ASUHAN KEBIDANAN
BENDUNGAN ASI
DI SUSUN OLEH :
WINDARAYU WIDRI ARTI
BAB I
PENDAHULUAN
Pemberian ASI dari awal kelahiran sampai 4-6 bulan akan menjadikan sendi-sendi kehidupan
yang terbaik baginya kelak. ASI juga menjamin bayi tetap sehat dan memulai kehidupannya dalam
cara yang paling sehat. Karena ASI adalah makanan terbaik diawal kehidupan bayi (Soetjiningsih,
1997).
Tingkat pengetahuan ibu yang kurang tentang pemberian PASI mengakibatkan kita lebih
sering melihat bayi diberi susu botol dari pada disusui ibunya, bahkan kita juga sering melihat bayi
yang baru berusia 1 bulan sudah diberi pisang atau nasi lembut sebagai tambahan ASI. Pemberian
susu formula, makanan padat / tambahan yang terlalu dini dapat mengganggu. Pemberian ASI
eksklusif serta meningkatkan angka kesakitan pada bayi. Selain itu tidak ditemukan bukti yang
menyokong bahwa pemberian susu formula, makanan padat / tambahan pada usia 4 atau 5 bulan
lebih menguntungkan. Bahkan sebaliknya, hal ini akan mempunyai dampak yang negatif terhadap
kesehatan bayi dan tidak ada dampak positif untuk perkembangan pertumbuhannya (I Gde
Manuaba, 1998).
BAB II
LANDASAN TEORI
2.1. Definisi
Bendungan air susu karena penyempitan duktuli laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar
tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu.
Pembendungan ASI menurut Pritchar adalah pembendungan air susu karena penyempitan
duktus lakteferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau
karena kelainan pada puting susu. Terjadi kira-kira 3 hari setelah melahirkan.
2.2. Insiden
Berdasarkan hasil survei tahun 2002 oleh Nutrition snd Health di Jawa Tengah tentang
ibu yang memberikan ASI pada bayinya, di perkotaan hanya 1 3 % (1 3 kejadian ASI
dari 100 ibu yang menyusui) dan di pedesaan 2 13 % (2 13 kejadian bendungan ASI
dari 100 ibu yang menyusui)
2.3. Etiologi
Beberapa hal yang dapat menyebabkan bendungan ASI, yaitu:
1. Pengosongan mamae yang tidak sempurna (Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan
produksi ASI pada Ibu yang produksi ASI-nya berlebihan. apabila bayi sudah kenyang
dan selesai menyusu, & payudara tidak dikosongkan, maka masih terdapat sisa ASI di
dalam payudara. Sisa ASI tersebut jika tidak dikeluarkan dapat menimbulkan
bendungan ASI).
2. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif (Pada masa laktasi, bila Ibu tidak menyusukan
bayinya sesering mungkin atau jika bayi tidak aktif mengisap, maka akan
menimbulkan bendungan ASI).
3. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar (Teknik yang salah dalam menyusui
dapat mengakibatkan puting susu menjadi lecet dan menimbulkan rasa nyeri pada saat
bayi menyusu. Akibatnya Ibu tidak mau menyusui bayinya dan terjadi bendungan
ASI).
4. Puting susu terbenam (Puting susu yang terbenam akan menyulitkan bayi dalam
menyusu. Karena bayi tidak dapat menghisap puting dan areola, bayi tidak mau
menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI).
5. Puting susu terlalu panjang (Puting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada
saat bayi menyusu karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus
laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan
bendungan ASI).
(www.fadlie.web.id , 2009)
2.4. Diagnosa
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran
vena limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI
dengan alveoli meningkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap. Payudara
terlihat mengkilap dan puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah
dan bayi sulit menghisap ASI sampai bengkak berkurang.
Tanda dan gejala terjadinya bendungan ASI antara lain (Winkjosastro:2005):
Puting susu bisa mendatar dalam hal ini dapat menyulitkan bayi untuk
menyusu.
2.5 Patofisiologi
Sesudah bayi lahir dan plasenta keluar, kadar estrogen dan progesteron turun dalam 23 hari. Dengan ini faktor hipotalamus yang menghalangi keluarnya pituitary lactogenic
hormone (prolaktin) waktu hamil, dan sangat dipengaruhi oleh estrogen tidak dikeluarkan
lagi, dan terjadi sekresi prolaktin oleh hipofisis. Hormon ini menyebabkan alveolusalveolus kelenjar mammae terisi air susu, tetapi untuk mengeluarkannya dibutuhkan reflek
yang menyebabkan kontraksi sel-sel mio-epitelial yang mengelilingi alveolus dan duktus
kecil kelenjar- kelenjar tersebut. Reflek ini timbul jika bayi menyusu. Pada permulaan nifas
jika bayi belum menyusu dengan baik, atau kemudian bila kelenjar- kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna, terjadi pembendungan air susu. (Winkjosastro:2005)
2.6. Pencegahan
Bendungan ASI dapat dicegah dengan cara-cara berikut:
(www.khaidirmuhaj.blogspot.com : 2009)
Jangan membersihkan puting susu dengan sabun atau zat pembersih lain, bersihkan
hanya dengan air.
Puting dan areola harus kering setelah menyusui (agar tidak menimbulkan sumbatan
pada puting dan areola mamae).
Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa, apabila produksi ASI melebihi
kebutuhan bayi.
2.7. Penanganan
Dapat dilakukan penanganan pada bendungan ASI, antara lain :
(www.khaidirmuhaj.blogspot.com , 2009):
Pada puting susu lecet, ASI dapat dikeluarkan dengan tangan atau pompa.
Mencuci tangan
Mengompres puting dengan kapas minyak dengan kapas minyak selama 3-5
menit.
Sangga payudara dengan satu tangan, tangan yang lain mengurut payudara
dengan sisi kelingking dari arah pangkal ke arah puting, ulangi pada
payudara yang lain.
Sokong payudara kiri dengan tangan kiri, buat gerakan melingkar kecilkecil dengan 2 atau 3 jari tangan kanan, mulai dari pangkal payudara
berakhir pada daerah puting susu dengan arah gerakan spiral.
Pegang payudara dengan tangan kanan, empat jari dibawah, tekan areola
untuk mengeluarkan ASI, dan tampung dalam gelas bersih
Kompres dengan air hangat dan dingin, di mulai air hangat diakhiri air
hangat. Lakukan 15 kali
Membereskan alat
a.
b.
c.
Lakukan pengompresan dengan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah
menyusui untuk mengurangi rasa nyeri
d.
e.
BAB III
ASUHAN KEBIDANAN
PADA IBU P..... POST PARTUM HARI KE ...
DENGAN BENDUNGAN ASI
Tempat Pengkajian
Tanggal/ Waktu
Pengkaji
I.
PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Umur
Pekerjaan = wanita yang bekerja di luar rumah mempunyai kemungkinan lebih besar
menderita bendungan ASI karena interval antar menyusui yang panjang dan
kekurangan waktu pengeluaran ASI yang kuat.
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan telah melahirkan ... hari yang lalu dan mengeluh payudara ibu panas,
bengkak, terasa nyeri dan mengeluarkan ASI hanya sedikit.
3. Riwayat Kesehatan Sekarang
payudara ibu panas, bengkak, terasa nyeri dan mengeluarkan ASI hanya sedikit.
4. Riwayat Kesehatan Dahulu
Ada riwayat menderita bendungan ASI
5. Riwayat Kesehatan Keluarga
6. Riwayat Menstruasi
7. Riwayat Pernikahan
8. Riwayat Obstetri
a. Primipara ditemukan sebagai faktor resiko ( paritas / kehamilan )
b. Melahirkan dengan komplikasi ( persalinan dengan SC )
c. Bayi meninggal / prematur ( BBL )
d. Kesulitan menyusui ( nifas )
e. grandamulti (memiliki anak >5)
9. Riwayat KB
10. Riwayat Persalinan
a. Kala I
Lamanya ... jam (primi: 12,5 jam, multi: 7jam 20 menit), berlangsung normal,
pengeluaran bload slym
b. Kala II
Lamanya ... menit (pada primi: 80 menit, pada multi: 30menit), persalinan spontan, bayi
lahir normal (langsung menangis, gerakan aktif, warna kulit tidak pucat), JK : L/P, berat
badan : > 2500 gr, panjang badan : 45-50 cm,.
c. Kala III
Lamanya < 30 menit plasenta lahir lengkap, berat plasenta 500 gr, panjang tali pusat
50 cm.
d. Kala IV
Berlangsung normal, kontraksi uterus baik perdarahan 100 cc keadaan umum baik,
dilakukan IMD.
11. Pola Kehidupan Sehari- Hari
Aktivitas = aktivitas yang padat dan berat dikaitkan dengan terjadinya bendungan ASI
karena wanita seperti ini tidak mempunyai banyak waktu untuk menyusu.
Istirahat
B Data Objektif
a. Pemeriksaan Umum
Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: composmentis
Tekanan darah
Nadi
: 80 - 100x/mnt
RR
: 16 - 24 x/mnt
Suhu
: 36,5 37,50C
b. Pemeriksaan Fisik
Kepala
Muka
Mata
Hidung
Dada
Perut
Genitalia
Ekstremitas
c..Pemeriksaan penunjang
II. Interprestasi Data Dasar
Dx : Ibu P... hari ke ...
Ds : Ibu mengatakan telah melahirkan ... hari yang lalu dan mengeluh payudara ibu panas,
bengkak, keras, terasa nyeri dan mengeluarkan ASI hanya sedikit.
Do : Keadaan umum
: baik
Kesadaran
: composmentis
Tekanan darah
Nadi
: 80 - 100x/mnt
RR
: 16 - 24 x/mnt
: 36,5 37,50C
Suhu
IV.
V.
Intervensi
1. Jelaskan pada ibu kondisinya saat ini
R/ ibu lebih kooperatif
2. Bantu ibu melakukan perawatan payudara dengan bendungan ASI
R/ mengatasi masalah ibu
3. Beritahu ibu cara merawat payudara yang benar
R/ Mencegah terjadinya masalah pada payudara yang dapat menghambat pemberian ASI
4. Beritahu ibu cara menyusui yang baik dan benar
Implementasi
Sesuai Intervensi
VII.
Evaluasi
Tanngal :
Jam :
- Anjurkan ibu untuk kontrol segera jika ada keluhan lebih lanjut
BAB V
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Bendungan air susu karena penyempitan duktuli laktiferi atau oleh kelenjar-kelenjar tidak
dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu. Pembendungan ASI
menurut Pritchar adalah pembendungan air susu karena penyempitan duktus lakteferi atau oleh
kelenjar-kelenjar tidak dikosongkan dengan sempurna atau karena kelainan pada puting susu.
Terjadi kira-kira 3 hari setelah melahirkan
Pada bendungan, payudara terisi sangat penuh dengan ASI dan cairan jaringan. Aliran vena
limpatik tersumbat, aliran susu menjadi terhambat dan tekanan pada saluran ASI dengan alveoli
meningkat. Payudara menjadi bengkak, merah dan mengkilap. Payudara terlihat mengkilap dan
puting susu teregang menjadi rata. ASI tidak mengalir dengan mudah dan bayi sulit menghisap
ASI sampai bengkak berkurang
Penanganannya dapat dilakukan antara lain melakukan cara menyusui yang benar, puting susu
harus kering, pemberian lanunen dan vitamin E, pada puting susu lecet, ASI dapat dikeluarkan
dengan tangan atau pompa.
5.2 SARAN
Diharapkan bagi tenaga medis terutama bidan agar dapat membantu ibu post partum untuk
menjelaskan cara perawatan payudara secara benar sehingga dapat mengurangi adanya
bendungan asi pada ibu post partum
DAFTAR PUSTAKA
Mochtar, Rustam, 1998, Sinopsis Obstetri : Obstetri Fisiologi, Obstetri Patologi, Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, Sarwono, 2005, Acuan Nasional Pelayanan Maternal dan Neonatal, Jakarta
yayasan Bina Pustaka