PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)
Angka kejadian abortus diperkirakan frekuensi dari abortus
spontan berkisar 10-15%. Frekuensi ini dapat mencapai angka 50% jika
diperhitungkan banyak wanita mengalami kehamilan dengan usia sangat
dini, terlambatnya menstruasi selama beberapa hari, sehingga seorang
wanita tidak mengetahui kehamilannya. Di Indonesia, diperkirakan ada 5
juta kehamilan per-tahun, dengan demikian setiap tahun terdapat 500.000750.000 janin yang mengalami abortus spontan.
Abortus terjadi pada usia kehamilan kurang dari 8 minggu, janin
dikeluarkan seluruhnya karena villi koriales belum menembus desidua
secara mendalam. Pada kehamilan 814 minggu villi koriales menembus
desidua secara mendalam, plasenta tidak dilepaskan sempurna sehingga
banyak perdarahan. Pada kehamilan diatas 14 minggu, setelah ketubah
pecah janin yang telah mati akan dikeluarkan dalam bentuk kantong
amnion kosong dan kemudian plasenta.
Peran perawat dalam penanganan abortus dan mencegah terjadinya
abortus adalah dengan memberikan asuhan keperawatan yang tepat.
Asuhan keperawatan yang tepat untuk klien harus dilakukan untuk
meminimalisir terjadinya komplikasi serius yang dapat terjadi seiring
dengan kejadian abortus.
Pemahaman abortus di kalangan masyarakat masih rendah. Oleh
karena itu, pandangan yang ada di dalam masyarakat tidak boleh sama
dengan pandangan yang dimiliki oleh tenaga kesehatan, dalam hal ini
adalah perawat. Sehingga kami mengambil pokok bahasan ini sebagai
penelitian makalah kami.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian abortus?
2. Apa klasifikasi abortus?
3. Apa etiologi abortus?
4. Bagaimana patofisiologis abortus?
5. Apa manifestasi klinis abortus?
6. Apa pemeriksaan penunjang dan komplikasi abortus?
7. Bagaimana penatalaksanaan abortus?
8. Bagaimana asuhan keperawatan abortus inkomplit?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk mengetahui pengertian abortus.
2. Untuk mengetahui klasifikasi abortus.
3. Untuk mengetahui etiologi abortus.
4. Untuk mengetahui bagaimana patofisiologis abortus.
5. Untuk mengetahui manifestasi klinis abortus.
6. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang dan komplikasi abortus.
7. Untuk mengetahui bagaimana penatalaksanaan abortus.
8. Untuk mengetahui asuhan keperawatan abortus inkomplit.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010)
Abortus adalah ancaman atau pengeluaran hasil konsepsi sebelum
janin dapat hidup di luar kandungan, sedangkan abortus inkomplit adalah
sebagian hasil konsepsi telah keluar dari kavum uteri dan masih ada yang
tertinggal (Manuaba, 2008)
Abortus diartikan sebagai berakhirnya suatu kehamilan (oleh
akibat akibat tertentu) pada atau sebelum kehamilan tersebut berusia 22
minggu atau buah ke hamilan belum mampu hidup di luar kandungan
( Ika Pantikawati, 2010)
B. Klasifikasi Abortus
Menurut Ika Pantikawati (2010, hal 125), abortus dapat dibagi atas dua
golongan yaitu:
1. Menurut terjadinya abortus dibedakan menjadi :
a. Abortus spontan
Abortus spontan adalah abortus yang terjadi secara alamiah tanpa
intervensi luar (buatan) untuk mengakhiri kehamilan tersebut.
b. Abortus Provokatus
Abortus provokatus adalah abortus yang terjadi akibat intervensi
tertentu yang bertujuan untuk mengakhiri proses kehamilan.
Biasanya karena kehamilan yang tidak diinginkan. Abortus
provokatus terdiri dari abortus mediasinalis dan abortus kriminalis.
2. Menurut gambaran klinis, dibedakan atas:
a. Abortus Iminens
Terjadinya pendarahan uterus pada kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu, janin masih dalam uterus, tanpa adanya
dilatasi servik.
3
b. Abortus Insipiens
Peristiwa peradangan uterus pada kehamilan sebelum usia
kehamilan 20 minggu dengan adanya dilatasi servik.
c. Abortus Inkomplit
Pengeluaran sebagian janin pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa dalam uterus. Pada pemeriksaan vagina
servikalis terbuka dan jaringan dapat di raba dalam kafum uteri
atau kadang-kadang sudah menonjol dari ostium uteri eksternum.
Pendarahan tidak akan berhenti sebelum sisa janin di keluarkan,
dapat menyebabkan shok.
d. Abortus Komplit
Merupakan seluruh hasil konsepsi telah keluar dari uterus pada
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500
gram. Semua hasil konsepsi telah dikeluarkan, ostium uteri telah
menutup, uterus telah mengecil sehingga pendarahan sedikit.
e. Missed Abortion
Abortus yang ditandai dengan embrio atau janin yang telah
meninggal dalam kandungan sebelum kehamilan 20 minggu dan
hasil konsepsi seluruhnya masih ada di dalam kandungan.
f. Abortus infeksi dan abortus septik
Abortus infeksi adalah abortus yang disertai dengan infeksi genital.
Kejadian ini merupakan salah satu komplikasi tindakan abortus
yang paling sering terjadi apalgi bila dilakukan kurang
memperhatikan asepsis dan antisepsis. Abortus septik, adalah
abortus yang disertai infeksi berat dengan penyebaran kuman
ataupun toksinya kedalam peredaran darah atau peritonium.
g. Abortus Habitualis
Abortus yang terjadi sebanyak tiga kali berturut-turut atau lebih.
Penderita pada umumnya tidak sulit untuk menjadi hamil kembali
tetapi kehamilannya berakhir dengan keguguran secara berturutturut.
C. Etiologi
1. Abortus Iminens
Beberapa penyebab abortus imminens adalah sebagai berikut :
yang
dikarenakan
kelainan
ovum
berkurang
Streptococci
anaerob,
Staphylococcus
aureus,
anatomik
pada
uterus
yang
dapat
menghalangi
yang mati tidak dikeluarkan dalam waktu singkat, maka ia dapat diliputi
oleh lapisan bekuan darah. Ini uterus dinamakan mola krenta. Bentuk ini
menjadi mola karnosa apabila pigmen darah telah diserap dalam sisinya
terjadi organisasi, sehingga semuanya tampak seperti daging. Bentuk lain
adalah mola tuberose dalam hal ini amnion tampak berbenjol-benjol
karena terjadi hematoma antara amnion dan khorion.
Pada janin yang telah meninggal dan tidak dikeluarkan dapat
terjadi proses modifikasi janin mengering dan karena cairan amnion
menjadi kurang oleh sebab diserap. Ia menjadi agak gepeng (fetus
kompresus). Dalam tingkat lebih lanjut ia menjadi tipis seperti kertas
pigmenperkamen. Kemungkinan lain pada janin mati yang tidak lekas
dikeluarkan ialah terjadinya maserasi, kulterklapas, tengkorak menjadi
lembek, perut membesar karena terasa cairan dan seluruh janin berwarna
kemerah-merahan.
Pathway
E. Manifestasi Klinis
1. Terlambat haid atau amenorhe kurang dari 20 minggu
2. Pada pemeriksaan fisik : keadaan umum tampak lemah kesadaran
menurun, tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal
atau cepat dan kecil, suhu badan normal atau meningkat
3. Perdarahan pervaginam mungkin disertai dengan keluarnya jaringan
hasil konsepsi
4. Rasa mulas atau kram perut, didaerah atas simfisis, sering nyeri
pingang akibat kontraksi uterus
5. Pemeriksaan ginekologi :
a. Inspeksi Vulva : perdarahan pervaginam ada atau tidak jaringan
hasil konsepsi, tercium bau busuk dari vulva.
b. Inspekulo : perdarahan dari cavum uteri, osteum uteri terbuka atau
sudah tertutup, ada atau tidak jaringan keluar dari ostium, ada atau
tidak cairan atau jaringan berbau busuk dari ostium.
c. colok vagina : porsio masih terbuka atau sudah tertutup, teraba atau
tidak jaringan dalam cavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih
kecil dari usia kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak
10
11
e. Bial tinggi fundus uteri sampai 2 jari bawah pusat, keluarkan hasil
konsepsi dengan menyuntik garam 20% dalam
cavum uteri
Ruang
: VK
: 604884
1. Pengkajian
a. Identitas
Pasien
Identitas Suami
Nama
: Ny. P
Nama
: Tn. T
Umur
: 28 tahun
Umur
: 30 tahun
Agama
: Islam
Agama
: Islam
Pendidikan
Pendidikan
: SMA
12
: SMK
Pekerjaan
: Swasta
Pekerjaan
: Swasta
Alamat
gantipembalut.
4) Lamanya
5) Sifat darah
mengatakan
haidnya
teratur
dismenorhea.
c. Riwayat kehamilan sekarang
1) HPHT
: 28 Desember 2012
2) HPL
: 04 September 2013
3) Gerakan janin
: Ibu mengatakan belum
merasakangerakan janin.
4) Obat yang dikonsumsi
:
Ibu
mengatakan
tidak
:Ibu
mengatakan
merasa
cemas
hari,
batuk
berdahak
dan
batuk
yang
14
anak
pertama
pernah
Penolong
Partus
Partus
Nifas Keadaan
Jenis
Kehmlan Partus
1.
2.
2009
Bidan
9 bulan
Spontan Bidan
Lanc
49 Baik
ar
Hidup
Kehamilan Sekarang
15
sehari 3 kali dengan porsi sedang, ibu minum 6-7 gelas sehari
dengan air putih, ibu mengatakan tidak ada makanan
pantangan.
Selama hamil :
Ibu mengatakan mengkomsumsi nasi, ikan dan tahu
tempe 4-5 kali sehari dengan porsi kecil tapi sering. Ibu minum
8-9 gelas sehari dengan air putih, 1 gelas susu ibu hamil, ibu
mengatakan tidak ada makanan pantangan.
2) Pola eliminasi
Sebelum hamil : Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi
kurang lebih 4-5 kali sehari dan BAB dengan frekuensi 1 kali
sehari, tidak ada keluhan.
Selama hamil : Ibu mengatakan BAK dengan frekuensi kurang
lebih 6-7 kali sehari dan BAB dengan frekuensi 1 kali sehari,
tidak ada keluhan.
3) Pola aktifitas
Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan pekerjaan sebagai
karyawan swasta.
Selama hamil
Ibu
mengatakan
mengurangi
serta
di
bantu
suami
dalam menyelesaikan
16
6) Pola seksual
Sebelum hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual
1 minggu 3 kali dan tidak ada keluhan.
Selama hamil : Ibu mengatakan melakukan hubungan seksual
1 minggu 2 kali dan tidak ada keluhan.
7) Psikososial budaya
a) Perasaan tentang kehamilan ini
Ibu mengatakan merasa senang dengan kehamilan ini dan
juga merasa cemas dengan perdarahan yang semakin banyak
dan nyeri bagian bawah yang dialaminya.
b) Kehamilan ini direncanakan atau tidak
Ibu mengatakan kehamilan ini telah direncanakan.
c) Jenis kelamin yang diharapkan
Ibu mengatakan baik laki-laki maupun perempuan sama
saja, yang penting anaknya nanti bisa lahir dengan selamat
dan sehat.
d) Dukungan keluarga terhadap kehamilan ini
Ibu mengatakan baik dari pihak dirinya maupun dari pihak
suaminya sangat mendukung dengan kehamilan ini.
e) Keluarga lain yang tinggal serumah
Ibu mengatakan tinggal serumah dengan orang tua dari
suaminya.
f) Pantangan makanan
Ibu mengatakan tidak ada pantangan makanan.
g) Kebiasaan adat istiadat dalam kehamilan
Ibu mengatakan tidak ada kebiasaan adat istiadat kehamilan
dalam keluarganya.
h) Penggunaan Obat-obatan / rokok
Ibu mengatakan tidak pernah mengkonsumsi obat selain
obat yang diberikan dari bidan dan ibu serta suami juga
tidak pernah merokok.
8) Data Obyektif (Pemeriksaan Fisik)
Status Generalis
a) Keadaan umum : lemah
b) Kesadaran :komposmenes
c) Vital Sign: tekanan 110/70 mmHg
d) denyut nadi 88x/meni
e) respirasi 22x/menit
f) suhu 36%
g) Tinggi badan : 158 cm
17
h) BB sebelum hamil : 47 kg
i) BB sekarang : 48 kg
j) LLA : 24 cm
Pemeriksaan panggul
a)
b)
c)
d)
e)
Anogenital
a) vulva vagina
Varices
: Tidak ada varices
Luka
: Tidak ada luka.
Kemerahan
: Tidak ada kemerahan
Nyeri
:Ada nyeri tekan.
Kelenjar bartolini
: Tidak ada pembesaran kelenjar
bartolini
Pengeluaran pervaginam : Keluar darah yang banyak vagina +
50 cc.
b) Perineum
Bekas luka
Lain-lain
c) Anus
Haemorhoid
: Tidak haemorhoid
Lain-lain
: Tidak ada.
d) Pemeriksaan penunjang
Hb : 13,4 gr%
:A
Trombosit
: 255.000/mm3
Normal : 255.000/mm3
3.
ANALISA DATA
Tanggal 31 Maret 2013 Pukul 09.30 WIB
a. Diagnosa Kebidanan
Ny. P G2P1A0 umur 28 tahun umur kehamilan 12 minggu dengan
abortus inkomplit.
Data Dasar
18
Data Subjektif
a)
Ibu mengatakan ini kehamilan yang kedua
b)
Ibu mengatakan belum pernah keguguran
c)
Ibu mengatakan cemas
d)
Ibu mengatakan menstruasi terakhir tanggal 28
Desember 2012
e)
Ibu mengatakan cemas dan perut bagian bawah
terasa nyeri mulai tanggal 27 Maret 2013, tanggal 28 Maret
2013 mengeluarkan darah sedikit dan tanggal 31 Maret
2013 mengeluarkan darah banyak bergumpal dari jalan
lahir.
2 Data Objektif
a Pengeluaran darah dan stolsel dari jalan lahir kurang lebih
b
c
3
4. DIAGNOSA
a. Potensial terjadinya syok hipovolemik
b. kekurangan darah dan infeksi.
5. INTERVENSI
a. Observasi perdarahan pervaginam dan kontraksi uterus setiap 2
jam
b. Observasi tanda-tanda infeksi alat genital berupa demam, nadi
cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri
c.
d.
e.
f.
g.
h.
tekan.
Beri suport mental pada ibu
Anjurkan ibu untuk berdoa
Siapkan informed consent tindakan kuretase
Hadirkan orang yang dianggap penting bagi ibu
Siapkan peralatan kuretase dan anjurkan ibu untuk berpuasa
Lakukan perawatan pre curet dengan mengosongkan kandung
19
kemih
i. Anjurkan ibu untuk tetap istirahat di tempat tidur
j. Kolaborasi dengan dokter SpOG dan dokter anestesi dalam
pemberian terapi
1) Infuse RL 20 tetes/ menit
2) Penicilin 1 juta UI + cephalosporin 5 mg (3 x 1) sehari
6. PELAKSANAAN
a. Memberitahu keluarga dan ibu tentang kondisi ibu
b. Menjelaskan kepada keluarga dan ibu tindakan yang akan
dilakukan
c. Mengobservasi perdarahan pervaginam dan kontraksi uterus setiap
2 jam
d. Melakukan informed concent untuk persetujuan tindakan curettage
e. Mengobservasi tanda-tanda infeksi alat genital berupa demam, nadi
cepat, perdarahan, berbau, uterus membesar dan lembek, nyeri
f.
g.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
tekan.
Memberi suport mental pada ibu
Menganjurkan ibu untuk berdoa
Menghadirkan orang yang dianggap penting bagi ibu
Menyiapkan peralatan kuretase
Menganjurkan ibu untuk tetap menjaga kebersihan genetalianya
Melakukan perawatan pre curet dan anjurkan ibu untuk berpuasa
Menganjurkan ibu untuk tetap istirahat di tempat tidur
Mengkolaborasi dengan dokter SpOG dan dokter anestesi untuk
20
g
h
i
saat ini.
Perawatan pre kuret sudah dilakukan dan ibu sudah berpuasa serta
kandung kemih telah kosong.
Ibu sudah beristirahat di tempat tidur.
Sudah kolaborasi dengan dokter SpOG dan dokter anestesi
1 Infuse RL 20 tetes/ menit
2 Penicilin 1 juta UI (sudah diinjeksikan pada pukul 10.00 WIB)
3
21
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Abortus adalah ancaman atau hasil pengeluaran konsepsi pada usia
kehamilan kurang dari 20 minggu atau berat janin kurang dari 500 gram,
sebelum janin mampu hidup di luar kandungan (Nugroho, 2010).
Klasifikasi abortus didasarkan pada menurut terjadinya yang meliputi
abortus spontan dan provokatus, sedangkan menurut gambaran klinis
meliputi abortus iminens, abortus insipiens, abortus inkomplit , abortus
komplit, missed abortion, abortus infeksi dan abortus septik dan abortus
habitualis.
B. Kritik dan Saran
a. Kepada mahasiswa dapat lebih meningkatkan pengetahuannya
mengenai hal-hal yang patologi dalam kehamilan khususnya abortus
dalam kehamilan.
b. Kepada instansi kesehatan maupun pemerintah dapat meningkatkan
program kesehatan masyarakat, seperti penyuluhan dan upaya deteksi
dini terhadap kehamilan-kehamilan yang beresiko.
22
DAFTAR PUSTAKA
Nugroho, taufan. 2010. Buku ajar obstetric. Yogjakarta : Nuha Medika.
Manuaba. 2007. iPengantar kuliah obstetri. Jakarta : EGC.
Prawirohardjo, S. 2007. Pelayanan kesehatan maternal dan neonatal.
Jakarta
23