Anda di halaman 1dari 39

PRAKTIKUM I

STERILISASI
1.1

Pendahuluan
Mikrobiologi merupakan cabang dari biologi pada umumnya. Secara pengertian mikro

biologi tidak jauh berbeda dengan biologi itu sendiri, hanya saja kata mikro yang melekat
pada mikrobiologi menimbulkan pengertian terhadap organisme yang memiliki ukuran kecil
atau mikroskopi. Mikroba adalah jasad hidup yang ukurannya kecil sering disebut
mikroorganisme atau jasad renik. Pengertian alat dan sterilisasi merupakan hal mendasar yang
harus diketahui dan dikuasai karena penting dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
mikrobiologi selanjutnya. Obyek yang terbebas dari mikroba disebut dengan steril. Sterilisasi
sangat diutamakan baik alat-alat yang siap pakai maupun medianya.
Sterilisasi merupakan suatu usaha untuk membebaskan alat-alat dan bahan-bahan dari
segala macam bentuk kehidupan, terutama mikroba, sehingga dalam sterilisasi nanti alat-alat
tidak terkontaminasi dengan pihak luar. Oleh karena itu, bagi seorang pemula di bidang
mikrobiologi sangat perlu mengenal teknik sterilisasi karena merupakan dasar-dasar kerja dalam
laboratorium mikrobiologi. Steril merupakan syarat mutlak keberhasilan kerja dalam lab
mikrobiologi. Dalam melakukan sterilisasi, diperlukan teknik-teknik agar sterilisasi dapat
dilakukan secara sempurna, dalam arti tidak ada mikroorganisme lain yang mengkontaminasi
media.
Berdasarkan uraian di atas, maka perlu diadakan praktikum sterilisasi alat guna
memberikan pemahaman tentang hal-hal yang berkaitan dengan sterilisasi serta menambah
pengetahuan dan keterampilan tentang teknik atau tatau cara sterilisasi dalam mkrobiologi.
1.2

Tujuan Praktikum
Tujuan kegiatan praktikum adalah menghasilkan peralatan yang steril sehingga dapat

digunakan untuk melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan mikroba.


1.3 Landasan Teori
1.3.1

Pengertian Sterilisasi.
Sterilisasi adalah suatu proses yang menghancurkan semua bentuk kehidupan mikroba,

termasuk spora, pada permukaan benda mati. Prosesnya dapat berupa pemanasan, pemberian zat
kimia, radiasi, atau filtrasi (Gruendemann dan Fernsebner, 2006).

Sterilisasi adalah proses pemanasan yang dilakukan untuk mematikan semua


mikroorganisme pada bahan makanan. Sterilisasi biasanya dikombinasi dengan pengemasan
hermetis untuk mencegah kontaminasi ulang. Yang dimaksud pengemasan hermetis adalah
pengemasan yang sangat rapat, sehingga tidak dapat ditembus oleh mikroorganisme, air, ataupun
udara (Purnawijayanti, 2001).
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Hal-hal yang dilakukan ketika pertama
kalinya melakukan pemindahan biakan bakteri secara aseptik, sesungguhnya hal itu telah
menggunakan salah satu cara sterilisasi, yaitu pembakaran. Di lain sisi, ada beberapa peralatan
dan media yang umum dipakai di dalam pekerjaan mikrobiologi yang menjadi rusak apabila
dibakar. Tiga cara utama yang umum dipakai dalam sterilisasi yaitu penggunaan panas, bahan
kimia, dan penyaringan atau filtrasi (Hadioetomo 1985).
Sterilisasi merupakan salah satu metode menggunakan uap air pada suhu 121oC selama
beberapa waktu tertentu. Tujuan pemanasan adalah memusnahkan bakteri patogen dan spora
bakteri elostridium bolulinum yang berbahaya. Metode sterilisasi yang paling umum dilakukan
adalah menggunakan kaleng atau kemasan tetra pack (Yuyun dan Gunaisa, 2011)
Sterilisasi dalam pengertian medis merupakan suatu proses dengan metode tertentu
dapat memberikan hasil akhir, yaitu suatu bentuk keadaan yang tidak dapat ditunjukkan lagi
adanya mikroorganisme hidup. Metode sterilisasi cukup banyak, namun alternatif yang dipilih
sangat bergantung pada keadaan serta kebutuhan setempat. Apapun pilihan metodenya,
hendaknya tetap menjaga kualitas hasil sterilisasi. Kualitas hasil sterilisasi peralatan medis perlu
dijaga terus mengingat risiko kontaminasi kembali saat penyimpanan dan terutama pada saat
akan digunakan dalam tindakan medis (Darmadi, 2008).
1.3.2

Metode Sterilisasi.
Sterilisasi dapat dilakukan baik dengan cara fisik maupun kimia. Metode fisik didasarkan

pada tindakan pemanasan (proses autoclaving, sterilisasi ternal kering atau sterilisasi ternal
basah), iradiasi (irradiasi-), atau pada pemisahan secara mekanis melalui filtrasi. Cara kimia
mencakup sterilisasi gas dengan etilen oksida atau gas lainnya dan menyampurkan agens
pensteril (misalnya glutalardehid) pada larutan desinfektan (Pruss, et al., 2002).

Sterilisasi dengan panas kering dilakukan dengan menggunakan oven. Sterilisasi dengan
panas kering sering kali digunakan untuk mensterilkan perangkat kaca. Dalam keadaan kering,
struktur protein bersifat lebih sabil dan tidak mudah rusak sehingga untuk mematikan organism
diperlukan suhu panas kering yang jauh lebih tinggi dan lebih lama bila dibandingkan dengan
suhu pada pemanasan lembap (Gunawan A. W, 2008).
Metode sterilisasi steam yaitu dengan cara penguapan dalam tekanan meresap kedalam
benda yang permeabel dan menyebabkan koagulasi protein selular, yang dapat mematikan
mikroba dan spora. Dan metode sterilisasi kimiawi caranya yaitu dengan menghentikan
metabolisme protein seluler sehingga mematikan mikroba dan spora (Baradero, et al., 2009).
Sterilisasi dengan tekanan, metode sterilisasi yang biasa dilakukan untuk semua kirgi dan
instrumen genggam adalah menggunakan autoklaf uap atau kimia. Instrument yang telah
dibungkus kasa diautoklafkan selama 20 menit pada suhu 121C dan tekanan 15 psi. Ini akan
membunuh semua bakteri, spora, dan virus (Walton dan Torabinejad, 2008).
Berikut beberpa contoh proses sterilisasi yang sering dilakukan dalam sekala praktikum
laboratorium maupun dalam skala pabrik, diantara yaitu:
1.

Sterilisasi kering atau sterilisasi panas kering dapat diterapkan dengan cara pemanasan
langsung, melayangkan di atas nyala api, pembakaran dan sterilisasi dengan udara panas
(oven). Sterilisasi kering terbagi dua yaitu:
a) Api digunakan untuk mensterilisasi peralatan seperti jarum inokulasi, cawan petri, kaca
objek, pinset, mulut tabung biakan, spatel dan lain-lain. Sesudah disterilkan peralatan
tersebut harus didinginkan terlebih dahulu sebelum dipergunakan.
b) Sterilisasi kering dengan udara panas. Alat yang digunakan adalah oven. Cara ini
umum dilakukan untuk mensterilkan peralatan gelas seperti cawan petri, tabung reaksi,
dan alat-alat gelas lainnya. Prinsip kerja dari alat ini lebih sederhana yaitu pintu oven
dibuka dan semua alat-alat yang akan disterilkan disusun rapi. Setelah itu pintu oven
ditutup, suhu diseting pada angka 160-180C selama 1-2 jam.

2.

Sterilisasi basah atau sterilisasi panas lembab dapat diterapkan dengan cara pemanasan
menggunakan uap air dengan tekanan(autoklaf) pada suhu yang tinggi, sterilisasi basah

ini biasanya digunakan pada alat-alat yang tidak tahan panas, pada sterilisasi basah ini
menggunakan suhu 121C selama 30 menit pada autoklaf digital.
3.

Sterilisasi uap, dilakukan pada suhu 100C dan harus diulang 3 kali berturut-turut dengan
selang waktu satu hari. Cara ini disebut juga dengan sterilisasi diskontinyu atau sterilisasi
bertingkat.
1.4 Peralatan dan Bahan
- Alat yang Digunakan
Adapun bahan dan peralatan utama yang dibutuhkan untuk melakukan sterilisasi
peralatan antara oven dan keranjang plastik
-

Bahan yang Digunakan


Bahan utama yang digunakan dalam sterilisasi adalah peralatan praktikum yang akan
disterilisasi. Bahan lainnya adalah benang dan kertas coklat.

1.5 Prosedur Kerja


Adapun prosedur kerja yang harus dilakukan dalam sterilisasi peralatan adalah sebagai
berikut :
a)
b)
c)
d)
e)

Dicuci peralatan yang akan disterilisasi


Ditiriskan agar cairan sisa tidak menempel pada alat.
Dibungkus dengan kertas coklat dan ikat menggunakan benang
Dietakkan dan susun peralatang dalam oven
Dilakukan sterilisasi menggunakan suhu 121 oC dan selama 30 menit

Simpan peralatan yang sudah disterilisasi di tempatnya.


1.6 Hasil dan Pembahasan
Pada praktikum pertama Mikrobiologi Perikanan ini dilakukan sterilisasi pada perlatan
laboratorium yang bertujuan untuk menghasilkan peralatan yang steril sehingga dapat digunakan
untuk melaksanakan pekerjaan yang berkaitan dengan mikroba. Proses sterilisasi ini meliputi
pencucian, pengeringan dengan ditiriskan, pembungkusan dengan kertas coklat dan diikat,
kemudian dimasukkan ke dalam oven selama 30 menit dengan suhu 121 oC. Dari proses yang
telah disebutkan, maka menghasilkan peralatan laboratorium yang steril.
Sterilisasi dalam mikrobiologi merupakan suatu proses untuk mematikan semua
organisme yang terdapat pada atau di dalam suatu benda. Dalam praktikum kali ini dilakukan

sterlisasi dengan dilakukan pemanasan dalam oven dengan suhu 121 oC. Pemanasan dilakukan
dengan bantuan oven pada tekanan temperature yang lumayan tinggi kira-kira 121 oC. Organisme
yang tidak berspora hanya dapat mati dengan pemanasan 100 oC selama kurang lebih 30 menit.
Pemanasan kering ini kurang efektif apabila temperatu kurang tinggi untuk mencapai
temperature antara 160oC sampai dengan 180oC pada temperature ini akan menyebabkan
kerusakan pada sel-sel hidup dan jaringan.(Ratna. 1985). Itulah sebabnya mengapa besar
temperature tersebut yang digunakan dalam sterilisasi alat-alat praktikum tersebut.
Selain dengan pemanasan, dilakukan pula pembungkusan terlebih dahulu. Pembungkusan
dilakukan dengan kertas warna coklat hingga menutup seluruh bagian permukaan alat-alat dan
diikat. Pembungkusan dengan kertas warna coklat bermaksud untuk meratakan suhu panas yang
berasal dari oven, karena warna pigmen warna coklat mampu menyerap panas lebih optimal dan
merata sehingga dapat meresap ke seluruh bagian alat-alat laboratorium yang akan disterilisasi.
1.7 Pendalaman
Untuk menngkatkan pemahaman pratikan mengenai materi praktikum, berikut beberapa
soal yang dapat memperdalaman pemahaman praktikan terhadap praktikum.
1. Mengapa digunakan suhu sterilisasi 121 derajat Celcius. Jelaskan!
Jawab.
Alasan digunakan suhu 121 derajat Celsius atau 249,8 derajat Farenhit adalah karena
pada suhu 121 derajat celcius adalah karena untuk membunuh semua bentuk kehidupan ,
dalam artian dalam proses sterilisasi adalah membunuh semua organisme yang hidup.
2. Apakah peranan kertas coklat dalam proses sterilisasi peralatan ? jelaskan!
Jawab:
Pembungkusan dengan kertas warna coklat bermaksud untuk meratakan suhu panas yang
berasal dari oven, karena warna pigmen warna coklat mampu menyerap panas lebih
optimal dan merata sehingga dapat meresap ke seluruh bagian alat-alat laboratorium yang
akan disterilisasi.

PRAKTIKUM II
INOKULASI MIKROBA
1

Pendahuluan

Mikroba berukuran sangat kecil sehingga sulit untuk diamati tanpa menggunakan
peralatan bantu. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mempelajari mikroba
adalah dengan melakukan inokulasi mikroba tersebut.

Inokulasi adalah penanaman

mikroba dalam media buatan. Bila proses inokulasi dilakukan secara benar, mikroba
akan tumbuh dan berkembang sehingga mudah untuk diamati.
Inokulasi dimaksudkan untuk menumbuhkan, meremajakan mikroba dan
mendapatkan populasi mikroba yang murni. Inokulasi adalah pekerjaan memindahkan
bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang
sangat tinggi. Media untuk membiakkan bakteri haruslah steril sebelum digunakan.
Pencemaran terutama berasal dari udara yang mengandung banyak mikroorganisme.
Pemindahan biakan mikroba yang dibiakkan harus sangat hati-hati dan mematuhi
prosedur laboratorium agar tidak terjadi kontaminasi. Oleh karena itu, diperlukan teknikteknik dalam pembiakan mikroorganisme yang disebut dengan teknik inokulasi biakan.
Mikroorganisme dapat ditumbuhkan dalam biakan cair (media kaldu )atau padat.
Selain dalam media cair, mikroorganisme juga memperlihatkan pertumbuhan dengan ciri
tertentu dalam biakan padat seperti agar miring, agar tegak, atau agar lempeng. Agar
miring lazimnya digunakan untuk menyimpan biakan murni sedangkan agar lempeng
lazimnya digunakan untuk memurnikan mikroorganisme. Pada media agar lempeng,
proses inokulasi dapat dilakukan dengan menggunakan metode gores (streak method),
tuang(pour plate) dan hapus (swab method).
Pemilihan dan penentuan media inokulasi yang akan digunakan tergantung dari
tujuan inokulasi itu sendiri. Untuk kebutuhan produksi digunakan media kaldu sebagai
media inokulasi, sedangkan untuk tujuan peremajaan atau identifikasi mikroba digunakan
media padat.
2

Tujuan Praktikum
Mahasiswa memahami dan mampu melakukan inokulasi mikroba.

Landasan Teori
Ikan Kembung (Rastrelliger kanagurta)

Ikan kembung atau seringkali disebut indian mackerel, merupakan salah satu
komoditas penting perikanan tangkap. Ikan kembung memiliki panjang maksimal 35 cm
TL. Termasuk ikan pelagis di zona neritik, oseanodrom. Swimming layer berkisar antara
20 90 m. Larva kembung memakan fitoplakton seperti jenis diatom laut dan jenis
zooplankton kecil seperti ladoceran, ostracods, larva polychaetes, dan lain-lain.
Tubuh streamline. Panjang usus biasanya 1,4 sampai 1,8 kali panjang FL. Warna
tubuh terdapat garis hitam memanjang di bagian punggung dan bintik hitam di tubuh
dekat sirip pectoral. Sirip dorsal berwarna kuning dengan ujung hitam. Sirip caudal dan
pectoral berwarna kekuning-kuningan.
Penyebaran terbanyak di Samudera Hindia dan sebagian Pasifik Timur, seperti
terlihat pada gambar. Ikan ini merupakan jenis schooling fish atau ikan yang
bergerombol. Ikan ini berenang dengan cara mulut dan tapis insang terbuka. Ini
merupakan cara ikan ini makan dengan menyaring plankton yang masuk ke mulut dan
tersaring di tapis insang. Panjang tubuh maksimal ikan kembung bias mencapai 35 cm.
Di Indonesia sendiri penyebarannya sangat luas, diantaranya selat malaka (Dekat
Banda Aceh), Laut Jawa, Laut Selatan Jawa, dan perairan timur laut lainnya. Ikan
kembung juga banyak di temuan di perairan lain di luar Indonesia.
Klasifikasi Ikan Kembung
Phylum

: Chordata

Class

: Actinopterygii

Order

: Perciformes

Family

: Scombridae

Genus

: Rastrelliger

Species

: Rastrelliger kanagurta

Gambar 1. Ikan Kembung


(Sumber : ikankusegar.com)

Inokulasi Bakteri
Penanaman bakteri atau biasa disebut juga inokulasi adalah pekerjaan
memindahkan bakteri dari medium yang lama ke medium yang baru dengan tingkat
ketelitian yang sangat tinggi. Untuk melakukan penanaman bakteri (inokulasi) terlebih
dahulu diusakan agar semua alat yang ada dalam hubungannya dengan medium agar tetap
steril, hal ini agar menghindari terjadinya kontaminasi (Dwijoseputro 1998).

Ada beberapa tahap yang harus dilakukan sebelum melakukan teknik penanaman
bakteri (inokulasi) yaitu :
Menyiapkan ruangan
Ruang tempat penanaman bakteri harus bersih dan keadannya harus steril agar tidak
terjadi kesalahan dalam pengamatan atau percobaaan .dalam labotarium pembuataan
serum vaksin dan sebagainya. Inokulasi dapat dilakukan dalam sebuah kotak kaca
(encast) udara yang lewat dalam kotak tersebut dilewatkan saringan melalui suatu jalan

agar tekena sinar ultraviolet (Pelezar 1986).


Pemindahan dengan dengan pipet
Cara ini dilakukan dalam penyelidikan air minum atau pada penyelidikan untuk diambil

1 ml contoh yang akan diencerkan oleh air sebanyak 99 ml murni (Pelezar 1986).
Pemindahan dengan kawat inokulasi
Ujung kawat inokulasi sebaliknya dari platina atau nikel .ujungnya boleh lurus juga
boleh berupa kolongan yang diameternya 1-3mm. Dalam melakukuan penanaman
bakteri kawat ini terlebih dahulu dipijarkan sedangkan sisanya tungkai cukup dilewatkan
nyala api saja setelah dingin kembali kawat itu disentuhkan lagi dalam nyala (Pelezar
1986).
Media
Media adalah suatu bahan yang terdiri dari campuran zat-zat hara yang berguna
untuk membiakkan mikroba. Dengan menggunakan bermacam-macam media dapat
dilakukan isolasi, perbanyakan, pengujian sifat fisiologis dan perhitungan sejumlah
mikroba. Supaya mikroba dapat tumbuh baik dalam suatu media, maka medium tersebut
harus memenuhi syarat-syarat, yaitu harus mengandung semua zat hara yang mudah
digunakan oleh mikroba, harus mempunyai tekanan osmosis, tegangan permukaan dan
pH yang sesuai dengan kebutuhan mikroba yang akan tumbuh, tidak mengandung zat-zat
yang dapat menghambat pertumbuhan mikroba, harus berada dalam keadaan steril
sebelum digunakan, agar mikroba yang ditumbuhkan dapat tumbuh dengan baik.
Beberapa macam media yang digunakan untuk inokulasi yaitu :

Mixed culture : berisi dua atau lebih spesies mikroorganisme.

Plate culture : media padat dalam petridish.

Slant culture : media padat dalam tabung reaksi.

Stap culture

:media padat dalam tabung reaksi, tetapi

penanamannya dengan cara penusukan.


5

Liquid culture : media cair dalam tabung reaksi.


6

Shake culture : media cair dalam tabung reaksi yang


penanamannya dikocok, (Gupte 1990).

Teknik Inokulasi
Teknik inokulasi merupakan suatu pekerjaan memindahkan bakteri dari medium
yang lama ke medium yang baru dengan tingkat ketelitian yang sangat tinggi. Dengan
demikian akan diperoleh biakan mikroorganisme yang dapat digunakan untuk
pembelajaran mikrobiologi. Pada praktikum ini akan dilakukan teknik inokulasi biakan
mikroorganisme pada medium steril untuk mempelajari mikrobiologi dengan satu kultur
murni saja.
Ada beberapa metode yang digunakan untuk menginokulasi biakan murni
mikroorganisme yaitu :
a

Metode gores
Teknik ini lebih menguntungkan jika ditinjau dari sudut ekonomi dan waktu,
tetapi memerlukan ketrampilan-ketrampilan yang diperoleh dengan latihan. Penggoresan
yang sempurna akan menghasilkan koloni yang terpisah. Inokulum digoreskan di
permukaan media agar nutrien dalam cawaan petri dengan jarum pindah (lup inokulasi).
Di antaragaris-garis goresan akan terdapat sel-sel yang cukup terpisah sehingga dapat
tumbuh menjadi koloni (Winarni 1997). Cara penggarisan dilakukan pada medium
pembiakan padat bentuk lempeng. Bila dilakukan dengan baik teknik inilah yang paling
praktis. Dalam pengerjaannya terkadang berbeda pada masing-masing laboratorium tapi
tujuannya sama yaiitu untuk membuat goresan sebanyak mungkin pada lempeng medium
pembiakan (Kus Irianto 2006).
Ada beberapa teknik dalam metode goresan, yakni :

Goresan T

Goresan kuadran.

Goresan Radian.

Goresan Sinambung

Metode tebar
Setetes inokolum diletakan dalam sebuah medium agar nutrien dalam cawan
petridish dan dengan menggunakan batang kaca yang bengkok dan steril. Inokulasi
itudisebarkan

dalam

medium

batang

yang

sama

dapat

digunakan

dapat

menginokulasikanpinggan kedua untuk dapat menjamin penyebaran bakteri yang merata


dengan baik. Padabeberapa pinggan akan muncul koloni koloni yang terpisah-pisah
(Winarni 1997).
c

Metode tuang
Isolasi menggunakan media cair dengan cara pengenceran. Dasar melakukan
pengenceran adalah penurunan jumlah mikroorganisme sehingga pada suatu saat hanya
ditemukan satu sel di dalam tabung (Winarni 1997).

Metode tusuk
Metode tusuk yaitu dengan dengan cara meneteskan atau menusukan ujung jarum
ose yang didalamnya terdapat inokolum, kemudian dimasukkan ke dalam media (Winarni
1997).

Peralatan dan Bahan


a Alat
Adapun peralatan utama yang dibutuhkan dalam proses inokulasi mikroba antara lain
adalah :
Nama Alat
Tabung Reaksi

Kegunaan
Tabung reaksi berfungsi untuk tempat mereaksikan
suatu larutan atau bahan yang akan digunakan

Cawan Petri

dalam praktikum.
Cawan petri berfungsi sebagai tempat media yang

Ose

akan digunakan untuk menumbuhkan mikroba.


untuk memindahkan mikroorganisme yang akan

Bunsen

dibiakkan.
untuk mensterilkan alat atau sebagai sumber panas
untuk memanaskan alat atau bahan yang akan

Inkubator
b

Bahan

Nama Bahan

digunakan dalam praktikum.


Untuk mengontrol dan menjaga suhu

Kegunaan

Ikan

Sebagai sampel uji coba dalam praktikum.

Akuades

Untuk membilas ikan, melarutkan sampel

Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja yang harus dilakukan oleh praktikan adalah sebagai berikut :
1

Disiapkan tabung reaksi yang berisi media kultur agar steril.

Digunakan spidol untuk membagi cawan petri menjadi empat kuadran dengan
kertas label yang ditulis di bagian bawah cawan petri.

Disterilkan terlebih dahulu cawan petri dengan cara dipanaskan diatas bunsen

Dituangkan media agar kedalam cawan petri.

Dihomogenkan dengan cara diputar membentuk arah angka 8 dan didiamkan


hingga dingin.

Disiapkan ikan sebagai sumber mikroba, lalu dibagi menjadi 4 bagian yaitu isang,
usus, daging, dan kulit.

Masing-masing bagian tersebut dilarutkan dengan akuades.

Dipanaskan ose diatas Bunsen hingga berwarna merah, lalu didinginkan

Dicelupkan ose kedalam sampel.

10 Digoreskan ose tersebut ke media agar membentuk zigzag.


11 Diulangi langkah 8 dan langkah 9 terhadap sampel yang lain.
12 Ditutup rapat cawan petri lalu dibungkus dengan kertas coklat.
13 Dimasukan kedalam inkubator pada suhu 370C selama 24 jam
14 Diamati hasil pengamatan.
6

Hasil dan Pembahasan


Hasil
Media Inokulasi
Insang

Dokumentasi

Deskripsi

Kulit

Berbentuk bulat
Warna putih
kekuningan
Jumlah 115

Berbentuk bulat
Warna putih
kekuningan
Jumlah 78
Ada yang berbentuk
tidak beraturan

Saluran
Pencernaan

Daging

Berbentuk bulat
Warna putih
kekuningan
Jumlah 131
Ada yang berbentuk
tidak beraturan

Berbentuk bulat
Warna putih
kekuningan
Jumlah 53

Pembahasan
Inokulasi merupakan kegiatan pemindahan mikroorganisme baik berupa bakteri
maupun jamur dari tempat atau sumber asalnya ke medium baru yang telah dibuat dengan
tingkat ketelitian yang sangat tinggi.

Inkubasi adalah proses pertumbuhan biaakan

bakteri atau perbanyakan biakan dengan menyediakan keadaan lingkungan yang sesuai
(Javetz et al., 1980). Pada praktikum ini, sampel yang digunakan adalah ikan, dimana
ikan ini dibagi menjadi 4 bagian yang berbeda yaitu kulit, insang, daging, dan usus.
Sedangkan media kultur yang digunakan adalah media padat yaitu media agar miring.
Media agar ini disimpan di dalam tabung reaksi agar steril. Cawan petri dibagi
menjadi 4 kuadran berdasarkan pembagian bagian tubuh ikan yang disebutkan diatas,
dengan menggunakan kertas label yang diletakan dibawah cawan petri. Setelah itu cawan
petri disterilkan dengan cara dipanaskan diatas Bunsen. Media kultur agar tersebut
kemudian dituangkan kedalam cawan petri lalu dihomogenkan dengan cara memutar
cawan petri dengan membentuk arah angka 8 serta didinginkan. Kemudian 4 bagian
tubuh ikan tadi (usus, kulit, daging, insang) dilarutkan dalam akuades dengan tujuan
mikroba yang berasal dari bagian tubuh tersebut dapat tumbuh dikarenakan air
merupakan media yang efektif bagi mikroba untuk tumbuh. Teknik inokulasi yang
dilakukan pada praktikum ini adalah dengan metode gores kuadran. Dimana Ose

merupakan alat yang digunakan untuk melakukan metode gores tersebut terhadap media
agar. Ose disterilkan terlebih dahulu sebelum digunakan dengan dipanaskan diatas
Bunsen. Setelah itu, ose dicelupkan kedalam salah satu larutan sampel. Digoreskan ose
tersebut pada media agar dengan membentuk zigzag. Penggoresan yang sempurna akan
menghasilkan koloni yang terpisah. Di antara garis-garis goresan akan terdapat sel-sel
yang cukup terpisah sehingga dapat tumbuh menjadi koloni (Winarni 1997). Dipanaskan
lagi Ose tersebut diatas Bunsen untuk disterilkan dan dilakukan perlakuan yang sama
terhadap sampel yang lainnya. Setelah keempat sampel lengkap digoreskan pada media
agar, ditutup rapat cawan petri serta dibungkus kertas coklat agar tidak terkontaminasi.
Perlakuan terakhir adalah dimasukan cawan petri tersebut kedalam inkubator dengan
suhu 370C selama 24 jam dengan tujuan mengkultur mikroba pada suhu yang terkontrol.
Aktifitas mikroorganisme contohnya bakteri telah ada sewaktu ikan masih hidup,
yaitu terdapat pada insang, organ isi perut dan permukaan tubuh ikan. Tapi bakteri
tersebut tidak merusak, dikarenakan ikan memiliki ketahanan dan kebutuhan bakteri
untuk pertumbuhannya telah tersedia dari lingkungannya. Setelah ikan mati, tubuh ikan
tidak lagi memiliki ketahanan dan bakteripun tidak terpenuhi kebutuhannya. Karena hal
yang demikian ini maka bakteri segera memanfaatkan bagian tubuh ikan untuk
memenuhi kebutuhan hidupnya dan populasi bakteri segera berkembang cepat (Irawan,
1995b)
Berdasarkan pengamatan kelompok kami, didapatkan hasil keempat sampel pada
cawan petri membentuk koloni-koloni. Dimana memang tujuan dari penggunaan media
agar miring adalah untuk meningkatkan jumlah atau kuantitas mikroba sehingga dapat
dilihat dengan mata telanjang berupa kumpulan koloni. Berbentuk bulatan-bulatan,
berwarna kekuningan, kepadatan mikroba masing-masing sampel yang berbeda-beda,
serta ada juga yang berbentuk tidak beraturan. Kepadatan mikroba pada insang
berjumlah 115, kulit berjumlah 78, daging berjumlah 53, sedangkan pada usus berjumlah
131. Dapat disimpulkan bahwa urutan tertinggi kepadatan mikroba adalah pada bagian
usus, kemudian isang, kulit, dan terendah pada daging. Berdasarkan karakteristik
mikroba yang diperoleh dari keempat sampel, bakteri adalah mikroorganisme yang
terbanyak pada tubuh ikan. Bakteri terdiri dari 3 golongan berdasarkan temperatur
hidupnya, yang pertama adalah bakteri Thermophilli memiliki kemampuan hidup pada
suhu tinggi 55-800C dengan suhu optimal 600C. Yang kedua adalah bakteri Mesophilli

memiliki kemampuan hidup pada suhu 20-550C, dengan suhu optimal 370C. Yang
terakhir adalah bakteri Cryophilli dapat hidup dengan baik pada suhu 7-20 0C dengan
suhu optimalnya 100C. Setelah penyimpanan media agar guna kultur mikroba didalam
inkubator pada suhu 370C, dapat diindikasikan bahwa bakteri yang terdapat pada sampel
adalah kelompok bakteri Mesophilli dimana kelompok bakteri ini memiliki suhu optimal
untuk tumbuh sesuai dengan suhu pada inkubator. Adapun bakteri yang umum
ditemukan pada bagian tubuh ikan terutama usus, insang, kulit dan daging adalah
Achromobacter, Pseudomonas, Flavobacter, Micrococcus, dan Bacillus. Berdasarkan
tabel pengamatan diatas diperoleh data bahwa kepadatan bakteri pada keempat lokasi
(bagian tubuh ikan) tersebut tidaklah sama. Kepadatan tertinggi bakteri adalah bagian
usus dan insang, sedangkan yang terendah adalah bagian daging. Hal ini dikarenakan
bakteri-bakteri menyerang tubuh ikan dengan beberapa cara. Yang pertama adalah dari
insang atau luka-luka yang terdapat pada kulit menuju bagian tubuh dalam. Yang kedua
adalah dari saluran pencernaan menuju jaringan daging, dan yang terakhir adalah dari
jaringan kulit menuju jaringan tubuh bagian dalam. Menurut beberapa penelitian, cara
yang terakhir merupakan yang paling banyak terjadi ketika bakteri menyerang ikan.
Bakteri yang berasal dari insang dan juga kulit akan menuju ke jaringan tubuh bagian
dalam, dengan demikian bagian tubuh dalam yaitu usus akan memiliki kepadatan
tertinggi bakteri diatas insang, kulit, dan daging. Selain itu, kepadatan bakteri yang ada
juga karena berasal dari organ tubuh usus yang mengandung banyak unsur-unsur
organik, yang diperkirakan bersumber dari pakan ikan
7

Pendalaman
1

Jenis mikroba apa saja (bakteri, jamur atau kamir/ragi) yang tumbuh pada media
kultur Anda ? Jelaskan mengapa Anda berkesimpulan demikian.

Bakteri
Karena bakteri dapat hidup hamper diseluruh tempat tidak terkecuali organ dalam
ikan. Bakteri dapat hidup dalam kondisi aerob dan anaerob.

Jamur

Jamur tumbuh karena adanya tempat yang cocok, biasanya karena adanya air. Air
dalam praktikum ini berasal dari uap air. Selain itu, jamur juga tumbuh karena
adanya unsur hara pada organ dalam khususnya pada usus.
2

Apakah pada media kultur tersebut mungkin tumbuh virus? Jelaskan jawaban
Anda.
Tidak ada, karena virus hanya dapat tumbuh pada sel inang makhluk hidup.
Sedangkan sampel yang digunakan merupakan makhluk tidak hidup.

Jelaskan mengapa terjadi kondisi seperti dijelaskan pada jawaban pertanyaan


nomor 1.
Adanya air yang berasal dari adanya uap. Bakteri yang ada karena berasal dari
organ tubuh bagian dalam yang mengandung banyak unsur hara, unsur hara
tersebut diperkirakan bersumber dari pakan ikan. Bakteri dan jamur juga tumbuh
karena inkubasi pada suhu optimal yakni 370C.

Jelaskan tujuan utama inokulasi mikroba pada media agar tegak, agar miring dan
agar lempeng.

Inokulasi media agar tegak, untuk memudahkan mengidentifikasi bentuk


morfologi dari mkiroba karena tidak terbentuknya koloni seperti pada agar
miring.

Inokulasi media agar miring , untuk meningkatkan jumlah atau kuantitas


mikroba yang dapat dilihat dengan mata telanjang berarti menunjukan bahwa
sangat terlihat jelas mikroba (koloni) yang berkumpul dalam inokulasi agar
miring.

Inokulasi media agar lempeng, untuk menumbuhkan dan meremajakan mikroba serta
mendapatkan populasi mikroba yang murni.

PRAKTIKUM III
MIKROBA ANTAGONIS
3.1 pendahuluan
Penyakit pasca panen menjadi faktor pembatas dari penyimpanan jangka panjang hasil
bakteri yang membuat ikan lebih mudah busuk. Ini menjadi kendala bagi dunia Perikanan
terutama dalam bidang teknologi industri hasil perikanan, karena membuat tidak maksimalnya
pendistribusian ikan ke daerah-daerah.Pengendalian sudah dilakukan yaitu dengan berbagai cara,
mulai dari cara yang sangat ekstrim seperti penambahan boraks (pengawet mayat) , pemutih
pakaian,ini tentu sangat berbahaya bagi kesehatan dan dilarang keras dalam pemakaiannya.
Namun, banyak yang sudah menemukan cara yang lebih efektif dan efisien seperti
pengawetan secara biologis, yaitu mengendalikan bakteri patogen dan mengurangi infeksi dari
bakteri patogen, yang mana semua dimaksudkan untuk memperpanjang dan memelihara shelflife hasil panen ikan.
Organisme antagonis ini dapat diaplikasikan secara langsung pada ikan dan satu jenis sistem
aplikasi seperti pencucian, perendaman, penyemprotan yang secara nyata mengurangi
pembusukan yang disebabkan oleh bakteri patogen tersebut.Ikan segar mengalami pembusukan
setelah 5-7 hari penyimpanan pada suhu rendah, sedangkan ikan yang direndam dalam media
hasil fermentasi mampu bertahan lebih lama.Indikator kesegaran ikan dapat dilihat dengan cara
fisik, kimiawi, biologis dan organoleptik. Pengujian kesegaran ikan secara fisik dilakukan
dengan menggunakan peralatan seperti instronmeter, pnetrometer, timbangan. Pengukuran
kimiawi dilakukan dengan mengukur kosentrasi senyawa kimia tertentu yang merupakan
indikator tingkat kebusukan. Pengukuran tersebut antara lain dilakukan dengan menentukan
kandungan TVB, TBA, Histamin. Secara biologis, pengukuran kesegaran ikan dilakukan dengan
mengukur indikator biologis seperti jumlah populasi bakteri. Adapun pengukuran secara
organoleptik menggunakan panca indra sebagai alat pengukur berdasarkan uji hedonik (tingkat
kesukaan) atau uji skoring.
2
a

Tujuan
Praktikum ini bertujuan untuk memberikan pemahaman kepada praktikan mengenai :
Mahasiswa mampu memahami teknologi fermentasi pada produk hasil perikanan.

Mahasiswa mampu memahami dan menerapkan teknologi pengawetan ikan dalam

kehidupan kedepannya.
c 3.1 LANDASAN TEORI
d Fermentasi
e Pengawetan makanan adalah cara yang digunakan untuk membuat makanan memiliki
daya simpan yang lama serta mempertahankan sifat-sifat fisik dan kimia makanan
sehingga tidak terjadi penurunan kualitas makanan tersebut, dengan kata lain tidak terjadi
proses pembusukan. Dalam mengawetkan makanan harus diperhatikan jenis bahan
makanan yang diawetkan, keadaan bahan makanan, cara pengawetan, dan daya tarik
f

produk pengawetan makanan.


Proses pengawetan makanan dapat dilakukan dengan beberapa cara, salah satunya
dengan memanfaatkan bakteri yang bersifat antagonis terhadap bakteri pembusuk dan
patogen pada bahan pangan, misalnya bakteri asam laktat. Bakteri asam laktat dapat
dihasilkan dengan cara fermentasi asam laktat.Secara umum, fermentasi adalah salah satu
bentuk respirasi anaerobik, akan tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang
mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa

akseptor elektron eksternal.


Ahli kimia Jerman, Eduard Buchner, pemenang Nobel Kimia tahun 1907, berhasil
menjelaskan bahwa fermentasi sebenarnya diakibatkan oleh sekeresi dari ragi yang ia
sebut sebagai zymase. Penelitian yang dilakukan ilmuan Carlsberg (sebuah perusahaan
bir) di Denmark semakin meningkatkan pengetahuan tentang ragi dan brewing (cara
pembuatan bir). Ilmuan Carlsberg tersebut dianggap sebagai pendorong dari
berkembangnya biologi molekular.

h
Gambar 1. Fermentasi sedang berlangsung
j (Sumber: id.wikipedia.org )
Fermentasi adalah proses produksi energi dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa
i

oksigen). Secara umum, fermentasi adalah salah satu bentuk respirasi anaerobik, akan
tetapi, terdapat definisi yang lebih jelas yang mendefinisikan fermentasi sebagai respirasi
dalam lingkungan anaerobik dengan tanpa akseptor elektron eksternal.Gula adalah bahan

yang umum dalam fermentasi. Beberapa contoh hasil fermentasi adalah etanol, asam
laktat
asam laktat, dan hidrogen. Akan tetapi beberapa komponen lain dapat juga dihasilkan dari
fermentasi seperti asam butirat dan aseton. Ragi dikenal sebagai bahan yang umum digunakan
dalam fermentasi untuk menghasilkan etanol dalam bir, anggur dan minuman beralkohol
lainnya. Respirasi anaerobik dalam ototmamalia selama kerja yang keras (yang tidak memiliki
akseptor elektron eksternal), dapat dikategorikan sebagai bentuk fermentasi.
Reaksi dalam fermentasi berbeda-beda tergantung pada jenis gula yang digunakan dan
produk yang dihasilkan. Secara singkat, glukosa (C6H12O6) yang merupakan gula paling
sederhana , melalui fermentasi akan menghasilkan etanol (2C2H5OH). Reaksi fermentasi ini
dilakukan oleh ragi, dan digunakan pada produksi makanan.
Persamaan Reaksi Kimia
l C6H12O6 2C2H5OH + 2CO2 + 2 ATP (Energi yang dilepaskan:118 kJ per mol)
m Dijabarkan sebagaiGula (glukosa, fruktosa, atau sukrosa) Alkohol (etanol) + Karbon
dioksida + Energi (ATP)
Bakteri Asam Laktat
Bakteri asam laktat adalah kelompok bakteri gram-positif yang tidak membentuk spora
dan dapat memfermentasikan karbohidrat untuk menghasilkan asam laktat. Sebagian besar
bakteri asam laktat dapat tumbuh sama baiknya di lingkungan yang memiliki dan tidak
memiliki O2 (tidak sensitif terhadap O2), sehingga termasuk anaerob aerotoleran. Bakteri yang
tergolong dalam bakteri asam laktat memiliki beberapa karakteristik tertentu yang meliputi:
tidak memiliki porfirin dan sitokrom, katalase negatif, tidak melakukan fosforilasi transpor
elektron, dan hanya mendapatkan energi dari fosforilasi substrat. Hampir semua bakteri asam
laktat hanya memperoleh energi dari metabolisme gula sehingga habitat pertumbuhannya
hanya terbatas pada lingkungan yang menyediakan cukup gula atau bisa disebut dengan
lingkungan yang kaya nutrisi. Kemampuan mereka untuk menghasilkan senyawa (biosintesis)
juga terbatas dan kebutuhan nutrisi kompleks bakteri asam laktat meliputi asam amino,
vitamin, purin, dan pirimidin.
n Bakteri asam laktat dapat menghambat pertumbuhan bakteri lain dengan memproduksi
protein yang disebut bakteriosin. Salah satu contoh bakteriosin yang dikenal luas adalah
nisin, diproduksi oleh Lactobacillus lactis ssp. lactis. Nisin dapat menghambat

pertumbuhan beberapa bakteri, yaitu Bacillus, Clostridium, Staphylococcus, dan Listeria.


o

Senyawa bakteriosin yang diproduksi bakteri asam laktat dapat bermanfaat karena
menghambat bakteri patogen yang dapat merusak makanan ataupun membahayakan
kesehatan manusia, sehingga keamanan makanan lebih terjamin.

p
q Kubis
r Kubis (Brassica olerace) merupakan salah satu jenis sayuran yang banyak tumbuh di
daerah dataran tinggi. Jenis kubis ada beberapa macam, diantaranya kubis putih dan kubis
hijau. Selama ini kubis dijual hanya sebagai sayuran saja dalam jumlah kecil. Pemakaian
kubis sebagai sayuran terkadang menghasilkan limbah yang tidak pernah digunakan. Kita
dapat menjumpai limbah kubis di pasar. Seringkali produsen membuang lapisan terluar
kubis karena tidak layak untuk dikonsumsi akibat faktor kotor dan dapat menurunkan
s

harga jual.
Akan tetapi limbah kubis yang biasanya tidak digunakan tersebut masih menyimpan
kandungan gizi, terutama karbohidrat untuk dimanfaatkan dalam fermentasi asam laktat

untuk menghasilkan bakteri asam laktat.


Tabel 1 : Kandungan gizi limbah kubis mentah, energi 103 kJ (25 kcal)
Kandungan Gizi

u
v

Nilai gizi per 100 g (3.5 oz)

Karbohidrat

5,8 g

Gula

3,2 g

Diet serat

2,5 g

Lemak

0,1 g

Protein

1,28 g

Fermentasi limbah kubis dalam jangka waktu tertentu akan menghasilkan bakteri asam

laktat yang dapat digunakan sebagai pengawet alami pada makanan.


w
x Penyimpanan pada Suhu Rendah
y Suhu lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi kecepatan
pembusukan pada daging ikan. Penyimpanan pada suhu rendah diketahui dapat
memperlambat proses kemunduran mutu dan memperpanjang masa hidup jaringanjaringan di dalam bahan pangan dengan menghambat aktivitas enzim dan bakteri
pembusuk. Namun, beberapa bakteri pembusuk mampu bertahan pada penyimpanan suhu

rendah karena proses ini bersifat menghambat pertumbuhan bukan untuk membunuh atau
menghentikan mikroorganisme sama sekali.
z Mikroba Antagonis
aa Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk mengurangi bakteri pembusuk dan patogen
adalah menggunakan bakteri antagonis. Bakteri antagonis adalah bakteri yang memiliki
sifat berlawanan dengan bakteri pembusuk, patogen atau yang tidak diharapkan. Bakteri
antagonis sering disebut sebagai bakteri menguntungkan, karena dapat digunakan untuk
menghambat atau menghentikan aktivitas bakteri pembusuk yang merugikan.
ab Mikroba antagonis yang digunakan tidak menimbulkan bahaya apabila dikonsumsi.
Sedikitnya ada 40 genus mikroba antagonis yang aman untuk dikonsumsi. Jenis mikroba
yang paling banyak digunakan untuk memperpanjang masa simpan hasil perikanan
adalah Lactobacillus plantarum. Bakteri ini termasuk kedalam keluarga Bakteri Asam
Laktat (BAL) paling kuat diantara saudara-saudaranya, sehingga banyak digunakan
sebagai pengawet.
ac Pengetahuan mengenai penggunaan bakteri antagonis berdasarkan prinsip fermentasi.
Fermentasi mampu menghentikan proses pembusukan hasil perikanan dengan cara
mengendalikan populasi mikroba pembusuk.
ad Mekanisme bakteri antagonis dalam menghambat aktivitas bakteri pembusuk cukup
menarik untuk diteliti. Ada tiga mekanisme yang digunakan oleh bakteri antagonis untuk
mencegah bakteri merugikan.
ae 1. Menimbulkan persaingan makanan sedemikian rupa sehingga bakteri pembusuk sulit
mendapatkan makanan;
af 2. Menurunkan pH lingkungan sehingga aktivitas bakteri pembusuk terganggu dan
menjadi tidak dapat bertahan hidup; dan
ag 3. Menghasilkan produk metabolit yang bersifat racun bagi bakteri bakteri merugikan.
ah Penambahan mikroba antagonis dapat dilakukan pada hasil perikanan segar maupun
olahannya. Penambahan mikroba antagonis pada filet nila dapat memperpanjang masa
simpan dari 7 hari menjadi 10 hari, sedangkan pada ikan patin utuh dapat memperpanjang
dari 10 hari menjadi 14 hari. Penambahan mikroba antagonis dapat meningkatkan masa
simpan kembung asin dari 30 hari menjadi 90 hari.

ai Antagonisme dapat terjadi antara mikroba ada yang bersifat menguntungkan dan mikroba
yang bersifat patogen.(Sumarsih, tanpa tahun). Suryadi, (tanpa tahun) menyebutkan
bahwa mikroba antagonis merupakan suatu jasad renik yang dapat menekan,
menghambat dan memusnahkan mikroba lainnya. Mikroba antagonis ini dapat berupa
bakteri, jamur atau cendawan, actinomycetes atau virus. Mikroba yang bermanfaat juga
aj termasuk mikroba antagonis yang dapat dimanfaatkan sebagai sumber bahan aktif
biopestisida untuk pengendalian hama dan penyakit tanaman. Kusnadi dkk (2003) juga
menjelaskan bahwa hubungan mikroorganisme dengan organisme lain yang saling
menekan pertumbuhannya disebut antagonisme. Bentuk interaksi ini merupakan
hubungan asosial. Biasanya spesies yang satu menghasilkan suatu senyawa kimia yang
dapat meracuni spesies lain yang menyebabkan pertumbuhan spesies lainnya terganggu.
Senyawa kimia yang dihasilkan dapat berupa sekret atau metabolit sekunder.
ak Mikroba antagonis yang memiliki kemampuan antimikroba tersebut dapat menghasilkan
senyawa antimikroba. Senyawa antimikroba yang dihasilkan oleh mikroba pada
umumnya merupakan metabolit sekunder yang tidak digunakan untuk proses
pertumbuhan (Schlegel 1994), tetapi untuk pertahanan diri dan kompetisi dengan
mikroba lain dalam mendap atkan nutrisi, habitat, oksigen, cahaya dan lain-lain (Baker
dan Cook 1974). Senyawa antimikroba tersebut dapat digolongkan sebagai antibakteri
atau antifungi (Pelczar dan Chan 2005). Beberapa senyawa antimikroba adalah fenol,
formaldehida, (Dwidjoseputro 2005), antibiotik, asam, dan toksin (Verma et al. 2007)
3.4 Alat dan Bahan
a

Alat
ALAT

FUNGSI

1.Timbangan digital
Timbangan digital ini digunakan untuk
menimbang bahan yang akan digunakan untuk
membuat media untuk bakteri, jamur ataupun
untuk media tanam kultur jaringan.
2. Lemari pendingin

Lemari pendingin ini berfungsi untuk menjaga


media uji coba agar tidak rusak

Saringan

Saringan digunakan sebagai tempat meniriskan


ikan

4. Penjepit
Penjepit berfungsi sebagai penjepit atau
memindahkan ikan dari satu tempat ketempat
lain
5. Nampan
Nampan digunakan sebagai tempat media

6. Telenan
Telenan digunakan sebagai tempat memotong
ikan

7. Pisau
Berfungsi untuk membelah/memotong ikan

8. Baskom

Sebagai wadah perendaman air kubis

b. Bahan
Ikan
Sayuran kubis
Buffer phosphate
Piring stirofoam kubis
Wrapping film

3.2 Prosedur Kerja


a)

Fermentasi sayuran

Dipotong halus 100 g kubis dengan panjang 2 cm


Dimasukkan ke dalam wadah plastik dan tambahkan 1000

b)

Ditambahkan garam hingga menghasilkan konsentrasi


Perendaman Ikan
Diaduk hingga rata dan tutup rapat
Dibersihkan ikan dengan mencucinya dalam air mengalir
Disiangi dan dipotong
Direndam ikan dalam wadah berisi cairan fermentasi kubis
Penyimpanan
Dikemas
Ikan
ikan
Ditiriskan
Ditimbang
piring
ikan selama
stirofoam
ikan
3 menit
dengan
selama
20dalam
menit
fermentasi
kubis
bersih wrapping

c)
Disimpan ikan dalam lemari pendingin

d)

Penentuan Tingkat

Pada penyimpanan jam


Ditimbang bobot ikan, timbang piring stirofoam

Diamati kesegaran ikan berdasarkan aroma dan tekstur

Pada penyimpanan hari


Diambil ikan dalam wadah penyimpanan dan buka
Diamati kesegaran ikan berdasarkan aroma dan tekstur

Diperhatikan warna dan timbang bobot drip yang ada di

2.6 HASIL DAN PEMBAHASAN


1

Hasil
Hasil pengamatan dalam praktikum Mikrobiologi Perikanan mengenai Mikroba Antagonis adalah sebagai berikut :
Tabel 1. Hasil Pengamatan bobot ikan dan drip berdasarkan perlakuan lama perendaman dan dalam penggunaan larutan
fermentasi kubis:
Bobot Ikan
Perlakua
n

Jam ke-1

Bobot drip (gram)


Hari ke-7

Jam ke-1

Karakteristik Organoleptik

Hari ke-7

Ikan 1

Ikan 2

Ikan 1

Ikan 2

Ikan 1

Ikan 2

Ikan 1

Ikan 2

Warna

Tekstur

69

75

66

72

Merah kekuningan

Sedikit lembek

72

81

68

77

Kemerahan

Lembek

85

70

81

66

Mata dan tubuh pucat

Masih kenyal

67

126

67

126

Kuning kemerahan

Sedikit lembek

76

58

71

55

Kuning kemerahan

Lembek

105

130

98

132

Lebih pucat

Kenyal dan Lembek

60

62

57

58

Lebih pucat

Lembek

66

136

73

136

Segar dan Pucat

Biasa dan lembek

Keterangan:

hitam=mengalami penurunan
Hijau=tetap
merah=mengalami kenaikan

Sumber :Laboratorium FPIK Unpad,2015


Pembahasan
Dari hasil pengamatan di atas dapat dianalisis sebagai berikut:
Pada praktikum

mikroba antagonis ini terjadi fermentasi asam laktat dengan

menggunakan larutan sayur kubis. Fermentasi asam laktat merupakan proses produksi energi
dalam sel dalam keadaan anaerobik (tanpa oksigen). Fermentasi asam laktat terbagi menjadi
dua jenis, yaitu homofermentatif dan heterofermentatif. Pada penelitian kali ini proses
fermentasi limbah kubis yang terjadi adalah fermentasi asam laktat jenis homofermentatif
yang sebagian besar hasil akhirnya menghasilkan bakteri asam laktat. Jalur metabolisme yang
digunakan pada homofermentatif adalah lintasan Embden-Meyerhof-Parnas. Beberapa contoh
genus bakteri yang merupakan bakteri homofermentatif adalah Streptococcus, Enterococcus,
Lactococcus, Pediococcus, dan Lactobacillus.
Mekanisme pembentukkan asam laktat adalah piruvat akan diubah menjadi asam laktat
dan diikuti dengan proses transfer elektron dari NADH menjadi NAD+.
Sampel yang digunakan adalah 2 ikan. Setiap kelompok mendapatkan perlakuan yang
berbeda-beda. Kelompok kami, kelompok 8 mendapatkan perlakuan ikan yang disiangi
potong lalu direndam selama 20 menit. Setelah 1 jam dimasukkan kedalam lemari pendingin,
hasil yang terlihat adalah ikan bertekstur kenyal, segar serta berbau amis dan warnanya pun
masih segar, sedangkan setelah penyimpanan di lemari pendingin selama 7 hari terjadi
beberapa perubahan yaitu pertambahan bobot pada ikan pertama dan bobotnya tetap pada ikan
kedua, dimana bobot ikan pertama adalah 66 gram menjadi 73 gram, pertambahan bobot
terjadi karena cairan atau larutan yang terserap oleh tubuh ikan selama proses perendaman
larutan kubis dan proses pendinginan. Dan terjadi perubahan tekstur, bau dan warna. Tekstur
menjadi lebih lembek, warna menjadi lebih pucat dan baunya yang lebih amis.

Berdasarkan data tabel pengamatan diatas menunjukkan pada jam ke-1 semua ikan dari setiap
kelompok memiliki tekstur kenyal, segar, berbau agak amis dan warnanya masih segar.
Sedangkan pada pengamatan hari ke-7, pada kelompok 1,2,3,5 dan 7 dengan perlakuan utuh
dicuci, siangi dansiangi potong yang direndam selama 15 menit dan 20.
menit, kedua sample ikan mengalami pengurangan bobot. Sebenarnya terjadinya
pengurangan bobot pada fermentasi ini bersifat baik karena kadar air yang terkandung dalam
tubuh ikan semakin menurun. Menurunnya kadar air memperkecil tumbuhnya mikroba pada
ikan sehingga ikan lebih awet dan tahan lama.
Pada kelompok 6 sample ikan yang ke2 dengan perlakuan siangi dan direndam selama 20
menit, mengalami pertambahan bobot seperti kelompok 8, hal ini dikarenakan cairan atau
larutan yang terserap oleh tubuh ikan selama proses perendaman larutan kubis dan proses
pendinginan. Artinya, dalam proses fermentasi ini terdapat bakteri yang tumbuh dari cairan
kubis. Bakteri tersebut adalah bakteri asam laktat yang bersifat gram positif. Bakteri asam
laktat pada ikan merupakan salah satu bagian dari bakteri awal. Pertumbuhan bakteri ini dapat
menyebabkan gangguan terhadap bakteri pembusuk dan pathogen (Bromerg, dkk. 2001)
sehingga memberikan masa simpan yang lebih tahan lama. Bakteri asam laktat merupakan
kelompok besar bakteri menguntungkan yang memiliki sifat relatif sama. Bakteri asam laktat
mampu memproduksi asam laktat sebagai produik akhir perombakan karbohidrat, hydrogen
peroksida, dan bakteriosin (Afrianto, dkk. 1989). Dengan terbentuknya zat antibakteri dan
asam maka pertumbuhan bakteri pathogen seperti Salmonella dan E. coli akan dihambat
(Silalahi 2000). Bakteri asam laktat yang tumbuh dan berkembang mampu memproduksi
asam laktat sehingga pH menjadi lebih rendah.
Pada kelompok 1 dan 4 dengan perlakuan tanpa perendaman di dapatkan hasil pada
kelompok 1 penurunan bobot ikan pertama dan kedua stabil yaitu bobot drift dari kedua ikan
tersebut 3 gr, karena kadar air yang terdapat pada tubuh ikan menurun. Tetapi pada kelompok
4 tidak mengalami penurunan bobot pada ikan (bobot tetap) berarti kadar air yang terkandung
dalam tubuh ikan tidak menurun. Kelompok 4 yang memiliki bobot tetap, hal ini dikarenakan
tidak adanya cairan yang menyerap pada tubuh ikan selama proses pendinginan.
Jadi hasil bobot drift yang baik pada ikan itu bernilai 7 karena semakin besar nilai bobot
drift maka kandungan air yang terdapat pada tubuh ikan semakin sedikit sehingga
memperkecil tumbuhnya mikroba pembusuk. Dan di dapatkan pada hasil elompok 6 pada
sampel ikan pertama dan kelompok 8 pada sampel ikan pertama.

7 Soal pendalaman
Berdasarkan teori yang saudara baca, sebutkan bakteri apa yang tumbuh selama
proses fermentasi sayuran ? jelaskan sifat utama bakteri tersebut.
Jawab : Bakteri yang tumbuh selama proses fermentasi sayuran yaitu bakteri asam
laktat (BAL) memiliki sifat yang mempunyai kemampuan untuk merombak senyawa
kompleks, menjadi senyawa yang lebih sederhana, menghambat pertumbuhan mikroba
yang tidak diinginkan atau bakteri patogen, menurunkan PH pangan sehingga
memperlambat pertumbuhan mikroba pembusuk.

Bagaimana mekanismenya, hasil fermentasi sayuran dapat memperpanjang masa


simpan ikan ?
Jawab : Bakteri yang berkembang selama proses fermentasi sayuran mampu
memproduksi asam laktat, sehingga pH media menjad rendah (asam). Media hasil
fermentasi sayuran mengandung bakteri yang bersifat antagonis terhadap bakteri
pembusuk.

Dari hasil percobaan, perlakuan mana yang memberikan masa simpan lebih lama.
Jelaskan mengapa demikian.
Jawab : Dari hasil percobaan perlakuan yang memberikan masa simpan lebih tahan lama
adalah dari hasil fermentasi sayuran karena pada saat itu terdapat koloni bakteri yang
sangat banyak sehingga memperkuat bakteri arogant dari bakteri pembusuk sehingga
lebih awet.

Apakah perlakuan yang diberikan berpengaruh terhadap bobot drip. Jelaskan


Jawab : Berpengaruh terhadap bobot drip karena terjadi penambahan jumlah koloni dan
pada saat yang bersamaan terjadi pula penyusutan bobot ikan drip karena bakteri
antagonis tersebut.

DAFTAR PUSTAKA
Baker KF & Cook RJ. 1974. Biological Control of Plant Pathogens. San Fransisco: Freeman and
Company.
Baradero, M., Dayrit, M.W., dan Siswadi, Y. 2009. Prinsip dan Praktik Keperawatan
Perioperatif. Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Darmadi. 2008. Infeksi Nosokomial Problematika dan Pengendaliannya. Salemba Medika.
Jakarta.
Dwijoseputro, D. 1998. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Malang: Djambatan.
Gupte, Satish. 1990. Mikrobiologi Dasar. Jakarta: Binarupa Aksara.
Pelczar, Michael, J., E.C.S Chan. 1988. Dasar Dasar Mikrobiologi. Jakarta : UI Press.
Pelczar, M. J., Chan, E.C.S. 2007. Elements of Microbiology. New York: Mc Graw Hill Book
Company
Suriawira.1983. Pengantar Mikrobiologi Umum. Bandung: Angkasa.
Dwidjoseputro, D. 2005. Dasar-Dasar Mikrobiologi Cetakan ke-13. Percetakan Imagraph.
Jakarta.
Gunawan, A. W. 2008. Usaha Pembibitan Jamur. Penebar Swadaya. Jakarta.
Gruendemann, B.J., dan Fernsebner, B. 2006. Buku Ajar Keperawatan Perioperatif . Kedokteran
EGC. Jakarta.
Kusnadi, dkk. 2003. Common Textbook Mikrobiologi. Jakarta: Universitas Pendidikan
Indonesia.
Pelczar, M. J. dan Chan, E. C. S., 2005, Dasar-dasar Mikrobiologi 1.

Pruss, A. Girouil, E., dan Rushbrook, P. 2002. Pengelolaan Aman Limbah Layanan Kesehatan.
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Purnawijayanti, H. A. 2001. Sanitasi, Higine dan keselamatan kerja dalam
pengolahan makanan. Kanisius. Yogyakarta.
Schlegel, H. G. (1994). Mikrobiologi Umum. Gadjah Mada University Press.
Suriantika, Cipto. 2013. Sterilisasi dan Pengenalan Peralatan Mikrobiologi. Fakultas Farmasi
dan Sains. Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka.
Verma RP & Hansch C. 2007. Matrix metalloproteinases (MMPs) : chemical-biological
functions and (Q) SARs. Bioorg Med Chem 15(6) : 2223-68.

Walton, R.E., dan Torabinejad, M. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia
Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Yuyun,

Edisi

Tiga.

A., dan Gunaisa, D. 2011. Cerdas mengemas produk makanan & minuman.
AgromediaPustaka. Jakarta.

LAMPIRAN 1. STERILISASI

1. Beaker glass

Petri dish

Tabung reaksi

Penjempit

Tali pengikat

Kertas coklat

Alat alat laboratorium


LAMPIRAN 2. INOKULASI MIKROBA

Gambar 1. Jarum Ose

Gambar 2. Bunsen

Gambar 3. Tabung Reaksi

Gambar 4. Cawan Petri

Gambar 5. Rak Tabung

Gambar 6. Inkubator

Gambar 7. Ikan Kembung

Gambar 8. Akuades

Sampel yang dilarutkan dengan akuades

Usus yang dilarutkan dengan akuades

Insang yang dilarutkan dengan akuades

Cawan petri yang disterilisasi

Media agar yang dituangkan kedalam Media agar yang digoreskan sampel
cawan petri.
menggunakan jarum ose

Cawan petri yang dibungkus kertas coklat

Proses inkubasi sampel

Dilakukan identifikasi dan pengamatan


terhadap hasil.
LAMPIRAN 3. MIKROBA ANTAGONIS

Ikan

Baskom

Penjepit

Saringan

Pisau

Nampan

Telenan

Ikan Disiangi

Timbangan Analitik

Ikan Dipotong

Air Kubis

Ikan direndam
Air kubis 20 menit

Ikan Ditimbang

Ikan Diletakkan di Sterofoam

Persiapan Pengemasan

Setelah Dikemas

Disimpan dalam Lemari Pendingin

Anda mungkin juga menyukai