TINJAUAN PUSTAKA
A. Telaah Teori
Manajemen sumber daya manusia (MSDM) merupakan salah satu bidang
dari manajemen umum yang meliputi segi-segi perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, dan pengendalian. Proses ini terdapat dalam bidang /fungsi produksi,
pemasaran, keuangan, ataupun kepegawaian. Karena manajemen sumber daya
manusia (MSDM) diangggap semakin penting perannya dalam pencapaian tujuan
perusahaan.
Dalam usaha pencapaian tujuan perusahaan, permasalahan yang dihadapi
manajemen bukan hanya terdapat hanya pada bahan mentah, alat-alat kerja,
mesin-mesin produksi, uang dan lingkungan kerja saja, tetapi juga menyangkut
karyawan (sumber daya manusia) yang mengelola factor produksi lainnya
tersebut. Karyawan baru yang belum memiliki keterampilan dan keahlian dilatih,
sehingga menjadi karyawan yang terampil dan ahli. Apabila dia dilatih lebih lanjut
serta diberikan pengalaman dan motivasi serta peningkatan kinerja individu
tersebut dia akan menjadi karyawan yang matang. Pengolahan sumber daya
manusia inilah yang disebut MSDM.
Artinya sebuah perusahaan atau instansi bila ingin mencapai tujuannya
perlu mengedepankan salah satu faktornya, yaitu faktor MSDM. Ukuran modal
manusia dalam sumber daya manusia adalah ukuran-ukuran kinerja MSDM yang
dijelaskan pada bagian selanjutnya.
1.
Dimensi MSDM
13
14
kerja yang nyaman bukan berarti karyawan menurun kinerjanya, tetapi malah
sebaliknya.
c) Penghargaan Dan Pengakuan.
Penghargaan dan pengakuan dapat diakui sebagai salah satu faktor kunci
yang terkait dengan kepuasan karyawan. Maurer (2001) menyatakan bahwa
penghargaan dan pengakuan harus dikaitkan dengan keberhasilan organisasi
sebagai akibat dari kepuasan kerja karyawan dan mereka sering dianggap
sebagai salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kepuasan karyawan (Jun et
al., 2006).
d) Tim Kerja.
Kerja tim yang efektif dapat memotivasi karyawan dan meningkatkan
kinerja karyawan dan efikasi diri. Meningkatnya motivasi
ini melalui kerja sama tim dapat menjadi sumber otonom karyawan, signifikansi,
ikatan dengan anggota tim dan kepuasan. Sebagai contoh, menurut hasil Rahman
Bullock (2005), loyalitas dan sektor publik karyawan .
e) Pelatihan dan Pengembangan individu.
Pelatihan karyawan memberikan kesempatan
kepada
karyawan
memperluas pengetahuan dan kemampuan mereka untuk kerja sama tim yang
lebih efisien dan mencapai perkembangan individu (Jun et al., 2006). Ketika
pekerja menerima pelatihan pengembangan diri, tingkat kepuasan kerja mereka
lebih tinggi daripada yang tanpa pelatihan. (Saks, 1996).
2. Kepuasan kerja
Kepuasan kerja merupakan konsep praktis yang sangat penting, karena
dapat menentukan keefektifan performa dan kesuksesan dalam bekerja, sementara
kepuasan yang rendah pada organisasi adalah sebagai rangkaian penurunan moral
organisasi. Kepuasan kerja merupakan respon yang efektif terhadap fitur tertentu
dari pekerjaan dan sikap terhadap pekerjaan, loyalitas karyawan adalah respon
15
16
17
B. Penelitian Terdahulu.
1. Penelitian yang dilakukan merupakan pengembangan model dari Turki
dengan judul Empirical study of public sector employee loyalty and
satisfaction oleh Turkyilmaz. A et, al (2011) yang melakukan penelitian
tentang kepuasan karyawan dan loyalitas kerja melalui variabel utama
yaitu praktik SDM (HR Praktice). Sampel yang digunakan dalam
penelitian tersebut adalah 220 karyawan Istanbul Branch of a Social
Security Institution di Turki pada tahun 2009. Structural Equation
Modelling (SEM) digunakan untuk menguji model dan hipotesis yang
diajukan dalam penelitian tersebut.
2. Chen D et, al (2011) dengan judul Job and career influences on the
career commitment of health care executives; The mediating effect of job
satisfaction pada bidang health care mengenai komitmen karir. Sampel
yang digunakan dalam penelitian tersebut adalah 456 karyawan anggota
American College of Healthcare Executives (ACHE) di Taiwan dan
Amerika melalui penyebaran kuesioner via email. PATH ANALYSIS
digunakan untuk menguji model dan hipotesis yang diajukan dalam
penelitian tersebut.
C. Kerangka Penelitian
Untuk mempermudah arah dari penyusunan penelitian ini serta
mempermudah dalam penganalisaan masalah yang dihadapi, maka diperlukan
suatu kerangka pemikiran yang akan memberikan gambaran tahap-tahap
penelitian untuk mencapai suatu kesimpulan. Sekaran (2006) mengemukakan
bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori
18
Gambar II.1
Model Penelitian
Kerangka penelitian ini merupakan modifikasi dari penelitian yang
dilakukan oleh Turkyilmaz. A et al. (2011) dan Chen. D et al. (2011). Adapun
variabel-variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Praktik MSDM,
Komitmen karir dan Loyalitas serta Kepuasan kerja
D. Pengembangan Hipotesis
Sebelum menjelasakan mengenai perkembangan hipotesis dapat
dikatakan penelitian ini merupakan pengembangan dari penelitian Turkyilmaz. A
(2011). Dimana penelitian tersebut merupakan studi empiris antara kepuasan kerja
dan loyalitas kerja yang dipengaruhi oleh Praktik MSDM (Pemberdayaan dan
partisipasi, Kondisi kerja, Penghargaan dan pengakuan, Kerja tim, Pelatihan dan
19
pemberdayaan
sebagai
keyakinan
seseorang
dalam
20
pada respon sikap dan kepuasan dari pekerjaan (Snipes et al, 2005.) Dari uraian
tersebut diatas maka disusun hipotesis sebagai berikut:
H1 : Pemberdayaan dan Partisipasi berpengaruh positif pada kepuasan
kerja
Kondisi kerja mengandung faktor-faktor tentang pekerjaan seperti
kenyamanan, ventilasi penerangan tempat kerja, dan suhu, ruang kerja lebih besar,
lebih baik dan bersih, dan ruang kantor. Faktor-faktor ini mempengaruhi kepuasan
kerja karyawan karena karyawan menginginkan lingkungan kerja yang
memberikan kenyamanan lebih fisik (Ceylan, 1998). Ketika hal ini disediakan
oleh perusahaan, maka kepuasan karyawan akan meningkat. Beberapa penelitian
telah menunjukkan bahwa rendahnya tingkat kepuasan pekerjaan dapat
diperhitungkan terutama untuk kondisi kerja fisik (Troyer De, 2000). Dengan
kondisi kerja fisik yang terdapat tekanan yang tinggi suatu kondisi kerja yang
nyaman mampu meningkatkan kinerja karyawan, karena merasa mendapat
dukungan dari organisasi. Sehingga dari uraian diatas hipotes yang dapat disusun
adalah
H2 : Kondisi kerja berpengaruh positif pada kepuasan kerja.
Penghargaan dan pengakuan dapat diakui sebagai salah satu faktor
kunci
yang
berhubungan
dengan
kepuasan
karyawan.
Maurer
(2001)
21
sering dianggap sebagai salah satu faktor kunci yang mempengaruhi kepuasan
karyawan (Jun et al., 2006).
Penelitian Pascoe et al. (2002) menunjukkan bahwa kurangnya
pengakuan dan penghargaan eksternal untuk pekerjaan seseorang terutama dalam
kebajikan sistem karena aturan dan peraturan terutama mengantisipasi pengawas
dari menawarkan "hadiah dorongan" pengakuan terhadap tugas dengan baik.
Dengan kata lain, kurangnya pengakuan yang tepat dan bermanfaat menurunkan
kepuasan kerja karyawan. Oleh karena itu, pengelolaan lembaga organisasi harus
mengembangkan sistem untuk memberikan penghargaan dan pengakuan untuk
pekerjaan baik dilakukan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan.
H3 : Penghargaan dan pengakuan berpengaruh positif pada kepuasan kerja
Tim Kerja yang efektif akan memotivasi karyawan dan meningkatkan
kinerja karyawan dan self-efficacy. Ini motivasi meningkat dan efektivitas diri
melalui kerja sama tim dapat menjadi sumber otonomi karyawan, signifikansi,
ikatan dengan anggota tim dan kepuasan. Sebagai contoh, menurut hasil dari
Rahman dan Bullock (2005) survei dilakukan dengan perusahaan manufaktur di
Australia dan Selandia Baru, penggunaan tim memiliki hubungan positif
bermakna dengan semangat kerja karyawan. Kami berharap hubungan positif
yang sama antara tim kerja yang efektif dan kepuasan karyawan di sektor publik.
H4 : Tim Kerja berpengaruh positif pada Kepuasan Kerja
Pelatihan karyawan memberikan kesempatan kepada karyawan untuk
memperluas pengetahuan dan kemampuan mereka sehingga kerja sama tim lebih
22
efisien dan mencapai peningkatan kemampuan individu (Jun et al., 2006). Ketika
pekerja menerima pelatihan pengembangan diri maka tingkat kepuasan kerja
mereka setingkat lebih tinggi daripada mereka yang tidak mendapat pelatihan
(Saks, 1996). Juga pernyataan oleh Martensen dan Gronholdt (2001) menemukan
bahwa pengembangan kompetensi individu melalui berbagai program pelatihan
memiliki pengaruh positif terhadap kepuasan karyawan. Ketika karyawan
menghadiri program pelatihan, maka mereka mendapatkan rasa percaya diri untuk
melakukan pekerjaan mereka, selain itu mereka juga melihat kesempatan
pengembangan karir dan berpikir bahwa perusahaan atau organisasi mereka telah
berinvestasi di dalam pelatihan dan pengembangan tersebut (Jun et al., 2006).
Sebagai hasilnya dari situasi yang positif tersebut, sehingga kepuasan karyawan
meningkat. Dengan demikian, hipotesis disusun adalah sebagai berikut:
H5 : Pelatihan dan pengembangan individu berpengaruh positif pada
Kepuasan kerja
Komitmen Karir ditemukan berkorelasi positif dengan kepuasan kerja
(Goulet dan Singh, 2002). Ketika karyawan puas dengan sifat pekerjaan itu
sendiri, puas dengan supervisor dan rekan kerja, dan memandang kebijakan
membayar saat ini dan kesempatan masa depan untuk promosi dalam organisasi
mereka untuk menjadi yang memadai, mereka umumnya akan puas dengan
pekerjaan mereka saat ini, dan sehingga komitmen yang tinggi dapat diharapkan.
Beberapa studi menunjukkan bahwa efek dari berbagai anteseden komitmen karir
dimediasi melalui kepuasan kerja (Rhodes dan Doering, 1983).
23
identifikasi individu dengan dan keterlibatan dalam organisasi tertentu" (Wu dan
Norman, 2006).
H7 : Kepuasan kerja berpengaruh positif pada Loyalitas Kerja
25