognosis yang buruk seperti: durasi episode yang lama, disosiasi
temporal antara gangguan mood dan gejala psikotik, dan riwayat penyesuaian social pramorbid
yang buruk. Adanya ciri-ciri psikotik yang memiliki penerapan terapi yang penting, pasien
dengan symptom psikotik hampir selalu memerlukan obat anti psikotik di samping anti depresan
atau anti mania atau mungkin memerlukan terapi antikonvulsif untuk mendapatkan perbaikan
klinis.1,5
KRITERIA

Pembagian menurut DSM-IV: 6


Berdasarkan DSM-IV, Gangguan bipolar digolongkan menjadi 4 kriteria :

Gangguan bipolar I

Terdapat satu atau lebih episode manik. Episode depresi dan hipomanik tidak diperlukan untuk
diagnosis tetapi episode tersebut sering terjadi.

Gangguan bipolar II

Terdapat satu atau lebih episode hipomanik atau episode depresif mayor tanpa episode manik.

Siklotimia

Adalah bentuk ringan dari Gangguan bipolar. Terdapat episode hipomania dan depresi yang
ringan yang tidak memenuhi kriteria episode depresif mayor.

Gangguan bipolar Yang Tidak Tergolongkan

Gejala-gejala yang dialami penderita tidak memenuhi kriteria Gangguan bipolar I dan II. Gejalagejala tersebut berlangsung tidak lama atau gejala terlalu sedikit sehingga tidak dapat didiagnosa
Gangguan bipolar I dan II.6
Pembagian menurut PPDGJ III:4
F31 Gangguan Afek bipolar

Gangguan ini tersifat oleh episode berulang (sekurang-kurangnya dua episode) dimana

afek pasien dan tingkat aktivitasnya jelas terganggu, pada waktu tertentu terdiri dari peningkatan
afek disertai penambahan energi dan aktivitas (mania atau hipomania), dan pada waktu lain
berupa penurunan afek disertai pengurangan energi dan aktivitas (depresi). Yang khas adalah
bahwa biasanya ada penyembuhan sempurna antar episode. Episode manik biasanya mulai
dengan tiba-tiba dan berlangsug antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode depresi cenderung
berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi 1 tahun kecuali
pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah peristiwa hidup yang
penuh stress atau trauma mental lainnya (adanya stress tidak esensial untuk penegakan
diagnosis).

Termasuk: gangguan atau psikosis manik-depresif

Tidak termasuk: Gangguan bipolar, episode manic tunggal (F30)


F31.0 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Hipomanik

Episode yang sekarang harus memenuhi criteria untuk hipomania (F30); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik , depresif, atau
campuran) di masa lampau.
F31.1 Gangguan afektif Bipolar, Episode kini Manik Tanpa Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau
campuran) di masa lampau.
F31.2 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Manik dengan gejala psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif atau
campuran) di masa lampau
F31.3 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Ringan atau Sedang

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresi ringan (F32.0) atau pun
sedang (F32.1); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa
lampau
F31.4 gangguan afektif bipolar, episode kini depresif berat tanpa gejala psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat tanpa gejala
psikotik (F32.2); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa
lampau
F31.5 Gangguan Afektif Bipolar, Episode Kini Depresif Berat dengan Gejala Psikotik

Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk episode depresif berat dengan gejala
psikotik (F32.3);dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran dimasa
lampau
F31.6 Gangguan Afektif Bipolar Campuran

Episode yang sekarang menunjukkan gejala-gejala manik, hipomanik, dan depresif yang
tercampur atau bergantian dengan cepat (gejala mania/hipomania dan depresif yang sama-sama
mencolok selama masa terbesar dari episode penyakit yang sekarang, dan telah berlangsung
sekurang-kurangnya 2 minggu); dan

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik, atau campuran di masa
lampau
F31.7 Gangguan Afektif Bipolar, kini dalam Remisi

Sekarang tidak menderita gangguan afektif yang nyata selama beberapa bulan terakhir ini, tetapi
pernah mengalami sekurang-kurangnya satu episode afektif hipomanik, manik atau campuran di
masa lampau dan ditambah sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik,
depres if atau campuran)
F31.8 Gangguan Afektif Bipolar Lainnya
F31.9 Gangguan Afektif Bipolar YTT
Gangguan Bipolar pada Anak-anak
Kebanyakan kasus gangguan bipolar didiagnosis pada usia dewasa, tetapi penelitian
membuktikan bahwa sebagian anak yang didiagnosa dengan depresi sebenarnya menderita
gangguan bipolar. Anak-anak dengan gangguan bipolar sebaiknya tidak diberikan label
tertentu yang dapat membuat mereka terhindar dari pergaulannya. Anak-anak tersebut juga
beresiko tinggi menderita gangguan kecemasan dan juga Attention Deficit-Hyperactivity
Disorder (ADHD).
Episode manic
Biasanya mulai dengan tiba-tiba dan berlangsung antara 2 minggu sampai 4-5 bulan, episode
depesi cenderung berlangsung lebih lama (rata-rata sekitar 6 bulan) meskipun jarang melebihi
satu tahun kecuali pada orang usia lanjut. Kedua macam episode itu seringkali terjadi setelah
peristiwa hidup yang penuh stress atau trauma mental lain (adanya stress tidak esensial untuk
penegakan diagnosis)

Episode manik terdiri dari :


A. Gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik (F31.0)
Pedoman diagnostik gangguan afektif bipolar, episode kini hipomanik (F31.0)
Untuk menegakkan diagnostik pasti:
1. Episode yang sekarang harus memenuhi kiteria hipomania (F30.0)
2.

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, deprsif, atau
campuran) di masa lampau.

Pedoman diagnostik hipomania (F 30.0)).


1. Derajat gangguan yang lebih ringan dari mania (F 30.1) afek yang meninggi atau berubah
disertai peningkatan aktivitas, menetap selama sekurang-kurangnya beberapa hari berturut-turut,
pada suatu derajat intensitas dan yang bertahan melebihi apa yang digambarkan bagi siklotima
(F34.0) dan tidak disertai halusinasi atau waham.
2. Pengaruh nyata atas kelancaran pekerjaan dan aktivitas sosial memang sesuai dengan diagnosis
hipomania, akan tetapi bila kekacauan itu berat atau mnyeluruh maka diagnosis mania harus
ditegakkan.
B. Gangguan afektif bipolar, episode kini manic tanpa gejala psikotik (F31.1)
Pedoman diagnostik gangguan bipolar episode kini manik tanpa gejala psikotik menurut PPDGJ
III (F31.1):
1. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania tanpa gejala psikotik (F30.1); dan
2.

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau
campuran di masa lampau).

Pedoman diagnostik F30.1 mania tanpa gejala psikotik:


1.

Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya satu minggu, dan cukup berat sampai
mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yan biasa dilakukan.

2. Perubahan afek harus disertai dengan energi yang bertambah sehingga terjadi aktivitas berlebih,
percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang berkurang, ide-ide perihal kebesaran
dan terlalu optimistik.
C. Gangguan afektif bipolar, episode kini manic dengan gejala psikotik (F31.2)
Pedoman diagnostik gangguan bipolar episode kini manik dengan gejala psikotik menurut
PPDGJ III (F31.2)
1. Episode yang sekarang harus memenuhi kriteria untuk mania dengan gejala psikotik (F30.2) dan
2.

Harus ada sekurang-kurangnya satu episode afektif lain (hipomanik, manik, depresif, atau
campuran di masa lampau).

Pedoman diagnostik F30.2 mania dengan gejala psikotik :


1. Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpa psikotik)
2.

Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi waham
kebesaan, iritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar, waham dan halusinasi sesuai dengan
keadaan afek tersebut.
Untuk mendiagnosis gangguan bipolar episode manik dengan anamnesis yang terdiri dari
alloanamnesis dengan keluarga, saudara, atau teman pasien yang paham kondisi pasien, selain itu
autoanamnesis atau anamnesis terhadap pasien sendiri. Pemeriksaan lain seperti fisik diagnostik,
status mentalis, laboratorium, dan radiologi bila diperlukan.7

DIAGNOSIS
Anamnesis (Alloanamnesis)
Riwayat Gangguan Sekarang
Gejala-gejala dari tahap gangguan bipolar episode mania adalah sebagai berikut : 8
Gembira berlebihan
Mudah tersinggung sehingga mudah marah
Merasa dirinya sangat penting
Merasa kaya atau memiliki kemampuan lebih dibanding orang lain
Penuh ide dan semangat baru
Cepat berpindah dari satu ide ke ide lainnya
Seperti mendengar suara yang orang lain tak dapat mendengar
Nafsu seksual meningkat
Menyusun rencana yang tidak masuk akal
Sangat aktif dan bergerak sangat cepat
Berbicara sangat cepat sehingga sukar dimengerti apa yang dibicarakan
Menghamburkan uang
Membuat keputusan aneh dan tiba-tiba, namun cenderung membahayakan
Merasa sangat mengenal orang lain
Mudah melempar kritik terhadap orang lain
Sukar menahan diri dalam perilaku sehari-hari

Sulit tidur
Merasa sangat bersemangat, seakan-akan 1 hari tidak cukup 24 jam
Riwayat Gangguan Dahulu
Riwayat stress, riwayat melahirkan, riwayat epilepsi, riwayat trauma pasca operasi, riwayat
penggunaan obat antidepresan, alkohol, antikonvulsan, bronkodilator, cimetidin, dekongestan,
disulfiram, halusinogen, steroid, isoniazid, prokainamid. Selain itu, seorang penderita bipolar
disorder ( gangguan bipolar) yang gejalanya mulai muncul saat masa ramaja kemungkinan besar
mempunyai riwayat masa kecil yang kurang menyenangkan seperti mengalami banyak
kegelisahan atau depresi.
Riwayat Penyakit Keluarga
Memiliki keluarga dengan riwayat yang sama. Gen bawaan adalah faktor umum penyebab
bipolar disorder. Seseorang yang lahir dari orang tua yang salah satunya merupakan pengidap
bipolar disorder memiliki resiko mengidap penyakit yang sama sebesar 15%-30% dan bila kedua
orang tuanya mengidap bipolar disorder, maka 50%-75%. Anak-anaknya beresiko mengidap
bipolar disorder. Kembar identik dari seorang pengidap bipolar disorder memiliki resiko tertinggi
kemungkinan berkembangnya penyakit ini daripada yang bukan kembar identik. Penelitian
mengenai pengaruh faktor genetis pada bipolar disorder pernah dilakukan dengan melibatkan
keluarga dan anak kembar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 10-15% keluarga dari
pasien yang mengalami gangguan bipolar disorder pernah mengalami satu episode gangguan
mood).
Riwayat Sosial Ekonomi
Penderita penyakit ini cenderung mengalami faktor pemicu munculnya penyakit yang melibatkan
hubungan antar perseorangan atau peristiwa-peristiwa pencapaian tujuan (reward) dalam hidup.
Contoh dari hubungan perseorangan antara lain jatuh cinta, putus cinta, dan kematian sahabat.
Sedangkan peristiwa pencapaian tujuan antara lain kegagalan untuk lulus sekolah dan dipecat
dari pekerjaan. Stres dapat memicu gangguan bipolar pada seseorang dengan kerentanan genetik.
Peristiwa ini cenderung melibatkan perubahan drastis atau tiba-tiba-baik atau buruk-seperti akan
menikah, akan pergi ke perguruan tinggi, kehilangan orang yang dicintai, dipecat.

Status mental pada pasien episode manik :


Deskriksi Umum atau kesan umum

1. Penampilan : umumnya pasien dalam episode manik penampilannya rapi, menggunakan pakaian
yang berwarna cerah, terkadang tidak tampak sakit jiwa.
2. Tatapan mata: bias berbinar atau hidup, dan sering mengarah pada orang yang mengajak bicara,
misalnya pemeriksa.
-

Sikap : pasien episode manik biasanya kooperatif atau mau bekerja sama dengan pemeriksa,

tetapi sedikit agresif.


Tingkah laku : biasanya hiperaktif (aktivitas motorik meningkat), bersemangat, dan terkadang
seperti menantang.

3. Orientasi
-

Waktu : bisa baik, bisa buruk


Orang : bisa baik, bisa buruk
Tempat: bisa baik, bisa buruk
Situasi : bisa baik, bisa buruk

4. Kesadaran : compos mentis


5. Proses pikiran
-

Bentuk pikir : bisa realistis atau nonrealistik, pada hipomanik, manik tanpa psikosis umumnya
realitis atau sesuai kenyataan. Sedangkan pada manik dengan gejala psikosis bentuk pikirnya

nonrealistik karena pasien dengan psikosis mempunyai waham dan atau halusinasi.
Isi pikir: terdapat waham atau tidak. Isi pikirannya termasuk tema kepercayaan dan kebesaran

diri, sering kali perhatiannya mudah dialihkan


Progresi piker : flight of idea atau penuturan pikiran dan pembicaraan yang meloncat-loncat,
logorrhea atau intonasi bicara keras dan cepat alurnya banyak bicara tidak dapat disela,
sirkumtangensial atau bicara memutar-mutar.

6. Roman muka: biasanya banyak mimic


7. Afek: terkadang afek inappropriate atau afek tidak sesuai , selain itu pasien manik biasanya
euforik dan lekas marah. Mereka memiliki toleransi frustasi yang rendah, yang dapat
menyebabkan perasaan kemarahan dan permusuhan. Secara emosional adalah labil, beralih dari
tertawa menjadi lekas marah .
8. Gangguan Persepsi : jika nonpsikosis tidak ada halusinasi, tetapi jika psikosis ada halusinasi.
9. Hubungan jiwa: jika non psikosis hubungan jiwa bias masih baik, tetapi jika psikosis umumnya
hubungan jiwa cenderung buruk.
10. Perhatian : bias mudah ditarik atau sukar ditarik, dan mudah dicantum atau sukar dicantum.
11. Insight/ tilikan berbeda-beda setiap pasien:

Jenis - jenis tilikan:


1. Tilikan derajat 1: penyangkalan total terhadap penyakitnya
2. Tilikan derajat 2: ambivalensi terhadap penyakitnya
3. Tilikan derajat 3: menyalahkan faktor lain sebagai penyebab penyakitnya
4. Tilikan derajat 4: menyadari dirinya sakit dan butuh bantuan namum tidak memahami penyebab
sakitnya
5.

Tilikan derajat 5: menyadari penyakitnya dan faktor - faktor yang berhubungan dengan
penyakitnya namun tidak menerapkan dalam perilaku praktisnya

6. Tilikan derajat 6 (sehat): menyadari sepenuhnya tentang situasi dirinya disertai motivasi untuk
mencapai perbaikan

DIFFERENTIAL DIAGNOSIS
F30 EPISODE MANIK
Kesamaan karakteristik dalam afek yang meningkat, disertai peningkatan dalam jumlah dan
kecepatan aktivitas fisik dan mental, dalam berbagai derajat keparahan. Kategori ini hanya untuk
satu episode manik tunggal (yang pertama),termasuk gangguan afektif bipolar, episode manik
tunggal. Jika ada episode afektif (depresi, manik atau hipomanik) sebelumnya atau sesudahnya,
maka gangguannya termasuk gangguan afektif bipolar. (F31).
F30.1 Mania Tanpa Gejala Psikotik

Episode harus berlangsung sekurang-kurangnya 1 minggu, dan cukup berat sampai

mengacaukan seluruh atau hampir seluruh pekerjaan dan aktivitas sosial yang biasa dilakukan.

Perubahan afek yang meningkat (elasi)harus disertai dengan energi yang bertambah

sehingga terjadi aktivitas berlebihan, percepatan dan kebanyakan bicara, kebutuhan tidur yang
berkurang, ide-ide perihal kebesaran/ grandiose ideas dan terlalu optimistik.

F30.2 Mania Dengan Gejala Psikotik

Gambaran klinis merupakan bentuk mania yang lebih berat dari F30.1 (mania tanpa

gejala psikotik).

Harga diri yang membumbung dan gagasan kebesaran dapat berkembang menjadi

waham kebesaran (delusion of grandeur), irritabilitas dan kecurigaan menjadi waham kejar

(delusion of persecution). Waham dan halusinasi sesuai dengan keadaan afek tersebut (mood
congruent).1,7

PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan Terapi Farmakologi Pada Mania Akut1,10
Lini 1
Terapi:
Litium, diivalproat, olanzapin, risperidon, quetiapin, quetiapin XR, aripiprazol, litium atau
divalproat + risperidon, litium atau divalproat + quetiapin, litium atau divalproat + olanzapin,
litium atau divalproat + aripiprazol.3,12
Lini 2
Terapi:
Karbamazepin, Terapi Kejang Listrik (TKL), litium + divalproat, paripalidon
Lini 3
Terapi:
Haloperidol, klorpromazin, litium atau divalproat haloperidol, litium +karbamazepin, klozapin

Intervensi Psikososial11
1) Penyuluhan Psikososial
Informasikan kepada orang dengan gangguan bipolar (tidak dalam episode manik akut) dan pada
anggota keluarga pasien gangguan bipolar.
-

Penjelasan : gangguan bipolar ialah suatu keadaan alam perasaan yang ekstrim dimana dapat
merasa sangat depresi, lemah, lesu kemudian beralih pada keadaan energik, sangat semangat.

Dalam keadaan ini diperlukan cara untuk mengawasi alam perasaan dalam waktu 1 hari yang
dapat terjadi marah, sensitif dan kesenangan yang berlebihan .

Penting untuk mengatur pola tidur yang normal (contohnya waktu saatnya tidur yang sama,
mencoba untuk tidur dalam kuantitas yang sama sebelum sakit serta hindari kebutuhan tidur
yang berlebihan dari biasanya).

Kekambuhan perlu dicegah dengan mengenali gejala, seperti berkurangnya waktu tidur,
menghabiskan uang atau merasa lebih enegik dari biasanya dan segera mulai terapi jika hal
tersebut terjadi.

Pasien yang berada dalam keadaan manik tidak sadar akan penyakit yang sedang dideritanya dan
merasa hebat serta energi yang meluap-luap, jadi pengasuh sangat perlu menjadi bagian dalam
upaya pencegahan.

Hindari penggunaan alkohol maupun zat psikoaktif

- Perubahan gaya hidup sebaiknya terus dilanjutkan dan perlu diupayakan serta direncanakan
- Pasien harus diberikan semangat untuk mencari dukungan setelah kejadian yang menyedihkan
dan mebicarakannya pada keluarga dan sahabat.
- Perencanaan untuk kembali bekerja atau bersekolah yang dapat menghindari pengurangan waktu
tidur, memperbaiki hubungan dukungan sosial, berdiskusi serta meminta pendapat tentang
keputusan penting misalnya tentang uang atau keputusan penting lainnya)
- Kesehatan fisik, sosial, jiwa anggota keluarga juga patut diperhatikan.
- Bangun kepercayaan: rasa percaya antara pasien dan staf perawat memegang peranan penting
dalam perawatan pasien dengan gangguan bipolar, dimana hubungan saling percaya secara medis
ikut membantu pemulihan pasien secara simultan.

2) Membangun hubungan sosial


- Mencari tahu kegiatan pasien, yang jika dianjurkan dapat mebantu secara langsung maupun tidak
langsung dukungan psikososial (contohnya pertemuan keluarga, bepergian bersama teman,
-

mengunjungi tetangga, berolahraga).


Secara aktif memberi semangat kepada pasien untuk memulai kembali segala kegiatan sosial
yang pernah dijalaninya serta menasehati keluarga pasien tentang ini.

3) Rehabilitation
-

Memfasilitasi kesempatan kepada pasien dan perawatnya untuk berpartisipasi dalam kegitan
ekonomi, pendidikan serta kesenian di lingkungannya baik secara formal maupun informal.

Menyediakan lapangan pekerjaan bagi mereka yang sulit dalam usaha untuk mencari pekerjaan
yang baik.

4) Follow-up

Follow yang berkesinambungan wajib diperlukan. Tingkat kekambuhannya tinggi dan pasien
yang berada dalam keadaan manik seringkali tidak sadar untuk mencari pengobatan bagi dirinya,
jadi pengobatan serta perawatan yang tidak dilakukan secara bersamaan sangat merugikan pada

saat tertentu
Pada setiap follow up, gejala serta efek samping dari pengobatan dan kebutuhan akan intervensi

psikososial perlu dicantumkan.


Pasien dengan gangguan manik sebaiknya melakukan evaluasi secara berkala. Evaluasi harus

lebih sering sampai episode manik berakhir.


Kumpulkan informasi mengenai penyakit serta terapi dari pasien dan perawatnya, khususnya
yang tentang gejala dan tanda serta pengelolaan terapi secara bersamaan, saat hilangnya gejala.
Jika pasien tidak memiliki perawat yang merawatnya amak pemeriksaan dilakukan secara
berkala, diusahakan merekrut seorang perawat, idealnya yang berasal dari lingkungannya dapat
teman atau keluarganya.

Psikoterapi7
Sedikit data yang menguatkan keunggulan salah satu pendekatan psikoterapi dibandingkan yang
lain dalam terapi gangguan mood masa anak-anak dan remaja. Tetapi, terapi keluarga adalah
diperlukan untuk mengajarkan keluarga tentang gangguan mood serius yang dapat terjadi pada
anak-anak saat terjadinya stress keluarga yang berat. Pendekatan psikoterapetik bagi anak
terdepresi adalah pendekatan kognitif dan pendekatan yang lebih terarah dan lebih terstruktur
dibandingkan yang biasanya digunakan pada orang dewasa. Karena fungsi psikososial anak yang
terdepresi mungkin tetap terganggu untuk periode yang lama, walaupun setelah episode depresif
telah menghilang, intervensi keterampilan sosial jangka panjang adalah diperlukan. Pada
beberapa program terapi, modeling dan permainan peran dapat membantu menegakkan
keterampilan memecahkan masalah yang baik. Psikoterapi adalah pilihan utama dalam
pengobatan depresi.
Beberapa jenis psikoterapi yaitu :
a) Cognitive behavioral therapy (CBT) membantu penderita gangguan bipolar untuk mengubah
pola pikir dan perilaku negative.
b)

Family-focused therapy melibatkan anggota keluarga. Terapi ini juga memfokuskan pada
komunikasi dan pemecahan masalah.

c) Interpersonal and social rhythm therapy membantu penderita gangguan bipolar meningkatkan
hubungan sosial dengan orang lain dan mengatur aktivitas harian mereka.
d) Psychoeducation mengajarkan pada penderita gangguan bipolar mengenai penyakit yang mereka
derita beserta dengan penatalaksanaannya. Terapi ini membantu penderita mengenali gejala awal
dari episode baik manik maupun depresi sehingga mereka bisa mendapatkan terapi sedini
mungkin.

PENCEGAHAN
Pencegahan primer dapat dilakukan apabila diketahui bahwa dalam keluarga terdapat yang
mengalami gangguan ini, maka diharapkan pasien dan atau keluarganya melakukan
antisipasi.Pencegahan sekunder yaitu bila telah mengalami gangguan ini, diharapkan tetap
berkonsultasi dengan dokter yang merawat, mengikuti anjuran unruk mengkonsumsi obat sesuai
anjuran.10,11

PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada penggunaan obat-obatan dengan dosis yang tepat, pengetahuan
komprehensif mengenai penyakit ini dan efeknya, hubungan positif dengan dokter dan therapist,
kesehatan fisik. Semua faktor ini merujuk ke prognosis bagus.
Akan tetapi prognosis pasien gangguan bipolar I lebih buruk dibandingkan dengan pasien dengan
gangguan depresif berat. Kira-kira 40%-50% pasien gangguan bipolar I memiliki episode manik
Kedua dalam waktu dua tahun setelah episode pertama. Kira-kira 7% dari semua pasien
gangguan bipolar I tidak menderita gejala rekurensi, 45% menderita lebih dari satu episode, dan
40% menderita gangguan kronis. Pasien mungkin memiliki 2 sampai 30 episode manik,
walaupun angka rata-rata adalah Sembilan episode. Kira-kira 40% dari semua pasien menderita
lebih dari 10 episode.1,5

BAB III
Kesimpulan
Gangguan mood merupakan suatu sindrom yang terdiri dari tanda-tanda dan gejala-gejala yang
berlangsung dalam hitungan minggu hingga bulan yang mempengaruhi fungsi dan pola
kehidupan sehari-hari. Kelainan fundamental dari kelompok gangguan ini adalah perubahan
suasana perasaan (mood) atau afek, biasanya kearah depresi, atau ke arah elasi (suasana perasaan
yang meningkat).
Faktor yang berperan penting sebagai penyebab gangguan mood adalah faktor biologis, faktor
genetika, dan faktor psikososial. Penatalaksanaan untuk gangguan mood adalah dengan terapi
psikososial serta farmakoterapi. Pemilihan agen-agen farmakoterpi untuk gangguan mood adalah
tergantung pada toleransi pasien terhadap efek samping dan penyesuaian efek samping terhadap
kondisi pasien.
Gangguan mood cenderung bersifat kronis, dan pasien cenderung mengalami relaps. Pasien
dengan gangguan mood sering menunjukkan penurunan fungsi yang mencolok. Hasil terapi akan
menunjukkan kemajuan jika fungsi keluarga dan fungsi pendukung lainnya baik

Anda mungkin juga menyukai