Anda di halaman 1dari 11

Pertemuan 8

PSAK 14: Persediaan, dan PSAK 16: Aset Tetap

Kelompok 2
Luh Putu Utami Kartika Dewi

12

Luh Nopia Yudiastuti

14

Anak Agung Ayu Mas Bhuwaneswari

17

Ni Kadek Lisa Rosita Komala Dewi

22

Program Regular 2016/2017

DAFTAR ISI

Halaman Judul................................................................................................................. i
Daftar isi.......................................................................................................................... ii
Peta Konsep.................................................................................................................... 1
Pembahasan.................................................................................................................... 2
1. PSAK 14: Persediaan.............................................................................................. 2
2. PSAK 16: Aset Tetap ......................................................................................... 6
Daftar Referensi

ii

PEMBAHASAN
1. PSAK 14 PERSEDIAAN
Untuk mengatur perlakuan akuntansi untuk persediaan. Permasalahan pokok dalam
akuntansi peresediaan adalah penetuan jumlah biaya yang diakui sebagai aset dan perlakuan
akuntansi selanjutnya atas aset tersebut sampai pendapatan diakui. Pernyataan ini
menyediakan dalam menentukan biaya, pengakuan biaya, nilai realisasi neto dan rumus
biaya. Pernyataan ini tidak diterapkan untuk pengukuran persediaan yang dimiliki oleh:
a)

Produsen produk agrikultur dan kehutanan, hasil agrikultur setelah panen, dan mineral
produk mineral, sepanjang persediaan tersebut diukur pada nilai realisasi neto sesuai
dengan praktik dalam industri tersebut. Jika persediaan diukur dalam nilai realisasi neto,
maka perubahan nilai tersebut diakui dalam laba rugi dalam periode terjadinya.

b)

Pialang pedagang komoditi yang mengukur persediannya pada nilai wajar dikurangi
biaya untuk menjual. Jika persediaan tersebut diukur pada nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual, maka perubahan nilai wajar dikurangi biaya untuk menjual diakui dalam
laba rugi pada periode terjadinya.

Berikut adalah pengertian istilah yang digunakan dalam pernyataan ini:


a) Persediaan adalah aset:
- Tersedia untuk dijual dalam kegiatan biasa
-

Dalam proses produksi untuk proses penjualan tersebut

- Dalam bentuk bahan atau perlengkapan untuk digunakan dalam proses produksi atau
pemberian jasa
b) Nilai realisasi neto
Estimasi harga jual dalam kegiatan usaha biasa dikurangi estimasi biaya penyelesaian
dan estimasi biaya yang diperlukan untuk membuat penjualan.
c)

Nilai wajar
Jumlah suatu aset dipertukarkan, atau liabilitas diselesaikan, antara pihak-pihak
yang berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi yang
wajar.

1. 1 Pengukuran Persediaan
Persediaan diukur berdasarkan biaya perolehan atau nilai realisasi neto, mana yang
lebih rendah.
a. Biaya Persediaan
2

Biaya persediaan harus meliputi semua biaya pembelian, biaya


konversi, dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada dalam kondisi dan
tempat yang siap untuk dijual atau dipakai (present location and condition).
b. Biaya Pembelian
Biaya pembelian persediaan meliputi harga pembelian, bea masuk dan
pajak lainnya (kecuali yang kemudian dapat ditagih kembali oleh perusahaan kepada
kantor pajak), dan biaya pengangkutan, penanganan dan biaya lainnya yang secara
langsung dapat diatribusikan pada perolehan barang jadi, bahan dan jasa. Diskon
dagang (trade discount), rabat dan pos lain yang serupa dikurangkan dalam menentukan
biaya pembelian.
c. Biaya Konversi
Biaya konversi persediaan meliputi biaya yang secara langsung terkait dengan
unit yang diproduksi dan biaya overhead produksi tetap dan variabel yang
dialokasikan secara sistematis, yang terjadi dalam proses konversi bahan menjadi
barang jadi. Pengalokasian biaya overhead produksi tetap ke biaya konversi didasarkan
pada kapasitas normal fasilitas produksi. Kapasitas normal adalah produksi rata-rata
yang diharapkan akan tercapai selama suatu periode atau musim dalam keadaan
normal, dengan memperhitungkan hilangnya kapasitas selama pemeliharaan terencana.
d. Biaya Lain-lain
Biaya lain hanya dibebankan sebagai biaya persediaan sepanjang biaya tersebut
timbul agar persediaan berada dalam kondisi dan tempat yang siap untuk dijual atau
dipakai. Misalnya, dalam keadaan tertentu diperkenankan untuk membebankan biaya
overhead non-produksi atau biaya perancangan produk untuk pelanggan khusus sebagai
biaya persediaan. Beberapa contoh biaya yang dikeluarkan dari biaya persediaan dan
diakui sebagai beban dalam periode terjadinya adalah:
(a) jumlah pemborosan bahan, upah, atau biaya produksi lainnya yang tidak normal;
(b) biaya penyimpanan, kecuali biaya tersebut diperlukan dalam proses produksi sebelum
dilanjutkan pada tahap produksi berikutnya;
(c) biaya administrasi dan umum yang tidak memberikan sumbangan untuk membuat
persediaan berada dalam lokasi dan kondisi sekarang; dan (d) biaya penjualan.
Dalam keadaan tertentu, biaya pinjaman (borrowing costs) dimasukkan sebagai
biaya persediaan sesuai dengan Pernyataan akuntansi keuangan tentang hal tersebut
e. Biaya Persediaan Pemberian Jasa
Biaya persediaan perusahaan jasa terutama meliputi upah dan biaya
personalia lainnya yang secara langsung menangani pemberian jasa, termasuk tenaga
3

penyelia, dan overhead yang diatribusikan. Upah dan biaya lainnya yang menyangkut
personalia penjualan serta administrasi umum tidak termasuk sebagai biaya persediaan,
tapi diakui sebagai beban pada periode terjadinya.
f. Teknik Pengukuran Biaya
Metode biaya standar atau metode eceran, demi kemudahan dapat digunakan
jika hasilnya mendekati biaya. Biaya standar memperhitungkat tingkat normal
penggunaan bahan dan perlengkapan, tenaga kerja, efisiensi dan utilitas kapasitas.
Metode eceran seringkali digunakan dalam industri eceran untuk mengukur
persediaan yang variasinya demikian banyak dan cepat berubah, serta memiliki
marjin yang sehingga tidak praktis menggunakan metode penetapan biaya lainnya.
g. Rumus Biaya
Biaya persediaan yang secara umum tidak dapat ditukar dengan persediaan
lain dan barang atau jasa yang dihasilkan dan dipisahkan untuk proyek tertentu
diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya masing-masing.
Biaya persediaan, kecuali yang ditulis dalam paragraf sebelumnya, harus dihitung
dengan menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP) atau ratarata tertimbang.
Entitas menggunakan rumus biaya yang sama terhadap semua persediaan yang
memiliki sifat dan kegunaan yang sama. Untuk persediaan yang memiliki sifat dan
kegunaan yang berbeda, rumus biaya yang berbeda diperkenankan. Formula MPKP
mengasumsikan unit persediaan yang pertama dibeli akan dijual atau digunakan
terlebih dahulu sehingga unit yang tertinggal dalam persediaan akhir adalah yang
dibeli atau diproduksi kemudian. Dalam rumus biaya rata-rata tertimbang, biaya
setiap unit ditentukan berdasarkan biaya rata-rata tertimbang dari unit yang serupa
pada awal periode dan biaya unit yang serupa yang dibeli atau diproduksi selama
suatu periode.
h. Nilai Realisasi Neto
Praktik penurunan nilai persediaan dibawah biaya perolehan menjadi nilai
realisasi neto konsisten dengan pandangan bahwa aset seharusnya tidak dinyatakan
melebihi perkiraan jumlah yang dapat direalisasi dari penjualan atau penggunaanya.
Nilai persediaan biasanya diturunkan ke nilai realisasi neto secara terpisah untuk
setiap unit dalam persediaan, namun ada yang dalam kelompok unit yang serupa atau
berkaitan.
Estimasi nilai realisasi neto mempertimbangkan fluktuasi harga atau biaya
yang langsung terkait dengan peristiwa yang terjadi setelah akhir periode sepanjang
peristiwa tersebut menegaskan kondisi yang ada pada akhir periode, dan juga
4

mempertimbangkan tujuan pengadaan persediaan yang dimiliki. Suatu penilaian baru


dilakukan atas nilai realisasi neto pada setiap periode berikutnya. Ketika terdapat
bukti yang jelas terhadap peningkatan nilai realisasi neto karena perubahan keadaan
ekonomi, maka jumlah penurunan nilai harus dibalik sehingga jumlah tercatan yang
baru dari persediaan adalah yang terendah dari persediaan yang dicatat sebesar nilai
realisasi neto yang telah direvisi.
i. Pengakuan Sebagai Beban
Jika persediaan dijual, maka jumlah tercatat prsediaan tersebut diakui sebagai
beban pada periode diakuinya pendapatan atas penjualan tersebut. Setiap penurunan
nilai persediaan dibawah biaya perolehan menjadi nilai realisasi neto dan seluruh
kerugian persediaan diakui sebagai beban pada periode terjadinya penurunan atau
kerugian tersebut. Setiap pemulihan kembali penurunan nilai persediaan karena
peningkatan kembali nilai realisasi neto. Diakui sebagai pengurangan terhadap
jumlah beban persediaan pada periode terjadinya pemulihan tersebut. Beberapa
persediaan dapat dialokasikan ke pos aset lainnya.
1. 2

Pengungkapan

Laporan keuangan mengungkapkan:


a. Kebijakan akuntansi yang digunakan dalam pengukuran persediaan, termasuk rumus
biaya yang digunakan
b. Total jumlah tercatat persediaan dan jumlah tercatat menurut klasifikasi yang sesuai
bagi entitas
c. Jumlah tercatat persediaan dan jumlah dicatat dengan nilai wajar dikurangi biaya
untuk menjual
d. Jumlah persediaan yang diakui sebagai beban selama periode berjalan
e. Jumlah setiap penurunan nilai yang diakui sebagai pengurang jumlah persediaan yang
diakui sebagai beban dalam periode berjalan
f. Jumlah dari setiap pemulihan dari setiap penurunan nilai yang diakui sebagai
pengurang jumlah persediaan yang diakui sebagai beban dalam periode berjalan
g. Kondisi atau peristiwa penyebab terjadinya pemulihan nilai persediaan yang
diturunkan
h. Jumlah tercatat persediaan yang diperuntukkan sebagai jaminan liabilitas
i. Beberapa entitas mengadopsi suatu format laba rugi yang mengakibatkan jumlah yang
diungkapkan adalah selain biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama
periode yang bersangkutan. Dalam kasus ini, entitas mengungkapkan biaya yang
diakui sebgai beban untuk bahan baku dan bahan habis pakai, biaya tenaga kerja, dan
5

biaya lainnya bersama-sama dengan perubahan jumlah neto persediaan pada periode
tersebut.
Biaya persediaan yang diakui sebagai beban selama periode meliputi biaya yang
sebelumnya temasuk dalam pengukuran barang dalam persediaan yang telah dijual dan biaya
overhead produksi yang tidak teralokasikan serta jumlah abnormal biaya produksi
persediaan.. Persediaan harus diukur berdasarkan biaya atau nilai realisasi bersih, mana yang
lebih rendah (the lower of cost and net realizable value). Biaya persediaan harus meliputi
semua biaya pembehan, biaya konversi dan biaya lain yang timbul sampai persediaan berada
dalam kondisi dan tempat yang slap untuk dijual atau dipakai (present location and
condition). Biaya persediaan untuk barang yang lazimnya tidak dapat diganti dengan barang
lain (not ordinary interchangeable) dan barang serta jasa yang dihasilkan dan dipisahkan
untuk projek khusus harus diperhitungkan berdasarkan identifikasi khusus terhadap biayanya
masing-masing.
Biaya persediaan, kecuali yang disebut dalam paragraf 40, harus dihitung dengan
menggunakan rumus biaya masuk pertama keluar pertama (MPKP atau FIFO), rata-rata
tertimbang (weighted average cost method), atau masuk terakhir keluar pertama (MTKP atau
LIFO). Jika barang dalam persediaan dijual, maka nilai tercatat persediaan tersebut harus
diakui sebagai beban pada periode di mana pendapatan atas penjualan tersebut diakui.
2. PSAK 16 ASET TETAP
Aset tetap seringkali

merupakan komponen yang signifikan dalam Neraca

Perusahaan. Aset Tetap bersifat tangible dan digunakan dalam jangka panjang. Dalam PSAK
16 definisi Aset tetap adalah aset berwujud yang:
a. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk
direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administratif; dan
b. Diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
2.1 Pengakuan Aset Tetap
Biaya perolehan aset tetap harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika :
a. Besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut
akan mengalir ke entitas; dan
b. Biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
c. Suku cadang dan peralatan pemeliharaan (service equipment) biasanya dicatat sebagai
persediaan dan diakui dalam laba rugi pada saat dikonsumsi. Namun, suku cadang
utama dan peralatan siap pakai memenuhi kriteria aset tetap ketika entitas
memperkirakan akan menggunakan aset tersebut lebih dari satu periode. Sama halnya
6

suku cadang dan peralatan pemeliharaan yang hanya bisa digunakan untuk aset tetap
tertentu, juga dicatat sebagai aset tetap.
Entitas harus mengevaluasi berdasarkan prinsip pengakuan ini terhadap semua
biaya perolehan aset tetap pada saat terjadinya. Biaya-biaya tersebut termasuk biaya awal
untuk memperoleh atau mengkonstruksi aset tetap dan biaya-biaya selanjutnya yang
timbul untuk menambah, mengganti, atau memperbaikinya.
2.2 Pengukuran
(1) Pengukuran awal
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset tetap pada
awalnya harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap terdiri dari:
a. Purchase Price
Harga perolehan, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak boleh
dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan lain;
b. Directly Attributable Cost
Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset ke
lokasi dan kondisi diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan keinginan dan
maksud manajemen
c. Dismantling Cost
Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi
aset. Kewajiban atas biaya tersebut timbul:
a. Ketika aset tersebut diperoleh, atau
b. Karena entitas menggunakan aset tersebut selama periode tertentu untuk
tujuan selain untuk menghasilkan persediaan.
2) Pengukuran Setelah Pengakuan Awal
Entitas memilih model biaya atau model revaluasi sebagai kebijakan akuntansinya
dan menerapkan kebijakan tersebut terhadap seluruh aset tetap dalam kelompok yang sama.
a. Model Biaya (Cost Model)
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap dicatat sebesar biaya perolehan
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai aset.
b. Model Revaluasi (Revaluation Model)
Setelah diakui sebagai aset, aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara
andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi
setelah tanggal revaluasi. Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup
reguler untuk memastikan jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah
yang ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada akhir periode pelaporan.
3) Penentuan Nilai Wajar
7

a.

Nilai wajar tanah dan bangunan biasanya ditentukan melalui penilaian yang

b.

dilakukan oleh penilai yang memiliki kualifikasi profesional berdasarkan bukti pasar.
Nilai wajar pabrik dan peralatan biasanya mengunakan nilai pasar yang ditentukan

c.

penilai.
Jika tidak ada pasar yang dapat dijadikan dasar penentuan nilai wajar karena sifat
aset tetap yang khusus dan jarang diperjual-belikan, kecuali sebagai bagian dari
bisnis yang berkelanjutan, maka entitas mungkin perlu mengestimasi nilai wajar
menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya pengganti yang telah disusutkan
(depreciated replacement cost approach).

4) Frekuensi Penilaian
a. Frekuensi revaluasi tergantung perubahan nilai wajar dari asset tetap yang direvaluasi.
b. Jika nilai wajar dari asset yang direvaluasi berbeda secara material dari jumlah
tercatatnya, maka revaluasi lanjutan perlu dilakukan.
c. Beberapa asset tetap mengalami perubahan nilai wajar secara signifikan dan fluktuatif,
sehingga perlu direvaluasi secara tahunan.
d. Revaluasi tahunan tidak perlu dilakukan apabila perubahan nilai wajar tidak signifikan.
e. Namun, asset tersebut mungkin perlu direvaluasi setiap tiga atau lima tahun sekali.
Revaluasi harus dilakukan secara regular untuk memastikan jumlah tercatat tidak
berbeda secara material dengan nilai wajar pada tanggal neraca. Jika suatu aset tetap
direvaluasi, maka akumulasi penyusutan pada tanggal revaluasi diperlakukan dengan salah
satu cara berikut ini:
a. disajikan kembali secara porposional dengan perubahan dalam jumlah tercatat bruto
aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama dengan jumlah revaluasiannya.
Metode ini sering digunakan apabila aset direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk
menentukan biaya pengganti yang telah disusutkan.
b. dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto aset dan jumlah tercatat neto setelah eliminasi
disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset tersebut. Metode ini sering
digunakan untuk bangunan.
5) Penyusutan (Depresiasi)
Penyusutan adalah alokasi sistematis jumlah yang dapat disusutkan (depreciable
amount) dari suatu aset selama umur manfaatnya (useful life). Setiap bagian dari aset tetap
yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan terhadap total biaya perolehan seluruh aset
harus disusutkan secara terpisah. Entitas mengalokasikan jumlah pengakuan awal aset pada
bagian aset tetap yang signifikan dan menyusutkan secara terpisah setiap bagian tersebut.
Umur manfaat aset ditentukan berdasarkan kegunaan yang diharapkan oleh entitas.
Kebijakan manajemen aset suatu entitas dapat meliputi pelepasan aset yang bersangkutan
8

setelah jangka waktu tertentu atau setelah pemanfaatan sejumlah proporsi tertentu dari
manfaat ekonomik masa depan yang melekat pada aset.
6) Metode Penyusutan
Metode penyusutan yang biasa digunakan adalah sebagai berikut:
a. Garis Lurus
Menghasilkan pembebanan yang tetap sepanjang umur manfaat selagi nilai residu
tidak berubah
b. Saldo Menurun
Menghasilkan pembebanan yang menurun sepanjang umur manfaat
7) Penurunan Nilai
PSAK 48 menetapkan bahwa: rugi penurunan nilai diakui jika jumlah tercatat asset
melebihi jumlah terpulihkan. Rugi penurunan nilai adalah suatu jumlah yang merupakan
selisih lebih nilai tercatat suatu aset atau unit penghasil kas atas jumlah terpulihkannya.
Jumlah tercatat adalah jumlah yang diakui untuk suatu asset setelah dikurangi akumulasi
penyusutan (amortisasi) dan akumulasi rugi penurunan nilai. Jumlah terpulihkan suatu asset
atau unit penghasil kas adalah jumlah yang lebih tinggi antara nilai wajarnya dikurangi biaya
penjualan dan nilai pakainya.
2.3

Pengungkapan

Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap:


a.
b.
c.
d.

dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;


metode penyusutan yang digunakan;
umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan akumulasi rugi

penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan


e. rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
penambahan aset diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk dalam
kelompok lepasan yang diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual sesuai PSAK 58
(revisi 2009): Aset Tidak Lancar yang Dimiliki untuk Dijual dan Operasi yang
Dihentikan dan pelepasan lainnya; akuisisi melalui kombinasi bisnis; peningkatan atau
penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39, dan 40 serta dari rugi penurunan
nilai yang diakui atau dijurnal balik dalam pendapatan komprehensif lain sesuai PSAK
No. 48 (revisi 2009.
Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal berikut diungkapkan:
a. tanggal efektif revaluasi;
b. apakah penilai independen dilibatkan;
c. metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar aset;
9

d. penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung berdasarkan
harga terobservasi (observable prices) dalam suatu pasar aktif atau transaksi pasar
terakhir yang wajar atau diestimasi menggunakan teknik penilaian lainnya;
e. untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut dicatat
dengan model biaya; dan
f. surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan pembatasanpembatasan distribusi kepada pemegang saham.

10

Anda mungkin juga menyukai