Anda di halaman 1dari 23

BAB 1

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus
spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika
diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan usia sangat
dini, terlambatnya menstruasi selama beberapa hari, sehingga seorang
wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5
juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus
desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga
banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah
pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong
amnion kosong dan kemudian plasenta.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya
abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring
dengan kejadian abortus.
Pemahaman abortus di kalangan masyarakat masih rendah. Oleh
karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama
dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini
adalah perawat. Sehingga kami mengambil pokok bahasan ini sebagai
penelitian makalah kami.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian abortus?
2. Apa klasifikasi abortus?
3. Apa etiologi abortus?
4. Bagaimana patofisiologis abortus?
5. Apa manifestasi klinis abortus?
6. Apa pemeriksaan penunjang dan komplikasi abortus?
7. Bagaimana penatalaksanaan abortus?
8. Bagaimana asuhan keperawatan abortus inkomplit?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian abortus.
2. Untuk mengetahui klasifikasi abortus.
3. Untuk mengetahui etiologi abortus.
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologis abortus.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis abortus.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan komplikasi abortus.
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan abortus.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan abortus inkomplit.

BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah
sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal (Manuaba, 2008)
Abortus diartikan sebagai berakhirnya suatu kehamilan (oleh
akibat akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah ke hamilan belum mampu hidup di luar kandungan
( Ika Pantikawati, 2010)
B. Klasifikasi Abortus
Menurut Ika Pantikawati (2010, hal 125), abortus dapat dibagi atas dua
golongan yaitu:
1. Menurut terjadinya abortus dibedakan menjadi :
a. Abortus spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
b. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang terjadi akibat intervensi
tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan.
Biasanya karena kehamilan yang tidak diinginkan. Abortus
provokatus terdiri dari abortus mediasinalis dan abortus kriminalis.
2. Menurut gambaran klinis, dibedakan atas:
a. Abortus Iminens
Terjadinya pendarahan uterus pada kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya
dilatasi servik.
3

b. Abortus Insipiens
Peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu dengan adanya dilatasi servik.
c. Abortus Inkomplit
Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina
servikalis terbuka dan jaringan dapat di raba dalam kafum uteri
atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin di keluarkan,
dapat menyebabkan shok.
d. Abortus Komplit
Merupakan seluruh hasil konsepsi telah keluar dari uterus pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah
menutup, uterus telah mengecil sehingga pendarahan sedikit.
e. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau janin yang telah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan
hasil konsepsi seluruhnya masih ada di dalam kandungan.
f. Abortus infeksi dan abortus septik
Abortus infeksi adalah abortus yang disertai dengan infeksi genital.
Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus
yang paling sering terjadi apalgi bila dilakukan kurang
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Abortus septik, adalah
abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman
ataupun toksinya kedalam peredaran darah atau peritonium.
g. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut atau lebih.
Penderita pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali
tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran secara berturutturut.
C. Etiologi
1. Abortus Iminens
Beberapa penyebab abortus imminens adalah sebagai berikut :

a. Kelainan kromosom. Faktor ini dianggap sebagai penyebab paling


tinggi terjadinya abortus imminens
b. Faktor hormonal
c. Kelainan bentuk rahim
d. Penyakit ibu dan factor endomentrim, yakni ketidaksiapan
menerima hasil konsepsi karena kurangnya asupan gizi ibu hamil
yang dikonsumsi atau jarak kehamilan yang terlalu rapat
e. Penyakit bapak
f. Kekebalan tubuh yang rendah
g. Pengaruh dari luar semisal virus, obat-obatan, radiasi dan lain
sebagainya
h. Trauma
i. Kelainan pada plasenta
j. Uterus yang terlalu cepat regang semisal pada kehamilan ganda
dan mola.
2. Abortus Insipiens
a. Kelainan ovum
Menurut Hertig dan kawan-kawan, pertumbuhan abnormal
dari fetus sering menyebabkana bortus spontan, menurut
penyelidikan mereka dari 1000 abortus spontan maka 48,9%
disebabkan karena ovum yang patologis. 3,2% disebabkan oleh
kelainan letak embrio dan 9,6% disebabkan oleh plasenta yang
abnormal. 6% diantaranya terdapat degenerasi hidatidvili. Abortus
spontan

yang

dikarenakan

kelainan

ovum

berkurang

kemunngkinannya jika kehamilan lebih dari 1 bulan, artinya makin


5

muda kehamilan saat terjadinya abortus, makin besar kemungkinan


disebabkan oleh kelainan ovum.
b. Kelainan genetalia ibu
Misalnya pada ibu yang menderita :Anomaly kongital
(hipoplasia uteri) dan kelainan letak dari uterus, seperti retrofleksi
uteri fiksata
c. Gangguan sirkulasi plasenta
Dijumpai pada ibu yang menderita penyakit seperti hipertensi,
nefritis
d. Penyakit-penyakit ibu, misalnya: penyakit infeksi yang dapa
tmenyebabkan demam tinggi seperti tipoid, pneumonia
e. Antagonis rhesus yaitu pada antogonis rhesus darah ibu yang
melalui plasenta merusak darah fetus sehingga terjadi anemia pada
fetus yang berakibat meninggalnya fetus
f. Rangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus berkontraksi,
misal: terkejut, ketakutan, obat-obatandan lain-lain.
g. Penyakit bapak : umur lanjut, penyakit kronis seperti TBC, anemi
dan lain-lain.
3. Abortus infeksi dan abortus septik
Organisme-organisme yang paling sering bertanggung jawab
terhadap infeksi pasca abortus adalah E.coli, Streptococcus non
hemolitikus,

Streptococci

anaerob,

Staphylococcus

aureus,

Streptococcus hemolitikus, dan Clostridium perfringens. Bakteri lain


yang kadang dijumpai adalah Neisseria gonorrhoeae, Pneumococcus
dan Clostridium tetani. Streptococcus pyogenes potensial berbahaya
oleh karenadapatmembentukgas.
4. Missed abortus adalah:
a. Kelainan genetik (75-90% total keguguran).
b. Kadar progesterone tidak normal
c. Kelainan kelenjar thyroid
d. Diabetes tidak terkontrol
e. Kelainan uterus
f. Infeksi
g. Penyakit autoimun lain
5. Abortus Habitualis
a. Kelainan pada zigot

b. Gangguan fungsi atau malfungsi endometrium yang menyebabkan


implantasi ovum yang dibuahi atau gangguan dalam pertumbuhan
mudigah
c. Kelainan

anatomik

pada

uterus

yang

dapat

menghalangi

berkembangnya janin didalamnya dengan sempurna.


6. Abortus Inkomplit
a. Kelainan genetik
b. Faktor hormonal
c. Kelainan anatomi uterus
d. Faktor infeksi genetalia interna
e. Intoksikasi agen eksternal
f. Faktor paternal
g. Faktor imunologis
7. Abortus Komplit
a. Kelainan ovum
b. Pengaruh endokrin
c. Factor imunologis
d. Gamet yang menua
e. Kelainan genetalia ibu
f. Gangguan sirkulasi plasenta
g. Antagonis resus
h. Terlalu cepatnya korpus luteum menjadi atrafis
i. Perangsangan pada ibu yang menyebabkan uterus kontraksi
D. Patofisiologi
Pada awal abortus terjadi dalam desidua basalis, diikuti nekrosis
jaringan yang menyebabkan hasil konsepsi terlepas dan dianggap benda
asing dalam uterus. Sehingga menyebabkan uterus berkonsentrasi untuk
mengeluarkan benda asing tersebut. Apabila pada kehamilan kurang dari 8
minggu, nilai khorialis belum menembus desidua serta mendalam
sehingga hasil konsepsi dapat dikeluarkan seluruhnya. Apabila kehamilan
8 sampai 4 minggu villi khorialis sudah menembus terlalu dalam sehingga
plasenta tidak dapat dilepaskan sempurna dan menimbulkan banyak
pendarahan daripada plasenta. Perdarahan tidak banyak jika plasenta tidak
lengkap. Peristiwa ini menyerupai persalinan dalam bentuk miniature.
Hasil konsepsi pada abortus dapat dikeluarkan dalam berbagai
bentuk, adakalanya kantung amnion kosong atau tampak didalamnya
benda kecil tanpa bentuk yang jelas (missed aborted). Apabila mudigah

yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya
terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol
karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion
menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus
kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna
kemerah-merahan.

Pathway

E. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri
pingang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih
kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak

nyeri pada perabaan adneksa, cavum douglas tidak menonjol dan


tidak nyeri.
F. Pemeriksaan penunjang
1. Tes kehamilan positif bila janin masih hidup, bahkan 2-3 minggu
setelah abortus
2. Pemeriksaan Doopler atau USG untuk menentukan apakah janin masih
hidup
3. Pemeriksaan kadar fibrinogen darah pada missed abortion
G. Komplikasi
1. Perdarahan, perforasi, syok dan infeksi
2. Pada missed abortion dengan retensi lama hasil konsepsi dapat terjadi
kelainan pembekuan darah
H. Penatalaksanaan
1. Abortus imminen
a. Istirahat baring agar aliaran darah ke uterus bertambah dan
rangsang mekanik berkurang
b. Periksa denyut nadi dan suhu badan dua kali sehari bila pasien
tidak panas dan tiap empat jam bila pasien panas
c. Tes kehamilan dapat dilakukan,. Bila hasil negatif, mungkin janin
sudah mati. Pemeriksaan USG untuk menentukan apakah janin
masih hidup.
d. Berikan obat penenang, biasanya fenobarbital 3x30 mg. berikan
preparat hematinik misalnya sulfas ferosus 600-1000 mg.
e. Diet tinggi protein dan tambahan vitamin C.
f. Bersihkan vulva minimal dua kali sehari dengan cairan antiseptik
untuk mencegah infeksi terutama saat masih mengeluarkan cairan
coklat.
2. Abortus insipien
a. Bila perdarahan tidak banyak., tunggu terjadinya abortus spontan
tanpa pertolongan selam 36 jam dengan diberikan morfin.
b. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, yang biasanya disertai
perdarahan, tangani dengan pengosongan uterus memakai kuret
vakum atau cunam abortus, disusul dengan kerokan memakai kuret
tajam. Suntikan ergometrin 0,5 mg intramuskuler.

10

c. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan infus oksitosin 10


IU dalam dekstrose 5% 500 ml dimulai 8 tetes per menit dan
naikkan sesuai kontraksi uterus sampai terjadi abortus komplit.
d. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
3. Abortus inkomplit
a. Bila disertai syok karena perdarahan, berikan infus cairan NaCL
fisiologis atau ringer laktat dan selekas mungkin tranfusi darah.
b. Setelah syok diatasi, lakukan kerokan dengan kuret tajam lalu
suntikan ergometrin 0,2 mg intramuskuler
c. Bila janin sudah keluar, tetapi plasenta masih tertinggal, lakukan
pengeluaran plasenta secara manual.
d. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi.
4. Abortus komplit
a. Bila kondisi paisen baik, berikan ergometrin 3x1 tablet selama 3-5
hari.
b. Bila pasien anemia, berikan hematinik seperti sulfas ferosus atau
transfusi darah.
c. Berikan antibiotik untuk mencegah infeksi
d. Anjurkan pasien diit tinggi protein, vitamin dan mineral
5. Missed abortion
a. Bila kadar fibrinogen normal, segera keluarkan jaringan konsepsi
dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam
b. Bila kadar fibrinogen rendah, berikan fibrinogen kering atau segera
sesaat sebelum atau ketika mengeluarkan konsepsi
c. Pada kehamilan kurang dari 12 minggu, lakukan pembukaan servik
dengan gagang laminaria selama 12 jam lalu lakukan dilatasi
servik dengan dilator Hegar. Kemudian hasil konsepsi diambil
dengan cunam ovum lalu dengan kuret tajam.
d. Pada kehamilan lebih dari 12 minggu, berikan dietilstilbestrol 3x5
mg lalu infus oksitosin 10 IU dalam dekstrose 5% sebanyak 500 ml
mulai 20 tetes per menit dan naikkan dosis sampai ada kontraksi
uterus. Oksitosin dapat diberikan sampai 100 IU dalam 8 jam. Bila
tidak berhasil, ulang infus oksitosin setelah pasien istirahat satu
hari.

11

e. Bial tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil
konsepsi dengan menyuntik garam 20% dalam

cavum uteri

melalui dinding perut.


6. Abortus septik
a. Abortus septik harus dirujuk ke rumah sakit
b. Penanggulangan infeksi
c. Tingkatkan asupan cairan
d. Bila perdarahan banyak, lakukan transfusi darah
e. Dalam 24 jam sampai 48 jam setelah perlindungan antibiotik atau
lebih cepat lagi bila terjadi perdarahan , sisa konsepsi harus
dikeluarkan dari uterus.
I. Asuhan keperawatan abortus inkomplit
ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL Ny. P G 2P1A0 UMUR 28
TAHUN UMUR KEHAMILAN 12 MINGGU DENGAN ABORTUS
INKOMPLIT DI RS KASIH IBU SURAKARTA TAHUN 2013

Ruang

: VK

Tanggal Masuk / Jam : 31 Maret 2013 / 09.00 WIB


No. Register

: 604884

1. Pengkajian
a. Identitas
Pasien

Identitas Suami

Nama

: Ny. P

Nama

: Tn. T

Umur

: 28 tahun

Umur

: 30 tahun

Agama

: Islam

Agama

: Islam

Suku Bangsa : Jawa Indonesia

Suku Bangsa : Jawa Indonesia

Pendidikan

Pendidikan

: SMA

12

: SMK

Pekerjaan

: Swasta

Pekerjaan

: Swasta

Alamat

: Perum Grand Mangesti A11, Gentan, Baki

2. Anamnesa (Data Subyektif)


a. Keluhan Utama
Ibu mengatakan cemas dan perut bagian bawah terasa nyeri mulai
tanggal 27 Maret 2013, tanggal 28 Maret 2013 mengeluarkan darah
sedikit-sedikit dan tanggal 31 Maret 2013 mulai jam 08.30 WIB
mengeluarkan darah banyak bergumpal dari jalan lahir.
b. Riwayat Menstruasi
1) Menarche
: Ibu mengatakan haid pertama kali umur12
tahun.
2) Siklus
3) Banyaknya

: Ibu mengatakan siklus haid 28 30hari.


: Ibu mengatakan 2 3 kali

gantipembalut.
4) Lamanya
5) Sifat darah

: Ibu mengatakan lamanya haid 6 7hari.


: Ibu mengatakan sifat darah haidnyaencer

dan warnanya merah.


6) Teratur/tidak
: Ibu
setiapbulannya.
7) Dismenorhea

mengatakan

haidnya

teratur

: Ibu mengatakan tidak pernahmengalami

dismenorhea.
c. Riwayat kehamilan sekarang
1) HPHT
: 28 Desember 2012
2) HPL
: 04 September 2013
3) Gerakan janin
: Ibu mengatakan belum
merasakangerakan janin.
4) Obat yang dikonsumsi
:
Ibu
mengatakan

tidak

pernahmengkonsumsi obat lain kecuali obatyang diberikan dari


bidan berupa tabletFe dan vitamin.
5) Keluhan- keluhan pada trimester I :Ibu mengatakan mual dan
muntahsetiap pagi hari.
6) ANC: Ibu mengatakan 2 kali di bidan padawaktu umur
kehamilan 1 bulan danumur kehamilan 2 bulan.
7) Imunisasi TT : Ibu mengatakan 1 kali, dibidan yaitupada umur
kehamilan 2 bulan.
8) Kekhawatiran khusus
13

:Ibu

mengatakan

merasa

cemas

dankhawatir dengan kondisi kehamilannyasaat ini.


d. Riwayat Penyakit
1) Riwayat penyakit sekarang
Ibu mengatakan tanggal 31 Maret 2013 mengeluarkan darah
banyak, bergumpal dari jalan lahir, sejak 3 hari yang lalu perut
bagian bawah terasa nyeri dan mengeluarkan darah sedikit.
2) Riwayat penyakit sistemik
a) Jantung
Ibu mengatakan tidak pernah merasakan jantungnya
berdebar-debar, sesak nafas, tidak mudah lelah saat
beraktivitas dan tidak pernah mengeluarkan keringat dingin
pada telapak tangannya.
b) Ginjal
Ibu mengatakan tidak pernah mengeluh nyeri pada perut
bagian bawah dan pinggang sakit saat BAK.
c) Asma
Ibu mengatakan tidak pernah merasa sesak nafas, nafas
pendek, dan berbunyi.
d) TBC
Ibu mengatakan tidak pernah keluar keringat dingin pada
malam

hari,

batuk

berdahak

dan

batuk

yang

berkepanjangan lebih dari 2 minggu.


e) Hepatitis
Ibu mengatakan tidak pernah terlihat kuning di mata, ujung
kuku dan kulit.
f) Diabetes Mellitus
Ibu mengatakan tidak pernah merasa sering haus, sering
lapar dan sering kencing pada malam hari lebih dari 7 8
kali.
g) Hipertensi
Ibu mengatakan tidak pernah mengalami tekanan darah
tinggi lebih dari 140/90 mmHg dan tidak pernah mengalami
keluhan seperti pusing, tengkuk terasa kaku dan tegang.
h) Epilepsi
Ibu mengatakan belum pernah mengalami kejang sampai
mengeluarkan busa dari dalam mulutnya.
i) Lain-lain
Ibu mengatakan tidak ada riwayat penyakit seperti

14

HIV/AIDS dan PMS.


3) Riwayat penyakit keluarga
Ibu mengatakan dalam keluarganya baik dari pihak dirinya dan
pihak suami tidak pernah memiliki riwayat penyakit menurun
seperti jantung, DM, hipertensi ataupun penyakit menular
seperti TBC, hepatitis dan epilepsi.
4) Riwayat keturunan kembar
Ibu mengatakan baik dari pihak dirinya maupun pihak dari
suaminya tidak ada yang memiliki riwayat keturunan kembar.
e. Riwayat operasi
Ibu mengatakan sampai saat ini belum pernah mengalami operasi
apapun.
f. Riwayat Perkawinan
Ibu mengatakan perkawinannya syah, kawin 1 kali pada umur 23
tahun dengan suami umur 25 tahun, lama perkawinannya 6 tahun
dan mempunyai 1 anak.
g. Riwayat Keluarga Berencana
Ibu mengatakan setelah kelahiran

anak

pertama

pernah

menggunakan KB Suntik 3 bulan selama 2 tahun, tidak ada


keluhan kemudian dilepas karena ingin mempunyai anak lagi.
h. Riwayat Kehamilan, Persalinan dan Nifas yang lalu
Ana
k
Tgl/Thn Tempat Umur
No

Penolong
Partus

Partus

Nifas Keadaan

Jenis

Kehmlan Partus

BB PB Keada Lakt Anak


(cm
Jenis
an
asi
(gr) )
Sekarang
300

1.
2.

2009

Bidan

9 bulan

Spontan Bidan

Lanc
49 Baik

ar

Hidup

Kehamilan Sekarang

i. Pola Kebiasaan Sehari-hari


1) Pola nutrisi
Sebelum hamil :
Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, sayur, tahu tempe

15

sehari 3 kali dengan porsi sedang, ibu minum 6-7 gelas sehari
dengan air putih, ibu mengatakan tidak ada makanan
pantangan.
Selama hamil :
Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, ikan dan tahu
tempe 4-5 kali sehari dengan porsi kecil tapi sering. Ibu minum
8-9 gelas sehari dengan air putih, 1 gelas susu ibu hamil, ibu
mengatakan tidak ada makanan pantangan.
2) Pola eliminasi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi
kurang lebih 4-5 kali sehari dan BAB dengan frekuensi 1 kali
sehari, tidak ada keluhan.
Selama hamil : Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi kurang
lebih 6-7 kali sehari dan BAB dengan frekuensi 1 kali sehari,
tidak ada keluhan.
3) Pola aktifitas
Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan pekerjaan sebagai
karyawan swasta.
Selama hamil

Ibu

mengatakan

mengurangi

aktivitasnyasehari-hari seperti tidak memasak dan mencuci


pakaian

serta

di

bantu

suami

dalam menyelesaikan

pekerjaan rumah tangga lainnya.


4) Pola istirahat
Sebelum hamil : Ibu mengatakan tidur malam kurang lebih 7-8
jam dan tidak pernah tidur siang karena ibu bekerja.
Selama hamil : Ibu mengatakan tidur malam kurang lebih 7-8
jam dan tidak pernah tidur siang karena ibu bekerja.
5) Pola personal hygiene
Sebelum hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, keramas
3 kali dalam 1 minggu, gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2
kali sehari dan tidak ada keluhan.
Selama hamil : Ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, keramas 3
kali dalam 1 minggu, gosok gigi 2 kali sehari, ganti pakaian 2
kali sehari dan tidak ada keluhan.

16

6) Pola seksual
Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual
1 minggu 3 kali dan tidak ada keluhan.
Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual
1 minggu 2 kali dan tidak ada keluhan.
7) Psikososial budaya
a) Perasaan tentang kehamilan ini
Ibu mengatakan merasa senang dengan kehamilan ini dan
juga merasa cemas dengan perdarahan yang semakin banyak
dan nyeri bagian bawah yang dialaminya.
b) Kehamilan ini direncanakan atau tidak
Ibu mengatakan kehamilan ini telah direncanakan.
c) Jenis kelamin yang diharapkan
Ibu mengatakan baik laki-laki maupun perempuan sama
saja, yang penting anaknya nanti bisa lahir dengan selamat
dan sehat.
d) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini
Ibu mengatakan baik dari pihak dirinya maupun dari pihak
suaminya sangat mendukung dengan kehamilan ini.
e) Keluarga lain yang tinggal serumah
Ibu mengatakan tinggal serumah dengan orang tua dari
suaminya.
f) Pantangan makanan
Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan.
g) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan
Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan adat istiadat kehamilan
dalam keluarganya.
h) Penggunaan Obat-obatan / rokok
Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat selain
obat yang diberikan dari bidan dan ibu serta suami juga
tidak pernah merokok.
8) Data Obyektif (Pemeriksaan Fisik)
Status Generalis
a) Keadaan umum : lemah
b) Kesadaran :komposmenes
c) Vital Sign: tekanan 110/70 mmHg
d) denyut nadi 88x/meni
e) respirasi 22x/menit
f) suhu 36%
g) Tinggi badan : 158 cm
17

h) BB sebelum hamil : 47 kg
i) BB sekarang : 48 kg
j) LLA : 24 cm
Pemeriksaan panggul
a)
b)
c)
d)
e)

Kesan panggul: normal (gynekoid)


Distansia spinarum: 24 cm (24-26
Distania kristarum
: 28 cm (28-30 cm)
Konjunggata eksterna : 18 cm (18-20 cm)
Lingkar panggul
: 85 cm (85-90 cm)

Anogenital
a) vulva vagina
Varices
: Tidak ada varices
Luka
: Tidak ada luka.
Kemerahan
: Tidak ada kemerahan
Nyeri
:Ada nyeri tekan.
Kelenjar bartolini
: Tidak ada pembesaran kelenjar
bartolini
Pengeluaran pervaginam : Keluar darah yang banyak vagina +
50 cc.
b) Perineum
Bekas luka
Lain-lain
c) Anus

:Tidak ada bekas luka


: Tidak ada.

Haemorhoid

: Tidak haemorhoid

Lain-lain

: Tidak ada.

d) Pemeriksaan penunjang
Hb : 13,4 gr%

: Normal 13,6 19,6 gr%

Leukosit : 9.800/mm3 : Normal 4.000 10.000/mm3


Golongan darah

:A

Trombosit

: 255.000/mm3

Normal : 255.000/mm3
3.

ANALISA DATA
Tanggal 31 Maret 2013 Pukul 09.30 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. P G2P1A0 umur 28 tahun umur kehamilan 12 minggu dengan
abortus inkomplit.
Data Dasar
18

Data Subjektif
a)
Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua
b)
Ibu mengatakan belum pernah keguguran
c)
Ibu mengatakan cemas
d)
Ibu mengatakan menstruasi terakhir tanggal 28
Desember 2012
e)
Ibu mengatakan cemas dan perut bagian bawah
terasa nyeri mulai tanggal 27 Maret 2013, tanggal 28 Maret
2013 mengeluarkan darah sedikit dan tanggal 31 Maret
2013 mengeluarkan darah banyak bergumpal dari jalan

lahir.
2 Data Objektif
a Pengeluaran darah dan stolsel dari jalan lahir kurang lebih
b
c
3

50 cc dengan merah kehitam-hitaman.


Ekspresi wajah ibu tampak gelisah.
Kontraksi uterus lemah, tidak teraba ballotement (-), TFU :

2 jari diatas sympisis


Masalah
a Ibu merasa cemas dengan perdarahan yang dialaminya dan
b

adanya rasa nyeri pada perut bagian bawah.


Kebutuhan
(1) Memberi dorongan moral kepada ibu.
(2) Memberi informasi tentang keadaan ibu.

4. DIAGNOSA
a. Potensial terjadinya syok hipovolemik
b. kekurangan darah dan infeksi.
5. INTERVENSI
a. Observasi perdarahan pervaginam dan kontraksi uterus setiap 2
jam
b. Observasi tanda-tanda infeksi alat genital berupa demam, nadi
cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri
c.
d.
e.
f.
g.
h.

tekan.
Beri suport mental pada ibu
Anjurkan ibu untuk berdoa
Siapkan informed consent tindakan kuretase
Hadirkan orang yang dianggap penting bagi ibu
Siapkan peralatan kuretase dan anjurkan ibu untuk berpuasa
Lakukan perawatan pre curet dengan mengosongkan kandung
19

kemih
i. Anjurkan ibu untuk tetap istirahat di tempat tidur
j. Kolaborasi dengan dokter SpOG dan dokter anestesi dalam
pemberian terapi
1) Infuse RL 20 tetes/ menit
2) Penicilin 1 juta UI + cephalosporin 5 mg (3 x 1) sehari
6. PELAKSANAAN
a. Memberitahu keluarga dan ibu tentang kondisi ibu
b. Menjelaskan kepada keluarga dan ibu tindakan yang akan
dilakukan
c. Mengobservasi perdarahan pervaginam dan kontraksi uterus setiap
2 jam
d. Melakukan informed concent untuk persetujuan tindakan curettage
e. Mengobservasi tanda-tanda infeksi alat genital berupa demam, nadi
cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.

tekan.
Memberi suport mental pada ibu
Menganjurkan ibu untuk berdoa
Menghadirkan orang yang dianggap penting bagi ibu
Menyiapkan peralatan kuretase
Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan genetalianya
Melakukan perawatan pre curet dan anjurkan ibu untuk berpuasa
Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat di tempat tidur
Mengkolaborasi dengan dokter SpOG dan dokter anestesi untuk

tindakan anestesi / kuretasi dan dalam pemberian terapi


1 Infuse RL 20 tetes/ menit
2 Penicilin 1 juta UI + cephalosporin 5 mg (3 x 1) sehari
7. EVALUASI
a. Keadaan Umum
: Cukup
1) Kesadaran
:Composmentis
2) Vital sign
a) TD : 110/70 mmHg
b) N : 80 x/menit
c) R : 20 x/menit
d) S : 36,50 C
b Pengeluaran pervaginam berupa darah dan stolsel
c Pengeluaran pervaginam berupa darah dan stolsel
d Kontraksi uterus lemah, Jumlah perdarahan kurang lebih 50 cc
e Tidak terjadi tanda-tanda infeksi alat genital

20

Ibu telah mengerti dan mampu menerima keadaannya saat ini,


tetapi ibu masih merasa cemas dan khawatir dengan keadaannya

g
h
i

saat ini.
Perawatan pre kuret sudah dilakukan dan ibu sudah berpuasa serta
kandung kemih telah kosong.
Ibu sudah beristirahat di tempat tidur.
Sudah kolaborasi dengan dokter SpOG dan dokter anestesi
1 Infuse RL 20 tetes/ menit
2 Penicilin 1 juta UI (sudah diinjeksikan pada pukul 10.00 WIB)
3

dan antibiotik cephalosporin 5 mg (3 x 1) sehari


Rencana tindakan kuretase dilakukan jam 21.20 WIB.

21

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010).
Klasifikasi abortus didasarkan pada menurut terjadinya yang meliputi
abortus spontan dan provokatus, sedangkan menurut gambaran klinis
meliputi abortus iminens, abortus insipiens, abortus inkomplit , abortus
komplit, missed abortion, abortus infeksi dan abortus septik dan abortus
habitualis.
B. Kritik dan Saran
a. Kepada mahasiswa dapat lebih meningkatkan pengetahuannya
mengenai hal-hal yang patologi dalam kehamilan khususnya abortus
dalam kehamilan.
b. Kepada instansi kesehatan maupun pemerintah dapat meningkatkan
program kesehatan masyarakat, seperti penyuluhan dan upaya deteksi
dini terhadap kehamilan-kehamilan yang beresiko.

22

DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika.
Manuaba. 2007. iPengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, S. 2007. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta

Yayasan Bina Pustaka.


Mansjoer, Arif dkk. 2000. Kapita selekta kedokteran. Jakarta: Media
Aesculapius FKUI.

23

Anda mungkin juga menyukai