TINJAUAN PUSTAKA
A. Katuk
1. Definisi Katuk
Katuk (Sauropus androgynus) merupakan tanaman sayuran yang
banyak terdapat di Asia tenggara. Tumbuhan ini dalam beberapa bahasa
dikenali sebagai mani cai (bahasa Cina), cekur manis (bahasa Melayu), dan
rau ngot (bahasa Vietnam), di Indonesia masyarakat Minangkabau
menyebut katuk dengan nama simani. Selain menyebut katuk, masyarakat
Jawa juga menyebutnya katukan atau babing. Sementara itu masyarakat
Madura menyebutnya kerakur dan orang Bali lebih mengenalnya dengan
kayu manis. Tanaman katuk sesungguhnya sudah dikenal nenek moyang
kita sejak abad ke-16 (Santoso, 2008).
Katuk termasuk tanaman jenis perdu berumpun dengan ketinggian
3-5 m. Batangnya tumbuh tegak dan berkayu. Jika ujung batang dipangkas,
akan tumbuh tunas-tunas baru yang membentuk percabangan. Daunnya
kecil-kecil mirip daun kelor, berwarna hijau. Katuk termasuk tanaman yang
rajin berbunga. Bunganya kecil-kecil, berwarna merah gelap sampai
kekuning-kuningan, dengan bintik-bintik merah. Bunga tersebut akan
menghasilkan buah berwarna putih yang di dalamya terdapat biji berwarna
hitam (Santoso, 2008).
2. Klasifikasi Katuk
Tanaman katuk diklasifikasikan sebagai berikut (www.roasehat.com) :
Kingdom
Plantae
Divisi
Magnoliophyta
Kelas
Magnoliopsida
Ordo
Malpighiales
Famili
Phyllanthaceae
Genus
Sauropus
Spesies
Sauropus androgynus
protein, lemak, dan mineral. Selain itu daun dan akar katuk
mengandung saponin, flavonoida, dan tanin (Santoso, 2008).
c. Bunga
Katuk merupakan tanaman yang rajin berbunga. Bunganya
kecil-kecil berwarna merah gelap sampai kekuning-kuningan, dengan
bintik-bintik merah. Bunga tersebut akan menghasilkan buah berwarna
putih yang di dalamnya terdapat biji berwarna hitam (Santoso, 2008).
d. Buah
Buah katuk berbentuk bulat, berukuran kecil-kecil seperti
kancing, berwarna putih dan berbiji 3 buah (Muhlisah dan Sapta, 1999).
e. Akar
Tanaman katuk berakar tunggang dan berwarna putih kotor
(www.sehat-gayaku.com).
f. Perkembangbiakan tanaman katuk
Cara perbanyakannya melalui stek batang yang belum terlalu
tua. Penanamannya dapat dilakukan dipekarangan sebagai pagar hidup.
Bila produksi daunnya tinggal sedikit,
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
Protein (g)
Lemak (g)
Karbohidrat (g)
Serat (g)
Abu (g)
Kalsium (mg)
Fosfor (mg)
Besi (mg)
Vitamin C (mg)
-Karoten (g)
Air (g)
Kadar 1*
59
6,4
1,0
9,9-11,0
1,5
1,7
204
83
2,7-3,5
164-239
10.02
81
Kadar 2**
53
5,3
0,9
9,1
1,2
1,4
185
102
3,1
66
9000
83,3
Keterangan :
* Kandungan zat gizi pada daun katuk per 100 g menurut Santoso,
2009.
** Kandungan zat gizi pada daun katuk per 100 g menurut DEPKES.
h. Manfaat
Beberapa manfaat daun katuk antara lain :
1) Pelancar Air Susu Ibu (ASI)
Ekstrak daun katuk banyak digunakan sebagai bahan
fortifikasi pada produk makanan yang diperuntukkan bagi ibu
menyusui. Konsumsi sayur katuk oleh ibu menyusui dapat
memperlama waktu menyusui bayi perempuan secara nyata dan
untuk bayi pria hanya meningkatkan frekuensi dan lama menyusui
(Santoso, 2009).
2) Mengobati frambusia
B. Vitamin C
1. Definisi Vitamin C
Vitamin C atau L-asam askorbat merupakan antioksidan yang larut
dalam air (aqueous antioxidant). Senyawa ini merupakan bagian dari
sistem pertahanan tubuh terhadap senyawa oksigen reaktif dalam plasma
dan sel. Vitamin C berbentuk Kristal putih dengan berat molekul 176,13
dan rumus molekul C6H8O6. Vitamin C juga mudah teroksidasi secara
reversible membentuk asam dehidro-L-asam askorbat dan kehilangan 2
atom hydrogen. Vitamin C memiliki struktur yang mirip dengan struktur
monosakarida, tetapi mengandung gugus enadiol.
Sebagai antioksidan, vitamin C bekerja sebagai donor elektron,
dengan cara memindahkan satu elektron kesenyawa logam Cu. Selain itu,
tanaman,
termasuk
pertumbuhan,
diferensiasi,
dan
b. Struktur Vitamin C
3. Sifat Vitamin C
Vitamin C merupakan vitamin yang mudah larut dalam air dan
mudah rusak dalam pemanasan yang terlalu lama. Vitamin C berbentuk
kristal putih, merupakan suatu asam organik, dan terasa asam, tetapi tidak
berbau. Dalam larutan, vitamin C mudah rusak karena oksidasi oleh
oksigen dari udara, tetapi lebih stabil bila terdapat dalam bentuk kristal
kering. Vitamin C juga bersifat mudah mereduksi ikatan organik lain
(Sediaoetama, 2000).
4. Fungsi Vitamin C
Vitamin C berfungsi dalam proses metabolisme yang berlangsung
di dalam jaringan tubuh. Fungsi fisiologis dari vitamin C (Sediaoetama,
2000) ialah:
a. Kesehatan substansi matrix jaringan ikat.
b. Integritas epitel melalui kesehatan zat perekat antar sel.
c. Mekanisme immunitas dalam rangka daya tahan tubuh terhadap
berbagai serangan penyakit dan toksin.
d. Kesehatan epitel pembuluh darah.
6. Sumber Vitamin C
Sumber vitamin C di dalam bahan makanan terutama buah-buahan
segar dan dengan kadar yang lebih rendah terdapat juga di dalam sayuran
segar. Di dalam buah, vitamin C terdapat dengan konsentrasi tinggi di
bagian kulit buah, agak lebih rendah terdapat di dalam daging buah dan
lebih rendah lagi di dalam bijinya (Sediaoetama, 2000).
C. Metode Penetapan Kadar Vitamin C
1. Metode Fisika
a. Metode Spektroskopis
Metode ini berdasarkan pada kemampuan vitamin C yang terlarut
dalam air untuk menyerap ultraviolet dengan panjang gelombang
maksimum 265 nm.
b. Metode Polarografik
Metode ini berdasarkan pada potensial oksidasi asam askorbat dalam
larutan asam atau pangan yang bersifat asam.
2. Metode Kimia
Metode kimia merupakan metode yang paling banyak dan paling
sering digunakan. Sebagian besar metode didasarkan pada kemampuan
daya reduksi yang kuat dari vitamin C.
Macam-macam penetapan metode kimia antara lain:
a. Titrasi dengan Iodin
Kandungan vitamin C dalam larutan dapat ditentukan secara titrasi
dengan menggunakan larutan 0.01 N I2.
b. Titrasi dengan Metylen Blue
yang
jika
kemudian
ditambah
amonium
molybdat