Anda di halaman 1dari 9

PERILAKU KONSUMEN

SAP 2
Riset Konsumen dan Segmentasi Pasar
Dosen Pengampu: Ni Made Rastini. S.E., M.M.

Oleh

Kelompok

Anak Agung Istri Mas Vedanthi Putri (1506205024) (9)

Kadek Sri Agustin (1506205026) (10)

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS UDAYANA

2017
2.1. Hubungan Riset Konsumen Dengan Riset Pemasaran
Riset konsumen dikembangkan sebagai perluasan bidang riset pemasaran yang
memfokuskan perhatiannya pada perilaku konsumen bukan aspek lain dalam proses
pemasaran. Riset pemasaran merupakan suatu penyelidikan yang sistematis dengan
tujuan untuk memperoleh informasi yang akan digunakan untuk pengambilan
keputusan di bidang pemasaran.
Sebagaimana dinyatakan dalam konsep pemasaran, memahami perilaku
konsumen yang menjadi pasar sasaran dan memenuhi kebutuhan dan keinginannya
secara lebih baik dibandingkan pesaing adalah kunci keberhasilan bisnis. Pemasar
menganggap jika mereka mengetahui segala sesuatu mengenai proses pengambilan
keputusan konsumen, maka mereka dapat merancang strategi pemasaran dan pesan-
pesan promosi yang dapat mempengaruhi konsumen. Agar dapat merancang strategi
yang tepat, pemasar terlebih dahulu harus memahami semua aspeknyang berkaitan
dengan perilaku konsumen dan pasar sasarannya. Pemahaman dan informasi lengkap
aspek tersebut hanya dapat diperoleh melalui riset konsumen.
Riset konsumen merupakan sebuah penyelidikan sistematis dengan tujuan
memperoleh informasi tentang konsumen yang akan digunaknan untuk pengambilan
keputusan di bidang pemasaran bagi pasar sasaran yang dituju. Pengertian riset
pemasaran mengandung tiga hal. Pertama, riset konsumen bersifat sistematis artinya
bahwa setiap tahap dalam proses riset harus direncanakan terlebih dulu dan
menggunakan metode yang tepat. Kedua, riset konsumen berupaya menyediakan
informasi yang akurat dan mencerminkan keadaan yang sebenarnya. Maka dari itu
riset harus dilakukan secara obyektif. Ketiga, riset konsumen mencakup indentifikasi,
pengumpulan, analisis, dan penggunaan informasi. Informasi yang diperoleh melalui
riset konsumen adalah seperti Apa yang dipikirkan oleh konsumen tentang produk
kita dan produk pesaing?, Apa yang menurut mereka perlu diperbaiki dari produk
kita?, Bagaimana mereka menggunakan produk kita?, Bagaimana sikap mereka
menggunakan produk kita?, Bagaimana peran mereka dalam keluarga?, Apa harapan
dan mimpi mereka dalam keluarga? Dan sebagainya.

2.2. Pendekatan Dalam Riset Konsumen


Para peneliti konsumen periode pertama hanya sedikit memikirkan pengaruh
suasana hati (mood), emosi, atau situasi terhadap kepuasan konsumen. Mereka percaya
bahwa pemasaran hanya merupakan ilmu ekonomi terapan, dan para konsumen adalah
pengambil keputusan yang rasional, yang secara obyektif menilai barang dan jasa yang
tersedia bagi mereka dan hanya memilih yang memberikan manfaat (kepuasan)
tertinggi dengan harga terendah. Pada tahun 1939, seorang psikoanalis dari Wina yang
bernama Ernest Ditcher mulai memakai teknik psikoanalis Freud untuk menyingkap
motivasi yang tersembunyi pada diri konsumen. Pada akhir tahun 1950-an, metodologi
risetnya yang disebut riset motivasi pada dasarnya merupakan pendekatan kualitatif,
dipakai secara luas oleh para riset konsumen. Paradigma riset konsumen ini berkaitan
dengan pendekatan atau perspektif perilaku konsumen. Dua perspektif perilaku
konsumen yaitu positivism yang memandang konsumen sebagai pengambil keputusan
yang rasional dan interpretivisme yang memandang bahwa konsumen tidak selalu
menyadari motivasi mereka dalam memutuskan pembelian suatu produk. Dalam
perkembangannya banyak peneliti yang menggunakan pendekatan kedua. Terdapat dua
macam pendeketan metodelogi riset yang berbeda untuk mempelajari perilaku
konsumen, yaitu:
1. Riset Kuantitatif
Dikenal sebagai positivism dan para penelitinya disebut positivis. Metodenya
terdiri dari eksperimen, teknik survey, dan observasi. Riset bersifat deskriptif yang
digunakan oleh peneliti untuk memperoleh pemahaman tentang pengaruh promosi
terhadap perilaku konsumen. Hasilnya bersifat deskriptif, empiris dan jika diambil
secara acak dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar. Cocok untuk
analisis statistic yang canggih
2. Pendekatan Kualitatif
Metodenya terdiri dari wawancara yang mendalam, kelompok-kelompok
fokus, analisis kiasan, riset kolase, dan teknik proyeksi. Karena jumlah sampel
sedikit dan cenderung agak subjektif, temuannya tidak dapat digeneralisasikan ke
populasi yang lebih luas. Digunakan terutama untuk memperoleh berbagai gagasan
baru untuk kampanye promosi
3. Menggabungkan Hasil-hasil Riset Kualitatif dan Kuantitatif
Beberapa pemasar menggunakan gabungan riset kuantitati dan kualitatif untuk
membantu membantu mengambil keputusan pemasaran strategis karena terbatasnya
hasil riset kualitatif. Hasil riset kualitatif digunakan untuk menemukan berbagai
gagasan baru dan untuk mengembangkan strategi promosi, sedangkan hasil riset
kuantitatif digunakan untuk meramalkan reaksi konsumen terhadap berbagai input
promosi. Gagasan yang berasal dari riset kualitatif terkadang diuji secara empiris
dan menjadi dasar bagi perancangan studi kuantitatif. Hasil penggabungan
memungkinkan para pemasar untuk merancang berbagai strategi pemasaran yang
lebih berarti dan lebih efisien yang bertujuan memperoleh laba maupun nirlaba.
Kedunya juga membarikan dasar yang lebih kuat untuk keputusan kebijakan public.
2.3. Proses Riset Konsumen
1. Menentukan Tujuan Riset
Langkah pertama dalam proses riset konsumen adalah menentukan dengan
teliti tujuan studi. Merupakan hal penting bagi manajer pemasaran dan peneliti
untuk menyepakati dari awal maksud dan tujuan studi untuk menjamin agar
rancangan riset itu tepat. Tujuan yang dipertimbangkan secara teliti membantu
menemukan jenis dan mutu informasi yang dibutuhkan
2. Mengumpulkan dan Mengevaluasi Data Sekunder
Informasi sekunder adalah setiap data yang pada awalnya dihasilkan untuk
tujuan tertentu selain tujuan riset yang dilakukan.. Hal ini meliputi berbagai temuan
riset yang didasarkan pada penelitian yang dilakukan oleh berbagai organisasi luar,
data yang dihasilkan di dalam perusahaan untuk studi sebelumnya dan bahkan
informasi pelanggan yang dikumpulkan oleh bagian penjualan atau departemen lain
di dalam organisasi. Riset yang seluruhnya menggunakan data sekunder kadangkala
memberikan pandangan atau wawasan yang cukup bagi permasalahan yang
dihadapi. Seringkali data sekunder memberikan arahan dan petunjuk bagi desain
riset primer. Data berasal dari dalam organisasi misalnya laporan keungan, neraca,
laporan penjualan, dll. Data sekunder dari luar organisasi seperti publikasi dari
pemerintahan misalnya surat kabar, jurnal ilmiiah, majalah, dll.
3. Merancang Studi Riset Primer
Riset primer dirancang untuk memperoleh data-data secara langsung dari lapangan.
Bila tujuan riset mampu tercapai hanya dengan data sekunder, maka langkah ini
tidak perlu dilakukan. Namun, hal ini jarang terjadi karena data sekunder biasanya
kurang dapat menjawab permasalahan. Data sekunder dikumpulkan untuk tujuan
tertentu bukan tujuan utama dari riset. Rancanagan riset primer sangat ditentukan
oleh tujuan riset. Bila tujuan riset untuk memperoleh informasi deskriptif maka
diperlukan rancangan riset kuantitatif. Namun, bila tujuan riset untuk menemukan
gagasan baru maka digunakan rancangan riset kualitatif.
Rancangan Riset Kuantitatif
Rancangan studi riset kuantitatif meliputi metode pengumpulan data,
rancangan sampel, dan instrument alat pengumpulan data. Ada tiga cara pokok
untuk mengumpulkan data dalam studi kuantitatif:
(1) Riset Observasi, merupakan metode riset konsumen yang mengumpulkan data
melalui pengamatan atau observasi perilaku konsumen tertentu, untuk
memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai hubungan antara orang dan
produk dengan memperhatikan mereka selama proses membeli dan
menggunakan produk.
(2) Riset Eksperimentasi, merupakan jenis riset kausal, yaitu bertujuan memberi
penjelasan mengapa suatu peristiwa terjadi dalam suatu kondisi dan tidak terjadi
di kondisi lainnya. Riset ini melibatkan intervensi oleh peneliti yang berupa
manipulasi variable dalam suatu kondisi serta mengamati bagaimana dampaknya
pada subyek yang diteliti. Pada riset ini, satu variable dimanipulasi (variable
tidak terikat), kemudian diidentifikasi pengaruhnya pada variable lain (variable
terikat). Perubahan terjadi dapat diketahui melalui dua kelompok sampel, yaitu
kelompok perlakuan (treatment group) dan kelompok control (control group).
Riset ini biasanya dilakukan di laboratorium atau di lapangan.
(3) Riset Survei,merupakan riset yang bertujuan untuk mengetahui preferensi
konsumen tentang pembelian dan pengalaman konsumsi. Riset ini dapat
dilakukan melalui beberapa cara antara lain: (a) Survei wawancara perorangan,
(b) Survei melalui telepon, (c) Survei melalui pos. Responden biasanya ditanya
tentang keyakinan, sikap, opininya, karakteristiknya, dan perilakunya dimasa lalu
atau masa sekarang.
Rancangan Riset Kualitatif
Dalam memilih format riset yang tepat untuk studi kualitatif, maka harus
dipertimbangkan tujuan studi dan jenis data yang diperlukan. Metode riset yang
digunakan mungkin berbeda komposisinya, tetapi semuanya mempunyai akar dari
psikoanalitis dan aspek klinis ilmu psikologi, dan menekankan pada tipe pertanyaan
terbuka dan jawaban bebas. Pilihan teknik pengumpulan data untuk studi kualitatif
meliputi wawancara yang mendalam (wawancara relative panjang 30-60 menit),
diskusi kelompok fokus (diskusi tentang topic tertentu), dan teknik proyeksi (teknik
menyerupai seperangkat tes untuk mengungkap mitif tertentu)
4. Menentukan sampel dan mengumpulkan data
Langkah penetuan sampel berkaitan dengan tiga pertanyaa yaitu siapa yang
disurvey (unit sampel), berapa banyak responden yang akan disurvey (ukuran
sampel), dan bagaiman menyelesaikan mereka (prosedur surve). Untuk menentuka
siapa yang akan disurvey harus ditentukan dahulu siapa populasi yang menjadi
sasaran sehingga dapat ditetapkan sampel yang tepat. Penetuan populasi atupun
sampel sasaran didasari oleh tujuan riset. Berapa jumlah orang yang disurvey
menyangkut ukuran sampel. Hal ini tergantung pada dua hal yaitu anggaran yang
tersedia dan tingkat kepercayaan/keakuratan yang diinginkan untuk temuan riset.
Semakin banyak responden, maka akan semakin mencerminkan keadaan populasi
sesungguhnya. Namun bukan berarti sampel yang kecil tidak dapat dipercaya atau
tidak reliable. Hal ini tergantung pada prosedur penentu sampel yang digunakan.
Terdapat dua jenis prosedur penentuan sampel. Pertama, sampel probabilitas
yaitu digunakan bila peneliti ingin temuannya dapat digunakan untuk membuat
gambaran atau genaralisasi bagi populasi yang lebih luas. Jenis penentu sampel ini
seperti sapel random sederhana, random strata, dan penentuan sampel area/kluster.
Kedua, sampel non-probabilitas yaitu bila temuannya cukup hanya menggambarkan
kondisi populasi, misalnya penentuan sampel konvenien, penetuan sampel
berdasarkan ppenilaian, penentuan sampel kuota. Bila jenis dan ukuran sampel
ditetapkan maka selanjutnya adalah mengumpulkan data. Bila pengumpulan data
kualitatif bisanya memerlukan sorang peneliti yang ahli sedangkan pengumpulan
data kuantitatif cukup oleh asisten peneliti atau tenaga lapangan yang terlatih. Yang
terpenting adalah memastikan orang yang disurvey/diwawancara memang
merupakan responden yng tepat sesuai kreteria penentuan sampel.
5. Menganalisis data dan melaporkan hasil riset
Pada riset kualitatif, moderator atau pelaksana tes biasanya menganalisis
semua jawaban yang diterima. Pada riset kuantitatif , peneliti terlebih dahulu
melakukan pra-analisis atau peneliti mengawasi analisis tersebut. Semua jawaban
terbuka diubah menjadi kode dan konversikan kedalam angka lalu diukur (skor
numeric), kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan menggunakan program
yang menghubungkan data menurut berbagai variable yang dipilih dan
mengelompokkan data serta sesuai dengan tujuan riset.
Langkah terakhir dalam proses penelitian adalah menyiapkan laporan hasil
riset. Pada riset kualitatif maupun kuantitatif, laporan riset memuat juga kesimpulan
ringkas mengenai hasil-hasil riset. Isi laporan memuat uraian lengkap mengenai
metodologi yang digunakan, untuk riset kuantitatif juga memuat berbagai table dan
grafik untuk mendukung hasil risetnya. Biasnya disertai pula dengan rekomendasi
untuk tindakan-tindakan pemasaran yang diperlukan.

2.4. Etika Dalam Riset Konsumen


Dalam melakukan riset, seorang peneliti harus memperhatikan dan memegang
teguh etika penelitian. Para peneliti harus memastikan bahwa riset yang dilakukannya
bersifat obyektif dan bebas dari bias. Peneliti yang ingin memperoleh dukungan terhadap
simpulannya seringkali melakukan beberapa hal yang mengarah pada maksud dan tujuan
riset tersebut, seperti menggunakan sampel dan pertanyaan yang bersifat bias,
manipulasi statistic, atau mengabaikan informasi yang relevan. Bila peneliti beretika,
maka hal tersebut seharusnya tidak terjadi. Masalah lainnya menyakut perlakuan
terhadap reponden. Peneliti hendaknya menghindari hal-hal yang membuat responden
menjadi tidak nyaman atau tidak percaya pada peneliti, sehingga akhirnya akan
menurunkan tingkat kredibilitas penelitian. Etika, norma atau standar perilaku yang
memandu pilihan moral mengenai hubungan kita dengan orang lain, Etika penelitian ini
berkaitan erat dengan hak-hak dari berbagai pihak seperti masyarakat, subjek, klien, dan
peneliti:
1. Sikap Positif (tetap berkonstribusi)
2. Sikap Bertanya (untuk mengetahui sesuatu)
3. Sikap Sangsi (sikap tidak langsung menerima hal-hal yang dirasa masih
meragukan)
Jadi etika riset seharusnya tidak hanya disadari dan diketahui,tetapi harus
menyentuh juga tahap action. Sebagaimana aspek-aspek lain dalam bisnis, riset pun
mengharapkan perilaku etis dari para pelakunya yang mengacu kepada norma-norma
atau standar-standar moral pribadi dan dengan orang lain agardipastikan bahwa tak
seorang pun dirugikan

2.5. Informasi Hasil Riset Konsumen Dengan Basis Segmentasi Pasar Dan Contohnya
Schiffman dan Kanuk (2008 : 37) mendefinisikan segmentasi pasar sebagai
proses membagi pasar menjadi irisan-irisan konsumen yang khas yang mempunyai
kebutuhan atau sifat yang sama dan kemudian memilih satu atau lebih segmen yang akan
dijadikan sasaran bauran pemasaran yang berbeda. Segmentasi faktanya telah digunakan
pada tujuan pemasaran berkembang, hal ini dikarenakan segmentasi mengidentifikasikan
sub kelompok penting dalam populasi sebagai target pemasaran yang lebih efisien dari
yang lain. Penelitian segmentasi yang telah dilakukan oleh para ahli mengelompokkan
konsumen berdasarkan kelas sosial dan gaya hidup (Plummer, 1974) maupun variabel-
variabel demografi seperti umur, jenis kelamin, pendapatan, dan variabel demografi
lainnya. Tujuan segmentasi adalah melayani konsumen lebih baik dan memperbaiki
kompetitif perusahaan. Dibalik tujuan utama ini tentu ada tujuan-tujuan lain yang lebih
sempit, seperti meningkatkan penjualan (dalam unit dan rupiah), memperbaiki pangsa
pasar (market share), melakukan komunikasi dan promosi yang lebih baik, dan
memperkuat citra. Maka dari hal tersebut riset konsumen berbasis segmentasi pasar
sangatlah penting dan bermanfaat bagi pemasar.
Pasar, khususnya pasar konsumen dapat disegmentasi berdasarkan empat
kelompok besar variabel, yaitu : variabel geografis, demografis, psikografis, dan perilaku.
Pemasar harus menggunakan kombinasi dari keempat variabel tersebut untuk
memperoleh cara segmentasi yang terbaik (Suprapti, 2010 : 39).
Sebagai contoh jika seseorang peneliti diberitahu bahwa tujuan studi adalah untuk
mengembangkan strategi pasar Starbuck market, dalam memasuki sebuah lingkungan
pasar baru maka manajer pemasar Starbuck melakukan riset terhadap gaya hidup
masyarakat sekitar. pertama-tama dia dapat mengumpulkan data-data sekunder, seperti
statistic populasi (jumlah penduduk,rata-rata penghasilan penduduk, minat masyarakat
terhadap kopi, dll). Kemudian, bersama-sama dengan manajer pemasaran, peneliti akan
menentukan berbagai parameter dari populasi yang akan dipelajari (misalnya,laki-laki dan
perempuan sudah nikah yang berlatar belakang pendidikan perguruan tinggi berumur
antara 25-60 yang tinggal atau bekerja di daerah kota Denpasar). Studi kuantitatif dapat
dijalankan pertama-tama dengan mengumpulkan iformasi mengenai sikap dan perhatian
target populasi mengenai cara menemukan orang-orang yang memiliki kecendrungan
minum kopi. Tahap riset ini harus mengahasilkan generalisasi sementara mengenai
kelompok-kelompok tertentu kepada sasaran dan pelayanan yang harus diberikan.
Kemudian manajer pemasaran dapat menginstruksikan peneliti untuk
menyelenggarakan studi kuantitatif guna menegaskan dan mencantumkan jumlah pasti
(presentase) pada temuan-temuan yang muncul dari kelomopok-kelompok fokus. Studi
tahap pertama harus memberikan pengertian yang cukup untuk mengembangkan
rancangan riset dan secara langsung dapat melancarkan survey berskala besar. Tetapi, jika
masih ada keraguan mengenai suatu unsur rancangan riset, seperti susunan kata-kata dan
format, mereka dapat memutuskan untuk melakukan studi penyelidikan berskala kecil.
Analis harus mengelompokkan calon konsumen ke dalam segmen-segmen yang
didasarkan pada ciri-ciri social buadaya atau gaya hidup yang relevan dan berdasarkan
kebiasaan, sikap, persepsi, dan ciri-ciri geodemografis

2.6. Kreteria Penetapan Pasar Sasaran Yang Efektif


Kotler dan Armstrong (1997: 242) menyatakan penetapan pasar sasaran adalah
melakukan evaluasi setiap segmen pasar dan memutuskan yang mana dan berapa banyak
yang akan dilayani. Hermawan Kartajaya dkk. (2003: 50) mendefinisikan penetapan
pasar sasaran sebagai strategi untuk mengalokasikan sumber daya perusahaan secara
efektif dimana sumber daya selalu berada dalam jumlah terbatas.
a. Mengevaluasi segmen-segmen pasar
Menurut Suprapti (2010 : 43), untuk memperoleh manfaat yang maksimal dari satu
atau beberapa segmen pasar, sebuah segmen pasar harus memenuhi beberapa
persyaratan berikut:
1. Dapat diukur (measurable), artinya besar dan daya beli sebuah segmen harus dapat
diukur dengan tingkat ukuran tertentu.
2. Dapat dijangkau (accessible), artinya seberapa jauh segmen tersebut dapat
dijangkau dan dilayani dengan efektif.
3. Ukurannya cukup besar (substantial), artinya sebuah segmen akan layak bila
ukurannya cukup besar atau cukup menguntungkan.
4. Dapat dibedakan (differentiable), artinya segmen yang satu dapat dibedakan dari
yang lainnya dan setiap segmen memberi respon yang berbeda terhadap bauran
pemasaran.
5. Dapat dilaksanakan (actionable), artinya seberapa jauh program yang efektif dapat
dirancang untuk menarik dan melayani segmen tersebut.

b. Memilih segmen-segmen pasar


Setelah mengevaluasi segmen-segmen yang ada, perusahaan selanjutnya harus
memutuskan segmen yang mana dan berapa banyak segmen yang akan dilayani,
dimana proses ini dapat disebut sebagai seleksi pasar sasaran. Perusahaan dapat
menggunakan satu dari tiga jenis strategi cakupan pasar berikut ini:
1. Pemasaran serba-sama; strategi cakupan pasar dimana sebuah perusahaan
memutuskan untuk mengabaikan perbedaan-perbedaan segmen pasar dan
memasuki seluruh pasar dengan satu penawaran. Penawaran akan
memfokuskan pada kebutuhan umum konsumen, bukan kebutuhan khusus
konsumen.
2. Pemasaran serba-aneka; strategi cakupan pasar dimana sebuah perusahaan
memutuskan untuk beroperasi pada beberapa segmen pasar dan mendesain
penawaran yang berbeda untuk masing-masing segmen. Dibutuhkan riset
pemasaran, peramalan, analisis penjualan, perencanaan promosi, jalur
distribusi, dan biaya promosi yang besar jika perusahaan memutuskan
menggunakan strategi ini.
3. Pemasaran terpusat; strategi cakupan pasar dimana sebuah perusahaan
mencari bagian besar dari satu atau beberapa subpasar. Sebagai pengganti
mencari pangsa kecil dari sebuah pasar yang besar, perusahaan mencari
pangsa besar dari satu atau beberapa subpasar.
c. Penentuan posisi pasar
Kotler dan Armstrong (1997: 249) menyatakan penentuan posisi pasar sebagai
perancangan posisi produk dan citra perusahaan sehingga menempati tempat khusus
dan dihargai dalam benak pelanggannya. Hermawan Kartajaya dkk. (2003: 51)
mendefinisikan penentuan posisi pasar sebagai strategi untuk mengarahkan pelanggan
dengan membangun rasa kepercayaan, percaya diri, dan kompetensi untuk pelanggan
sehingga menciptakan sebuah eksistensi di benak pelanggan dan memimpin mereka
secara kredibel. Posisi produk adalah cara bagaimana produk didefinisikan oleh
konsumen atas dasar ciri-ciri penting atau tempat yang diduduki produk dalam benak
konsumen relatif terhadap produk pesaing. Proses penetapan posisi produk terdiri atas
tiga langkah, yaitu:
1. Mengidentifikasi keunggulan bersaing yang mungkin
Keunggulan bersaing adalah keunggulan terhadap pesaing yang diperoleh dengan
menawarkan nilai yang lebih besar kepada konsumen, baik melalui harga lebih
murah maupun dengan memberikan manfaat produk yang lebih banyak sehingga
sesuai kalaupun harganya tinggi.
2. Memilih keunggulan bersaing yang tepat
Ketika suatu perusahaan menemukan beberapa potensi keunggulan bersaing,
perusahaan tersebut harus memilih keunggulan bersaing yang di atasnya dapat
dibangun strategi penentuan posisi. Perusahaan harus memutuskan berapa
banyak diferensiasi yang akan dipromosikan dan yang mana. Berapa banyak
perbedaan yang dipromosikan, ketika dua atau lebih perusahaan mengklaim
dirinya sebagai yang terbaik pada ciri yang sama, maka penting bagi perusahaan
untuk memposisikan dirinya pada lebih dari satu faktor pembeda.
3. Mengkomunikasikan posisi yang telah dipilih
Setelah menetapkan posisi produknya, perusahaan harus mengambil langkah-
langkah pasti untuk mengkomunikasikan posisi yang diinginkan kepada
konsumen sasaran. Seluruh upaya bauran pemasaran perusahaan harus
mendukung strategi penentuan posisi. Menentukan posisi perusahaan
membutuhkan tindakan nyata, bukan sekedar bicara. Jika telah memutuskan
untuk membangun posisi pada mutu dan pelayanan yang lebih baik, perusahaan
harus menyampaikan posisi itu.

REFERENSI
Suprapti, Ni Wayan Sri. 2010. Perilaku Konsumen: Pemahaman Dasar dan
Aplikasinya dalam Strategi Pemsaran. Denpasar: Udayana University Press
Munandar, Dadang. 2005. Analisis Penentuan Segmen, Target, Dan Posisi Pasar
Home Care Di Rumah Sakit Al-Islam Bandung. Majalah Ilmiah UNIKOM Vol.6, No. 2.
Penetapan Pasar Sasaran Dan Penentuan Posisi Pasar.
http://elainelainey.blogspot.com/2016/07/penetapan-pasar-sasaran-dan-penentuan.html
(diakses September 2017)

Anda mungkin juga menyukai