Anda di halaman 1dari 28

BAB II

TINJAUAN TEORI
A. Anatomi Fisiologi Sistem Pencernaan
1. Anatomi Sistem Pencernaan

2. Fisiologi Sistem Pencernaan

Saluran gastrointerstinal juga disebut saluran digesti atau saluran


pencernaan, adalah tabung berlubang yang memanjang dari mulut sampai
anus. Fungsi prinsipnya adalah memberikan tubuh akan cairan, nutrisi dan
elektrolit. Aktivitas utama dari saluran gastrointestinal, yaitu :
a.

Sekresi elektrolit, hormon dan enzim yang digunakan dalam


pemecahan materi yang dimakan.

b.

Gerakan terhadap produk yang dimakan

c.

Pencernaan makanan dan cairan

d.

Absorbsi produk akhir ke dalam aliran darah.


Bagian-bagian dari sistem pencernaan dimulai dari mulut sampai

dengan anus. Berikut ini diuraikan bagian-bagian dan fungsi fisiologis dari
bagian tersebut, adalah :
a. Rongga Mulut
Bibir, lidah, pipi, geligi, batang pengecap dan kelenjar ludah;
merupakan bagian-bagian yang ada di dalam rongga mulut dan
berperan pada pencernaan makanan. Kelenjar submandibularis,
parotis dan sublingualis terletak di luar rongga mulut dan mengalirkan
sekresinya ke dalam mulut melalui duktus. Saliva juga mengandung
ptialin dan enzim bakterial yang membantu untuk melindungi gigi dari
kebusukan dan menurunkan jumlah sekresi saliva dari 1000 1500 ml
/ hari..
b. Faring
Secara aktif menggerakkan makanan ke dalam esofagus, sambil
menutup dan menghalangi nasofaring selama proses menelan. Saat
bolus makanan bergerak ke arah esofagus, pernapasan dihambat dan
epiglotis bergerak ke bawah untuk melindungi trakea. Setelah refleks
menelan dihambat oleh gerakan volunter dari makanan ke belakang
mulut, proses menelan berlanjut sebagai aktivitas refleks.
c. Esofagus
Memberi jalan untuk makanan dari faring ke lambung, sfingter
esofagus atas memecah makanan atau cairan bergerak ke faring
posterior dan trakea. Esofagus dilapisi oleh lapisan mukosa yang

terdiri dari epitel skuamosa. Konstruksi otot polos dari esofagus dan
struktur lain dalam saluran pencernaan disebut sebagai sinistrum
fungsional, karena serat otot polos berada saling berdekatan.
Konstruksi ini memungkinkan gelombang kontraksi otot yang disebut
peristaltik.
d. Lambung
Berbentuk buah pir, berongga, organ yang dapat mengambang dan
terdiri dari bagian kardia, fundus, antrum, dan pilorus. Lapisan dalam
lambung berada di lipatan mukosa yang disebut rugae. Asam lambung
terdiri dari sekresi 4 tipe sel utama, yaitu : sel chief, sel parietal, sel
mukus dan sel gastrin. Sel chief mensekresi proenzim pepsinogen
yang bila diaktivasi mencerna protein, sel parietal ini mensekresi asam
hidroklorida yang mempunyai pH 0,8. Sel mukus terletak
dipermukaan epitelium lambung yang secara konstan mensekresi
lapisan transparan mukus tipis.kombinasi makanan dengan asam
lambung membuat massa semi cair yang disebut kimus, yang
terdorong ke dalam usus halus melalui sfingter pilorus.
e. Usus Halus
Panjangnya 22 kaki dan diameter 1 inch, bagian ini dibagi 3 yaitu :
1)

Duodenum, mulai pada katup pilorik dari lambung dan


berlanjut 25 cm (10 inch) samapi bertemu dengan jejenum.

2)

Jejenum, panjangnya 2,5 m adalah bagian tengah dari usus


halus dan berlanjut pada ileum.

3)

Ileum, panjangnya 3,6 m adalah bagian akhir. Ileum bergabung


dengan kolon pada katup ileusekal, katup ini mengontrol aliran ke
dalam usus besar dan mencegah refluksi ke dalam usus halus.

Empat lapis yang menutup usus halus, diantaranya lapisan serosa,


lapisan otot, lapisan submukosa, lapisan mukosa dalam. Lapisan
submukosa terdiri dari pembuluh darah, limfatik, pleksus saraf
simpatis dan kelenjar Brunner yang mensekresi mukus. Fungsi dari
usus halus diantaranya adalah :

1) Menyelesaikan pencernaan makanan


2) Mengabsorbsi produk pencernaan
3) Mengeksresi hormon yang membantu mengontrol sekresi
empedu, pankreas dan sekresi usus.
Enzim yang ditemukan di usus halus meliputi :
1) Enterokinase, yang mengaktifkan tripsin.
2) Maltase, laktase, dan sukrase yang mengubah sakarida menjadi
gula sederhana.
3) Nuklase, yang memudahkan hidrolisis nuklein dan asam
nukleat.
f. Usus Besar
Juga disebut kolon, kira-kira diameternya 2,5 inch (6,3 m) dengan
panjang 5 kaki (1,5 m). Sekum adalah bagian pertama dan
pertemuannya dengan ileum adalah ileosekal, yang tidak mempunyai
sfingter tetapi bertindak dengan tujuan yang sama. Bagian yang
menempel pada sekum adalah apendiks, bentuk selang kecil berujung
buntu dengan jaringan limfatik yang sangat banyak. Bagian kolon
lainnya adalah kolon asenden, tranversal, dan asenden yang
mengelilingi usus halus; kolon sigmoid yang memutar secara medial
dan ke bawah; rektum dan kanal anal. Secara klinis, ujung akhir kolon
adalah rektum. Fungsi kolon adalah mengabsorbsi air, mineral,
vitamin dan eliminasi yang tidak dapat dicerna.
Vitamin yang diabsorbsi adalah yang dihasilkan oleh flora normal,
jutaan bakteri yang hidup dalam kolon. Organisme ini meliputi E.
Coli, A. Aeroginosa, Closteidium perfringous dan Lactobacillus.
Vitamin K dihasilkan dan diabsorbsi dalam jumlah yang biasanya
cukup untuk memenuhi kebutuhan individual. Fungsi utama dari usus
besar adalah :
1)

Absorbsi lengkap terhadap air, klorida dan natrium.

2)

Penurunan dalam volume kimus

3)

Pembuatan vitamin, termasuk beberapa vitamin B dan


vitamin K.

4)

Pembentukan feces

5)

Pengeluaran feces dari tubuh.

g. Hepar dan Pankreas


Fungsi hepar terjadi pada kebanyakan proses esensial kehidupan.
Hepar adalah organ besar yang terdiri dari hepatosit yang mensintesis
dan memetabolisme protein, karbohidrat dan lemak. Hepar juga
mengubah bentuk biologis zat-zat saat melewati organ tersebut dan
menghasilkan serta mensekresikan empedu yang penting dalam
pemcernaan. Banyak hormon diinaktivasi oleh hepar, dan bilirubin
dan dikonjungasi, sehingga dapat dieksresikan dalam empedu.
Struktur kapiler khusus dari hepar adalah sejumlah besar fagosit yang
disebut sel-sel kuffer yang merusak materi asing dan menghilangkan
90 % bakteri pada darah vena portal. Vitamin, mineral dan materi lain
disimpan dalam parenkim hepar.
Kandung empedu adalah organ aksesori yang memekatkan dan
mensekresi empedu yang dibuat oleh hepar. Stimulus utama untuk
sekresi kandung empedu adalah kolesistokinin, tetapi

stimulasi

parasimpatis dari sistem saraf autonomik juga menyebabkan kontraksi


organ. Fungsi utama tes hepar memberikan indeks pemeriksaan
enzim-enzim hepar, bilirubin, protein plasma, biopsi.
Pankreas adalah organ besar dengan fungsi endokrin dan eksokrin.
Sel-sel asinar dari pankreas mensekresi getah pencernaan dengan
enzim-enzim yang perlu untuk mencerna protein, lemak dan
karbohidrat. Jumlah besar dari bikarbonat disekresi dalam getah
tersebut, yang membuat pH pankreas kira-kira 8. sekresi pankreas
dilepaskan melalui stimulus dari sistem saraf parasimpatis dan melalui
hormon-hormon sekretin dan kolesistokinin.
B. Pengertian
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja
berbentuk cair/ setengah padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat.

Diare adalah buang air besar (defeasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak
dari keadaan normal yakni 100 200 sekali defekasi ( hendrawanto,
1999)
Diare adalah buang air besar encer atau cair lebih dari tiga kali sehari.
(WHO 1980)
Diare adalah keadaan frekuensi buang air besar, encer atau cair lebih dari
4 kali pada bayi dan lebih dari tiga kali pada anak dengan konsistensi feses
encer, dapat berwarna hijau atau dapat berampur lender dan darah
(ngastiyah, 1997).
C. Etiologi
1.
Faktor infeksi :
a. Infeksi enteral; infeksi saluran pencernaan yang merupakan
penyebab utama diare pada anak, meliputi infeksi bakteri (Vibrio,
E. coli, Salmonella, Shigella, Campylobacter, Yersinia, Aeromonas,
dsb), infeksi virus (Enterovirus, Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus,
dll), infeksi parasit (E. hystolytica, G.lamblia, T. hominis) dan
jamur (C. albicans).
b. Infeksi parenteral; merupakan infeksi di luar sistem pencernaan
yang dapat menimbulkan diare seperti: otitis media akut, tonsilitis,
bronkopneumonia, ensefalitis dan sebagainya.
2.

Faktor Malabsorbsi
Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan
sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa).
Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada
bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak
dan protein.

3.

Faktor Makanan
Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan
alergi terhadap jenis makanan tertentu.

4.

Faktor Psikologis
Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas),
jarang terjadi tetapi dapat ditemukan pada anak yang lebih besar.

D. Patofisiologi
Penyebab gastroenteritis akut adalah masuknya virus (rotravirus,
adenovirus, enteris. Virus Norwalk). Bakteri atau toksin (compilobacter,
salmonella, escherihia coli, Yersinia dan lainnya). Parasit (Biardia Lambia,
Cyptospiridium). Beberapa mikroorganisme patoen ini menyebabkan
infeksi pada sel-sel. Memproduksi enterotoksin atau cytotoksin dimana
merusak sel-sel atau melekat pada dinding usus pada gastroenteritis akut.
Penularan gastroenteritis bias melalui fekal-oral dari satu klien ke
klien yang lainya. Beberapa kasus ditemui penyebaran pathogen
dikarenakan penyebaran pathogen dikarenakan makanan dan minuman
yang terkontaminasi.
Mekanisme dasar penyebab timbulnya diare adalah gangguan
osmotic (makanan yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meningkat sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit kedalam rongga usus, isi rongga usus berlebihan sehingga
menimbulkan diare). Selain itu menimbulkan gangguan sekresi akibat
toksin di dinding usus, sehingga sekresi air dan elektrolit meningkat
kemudian terjadi diare. Gangguan mutilitas usus yang mengakibatkan
hiperperistaltik dan hipoperistaltik. Akibat dari diare itu sendiri adalah
kehilangan air dan elektrolit (dehidrasi) yang mengakibatka gangguan
asam basa (asidosis metabolic dan hypokalemia). Gangguan gizi (intake
kurang, output berlebih). Hipoglikemia dan gangguan sirkulasi darah.
E. Manifestasi Klinis
Mula-mula anak cengeng, gelisah, suhu tubuh meningkat, napsu
makan berkurang kemudian timbul diare. Tinja mungkin disertai lendir
dan atau darah. Warna tinja makin lama berubah kehijauan karena
bercampur dengan empedu. Daerah anus dan sekitarnya timbul luka lecet
karena sering defekasi dan tinja yang asam akibat laktosa yang tidak
diabsorbsi usus selama diare.

Gejala muntah dapat timbul sebelum atau selama diare dan dapat
disebabkan karena lambung turut meradang atau akibat gangguan
keseimbangan asam basa dan elektrolit. Bila kehilangan cairan terus
berlangsung tanpa penggantian yang memadai, gejala dehidrasi mulai
tampak yaitu: berat badan menurun, turgor kulit berkurang, mata dan
ubun-ubun besar cekung (pada bayi), selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit kering.
Bila dehidrasi terus berlanjut dapat terjadi renjatan hipovolemik
dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, denyut nadi cepat dan lemah
bahkan tidak teraba, tekanan darah menurun, klien tampak lemah dengan
kesadaran menurun. Karena kekurangan cairan, diuresis berkurang
(oliguria sampai anuria). Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak
pucat, pernapasan cepat dan dalam (pernapasan Kussmaul).
F. Pemeriksaan Penunjang
Anamnesis
a. Waktu dan frekuensi diare
b. Bentuk tinja
-

Bila terdapat tinja menunjukkan insufiensi pankreas.


Bau asam menunjukkan penyerapan karbohidrat

yang

tidaksempurna.
c. Nyeri abdomen dan keluhan lain yang menyertai diare
-

Nyeri yang terus menerus menandakan ulserasi pada usus dan

adanya komplikasi abses


Demam sering menyertai infeksi
Mual dan muntah menyertai infeksi.

d. Obat
-

Obat yang mengakibatkan diare, seperti antasida, lakson, diuretik,

neomisin, laxotive.
Alkohol.

e. Makanan
-

diare dan mual yang menyertai minum susu.

Pemeriksaan Fisik
a. Penurunan BB dan anemia

b. Kulit kering dan pucat


c. Deman menunjukkan infeksi
d. Adanya massa pada abdomen dan pelvis.
Pemeriksaan tinja
a. Eritrosit menunjukkan adanya infeksi
b. Diare yang berbau busuk menunjukkan infeksi
Pemeriksaan darah
1.

Kadar B12 rendah menunjukkan pertumbuhan yang berlebihan

2.

Eosinofil dijumpai pada infeksi parasit di usus.

G. Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan anatomi usus
1. Barium enema
Pemeriksaan barium enema didahului dengan BNO untuk melihat
klasifikasi pankreas dan dilatasi kolon. Pada sindrom usus iritatif
kadang dapat dilihat spasme dari kolon atau spasme segmental dari
usus halus.pemeriksaan ini dapat diulang 1-2 bulan kemudian.

2. Kolonoskopi
Pemeriksaan ini dapat membantu menegakkan diagnosis bila barium
enema masih belum jelas terlihat kelainan. Ditemukan darah pada
pemeriksaan ini dapat menyingkirkan penyakit-penyakit non organik.
3. Barium Follow Through
Pemeriksaan ini dilakukan setelah barium enema, bila ada kecurigaan
terhadap kelainan ileum-jejenum.
4. Gastroskopi
Pemeriksaan ini dilakukan setelah barium follow through atau barium
enema dan masih dicurihai kelainan pada gaster, duodenum atau
jejenum.
5. Ultrasonografi abdomen

Pemeriksaan ini dilakukan bila adanya linfoma, TBC usus. Penyakit


clorohn dapat memberikan gerakan penebalan dinding usus.
H. Komplikasi
Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak,
dapat terjadi berbagai macam komplikasi seperti :
1.

Dehidrasi, dapat dibagi menjadi :


a. Dehidrasi ringan, bila terjadi penurunan BB 2 -5 %. Bila kulit
dicubit, dapat kembali dalam 1 detik
b. Dehidrasi sedang, bila terjadi penurunan BB 5-10 %. Bila kulit
dicubit, dapat kembali dalam 1-2 detik.
c. Dehidrasi berat, bila terjadi penurunan BB > 10 %. Bila kulit
dicubit, dapat kembali > 2 detik.

2.

Hipokalemia. Dengan gejala hipotoni otot, lemah, bradikardia,


perubahan pada elektrokardiogram.

3.

Gagal ginjal akut. Terjadi karena penurunan tekanan darah akan


menyebabkan perfusi ginjal menurun berupa rekrosis tubulus ginjal
akut.

4.

Intoleransi laktosa sekunder. Sebagai akibat defisiensi enzim laktose


karena kerusakan villi mukosa usus besar.

5.

Kejang. Terutama pada dehidrasi hipertonik.

6.

Malnutrisi energi protein. Disebabkan karena selain diare dan


muntah, penderita juga mengalami kelaparan.

7.

Kematian. Karena kekurangan cairan di badan yang mengakibatkan


renjatan hipovolemik berupa asidosis metabolik yang lanjut.

I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan diare akut pada anak:
1. Rehidrasi sebagai prioritas utama terapi.
Cara menilai derajat dehidrasi
a. Kehilangan berat badan

2,5 % tidak ada dehidrasi

2,5-5% Dehidrasi ringan

5-10 % dehidrasi sedang

> 10% dehidrasi berat

b. Skor Maurice King


Bagian Tubuh

N I LAI

Yang Diperiksa

Keadaan Umum

Sehat

Gelisah cengeng,

Mengigau,

apatis, ngantuk

koma/syok

Turgor

Normal

Sedikit, kurang

Sangat kurang

Mata

Nomral

Sedikit cekung

Sangat cekung

UUB

Normal

Sedikit cekung

Sangat cekung

Mulut

Normal

Kering

Kering, sianosis

Denyut Nadi

Kuat

Sedang

Lemah

< 120

(120-140)

> 140

KETERANGAN :

Skor :
0-2 dehidrasi ringan
3-6 dehidrasi sedang
7-12 Dehidrasi berat

Pada anak-anak Ubun Ubun Besar sudah menutup

Untuk kekenyalan kulit :


1 detik

: dehidrasi ringan

1-2 detik

: dehidrasi sedang

> 2 detik

: dehidrasi berat

Ada 4 hal yang penting diperhatikan agar dapat memberikan rehidrasi


yang cepat dan akurat, yaitu:
1. Jenis cairan yang hendak digunakan.
Pada saat ini cairan Ringer Laktat merupakan cairan pilihan karena
tersedia cukup banyak di pasaran meskipun jumlah aliumnya
rendah bila dibandingkan dengan kadar kalium tinja. Bila RL tidak
tersedia dapat diberiakn NaCl isotonik (0,9%) yang sebaiknya
ditambahkan dengan 1 ampul Nabik 7,5% 50 ml pada setiap satu
liter NaCl isotonik. Pada keadaan diare akut awal yang ringan
dapat diberikan cairan oralit untuk mencegah dehidrasi dengan
segala akibatnya.
2. Jumlah cairan yang hendak diberikan.
Pada prinsipnya jumlah cairan pengganti yang hendak diberikan
harus sesuai dengan jumlah cairan yang keluar dari badan. Jumlah
kehilangan cairan dari badan dapat dihitung dengan cara/rumus:
1) Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma 1,025
0,001

X BB x 4 ml

2) Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:

Diare ringan, kebutuhan cairan

= 5% x kg BB

Diare sedang, kebutuhan cairan

= 8% x kg BB

Diare ringan, kebutuhan cairan

= 10% x kg BB

3) Metode Perbandingan BB dan Umur

BB

UMUR

PW
L

NW
L

CW
L

TOTAL
KEHILANG
AN
CAIRAN

<3
3 10
10
15
15 - 25

< 1 BLN
1 BLN 2
THN
2 5 THN
5 10 THN

15
0
12
5
10
0
80

125
100
80
25

25
25
25
25

300
250
205
130

Keterangan:
PWL : Previus Water Lose (ml/kgBB)

= cairan muntah

NWL : Normal Water Lose (ml/kgBB)

= cairan diuresis,

penguapan, pernapasan
CWL : Concomitant Water Lose (ml/KgBB)

= cairan diare

dan muntah yang terus menerus


3. Dietetik
Untuk mencegah kekurangan nutrisi, diet pada anak diare harus
tetap dipertahankan yang meliputi:

Susu (ASI atau PASI rendah laktosa)

Makanan setengah padat atau makanan padat (nasi tim)

4. Obat-obatan
Obat-obatan yang diberikan pada anak diare adalah:

Obat anti sekresi (asetosal, klorpromazin)

Obat spasmolitik (papaverin, ekstrakbelladone)

Antibiotik (diberikan bila penyebab infeksi telah diidentifikasi)


BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN DIARE


A. PENGKAJIAN
1.

Identitas

Diare akut lebih sering terjadi pada bayi dari pada anak, frekuensi diare
untuk neonatus > 4 kali/hari sedangkan untuk anak > 3 kali/hari dalam
sehari. Status ekonomi yang rendah merupakan salah satu faktor yang
dapat mempengaruhi terjadinya diare pada nak ditinjau dari pola makan,
kebersihan dan perawatan. Tingkat pengetahuan perlu dikaji untuk
mengetahui tingkat perlaku kesehatan dan komunikasi dalam
pengumpulan data melalui wawancara atau interview. Alamat
berhubungan dengan epidemiologi (tempat, waktu dan orang)
2.

Keluhan utama
Yang membuat klien dibawa ke rumah sakit. Manifestasi klnis berupa
BAB yang tidaknomral/cair lebih banyak dari biasanya

3.

Riwayat Keperawatan Sekarang


Paliatif, apakah yang menyebabkan gejala diare dan apa yang telah
dilakukan. Diare dapat disebabkan oleh karena infeksi, malabsorbsi, faktor
makanan dan faktor psikologis.
Kuatitatif, gejala yang dirasakan akibat diare bisanya berak lebih dari 3
kali dalam sehari dengan atau tanpa darah atau lendir, mules, muntak.
Kualitas, Bab konsistensi, awitan, badan terasa lemah, sehingga
mengganggu aktivitas sehari-hari.
Regonal,perut teras mules, anus terasa basah.
Skala/keparahan, kondisi lemah dapat menurunkan daya tahan tubuh dan
aktivitas sehari-hari.
Timing, gejala diare ini dapat terjadi secara mendadak yang terjadi karena
infeksi atau faktor lain, lamanya untuk diare akut 3-5 hari, diare
berkepanjangan > 7 hari dan Diare kronis > 14 hari
Pada umumnya anak masuk rumah sakit dengan keluhan buang air cair
berkali-kali baik desertai atau tanpa dengan muntah, tinja dapat bercampur
lendir dan atau darah. Keluhan lain yang mungkin didapatkan adalah
napsu makan menurun, suhu badan meningkat, volume diuresis menurun
dan gejala penurunan kesadaran.

4.

Riwayat Keperawatan Sebelumnya

Meliputi pengkajian riwayat prenatal, natal dan post natal, hospitalisasi


dan pembedahan yang pernah dialami, alergi, pola kebiasaan, tumbuhkembang, imunisasi, status gizi (lebih, baik, kurang, buruk), psikososial,
psikoseksual, interaksi dan lain-lain.
a. Prenatal
Pengaruh konsumsi jamu-jamuan terutama pada kehamilan semester
pertama, penyakti selama kehamilan yang menyertai seperti TORCH,
DM, Hipertiroid yang dapat mempengaruhi pertunbuhan dan
perkembangan janin di dalam rahim.
b. Natal
Umur kehamilan, persalinan dengan bantuan alat yang dapat
mempengaruhi fungsi dan maturitas organ vital .
c. Post natal
Apgar skor < 6 berhubungan dengan asfiksia, resusitasi atau
hiperbilirubinemia. BErat badan dan panjang badan untuk mengikuti
pertumbuhan dan perkembangan anak pada usia sekelompoknya.
Pemberian ASI dan PASI terhadap perkembangan daya tahan tubuh
alami dan imunisasi buatan yang dapat mengurangi pengaruh infeksi
pada tubuh.
5.

Riwayat Pertumbuhan dan Perkembangan


Pertumbuhan dan perkembangan menjadi bahan pertimbangan yang
penting karena setiap individu mempunyai ciri-ciri struktur dan fungsi
yang berbeda, sehingga pendekatan pengkajian fisik dan tindakan haruys
disesuaikan dengan pertumbuhan dan perkembangan (Robert Priharjo,
1995)

6.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Penyakit
Apakah ada anggota keluarga yangmenderita diare atau tetangga yang
berhubungan dengan distribusi penularan.
Lingkungan rumah dan komunitas

Lingkungan yang kotor dan kumuh serta personal hygiene yang kurang
mudah terkena kuma penyebab diare.
Perilaku yang mempengaruhi kesehatan
BAB yang tidak pada tempat (sembarang)/ di sungai dan cara bermain
anak yangkurang higienis dapat mempermudah masuknya kuman lewat
Fecal-oral.
Persepsi keluarga
Kondisi lemah dan mencret yang berlebihan perlu suatu keputusan untuk
penangan awal atau lanjutan ini bergantung pada tingkat pengetahuan dan
penglaman yang dimiliki oleh anggota keluarga (orang tua).
7.

Pola Fungsi kesehatan


a. Pola Nutrisi
Makanan yang terinfeksi, pengelolaan yang kurang hygiene
berpengaruh terjadinya diare, sehingga status gizi dapat berubah ringan
samapai jelek dan dapat terjadi hipoglikemia. Kehilangan Berat Badan
dapat dimanifestasikan tahap-tahap dehidrasi. Dietik pada anak <
1tahun/> 1tahun dengan Berat badan < 7 kg dapat diberikan ASI/ susu
formula dengan rendahlaktosa, umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg
dapat diberikan makananpadat atau makanan cair.
b. Pola eliminasi
BAB (frekuensi, banyak, warna dan bau) atau tanpa lendir, darah dapat
mendukung secara makroskopis terhadap kuman penyebab dan cara
penangana lebih lanjut. BAK perlu dikaji untuk output terhadap
kehilangan cairan lewat urine.
c. Pola istirahat
Pada bayi, anak dengan diare kebutuhan istirahat dapat terganggu
karena frekuensi diare yang berlebihan, sehingga menjadi rewel.
d. Pola aktivitas
Klien nampak lemah, gelisah sehingga perlu bantuan sekunder untuk
memenuhi kebutuhan sehari-hari.

8.

Riwayat Kesehatan Keluarga


Meliputi pengkajian pengkajian komposisi keluarga, lingkungan rumah
dan komunitas, pendidikan dan pekerjaan anggota keluarga, fungsi dan
hubungan angota keluarga, kultur dan kepercayaan, perilaku yang
dapat mempengaruhi kesehatan, persepsi keluarga tentang penyakit klien
dan lain-lain.

9.

Pengkajian Fisik
Pengakajian secara umum dilakukan dengan metode head to too yang
meliputi: keadaan umum dan status kesadaran, tanda-tanda vital, area
kepala dan wajah, dada, abdomen, ekstremitas dan genito-urinaria.
Fokus pengkajian pada anak dengan diare adalah penemuan tanda-tanda
yang mungkin didapatkan yang meliputi: penurunan BB, denyut nadi cepat
dan lemah, tekanan darah menurun, mata cekung, mukosa bibir dan mulut
kering, kulit kering dengan turgor berkurang. Dapat ditemukan
peningkatan frekuensi pernapasan, peningkatan peristaltik usus dan adanya
luka lecet sekitar anus
a. Sistem Neurologi

Subyektif, klien tidak sadar, kadang-kadang disertai kejang

Inspeksi, Keadaan umum klien yang diamati mulai pertama kali


bertemu dengan klien. Keadaan sakit diamati apakah berat, sedang,
ringan atau tidak tampak sakit. KeSadaran diamati komposmentis,
apatis, samnolen, delirium, stupor dan koma.

Palpasi, adakah parese, anestesia,

Perkusi, refleks fisiologis dan refleks patologis.

b. Sistem Penginderaan

Subyektif, klien merasa haus, mata berkunang-kunang,

Inspeksi :

Kepala, kesemitiras muka, cephal hematoma (-), caput sucedum


(-), warna dan distibusi rambut serta kondisi kulit kepala kering,
pada neonatus dan bayi ubun-ubun besar tampak cekung.
Mata, Amati mata conjunctiva adakah anemis, sklera adakah
icterus. Reflek mata dan pupil terhadap cahaya, isokor, miosis
atau midriasis. Pada keadaan diare yang lebih lanjut atau syok
hipovolumia reflek pupil (-), mata cowong.
Hidung, pada klien dengan dehidrasi berat dapat menimbulkan
asidosis metabolik sehingga kompensasinya adalah alkalosis
respiratorik untuk mengeluarkan CO2 dan mengambil O2,nampak
adanya pernafasan cuping hidung.
Telinga, adakah infeksi telinga (OMA, OMP) berpengaruh pada
kemungkinaninfeksi parenteal yang pada akhirnya menyebabkan
terjadinya diare (Lab. IKA FKUA, 1984)

Palpasi,
Kepala, Ubun-ubun besar cekung, kulit kepala kering, sedangkan
untuk anak-anak ubun-ubun besar sudah menutup maximal umur
2 tahun.
Mata, tekanan bola mata dapat menurun,
Telinga, nyeri tekan, mastoiditis

c. Sistem Integumen

Subyektif, kulit kering

Inspeksi , kulit kering, sekresi sedikit, selaput mokosa kering

Palpasi, tidak berkeringat, turgor kulit (kekenyalan kulit kembali


dalam 1 detik = dehidrasi ringan, 1-2 detik = dehidrasi sedang dan
> 2 detik = dehidrasi berat (Lab IKA FKUI, 1988).

d. Sistem Kardiovaskuler

Subyektif, badan terasa panas tetapi bagian tangan dan kaki


terasa dingin

Inspeksi, pucat, tekanan vena jugularis menurun, pulasisi ictus


cordis (-), adakah pembesaran jantung, suhu tubuh meningkat.

Palpasi, suhu akral dingin karena perfusi jaringan menurun, heart


rate meningkat karena vasodilatasi pembuluh darah, tahanan
perifer menurun sehingga cardiac output meningkat. Kaji
frekuensi, irama dan kekuatan nadi.

Perkusi, normal redup, ukuran dan bentuk jantung secara kasar


pada kausus diare akut masih dalam batas normal (batas kiri
umumnya tidak lebih dari 4-7 dan 10 cm ke arah kiri dari garis
midsternal pada ruang interkostalis ke 4,5 dan 8.

Auskultasi, pada dehidrasiberat dapat terjadi gangguansirkulasi,


auskulatasi bunyi jantung S1, S2, murmur atau bunyi tambahan
lainnya. Kaji tekanan darah

e. Sistem Pernafasan

Subyektif, sesak atau tidak

Inspeksi, bentuk simetris, ekspansi , retraksi interkostal atau


subcostal. Kaji frekuensi, irama dan tingkat kedalaman
pernafasan, adakah penumpukan sekresi, stridor pernafas inspirasi
atau ekspirasi.

Palpasi, kajik adanya massa, nyeri tekan , kesemitrisan ekspansi,


tacti vremitus (-).

Auskultasi, dengan menggunakan stetoskop kaji suara nafas


vesikuler, intensitas, nada dan durasi. Adakah ronchi, wheezing
untuk mendeteksi adanya penyakit penyerta seperti broncho
pnemonia atau infeksi lainnya.

f. Sistem Pencernaan

Subyektif, Kelaparan, haus

Inspeksi, BAB, konsistensi (cair, padat, lembek), frekuensilebih


dari 3 kali dalam sehari, adakah bau, disertai lendi atau darah.
Kontur permukaan kulit menurun, retraksi (-) dankesemitrisan
abdomen.

Auskultasi, Bising usus (dengan menggunakan diafragma


stetoskope), peristaltik usus meningkat (gurgling) > 5-20 detik
dengan durasi 1 detik.

Perkusi, mendengar aanya gas, cairan atau massa (-), hepar dan
lien tidak membesar suara tymphani.

Palpasi, adakahnyueri tekan, superfisial pemuluh darah, massa


(-). Hepar dan lien tidak teraba.

g. Sistem Perkemihan

Subyektif, kencing sedikit lain dari biasanya

Inspeksi, testis positif pada jenis kelamin laki-laki, apak labio


mayor menutupi labio minor, pembesaran scrotum (-), rambut(-).
BAK frekuensi, warna dan bau serta cara pengeluaran kencing
spontan atau mengunakan alat. Observasi output tiap 24 jam atau
sesuai ketentuan.

Palpasi, adakah pembesaran scrotum,infeksi testis atau femosis.

h. Sistem Muskuloskletal

Subyektif, lemah

Inspeksi, klien tampak lemah, aktivitas menurun

Palpasi, hipotoni, kulit kering , elastisitas menurun. Kemudian


dilanjutkan dengan pengukuran berat badan dan tinggi badan ,
kekuatan otot.

10.

Pemeriksaan Penunjang
1.

Laboratorium

1)

Faeces lengkap
Makroskopis dan mikroskopis (bakteri (+) mis. E. Coli, PH dan
kadar gula, Biakan dan uji resistensi

2)

Pemeriksaan Asam Basa


Analisa Baood Gas Darah dapat menimbulkan Asidosis
metabolik dengan kompensasi alkalosis respiratorik.

3)

Pemeriksaan kadar ureum kreatinin


Untuk mengetahui faali ginjal

4)

Serum elektrolit (Na, K, Ca dan Fosfor)


Pada diare dapat terjadi hiponatremia, hipokalsemia yang
memungkinkan terjadi penuruna kesadaran dan kejang.

11.

Pemeriksaan intubasi duodenum


Terutama untuk diare kronik dapat dideteksi jasad renik atau parasit
secara kualitatif dan kuantitatif.

12.

Pemeriksaan Radiologi
Pemeriksaan radiologi diperlukan kalau ada penyulit atau penyakit
penyerta seperti bronchopnemonia dll seperti foto thorax AP/PA Lateral.

13.

Penatalaksanaan
Rehidrasi
a. Jenis cairan

cara rehidrasi oral : Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan


Glukosa) seperti oralit,pedyalit setiap kali diare, Formula
sederhana (NaCl dan Sukrosa/KH lain) seperti LGG, tajin

cairan parenteral : usia 0-2 hari dengan BB < 2500 D5%, BB >
2500 (aterm) D10%, Usia 2 hari-3 bulan d100,18 NS, Usia 3
bulan- 3 tahun D51/4 NS, Usia > 3 tahun D51/2NS, HSD (Half
Strength Darrow) D1/2 2,5 NS cairan khusus untuk diare > usia 3
bulan.

b. Jalan pemberian

Oral (dehidrasi ringan, sedang dan tanpa dehidrasi, anak mau


minum serta kesadaran baik)

Intragastrik (dehidrasi ringan, sedang, tanpa dehidrasi, anak tidak


mau makan dan kesadaran menurun).

IV line bila dehidrasi berat

c. Jumlah cairan
Jumlah cairan yang diberikan tergantung pada :

Defisit (derajat dehidrasi)

Kehilangan sesaat (concurent loss)

Rumatan (maintenance)

d. Jadwal/ kecepatan
Jadwal atau kecepatan pemberian cairan tergantung pada tingkat
dehidrasi dan umur. Untuk defisit diberikan 3 jampertama dan
dilanjutkan maintenance.
14.

Obat-obatan

Obat anti sekresi : Asetosal, 25 mg/hr dengan dosisminimal 30 mg,


Klorpromasin, 0,5-1 mg/ kg BB/hr

Obat antispasmotiliti
Papaverin, opium. Loperamid

Antibiotik
Penyebab jelas, ada penyakit penyerta

15.

Dietetik
1. Anak < 1 tahun atau > 1 tahun denga BB < 7 kg

Susu ASI/ susu formula dengan laktosa rendah

Makanan setengah padat (bubur susu), makana padat

2. Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg


Makanan padat/ maknan cair/susu
3. Dalam keadaan malabsorbsi berat serta allergi protein susu sapi dapat
diberikan elemental/semi elemental formula.
4. Supportif

Vitamin A 200.000 iu IM

usia < 1 tahun

Vitamin A 100.000 iu IM

usia 1-5 tahun

Vitamin A 5000 iu

usia > 5 tahun

Vitamin A 2.500 iu po

usia < 1 tahun

Vitamin A 5.000 iu po

usia > 1 tahun

Vitamin B kompleks, vit C

B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1.

Kekurangan volume cairan b/d kehilangan berlebihan melalui feses


dan muntah serta intake terbatas (mual).

2.

Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan


absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.

3.

Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.

4.

Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya

5.

Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan


kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah interpretasi
informasi dan atau keterbatasan kognitif.

C. INTERVENSI
1. DX. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan
dengan kehilangan cairan sekunder terhadap diare
Tujuan : Keseimbangan cairan dan elektrolit dapat dipertahankan secara
optimal
Kriteria Hasil :
-

Tanda-tanda vital dalam batas normal


Tanda-tanda dehidrasi (-), turgor kulit elastis, membran mukosa basah,
haluaran urine terkontrol, mata tidak cowong dan ubun-ubun besar

tidak cekung.
Konsistensi BAB liat/lembek dan frekuensi 1 kali dalam sehari
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit BJ urine 1,008-1,010; BUN

dalam batas normal.


Blood Gas Analysis dalam batas normal

Intervensi :
1. Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan (dehidrasi)

Rasional: Penurunan volume cairan bersirkulasi menyebabkan


kekeringan jaringan dan pemekatan urine. Deteksi dini memungkinkan
terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit.
2. Pantau intake dan out put
Rasional : Haluaran dapat melebihi masukan, yang sebelumnya tidak
mencukupi untuk mengkompensasi kehilangan cairan. Dehidrasi dapat
meningkatkan laju filtrasi glomerulus membuat haluaran tak adeguat
untuk membersihkan sesa metabolisme.
3. Timbang BB setiap hari
Rasional : Penimbangan BB harian yang tepat dapat mendeteksi
kehilangan cairan.
4. Penatalaksanaan rehidrasi :
Anjurkan keluarga bersama klien untuk meinum yang banyak (LGG,
oralit atau pedyalit 10 cc/kg BB/mencret
Rasional : Kandungan Na, K dan glukosa dalam LGG, oralit dan
pedyalit mengandung elektrolit sebagai ganti cairan yang hilang secara
peroral. Bula menyebarkan gelombang udara dan mengurangi distensi.
5. Pemberian cairan parenteral (IV line) sesuai dengan umur dan penyulit
(penyakit penyerta)
Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan
sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian
cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah hilang.
6. Kolaborasi :
a. Pemeriksaan serum elektrolit (Na, K dan Ca serta BUN)
Rasional : Serum elektrolit sebagai koreksi keseimbangan cairan
dan elektrolit. BUN untuk mengetahui faali ginjal (kompensasi).
b. Obat-obatan (antisekresi, antispasmolitik dan antibiotik)
Rasional : Antisekresi berfungsi untuk menurunkan sekresi cairan
dan elektrolit untuk keseimbangannya. Antispasmolitik berfungsi
untuk proses absrobsi normal. Antibiotik sebagai antibakteri
berspektrum luas untuk menghambat endoktoksin.
2. DX. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d gangguan
absorbsi nutrien dan peningkatan peristaltik usus.

Tujuan :
Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil :

Nafsu makan baik

BB ideal sesuai dengan umur dan kondisi tubuh

Hasil pemeriksaan laborat protein dalam batas normal (3-5


mg/dalam)

Intervensi :
1. Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet (makanan yang
berserat tinggi, berlemak dan air panas atau dingin)
Rasional : Makanan ini dapat merangsang atau mengiritasi saluran
usus.
2. Timbang BB setiap hari
Rasional : Perubahan berat badan yang menurun menggambarkan
peningkatan kebutuhan kalori, protein dan vitamin.
3. Ciptakan lingkungan yang menyenagkan selama waktu makan dan
bantu sesuai dengan kebutuhan.
Rasional : Nafsu makan dapat dirangsang pada situasi releks dan
menyenangkan.
4. Diskusikan dan jelaskan tentang pentingnya makanan yang sesuai
dengan kesehatan dan peningkatan daya tahan tubuh.
Rasional : Makanan sebagai bahan yang dibutuhkan tubuh untuk
proses metabolisme dan katabolisme serta peningkatan daya tahan
tubuh terutama dalam keadaan sakit. Penjelasan yang diterima dapat
membuka jalan pikiran untuk mencoba dan melaksanakan apa yang
diketahuinya.

5. Kolaborasi :
1. Dietetik

anak , 1 tahun > 1 tahun dengan BB < 7 kg diberi susu (ASI atau
formula rendah laktosa), makan setengah padat/makanan padat.

Rasional : Pada diare dengan usus yang terinfeksi enzim laktose


inaktif sehingga intoleransi laktose.

Umur > 1 tahun dengan BB > 7 kg diberi makan susu/cair dan


padat
Rasional : Makanan cukup gizi dan disesuaikan dengan kondisi
kesehatan.

2.

Rehidrasi parenteral (IV line)


Rasional : Klien yang tidak sadar atau tingkat dehidrasi ringan dan
sedang yang kurang intakenya atau dehidrasi berat perlu pemberian
cairan cepat melalui IV line sebai pengganti cairan yang telah
hilang.

3.

Supporatif (pemberian vitamin A)


Rasional : Vitamin merupakan bagian dari kandungan zat gizi yang
diperlukan tubuh terutama pada bayi untuk proses pertumbuhan.

3. DX.Nyeri (akut) b/d hiperperistaltik, iritasi fisura perirektal.


Tujuan : Nyeri berkurang atau teratasi
Kriteria Hasil:
-

Skala nyeri 0
Wajah tampak rileks
Tanda tanda vital dalam batas normal

Intervensi :
1. Kaji keluhan nyeri (skala 1-10), perubahan karakteristik nyeri,
petunjuk verbal dan non verbal
Rasional : Mengevaluasi perkembangan nyeri untuk menetapkan
intervensi selanjutnya

2. Atur posisi yang nyaman bagi klien, misalnya dengan lutut fleksi.
Rasional : Menurunkan tegangan permukaan abdomen dan
mengurangi nyeri.
3. Lakukan aktivitas pengalihan untuk memberikan rasa nyaman seperti
masase punggung dan kompres hangat abdomen

Rasional : Meningkatkan relaksasi, mengalihkan fokus perhatian


kliendan meningkatkan kemampuan koping.
4. Bersihkan area anorektal dengan sabun ringan dan airsetelah defekasi
dan berikan perawatan kulit
Rasional : Melindungi kulit dari keasaman feses, mencegah iritasi.
5. Kolaborasi pemberian obat analgetika dan atau antikolinergik sesuai
indikasi
Rasional : Analgetik sebagai agen anti nyeri dan antikolinergik untuk
menurunkan spasme traktus GI dapat diberikan sesuai indikasi klinis.
4. DX.Kecemasan keluarga b/d perubahan status kesehatan anaknya
Tujuan

Keluarga mengungkapkan kecemasan berkurang


Kriteria Hasil:
-

Memperlihatkan tanda-tanda kenyamanan

Intervensi

1. Dorong keluarga klien untuk membicarakan kecemasan dan berikan


umpan balik tentang mekanisme koping yang tepat.
Rasional : Membantu mengidentifikasi penyebab kecemasan dan
alternatif pemecahan masalah.
2. Tekankan bahwa kecemasan adalah masalah yang umum terjadi pada
orang tua klien yang anaknya mengalami masalah yang sama.
Rasional : Membantu menurunkan stres dengan mengetahui bahwa
klien bukan satu-satunya orang yang mengalami masalah yang
demikian.
3. Ciptakan lingkungan yang tenang, tunjukkan sikap ramah tamah dan
tulus dalam membantu klien.
Rasional : Mengurangi rangsang eksternal yang dapat memicu
peningkatan kecamasan.

5. DX. Kurang pengetahuan keluarga tentang kondisi, prognosis dan


kebutuhan terapi b/d pemaparan informasi terbatas, salah
interpretasi informasi dan atau keterbatasan kognitif.
Tujuan

Keluarga mengerti dan memahami tentang kondisi, prognosis dan


pengobatan
Kriteria hasil :
-

Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,

kondisi, prognosis dan program pengobatan


Pasien dan keluarga mampu melaksanakan produser yang dijelaskan

secara benar
Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang dijelaskan
perawat/ tim kesehatan lainya

Intervensi

1. Kaji kesiapan keluarga klien mengikuti pembelajaran, termasuk


pengetahuan tentang penyakit dan perawatan anaknya.
Rasional : Efektivitas pembelajaran dipengaruhi oleh kesiapan fisik
dan mental serta latar belakang pengetahuan sebelumnya.
2. Jelaskan tentang proses penyakit anaknya, penyebab dan akibatnya
terhadap gangguan pemenuhan kebutuhan sehari-hari aktivitas seharihari.
Rasional : Pemahaman tentang masalah ini penting untuk
meningkatkan partisipasi keluarga klien dan keluarga dalam proses
perawatan klien.
3. Jelaskan tentang tujuan pemberian obat, dosis, frekuensi dan cara
pemberian serta efek samping yang mungkin timbul.
Rasional : Meningkatkan pemahaman dan partisipasi keluarga klien
dalam pengobatan.
4. Jelaskan dan tunjukkan cara perawatan perineal setelah defekasi.
Rasional : Meningkatkan kemandirian dan kontrol keluarga klien
terhadap kebutuhan perawatan diri anaknya.

Anda mungkin juga menyukai