Anda di halaman 1dari 16

ANTIBIOTIK

Disusun untuk melengkapi salah satu syarat dalam mengikuti


Program Pendidikan Profesi Dokter di Bagian Ilmu Penyakit Kulit

Oleh:
Fachrun Nisa, S.Ked
14174072

Pembimbing:
dr. Cut Putri Yohanna, M.Sc, Sp. KK

BAGIAN ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN


RSUD CUT NYAK DHIEN MEULABOH
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ABULYATAMA
2016
1

ANTIBIOTIK
Kata antibiotik berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan dari
kata anti (lawan) dan bios (hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi "melawan
sesuatu yang hidup". Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk
menggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.
Dalam arti sebenarnya, antibiotik merupakan zat anti bakteri yang diproduksi
oleh berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, jamur, dan actinomycota) yang dapat
menekan pertumbuhan dan atau membunuh mikroorganisme lainnya.
Penggolongan Antibiotik
A. Berdasarkan Struktur Kimia Antibiotik
1. Antibiotik Golongan -laktam
Antibiotik jenis ini terdiri dari lima kelompok yang memiliki nukleus laktam berbeda, yaitu penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan
karbasefem. Penisilin dan sefalosporin adalah antibiotik yang paling penting,
diikuti dengan karbapenem, monobaktam, dan karbasefem yang menjadi
cadangan pada kasus peradangan serius seperti peradangan nosokomial (yang
didapat dari rumah sakit). -laktam memiliki aktivitas antibiotik dengan
spektrum yang terluas, kecuali antibiotik dengan spektrum yang sangat sempit
(seperti -laktamase-resistant penicillin) dan spektrum yang sangat luas
(seperti imipenem dan beberapa sefalosporin).
Mekanisme kerja antibiotik -laktam dapat diringkas dengan urutan
sebagai berikut:
a. Obat bergabung dengan penicillin-binding proteins (PBPs) pada bakteri;
b. Terjadi hambatan sintesis dinding sel bakteri karena proses transeptidasi
antar rantai peptidoglikan terganggu
c. Terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel

Penisilin
Penisilin adalah istilah generik untuk kelompok antibiotik yang samasama memiliki nukleus cincin -laktam. Obat ini efektif melawan sebagian
besar bakteri gram positif tetapi tidak aktif jika cincin -laktamnya dipecah
oleh -laktamase. Penisilin memiliki efek bakterisid dengan menghambat
pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel
mikroba.
Modifikasi penisilin dapat terjadi karena struktur dasarnya (asam 6amminopenisilanat) memungkinkan untuk penambahan berbagai rantai laktam dan cincin tiazolidin. Atas dasar modifikasi ini, penisilin dapat dibagi
menjadi penisilin G dan derivatnya, penisilin resisten -laktamase, penisilin
spektrum yang diperluas (Extended-Spectrum Penicillin), dan penisilin
spektrum yang diperluas ditambah inhibitor -laktamase (Extended-Spectrum
Penicillin Plus -Lactamase Inhibitors).
Penisilin dapat terbagi menjadi beberapa golongan :
a. Penisilin natural (misalnya, penisilin G)
Golongan ini sangat poten terhadap organisme gram-positif,
coccus gram negatif, dan bakteri anaerob penghasil non--laktamase.
Namun, mereka memiliki potensi yang rendah terhadap batang gram
negatif.
b. Penisilin antistafilokokal (misalnya, nafcillin)
Penisilin jenis ini resisten terhadap stafilokokal -laktamase.
Golongan ini aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus tetapi tidak
aktif terhadap enterokokus, bakteri anaerob, dan kokus gram negatif dan
batang gram negatif.
c. Penisilin dengan spektrum yang diperluas (Ampisilin dan Penisilin
antipseudomonas)

Obat ini mempertahankan spektrum antibakterial penisilin dan


mengalami peningkatan aktivitas terhadap bakteri gram negatif.
Sefalosporin
Sefalosporin berasal dari fungus Cephalosporium acremonium. Inti dasar
sefalosporin C ialah asam 7-amino-sefalosporanat (7-ACA: 7-aminocephalosporanic acid) yang merupakan kompleks cincin dihidrotiazin dan
cincin betalaktam. Sefalosporin C resisten terhadap penisilinase, tetapi dapat
dirusak oleh sefalosporinase. Hidrolisis asam sefalosporin C menghasilkan 7ACA yang dapat dikembangkan menjadi berbagai macam antibiotik
sefalosporin.
Sefalosporin

tidak

aktif

terhadap

bakteri

enterokokus

dan

L.monocytogenes. Sefalosporin terbagi dalam beberapa generasi, yaitu:


a. Sefalosporin generasi pertama
Sefalosporin generasi pertama termasuk di dalamnya sefadroxil,
sefazolin, sefalexin, sefalotin, sefafirin, dan sefradin. Obat - obat ini
sangat

aktif

terhadap

kokus

gram positif

seperti

pnumokokus,

streptokokus, dan stafilokokus.


b. Sefalosporin generasi kedua
Anggota dari sefalosporin generasi kedua, antara lain: sefaklor,
sefamandol, sefanisid, sefuroxim, sefprozil, loracarbef, dan seforanid.
Secara umum, obat-obat generasi kedua memiliki spektrum antibiotic
yang sama dengan generasi pertama. Hanya saja obat generasi kedua
mempunyai spektrum yang diperluas kepada bakteri gram negatif.
c. Sefalosporin generasi ketiga
Obatobat sefalosporin generasi ketiga adalah sefeperazone,
sefotaxime, seftazidime, seftizoxime, seftriaxone, sefixime, seftibuten,
moxalactam, dll. Obat generasi ketiga memiliki spektrum yang lebih

diperluas kepada bakteri gram negatif dan dapat menembus sawar darah
otak.
d. Sefalosporin generasi keempat
Sefepime merupakan contoh dari sefalosporin generasi keempat
dan memiliki spektrum yang luas. Sefepime sangat aktif terhadap
haemofilus dan neisseria dan dapat dengan mudah menembus CSS.

2. Antibiotik Golongan Aminoglikosida


Aminoglikosida dihasilkan oleh jenis-jenis fungi Streptomyces dan
Micromonospora. Semua senyawa dan turunan semi-sintesisnya mengandung
dua atau tiga gula-amino di dalam molekulnya, yang saling terikat secara
glukosidis. Spektrum kerjanya luas dan meliputi terutama banyak bacilli
gram-negatif. Obat ini juga aktif terhadap gonococci dan sejumlah kuman
gram-positif. Aktifitasnya adalah bakterisid, berdasarkan dayanya untuk
menembus dinding bakteri dan mengikat diri pada ribosom di dalam sel.
Contohnya streptomisin, gentamisin, amikasin, neomisin, dan paranomisin.

Gentamisin adalah senyawa yang didapat dari filtrat kultur jenis


Mikromonospora, yang merupakan campuran dari 3 antibiotik spektrum luas
gentamisin C1, C1a, dan C2. Secara klinis gentamisin sangat berarti terutama
karena peranannya terhadap mikroba Gram-negatif penyebab peradangan
tersebut.
3. Antibiotik Golongan Makrolida
Senyawa ini didapat dari jenis Streptomyces, mempunyai sifat glikosida
dan mengandung cincin lakton makrosiklik, gula amino basa dan gula netral.
Mekanisme kerja yang diketahui yaitu antibiotik makrolida menghambat
sintesis protein pada fase pemanjangan dengan mempengaruhi translokasi.
Makrolida digunakan untuk peradangan yang disebabkan oleh mikroba
Gram-positif yang resisten terhadap penisilin atau tetrasiklin, dipakai juga
pada pasien yang alergi terhadap penisilin. Yang termasuk dalam kelompok
makrolida yaitu eritromisin, azitromisin, dan sebagainya.
Azitromisin memiliki aktivitas yang sangat baik dengan Chlamydia.
Kadar azitromisin yang tercapai dalam serum setelah pemberian oral relatif
rendah, tetapi di jaringan dan sel fagosit menjadi sangat tinggi. Obat yang
disimpan dalam jaringan ini kemudian dilepaskan perlahan-lahan sehingga
dapat diperoleh masa paruh eliminasi sekitar 3 hari. Dengan demikian obat
cukup diberikan sekali sehari dan lama pengobatan dapat dikurangi.
Absorbsinya berlangsung cepat tetapi terganggu bila diberikan bersamaan
dengan makanan.
4. Antibiotik Golongan Tetrasiklin
Khasiatnya bersifat bakteriostatis, hanya melalui injeksi intravena dapat
dicapai kadar plasma yang bakterisid lemah. Mekanisme kerjanya
berdasarkan diganggunya sintesa protein kuman. Spektrum antibakterinya

luas dan meliputi banyak cocci gram positif dan gram negatif serta
kebanyakan bacilli. Tidak efektif Pseudomonas dan Proteus, tetapi aktif
terhadap mikroba khusus Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata
trachoma dan penyakit kelamin), dan beberapa protozoa (amuba) lainnya.
Contohnya tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin.
5. Antibiotik Golongan Linkomisin
Yang termasuk kelompok linkomisin adalah linkomisin yang diisolasi dari
Streptomyces lincolnensis dan senyawa sintesis parsial turunannya yaitu
klindamisin. Khasiatnya bakteriostatis dengan spektrum kerja lebih sempit
daripada makrolida, terutama terhadap kuman gram positif dan anaerob.
Berhubung efek sampingnya hebat kini hanya digunakan bila terdapat
resistensi terhadap antibiotika lain. Contohnya linkomisin.
6. Antibiotik Golongan Kuinolon
Kuinolon memiliki atom fluor pada cincin kuinolon (karena itu dinamakan
juga fluorokuinolon). Senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat bakterisid pada
fase pertumbuhan kuman, berdasarkan inhibisi terhadap enzim DNA-gyrase
kuman, sehingga sintesis DNAnya dihindarkan. Golongan kuinolon secara
garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kuinolon dan
fluorokuinolon.
Kelompok kuinolon tidak mempunyai manfaat klinik untuk pengobatan
peradangan sistemik karena kadarnya dalam darah terlalu rendah, daya
antibakterinya lebih lemah, dan resistensi cepat timbul. Indikasinya terbatas
sebagai antiseptik saluran kemih.
Sedangkan kelompok fluorokuinolon memiliki atom fluor pada posisi 6
dalam struktur molekulnya. Daya antibiotik fluorokuinolon jauh lebih kuat
dibandingkan kelompok kuinolon lama. Kelompok obat ini diserap secara

baik pada pemberian oral, dan derivatnya tersedia juga dalam bentuk
parenteral yang digunakan untuk penanggulangan peradangan berat,
khususnya yang disebabkan oleh bakteri Gram-negatif, sedangkan terhadap
bakteri Gram-positif daya bakterinya relatif lemah. Yang termasuk golongan
ini adalah siprofloksasin, pefloksasin, levofloksasin, dan sebagainya.
7. Antibiotik Golongan Kloramfenikol
Kloramfenikol mempunyai spektrum luas. Berkhasiat bakteriostatis
terhadap hampir semua kuman gram positif dan sejumlah kuman gram
negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida
kuman. Contohnya kloramfenikol.
B. Berdasarkan Sifat Toksisitas Selektif
Berdasarkan toksisitas selektif, antibiotik dibagi menjadi dua jenis yaitu
antibiotik yang mempengaruhi pembentukan dinding sel atau permeabilitas yang
membunuh mikroorganisme (bakterisidal) dan yang hanya menghambat
pertumbuhan mikroorganisme (bakteriostatik).
Antibiotik yang termasuk golongan bakterisid antara lain penisilin,
sefalosporin, aminoglikosida (jika digunakan dalam dosis besar), kotrimoksazol,
rifampisin, isoniazid dan lain-lain. Antibiotik yang bersifat bakterisidal
dibutuhkan untuk penyembuhan pada kasus peradangan yang tidak dapat
dihilangkan oleh mekanisme inang (misalnya endokarditis infektif). Kasus
peradangan seperti ini juga tidak dapat diobati dengan menggunakan antibiotik
bakteriostatik, dimana penyakit akan kambuh kembali setelah penggunaan
antibiotik dihentikan.
Sedangkan

antibiotik

yang

memiliki

sifat

bakteriostatik,

dimana

penggunaanya tergantung status imunologi pasien, contohnya antara lain


sulfonamida, tetrasiklin, kloramfenikol, eritromisin, trimetropim, linkomisin,

klindamisin, asam paraaminosalisilat, dan lain-lain. Keberhasilan obat-obat ini


bergantung pada keterlibatan mekanisme pertahanan tubuh inang. Apabila obat
dihentikan, organisme akan tumbuh kembali, dan peradangan atau penyakit akan
kambuh. Antibiotik tertentu aktivitasnya dapat meningkat dari bakteriostatik
menjadi bakterisidal bila kadar antibiotiknya ditingkatkan melebihi KHM.
C. Berdasarkan Prinsip Kerja Antibiotik
Idealnya, antibiotik memperlihatkan toksisitas secara selektif. Toksisitas
selektif bersifat relatif daripada absolut yang berarti bahwa suatu obat dapat
merusak bakteri dalam konsentrasi yang dapat ditoleransi oleh inang atau hospes.
Toksisitas selektif bergantung pada proses hambatan biokimia yang terdapat di
dalam atau esensial untuk parasit tetapi bukan untuk inang. Berdasarkan
mekanisme kerjanya, antibiotik umumnya dibagi menjadi lima kelompok yaitu:
1. Antibiotik yang menghambat sintesis dinding sel
Bakteri memiliki dinding sel, yang mengelilingi sitoplasma membran sel,
yang lebih kaku bila dibandingkan dengan sel hewan. Tekanan osmotik dalam
sel bakteri lebih tinggi daripada di luar sel, maka kerusakan dinding sel
bakteri akan menyebabkan terjadinya lisis, yang merupakan dasar efek
bakterisidal

pada

bakteri

yang

peka.

Dinding

sel

mengandung

polipeptidoglikan. Lapisan peptidoglikan jauh lebih tebal pada dinding sel


bakteri gram positif daripada dinding sel bakteri gram negatif. Antibiotik yang
memiliki mekanisme kerja ini secara berturut-turut dari yang paling dini
menghambat sampai yang kurang menghambat yaitu sikloserin, basitrasin,
vankomisin, penisilin dan sefalosporin.
2. Antibiotik yang menghambat permeabilitas atau fungsi membran sel

Membran sitoplasma bakteri dan jamur tertentu lebih mudah dirusak oleh
agen tertentu daripada membran sel hewan. Antibiotik yang mengubah
tegangan permukaan, dapat merusak permeabilitas selektif dari membran sel
mikroba. Akibatnya, aktivitas kemoteraupetik selektif dapat terjadi. Antibiotik
yang berperan dalam menghambat fungsi membran sel yaitu azoles, polien,
dan polimiksin. Polimiksin dapat merusak membran sel setelah bereaksi
dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba. Polimiksin tidak efektif
terhadap bakteri Gram-positif karena jumlah fosfor bakteri ini lebih sedikit.
Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol pada membran sel. Oleh
karena itu, bakteri tidak sensitif terhadap antibiotik polien, karena tidak
memiliki struktur sterol pada membran selnya.
3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroba
Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan
tRNA. Perbedaan tipe ribosom, komposisi kimiawi, dan spesivitas fungsional
antara sel bakteri dan sel mamalia berbeda sehingga dapat menerangkan
antibiotik dapat menghambat sintesis protein di ribosom bakteri tanpa
menunjukkan efek nyata pada ribosom mamalia. Aminoglikosida, tetrasiklin,
makrolida atau eritromisin, kloramfenikol, dan linkomisin terbukti dapat
menghambat sintesis protein melalui kerja pada ribosom bakteri.
Streptomisin dan tetrasiklin berikatan dengan komponen ribosom 30S
menyebabkan kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis
protein sehingga akan terbentuk protein yang abnormal dan nonfungsional
bagi sel mikroba. Gentamisin, kanamisin, dan neomisin memiliki mekanisme
kerja yang sama tetapi potensinya berbeda. Eritromisin, likomisin, dan
kloramfenikol berikatan dengan ribosom 50S dan menghambat translokasi
kompleks tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida. Akibatnya,

10

rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang karena lokasi asam amino tidak
dapat menerima kompleks tRNA-asam amino yang baru.
4. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba
Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini ialah sulfonamida,
trimetoprim, p-aminosalisilat acid (PAS) dan sulfon. Antibiotik ini bekerja
dengan efek bakteriostatik. Mikroba membutuhkan asam folat untuk
kelangsungan hidupnya. Bakteri patogen harus mensintesis sendiri asam folat
dari para amino benzoic acid (PABA). Sulfonamida bersaing dengan PABA
dalam pembentukan asam folat sehingga mencegah bergabung ke dalam folat.
Trimetoprim bekerja dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase
(FAH2) sehingga asam dihidrofolat tidak dapat direduksi menjadi asam
tetrahidrofolat (FAH4) yang berfungsi. PAS adalah analog PABA yang
menghambat asam folat pada Mycobacterium tuberculosis. Sulfonamid adalah
analog struktur PABA dan menghambat dihidropteroat sintetase. Sulfonamida
tidak efektif terhadap M.tuberculosis dan sebaliknya PAS tidak efektif
terhadap bakteri yang sensitif terhadap Sulfonamida.
5. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba
Kebanyakan antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat digunakan
sebagai

obat

antikanker

ataupun

sebagai

antivirus

karena

sifat

sitotoksisitasnya. Oleh karena itu, obat antibiotik yang akan dipaparkan yaitu
rifampisin, dan golongan kuinolon. Rifampisin berikatan dengan enzim
polimerase-RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA. Golongan
kuinolon menghambat enzim DNA girase pada bakteri yang fungsinya menata
kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga dapat muat
dalam sel bakteri yang kecil.

11

D. Berdasarkan Spektrum Kerja Antibiotik


1. Antibiotika spektrum luas (broad spectrum)
Contohnya seperti tetrasiklin dan sefalosporin efektif terhadap
organism baik gram positif maupun gram negatif. Antibiotik berspektrum luas
sering kali dipakai untuk mengobati penyakit infeksi yang menyerang belum
diidentifikasi dengan pembiakan dan sensitifitas.
2. Antibiotika spektrum sempit (narrow spectrum)
Golongan ini terutama efektif untuk melawan satu jenis organisme.
Contohnya penisilin dan eritromisin dipakai untuk mengobati infeksi yang
disebabkan oleh bakteri gram positif. Karena antibiotik berspektrum sempit
bersifat selektif, maka obat-obat ini lebih aktif dalam melawan organisme
tunggal tersebut daripada antibiotik berspektrum luas.

12

E. Berdasarkan Daya Hambat Antibiotik


1. Time dependent killing
Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika
kadarnya dipertahankan cukup lama di atas Kadar Hambat Minimal kuman.
Contohnya pada antibiotik penisilin, sefalosporin, linezoid, dan eritromisin.
2. Concentration dependent killing
Pada pola ini antibiotik akan menghasilkan daya bunuh maksimal jika
kadarnya

relatif tinggi atau

dalam dosis

besar, tapi

tidak

perlu

mempertahankan kadar tinggi ini dalam waktu lama. Contohnya pada


antibiotik aminoglikosida, fluorokuinolon, dan ketolid.
Efek Samping Antibiotik
Penggunaan antibiotik yang sembarangan dan tidak tepat dosis, dapat
menggagalkan terapi pengobatan yang sedang dilakukan. Selain itu dapat
menimbulkan bahaya seperti:
1. Resistensi
Resistensi adalah tidak terganggunya sel mikroba oleh antibiotik yang
merupakan suatu mekanisme alami untuk bertahan hidup. Ini dapat terjadi apabila
antibiotik diberikan atau digunakan dengan dosis yang terlalu rendah atau masa
terapi yang tidak tepat.

2. Suprainfeksi

13

Suprainfeksi yaitu infeksi sekunder yang timbul ketika pengobatan terhadap


infeksi primer sedang berlangsung dimana jenis dan infeksi yang timbul berbeda
dengan infeksi primer.
Resistensi Antibiotik
Resistensi antimikrobial merupakan resistensi mikroorganisme terhadap obat
antimikroba yang sebelumnya sensitif. Organisme yang resisten (termasuk bakteri,
virus, dan beberapa parasit) mampu menahan serangan obat antimikroba, seperti
antibiotik, antivirus, dan lainnya, sehingga standar pengobatan menjadi tidak efektif
dan infeksi tetap persisten dan mungkin menyebar (Goodman Gillman). Resistensi
antibiotik merupakan konsekuensi dari penggunaan antibiotik yang salah, dan
perkembangan dari suatu mikroorganisme itu sendiri, bisa jadi karena adanya mutasi
atau gen resistensi yang didapat.
A. Penyebab Resistensi Antibiotik
Ketidaktepatan serta ketidakrasionalan penggunaan antibiotik merupakan
penyebab paling utama menyebarnya mikroorganisme resisten. Contohnya, pada
pasien yang tidak mengkonsumsi antibiotik yang telah diresepkan oleh dokternya,
atau ketika kualitas antibiotik yang diberikan buruk.
Adapun faktor-faktor lain yang dapat menyebabkan adanya resistensi
antibiotik adalah:
1.
2.
3.
4.

Kelemahan atau ketiadaan system monitoring dan surveilans


Ketidakmampuan system untuk mengontrol kualitas suplai obat
Ketidaktepatan serta ketidakrasionalan penggunaan obat
Buruknya pengontrolan pencegahan infeksi penyakti

5. Kesalahan diagnosis dan pengobatan yang diberikan


B. Mekanisme Resistensi Antibiotik

14

Agar efektif, antibiotik harus mencapai target dalam bentuk aktif, mengikat
target, dan melakukan fungsinya sesuai dengan mekanisme kerja antibiotic
tersebut. Resistensi bakteri terhadap agen antimikroba disebabkan oleh tiga
mekanisme umum, yaitu:
1. Kegagalan obat untuk mencapai target
Membran luar bakteri gram negatif adalah penghalang yang dapat
menghalangi molekul polar besar untuk masuk ke dalam sel bakteri. Molekul
polar kecil, termasuk seperti kebanyakan antimikroba, masuk ke dalam sel
melalui saluran protein yang disebut porin.
Ketiadaan, mutasi, atau kehilangan Porin dapat memperlambat
masuknya obat ke dalam sel atau sama sekali mencegah obat untuk masuk ke
dalam sel, yang secara efektif mengurangi konsentrasi obat di situs aktif obat.
Jika target kerja obat terletak di intraseluler dan obat memerlukan transpor
aktif untuk melintasi membran sel, resistensi dapat terjadi dari mutasi yang
menghambat mekanisme transportasi obat tersebut. Sebagai contoh,
gentamisin, yang target kerjanya ribosom, secara aktif diangkut melintasi
membran sel dengan menggunakan energi yang disediakan oleh gradien
elektrokimia membran sel bakteri. Gradien ini dihasilkan oleh enzimenzim
pernapasan aerob bakteri. Sebuah mutasi dalam jalur ini atau kondisi anaerob
dapat memperlambat masuknya gentamisin ke dalam sel, mengakibatkan
resistensi.
2. Inaktivasi obat
Resistensi bakteri terhadap aminoglikosida dan antibiotik beta laktam
biasanya hasil dari produksi enzim yang memodifikasi atau merusak
antibiotik. Variasi dari mekanisme ini adalah kegagalan bakteri untuk
mengaktifkan prodrug yang secara umum merupakan hal yang mendasari
resistensi M.tuberculosis terhadap isoniazid.
3. Perubahan target kerja antibiotik

15

Hal ini mencakup mutasi dari target alami (misalnya, resistensi


fluorokuinolon), modifikasi dari target kerja (misalnya, perlindungan ribosom
dari makrolida dan tetrasiklin), atau akuisisi bentuk resisten dari target yang
rentan (misalnya, resistensi stafilokokus terhadap metisilin yang disebabkan
oleh produksi varian Peniccilin Binding Protein yang berafinitas lemah).

16

Anda mungkin juga menyukai