Anda di halaman 1dari 8

HUBUNGAN TUMBUHAN DENGAN AIR, TRANSPIRASI DAN EVAPORASI

AZKI AFIDATI PUTRI ANFA (1410422025)


KELOMPOK 3B (A)

ABSTRAK
Praktikum Hubungan Tumbuhan dengan Air, Transpirasi dan Evaporasi ini
dilakukan dengan bahan kecambah Vigna unguiculata, Rhoe discolor, dan
Averrhoa belimbii yang dilaksanakan pada hari Selasa, 15 September 2015
di Laboratorium Pendidikan IV Jurusan Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas Andalas, Padang. Tujuan dari praktikum ini
yaitu, untuk mengukur kadar air, mengukur turgiditas relatif, menghitung luas
permukaan daun dan laju evaporasi, serta mengetahui struktur umum
stomata dan proses membuka menutupnya stomata. Metode kerja yang
dilakukan adalah dengan mengukur kadar air daun dan ranting Averrhoa
belimbii, mengukur turgiditas relatif kecambah Vigna unguiculata, menghitung
luas daun, kecepatan evaporasi dan laju transpirasi dari daun Averrhoa
belimbii dengan berbagai perlakuan, serta mengamati membuka dan
menutupnya stomata Rhoe discolor dengan berbagai perlakuan. Hasil dari
praktikum ini yaitu, pada perhitungan luas daun, daun Averrhoa belimbii yang
paling luas yaitu daun 3 dengan luas 3,311 cm 2 dan yang terkecil yaitu daun
pertama dengan luas 2,838 cm2.
Keyword : Averrhoa belimbii, Rhoe discolor, Turgiditas, Transpirasi, Vigna
unguiculata.
PENDAHULUAN
Air merupakan suatu molekul yang
sederhana, terdiri 1 atom oksigen
dan 2 atom hydrogen, sehingga
berat molekulnya hanya 18gr/mol.
Terlepas
dari
kesederhanaan
komposisi atom penyusunnya dan
ukuran molekulnya yang kecil,
molekul air mempunyai beberapa
karakteristik
yang
unik.
Karakteristik tersebut disebabkan
karena rangkaian kedua atom
hidrogen pada atom oksigen (yang
berada ditengah) tidak membentuk
garis
lurus.
Rangkaian
ini

membentuk sudut 105o. Besarnya


sudut ini selalu sama, jika air
dalam bentuk padat (es), tetapi
agak bervariasi. Jika air dalam
bentuk cair, walaupun rata-rata
besar
sudutnya
tetap
105o
(Lakitan,2004).
Proses transpirasi adalah
proses kehilangan air karena
penguapan melalui bagian dalam
tubuh tanaman, yaitu air yang
diserap oleh akar - akar tanaman
dipergunakan untuk membentuk
jaringan tanaman dan kemudian

dilepaskan melalui daun


ke
atmosfer (Purba, 2011).
Ada banyak langkah dimana
perpindahan air dan banyak faktor
yang mempengaruhi pergerakannya.
Besarnya
uap
air
yang
ditranspirasikan dipengaruhi oleh
beberapa faktor antara lain, faktor
dari dalam tumbuhan (jumlah
daun, luas daun, dan jumlah
stomata), serta faktor dari luar
tumbuhan
(suhu,
cahaya,
kelembaban,dan angin)(Salisbury,
1992).
Bila
daun
mempunyai
kandungan air yang cukup dan
stomata
terbuka,
maka
laju
transpirasi bergantung pada selisih
antara konsentrasi molekul uap air
di dalam rongga antar sel di daun
dengan konsentrasi molekul uap
air di udara. Maka, kelembaban
udara akan berpengaruh pada
proses transpirasi. Suhu juga
termasuk
pengaruh
dari
transpirasi, yaitu dengan naiknya
suhu dari 18o -20oF cenderung
untuk meningkatkan penguapan air
sebesar dua kali dan sangat
mempengaruhi tekanan turgor dan
secara sistematis mempengaruhi
pembukaan stomata (Lovelles,
1991).
Air tidak saja masuk ke
jaringan tanaman, tetapi juga
keluar berupa uap air, proses ini
disebut transpirasi, dan jika keluar
berupa uap cairan disebut gutasi.
Dan sejumlah air yang diserap

hanya 0,1 - 0,3 % yang dilepaskan.


Akibat masuknya air ke dalam
jaringan tanaman menyebabkan
terjadinya pengembangan dinding
sel. Jika air masuk terus - menerus
ke dalam sel, sedangkan dinding
sel
mempunyai
batas
mengembang
tertentu
akibat
rintangan - rintangan di sekitarnya,
maka timbulnya desakan untuk
tekanan tersebut. Tekanan itu
disebut tekanan turgor dan sel
dalam keadaan turgid (Peter,
1992).
Perbedaan
antara
transpirasi
dengan
evaporasi
adalah, pada transpirasi proses
fisiologi
atau
fisik
yang
termodifikasi,
diatur
bukaan
stomata, diatur beberapa macam
tekanan, terjadi di jaringan hidup,
permukaan sel basah. Pada
evaporasi, proses fisika murni,
tidak diatur bukaan stomata, tidak
diatur oleh tekanan, tidak terbatas
pada jaringan hidup, permukaan
yang menjalankan menjadi kering
(Fitter, 1991).
Adapun
tujuan
dari
praktikum
ini
adalah
untuk
mengukur kadar air yang ada pada
bagian tanaman,untuk mengukur
turgiditas relatif dan defisit air dari
jaringan tumbuhan, menghitung
luas permukaan daun dan laju
evaporasi dan transpirasi dari
lembaran daun,
mengetahui
struktur umum stomata dan proses

membuka
stomata.

dan

menutupnya

METODA PRAKTIKUM
Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilakukan pada hari
Selasa, 15 September 2015, pukul
14.00-18.00 WIB di Laboratorium
Teaching IV Jurusan Biologi,
Fakultas Matematika dan Ilmu
Pengetahuan Alam, Universitas
Andalas, Padang.
Alat dan Bahan
Adapun alat yang digunakan pada
praktikum ini adalah kotak karton,
timbangan, oven, cork borer,
petridish, kertas saring, kertas
merang, jepitan kertas, selotip,
gunting, vaselin, mikroskop, kaca
objek, cover glass, larutan sukrosa,
dan larutan NaCl 1M. Sedangkan
bahan yang digunakan adalah
daun Averrhoa belimbii, Rhoe
discolor, dan kecambah Vigna
unguiculata.
Cara kerja
Pada percobaan pertama, daun
Averrhoa belimbii dipisahkan dari
rantingnya, kemudian masing masingnya ditimbang seberat 10
gram dan dibuat menjadi tiga
sampel untuk daun dan tiga
sampel untuk ranting. Kemudian,
masing - masing sampel disimpan
dalam
kotak
karton
dan
selanjutnya dioven dengan suhu
80oC selama 48 jam. Setelah 48

jam, bahan kemudian diangkat dan


diukur kadar air tumbuhan dengan
rumus
BB BK = % dari Berat Basah (BB)
BB
Atau
BB BK = % dari Berat Kering (BK)
BK

Pada percobaan kedua,


daun kecambah Vigna unguiculata
di bor sebanyak 10 buah untuk
yang disiram selama 14 hari dan
10 buah untuk yang disiram
selama 12 hari. Berat masing masing daun ditimbang. Kemudian,
potongan
potongan
daun
ditempatkan dalam petridish yang
terpisah (untuk 14 hari penyiraman
dan
12
hari
penyiraman).
Kemudian, petridish diletakkan
pada ruangan dengan penerangan
lampu neon yang berintensitas +25
lumen/sq-ft selama 3 jam. Setelah
3 jam, potongan daun diambil dan
kelebihan air yang menempel
dihilangkan
dengan
cara
meletakkan sebentar potongan
daun di atas kertas saring, lalu
berat daun ditimbang. Kemudian,
potongan daun dioven dengan
suhu 80oC selama 48 jam.
Kemudian, berat kering ditimbang
dan turgiditas relatif juga ditimbang
dengan rumus :
TR = BS - BK x 100 %
BT - BK

Defisit air pada daun juga dihitung


dengan rumus :
WD = BT -BS x 100 %
BT BK

Pada percobaan ketiga,


diambil 3 lembar daun Averrhoa
belimbii dan ditempelkan pada
selembar
kertas yang
telah
ditimbang beratnya dan dihitung
luasnya. Selanjutnya, lembaran
daun
masing
masingnya
ditimbang dan dihitung luasnya.
Kemudian, dilakukan 3 perlakuan.
Pertama, daun satu dijiplak pada
lembaran kertas dan hasil jiplakan
digunting dan ditimbang. Kemudian
luas daun dihitung dengan rumus :
Luas daun =
Berat guntingan gambarx luaskertas
Berat kertas

Kedua, lembaran daun yang telah


diketahui luasnya tadi diambil dan
kemudian ditimbang dan digantung
dengan jepitan kertas pada sinar
matahari langsung. Dalam interval
waktu 20, 40, dan 60 menit
dilakukan penimbangan (sebanyak
3 kali). Kemudian, dibuat daftar
penimbangan pengurangan berat
daun selama evaporasi dengan
rumus :
Kecepatan Evaporasi =
berat penguapan
Luas permukaan daun

:t

Ketiga, dua lembar daun yang


telah diketahui luasnya pada
percobaan a ditimbang, kemudian
direndam
dalam
air
dan
dikeringkan dengan tisu. Daun
pertama diolesi vaselin pada
permukaan atasnya dan daun
kedua pada permukaan bawahnya,
kemudian ditimbang kembali. Hasil

antara respirasi kutikula dari


permukaan atas dan transpirasi
stomata dari permukaan bawah
dibandingkan.
Pada percobaan keempat,
akuades
diteteskan
pada
permukaan kaca objek. Kemudian,
dibuat
sayatan
tipis
pada
permukaan epidermis atas dan
bawah dari lembaran daun Rhoe
discolor.
Kemudian,
sayatan
ditempatkan pada tetesan akuades
pada kaca objek. Kemudian,
ditutup dengan cover glass dan
diamati di bawah mikroskop
dengan perbesaran kecil (4 x 10).
Pengamatan difokuskan pada 1-2
stomata
dan
perbesaran
ditingkatkan sampai 40 x 10,
kemudian struktur stomata diamati.
Kemudian, sayatan permukaan
atas dihisap akuades dengan tisu
dan ditetesi dengan sukrosa dan
dicatat waktu untuk proses.
Setelah itu dihisap kembali sukrosa
dan ditetesi dengan akuades dan
dicatat
kembali
waktunya.
Kemudian, dihisap akuades dan
ditetesi dengan NaCl dan dicatat
waktunya.
Kemudian,
ditetesi
kembali dengan akuades untuk
melihat respon stomata waktu
dicatat untuk perubahan tersebut
dan
proses
yang
terjadi
digambarkan secara berurutan.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari
praktikum
yang
telah
dilakukan, maka didapatkan hasil
sebagai berikut :
1. Pengukuran Kadar Air Jaringan
Tumbuhan
Tabel 1. Kadar air daun dan
ranting setelah dioven 48 jam.
No
1
2
3

Kadar Air (%)


Daun
Ranting
0,45
0,60
0,59
0,64
0,61
0,61

Dari tabel dapat dilihat perbedaan


kadar air dari daun dan ranting
tanaman Averrhoa belimbii. Kadar
air dari dari ranting lebih besar dari
pada kadar air yang terkandung
pada
daun.
Hal
ini
tidak
sesuailiteratur
dari
Kramer
(1960),bahwa kadar air daun
tanaman lebih tinggi dari bagian
rantingnya, karena sel-sel mesofil
daun yang tidak tersusun rapat
mengandung ruang udara yang
jenuh terhadap air. Air yang
diserap oleh bulu-bulu akar, akan
disebarkan
oleh
jaringan
pengangkut
keseluruh
organ
tumbuhan untuk digunakan sesuai
kebutuhan dari organ tersebut.
Misalnya dibagian daun untuk
melakukan proses fotosintesis dan
penguapan
untuk
menjaga
kestabilan
suhu
tumbuhan.
Kebutuhan air pada tanaman dapat
dipenuhi melalui tanah dengan
jalan penyerapan oleh akar.
Karena besarnya air yang diserap
oleh
akar
tanaman
sangat
tergantung pada kadar air dalam

tanah dan ditentukan oleh pF


(Kemampuan
partikel
tanah
memegang air), dan kemampuan
akar untuk menyerapnya.
Hal ini terjadi kemungkinan
karena
kesalahan
dalam
penimbangan berat dari daun yang
telah di oven selama 48 jam. Daun
yang akan ditimbang kembali
beratnya banyak yang terjatuh saat
penimbangan.
2. Pengukuran Turgiditas Relatif
Jaringan Tumbuhan
Tabel 2. Nilai Turgiditas Relatif dan
Defisit Air pada kecambah Vigna
unguiculata setelah dioven 48 jam.
No

Hari penyiraman
12 hari
14 hari
TR
WD
TR
WD
700

-6

383

-28

Dari tabel dapat dilihat turgiditas


relatif dan defisit air pada tanaman
Vigna
unguiculata
dengan
penyiraman selama 12 hari dan
dengan penyiraman selama 14
hari. Diketahui bahwa turgiditas
relatif daun yang disiram selama
12 hari lebih besar dari pada
turgiditas relatif daun tanaman
yang disiram selama 14 hari.
Sedangkan defisit air tanaman
dengan 12 hari penyiraman lebih
kecil dari pada 14 hari penyiraman.
Menurut Salisbury (1991),
turgiditas relative pada keadaan
basah
(lapang)
lebih
besar
dibandingkan dengan keadaan

kering. Kandungan air pada


kapasitas lapang berada pada
kondisi yang mana semua ruang
dalam tanah terisis oleh air. Air
yang dikandung pada kapasitas
lapang basah yang banyak,
mengakibatkan tekanan turgor
menjadi lebih besar.
3. Perhitungan Luas Permukaan
Daun,Perkiraan Laju Evaporasi
dan Transpirasi Permukaan
Dorsiventral Daun
a. Menghitung Luas Daun
Tabel 3. Luas Daun Averrhoa
belimbii
Dari tabel di atas dapat dilihat
bahwa daun yang paling luas yaitu
daun 3 dengan luas 3,311 cm2 dan
yang terkecil yaitu daun pertama
dengan luas 2,838 cm2.
Menurut
Delvin
(1975)
menyatakan bahwa luas daun
dipengaruhi oleh ketersediaan
tanah, tempat ia tumbuh dan
nutrisinya. Faktor lingkungan juga
mempengaruhi luas daun dan
besar kecilnya daun. Luas daun
sangat mempengaruhi terjadinya
proses transpirasi. Semakin lebar
suatu daun maka semakin cepat
terjadinya
transpirasi,
dan
sebaliknya semakin sempitnya
daun maka semakin lambat
terjadinya transpirasi.
b. Perkiraan
Kecepatan
Evaporasi Daun

Tabel 4. Perkiraan Kecepatan


Evaporasi pada Daun Pertama
Averrhoa belimbii

No

Waktu

kecepatan
evaporasi daun
g / / menit

20 menit

0,0003

40 menit

0,001

60 menit

0,0008

Dari tabel dapat dilihat bahwa


evaporasi daun Averrhoa belimbii
setelah 40 menit justru melambat
dari menit ke 20 dan kembali cepat
di menit 60. Hal ini tidak sesuai
dengan literatur yaitu, menurut
NO

Daun

Luas Daun
(cm2)

Daun 1

2,838

Daun 2

3,074

Daun 3

3,311

Dwidjoseputro
(1986)
bahwa
besarnya evaporasi ini dipengaruhi
oleh luas daun. Semakin luas
permukaan daun maka kecepatan
evaporasi akan semakin tinggi,
ketebalan
daun
juga
mempengaruhi
kecepatan
evaporasi. Sedangkan, daun yang
digunakan adalah daun 1 dimana
luasnya paling kecil diantara 2
daun lain. Kemungkinan kesalahan
terjadi ketika penimbangan daun.
c. Perkiraan Laju Respirasi Daun
Permukaan Dorsiventral Daun

Tabel 5. Berat Daun Averrhoa


belimbii yang diolesi vaselin
setelah 1 jam
No.

Jenis
Tanaman

Berat Daun (gr)


Setelah 1 jam

Daun 1
diolesi
vaselin
bagian atas
Daun 2
diolesi
vaselin
bagian
bawah

0,31

0,30

Dari tabel dapat diketehui bahwa


laju respirasi daun yang diolesi
vaselin pada permukaan daun
bagian atas lebih berat dari pada
Per
muk
aan

Sukr
osa

Air

Waktu (menit)
NaCL

Air

Atas

Baw
ah

daun yang diolesi vaselin pada


permukaan bagian bawah.
Menurut
Dwijoseputro
(1986) bahwa respirasi melalui
stomata lebih aktif karena jaringan
ini terdapat jaringan bunga karang
yang susunannya longgar. Lapisan
kutikula yang tebal dari lapisan lilin
merupakan lapisan pelengkap
untuk mengurangi penguapan
yang
terlalu
besar
pada
permukaan
daun
dan
juga
berfungsi
dalam
bekerjanya
stomata
dan
mengubah
permeabilitas plasma.

Menurut
Bower
(1996)
bahwa kutikula secara relatif tidak
tembus air, yang pada sebagian
tanaman repirasi kutikula hanya
10%
dari
seluruh
jumlah
penguapan. Makin banyak jumlah
stomata kemungkinan hilangnya
uap air cukup besar, sehingga
mempengaruhi
besarnya
laju
repirasi. Respirasi yang melalui
kutikula lebih sedikit dibandingkan
dengan stomata, karena pada
kutikula terjadi difusi uap air
dengan langsung mengakibatkan
uap air dan terdapat lapisan
penghalang pada kutikula seperti
zat kutin, lilin dan yang lain yang
akan
memperlambat
proses
hilangnya air dari permukaan daun
tersebut.
4. Struktur Stomata dan Aktivitas
Membuka - Menutup Stomata
Tabel 6. Daun Rhoe discolor
dengan berbagai perlakuan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Dari
praktikum
yang
telah
dilaksanakan
dapat
diambil
kesimpulan,
yaitu
pada
perhitungan luas daun, daun
Averrhoa belimbii yang paling luas
yaitu daun 3 dengan luas 3,311
cm2 dan yang terkecil yaitu daun
pertama dengan luas 2,838 cm2.
Pada
percobaan
perkiraan
kecepatan
evaporasi
daun
Averrhoa belimbii evaporasi daun
setelah 40 menit justru melambat

dari menit ke 20 dan kembali cepat


di menit 60. Pada percobaan laju
respirasi daun pada daun Averrhoa
belimbii, laju respirasi daun yang
diolesi vaselin pada permukaan
daun bagian atas lebih berat
(0,31gr) dari pada daun yang
diolesi vaselin pada permukaan
bagian bawah (0,30gr).
Saran
Adapun
saran
yang
dari
pelaksanaan praktikum ini yaitu,
diharapkan kepada praktikan untuk
lebih serius dalam menjalani
praktikum ini agar dapat terlaksana
dengan baik dan praktikan untuk
dapat memahami prosedur kerja.
DAFTAR PUSTAKA
Bower, F.O.1996. Botany of The
Living Plant. Mc.Milan and
Co. Ltd. St Martin Press.
London.
Delvin, R.M.1975. Plant Physiology
Third Edition. Mc.William
Publishing Co.Inc. New
York.
Dwijoseputro,D.1986.
Pengantar
Fisiologi Tumbuhan. PT.
Gramedia :Jakarta.
Fitter, A.H dan Itay R.K.M. 1991.
Fisiologi
Lingkungan
Tanaman. Yogyakarta :
UGM Press
Kramer.1960. Plant and Soil
Relationship. Mc Graw Hill
Company Inc :New York.

Lakitan,
B.2004.
Dasar-Dasar
Fisiologi
Tumbuhan.
Rajawali Press :Jakarta.
Lovelles. 1991. Prinsip-Prinsip
Biologi
Tumbuhan
Untuk
Daerah
Tropika.
Bandung:Gramedia.
Peter, E dan Fisher. 1992. Fisiologi
Tanaman Budidaya Tropis.
Yogyakarta : UGM Press
Purba, J.H. 2011. Kebutuhan dan
Cara Pemberian Air Irigasi
untuk Tanaman Padi Sawah
(Oryza sativa). Jurnal Sains
danTeknologi
3 :146
Salisbury, J.W. dan Ross. 1992.
Fisiologi Tumbuhan Jilid I.
Bandung : ITB.

Anda mungkin juga menyukai