Salah satu masalah penting dalam bidang obstetri dan ginekologi adalah masalah
perdarahan. Perdarahan pada kehamilan sendiri berarti perdarahan melalui vagina yang terjadi
pada
masa
kehamilan,
bukan
perdarahan
dari
organ
atau
sistem
lainnya.
Perdarahan pada kehamilan adalah masalah yang cukup serius yang terjadi pada masyarakat
Indonesia yang mengakibatkan mortalitas yang cukup tinggi pada ibu-ibu di Indonesia.
Walaupun angka kematian maternal telah menurun secara drastis dengan adanya pemeriksaanpemeriksaan dan perawatan kehamilan dan persalinan di rumah sakit serta adanya fasilitas
transfusi darah, namun kematian ibu akibat perdarahan masih tetap merupakan penyebab utama
dalam kematian maternal.
Pengelompokan perdarahan pada kehamilan tersebut secara praktis dibagi menjadi:
perdarahan pada kehamilan muda, perdarahan sebelum melahirkan (antepartum hemoragik), dan
perdarahan setelah melahirkan (postpartum hemoragik).
Perdarahan dalam bidang obstetri hampir selalu berakibat fatal bagi ibu maupun janin,
terutama jika tindakan pertolongan terlambat dilakukan, atau jika komponennya tidak dapat
segera digunakan. Oleh karena itu, tersedianya sarana dan perawatan sarana yang
memungkinkan penggunaan darah dengan segera, merupakan kebutuhan mutlak untuk pelayanan
obstetri yang layak.
BAB I
PRESENTASI KASUS
I.
II.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis Kelamin
Usia
Alamat
Status Pernikahan
Pekerjaan
Pendidikan Terakhir
Tanggal Masuk RS
: Ny. N
: Perempuan
: 32 tahun
: Rusun Krtengsin blok B 207 Jakarta-Pusat
: Sudah menikah
: PNS
: S1
: 13 November 2013
IDENTITAS SUAMI
Nama
Jenis kelamin
Usia
Alamat
Status Pernikahan
Pekerjaan
Pendidikan terakhir
: Tn. H
: Laki-laki
: 35 tahun
: Rusun Krtengsin blok B 207 Jakarta-Pusat
: Sudah Menikah
: Karyawan Swasta
: S1
ANAMNESA
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 13 November 2013 pukul 13.30
WIB.
Keluhan Utama
Keluar darah disertai gumpalan melalui jalan lahir sejak 3 jam sebelum masuk rumah sakit
Keluhan Tambahan
Perut terasa mulas sejak 5 jam sebelum masuk rumah sakit
Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien GIIP1Ao hamil 10-11 minggu datang ke Kamar Bersalin RS TNI-AL Dr.
Mintohardjo dengan keluhan keluar gumpalan darah melalui jalan lahir sejak 3 jam sebelum
masuk rumah sakit. Pasien juga mengeluhlan mules-mules sejak 5 jam sebelum masuk
rumah sakit.Riwayat trauma pada perut atau terjatuh disangkal oleh pasien. Pasien juga
menyangkal pernah mengalami sakit selama kehamilan ini. HPHT 3 September 2013 UK 910 minggu TP 10 Juni 2014.
Riwayat Penyakit Dahulu
2
Pasien mengaku belum pernah mengalami hal seperti ini sebelumnya. Pasien mengaku
tidak memiliki riwayat hipertensi. Riwayat kencing manis, penyakit jantung, paru, ginjal,
maupun alergi terhadap makanan maupun obat disangkal pasien.
Riwayat Penyakit Keluarga
Pasien mengatakan tidak ada anggota keluarganya yang memiliki riwayat keguguran.
Tidak terdapat riwayat hipertensi, riwayat kencing manis, penyakit jantung, paru, ginjal
maupun alergi terhadap makanan atau obat di keluarga pasien.
Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah mendapat riwayat pengobatan apapun. Pasien langsung datang ke Poli
Kandungan RS TNI-AL Dr. Mintohardjo.
Riwayat Haid
Menarche
: 12 tahun
Dysmenorrhoe
: tidak
Siklus haid
: 28 hari
Lama haid
: 7 hari
Hari pertama haid terakhir
: 3 September 2013
Taksiran persalinan
: 10 Juni 2014
Riwayat Imunisasi
Tetanus toxoid
: belum pernah
Riwayat Kehamilan
Keha
Aterm/
Tahu Berat
Panja
Jenis
Metode
Penolong
milan
premature
ng
kelami
kelahir
persalinan
ke
G1
G2
bayi
lahir
bayi
n
an
Aterm, 2011 , 2tahun B/P 3050gram/49cm Spontan, Bidan
Hamil ini
Riwayat Perkawinan
Menikah November 2010
Riwayat Perawatan Antenatal
Pasien rutin melakukan ANC di dokter
Riwayat Keluarga Berencana
Pasien tidak pernah menggunakan KB
Riwayat Operasi
Pasien tidak pernah operasi sebelumnya.
Riwayat Kebiasaan dan Sosial Ekonomi
Pasien sendiri bekerja sebagai PNS dan bersuamikan karyawan swasta. Kesan kondisi sosial
ekonomi baik.
III.
STATUS GENERALIS SINGKAT
1. Keadaan Umum : Tampak sakit sedang
2. Tanda Vital
:
a. Kesadaran
: CM
b. Tekanan darah
: 130/80 mmHg
c. Nadi
: 80x/menit
d. Suhu
: 36,5 0C
e. Pernapasan
: 20x/menit
3. Kepala
:
a. Bentuk
: normosefali, simetris
b. Rambut
: lebat, warna hitam
c. Mata
: konjungtiva anemis (-), sklera ikterik
d. Telinga
: bentuk normal, simetris, lesi atau cairan keluar (-)
e. Hidung
: bentuk normal, deviasi septum (-), sekret (-)
f. Mulut
: bibir merah muda, mukosa mulut basah, halitosis (-)
4. Leher
: pembesaran KGB (-), pembesaran thyroid (-)
5. Jantung
: Bunyi jantung I-II reguler, murmur (-), gallop (-)
6. Paru
: Suara napas vesikuler, ronchi (-/-), wheezing (-/-)
7. Abdomen
: Datar, supel, nyeri tekan (-), nyeri lepas (-), bising usus (+) 3x/menit,
organomegali (-), tidak teraba ballottement.
8. Extremitas
: Akral hangat (+/+/+/+), oedem (-/-/-/-)
IV.
STATUS OBSTETRI
Usia gestasi
Pemeriksaan luar
Inspeksi
Palpasi
TBJ
His
Pergerakan janin
Auskultasi
Pemeriksaan dalam
Inspekulo
VT
V.
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Hasil
13,7
7800
222.000
41
2 menit 30 dtk
10 menit
Nilai Rujukan
13 18
4000 10000
150000 400000
40 54
1 3 menit
10 16 menit
WORKING DIAGNOSA
Abortus incomplete
VII.
PENATALAKSANAAN
Planning diagnostik
-Lab darah
-USG
Planning terapi
-Stabilkan hemodinamik
-Pro Kuretase
Planning monitoring :
-Keadaan Umum
-TTV
-Perdarahan
Planning Edukasi
: Kuretase
Posisi
: Lithotomi
Cara pembiusan
: TIVA
Dilakukan tindakan Asepsis dan Antisepsis pada daerah genitalia externa dan sekitarnya.
Serviks dijepit dengan menggunakan tenakulum/kogel tang pada arah jam 12.
Dimasukkan sonde, dilakukan sondase untuk mengetahui arah dan dalamnya uterus
Operasi selesai.
Instruksi Post-kuretase:
-
Diet TKTP
Follow up
14/11/13 jam 07.00
S:
O:
T: 110/80mmHg
S: 36,5 C
N: 88 kali/ m
P: 20x/m
Status generalis
Mata
CA -/- SI -/-
pl. diagnostik :
pl. terapi
KU,TTV,Perdarahan.
Pl.edukasi
O:
T: 110/70mmHg
S: 36,8 C
N: 76 kali/ m
P: 18x/m
Status generalis
Mata
CA -/- SI -/-
pl. diagnostik :
pl. terapi
KU,TTV,Perdarahan.
Pl.edukasi
BAB II
ANALISIS KASUS
Pada pasien ini didapatkan data dari anamnesis berupa HPHT 3 September 2013, dimana
pasien mengalami keterlambatan haid , kemudian didukung oleh pemeriksaan test kehamilan
yang dilakukan oleh pasien sendiri yang menyatakan hasilnnya positif hamil, kemudian , pasien
sering kontrol ke dokter didapatkan terdapatnya janin dalam kantung kehamilan yang sesuai
dengan usia kehamilan yang menyatakan bahwa pasien sedang hamil.
Saat dilakukan pemeriksaan usia kehamilan pasien
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
II.1. Defenisi
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Belum dapat hidup diluar kandungan ini diartikan apabila janin beratnya
terletak kurang dari 500 gram, atau usia kehamilan kurang dari 20 minggu.
II.2. Epidemiologi
Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Namun
demikian, frekuensi seluruh keguguran sukar ditentukan karena abortus buatan buatan
banyak yang tidak dilaporkan, kecuali jika terjadi komplikasi. Juga karena sebagian
keguguran spontan hanya disertai gejala dan tanda ringan, sehingga wanita tidak datang
ke dokter atau Rumah Sakit. Makin tua umur, abortus makin sering terjadi. Demikian
juga dengan semakin banyak anak, abortus juga akan semakin sering terjadi. Semakin tua
9
umur kehamilan, kemungkinan abortus makin kecil, Wanita < 20 tahun abortus 12%.
Wanita > 40 tahun abortus 26%
II.3. Etiologi
Abortus yang terjadi pada minggu-minggu pertama kehamilan umumnya
disebabkan oleh faktor ovofetal, pada minggu-minggu berikutnya (11 12 minggu),
abortus yang terjadi disebabkan oleh faktor maternal (Sayidun, 2001).
II.3.1. Faktor ovofetal :
Pemeriksaan USG janin dan histopatologis selanjutnya menunjukkan bahwa pada
70% kasus, ovum yang telah dibuahi gagal untuk berkembang atau terjadi malformasi
pada tubuh janin. Pada 40% kasus, diketahui bahwa latar belakang kejadian abortus
adalah kelainan chromosomal. Pada 20% kasus, terbukti adanya kegagalan trofoblast
untuk melakukan implantasi dengan adekuat.
II.3.2. Faktor maternal
Faktor genetic
Sebagian besar abortus spontan, termasuk abortus inkompletus disebabkan oleh
kelainan kariotip embrio. Paling sedikit 50% kejadian abortus pada trimester pertama
merupakan kelainan sitogenetik. Separuh dari abortus karena kelainan sitogenetik
pada trimester pertama berupa trisomi autosom. Insiden trisomi meningkat dengan
bertambahnya usia. Risiko ibu terkena aneuploidi adalah 1 : 80, pada usia diatas 35
tahun karena angka kejadian kelainan kromosom/trisomi akan meningkat setelah usia
35 tahun.
Selain itu abortus berulang biasa disebabkan oleh penyatuan dari 2 kromosom
yang abnormal, dimana bila kelainannya hanya pada salah satu orang tua, faktor
tersebut tidak diturunkan. Studi yang pernah dilakukan menunjukkan bahwa bila
didapatkan kelainan kariotip pada kejadian abortus, maka kehamilan berikutnya juga
berisiko abortus.
10
Kelainan uterus
Defek anatomik uterus diketahui sebagai penyebab komplikasi obstetrik.
Insiden kelainan bentuk uterus berkisar 1/200 sampai 1/600 perempuan dengan
riwayat abortus, dimana ditemukan anomaly uterus pada 27% pasien. Penyebab
terbanyak abortus karena kelainan anatomik uterus adalah septum uterus (40 - 80%),
kemudian uterus bikornis atau uterus didelfis atau unikornis (10 - 30%).
Mioma uteri juga bisa menyebabkan infertilitas maupun abortus berulang.
Risiko kejadiannya 10 - 30% pada perempuan usia reproduksi. Selain itu Sindroma
Asherman bias menyebabkan gangguan tempat implantasi serta pasokan darah pada
permukaan endometrium. Risiko abortus antara 25 80%, bergantung pada berat
ringannya gangguan.
Infeksi
Faktor hematologik
11
Faktor hormonal
Ovulasi, implantasi, serta kehamilan dini bergantung pada koordinasi yang
baik sistem pengaturan hormon maternal. Oleh karena itu, perlu perhatian
langsung terhadap sistem hormon secara keseluruhan, fase luteal, dan gambaran
hormon setelah konsepsi terutama kadar progesterone.
Perempuan diabetes dengan kadar HbA1c tinggi pada trimester pertama ,
risiko abortus meningkat signifikan. Diabetes jenis insulin-dependen dengan
kontrol glukosa tidak adekuat punya peluang 2 3 kali lipat mengalami abortus.
Pada tahun 1929, allen dan Corner mempublikasikan tentang proses fisiologi
korpus luteum, dan sejak itu diduga bahwa kadar progesteron yang rendah
berhubungan dengan risiko abortus. Sedangkan pada penelitian terhadap
perempuan yang mengalami abortus lebih dari atau sama dengan 3 kali,
didapatkan 17% kejadian defek fase luteal. Dan, 50% perempuan dengan histologi
defek fase luteal punya gambaran progesterone yang normal (Prawirohadjo, 2009)
Faktor autoimun
APS (antiphospholipid syndrome)
Kriteria APS :
12
pemeriksaan
tes
skrining
yang
memanjang
dengan
Faktor lingkungan
1-10 % malformasi janin akibat dari paparan obat,bahan kimia, atau
radiasi dan umumnyabberakhir dengan abortus.
cavum uteri atau di canalis servicalis. Perdarahan pervaginam terjadi saat proses
pengeluaran hasil konsepsi.
Pada kehamilan 8 14 minggu, mekanisme diatas juga terjadi atau diawali
dengan pecahnya selaput ketuban lebih dulu dan diikuti dengan pengeluaran janin yang
cacat namun plasenta masih tertinggal dalam cavum uteri. Plasenta mungkin sudah
berada dalam kanalis servikalis atau masih melekat pada dinding cavum uteri. Jenis ini
sering menyebabkan perdarahan pervaginam yang banyak. Pada kehamilan minggu ke 14
22, Janin biasanya sudah dikeluarkan dan diikuti dengan keluarnya plasenta beberapa
saat kemudian. Kadang-kadang plasenta masih tertinggal dalam uterus sehingga
menyebabkan gangguan kontraksi uterus dan terjadi perdarahan pervaginam yang
banyak. Perdarahan umumnya tidak terlalu banyak namun rasa nyeri lebih menonjol.
Dari penjelasan diatas jelas bahwa abortus ditandai dengan adanya perdarahan uterus dan
nyeri dengan intensitas beragam (Prawirohardjo, 2002).
II.5. Klasifikasi
Abortus dapat dibagi atas dua golongan :
1
Abortus Spontan
Adalah abortus yang terjadi dengan tidak didahului factor-faktor mekanis ataupun
medisinalis, semata-mata disebabkan oleh factor-faktor alamiah.
bonam dan bila (-) saat diencerkan 1/10, maka prognosis mengarah ke ad malam.
Pemeriksaan USG diperlukan untuk menegetahui keadaan plasenta apakah sudah
terjadi pelepasan atau belum dan apakah ada hematoma retroplasenta. Diperhatikan
ukuran biometri janin/ kantong gestasi apakah sesuai dengan umur kehamilan
berdasarkan HPHT, gerak janin dan denyut jantung janin.
Penatalaksanaan
a
b
dikosongkan (kuret)
Memberikan antibiotik profilaksis terutama saat masih mengeluarkan cairan coklat.
15
2.
Penatalaksanaan
1
Bila kehamilan < 16 minggu dapat dilakukan evakuasi uterus dengan Aspirasi
Vakum Manual (AVM).
Jika evakuasi tidak dapat dilakukan segera lakukan :
Berikan ergometrin 0,2 mg I.M yang diulangi 15 menit kemudian jika
perlu ATAU Misoprostol 400 mg per oral dan bila masih diperlukan
Abortus Kompletus
Ialah proses abortus dimana keseluruhan hasil konsepsi (desidua dan fetus) telah
keluar melalui jalan lahir sehingga rongga rahim kosong pada kehamilan kurang dari 20
minggu atau berat janin kurang dari 500 gram.
Tanda dan Gejala
a Serviks menutup.
b Rahim lebih kecil dari periode yang ditunjukkan amenorea.
c Gejala kehamilan tidak ada.
d Uji kehamilan biasanya positif sampai 7-10 hari setelah abortus.
Penatalaksanaan
Tidak perlu evakuasi lagi
Observasi untuk melihat perdarahan banyak/tidak.
Lakukan Pemantauan Pasca Abortus
Apabila terdapat anemia sedang, berikan tablet sulfas ferrosus 600mg/hari selama
17
Abortus Inkompletus
Ialah pengeluaran sebagian hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu
dengan masih ada sisa tertinggal dalam uterus.
Gejala Klinis :
o Didapati amenorea, sakit perut, dan mulas-mulas
o Perdarahan bisa sedikit atau banyak dan biasanya disertai stolsel (darah beku).
o Sudah ada keluar fetus atau jaringan
Pada pemeriksaan dalam (V.T.) untuk abortus yang baru terjadi didapati serviks
terbuka, kadang-kadang dapat diraba sisa jaringan pada kanalis servikalis atau kavum
syok, berikan cairan yang cukup dan bila perlu transfusi darah.
Hasil konsepsi yang terperangkap pada serviks yg disertai perdarahan, dapat
dikeluarkan secara evakuasi manual dan kuretase, karena perdarahan tidak akan
berhenti bila sisa belum dikeluarkan
i Bila perdarahan berhenti diberi ergometrine 0,2 mg I.M atau misoprostol
400 mg per oral untuk merangsang kontraksi.
ii Bila perdarahan terus berlangsung, evakuasi sisa konsepsi dengan
kuretase
Bila tidak ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika prophilaksis
Bila terjadi infeksi beri Ampicillin 1 gr dan Metronidazol 500 mg setiap 8 jam
18
Missed Abortion
Ialah berakhirnya suatu kehamilan sebelum 20 minggu, namun keseluruhan hasil konsepsi
tertahan dalam uterus 2 bulan atau lebih.
Fetus yang meninggal ini dapat :
1 Keluar dengan sendirinya dalam 2-3 bulan sesudah fetus mati.
2 Diresorbsi kembali sehingga hilang
3 Mengering dan menipis yang disebut : fetus papyraceus
4 Menjadi mola karnosa, dimana fetus yang sudah mati 1 minggu aka mengalami
degenerasi dan air ketubannya diresorbsi.
Gejala Klinis
- Ditandai dengan kehamilan yang normal dengan amenorrhea, dapat disertai mual
-
dan muntah
Perdarahan sedikit-sedikit yang berulang pada permulaannya
Pertumbuhan uterus mengecil dengan fundus yang tidak bertambah tinggi jika
menghilang.
Gejala-gejala kehamilan menghilang diiringi reaksi kehamilan menjadi negative
Pada pemeriksaan USG didapatkan : uterus yang mengecil, kantong gestasiyang menegecil
dan bentuknya tidak beraturan disertai gambaran fetus yang tidak ada tanda-tanda
kehidupan.
19
Bila missed abortion berlangsung lebih dari 4 minggu harus diperhatikan kemungkinan
terjadinyagangguan pembekuan darah oleh karena hipofibrinogemia sehingga perlu
diperiksa koagulasi sebelum tindakan evakuasi dan kuretase.
Penatalaksanaan :
Pada umur kehamilan kurang dari 12 minggu tindakan evakuasi dapat dilakukan secara
langsung dengan melakukan dilatasi dan kuretase bila serviks uterus memungkinkan.
Usia gestasi >12 minggu dan <20 minggu dengan keadaan serviks uterus yang masih
kaku dianjurkan untuk menggunakan prostaglandin atau sintetisnya, salah satunya adalah
pemberian mesoprostol secara sublingual 400 mg yang dapat diulangi 2 kali dengan jarak
enam jam. Selain itu tehnik dengan pemasangan laminaria juga dapat digunakan, dengan
itu akan terjadi pembukaan ostium serviks sehingga tindakan evakuasi dan kuretase dapat
dikerjakan untuk mengosongkan kavum uteri.
Perlu disiapkan adanya transfusi darah dan pemeriksaan darah lengkap, untuk mendeteksi
adanya hipofibrinogenemia.
Pascatindakan, perlu dipertimbangkan pemberian oksitosin secara drip intravena dan
pemberian antibiotika profilaksis.
6 Abortus Habitualis
Ialah abortus yang terjadi 3 kali berturut turut atau lebih oleh sebab apapun.
20
Penderita abortus habitualis pada umumnya tidak sulit untuk hamil kembali, tetapi
kehamilannya berakhir dengan keguguran secara berturut-turut. Bishop melaporkan
kejadian abortus habitualis terjadi 0,41% dari seluruh kehamilan.
Penyebab paling sering pada abortus ini dahulu ditetapkan karena reaksi
immunologi yaitu TLX ( lymphocyte trophoblast cross reactive) tetapi dekade belakangan
ini diketahui
keadaan dimana serviks uterus tidak dapat menerima beban untuk tetap bertahan menutup
setelah kehamilan melewati trimester pertama, di mana os serviks akan membuka tanpa
disertai tanda-tanda inpartu lainnya seperti perut tegang dan mules-mules, akhirnya terjadi
pengeluaran janin.
Penyebab lain yang sering ditemukan berupa kelainan anatomis, disfungsi tiroid,
kesalahan korpus luteum, kesalahan plasenta, yaitu tidak sanggupnya plasenta
menghasilkan progesteron sesudah korpus luteum atrofis.
Pemeriksaan :
a Histerosalfingografi, untuk mengetahui adanya mioma uterus submukosa atau
b
anomali congenital.
BMR dan kadar jodium darah diukur untuk mengetahui apakah ada atau tidak
Terapi :
o Pada serviks inkompeten terapinya operatif SHIRODKAR atau MC DONALD
(cervical cerlage).
o Merokok dan minum alcohol sebaiknya dikurangi atau dihentikan.
o Pengobatan pada kelainan endometrium pada abortus habitualis lebih besar hasilnya
jika dilakukan sebelum ada konsepsi daripada sesudahnya.
o Tindakan tracheloplasty terdiri dari peningkatan serviks dengan benang yang kuat
yang dijahitkan pada daerah sekitar serviks pada kehamilan trimester pertama
antara 12-14 minggu kehamilan, dan diangkat pada akhir kehamilan pada saat
resiko untuk terjadinya abortus telah lewat.
Abortus Infeksious
21
Ialah suatu abortus yang telah disertai komplikasi berupa infeksi genita
Diagnosis :
- Adanya abortus : amenore, perdarahan, keluar jaringan yang telah ditolong di luar
-
rumah sakit.
Pemeriksaan : Kanalis servikalis terbuka, teraba jaringan, perdarahan, dan
sebagainya.
tanda tanda infeksi yakni kenaikan suhu tubuh lebih dari 38,5 derajat Celcius,
kenaikan leukosit dan discharge berbau pervaginam, uterus besar dan lembek
disertai nyeri tekan.
Penatalaksanaan
-
Bila perdarahan banyak, berikan transfusi darah dan cairan yang cukup
Berikan antibiotika yang cukup dan tepat (buat pemeriksaan pembiakan da uji
kepekaan obat)
o
ampisilin 4 x 1 gram
o gentamisin 2 x 80 mg
o
metronidazole 2 x 1 gr
o
selanjutnya antibiotik disesuaikan dengan hasil kultur.
Bila tetap terjadi perdarahan banyak setelah 1-2 hari lakukan dilatasi dan kuretase
Septic Abortion
Ialah abortus infeksiosus berat disertai penyebaran kuman atau toksin ke dalam
peredaran darah atau peritoneum.
Diagnosis septic abortion ditegakan jika didapatkan tanda tanda sepsis, seperti
nadi cepat dan lemah, syok dan penurunan kesadaran.
Penatalaksanaan sama dengan abortus infeksious, hanya dosis dan jenis antibiotika
ditinggikan dan dipilih jenis yang tepat sesuai dengan hasil pembiakan dan uji kepekaan
kuman. Perlu di observasi apakah ada tanda perforasi atau akut abdomen.
Pada pemeriksaan fisik, keadaan umum tampak lemah atau kesadaran menurun,
tekanan darah normal atau menurun, denyut nadi normal atau cepat dan kecil, serta
suhu badan normal atau meningkat.
Rasa mulas atau keram perut di daerah atas simfisis disertai nyeri pinggang akibat
kontraksi uterus.
Pemeriksaan ginekologi
1
Inspekulo: perdarahan dari kavum uteri ostium uteri terbuka atau sudah tertutup,
ada/tidak jaringan keluar dari ostium, serta ada/tidak cairan atau jaringan berbau
busuk dari ostium.
Colok vagina: porsio masih tebuka atau sudah tertutup serta teraba atau tidak
jaringan dalam kavum uteri, besar uterus sesuai atau lebih kecil dari usia
kehamilan, tidak nyeri saat porsio digoyang, tidak nyeri pada perabaan adneksa,
dan kavum douglas tidak menonjol dan tidak nyeri.
Laboratorium
-
Darah Lengkap
Tes Kehamilan
Terjadi penurunan atau level plasma yang rendah dari -hCG secara prediktif. Hasil
positif menunjukkan terjadinya kehamilan abnormal (blighted ovum, abortus
spontan atau kehamilan ektopik).
Ultrasonografi
-
Detik jantung janin terlihat pada kehamilan dengan CRL > 5 mm (usia kehamilan 5
- 6 minggu).
Perdarahan
Perdarahan dapat diatasi dengan pengosongan uterus dari sisa-sisa hasil konsepsi dan
jika perlu pemberian tranfusi darah. Kematian karena perdarahan dapat terjadi apabila
pertolongan tidak diberikan pada waktunya.
Perforasi
Perforasi uterus dapat terjadi akibat komplikasi tindakan kuretase terutama pada uterus
dalam posisi hiporetrofleksi. Jika terjadi peristiwa ini, penderita perlu diamati dengan
teliti. Jika ada tanda bahaya, perlu segera dilakukan laparatomi, dan tergantung dari
luar dan bentuk perforasi, penjahitan luka perforasi atau histerektomi. Perforasi uterus
pada abortus yang dikerjakan oleh orang awam menimbulkan persoalan gawat karena
perlukaan uterus biasanya luas, mungkin juga terjadi perlukaan pada kandung kemih
atau usus. Dengan adanya dugaan atau kepastian terjadinya perforasi, laparatomi harus
segera dilakukan untuk menentukan luasnya cedera, untuk selanjutnya mengambil
tindakan-tindakan seperlunya guna mengatasi komplikasi.
3
Infeksi
24
Infeksi dalam uterus atau sekitarnya dapat terjadi pada tiap abortus, tetapi biasanya
ditemukan pada abortus inkompletus dan lebih sering pada abortus buatan yang
dikerjakan tanpa memperhatikan asepsis dan antisepsis. Apabila infeksi menyebar
lebih jauh, terjadilah peritonitis umum atau sepsis.
4
Syok
Syok pada abortus bisa terjadi karena perdarahan (syok hemoragik) dan karena infeksi
berat (syok endoseptik).
II.10. Prognosis
Prognosis keberhasilan kehamilan tergantung dari etiologi abortus sepontan
sebelumnya. Perbaikan endokrin yang abnormal pada wanita dengan abortus yang
rekuren mempunyai prognosis yang baik sekitar >90%. Pada wanita kieguguran dengan
etiologi yang tidxak diketahui, kemungkinan keberhasilan kehamilan sekitar 40-80%.
Sekitar 77% angka kelahiran hidup setelah pemeriksaan aktivitas jantung janin pada
kehamilan 5-6 minggu pada wanita dengan 2 atau lebih aborsi spontan yang tidak jelas.
25
BAB IV
KESIMPULAN
Abortus adalah pengeluaran hasil konsepsi sebelum janin dapat hidup di luar
kandungan. Diperkirakan frekuensi keguguran spontan berkisar antara 10-15%. Makin
tua umur, abortus makin sering terjadi. Etiologi abortus bermacam-macam, antara lain
faktor ovofetal , Faktor maternal : genetic, kelainan uterus, infeksi, Faktor hematologic,
Faktor hormonal, Faktor autoimun, Faktor lingkungan.
Abortus dapat dibagi atas dua golongan, Abortus Spontan dan abortus provokatus.
Abortus spontan terbagi atas : Abortus Imminens, Abortus Incipien, Abortus Kompletus,
Missed Abortion, Abortus Habitualis, Abortus Infeksious. Abortus Provakatus terbagi lagi
menjadi : Abortus Medisinalis, Abortus Kriminalis. Pemeriksaan penunjang yang dapat
dilakukan antara lain: Laboratorium, Ultrasonografi. Komplikasi yang berbahaya pada
abortus ialah perdarahan, perforasi, infeksi, dan syok. Prognosis keberhasilan kehamilan
tergantung dari etiologi abortus sepontan sebelumnya..
26
DAFTAR PUSTAKA
1.
Cunningham FG, Gant FN, Leveno KJ, dkk. Obstetri Williams. Edisi
2.
3.
4.
5.
Wardhani WI, Setiowulan W, dalam Kapita Selekta Kedokteran edisi ketiga, Jilid
pertama, Media Auesculapius FKUI, Jakarta, 2001.
6.
Mansjoer, Arif. Kapita Selekta Kedokteran Jilid 1. Jakarta: Media
Aesculapius; 2007.
27