Anda di halaman 1dari 12

LKBB : ASURANSI DAN REASURANSI

2.1. PENGERTIAN ASURANSI DAN REASURANSI


2.1.1. Pengertian Asuransi
Pada prinsipnya, asuransi kerugian adalah mekanisme proteksi atau perlindungan dan
risiko kerugian keuangan dengan cara mengalihkan risiko kepada pihak lain. Ada
beberapa definisi asuransi sebagai berikut :
1) Menurut Kitab Undang-undang Hukum Dagang pasal 246
Asuransi atau pertanggungan adalah suatu perjanjian, dengan mana seseorang
penanggung mengikatkan diri kepada seseorang tertanggung dengan menerima suatu
premi untuk memberikan penggantian kepadanya karena suatu kerugian, kerusakan,
atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin terjadi karena suatu
peristiwa tertentu.
2) Menurut Undang-undang Nomor 2 Tahun 1992 tentang Usaha Perasuransian
Asuransi atau pertanggungna adalah perjanjian antara dua belah pihak atau lebih,
dengan mana pihak penanggung mengikatkan diri kepada tergantung, dengan
menerima premi asuransi, untuk menerima penggantian kepada tergantung karena
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, atau tanggung
jawab hukum kepada pihak ketiga yang mungkin diderita tertanggung, yang timbul
dari suatu peristiwa yang tidak pasti, atau untuk memberikan suatu pembayaran yang
didasarkan atas meninggal atau hidupnya seseorang yang dipertanggungkan.
3) Menurut paham ekonomi
Asuransi merupakan suatu lembaga keuangan karena melalui asuransi dapat dihimpun
dana besar, yang dapat digunakan untuk membiayai pembangunan, disamping
bermanfaat bagi masyarakat yang berpartisipasi dalam bisnis asuransi, serta suransi
bertujuan memberikan perlindungan atau proteksi atas kerugian keuangan (financial
loss), yang ditimbulkan oleh peristiwa yang tidak diduga sebelumnya (fortuitious
event).
Usaha asuransi adalah suatu mekanisme yang memberikan perlindungan pada
tertanggung apabila terjadi risiko di masa mendatang. Apabila risiko tersebut benar-benar
terjadi, pihak tertanggung akan mendapapatkan ganti rugi sebesar nilai yang
diperjanjikan antara penanggung dan tertanggung. Mekanisme perlindungan ini sangat
dibutuhkan dalam dunia bisnis yang penuh risiko. Secara rasional; para pelaku bisnis
akan mempertibangkan usaha untuk mengurangi risiko yang dihadapinya. Pada tingkat
kehidupan keluarga atau rumah tangga, asuransi juga dibutuhkan untuk mengurangi
permasalahan ekonomi yang akan dihadapi apabila salah satu anggota kelurga
menghadapi risiko cacat atau meninggal
2.1.2. Pengertin Reasuransi
Menurut UU No. 2 Tahun 1992, Pengertian Reasuransi adalah usaha asuransi yang
memberikan jasa dalam asuransi ulang terhadap resiko yang dihadapi oleh perusahaan
asuransi kerugian atau perusahaan asuransi jiwa. Usaha reasuransi dijalankan oleh

perusahaan reasuransi. Dalam hal ini, perusahaan reasuransi dapat menjalankan usaha di
bidang asuransi jiwa atau asuransi kerugian. Kegiatan usaha asuransi dan reasuransi
merupakan kegiatan usaha yang bersambungan. Pada perusahaan asuransi, penanggung
menerima pengalihan risiko dari tertanggung. Pada perusahaan reasuransi pihak penanggung
ulang menerima pengalihan risiko dari penanggung, maka kedudukan penanggung adalah
sebagai tertanggung dalam reasuransi (asuransi ulang). Hubungan hukum yang terjadi antara
penanggung dan penanggung ulang didasarkan pada perjanjian. Perjanjian Reasuransi adalah
perjanjian antara penanggung (insurer) dan penanggung ulang (reinsurer), berdasarkan
perjanjian tersebut penanggung ulang menerima premi dari penanggung yang jumlahnya
ditetapkan lebih dulu dan penanggung ulang bersedia untuk membayar ganti kerugian kepada
penanggung. Jika dia membayar ganti kerugian kepada tertanggung sebagai akibat asuransi
yang dibuat reasuransi, penanggung mengasuransikan lagi risiko yang menjadi
tanggungannya itu kepada penanggung ulang. Dalam hal ini berlangsung asuransi yang
berurutan dan bertingkat.Reasuransi (asuransi ulang) diatur dalam pasal 271 KUH Dagang.
Pasal ini menentukan bahwa penanggung selamanya berhak untuk mengasuransikan lagi apa
yang telah ditanggungnya tersebut. Pihak yang mengasuransikan tersebut adalah penanggung
sendiri, sedangkan diasuransikan adalah tanggung jawab penanggung dalam asuransi
pertama. Oleh karena itu, pada reasuransi (asuransi ulang) tidak ada asuransi untuk kedua kali
atau asuransi rangkap. Tujuan reasuransi adalah untuk memungkinkan penanggung
membayar klaim kepada tertanggung dalam hal terjadi sesuatu yang menimbulkan kerugian,
sedangkan pihak penanggung khawatir jika nanti dia tidak mampu membayar klaim tersebut.
Oleh karena itulah, penanggung mengasuransikan ulang apa yang telah menjadi
tanggungannya. Akan tetapi reasuransi tersebut hanya dapat dilakukan satu kali saja,
sehingga asuransi tesebut tidak bertentangan dengan asas keseimbangan. Reasuransi pada
dasarnya dilakukan untuk meringankan beban penanggung. Dalam reasuransi, pihak
penanggung dapat mengasuransikan kepentingan (tanggung jawabnya) itu untuk sebagian
atau seluruhnya. Dengan mengadakan reasuransi tersebut, kedudukan penanggung bertambah
kuat karena ada pihak lain, yaitu penanggung ulang (reinsurer) yang mendukung penanggung
bahwa kerugian tertanggung pasti dapat dibayar jika terjadi sesuatu yang menimbulkan
kerugian. Kedudukan penanggung pertama adalah sebagai penyebar beban risiko kepada
penanggung ulang terhadap asuransi yang diperjanjikan tersebut.

2.2. PENGATURAN DAN PERJANJIAN PENDIRIAN ASURANSI DI INDONESIA


2.2.1. Pengaturan Perasuransian di Indonesia
Berikut merupakan peraturan perundangan yang digunakan sebagai dasar acuan
pembinaan dan pengawasan atas usaha perasuransian di Indonesia saat ini :
1. UU no.2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian
2. PP no.73 tahun 1002 tentang usaha perasuransian
3. Keputusan menteri keuangan, antara lain:
a. Nomor 223/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan
Perusahaan Asuransi dan Reasuransi
b. No.224/KNE.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Kesehatan Keuangan
Perusahaan Asuransi dan Reasuransi

c. No.225/KMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Penyelenggaraan Usaha


Perusahaan Asurasni dan Reasuransi
d. No.226/CMK.017/1993 tanggal 26 Februari 1993 tentang Perizinan dan
Penyelenggaraan Kegiatan Usaha Perusahaan Penunjang Usaha Asuransi
A. Perizinan Pendirian Perusahaan Asuransi
Pemberian izin oleh Menteri Keuangan bagi perusahaan perasuransian menurut
PP Nomor 73 Tahun 1992 dilakukan dalam dua tahap, yaitu:
1. Persetujuan Prinsip
Adalah persetujuan yang diberikan untuk melakukan persiapan pendirian suatu
perusahaan yang bergerak di bidang perasuransian, dimana batas waktu persetujuan
prinsip dibatasi selama-lamanya satu tahun.
2. Izin usaha
Adalah izin yang diberikan untuk melakukan usaha setelah perisiapan pendirian
selesai, dimana izin usaha diberikan setelah persyaratan izin usaha telah dipenuhi.
2.3. MANFAAT ASURANSI DAN REASURANSI
2.3.1. Manfaat Asuransi
Pada dasarnya asuransi dapat memberikan manfaat bagi tergantung, antara lain :
1) Rasa aman dan perlindungan. Polis asuransi yang dimiliki oleh tertanggung akan
memberikan rasa aman dari risiko atau kerugian yang mungkin akan timbul. Kalau
risiko atau kerugian tersebut benar-benar terjadi, pihak tertanggung (insured) berhak
atas nilai kerugian sebesar nilai polis atau ditentukan berdasarkan perjanjian antara
tertanggung dan penaggung.
2) Pendistribusian biaya dan manfaat yang lebih adil.
Prinsip keadilan
diperhitungkan dengan matang untuk menentukan nilai penaggung dan premi yang
ditanggung oleh pemegang polis secara periodik dengan memperhatikan secara
cermat faktor-faktor yang berpengaruh besar dalam asuransi tersebut. Untuk
mendapatkan nilai pertangungan, pihak penanggung sudah membuat kalkulasi yang
tidak merugikan kedua belah pihak. Semakin besarnilai pertanggungan semakin besar
pula premmi periodik yang harus dibayarkan oleh tertanggung.
3) Polis asuransi dapat dijadikan jaminan untuk memperoleh kredit.
4) Berfungsi sebagai tabungan dan sumber pendapatan. Premi yang dibayarkan
setiap periode memiliki subtansi yang sama dengan tabungan. Pihak penaggung juga
memperhitungkan bunga atau premi yang dibayarkan dan juga bonus (sesuai dengan
perjanjiandari kedua belah pihak)
5) Alat penyebar risiko. Risiko yang seharusnya ditanggung oleh tertanggung ikut
dibebankan juga pada penanggung dengan imbalan sejumlah premi tertentu yang
didasarkan atas nilai pertanggungan.

6) Manfaat meningkatkan kegiatan usaha. Investasi yang dilakukan oleh investor


dibebani dengan risiko kerugian yang bisa diakibatkan oleh berbagai macam sebab
(pencurian, kebakaran, kecelakaan, dan lain sebagainya).
2.3.2. Manfaat Reasuransi
Mekanisme reasuransi diperlukan dalam industri perasuransian dengan
manfaat sebagai berikut :
a. Capacity (kapasitas)
Terbatasnya kapasitas yang dimiliki oleh Direct Insurer tertentu
membuat Direct Insurer tersebut tidak leluasa mengaksep jumlahjumlah pertanggungan yang melebihi kapasitasnya. Fasilitas
Reasuransi akan memperbesar kapasitas Direct Insurer tersebut,
sehingga
memungkinkan
untuk
mengaksep
jumlah-jumlah
pertanggungan yang tinggi. Dalam hal seperti ini reasuransi
berfungsi sebagai Capacity Boosting.
b. Removal of Uncertainty
Terjadinya kerugian dapat dianggap pasti (certain). Tetapi apa yang
tidak dapat dipastikan (uncertain) adalah frekwensi terjadinya
kerugian, kapan kerugian itu akan terjadi, dan berapa besar
kerugian yang akan diderita. Reasuransi dapat membuat
kerugian Direct Insurer menjadi pasti; dengan kata lain reasuransi
membantu direct insurer dalam menstabilkan tingkat kerugiannya
dengan menghilangkan beberapa dari ketidakpastian.
c. Confidence
Sebagaimana halnya asuransi yang salah satu manfaatnya bagi
Tertanggung adalah menciptakan rasa yakin (confidence),
reasuransi pun memberikan manfaat yang sama bagi Direct Insurer.
Sebagai contoh, dengan dapat dihilangkannya ketidakpastian
(uncertainties) tertentu melalui mekanisme asuransi, pengusaha
akan bersedia untuk memperbesar investasinya ketimbang
menyimpan uangnya sebagai cadangan. Hal ini berlaku sama
bagi Direct Insurer sebagai pengaruh dari beberapa ketidakpastian
yang dapat dihilangkan dengan bantuan mekanisme reasuransi.
d. Catastrophe Protection
Keadaan finansial Direct Insurer dapat menjadi sangat buruk dalam
hal ia harus menanggung kerugian-kerugian yang luar biasa
jumlahnya (Catastrophic Losses). Reasuransi berperan sebagai
pengaman untuk melindungi Direct Insurer dari keadaan seperti ini.
e. Spread of Risk
Seperti telah dikemukakan di atas, reasuransi adalah mekanisme
pengalihan risiko dari Direct Insurerkepada reasuradur. Oleh sebab

itu reasuransi berperan sebagai alat penyebar risiko (spread of


Risk).

2.4. PRINSIP KERJA ASURANSI


1) Insurable Interest
Pada prinsipnya merupakan hak berdasarkan hukum untuk mempertanggungkan suatu
risiko yang berkaitan dengan keuangan, yang diakui sah secara hukum antara
tertanggung dengan sesuatu yang dipertanggungkan. Selain itu, sesuatu yang
dipertangungkan itu semata-mata menyangkut kepentingan yang menimbulkan
kerugian keuangan tertanggung atas suatu yang dipertanggungkan tersebut. Ada
beberapa syarat yang perlu dipenuhi agar memnuhi kreteria insurable interest :
a. Kerugian tidak dapat diperkirakan
Risiko yang dapat diasuransikan berkaitan dengan kemungkinan terjadinya
kerugian. Kerugian tersebut harus diukur. Selanjutnya kemungkinan tersebut tidak
dapat diperkirakan terjadi. Misalnya kebakaran rumah. Kebakaran tersebut tidak
dapat diperkirakan waktu dan penyababnya. Hal ini berbeda dengan kerusakan
kemaja yang disebabakan karena sudah lama dipakai. Maka dari itu kerusakan
kemaja tersebut tidak adapat diasuransikan.
b. Kewajaran
Risiko yang dipertanggungkan dalam asuransi adalah benda atau harta yang
memiliki nilai material baik bagi penaggung maupun tertanggung.
c. Catastrophic
Agar suatu barang atau harta dapat diasuransikan, risiko yang mungkin terjadi
haruslah tidak akan menimbulkan suatu kemungkinan rugi yang sangat, yaitu jika
sebagaian besar pertanggungan kemungkinan akan mengalami kerugian pada
waktu yang bersamaan.
d. Homogen
Untuk memenuhi syarat dapat diasuransikan , barang atau harta yang akan
dipertanggungkan harus homogen, yang berarti banyak barang yang serupa atau
sejenis. Banyaknya barang yang sejenisnya ini berkaitan dengan prinsip bahwa
suransi menutup sejumlah besar risiko supaya dapat membayar beberapa kerugian
dari yang dipertanggungkan.
2) Itikad Baik (Utmost Good Faith)
Dalam melakukan kontrak asuransi, kedua belah pihak dilandasi leh itikad baik. Pihak
penanggung perlu menjelaskan secara lengkap hak dan kewajibannya selama masa
asuransi. Selain itu perlu diperhatikan perlakuan penanggung pada saat benar-benar
ada risiko yang menimpa tertanggung. Pihak penangung harus konsisten dengan hak
dan kewajibanya dalam kontrak (polis) termasuk batasan-batasan yang ada sehingga
jelas apabila ada risiko yang tidak ditanggung oleh asuransi. Pihak tertanggung juga

perlu mengungkapkan secara rinci kondisi yang akan diasuransikan sehingga pihak
penanggung memiliki gambaran memadai untuk menentukan persetujuan. Kewajiban
dari kedua belah pihak untuk mengungkapkan fakta disebut duty of disclosure. Faktorfaktor melanggar prinsip duty of disclosure adalah :
a. Nondisclosure, adanya data-data penting yang tidak diungkapkan sehingga
menyalahi utmost good faith.
b. Concealment, secara sengaja melakukan kebohongan dan tidak mengungkapkan
fakta penting.
c. Fraudulent misrepresentation, sengaja memberikan gambaran yang tidak cocok
dengan kondisi riil.
d. Innocent misrepresentation, secara tidak sengaja memberikan gambaran yang
salah memiliki pengaruh besar dalam proses asuransi.
3) Indemnity
Konsep indemnity adalah mekanisme penanggung untuk mengompensasi risiko yang
menimpa tertanggung dengan ganti rugi finansial. Prinsip indemnity tidak dapat
dilaksanakan dalam asuransi kecelakaan atau kematian. Dalam kedua jenis asuransi
tersebut, pihak penaggung tidak dapat mengganti nyawa yang hilang atau anggota
tubuh yang cacat karena indemnity berkaitan denganganti rugi finansial. Indemnity
dapat dilakukan dengan cara pembayaran tunai, penggantian, perbaikan, dan
pembangunan kembali.
4) Proximate Cause
Adalah suatu sebab aktif, efisien yang mengakibatkan terjadinya suatu peristiwa
secara berantai atau berurutan tanpa intervensi suatu ketentuan lain, diawali dan
bekerja dengan aktif dari suatu sumber baru dan independe
5) Subrogation
Pada prinsipnya merupakan hak penanggung yang telah memberikan ganti rugi
kepada tertanggung untuk menuntut pihak lain yang mengakibatkan kepentingan
asuransinya mengalami suatu peristiwa kerugian.
6) Contribution
Bahwa penanggung berhak mengajak penanggung-penanggung yang lain yang
memiliki kepentingan yang sama untuk ikut bersama membayar ganti rugi kepada
seorang tertanggung meskipun jumlah tanggungan masing-masing belum tentu sama
besar.

2.5. POLIS DAN PREMI ASURANSI


2.5.1. Polis Asuransi

Polis asuransi adalah bukti tertulis atau surat perjanjian antara pihak-pihak yang
mengadakan perjanjian asuransi. Polis memegang peranan penting dalam menjaga
konsistensi pertanggungjawaban baik pihak penanggung maupun tertanggung. Dengan
adanya polis asuransi perjanjian antara kedua belah pihak mendapatkan kekuatan secara
hukum. Dengan memiliki polis maka pihak tertanggung memiliki jaminan bahwa pihak
penanggung akan mengganti kerugian yang mungkin dialami tertanggung akibat
peristiwa tak terduga. Polis tersebut merupakan bukti otentik yang dapat digunakan oleh
tertanggung untuk mengajukan klaim apabila pihak penanggung mengabaikan
tanggungjawabnya. Penggantian finansial dari penanggung akan sangat bermanfaat
untuk mengembalikan tertanggung kepada kedudukannya semula sebelum mengalami
kerugian dan menghindari tertanggung dari bangkrut. Polis asuransi juga berfungsi
sebagai bukti pembayaran premi asuransi.
Polis asuransi memuat hal-hal sebagai berikut:
1. Nomor polis
2. Nama dan alamat tertanggung
3. Uraian risiko
4. Jumlah pertanggungan
5. Jangka waktu pertanggungan
6. Besar premi, bea materai, dan lain-lain
7. Bahaya-bahaya yang dijaminkan
8. Khusus untuk polis pertanggungan kendaraan bermotor ditambah dengan nomor
polisi, nomor rangka, dan nomor mesin kendaraan.
2.5.2. Premi Asuransi
Premi asuransi adalah kewajiban pihak tertanggung kepada pihak penanggung
yang berupa pembayaran uang dalam jumlah tertentu secara periodik. Jumlah premi
tergantung pada faktor-faktor yang menyebabkan tinggi rendahnya tingkaat risiko dan
jumlah nilai pertanggungan. Apabila kemungkinan terjadinya risiko kerugian tinggi,
pihak penanggung tentu saja akan memperhitungkan tingkat premi yang jauh lebih
tinggi dari pada pertanggungan yang kemungkinan terjadinya kerugian kecil. Selain itu,
biasanya pihak penanggung juga memperhitungkan nilai waktu uang dibayarkan oleh
pihak tertanggung. Jangka waktu pembayaran premi sangat tergantung pada perjanjian
yang sudah dituangkan dalam polis asuransi. Jangka waktu pembayaran dapat bulanan,
triwulan, semesteran, atau tahunan.

2.6. PENGGOLONGAN ASURANSI


1. Menurut Sifat Pelaksanaannya
a. Asuransi sukarela
Pada prinsipnya pertanggungan dilakukan dengan cara sukarela, dan semata-mata
dilakukan atas kesadaran seseorang akan kemungkinan terjadinya risiko kerugian
atas sesuatu yang dipertanggungkan. Misalanya, asuransi kecelakaan, asuransi
kebakaran, asuransi kendaraan bermotor, dan sebagainya.
b. Asuransi wajib
Merupakan asuransi yang sifatnya wajib dilakukan oleh pihak-pihak terkait yang
pelakasanaannya dilakukan berdasarkan ketentuan perundang-undangan yang
ditetapkan oleh pemerintah. Misalnya, asuransi tenaga kerja, asuransi kecelakaan,
dans ebagainya.
2. Menurut Jenis Usaha Perasuransian
Menurut UU No. 2 tahun 1992 tentang usaha perasuransian jenis usaha perasuransian
dibagi menjadi beberapa jenis :
a. Usaha Asuransi
1) Asuransi kerugian
Yaitu usaha yang memberikan jasa-jasa dalam penanggulangan risiko atas
kerugian, kehilangan manfaat dan tanggung jawab hukum kepada pihak ketiga
yang timbul dari peristiwa yag tidak pasti. Dibeberapa negara asuransi kerugian
juga disebut general insurance karena ruang lingkupnya yang sangat luas. Usaha
asuransi kerugian ini dapat dipilah sebagai berikut:
a) Asuransi kebakaran adalah asuransi yang menutup risiko kebakaran.
b) Asuransi pengangkutan adalah asuransi pengangkutan penanggung atau
perusahaan asuransi akan menjamin kerugian yang dialami tertanggung
akibat terjadinya kehilangan atau kerusakan saat pelayaran.
c) Asuransi aneka adalah jenis asuransi kerugian yang tidak dapat digolongkan
kedala kedua asuransi diatas, missal : asuransi kendaraan bermotor, asuransi
kecelakaan diri, dan lain sebagainya.
2) Asuransi jiwa (life insurance)
Adalah

suatu

jasa

yang

diberikan

oleh

perusahaan

asuransi

dalam

penanggulangan risiko yang dikaitkan dengan jiwa atau meninggalnya

seseorang yang dipertanggungkan. Pada prinsipnya manusia menghadapi risiko


berkurang atau hilangnya produktivitas ekonomi yang diakibatkan oleh
kematian, cacat, PHK, dan pengangguran. Asuransi jiwa memberikan:
a) Dukungan bagi pihak yang selamat dari suatu kecelakaan.
b) Santunan bagi tertanggung yang meninggal
c) Bantuan untuk menghindari kerugian yang disebabkan oleh meninggalnya
orang kunci
d) Penghimpunan dana untuk persiapan pension
Ruang lingkup usaha asuransi jiwa dapat digolongkan menjadi 3, yaitu :
a) Asuransi jiwa biasa (ordinary life insurance)
Biasanya polis asuransi jiwa ini diterbitkan dalam suatu nilai tertentu dengan
premi yang dibayar secara periodik (bulanan, triwulanan, semesteran, dan
tahunan).
b) Asuransi jiwa kelompok (group life insurance)
Asuransi jiwa ini biasanya dikeluarkan tanpa ada pemeriksaan medis atas
suatu kelompok orang di bawah satu polis induk di mana masing-masing
anggota kelompok menerima sertifikat partisipasi.
c) Asuransi jiwa industrial (industrial life insurance)
Dalam jenis asuransi ini dibuat dengan jumlah nominal tertentu. Premi
umumnya dibayar mingguan yang dibayarkan di rumah pemilik polis kepada
agen yang disebut debit agent.
3) Reasuransi (reinsurance)
Reasuransi

adalah

pertanggungan

ulang

atau

pertanggungan

yang

dipertanggungkan atau asuransi dari asuransi. Reasuransi adalah suatu system


penyebaran risiko dimana penanggung menyebarkan seluruh atau sebagian dari
pertanggungan yang ditutupnya kepada penanggung yang lain. Pihak
tertanggung biasa disebut sebagai ceding company dan yang menjadi
penanggung adalah reasudaru. Dalam menjalankan usahanya ada kemungkinan
perusahaan asuransi menanggung risiko lebih besar dari kemampuan
finansialnya. Untuk mengatasi kemungkinan kegagalan menanggung klaim dari
tertanggung, perusahaan dapat membagi risiko dengan perusahaan lain.
Penyebaran risiko tersebut dapat dilakukan dengan dua mekanisme, yaitu
koasuransi dan reasuransi. Koasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan
secara bersama atas suatu objek asuransi. Biasanya nilai pertanggungannya

berjumlah besar sehingga perusahaan asuransi tersebut perlu menawarkan


kepada beberapa perusahaan asuransi yang lain. Dalam kerja sama tersebut
diperlukan perusahaan asuransi yang berperan sebagai pemimpin. Setelah
melakukan koasuransi, gabungan beberapa perusahaan asuransi tersebut dapat
mempertimbangkan untuk melakukan reasuransi. Reasuransi adalah proses
untuk untuk mengasuransikan kembali pertanggung jawaban pada pihak
tertanggung. Fungsi reasuransi adalah :
a) Meningkatkan kapasitas akseptasi.
Dengan melakukan reasuransi, penaggung akan dapat meningkatkan
akseptasi sehingga pemasukan asuransi tersebut dapat memperbesar nilai
pertanggungan
b) Alat penyebaran risiko.
Penyebaran asuransi pada dasrnya tidak menghendaki pemusatan atau
terkonsentrasinya pada suatu jenis risiko atau asuransi. Dengan adanya
mekanisme penyebaran risiko ini maka akan tertanggulangi adanya
kemungkinan kerugian dalam jumlah yang besar yang tidak mungkin
ditanggung sendiri.
c) Meningkatkan stabilitas usaha.
Jumlah kerugian yang mungkin timbul karena adanya klaim dari tertanggung
sangat sulit untuk diprediksi secara tepat. Dengan penyebaran risiko ke
perusahaan asuransi lain maka kekhawatiran akan adanya kegagalan usaha
akan semakin kecil.
d) Meningkatkan kepercayaan.
Reasuransi

akan

menambah

kepercayaan

bagi

tertanggung

karena

kemungkinan risiko yang akan dialami mendapat jaminan dari perusahaan


asuransi. Dengan melakukan pertanggungan ulang atas risiko yang
ditutupnya

akan

memberi

peluang

perusahaan

asuransi

melakukan

pengembangan bidang usahanya.


Reasuransi dapat dilakukan dengan berbagai cara. Mekanisme untuk reasuransi
antara lain:
a) Treaty dan facultative reinsurance
Dalam model ini, reasuradur memberikan sejumlah pertanggungan yang
diinginkan dengan perjanjian kontrak dan reasuradur harus menerima jumlah
yang ditawarkan.

b) Reasuransi proporsional
Pembagian risiko antara ceding company dengan reasuradur dilakukan secara
proporsional berdasarkan jumlah retensi yang telah ditetapkan. Retensi
adalah jumlah maksimum risiko yang ditahan atau ditanggung oleh ceding
company.
c) Reasuransi nonproporsional
Bentuk ini memberikan kemungkinan bagi reasuradur untuk tidak membayar
klaim atau membayar klaim terbatas jumlah yang ada di treaty. Treaty dalam
mekanisme reasuransi adalah pertanggungan yang dilakukan berdasarkan
ketentuan-ketentuan dan syarat-syarat yang dituangkan dalam suatu
perjanjian antara ceding company dan reasuradur yang mana reasuradur
mengikatkan diri untuk menerima setiap penutupan yang diberikan oleh
ceding company.
b. Usaha Penunjang
1) Pialang asuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penutupan asuransi dan penanganan penyelesaian ganti rugi asuransi dengan
bertindak untuk kepentingan tertanggung.
2) Pialang reasuransi adalah usaha yang memberikan jasa keperantaraan dalam
penetapan reasuransi dan penanganan ganti rugi reasuransi dewan bertindak
untuk kepentingan perusahaan asuransi.
3) Penilai kerugian asuransi adalah usaha yang memberikan jasa penilaian terhadap
kerugian pada objek asuransi yang dipertanggungkan.
4) Konsultan aktuaria adalah usaha yang memberikan jasa konsultan aktuaria.
5) Agen asuransi adalah pihak yang memberikan jasa keperantaraan dalam rangka
pemasaran jasa asuransi untuk dan atas nama penanggung.
3. Menurut The Chartered Insurance Institute London

a. Asuransi kerugian (property insurance)


Merupakan pertanggungan untuk semua milik yang berupa harta benda yang
memiliki risiko. Jenisnya ada :
1) Asuransi kebakaran (fire insurance)
2) Asuransi pengangkutan (marine insurance)
3) Asuransi penerbangan (flight insurance)
4) Asuransi kecelakaan (accident insurance)
b. Asuransi tanggung gugat (liability insurance)

Adalah asuransi untuk melindungi tertanggung terhadap kerugian yang timbul dari
gugatan pihak ketiga karena kelalaian tertanggung.
c. Asuransi jiwa (life insurance)
Asuransi jiwa terdiri atas :
1) Asuransi kecelakaan
2) Asuransi jiwa
3) Anuitas
4) Asuransi industri

d. Asuransi kerugian (general insurance)


e. Reasuransi (reinsurance)

DAFTAR PUSTAKA
Triandaru, Sigit dan Totok Budisantoso. 2009. Bank dan Lembaga Keuangan Lain.
Jakarta : Salemba Empat.
http://www.pengertianpakar.com/2015/03/pengertian-reasuransi-asuransiulang.html

Anda mungkin juga menyukai