Oleh:
Fachrun Nisa, S.Ked
14174072
Pembimbing:
dr. Cut Putri Yohanna, M.Sc, Sp. KK
ANTIBIOTIK
Kata antibiotik berasal dari kata Yunani tua, yang merupakan gabungan dari
kata anti (lawan) dan bios (hidup). Kalau diterjemahkan bebas menjadi "melawan
sesuatu yang hidup". Istilah ini diciptakan oleh Selman tahun 1942 untuk
menggambarkan semua senyawa yang diproduksi oleh mikroorganisme yang dapat
menghambat pertumbuhan mikroorganisme lain.
Dalam arti sebenarnya, antibiotik merupakan zat anti bakteri yang diproduksi
oleh berbagai spesies mikroorganisme (bakteri, jamur, dan actinomycota) yang dapat
menekan pertumbuhan dan atau membunuh mikroorganisme lainnya.
Penggolongan Antibiotik
A. Berdasarkan Struktur Kimia Antibiotik
1. Antibiotik Golongan -laktam
Antibiotik jenis ini terdiri dari lima kelompok yang memiliki nukleus laktam berbeda, yaitu penisilin, sefalosporin, karbapenem, monobaktam, dan
karbasefem. Penisilin dan sefalosporin adalah antibiotik yang paling penting,
diikuti dengan karbapenem, monobaktam, dan karbasefem yang menjadi
cadangan pada kasus peradangan serius seperti peradangan nosokomial (yang
didapat dari rumah sakit). -laktam memiliki aktivitas antibiotik dengan
spektrum yang terluas, kecuali antibiotik dengan spektrum yang sangat sempit
(seperti -laktamase-resistant penicillin) dan spektrum yang sangat luas
(seperti imipenem dan beberapa sefalosporin).
Mekanisme kerja antibiotik -laktam dapat diringkas dengan urutan
sebagai berikut:
a. Obat bergabung dengan penicillin-binding proteins (PBPs) pada bakteri;
b. Terjadi hambatan sintesis dinding sel bakteri karena proses transeptidasi
antar rantai peptidoglikan terganggu
c. Terjadi aktivasi enzim proteolitik pada dinding sel
Penisilin
Penisilin adalah istilah generik untuk kelompok antibiotik yang samasama memiliki nukleus cincin -laktam. Obat ini efektif melawan sebagian
besar bakteri gram positif tetapi tidak aktif jika cincin -laktamnya dipecah
oleh -laktamase. Penisilin memiliki efek bakterisid dengan menghambat
pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis dinding sel
mikroba.
Modifikasi penisilin dapat terjadi karena struktur dasarnya (asam 6amminopenisilanat) memungkinkan untuk penambahan berbagai rantai laktam dan cincin tiazolidin. Atas dasar modifikasi ini, penisilin dapat dibagi
menjadi penisilin G dan derivatnya, penisilin resisten -laktamase, penisilin
spektrum yang diperluas (Extended-Spectrum Penicillin), dan penisilin
spektrum yang diperluas ditambah inhibitor -laktamase (Extended-Spectrum
Penicillin Plus -Lactamase Inhibitors).
Penisilin dapat terbagi menjadi beberapa golongan :
a. Penisilin natural (misalnya, penisilin G)
Golongan ini sangat poten terhadap organisme gram-positif,
coccus gram negatif, dan bakteri anaerob penghasil non--laktamase.
Namun, mereka memiliki potensi yang rendah terhadap batang gram
negatif.
b. Penisilin antistafilokokal (misalnya, nafcillin)
Penisilin jenis ini resisten terhadap stafilokokal -laktamase.
Golongan ini aktif terhadap stafilokokus dan streptokokus tetapi tidak
aktif terhadap enterokokus, bakteri anaerob, dan kokus gram negatif dan
batang gram negatif.
c. Penisilin dengan spektrum yang diperluas (Ampisilin dan Penisilin
antipseudomonas)
tidak
aktif
terhadap
bakteri
enterokokus
dan
aktif
terhadap
kokus
gram positif
seperti
pnumokokus,
diperluas kepada bakteri gram negatif dan dapat menembus sawar darah
otak.
d. Sefalosporin generasi keempat
Sefepime merupakan contoh dari sefalosporin generasi keempat
dan memiliki spektrum yang luas. Sefepime sangat aktif terhadap
haemofilus dan neisseria dan dapat dengan mudah menembus CSS.
luas dan meliputi banyak cocci gram positif dan gram negatif serta
kebanyakan bacilli. Tidak efektif Pseudomonas dan Proteus, tetapi aktif
terhadap mikroba khusus Chlamydia trachomatis (penyebab penyakit mata
trachoma dan penyakit kelamin), dan beberapa protozoa (amuba) lainnya.
Contohnya tetrasiklin, doksisiklin, dan monosiklin.
5. Antibiotik Golongan Linkomisin
Yang termasuk kelompok linkomisin adalah linkomisin yang diisolasi dari
Streptomyces lincolnensis dan senyawa sintesis parsial turunannya yaitu
klindamisin. Khasiatnya bakteriostatis dengan spektrum kerja lebih sempit
daripada makrolida, terutama terhadap kuman gram positif dan anaerob.
Berhubung efek sampingnya hebat kini hanya digunakan bila terdapat
resistensi terhadap antibiotika lain. Contohnya linkomisin.
6. Antibiotik Golongan Kuinolon
Kuinolon memiliki atom fluor pada cincin kuinolon (karena itu dinamakan
juga fluorokuinolon). Senyawa-senyawa kuinolon berkhasiat bakterisid pada
fase pertumbuhan kuman, berdasarkan inhibisi terhadap enzim DNA-gyrase
kuman, sehingga sintesis DNAnya dihindarkan. Golongan kuinolon secara
garis besar dapat dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kuinolon dan
fluorokuinolon.
Kelompok kuinolon tidak mempunyai manfaat klinik untuk pengobatan
peradangan sistemik karena kadarnya dalam darah terlalu rendah, daya
antibakterinya lebih lemah, dan resistensi cepat timbul. Indikasinya terbatas
sebagai antiseptik saluran kemih.
Sedangkan kelompok fluorokuinolon memiliki atom fluor pada posisi 6
dalam struktur molekulnya. Daya antibiotik fluorokuinolon jauh lebih kuat
dibandingkan kelompok kuinolon lama. Kelompok obat ini diserap secara
baik pada pemberian oral, dan derivatnya tersedia juga dalam bentuk
parenteral yang digunakan untuk penanggulangan peradangan berat,
khususnya yang disebabkan oleh bakteri Gram-negatif, sedangkan terhadap
bakteri Gram-positif daya bakterinya relatif lemah. Yang termasuk golongan
ini adalah siprofloksasin, pefloksasin, levofloksasin, dan sebagainya.
7. Antibiotik Golongan Kloramfenikol
Kloramfenikol mempunyai spektrum luas. Berkhasiat bakteriostatis
terhadap hampir semua kuman gram positif dan sejumlah kuman gram
negatif. Mekanisme kerjanya berdasarkan perintangan sintesa polipeptida
kuman. Contohnya kloramfenikol.
B. Berdasarkan Sifat Toksisitas Selektif
Berdasarkan toksisitas selektif, antibiotik dibagi menjadi dua jenis yaitu
antibiotik yang mempengaruhi pembentukan dinding sel atau permeabilitas yang
membunuh mikroorganisme (bakterisidal) dan yang hanya menghambat
pertumbuhan mikroorganisme (bakteriostatik).
Antibiotik yang termasuk golongan bakterisid antara lain penisilin,
sefalosporin, aminoglikosida (jika digunakan dalam dosis besar), kotrimoksazol,
rifampisin, isoniazid dan lain-lain. Antibiotik yang bersifat bakterisidal
dibutuhkan untuk penyembuhan pada kasus peradangan yang tidak dapat
dihilangkan oleh mekanisme inang (misalnya endokarditis infektif). Kasus
peradangan seperti ini juga tidak dapat diobati dengan menggunakan antibiotik
bakteriostatik, dimana penyakit akan kambuh kembali setelah penggunaan
antibiotik dihentikan.
Sedangkan
antibiotik
yang
memiliki
sifat
bakteriostatik,
dimana
pada
bakteri
yang
peka.
Dinding
sel
mengandung
Membran sitoplasma bakteri dan jamur tertentu lebih mudah dirusak oleh
agen tertentu daripada membran sel hewan. Antibiotik yang mengubah
tegangan permukaan, dapat merusak permeabilitas selektif dari membran sel
mikroba. Akibatnya, aktivitas kemoteraupetik selektif dapat terjadi. Antibiotik
yang berperan dalam menghambat fungsi membran sel yaitu azoles, polien,
dan polimiksin. Polimiksin dapat merusak membran sel setelah bereaksi
dengan fosfat pada fosfolipid membran sel mikroba. Polimiksin tidak efektif
terhadap bakteri Gram-positif karena jumlah fosfor bakteri ini lebih sedikit.
Antibiotik polien bereaksi dengan struktur sterol pada membran sel. Oleh
karena itu, bakteri tidak sensitif terhadap antibiotik polien, karena tidak
memiliki struktur sterol pada membran selnya.
3. Antibiotik yang menghambat sintesis protein sel mikroba
Sintesis protein berlangsung di ribosom, dengan bantuan mRNA dan
tRNA. Perbedaan tipe ribosom, komposisi kimiawi, dan spesivitas fungsional
antara sel bakteri dan sel mamalia berbeda sehingga dapat menerangkan
antibiotik dapat menghambat sintesis protein di ribosom bakteri tanpa
menunjukkan efek nyata pada ribosom mamalia. Aminoglikosida, tetrasiklin,
makrolida atau eritromisin, kloramfenikol, dan linkomisin terbukti dapat
menghambat sintesis protein melalui kerja pada ribosom bakteri.
Streptomisin dan tetrasiklin berikatan dengan komponen ribosom 30S
menyebabkan kode pada mRNA salah dibaca oleh tRNA pada waktu sintesis
protein sehingga akan terbentuk protein yang abnormal dan nonfungsional
bagi sel mikroba. Gentamisin, kanamisin, dan neomisin memiliki mekanisme
kerja yang sama tetapi potensinya berbeda. Eritromisin, likomisin, dan
kloramfenikol berikatan dengan ribosom 50S dan menghambat translokasi
kompleks tRNA-peptida dari lokasi asam amino ke lokasi peptida. Akibatnya,
10
rantai polipeptida tidak dapat diperpanjang karena lokasi asam amino tidak
dapat menerima kompleks tRNA-asam amino yang baru.
4. Antibiotik yang menghambat metabolisme sel mikroba
Antibiotik yang termasuk dalam kelompok ini ialah sulfonamida,
trimetoprim, p-aminosalisilat acid (PAS) dan sulfon. Antibiotik ini bekerja
dengan efek bakteriostatik. Mikroba membutuhkan asam folat untuk
kelangsungan hidupnya. Bakteri patogen harus mensintesis sendiri asam folat
dari para amino benzoic acid (PABA). Sulfonamida bersaing dengan PABA
dalam pembentukan asam folat sehingga mencegah bergabung ke dalam folat.
Trimetoprim bekerja dengan menghambat enzim dihidrofolat reduktase
(FAH2) sehingga asam dihidrofolat tidak dapat direduksi menjadi asam
tetrahidrofolat (FAH4) yang berfungsi. PAS adalah analog PABA yang
menghambat asam folat pada Mycobacterium tuberculosis. Sulfonamid adalah
analog struktur PABA dan menghambat dihidropteroat sintetase. Sulfonamida
tidak efektif terhadap M.tuberculosis dan sebaliknya PAS tidak efektif
terhadap bakteri yang sensitif terhadap Sulfonamida.
5. Antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat sel mikroba
Kebanyakan antibiotik yang menghambat sintesis asam nukleat digunakan
sebagai
obat
antikanker
ataupun
sebagai
antivirus
karena
sifat
sitotoksisitasnya. Oleh karena itu, obat antibiotik yang akan dipaparkan yaitu
rifampisin, dan golongan kuinolon. Rifampisin berikatan dengan enzim
polimerase-RNA sehingga menghambat sintesis RNA dan DNA. Golongan
kuinolon menghambat enzim DNA girase pada bakteri yang fungsinya menata
kromosom yang sangat panjang menjadi bentuk spiral hingga dapat muat
dalam sel bakteri yang kecil.
11
12
dalam dosis
besar, tapi
tidak
perlu
2. Suprainfeksi
13
14
Agar efektif, antibiotik harus mencapai target dalam bentuk aktif, mengikat
target, dan melakukan fungsinya sesuai dengan mekanisme kerja antibiotic
tersebut. Resistensi bakteri terhadap agen antimikroba disebabkan oleh tiga
mekanisme umum, yaitu:
1. Kegagalan obat untuk mencapai target
Membran luar bakteri gram negatif adalah penghalang yang dapat
menghalangi molekul polar besar untuk masuk ke dalam sel bakteri. Molekul
polar kecil, termasuk seperti kebanyakan antimikroba, masuk ke dalam sel
melalui saluran protein yang disebut porin.
Ketiadaan, mutasi, atau kehilangan Porin dapat memperlambat
masuknya obat ke dalam sel atau sama sekali mencegah obat untuk masuk ke
dalam sel, yang secara efektif mengurangi konsentrasi obat di situs aktif obat.
Jika target kerja obat terletak di intraseluler dan obat memerlukan transpor
aktif untuk melintasi membran sel, resistensi dapat terjadi dari mutasi yang
menghambat mekanisme transportasi obat tersebut. Sebagai contoh,
gentamisin, yang target kerjanya ribosom, secara aktif diangkut melintasi
membran sel dengan menggunakan energi yang disediakan oleh gradien
elektrokimia membran sel bakteri. Gradien ini dihasilkan oleh enzimenzim
pernapasan aerob bakteri. Sebuah mutasi dalam jalur ini atau kondisi anaerob
dapat memperlambat masuknya gentamisin ke dalam sel, mengakibatkan
resistensi.
2. Inaktivasi obat
Resistensi bakteri terhadap aminoglikosida dan antibiotik beta laktam
biasanya hasil dari produksi enzim yang memodifikasi atau merusak
antibiotik. Variasi dari mekanisme ini adalah kegagalan bakteri untuk
mengaktifkan prodrug yang secara umum merupakan hal yang mendasari
resistensi M.tuberculosis terhadap isoniazid.
3. Perubahan target kerja antibiotik
15
16