Anda di halaman 1dari 22

PRE PLANNING

TERAPI BERMAIN PADA ANAK USIA SEKOLAH ( 6 12 TAHUN )


DENGAN PERMAINAN ULAR TANGGA
DI RUANG II RST Dr REKSODIWIRYO PADANG

OLEH :
KELOMPOK O 2015
Aulia Rahman, S.Kep

Naldia, S.Kep

Beta Awalia, S.Kep

Ratika Yuzallia, S.Kep

Dian Paramitha, S.Kep

Reza S. Maryam, S.Kep

Dwi Anggraini, S.Kep

Trisnawati Siska, S.Kep

Febrina Muslimah, S.Kep

Welnita, S.Kep

Lentra Geotira S, S.Kep

Windari Sabella, S.Kep

Martha Hidya, S.Kep

PRAKTEK PROFESI KEPERAWATAN ANAK


PROGRAM STUDI PROFESI NERS
FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERITAS ANDALAS
2016

PRE PLANNING

Bidang studi
Topik

: Keperawatan anak

: Terapi bermain pada anak usia sekolah (6 12 tahun) dengan

permainan ular
tangga.
Sasaran

: Pasien anak usia sekolah (usia 6 12 tahun) yang sedang


menjalani hospitalisasi di ruangan II RST Dr Reksodiwiryo

Padang
Tempat

: Ruangan terapi bermain Ruang II RST Dr Reksodiwiryo Padang

Hari / Tanggal

: Sabtu / 4 Juni 2016

Waktu

: 10.00-11.00 WIB

A. Latar Belakang
Hospitalisasi pada anak merupakan proses karena suatu alasan yang
berencana atau darurat mengharuskan anak untuk tinggal di rumah sakit
menjalani terapi dan perawatan sampai pemulangan kembali kerumah
(Supartini, 2004). Selama proses tersebut, anak dapat mengalami
berbagai kejadian yang menunjukkan pengalaman yang sangat trauma
dan penuh dengan stress (Nursalam, 2005).
Menurut June (2004, dikutip dari Sari 2014), dampak hospitalisasi pada
anak usia prasekolah dan usia sekolah yaitu sering menolak makan,
sering bertanya, menangis perlahan, tidak kooperatif terhadap petugas

kesehatan, anak sering merasa cemas, ketakutan, tidak yakin, kurang


percaya diri, atau merasa tidak cukup terlindungi dan merasa tidak aman.
Menurut Smith (2004, dikutip dari Sari 2014) hampir 4 juta anak
didunia dalam setahun mengalami hospitalisasi, 6% diantaranya anak
usia pra sekolah dan 20% anak usia sekolah. Berdasarkan Survei Ekonomi
Nasional (2010), jumlah anak usia prasekolah di Indonesia sebesar 72%
dari jumlah total penduduk Indonesia, dan diperkirakan 35 per 100 anak
menjalani hospitalisasi dan 45% diantaranya mengalami kecemasan.
Respon kecemasan yang sering dialami anak seperti menangis dan takut
pada orang yang baru dikenalnya.
Perawat

anak

mempunyai

peran

penting

dalam

menurunkan

kecemasan anak yang mengalami hospitalisasi. Sehingga anak akan


berperilaku lebih kooperatif. Media paling efektif yang dapat dilakukan
perawat adalah terapi bermain (Supartini, 2004). Bermain adalah unsur
yang paling penting untuk perkembangan anak baik fisik, emosi, mental,
intelektual, kreativitas dan sosial. Anak yang mendapat kesempatan
cukup untuk bermain akan menjadi orang dewasa yang mudah berteman,
kreatif dan cerdas bila dibandingkan dengan mereka yang masa kecilnya
kurang mendapat kesempatan bermain (Soetjiningsih, 2004).
Terapi bermain adalah bagian perawatan pada anak yang merupakan
salah

satu

intervensi

yang

efektif

bagi

anak

untuk

menurunkan

kecemasan. Terapi bermain merupakan suatu kegiatan pada asuhan


keperawatan yang sangat penting untuk mengurangi efek hospitalisasi
bagi pertumbuhan dan perkembangan anak selanjutnya (Nursalam,
2005). Supartini (2004) menambahkan melalui kegiatan bermain, anak
dapat mengalihkan rasa sakitnya pada permainannya (distraksi) dan
relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Pada usia pra sekolah dan usia sekolah, anak sudah mampu
mengembangkan
diperlukan

kreatifitasnya

permainan

menyamakan

dan

yang

dan

dapat

membedakan,

sosialisasi

sehingga

mengembangkan
kemampuan

sangat

kemampuan
berbahasa,

mengembangkan

kecerdasan,

menumbuhkan

sportifitas,

mengembangkan koordinasi motorik, mengembangkan dan mengontrol


emosi, motorik kasar dan halus, memperkenalkan pengertian yang
bersifat ilmu pengetahuan dan memperkenalkan suasana kompetisi serta
gotong royong. Sehingga jenis permainan yang dapat digunakan pada
usia ini seperti benda-benda di sekitar rumah, buku gambar, majalah
anak-anak, alat gambar, kertas untuk belajar melipat, gunting dan air.
Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan oleh 2 orang atau
lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan di beberapa kotak digambar
sejumlah "tangga" atau "ular" yang menghubungkannya dengan kotak lain. Dalam permainan
ular tangga edukatif ini, kelompok memodifikasi papan ular tangga menjadi kotak kotak
yang berisi gambar gambar edukatif untuk membantu pengembangan intelektual anak.
Berdasarkan hasil observasi pada tanggal 31 Mei 2016 di ruang II RST
Dr Reksodiwiryo Padang didapatkan jumlah anak yang dirawat sebanyak 6
orang, diantaranya merupakan anak usia sekolah. Anak yang menjalani
hospitalisasi di ruang II pada umumnya takut dengan petugas kesehatan,
menangis dan menjerit saat dilakukan tindakan invasif.
Maka dari fenomena diatas terapi bermain ular tangga dapat dijadikan
alternatif sebagai permainan yang dilakukan anak, agar selama anak
menjalani hospitalisasi kebutuhannya tetap terpenuhi. Sehingga anak
tidak mengalami cemas dan trauma terhadap lingkungan rumah sakit.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Setelah dilakukan terapi bermain, dapat mengurangi kecemasan pada
anak yang sedang menjalani hospitalisasi.

2. Tujuan Khusus
a) Bagi anak
Dapat membantu anak mengatur strategi dan kecermatan.

Dapat

membantu

anak

mengembangkan

imajinasi

dan

mengingat peraturan permainan


Dapat membantu anak berlatih bersosialisasi
Dapat membantu anak berlatih bersikap sportif
Dapat membantu anak mengurangi kecemasan dan ketegangan
pada anak
Dapat membantu
menghitung

anak

langkah

belajar

pada

pramatematika

permainan

ular

yaitu

saat

tangga

dan

menghitung titik titik yang terdapat pada dadu.


b) Bagi perawat:
Agar perawat mengetahui permainan anak sesuai dengan tahap

perkembangan.
Membangun trust antara pasien anak dan perawat.
Mampu mengaplikasikan teori terapi bermain pada anak.
Agar perawat mengetahui perkembangan anak.
Melatih kreativitas perawat dalam menentukan jenis permainan
yang tepat bagi anak sesuai tahap perkembangan.

C. Materi
( Terlampir )
D. Pelaksanaan
a. Topik
Terapi bermain ular tangga pada anak usia sekolah (usia 6 12 tahun)
b. Sasaran
1) Sasaran Umum
Pasien anak yang menjalani hospitalisasi di ruangan II RST Dr
Reksodiwiryo Padang
2) Sasaran Khusus
Pasien anak dengan usia sekolah (usia 6 12 tahun), dengan
target jumlah anak 6 orang.
No
1
2

Nama

Umur

Diagnosa

3
4
5
c. Metode
Demonstrasi
d. Media dan Alat
1. Papan Ular Tangga
2. Dadu
3. Name tage anak
e. Waktu dan Tempat
Hari/Tanggal
: Sabtu, 3 Juni 2016
Pukul
: 10.00-11.00 WIB
Tempat
: Ruangan terapi bermain Ruangan II RST Dr Reksodiwiryo
Padang
f. Pengorganisasian
Leader

: Lentra Geotira Syara

Co Leader

: Windari Sabella

Observer

: Naldia
Dian Paramitha
Ratika Yuzallia
Dwi Anggraini
Beta Awalia
Trisnawati Siska

Fasilitator

: Aulia Rahman
Reza S Maryam
Martha Hidya
Welnita

Dokumentator

: Febrina Muslimah

g. Setting Tempat

F
O

M
F
F

M
F

Keterangan :
P

: Pembimbing

: Fasilitator

: Leader

: Observer

: Co Leader

: Peserta

: Media

h. Uraian Tugas
1. Leader

Mendemonstrasikan terapi bermain.

Mengevaluasi

peserta

diberikan.
2. Co Leader
a. Pada acara pembukaan

Membuka acara.

tentang

terapi

bermain

yang

Memperkenalkan mahasiswa dan dosen pembimbing.

Menjelaskan topik dan tujuan terapi bermain.

Menjelaskan kontrak waktu

Menjelaskan tata tertib terapi bermain.

b. Kegiatan Inti

Meminta

peserta

memberikan

pendapat

tentang

terapi

bermain yang telah diberikan.


c. Pada acara penutup

Menyimpulkan dan menutup terapi bermain.

Mengucapkan salam.

3. Fasilitator

Memotivasi peserta agar berperan aktif.

Membuat absensi terapi bermain.

Mengantisipasi suasana yang dapat mengganggu kegiatan.


4. Observer

Mengawasi dan memantau anak selama proses terapi bermain dan


memperhatikan DDST anak.

Mengawasi proses pelaksanaan kegiatan dari awal sampai akhir.

Membuat laporan terapi bermain yang telah dilaksanakan.


5. Dokumentator
Mendokumentasikan kegiatan terapi bermain yang dilakukan.
E. Kegiatan Terapi Bermain
N
o
1.

Pelaksa

Kegiatan

na
Co
Leader

Kegiatan Sasaran

Pembukaan
-

Memberi salam

Memperkenalkan

Wakt
u
5

Menjawab
salam

menit

anggota kelompok
-

Memperkenalkan

dan

Pembimbing Klinik
dan Pembimbing

memperhatikan
-

Akademik
-

Mendengarkan

Mendengarkan
dan

Menjelaskan

memperhatikan

tentang topik dari


terapi bermain
-

Menjelaskan dan

dan

membuat kontrak
waktu, tujuan dan

2.

Mendengarkan
memperhatikan

Mendengarkan

tata tertib terapi

dan

bermain

memperhatikan

Mengajak
sasaran untuk

Leader

memperkenalkan diri

(nama dan umur)


Pelaksanaan
-

Memperkenalka
n diri dengan

50

menyebutkan

menit

nama dan umur

Mengkaji
pengetahuan
audiens tentang

terapi bermain ular

Mengemukakan
pendapat

tangga
-

Memberi
reinforcement (+)

Mengkaji
pengetahuan
audiens tentang
manfaat bermain
ular tangga

Mengemukakan
pendapat

Memberi

Mendengarkan

Mendengarkan

reinforcement (+)
3.

Menjelaskan cara
bermain ular tangga

Co
leader

kepada audiens
-

dan

Mendemonstrasi

memperhatikan

kan cara bermain

ular tangga kepada

menit

audiens
-

Memberi
reinforcement (+)
-

pendapat

Penutup
-

Mengemukakan

Memberi
kesempatan audiens
untuk mengulang
manfaat bermain
ular tangga

Memberi
reinforcement (+)

Bersama peserta
menyimpulkan

Mendengarkan
dan

permainan

memperhatikan
Rencana Tindak
Lanjut:
-

Menjelaskan
manfaat permainan
setelah anak selesai
menjalani
hospitalisasi

Menjawab
salam

Menutup dengan

salam

F. Evaluasi
1. Evaluasi struktur
a)

75 % atau lebih peserta menghadiri terapi bermain.

b)

Alat dan media sesuai dengan rencana.

c)

Peran

dan

fungsi

masing-masing

sesuai

dengan

yang

direncanakan.
2. Evaluasi proses
a)

Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan waktu yang direncanakan.

b)

Peserta terapi bermain mengikuti kegiatan dari awal sampai


akhir.

c)

Peserta berperan aktif dalam terapi bermain.

3. Evaluasi hasil
Setelah diberikan terapi bermain diharapkan 75% peserta mampu :
a) mengembangkan kemampuan bahasa dan kognitif
b) mengembangkan kemampuan mengontrol emosi
c) meengembangkan sikap sosial pada anak

Lampiran Materi

Terapi Bermain Ular Tangga


1. Konsep Teori Bermain
a. Pengertian
Bermain adalah

cerminan

kemampuan

fisik,

intelektual,

emosional dan sosial dan bermain merupakan media yang baik untuk
belajar karena dengan bermain, anak akan berkata-kata, belajar
menyesuaikan diri dengan lingkungan melakukan apa yang dapat
dilakukan, dan mengenal waktu, jarak, serta suara (Wong, 2000).
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa,

dan

merupakan aspek terpenting dalam kehidupan anak serta merupakan


satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada anak, dan
penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell
dan Glaser, 2005).
b. Fungsi
1) Perkembangan Sensori
Memperbaiki keterampilan

motorik

kasar

dan

halus

serta

koordinasi
Meningkatkan perkembangan semua indra
Mendorong eksplorasi pada sifat fisik dunia
Memberikan pelampiasan kelebihan energy
2) Perkembangan yang intelektual
Memberikan sumber sumber yang beraneka ragam untuk

pembelajaran
Eksplorasi dan manipulasi bentuk, ukuran, tekstur, warna.
Pengalaman dengan angka, hubungan yang renggang, konsep

abstrak
Kesempatan untuk mempraktikan dan memperluas keterampilan
berbahasa

Memberikan kesempatan untuk melatih masa lalu dalam upaya

mengasimilasinya kedalam persepsi dan hubungan baru


Membantu anak memahami dunia dimana mereka hidup dan

membedakan antara fantasi dan realita.


3) Perkembangan sosialisasi dan moral
Mengajarkan peran orang dewasa, termasuk perilaku peran seks.
Memberikan kesempatan untuk menguji hubungan
Mengembangkan keterampilan sosial
Mendorong interaksi dan perkembangan sikap positif terhadap
orang lain.
Menguatkan pola perilaku yang telah disetujui standar moral.
4) Kreativitas
Memberikan saluran ekspresif untuk ide dan minat kreatif
Memungkinkan fantasi dan imajinasi
Meningkatkan perkembangan bakat dan minat khusus
5) Kesadaran diri
Memudahkan perkembangan identitas diri
Mendorong pengaturan perilaku sendiri
Memungkinkan pengujian pada kemampuan sendiri (keahlian

sendiri)
Memberikan perbandingan antara kemampuasn sendiri dan

kemampuan orang lain.


Memungkinkan kesempatan untuk belajar bagaimana perilaku

sendiri dapat mempengaruhi orang lain


6) Nilai Teraupetik
Memberikan pelepasan stress dan ketegangan
Memungkinkan ekspresi emosi dan pelepasan impuls yang tidak

dapat diterima dalam bentuk yang secara sosial dapat diterima


Mendorong percobaan dan pengujian situasi yang menakutkan

dengan cara yang aman.


Memudahkan komunikasi verbal tidak langsung dan non verbal
tentang kebutuhan, rasa takut, dan keinginan.

c. Tujuan
1) Untuk melanjutkan tumbuh kembang yg normal pada saat sakit.
Pada saat sakit anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya.
2) Mengekspresikan perasaan, keinginan, dan fantasi serta ide-idenya.

Permainan

adalah

media

yang

sangat

efektif

untuk

mengsekspresikan berbagai perasaan yang tidak menyenangkan.


3) Mengembangkan kreativitas dan kemampuan memecahkan
masalah.
4) Permainan akan menstimulasi daya pikir, imajinasi, dan fantasinya
untuk mencipakan sesuatu seperti yang ada dalam pikirannya.
5) Dapat beradaptasi secara efektif thp stres karena sakit dan di rawat
di RS.
d. Prinsip prinsip Bermain
Menurut Soetjiningsih (1995) bahwa ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan agar aktifitas bermain bisa menjadi stimulus yang efektif :
1) Perlu ekstra energy
Bermain memerlukan energi yang cukup sehingga anak
memerlukan nutrisi yang memadai. Asupan atau intake yang kurang
dapat menurunkan gairah anak. Anak yang sehat memerlukan
aktifitas bermain yang bervariasi, baik bermain aktif maupun
bermain pasif.Pada anak yang sakit keinginan untuk bermain
umumnya menurun karena energi yang ada dugunakan untuk
mengatasi penyakitnya.
2) Waktu yang cukup
Anak harus mempunyai cukup waktu untuk bermain sehingga
stimulus yang diberikan dapat optimal. Selain itu, anak akan
mempunyai kesempatan yang cukup untuk mengenal alat-alat
permainannya.
3) Alat permainan
Alat permainan yang digunakan harus disesuaikan dengan usia dan
tahap perkembangan anak. Orang tua hendaknya memperhatikan
hal ini sehingga alat permainan yang diberikan dapat berfungsi
dengan benar dan mempunyai unsur edukatif bagi anak.
4) Ruang untuk bermain
Aktifitas bermain dapat dilakukan di mana saja, di ruang tamu, di
halaman, bahkan di ruang tidur. Diperlukan suatu ruangan atau
tempat khusus untuk bermain bila memungkinkan, di mana

ruangan tersebut sekaligus juga dapat menjadi tempat untuk


menyimpan permainannya.
5) Pengetahuan cara bermain
Anak belajar bermain dari mencoba-coba sendiri, meniru temantemannya, atau diberitahu oleh orang tuanya. Cara yang terahkir
adalah yang terbaik karena anak lebih terarah dan berkembang
pengetahuannya dalam menggunakan alat permainan tersebut.
Orang tua yang tidak pernah mengetahui cara bermain dari alat
permainan yang diberikan, umumnya membuat hubungannya
dengan anak cenderung menjadi kurang hangat.
6) Teman bermain
Dalam bermain, anak memerlukan teman, bisa teman sebaya,
saudara, atau orang tuanya. Ada saat-saat tertentu di mana anak
bermain sendiri agar dapat menemukan kebutuhannya sendiri.
Bermain yang dilakukan bersama orang tuanya akan mengakrabkan
hubungan dan sekaligus memberikan kesempatan kepada orang tua
untuk mengetahui setiap kelainan yang dialami oleh anaknya.
Teman diperlukan untuk mengembangkan sosislisasi anak dan
membantu anak dalam memahami perbedaan.
e. Faktor yang mempengaruhi
1) Tahap perkembangan anak
Aktivitas bermain yang tepat harus

sesuai dengan tahapan

pertumbuhan dan perkembangan anak. Orang tua dan Perawat


harus mengetahui dan memberikan jenis permainan yang tepat
untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
2) Status kesehatan anak
Aktivitas bermain memerlukan energi maka Perawat harus
mengetahui kondisi anak pada saat sakit dan jeli memilihkan
permainan yang dapat dilakukan anak sesuai dengan prinsip
bermain pada anak yang sedang dirawat di RS.
3) Jenis kelamin
Pada dasarnya dalam melakukan aktifitas

bermain

tidak

membedakan jenis kelamin laki-laki atau perempuan namun ada

pendapat yang diyakini bahwa permainan adalah salah satu alat


mengenal identitas dirinya. Hal ini dilatarbelakangi oleh alasan
adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki laki dan
perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
4) Lingkungan yang mendukung
Lingkungan yang cukup luas untuk bermain memungkinkan anak
mempunyai cukup ruang untuk bermain.
5) Alat dan jenis permainan yg cocok
Pilih alat bermain sesuai dengan tahapan tumbuh kembang anak.
Alat permainan harus aman bagi anak.
f. Alat Permainan Edukatif
Alat permainan edukatif

adalah

alat

permainan

yang

dapat

mengoptimalkan perkembangan anak, disesuaikan dengan usia dan


tingkat perkembangannya.
Contoh alat permainan pada balita dan perkembangan yang distimuli :
1. Pertumbuhan fisik dan motorik kasar
Contoh : Sepeda roda tiga/dua, bola, mainan yang ditarik dan
didorong, tali, dll.
2. Motorik halus
Contoh : Gunting, pensil, bola, balok, lilin, dll.
3. Kecerdasan/ kognitif
Contoh : Buku gambar, buku cerita, puzzle, boneka, pensil, warna,
dll.
4. Bahasa
Contoh : Buku bergambar, Buku cerita, majalah, radio, tape, TV, dll.
5. Menolong diri sendiri
Contoh : Gelas/ piring plastic, sendok, baju, sepatu, kaos kaki, dll.
6. Tingkah laku sosial
Contoh : Alat permainan yang dapat dipakai bersama missal
congklak, kotak pasir, bola, tali, dll.
g. Klasifikasi Bermain
1. Menurut isi permainan
a. Sosial affective play
Inti permainan ini

adalah

hubungan

interpersonal

yang

menyenangkan antara anak dengan orang lain (contoh: cilukbaa, berbicara sambil tersenyum dan tertawa).
b. Sense of pleasure play

Permainan ini sifatnya memberikan kesenangan pada anak


(contoh: main air dan pasir).
c. Skiil play
Permainan yang sifatnya meningkatkan keterampilan pada anak,
khususnya

motorik

kasar

dan

halus

(misal:

naik

sepeda,

memindahkan benda).
d. Dramatik Role play
Pada permainan ini, anak memainkan peran sebagai orang lain
melalui permainanny. (misal: dokter dan perawat).
e. Games
Permainan yang menggunakan alat tertentu yang menggunakan
perhitungan / skor (Contoh : ular tangga, congklak).
f. Un occupied behavior
Anak tidak memainkan alat permainan tertentu, tapi situasi atau
objek yang ada disekelilingnya, yang digunakan sebagai alat
permainan (Contoh: jinjit-jinjit, bungkuk-bungkuk, memainkan
kursi, meja dsb).
2. Menurut karakter sosial
a. Onlooker play
Anak hanya mengamati temannya yang sedang bermain, tanpa
ada inisiatif untuk ikut berpartisifasi dalam permainan (Contoh:
Congklak/Dakon).
b. Solitary play
Anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak
bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya dan alat
permainan tersebut berbeda dengan alat permainan temannya
dan tidak ada kerja sama.
c. Parallel play
Anak menggunakan alat permaianan yang sama, tetapi antara
satu anak dengan anak lain tidak terjadi kontak satu sama lain
sehingga antara anak satu dengan lainya tidak ada sosialisasi.
Biasanya dilakukan anak usia toddler.

d. Associative play

Permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan


anak lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin dan
tujuan permaianan tidak jelas (Contoh: bermain boneka, masakmasak).
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada
permainan jenis ini, dan punya tujuan serta pemimpin (Contoh:
main sepak bola).
3. Menurut Usia
a. Umur 1 bulan (sense of pleasure play).
Visual

: dapat melihat dgn jarak dekat

Audio

: berbicara dgn bayi

Taktil

: memeluk, menggendong

Kinetik

: naik kereta, jalan-jalan.

b. Umur 2-3 bln


Visual

: memberi objek terang, membawa bayi

keruang yang berbeda


Audio

: berbicara dengan bayi,memyanyi

Taktil

: membelai waktu mandi, menyisir rambut.

c. Umur 4-6 bln


Visual

: meletakkan bayi didepan kaca, memebawa

bayi nonton TV.

Audio

namanya, memeras
Kinetik

mengajar

bayi

berbicara,

memanggil

kertas.

: bantu bayi tengkurap, mendirikan bayi pada

paha ortunya.
Taktil

: memberikan bayi bermain air.

d. Umur 7-9 bln


Visual

: memainkan kaca dan membiarkan main

dengan kaca serta berbicara sendiri.

Audio

: memanggil nama anak, mngulangi kata-kata

yang diucapkan seperti mama, papa.


Taktil

: membiarkan main pada air mengalir.

Kinetik

: latih berdiri, merangkap, latih meloncat.

e. Umur 10-12 bln


Visual
Audio

: memperlihatkan gambar terang dalam buku.


:

membunyikan suara

binatang tiruang,

menunjukkan tubuh dan menyebutnya.


Taktil

: membiarkan anak merasakan dingin dan

hangat, membiarkan anak merasakan angin.


Kinetik

: memberikan anak mainan besar yang dapat

ditarik atau didorong, seperti sepeda atau kereta.


f. Umur 2-3 tahun
Paralel play dan sollatary play
Anak bermain secara spontan, bebas, berhenti bila
capek, koordinasi kurang (sering merusak mainan)
Jenis mainan: boneka,alat masak,buku cerita dan buku
bergambar.
g. Preschool 3-5 thn
Associative play , dramatik play dan skill play.
Sudah dapat bermain kelompok
Jenis mainan: roda tiga, balok besar dengan macammacam ukuran.
h. Usia sekolah
Cooperative play
Kumpul prangko, orang lain.
Bermain dengan kelompok dan sama dengan jenis
kelamin
Dapat belajar dengan aturan kelompok

Laki-laki : Mechanical
Perempuan : Mother Role
i. Mainan untuk Usia Sekolah :
6-8 tahun : Kartu, boneka, robot, buku, alat olah raga,
alat untuk melukis, mencatat, sepeda.
8-12 tahun : Buku, mengumpulkan perangko, uang
logam, pekerjaan tangan, kartu, olah raga bersama, sepeda,
sepatu roda.
j. Masa remaja
Anak lebih dekat dengan kelompok
Orang lain, musik,komputer, dan bermain drama.
h. Bermain di Rumah Sakit
Perawatan di Rumah Sakit merupakan pengalaman yang penuh
dengan stress, baik bagi anak maupun orang tua. Untuk itu, anak
memerlukan media yang dapat mengeskpresikan perasaan tersebut
dan mampu bekerja sama degan petugas kesehatan selama dalam
masa perawatan.
Aktivitas bermain yang dilakukan perawat pada anak di RS akan
memberikan keuntungan sebagai berikut :
1. Meningkatkan hubungan klien dan perawat
2. Aktivitas beramain yang terpogram akan memulihkan perasaan
mandiri pada anak.
3. Permainan di RS membantu anak mengekspresikan perasaannya.
4. Permainan yang terapeutik akan membentuk tingkah laku yang
positif.
Prinsip prinsip bermain di rumah sakit :
1. Permainan yang tidak membutuhkan banyak energi, singkat dan
sederhana.
2. Relatif aman dan terhindar dari infeksi silang.
3. Sesuai dengan kelompok usia.
4. Peramainan tidak boleh bertentangan dengan terapi yang sedang
dijalankan.

5. Perlu partisipasi orang tua dan keluarga.


Tekhnik Bermain di Rumah Sakit :
1. Berikan alat permainan untuk merangsang anak bermain sesuai
dengan umur perkembangannya
2. Berikan cukup waktu dalam bermain dan menghindari interupsi
3. Berikan permainan yang bersifat mengurangi sifat emosi anak
4. Tentukan kapan anak boleh keluar atau turun dari tempat tidur
sesuai dengan kondisi anak

II. TERAPI BERMAIN ULAR TANGGA EDUKATIF UNTUK USIA 6 12


TAHUN
A.

Deskripsi
Ular tangga adalah permainan papan untuk anak-anak yang dimainkan

oleh 2 orang atau lebih. Papan permainan dibagi dalam kotak-kotak kecil dan
di

beberapa

kotak

digambar

sejumlah

"tangga"

atau

"ular"

yang

menghubungkannya dengan kotak lain. Dalam permainan ular tangga


edukatif ini, kelompok memodifikasi papan ular tangga menjadi kotak kotak
yang berisi gambar gambar edukatif untuk membantu pengembangan
intelektual anak.
Setiap pemain mulai dengan bidaknya di kotak pertama (biasanya
kotak di sudut kiri bawah) dan secara bergiliran melemparkan dadu. Bidak
dijalankan sesuai dengan jumlah mata dadu yang muncul. Bila pemain
mendarat di ujung bawah sebuah tangga, mereka dapat langsung pergi ke
ujung tangga yang lain. Bila mendarat di kotak dengan ular, mereka harus
turun ke kotak di ujung bawah ular. Pemenang adalah pemain pertama yang
mencapai kotak terakhir.
Biasanya bila seorang pemain mendapatkan angka 6 dari dadu, mereka
mendapat giliran sekali lagi. Bila tidak, maka giliran jatuh ke pemain
selanjutnya.

DAFTAR PUSTAKA
Dewi, K., et al.2010. Contoh Proposal Terapi Bermain Pada Anak Prasekolah.
Diakses Pada Tanggal 11 Desember 2012. www.nursingbegin.com
Soetjiningsih. 1995. Tumbuh Kembang Anak. Jakarta: EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai