Anda di halaman 1dari 16

CHASIS OTOMOTIF

SISTEM PENGEREMAN ABS DAN EBD


Dosen Pengampu : Drs. C. Sudibyo. M. T

Tugas ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Chasis Otomotif

Disusun Oleh :
Ayu Hasin (K2513008)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TEKNIK MESIN


JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK DAN KEJURUAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
2015

SISTEM REM ABS DAN EBD

1. Sistem Rem ABS


A. Pengertian Sistem ABS
Anti-lock Braking System pertama kali dikembangkan oleh French
Automobile pada tahun 1929, yang mana ABS pada saat itu digunakan sebagai
sistem pengereman yang terdapat pada aircraft. Kemudian sekitar tahun 1958
oleh Road Research Laboratory, ABS diujicobakan pada sebuah kendaraan
bermotor. Eksperimen terbuat memberikan hasil yang cukup memuaskan,
dengan adanya ABS resiko kecelakaan dapat dikurangi karena sistem
pengereman yang terdapat di dalamnya dapat mengatasi permasalahan yang
kerap terjadi pada kendaraan bermotor, yaitu terjadinya penguncian roda pada
saat dilakukan pengereman. Walaupun hasilnya cukup memuaskan, sistem
pengereman yang telah dijelaskan di atas masih merupakan sistem
pengereman yang tradisional. Baru pada tahun 1971, Chrysler bersama dengan
Bendix Corporation, membuat sebuah sistem pengereman yang telah
berfungsi seperti sebagaimana mestinya dan jauh lebih reliable dibandingan
dengan ABS tradisional.
System rem anti terkunci atau anti-lock braking system (ABS) adalah
system pengereman pada mobil supaya tak berlangsung penguncian roda saat
berlangsung pengereman mendadak/keras. System ini bekerja jika pada mobil
berlangsung pengereman keras hingga salah sebagian atau seluruh roda
berhenti sementara mobil tetap melaju, bikin kendaraan tak teratasi
samasekali. Saat sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia bakal
memerintahkan

piston

rem

untuk

mengendurkan

tekanan,

lalu

mengeraskannya kembali begitu roda berputar. Sistem itu berjalan amat cepat,
dapat capai 15 kali/detik. Dampaknya yaitu mobil terus bisa dikendalikan serta
jarak pengereman semakin efisien.

Sistem ini diadopsi dari teknologi serupa di pesawat terbang. ABS bekerja
apabila pada mobil terjadi pengereman keras sehingga salah sebagian atau semua
roda berhenti sementara mobil masih melaju, membuat kendaraan tidak terkendali
sama sekali. Hal ini tentu sangat berbahaya terutama di jalan licin dan kelokan.
Ketika sensornya mendeteksi ada roda mengunci, ia akan memerintahkan piston
rem untuk melepaskan tekanan kembali ke titik normal , lalu mengeraskannya
kembali begitu roda berputar. Proses itu berlangsung sangat cepat, bisa mencapai
15 kali/detik. Efeknya adalah mobil tetap dapat dikendalikan dan jarak
pengereman makin efektif sehingga dapat mengurangi tingkat kecelakaan.
Tujuan ABS adalah :
1. Menstabilkan mobil saat di rem penuh, walaupun konsisi jalan jelek
2. Mobil masih bisa dikemudikan, walaupun tekanan rem penuh
3. Keausan ban kecil
4. Bahaya kecelakaan kecil
Speed Sensor Depan : mendeteksi kecepatan roda pada masing-masing
roda depan.
Speed Sensor Belakang : mendeteksi kecepatan roda pada masing-masing
roda belakang.
Switch Lampu Rem : mendeteksi tanda pengereman dan mengirimkan
signal ke ABS computer.

Anti-Lock Warning Light : lampu menyala sebagai peringatan bahwa pada


ABS ada yang tidak berfungsi.
ABS Actuator : mengontrol tekanan minyak rem pada masing-masing
wheel cylinder dengan signal dari ABS computer.
ABS Computer : dengan signal-signal dari masing-masing speed sensor
komputer menghitung jumlah akselerasi dan deselerasi, dan mengirim
signal ke ABS actuator.

Diagram Blok dan Komponen Penyusun ABS


Adapun diagram blok pada ABS (Anti-lock Braking System) bisa dilihat
pada

gambar di bawah ini :

Sedangkan
untuk
komponen

penyusunnya

sesuai
dengan gambar di atas adalah
ABS control module
Modul kontrol ABS adalah modul kontrol yang membandingkan informasi
kecepatan roda dengan kecepatan roda yang lain yang didapat dari sensor.
Ketika roda hampir terkuci, tekanan rem dikurangi sehingga putaran roda
menjauh dari keadaan terkunci. Apabila putaran roda terlalu cepat, tekanan
rem dapat dinaikkan untuk mengurangi kecepatannya. Ketika kecepatan antar
roda hampir sama, modul kontrol akan mangaktifkan mode pressure hold of
operation.

Solenoid valve assembly


Merupakan valve yang memiliki 3 mode dalam pengoperasiannya yaitu,
1

Increase Pressure, Selama mode pressure increase minyak rem dapat


masuk melewati kedua solenoid sehingga sampai ke Caliper.

Hold Pressure Steady, Selama mode Pressure Hold kedua solenoid tertutup
sehingga tidak ada jalur pergerakan minyak rem.

Decrease Pressure, Selama mode Pressure Vent solenoid pada jalur pedal
rem tertutup. Dan solenoid ventilasi terbuka, sehingga minyak masuk ke
dalam suatu rungan (accumulator chamber)

Sensor kecepatan (roda)


Untuk mengetahui bagaimana keadaan roda , maka digunakan sensor
kecepatan pada roda. Sensor yang digunakan seperti enkoder.
Wiring, dan tanda status ABS
Terdapat dua tanda yang dapat digunakan untuk mengetahui status dari
ABS tersebut, antara lain :
1

Lampu peringatan ABS


Bila ECU mendeteksi adanya malfungsi pada ABS atau pada sistem bantu
rem, lampu ini menyala untuk memberi peringatan kepada pengemudi.

Lampu peringatan sistem rem


Bila lampu ini menyala bersama-sama dengan lampu peringatan ABS,
lampu ini akan memberi peringatan kepada pengemudi bahwa ada
malfungsi pada sistem ABS dan EBD.

Sensor deselerasi (Hanya pada beberapa model.)

Sensor

deselerasi

merasakan

tingkat

deselerasi

kendaraan

dan

mengirimkan signal ke ECU Skid Control. ECU menentukan kondisi


permukaan roda yang sebenarnya menggunakan signal ini dan mengambil
ukuran kontrol yang sesuai.
Ada 4 jenis dari ABS, yaitu:

1. ABS dengan 4-SENSOR 4-CHANNEL


Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving)
yang memakai X-brake lines. Roda depan dikontrol tersendiri dan kontrol
roda belakang biasanya mengikuti select-low logic agar mobil bisa stabil saat
ABS bekerja. Jenis ABS ini mempunyai 4 wheel sensor dan 4 hydraulic
control channel dan masing-masing mengontrol secara tersendiri. Sistem ini
mempunyai tingkat keamanan dan jarak pemberhentian yang lebih pendek di
berbagai acam kondisi jalan. Namun apabila permukaan jalannya licin, besar
gaya rem antara kanan dan kiri yang tidak rata akan mengakibatkan terjadi
gerakan Yawing pada bodi kendaraan sehingga bisa mengurangi kestabilan.

Karena itulah, kebanyakan mobil yang dilengkapi dengan tipe 4 channel ABS
memasukkan satu select low logic pada roda belakang agar mobil tetap stabil,
di berbagai macam kondisi jalan.
2. ABS dengan 4-SENSOR 3-CHANNEL
Jenis ini umumnya dipakai untuk mobil FF (Front engine Front driving),
kebanyakan berat kendaraan terpusat di roda depan dan berat titik tengah
kendaraan saat direm juga berpindah ke depan hampir 70%, gaya pengereman
ini dikontol oleh roda depan. Artinya adalah kebanyakan tenaga pengereman
dibangkitkan oleh roda depan, sehingga agar ABS bisa efektif, maka
diperlukan 30 pengaturan tersendiri (independent control) pada roda depan.
Namun demikian, roda belakang yang gaya pengeremannya lebih sedikit, juga
sangat penting untuk memastikan kendaraan aman saat dilakukan pengereman.
Karena itulah apabila saat ABS roda belakang bekerja di permukaan jalan
yang licin, maka independent control pada roda belakang mengatur agar gaya
pengereman roda-roda belakang tidak merata sehingga mobil mengalami
yawing. Untuk menghindari gerakanyawing ini dan untuk menjaga agar mobil
tetap aman saat ABS bekerja diberbagai kondisi jalan, maka tekanan rem roda
belakang diatur berdasarkan kecenderungan roda mana yang mengalami lockup. Konsep pengaturan ini dikenal dengan Select-low control.
3. ABS dengan 3-SENSOR 3-CHANNEL
Roda depan dikontrol tersendiri namun untuk roda belakang dikontrol
secara bersamaan oleh satu wheel speed sensor (khususnya differential ring
gear). Mobil yang dilengkapi dengan H-bake line system mempunyai sistem
kontrol ABS jenis ini. Dua channel untuk roda depan dan satunya lagi untuk
roda belakang. Roda belakang dikontrol bersama dengan select low control
logic. Untuk X-brake line system, diperlukan 2 channels (2 brake port di
dalam unit ABS) untuk mengatur roda belakang dikarenakan masing-masing
roda belakang mempunyai jalur rem yang berbeda.

4. ABS dengan 1-SENSOR 1-CHANNEL


Hanya mengatur tekanan roda belakang oleh satu sensor. Dipakai
Untuk mobil

yang dilengkapi dengan H-bake line system, hanya untuk

mengontroltekanan roda belakang. Pada rear diffirential dipasang satu wheel


speed sensor 31 yang

berfungsi untuk mendeteksi kecepan roda. Cara

kerjanya adalah saat dilakukan

pengereman mendadak roda depan akan

terkunci, sehingga kestabilan kemudi mobil akan hilang dan jarak henti pada
permukaan jalan yang mempunyai daya gesek rendah (low) juga akan
bertambah jauh. Sistem ini hanya akan membantu untuk penghentian lurus.
Prinsip Kerja

Antilock-Braking System (ABS) berfungsi untuk mencegah rem


mengunci

(locking)

pada

saat

pengereman

mendadak

yang

dapat

mengakibatkan roda tergelincir (slip). Pada saat pengereman, roda akan slip
apabila berdeselerasi/berhenti lebih cepat dari kendaraan. ABS merupakan
closed-loop control system yang bekerja dengan cara mengatur tekanan
hidrolik rem pada roda. Pada roda dipasang wheel-speed sensor untuk
memonitor putaran roda. Sensor ini secara terus-menerus mengirimkan

informasi putaran roda ke ABS control module (controller) yang berfungsi


mengontrol mekanisme hidrolik unit (actuator). Hidrolik unit merupakan suatu
mekanisme hidrolik yang di dalamnya terdapat flow-control valve/solenoid
valve, pompa, reservoir, yang berfungsi mengatur tekanan hidrolik rem pada
setiap roda.
ABS belum bekerja pada kondisi pengereman normal. Pada pengereman
mendadak dimana roda akan berdeselerasi dengan cepat, sesaat sebelum
locking ABS control module akan mengirimkan sinyal ke solenoid valve
untuk menutup aliran oli dari master cylinder. Dalam kondisi ini tekanan
hidrolik di rem menjadi konstan. Apabila roda masih cenderung untuk locking,
control module segera memerintahkan solenoid valve untuk mengurangi
tekanan hidrolik rem dengan membuka aliran oli ke arah reservoir.
Selanjutnya oli akan dipompa kembali menuju master cylinder. Selama pompa
ini bekerja, pedal rem akan sedikit bergerak naik turun. Beberapa kendaraan
juga dilengkapi dengan ABS yang dapat menaikkan tekanan hidrolik rem.
Untuk melakukan hal ini, ABS didesain untuk mengoptimalkan kinerja
rem dengan menggunakan slip ratio 10-30% apapun kondisi jalannya, pada
saat yang sama juga menjaga gaya belok setinggi mungkin untuk
mempertahankan stabilitas arah pengemudian
a

Pada jalan licin, permukaan jalan mempunyai koefisien gesek rendah (),
sehingga jarak pengereman bertambah bila dibandingkan dengan
pengereman pada permukaan jalan mempunyai nilai tinggi, meski saat
itu ABS diaktifkan. Oleh karena itu dikurangi kecepatan bila berjalan di
atas permukaan jalan basah.

Pada jalan kasar, atau pada jalan berbatu atau jalan dengan salju baru,
kerja ABS akan menyebabkan jarak henti lebih panjang dibandingkan
dengan kendaraan yang tidak dilengkapi dengan ABS.

2. Electronic Brake-force Distribution (EBD)


EBD adalah teknologi pengereman yang otomatis dapat memvariasikan
gaya tekan yang terjadi pada tiap-tiap rem yang bekerja berdasarkan kondisi jalan,
beban, dan kecepatan yang ada. Teknologi ini biasanya bekerja bersamaan dengan
ABS yang dapan meningkatkan pengamanan pada sebuah kendaraan bermotor
yang pada umumnya adalah pada mobil.EBD dapat memberikan tekanan
pengereman yang besar atau kecil pada tiap- tiap roda yang bertujuan untuk
memaksimalkan dalam pengontrolan mobil. Pada pengereman, biasanya bagian
depanlah yang mendapatkan beban yang paling besar dan EBD dapat
mendistribusikan tekanan pengereman yang lebih sedikit kepada roda belakang
supaya rodae belakang tidak terkunci dan menyebabkan peluncuran yang tak
terkendali.

Proportioning valve, karena merupakan alat mekanikal maka mempunyai


keterbatasan dalam mendistribusi gaya rem secara ideal ke roda belakang, begitu
juga saat mendistribusikan gaya rem secara seimbang yang mengacu pada beban
atau berat kendaraan yang bertambah. Dan apabila ada kerusakan, pengemudi
tidak dapat mengetahui adanya kerusakan tersebut. EBD dikontrol oleh ABS
Control Module, sepanjang waktu menghitung rasio selip setiap ban dan mengatur
tekanan rem roda belakang supaya tidak melebihi dari roda depan. Jika EBD
mengalami kegagalan, lampu peringatan EBD (parking brake lamp) akan
menyala.
a. KEUNTUNGAN EBD
1. (Load sensitive) proportioning valve
2. Meningkatkan kontribusi rear axle ke gaya pengereman
3. Mendekati distribusi gaya pengereman yang ideal (lurus dan berbelok)
4. Bisa beradaptasi terhadap beban yang berbeda

5. Distribusi pengereman yang tetap konstan meskipun kendaraan dipakai


untuk jangka waktu yang lama
6. .Adanya monitor untuk fungsi EBD
7. Minimal extension of ABS hardware required
b. KONSEP
1. Penggunaan komponen ABS yang sudah ada
2. Fungsi diperloleh melalui tambahan perangkat lunak
c. KEAMANAN
1. Kerusakan bisa diketahui melalui lampu peringatan
2. Layout sistem dasar pengereman
d. KERUGIAN
1. Tidak ada alat cadangan jika sistem EDM mengalami kerusakan
KURVA DISTRIBUSI GAYA PENGEREMAN YANG IDEAL

PENGARUH EBD
-Kemampuan jarak henti menjadi lebih baik
-Tingkat keausan dan suhu pada front brake pad wear berkurang
-Saat pengereman dibelokan tingkat kestabilan kendaraan meningkat
-Kemungkinan penurunan biaya dengan menghilangkan proportioning valve
Cara kerja sistem EBD

Tugas EBD sebagai subsistem dari sistem ABS untuk mengontrol adhesi
pemanfaatan yang efektif oleh roda belakang. Tekanan roda belakang didekati
dengan distribusi kekuatan rem yang ideal dalam operasi pengereman parsial.
Untuk melakukannya, desain rem yang konvensional diubah dalam arah
overbraking poros belakang, dan komponen ABS digunakan EBD mengurangi
ketegangan pada kekuatan rem hidrolik katup proporsi dalam kendaraan EBD
mengoptimalkan desain rem berkaitan dengan: pemanfaatan adhesi(gaya tarik
menarik

antar

molekul

yang

tidak

sejenis)

EBD dapat bekerja dalam hubungannya dengan ABS dan Electronic Stability
Control ("ESC") untuk meminimalkan percepatan yaw selama bergantian. ESC
membandingkan sudut roda kemudi untuk menilai kendaraan memutar
menggunakan sensor tingkat yaw. "Yaw" adalah rotasi kendaraan sekitar pusat
vertikal gravitasi (belok kiri atau kanan). Jika sensor yaw mendeteksi lebih / yaw
kurang dari sudut roda kemudi harus menciptakan, mobil understeering atau

oversteering dan ESC mengaktifkan salah satu depan atau rem belakang untuk
memutar mobil kembali ke kursus yang dimaksudkan. Sebagai contoh, jika mobil
adalah membuat berbelok ke kiri dan mulai understeer. ESC mengaktifkan rem
belakang kiri, yang akan membantu mengubah mobil kiri. Sensor sangat sensitif,
dan aktuasi yang begitu cepat bahwa sistem dapat memperbaiki arah sebelum
pengemudi bereaksi. ABS membantu mencegah roda lock-up dan EBD membantu
kekuatan rem berlaku tepat untuk membuat ESC bekerja secara efektif.

Daftar Pustaka
http://idrussardi.blogspot.co.id/2011/12/rem-abs.html
http://hasri2juju.blogspot.co.id/2014/03/kerja-ebd.html
http://umifajarfatimah09.blogspot.co.id/2012/01/esp-abs-ebd-tcs.html
http://www.distrodoc.com/377110-tugas-teknik-kendaraan-anti-lock-brakingsystem-abs-dan
Anonim, mengenal ABS system rem anti terkunci, http://tipsotoqita.blogspot.com/2012/05/mengenal-abs-sistem-rem-anti-terkunci.html,
diakses tanggal 29 november 2012
Mitiqo,
Panji,
Rem
ABS
(Anti-Lock
Braking Sistem),
http://panjimitiqo.wordpress.com/2010/05/22/rem-abs-anti-lock-braking-sistem/,
diakses tanggal 29 November 2012

Anda mungkin juga menyukai