Anda di halaman 1dari 7

Regulasi siklus menstruasi

Untuk memahami siklus menstuasi yan normal, dimudahkan dengan pembagian


menjadi 3 fase : fase folikular, ovulasi dan fase luteal.
Fase folikular
Saat pada fase folikular ini fase dimana di persiapkanya beberapa folikel untuk
menjadi folikel yang siap untuk ovulasi. Proses ini umumnya berkisar 10-14 hari,
diikutin dengan kerja hormone dan autocrine-paracrine pada folikel, mengantar folikel
ke ovulasi melewati beberapa dari fase folikel primordial dengan melewati derajat
preantral, antral dan folikel preovulasi.
Folikel Primordial
Pada perkembangan miosis yang cepat dimulai pada minggu ke 6-8 kehamilan
dan 16- 20 minggu, oosit terbanyak pada perempuan mencapai : 6-7 juta pada kedua
ovary. Folikel primordial tidak tumbuh dan berisi oosit, terhenti pada fase diploten
dalam fase profase miosis, dikelilingi oleh satu lapis sel granulosa.
Sampai mereka habis, folikel tumbuh sampai atresia termasuk keadaan
fisiologi. Tumbuh dan atresianya folikel tidak di halangi oleh waktu kehamilan,
ovulasi dan periode anovulasi. Pada kehamilan 16-20 minggu, oosit akan menurun.
Penurunan sebanding dengan jumlah angka folikel kedepannya; walaupun, penurun
yang cepat terjadi saat janin dilahirkan 6-7 juta menjadi 2 juta dan menjadi 300.000
pada pubertas. Dari penjelasan ini, sekitar 400 folikel akan berovulasi saat wanita di
usia reproduksi.
Mekanisme yang menentuka folikel mana dan berapa yang akan tumbuh pada
satu siklus tidak di ketahui. Sangat mungkin folikel yang masuk ke masa
pertumbuhan dan bertepatan dengan awal siklus dan

respon terhadap stimulasi

hormone (FSH,LH) dapat berkembang, dan pada akhirnya hanya satu folikel yang
berhasil.
Apoptosis
Sebuah folikel sudah di tentukan untuk ovulasi pada beberapa hari sebelum
siklus haid. Folikel yang pertama tumbuh dapat berkembang pada sebagian siklus
menstruasi, namun setelah ovulasi berubah menjadi folikel luteal. Umungnya pada

fase ini di pengaruhi oleh regulasi follicle stimulating hormone (FSH) untuk
menyelamatkan folikel, selanjutnya terjadi atresia (rekruitmen siklik).
Umum pola terbatasnya potensi pertumbuhan dan cepat atresia terganggu pada
awal siklus menstruasi ketika sekelompok

(folikel setelah sekitar 70 hari

pertumbuhan) menanggapi perubahan hormonal dan didorong untuk tumbuh.


Penurunan luteal tahap steroidogenesis dan inhibin sekresi memungkinkan kenaikan
fsh, awal beberapa hari sebelum menstruasi. Waktu penting ini peristiwa itu
berdasarkan data berasal dari immunoassay dari fsh.Menggunakan yang sensitif
pengukuran FSH bioaktif, telah menunjukkan bahwa peningkatan bioactivity dari fsh
dimulai di pertengahan luteal tahap hingga akhir ini.
Folikel Preantral
Pada fase folikel preantral oosit membesar dan di kelilingi oleh membrane,
zona pellucida. Sel granulosa berproliferasi menjadi beberapa lapisan, sel teka
terbentuk dari jaringan stroma disekitarnya. Pertumbuhan ini di pengaruhi oleh
gonadotropin dan berhubungan dengan peningkatan produksi esterogen. Sel granulosa
pad folikel matur berasal dari 3 sel prekusor.
Sel granulosa pada folikel preantral mempunyai kemampuan untuk
merangsang 3 macam steroid, yang paling banyak diproduksi adalah esterogen
dibandingkan androgen dan progesterone. Ezim aromatase bekerja untuk menekan
androgen menjadi esterogen dan faktor pembatas produksi esteroen di ovarium.
Enzyme ini dipengaruhi oleh FSH. Pengikatan FSH pada reseptor ini,
bertujuan untuk respon terhadap proliferadi, diferensiasi dan fungsi. Dengan demikian
FSH berfungsi sebagai inisiasi steroidogenesis (produksi esterogen)di sel granulosa
dan pertumbuhan sel granulosa. FSH sangat cepat berespon dengan konsentrasi
mencapai 1500 reseptor per satu sel granulosa. FSH bekerja melewati Gprotein,
adenylate cyclase system. Meskipun steroidogenesis pada folikel ovari umumnya di
regulasiin oleh gonadotropin, banyak lagi beberapa faktor yang mempengari,
termasuk growth factor, tyrosine kinase receptors angiotensin II, dll. Pengikat reseptor
lutenizing hormone (LH) di ovary juga diikuti dengan aktivasi jalur AMP siklik dan
mekanisme G protein.
Peran androgen pada pertumbuhan folikel sangat kompeks. Reseptor spesifik
androgen terlihat di sel granulosa. Ketika folikel kaya akan androgen, sel granulosa
preantral akan mengkonversikan androgens menjadi 5-alfa-androgens dibanding

menjadi esterogen. Androgen ini tidak dapat berubah menjadi esterogen, nyatanya
menginhibisi aktifitas aromatase. Selain itu juga menghambat produksi FSH pada
formasi reseptor LH, pada langkah penting pertumbuhan folikel.
Folikel Antral
Stimulasi FSH dan esterogen secara sinergi menghasilkan sejumlah cairan
yang semakin banyak, terkumpul dalam rungan antara sel granulosa. Cairan yang
semakin banyak tersebut membentuk ruangan/rongga (antrum), dan pada tahap ini
folikel disebut foxlike antral. Ruangan yang berisi cairan folikel tersebut memisahkan
sel granulosa menjadi dua, sel granulosa yang menempel pada dinding folikel dan sel
granulosa yang mengelilingi oosit. Sel granulosa yang mengelilingi oosit disebut
kumulus ooforus.
Kumulus ooforus ini berespon terhadap sinyal dari oosit, sehingga terjadi
komunikasi yang erat antara oosit dan sel granulosa. Keberadaan FSH dan esterogen
pada tahap ini dalam jumlah banyak, sedikit androgen dan tidak ada LH. Apabila LH
tinggi pada tahap ini, terjadi penurunan aktivitas mitosis pada sel granulosa, dan
peningkatan androgen, terjadi fase degenerasi. Pembentukan dari fungsi kompartemen
hormon steroid terhadap folikel : dua sistem gonadotropin.
Pada awal siklus sekresi gonadotropin (FSH,LH) meningkat perlahan, dengan
sekresi FSH lebih dominan di banding LH. Pada awal siklus (fase folikular) reseptor
LH hanya di jumpai di sel teka, sedangkan reseptor FSH hanya ada di sel granulosa.
LH memicu sel teka untuk menghasilkan hormone androgen, selanjutnya hormone
androgen memasuki sel granulosa. FSH dengan Enzim aromatase mengubah androgen
menjadi estrogen (estradiol) di sel granulosa.
Stimulus FSH tersebut menyebabkan pertumbuhan beberapa folikel antral
menjadi lebih besar, dan sekresi estrogen terus meningkat.Pada hari 5 - 7 siklus kadar
estrogen dan inhibin B sudah cukup tinggi, secara bersama keduanya menekan sekresi
FSH, te- tapi tidak sekresi LH. Sekresi FSH yang menurun tersebut mengakibatkan
hanya satu folikel yang paling "siap", dengan penampang paling besar dan
mempunyai sel granuIosa paling banyak, tetap terus tumbuh (folikel dominan).
Folikel larnnya, folikel yang lebih kecil, yang kurang "siap" akan mengalami atresia.
Folikel dominan terus membesar menyebabkan kadar estrogen terus meningkat.

Pada kadar estrogen 200 pg/ml yang terjadi sekitar hari ke-12, dan bertahan
lebih dari 50 jam, akan memacu sekresi LH, sehingga terjadi lonjakan sekresi LH.
Pada akhir masa folikuler siklus tersebut sekresi LH lebih dominan dari FSH. Pada
pertengahan siklus reseptor LH mulai didapatkan juga di sel granulosa. Peran
lonjakan LH pada pertengahan siklus tersebut sangat penting:
Menghambat sekresi Ooqtte Matwration Inbibitor (OMI) yang dihasilkan oleh
sel granulosa, sehingga miosis II oosit dimulai, dengan dilepaskannyabadan kutub
(po- lar body) I. Pada awal siklus miosis I berhenti pada tahap profase diplotene,
karena ditahan oleh OMI, dan miosis II baru mulai lagi pada saat lonjakan LH
(maturasi oosit).
Memicu sel granulosa untuk menghasilkan prostaglandin (PG). PG
intrafolikuler akan menyebabkan kontraksi dinding folikel membantu dinding folikel
untuk " pecah" agar oosit keluar saat ovulasi Memicu luteinisasi tidak sempurna dari
sel granulosa. Luteinisasi sel granulosa tidak sempurna, karena masih ada hambatan
dari oosit. Luteinisasi sel granulosa tidak sem- purna akan menyebabkan sekresi
progesteron sedikit meningkat.
Kadar progesteron yang sedikit meningkat mempunyai peran:
Lebih memacu sekresi LH, dan sekresi FSH, sehinggakadar FSH meningkat
kem- bali, dan ter1adilah lonjakan gonadotropin, LH, dan FSH dengan tetap sekresi
LH lebih dominan.Mengakti{kan enzim proteolitik, plasminogen menjadi bentuk
aktif, plasmin yang membantu "menghancurkan" dinding folikel, agar oosit dapat
keluar dari folikel saat or,,ulasi.
Kadar FSH yang meningkat pada pertengahan siklus berperan:
Membantu mengaktifkan enzim proteolitik, membantu dinding folikel
"pecah". Bersama estrogen membentuk reseptor LH di sel granulosa, sehingga
reseptor LH yangtadinyahanyaberada di sel teka, pada pertengahan siklus iuga
didapatkan di sel granulosa. Pada saat reseptor LH mulai terbentuk di sel granulosa,
inhibin A mulai berperan menggantikan inhibin B yang lebih berperan selama fase
folikuler. Inhibin A berperan selama fase luteal.

Fase Preovulasi
Folikel dominan yang terus tumbuh membesar menjadi folikel preourlasi.
Pada folikel preovulasi tampak sel granulosa membesar, terdapat perlemakan, sel teka
mengandung vakuol, dan banyak mengandung pembuluh darah, sehingga folikel
tampak hiperemi. Oosit mengalami maturasi,
Pada saat ini reseptor LH sudah mulai terbentuk di sel granulosa, dan lonjakan
LH, hasil produksi ini adalah progesteron. Progesterone pada fase preovulasi
memfasilitasi kerja feeback positif dari pada esterogen dan dibutuhkan untuk memicu
puncaknya FSH pada pertengahan siklus. Androgen intrafolikuler meningkat di sel
teka di stimulasi oleh beberapa enzymmenyebabkan, Pertama dampak lokal memacu
apoptosis sel granulosa pada folikel kecil, folikel yang tidak berhasil dominan,
menjadi atresia. Kedua dampak sistemik, androgen tinggi memacu libido.
Fase Ovulasi
Lonjakan LH sangat penting untuk proses ol.ulasi pascakeluarnya oosit dan
folikel. Lonjakan LH dipicu oleh kadar estrogen yang tinggi yang dihasilkan oleh
folikel pre- orrrlasi. Dengan kata lain, stimulus dan kapan omlasi bakal terjadi
ditentukan sendiri oleh folikel preor,ulasi. Ovulasi diperkirakan ter)adi 24 - 36 jam
pascapuncak kadar estrogen (estradiol) dan 10 - 1.2 jam pascapuncak LH. Di
lapangan awal lonjakan LH digunakan sebagai petanda/indrkator untuk menentukan
waktu kapan diperkirakan or,rrlasi bakal terjadi. Or,'ulasi terjadi sekitar 34 - 36 jam
pascaawal lonjakan LH.
Lonjakan LH yang memacu sekresi prostaglandin, dan progesteron bersama loniakan FSH yang mengaktivasi enzim proreolitik, menyebabkan dinding folikel "pecah".
Kemudian sel granulosa yang melekat pada membran basalis, pada seluruh dinding
folikel, berubah menjadi sel luteal. Pada tikus menjelang ovulasi, sel granulosa
kumulus yang melekat pada oosit, menjadi longgar aklbat enzim asam hialuronik
yang dipicu oleh lonjakan FSH. FSH menekan proliferasi sel kumulus, tetapi FSH
bersama faktor yang dikeluarkan oosit, memacu proliferasi sel granulosa mural, sel
granulosa yang melekat pada dinding folikel.

Fase Luteal
Menjelang dinding folikel "pecah" dan oosit keluar saat omlasi, sel granulosa
membesar, timbul vakuol dan penumpukan pigmen kuning, Iutein proses luteinisasi,
yang kemudian dikenal sebagai korpus luteum. Selama 3 hari pascaor,ulasi, sel
granulosa terus membesar membentuk korpus luteum bersama sel teka dan jaringan
stroma di sekitarnya. Vaskularisasi yang cepat, Iuteinisasi dan membrana basalis yang
menghilang, menyebabkan sel yang membentuk korpus luteum sulit dibedakan asal
muasalnya.
Pascalonjakan LH, pembuluh darah kapiler mulai menembus lapisan
granulosa menuju ke tengah n angan folikel dan mengisinya dengan darah. LH
memicu sel granulosa yang telah mengalami luteinisasi, untuk menghasilkan Vascwkr
Endothelial Groutlt Factor (VEGF) dan angiopoetin. Kemudian VEGF dan
angiopoetin memacu angiogenesis, dan perturnbuhan pembuluh darah ini merupakan
hal yang penting Pada proses luteinisasi. Pada hari ke-S - 9 pascaolulasi vaskularisasi
mencapai puncaknya ber- samaan dengan puncak kadar progesteron dan estradiol.
Pertumbuhan folikel pada fase folikuler yang baik akan menghasilkan korpus
luteum yang baik/normal pula. Jumlah reseptor LH di sel granulosa yang terbentuk
cukup adekuat pada pertengahan siklus/akhir fase folikuler, akan menghasilkan
korpus luteum yang baik. Korpus luteum mampu menghasilkan baik progesteron,
estrogen' maupun androgen. Kemampuan menghasilkan steroid seks korpus luteum
sangat tergantung pada tonus kadar LH pada fase luteal. Kadar progesteron meningkat
tajam segera pascaolulasi. Kadar progesteron dan estradiol mencapai puncaknya
sekitar 8 hari pasca- lonjakan LH, kemudian menurun perlahan, bila tidak terjadi
pembuahan pembuahan, sekresi progesteron tidak menurun karena adanya stimulus
dari hwnan Chorionic Gonadotrophin (hCG), yang dihasilkan oleh sel trofoblas buah
kehamilan.
Pada siklus haid normal, korpus luteum akan mengalami regresi 9 - 11 hari
pasca- omlasi, dengan mekanisme yang belum diketahui. Kemungkinan korpus
luteum menga- lami regresi akibat dampak luteolisis estrogen yang dihasilkan korpus
luteum sendiri.

Anda mungkin juga menyukai

  • Karsinoma Serviks Eby
    Karsinoma Serviks Eby
    Dokumen49 halaman
    Karsinoma Serviks Eby
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Pembuluh Vena
    Fisiologi Pembuluh Vena
    Dokumen16 halaman
    Fisiologi Pembuluh Vena
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Haid
    Fisiologi Haid
    Dokumen47 halaman
    Fisiologi Haid
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Penyakit Divertikular
    Penyakit Divertikular
    Dokumen13 halaman
    Penyakit Divertikular
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Pembuluh Darah Arteri Koroner
    Pembuluh Darah Arteri Koroner
    Dokumen2 halaman
    Pembuluh Darah Arteri Koroner
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Proktitis
    Proktitis
    Dokumen9 halaman
    Proktitis
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Ma Rasmus
    Ma Rasmus
    Dokumen15 halaman
    Ma Rasmus
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Varises Venous
    Varises Venous
    Dokumen17 halaman
    Varises Venous
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Immune Regulation in Ad
    Immune Regulation in Ad
    Dokumen11 halaman
    Immune Regulation in Ad
    Fajar Arismunandar
    Belum ada peringkat
  • Pembuluh Darah Arteri Koroner
    Pembuluh Darah Arteri Koroner
    Dokumen2 halaman
    Pembuluh Darah Arteri Koroner
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Fisiologi Kelistrikan Jantung
    Fisiologi Kelistrikan Jantung
    Dokumen15 halaman
    Fisiologi Kelistrikan Jantung
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Limfedema
    Limfedema
    Dokumen4 halaman
    Limfedema
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Anatomi
    Anatomi
    Dokumen21 halaman
    Anatomi
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Diskusi Topik Ulkus2
    Diskusi Topik Ulkus2
    Dokumen53 halaman
    Diskusi Topik Ulkus2
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Echocardiography
    Echocardiography
    Dokumen13 halaman
    Echocardiography
    zenny07
    Belum ada peringkat
  • IMUNISASI
    IMUNISASI
    Dokumen18 halaman
    IMUNISASI
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Varises Esofagus
    Varises Esofagus
    Dokumen8 halaman
    Varises Esofagus
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • MH - Derby Febriani Sultany
    MH - Derby Febriani Sultany
    Dokumen29 halaman
    MH - Derby Febriani Sultany
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Presus Derby
    Presus Derby
    Dokumen32 halaman
    Presus Derby
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Minicx Derby - 1183
    Minicx Derby - 1183
    Dokumen34 halaman
    Minicx Derby - 1183
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Julia
    Julia
    Dokumen2 halaman
    Julia
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Makalah Schizofreenia
    Makalah Schizofreenia
    Dokumen46 halaman
    Makalah Schizofreenia
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Sindrom Nefortik
    Sindrom Nefortik
    Dokumen10 halaman
    Sindrom Nefortik
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Morep 15 Agustus
    Morep 15 Agustus
    Dokumen11 halaman
    Morep 15 Agustus
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Dermatomikosis
    Dermatomikosis
    Dokumen2 halaman
    Dermatomikosis
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • BAB I Referat Gang. Depresi
    BAB I Referat Gang. Depresi
    Dokumen20 halaman
    BAB I Referat Gang. Depresi
    Deny Rahmat Pamungkas
    Belum ada peringkat
  • Penatalaksanaan HIV
    Penatalaksanaan HIV
    Dokumen21 halaman
    Penatalaksanaan HIV
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Trombositopenia
    Trombositopenia
    Dokumen18 halaman
    Trombositopenia
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat
  • Makalah Case Vi Cover
    Makalah Case Vi Cover
    Dokumen6 halaman
    Makalah Case Vi Cover
    Derby Febriani Sultany
    Belum ada peringkat