Anda di halaman 1dari 23

Biji Kluwih Alternatif Bahan Baku Tempe

Karakteristik kimia biji kluwih adalah memiliki kadar air, abu, protein,
lemak, serat, karbohidrat, pati, fenol.

Seorang perajin tempe mengaduk kedelai dalam proses peragian di Dusun Sanan, kota Malang, Jawa
timur. (Aman Rochman/Fotokita.net)

Tempe menjadi makanan favorit banyak orang. Belakangan, makanan kaya protein ini
tengah mendapat sorotan dari berbagai pihak karena kelangkaan kedelai sebagai
bahan bakunya. Harga tempe membumbung dan membuatnya jadi makanan yang
susah untuk dicari.
Ternyata masyarakat tak perlu lagi khawatir dengan kelangkaan bahan baku tempe itu.
Baru-baru ini, peneliti muda dari kalangan mahasiswa FMIPA Universitas Negeri
Yogyakarta berhasil menemukan bahan baku tempe alternatif yakni pemanfaatan biji
kluwih (betem).
Gama Setyoningsih, Maisel Priskila Sisilia, dan Dwi Irawati di Yogyakarta, Kamis (16/8)
mengatakan biji kluwih belum banyak dimanfaatkan oleh masyarakat untuk dijadikan

produk pangan atau pun non pangan. Alasannya, karakteristik kimia biji kluwih seperti
kadar air, abu, protein, lemak, serat, karbohidrat, pati, fenol serta sifat fisikokimia dan
fungsional pati biji kluwih belum banyak diketahui.
Menurut Gama, kandungan karbohidrat biji kluwih sebesar 64.965 persen sangat
berpotensi sebagai salah satu sumber karbohidrat. Sementara itu, kandungan serat biji
kluwih sebesar 8.196 persen + 0.003 persen cukup untuk konsumsi serat.
Berdasar komposisi kimia di atas, biji kluwih memiliki keseimbangan nutrisi yang
meliputi karbohidrat, lemak, protein dan mineral yang baik, papar Gama.
Pengujian dalam penelitian ini dilakukan dalam tiga sampel uji yaitu biji kluwih sebelum
direbus, setelah direbus, dan yang telah dibuat tempe. Untuk menjadi tempe, biji kluwih
pun tetap dicampur dengan ragi.
Ternyata berdasarkan uji laboratorium, keunggulan tempe biji kluwih dibandingkan
tempe kedelai adalah memiliki kandungan abu dan karbohidrat lebih tinggi.
Bahkan, tambah Dwi, kandungan serat dalam biji kluwih dapat menurunkan kadar
kolesterol darah sehingga mencegah berbagai penyakit seperti tekanan darah tinggi,
jantung koroner dan batu empedu, serta mengontrol glukosa darah.
"Kami berharap bahan baku alternatif tempe ini bisa menjadi solusi kelangkaan kedelai
di Indonesia," papar Dwi.
(Olivia Lewi Pramesti)
http://nationalgeographic.co.id/berita/2012/08/biji-kluwih-alternatif-bahan-bakutempe

Pengaturan Diet Makanan untuk Penderita Diabetes

http://langkahsehat.com/pengaturan-diet-makanan-untuk-penderita-diabetes/
May 26, 2014 - Makanan Sehat - Tagged: Makanan Sehat

Penyakit diabetes disebabkan karena tingginya kadar gula dalam darah. Pasien
penderita diabetes harus menjaga kadar gulanya agar berada pada kondisi
normal atau mendekati normal.
Pengontrolan kadar gula darah harus dilakukan secara rutin dengan berbagai
cara, antara lain pola hidup sehat, rajin melakukan aktivitas fisik, konsumsi obat
penurun gula darah, suntik insulin dan mengatur jenis makanan untuk
penderita diabetes. Setiap pasien diabetes harus berhati-hati saat
memilih jenis makanan. Salah memilih jenis makanan bisa membuat kadar gula
yang sudah normal menjadi naik kembali.
Pasien perlu melakukan konsultasi dengan dokter atau ahli gizi berkenaan
dengan diet yang harus dilakukannya. Dokter dan ahli gizi biasanya akan
menghitung jumlah kalori yang dimakan, menyarankan jenis-jenis makanan
untuk penderita diabetes dan jenis makanan yang harus dihindari penderita
diabetes.

Ikuti diet piramida makanan diabetes bagi pasien diabetes

Prinsip asupan makanan bagi penderita


diabetes adalah makanan yang tidak menaikkan kadar glukosa darah dan memberi efek
kenyang yang cukup lama. Pasien diabetes boleh mengkonsumsi makanan yang
mengandung lemak dalam jumlah yang tidak berlebihan.

Karbohidrat yang dikonsumsi sebaiknya memiliki kandungan karbohidrat kompleks dan


berserat tinggi. Diet makanan bagi penderita diabetes harus mengikuti piramida makanan
dengan urutan dari bawah yaitu
1. Karbohidrat
Karbohidrat yang aman dikonsumsi bagi penderita diabetes karena mengandung kadar
glukosa rendah antara lain beras merah, ketela, ubi dan sereal berserat.
2. Sayur dan buah
Pasien diabetes disarankan untuk mengkonsumsi sayuran seperti bayam, brokoli, kol,
buncis, paprika, kapri, kacang panjang dan belimbing wuluh. Buah yang disarankan untuk
penderita diabetes antara lain apel, jambu biji, buah naga, persik, pir, belimbing dan buah
beri. Apabila buah yang dikonsumsi dalam benetuk jus, disarankan tanpa penambahan gula
3. Protein
Makanan yang mengandung protein seperi daging, ikan, keju, telur, susu, tahu dan tempe
boleh dikonsumsi oleh penderita diabetes
4. Makanan berlemak dan mengandung gula
Makanan jenis ini dikonsumsi dalam jumlah yang paling sedikit sehingga berada diurutan
puncak piramida.
Pasien diabetes harus mengkonsumsi makanan untuk penderita
diabetes yang mempunyai kandungan karbohidrat, protein, lemak, mineral dan
vitamin dalam sehari-harinya. Pengaturan pola makan menjadi kunci
penanganan diabetes melitus.
Pasien harus memperhatikan berbagai makanan untuk penderita diabetes yang
boleh dikonsumsi dan yang tidak boleh dikonsumsi. Dengan ketelatenan dan
kedisiplinan pasien, maka kadar gula dapat dikendalikan agar tidak melonjak
naik.

6 Makanan Diet Diabetes Melitus Yang


Dapat Menjaga Kestabilan Gula Darah
0

inShare

Penderita kencing manis memang sangat dianjurkan untuk menjalani diet diabetes
mellitus. Diet pada diabetes melitus ini berbeda dengan diet pada umumnya. Tujuan
dilakukannya diet diabetes militus tersebut adalah untuk mendapatkan kembali kadar
gula darah yang stabil. Namun perlu diingat bahwa kadar gula darah yang benar-benar
stabil nantinya akan sangat sulit dicapai. Hal ini tentu saja akibat tidak adanya jumlah
insulin yang cukup untuk mengontrol setiap gula yang masuk. Sementara itu,
sensitifitas tubuh terhadap insulin yang ada juga berkurang sehingga kerja insulin
menjadi kurang optimal.
Terkait dengan gangguan produksi insulin dan juga gangguan fungsi insulin tersebut
maka kemudian diet untuk diabetes melitus dianjurkan guna menjaga agar kadar gula
darah penderita tetap dapat mendekati stabil. Dengan begitu resiko munculnya
komplikasi akibat kencing manis pun dapat ditunda.
Seperti halnya diet yang dijalani orang normal, diit diabetes melitus nantinya juga akan
mengurangi porsi makanan jenis tertentu. Begitu juga halnya dengan minuman karena
memang terdapat jenis minuman tertentu yang dapat menyebabkan lonjakan kadar
gula darah. Lalu apa sajakah jenis makanan dan minuman yang boleh dikonsumsi
penderita ketika menjalani diet penyakit diabetes melitus?

Sayuran Hijau

Sayuran hijau sangat kaya akan nutrisi. Karenanya


konsumsi sayuran hijau selalu dianjurkan, apalagi untuk penderita kencing manis yang

memang harus selalu menjaga kestabilan kadar gula darahnya. Selain kandungan
nutrisinya yang memang cukup untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh, sayuran
hijau juga kaya akan serat dan kandungan airnya tinggi.
Kandungan serat pada sayuran hijau sangat bermanfaat dalam hal menghambat
pelepasan glukosa ke dalam aliran darah. Dengan begitu kadar gula darah akan dapat
selalu dijaga kestabilannya mengingat sudah tidak ada lagi yang bertugas
mengontrolnya.

==> Saya Mau GRATIS <==

Kandungan air pada sayuran hijau juga memiliki peran yang sangat penting. Perlu
diingat bahwa penderita penyakit gula darah umumnya mengalami peningkatan
intensitas buang air kecil. Dengan seringnya penderita buang air kecil maka akan
semakin mempertinggi resiko tubuh untuk mengalami dehidrasi. Dengan adanya kadar
air dari sayuran hijau ini nantinya dehidrasi dapat dicegah. Selain itu, air dalam jumlah
yang cukup juga dapat membantu mengurangi kadar gula dalam darah sehingga
nantinya kadar gula darah dapat selalu stabil.

Klik Di Sini Sekarang, Dapatkan gula darah yang normal dan stabil
dalam waktu singkat

Gandum Utuh

Gandum dan produk olahannya sangat baik bagi


kesehatan. Bagaimana halnya dengan penderita diabetes? Konsumsi rutin gandum
sangat dianjurkan untuk penderita kencing manis mengingat kandungan seratnya yang
tinggi akan dapat menghambat pelepasan glukosa ke dalam aliran darah. Selain itu,
gandum juga mengandung karbohidrat kompleks yang tidak menyebabkan lonjakan
kadar gula darah.
Berbeda halnya dengan kandungan karbohidrat pada nasi putih dan juga roti dan pasta.
Kandungan karbohidrat pada ketiganya berbentuk karbohidrat sederhana. Karbohidrat
sederhana ini justru mempercepat pelepasan glukosa ke dalam aliran darah karena
tidak perlu melalui proses pencernaan yang lama sehingga nantinya akan menyebabkan
peningkatan kadar gula darah.

Kacang-kacangan
Kacang-kacangan juga dianjurkan untuk dikonsumsi penderita kencing manis ketika
sedang menjalani diet untuk diabetes melitus karena terbukti dapat membantu
menurunkan kadar gula darah. Karenanya anda perlu mempertimbangkan konsumsi
rutin kacang-kacangan guna menstabilkan kadar gula darah anda.

Cabai

Konsumsi Cabai Ternyata Dapat Membantu Menurunkan Kadar Gula Darah?

Cabai dengan rasa pedas yang ditimbulkannya seringkali justru membuat orang enggan
untuk menambahkannya pada masakan. Namun tahukah anda bahwa konsumsi cabai
ternyata dapat membantu menurunkan kadar gula darah? Berdasarkan hasil penelitian,
cabai yang ditambahkan ke dalam masakan dapat menstabilkan kadar gula darah serta
mengurangi resiko kematian akibat kencing manis. Untuk itu sepertinya anda perlu
menambahkan beberapa buah cabai ke dalam masakan anda ketika menjalani diet
untuk penderita diabetes melitus.

Teh
Konsumsi teh secara rutin terutama di pagi hari mampu membantu kelancaran sistem
peredaran darah sehingga membuat tubuh menjadi lebih segar. Dalam hal ini, konsumsi
teh secara rutin ternyata juga dianjurkan untuk penderita diabetes bahkan ketika
mereka harus menjalani diet sekalipun. Hal ini tentu saja karena kandungan
antioksidan dalam teh dapat membantu menangkal serangan radikal bebas, khususnya
infeksi berbagai macam penyakit.

Mengkudu
Mengkudu dikenal sebagai tanaman buah obat yang dapat menurunkan kadar gula
darah. Terkait dengan hal ini, penelitian lebih lanjut telah berhasil diadakan guna
mengetahui manfaat mengkudu lainnya. Sayangnya tidak semua jenis mengkudu
memiliki khasiat yang sama bagi kesehatan. Hanya mengkudu jenis terbaiklah yang
terbukti dapat membantu menurunkan kadar gula darah, meningkatkan kerja pankreas,
meningkatkan sensitifitas tubuh terhadap insulin serta meningkatkan kekebalan tubuh
terhadap berbagai macam penyakit.
Salah satu produk kesehatan yang menggunakan mengkudu jenis terbaik adalah
Tahitian Noni. Produk kesehatan yang satu ini telah mendapatkan hak paten khasiat
dan juga khasiatnya telah dibukukan ke dalam beberapa jurnal ilmiah. Dengan begitu,
Tahitian Noni Juice pantas menjadi solusi terbaik untuk menangani masalah kesehatan
anda dibandingkan dengan produk kesehatan lainnya dengan bahan dasar serupa. Hal
ini karena jus buah noni inilah yang konsumsinya telah secara resmi dianjurkan oleh
pihak Uni Eropa dan WHO

http://obatkencingmanis.net/makanan/6-makanan-diet-diabetes-melitus-yangdapat-menjaga-kestabilan-gula-darah

Definisi Penyakit Diabetes Melitus


Kita sangat perlu untuk memahami apa itu Definisi Penyakit Diabetes Melitus. Hal ini penting mengingat
pembahasan tentang penyakit ini sangat komplek. Dengan
mengetahui apa itu definisi diabetes ataudefinisi diabetes melitus,
kita akan tahu gambaran umum akan penyakit ini.
Dengan mengetahui definisi penyakit diabetesatau definisi
penyakit diabetes melitus, kita menjadi lebih mudah untuk
memahami pembahasan-pembahasan berikutnya berkaitan dengan
penyakit yang cukup mematikan ini.
Para ahli kesehatan telah banyak mendefinsikan penyakit ini. Namun
dalam pembahasan ini kita akan membawakan definisi yang mudah
namun cukup mencakup untuk menjelasakan apa itu penyakit
diabetes melitus.
Diabetes berasal dari istilah Yunani yaitu artinya pancuran atau
curahan, sedang Melitus atau Mellitus artinya gula atau madu.
Dengan demikian secara bahasa, Diabetes mellitus adalah curahan
cairan dr tubuh yang bayak mengandungan gula. Cairan yang
dimaksud di sini adalah air seni yang berasa manis karena banyak
mengandung gula.

Maka Definisi diabetes mellitus atau diabetes melitus secara umum adalah suatu keadaan dimana tubuh
tidak bisa menghasilkan hormon insulin sesuai kebutuhan atau tubuh tidak bisa memanfaatkan secara
optimal insulin yang dihasilkan sehingga terjadi kelonjakan kadar gula dalam darah melebih normal.
Itulah definisi diabetes melitus secara umum. Seperti diketahui, semua sel dalam tubuh manusia membutuhkan gula
agar dapat bekerja dengan normal. Gula ini dapat masuk ke seluruh sel-sel tubuh melalu bantuan hormon insulin.
Apabila jumlah insulin dalam tubuh tidak cukup, atau jika sel-sel tubuh tidak bisa memberikan respon terhadap
insulin sehingga insulin yang dihasilkan tidak bisa termanfaatkan secara optimal, maka akan terjadi penumpukan
gula dalam darah. Nah itulah yang terjadi pada penderita penyakit diabetes melitus.
Dari definisi penyakit diabetes dan gambaran secara umumnya dapat disimpulkan bahwa penyakit yang lebih sering
dikenal sebagai penyakit kencing manis ini adalah penyakit kronik yang diakibatkan oleh:
1.

Ketidakmampuan organ tubuh (pankreas) untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang cukup,
atau

2.

tubuh tidak dapat menggunakan insulin yang telah dihasilkan oleh pankreas secara efektif, atau juga

3.

karena gabungan kedua-duanya.

Dari definisi penyakit diabetes dan faktor serta sebab dasar terjadinya kenaikan kadar gula di atas inilah akhirnya
Penyakit Diabetes dibagi menjadi tiga (3) tipe, yaitu:

Diabetes melitus tipe 1, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh oleh kurangnya produksi hormon
insulin oleh organ pankreas

Diabetes melitus tipe 2, yakni diabetes mellitus yang disebabkan oleh kurangnya respon tubuh terhadap
insulin sehingga penggunaan hormon tersebut menjadi tidak efektif

Diabetes gestasional, yakni penyakit diabetes yang sebabkan tubuh tidak bisa merespon hormon insulin
karena adanya hormon penghambat respon yang dihasilkan oleh plasenta selama proses kehamilan.

Penjelasan akan berbagai tipe diabetes di atas akan kita bahas pada pembahasana khusus pada artikel-artikel
berikutnya. Masing-masing tipe di atas memiliki beberapa sebab yang berbeda sehingga perlu pembahasan khusus.
Silahkan ikuti terus artikel kami melalu web ini.
Dari definisi diabetes atau definisi penyakit diabetes di atas, insya Allah kita akan punya gambaran umum untuk kita
lebih mudah memahami pembahasan-pembahasan berikutnya. Dari definisi diabetes melitus ini, nantinya kita akan
mudah ketika membahas dan memahami bagaimana cara terbaik dalam mencegah, mengatasi, dan mengobati
penyakit diabetes melitus.
Mencegah, mengatasi, dan mengobati diabetes yang akan dibahas dalam web ini insya Allah akan lebih ditekankan
kepada cara mencegah, mengatasi, dan mengobati penyakit ini secara alami dengan metode holistik dan herbal
alami.
Untuk itulah ikuti pembahsan selanjunya. insya Allah sangat bermanfaat.
Sebagai info tambahan Anda juga bisa mengunjungi link di bawah ini:
http://www.serojamedia.com/2013/03/definisi-penyakit-diabetes-melitus-atau.html
atau

http://penyakitdiabetesmelitus.net/?Definisi_Penyakit_Diabetes_Melitus

DEFINISI DAN PENJELASAN TENTANG DIABETES MELLITUS

Diabetes mellitus adalah sekelompok penyakit metabolik yang ditandai dengan


hiperglikemia yang dihasilkan dari cacat pada sekresi insulin, kerja insulin, atau
keduanya.Diabetes kronis berhubungan dengan kerusakan jangka panjang,
disfungsi, dan kegagalan berbagai organ, terutama mata, ginjal, saraf, jantung, dan
pembuluh darah.

Beberapa proses patogen yang terlibat dalam pengembangan diabetes. Ini berkisar
dari kerusakan autoimun dari sel- pankreas dengan defisiensi insulin akibat
kelainan yang menyebabkan resistensi terhadap tindakan insulin. Dasar dari
kelainan pada karbohidrat, lemak, dan protein pada diabetes adalah tindakan
kekurangan insulin pada jaringan target. Hasil aksi insulin kekurangan dari sekresi
insulin tidak memadai dan / atau respon jaringan terhadap insulin berkurang pada
satu atau lebih poin dalam jalur kompleks aksi hormon. Penurunan sekresi insulin
dan cacat pada aksi insulin sering hidup berdampingan pada pasien yang sama,
dan sering tidak jelas yang tidak normal, jika salah satu saja, merupakan penyebab
utama hiperglikemia tersebut.

Gejala hiperglikemia ditandai termasuk poliuria, polidipsia, penurunan berat badan,


kadang-kadang dengan polifagia, dan penglihatan kabur. Penurunan pertumbuhan
dan kerentanan terhadap infeksi tertentu mungkin juga menyertai hiperglikemia
kronis. Akut, yang mengancam jiwa akibat diabetes yang tidak terkontrol adalah
hiperglikemia dengan ketoasidosis atau sindrom hiperosmolar nonketotic.

Komplikasi jangka panjang dari diabetes termasuk retinopati dengan potensi


kerugian penglihatan; nefropati menyebabkan gagal ginjal; neuropati perifer
dengan risiko ulkus kaki, amputasi, dan sendi Charcot; dan neuropati otonom
menyebabkan gastrointestinal, genitourinari, dan gejala jantung dan disfungsi
seksual. Pasien dengan diabetes memiliki peningkatan insiden kardiovaskular
aterosklerotik, arteri perifer, dan penyakit serebrovaskular. Hipertensi dan kelainan
metabolisme lipoprotein yang sering ditemukan pada penderita diabetes.

Sebagian besar kasus diabetes terbagi dalam dua kategori etiopathogenetic luas
(dibahas secara lebih rinci di bawah). Dalam satu kategori, diabetes tipe 1,
penyebabnya adalah kekurangan absolut sekresi insulin. Individu pada peningkatan
risiko mengembangkan diabetes tipe ini sering dapat diidentifikasi oleh bukti
serologis dari proses patologis autoimun terjadi di pulau pankreas dan oleh penanda
genetik. Di sisi lain, kategori jauh lebih umum, diabetes tipe 2, penyebabnya adalah
kombinasi perlawanan terhadap aksi insulin dan kompensasi respon sekresi insulin
tidak memadai. Dalam kategori yang terakhir, tingkat hiperglikemia cukup untuk
menyebabkan perubahan patologis dan fungsional dalam berbagai jaringan target,
tetapi tanpa gejala klinis, dapat hadir untuk jangka waktu yang panjang sebelum
terdeteksi diabetes. Selama periode asimtomatik ini, adalah mungkin untuk
menunjukkan kelainan pada metabolisme karbohidrat dengan pengukuran glukosa
plasma dalam keadaan puasa atau setelah tantangan dengan beban glukosa oral.

Tingkat hiperglikemia (jika ada) dapat berubah dari waktu ke waktu, tergantung
pada sejauh mana proses penyakit yang mendasari (Gambar. 1). Sebuah proses
penyakit mungkin ada tapi mungkin belum berkembang cukup jauh untuk
menyebabkan hiperglikemia. Proses penyakit yang sama dapat menyebabkan
glukosa puasa (IFG) dan / atau gangguan toleransi glukosa (IGT) tanpa memenuhi
kriteria diagnosis diabetes. Pada beberapa individu dengan diabetes, kontrol
glikemik yang memadai dapat dicapai dengan pengurangan berat badan, olahraga,
dan / atau agen penurun glukosa oral. Orang-orang ini karena itu tidak memerlukan
insulin. Orang lain yang memiliki beberapa sekresi insulin sisa tetapi membutuhkan
insulin eksogen untuk kontrol glikemik yang memadai dapat bertahan hidup tanpa
itu. Individu dengan kerusakan sel- luas dan karena itu tidak ada sekresi insulin
sisa membutuhkan insulin untuk bertahan hidup. Tingkat keparahan kelainan
metabolik dapat berkembang, mundur, atau tetap sama. Dengan demikian, tingkat
hiperglikemia mencerminkan tingkat keparahan yang mendasari proses
metabolisme dan perawatannya lebih dari sifat proses itu sendiri.

Bagian sebelumnya
Bagian berikutnya
KLASIFIKASI DIABETES MELLITUS DAN KATEGORI LAINNYA DARI PERATURAN
GLUKOSA

Menetapkan jenis diabetes untuk seorang individu sering tergantung pada keadaan
hadir pada saat diagnosis, dan banyak orang diabetes tidak mudah masuk ke dalam

satu kelas. Sebagai contoh, seseorang dengan diabetes mellitus gestasional (GDM)
akan terus menjadi hiperglikemik setelah melahirkan dan dapat ditentukan untuk
memiliki, pada kenyataannya, diabetes tipe 2. Atau, orang yang memperoleh
diabetes karena dosis besar steroid eksogen dapat menjadi normoglycemic setelah
glukokortikoid dihentikan, tetapi kemudian dapat mengembangkan diabetes
bertahun-tahun kemudian setelah episode berulang pankreatitis. Contoh lain akan
menjadi orang yang diobati dengan tiazid yang mengembangkan diabetes tahun
kemudian. Karena dalam diri mereka sendiri thiazides jarang menyebabkan
hiperglikemia berat, orang tersebut mungkin memiliki diabetes tipe 2 yang
diperburuk oleh obat. Dengan demikian, untuk dokter dan pasien, adalah kurang
penting untuk label tipe tertentu diabetes daripada memahami patogenesis
hiperglikemia dan memperlakukan secara efektif.

Diabetes tipe 1 (kerusakan sel-, biasanya menyebabkan kekurangan insulin


absolut) diabetes Immune-mediated.
Bentuk diabetes, yang menyumbang hanya 5-10% dari mereka dengan diabetes,
sebelumnya dicakup oleh diabetes insulin-dependent, diabetes tipe I, atau diabetes
anak-anak-onset, hasil istilah dari kerusakan autoimun sel-dimediasi - yang Sel-sel
pankreas. Penanda kerusakan kekebalan sel- termasuk autoantibodi islet sel,
autoantibodi terhadap insulin, autoantibodi terhadap asam glutamat dekarboksilase
(GAD65), dan autoantibodi terhadap fosfatase tirosin IA-2 dan IA-2. Satu dan
biasanya lebih autoantibodi ini hadir dalam 85-90% dari individu ketika puasa
hiperglikemia awalnya terdeteksi. Juga, penyakit memiliki asosiasi HLA yang kuat,
dengan hubungan ke DQA dan DQB gen, dan ini dipengaruhi oleh gen DRB. Alel
HLA-DR / DQ ini dapat berupa predisposisi atau protektif.

Dalam bentuk diabetes, laju kerusakan sel- cukup bervariasi, yang cepat dalam
beberapa individu (terutama bayi dan anak-anak) dan lambat dalam diri orang lain
(terutama orang dewasa). Beberapa pasien, terutama anak-anak dan remaja, dapat
hadir dengan ketoasidosis sebagai manifestasi pertama penyakit. Lain memiliki
hiperglikemia puasa sederhana yang dapat dengan cepat berubah menjadi
hiperglikemia berat dan / atau ketoasidosis di hadapan infeksi atau stres lainnya.
Yang lain, terutama orang dewasa, dapat mempertahankan fungsi sel- sisa yang
cukup untuk mencegah ketoasidosis selama bertahun-tahun; individu tersebut
akhirnya menjadi tergantung pada insulin untuk bertahan hidup dan beresiko untuk
ketoasidosis. Pada tahap terakhir ini penyakit, ada sedikit atau tidak ada sekresi
insulin, seperti yang dituturkan oleh tingkat rendah atau tidak terdeteksi plasma Cpeptida. Immune-mediated diabetes umumnya terjadi pada masa kanak-kanak dan
remaja, tetapi bisa terjadi pada usia berapa pun, bahkan dalam 8 dan 9 dekade
kehidupan.

Kerusakan autoimun sel- memiliki beberapa kecenderungan genetik dan juga


terkait dengan faktor-faktor lingkungan yang masih buruk didefinisikan. Walaupun
pasien jarang obesitas ketika mereka hadir dengan diabetes tipe ini, kehadiran
obesitas tidak bertentangan dengan diagnosis. Pasien-pasien ini juga rentan
terhadap gangguan autoimun lain seperti penyakit Graves, tiroiditis Hashimoto,
penyakit Addison, vitiligo, celiac sariawan, hepatitis autoimun, myasthenia gravis,
dan anemia pernisiosa.

Diabetes idiopatik.
Beberapa bentuk diabetes tipe 1 tidak memiliki etiologi dikenal. Beberapa pasien ini
memiliki insulinopenia permanen dan rentan terhadap ketoasidosis, tetapi tidak
punya bukti autoimun. Meskipun hanya sebagian kecil pasien dengan diabetes tipe
1 jatuh ke dalam kategori ini, dari mereka yang melakukan, sebagian besar dari
keturunan Afrika atau Asia. Individu dengan bentuk diabetes menderita ketoasidosis
dan pameran episodik berbagai tingkat kekurangan insulin antara episode. Bentuk
diabetes sangat diwariskan, tidak memiliki bukti imunologi untuk autoimun sel-,
dan tidak HLA terkait. Merupakan syarat mutlak untuk terapi penggantian insulin
pada pasien yang terkena mungkin datang dan pergi.

Diabetes tipe 2 (mulai dari resistensi insulin terutama dengan kekurangan insulin
relatif terhadap sebagian besar cacat sekretorik insulin dengan resistensi insulin)
Bentuk diabetes, yang menyumbang ~90-95% dari mereka dengan diabetes,
sebelumnya disebut sebagai diabetes onset dewasa non-insulin-dependent
diabetes, diabetes tipe II, atau, meliputi individu yang memiliki resistensi insulin dan
biasanya memiliki relatif ( bukannya kekurangan insulin absolut) Setidaknya pada
awalnya, dan sering sepanjang masa hidupnya, orang-orang ini tidak memerlukan
pengobatan insulin untuk bertahan hidup. Mungkin ada banyak penyebab yang
berbeda dari bentuk diabetes. Meskipun etiologi tertentu tidak diketahui, kerusakan
autoimun sel- tidak terjadi, dan pasien tidak memiliki salah satu penyebab
diabetes lainnya yang tercantum di atas atau di bawah.

Kebanyakan pasien dengan bentuk diabetes mengalami obesitas, dan obesitas itu
sendiri menyebabkan beberapa derajat resistensi insulin. Pasien yang tidak obesitas
dengan kriteria berat tradisional mungkin memiliki persentase peningkatan lemak
tubuh didistribusikan terutama di daerah perut. Ketoasidosis jarang terjadi secara
spontan dalam jenis diabetes; jika dilihat, biasanya timbul dalam hubungan dengan
stres penyakit lain seperti infeksi. Bentuk diabetes sering pergi terdiagnosis selama

bertahun-tahun karena hiperglikemia berkembang secara bertahap dan pada tahaptahap awal sering tidak cukup berat bagi pasien untuk melihat salah satu gejala
klasik diabetes. Namun demikian, pasien tersebut mengalami peningkatan risiko
mengembangkan makrovaskular dan mikrovaskular komplikasi. Sedangkan pasien
dengan bentuk diabetes mungkin memiliki tingkat insulin yang muncul normal atau
meningkat, kadar glukosa darah yang lebih tinggi pada pasien ini diabetes
diperkirakan akan menghasilkan nilai insulin lebih tinggi memiliki fungsi sel-
mereka sudah normal. Dengan demikian, sekresi insulin yang rusak pada pasien ini
dan tidak cukup untuk mengimbangi resistensi insulin. Resistensi insulin dapat
meningkatkan dengan pengurangan berat badan dan / atau terapi farmakologi dari
hiperglikemia tapi jarang dikembalikan ke normal. Risiko mengembangkan bentuk
diabetes meningkat dengan usia, obesitas, dan kurangnya aktivitas fisik. Hal ini
terjadi lebih sering pada wanita dengan GDM sebelum dan pada individu dengan
hipertensi atau dislipidemia, dan frekuensi bervariasi dalam subkelompok ras / etnis
yang berbeda. Hal ini sering dikaitkan dengan kecenderungan genetik yang kuat,
lebih dari adalah bentuk autoimun diabetes tipe 1. Namun, genetika bentuk
diabetes sangat kompleks dan tidak jelas.

Tipe tertentu lainnya cacat genetik diabetes sel-.


Beberapa bentuk diabetes yang terkait dengan cacat monogenetik fungsi sel-.
Bentuk-bentuk diabetes sering ditandai dengan timbulnya hiperglikemia pada usia
dini (umumnya sebelum usia 25 tahun). Mereka disebut sebagai diabetes
kedewasaan-onset muda (Mody) dan ditandai dengan gangguan sekresi insulin
dengan sedikit atau tidak ada cacat dalam aksi insulin. Mereka mewarisi dalam pola
autosom dominan. Kelainan pada enam lokus genetik pada kromosom yang
berbeda telah diidentifikasi sampai saat ini. Bentuk yang paling umum dikaitkan
dengan mutasi pada kromosom 12 dalam faktor transkripsi hati disebut sebagai
hepatosit nuclear factor (HNF) -1. Bentuk kedua berhubungan dengan mutasi pada
gen glukokinase pada kromosom 7p dan menghasilkan molekul glukokinase rusak.
Glukokinase mengubah glukosa menjadi glukosa-6-fosfat, metabolisme yang, pada
gilirannya, merangsang sekresi insulin oleh sel-. Dengan demikian, glukokinase
berfungsi sebagai "sensor glukosa" untuk sel-. Karena cacat pada gen glukokinase,
meningkatkan kadar plasma glukosa diperlukan untuk memperoleh tingkat normal
sekresi insulin. Bentuk yang kurang umum hasil dari mutasi pada faktor-faktor
transkripsi lain, termasuk HNF-4, HNF-1, promotor insulin faktor (IPF) -1, dan
NeuroD1.

Mutasi titik dalam DNA mitokondria telah ditemukan untuk dihubungkan dengan
diabetes mellitus dan tuli mutasi yang paling umum terjadi pada posisi 3243 pada
gen leusin tRNA, yang menyebabkan transisi A-to-G. Lesi identik terjadi pada

sindrom MELAS (miopati mitokondria, ensefalopati, asidosis laktat, dan strokeseperti sindrom); Namun, diabetes bukan merupakan bagian dari sindrom ini,
menunjukkan ekspresi fenotipik berbeda dari lesi genetik ini.

Kelainan genetik yang mengakibatkan ketidakmampuan untuk mengkonversi


proinsulin insulin telah diidentifikasi dalam beberapa keluarga, dan sifat-sifat
tersebut diwariskan dalam pola autosomal dominan. Intoleransi glukosa yang
dihasilkan ringan. Demikian pula, produksi molekul insulin mutan dengan resultan
reseptor gangguan mengikat juga telah diidentifikasi dalam beberapa keluarga dan
berhubungan dengan warisan autosomal dan metabolisme glukosa hanya sedikit
terganggu atau bahkan normal.

Cacat genetik dalam aksi insulin.


Ada penyebab yang tidak biasa dari diabetes yang dihasilkan dari kelainan genetik
ditentukan tindakan insulin. Kelainan metabolik yang berhubungan dengan mutasi
dari reseptor insulin dapat berkisar dari hiperinsulinemia dan hiperglisemia
sederhana diabetes parah. Beberapa individu dengan mutasi ini mungkin memiliki
acanthosis nigricans. Wanita dapat virilisasi dan telah diperbesar, ovarium kistik. Di
masa lalu, sindrom ini tipe A disebut resistensi insulin. Leprechaunism dan sindrom
Rabson-Mendenhall dua sindrom anak yang memiliki mutasi pada gen reseptor
insulin dengan perubahan berikutnya dalam fungsi reseptor insulin dan resistensi
insulin yang ekstrim. Mantan memiliki fitur wajah karakteristik dan biasanya
berakibat fatal pada masa bayi, sedangkan yang terakhir dikaitkan dengan kelainan
gigi dan kuku dan hiperplasia kelenjar pineal.

Perubahan dalam struktur dan fungsi reseptor insulin tidak dapat ditunjukkan pada
pasien dengan diabetes insulin-resistant lipoatrophic. Oleh karena itu, diasumsikan
bahwa lesi (s) harus berada dalam jalur transduksi sinyal postreseptor.

Penyakit pankreas eksokrin.


Setiap proses yang difus melukai pankreas dapat menyebabkan diabetes. Proses
yang diperoleh meliputi pankreatitis, trauma, infeksi, pancreatectomy, dan
karsinoma pankreas. Dengan pengecualian dari yang disebabkan oleh kanker,
kerusakan pada pankreas harus luas untuk diabetes terjadi; adrenocarcinomas yang
hanya melibatkan sebagian kecil dari pankreas telah dikaitkan dengan diabetes. Ini
berarti mekanisme selain pengurangan sederhana dalam massa sel-. Jika cukup
luas, cystic fibrosis dan hemochromatosis juga akan merusak sel- dan merusak

sekresi insulin. Pancreatopathy Fibrocalculous bisa disertai dengan nyeri perut


menjalar ke belakang dan pankreas kalsifikasi diidentifikasi pada pemeriksaan X-ray.
Pankreas fibrosis dan kalsium batu di saluran eksokrin telah ditemukan pada otopsi.

Endokrinopati.
Beberapa hormon (misalnya, hormon pertumbuhan, kortisol, glukagon, epinefrin)
menentang tindakan insulin. Jumlah kelebihan hormon ini (misalnya, acromegaly,
Cushing syndrome, glucagonoma, pheochromocytoma, masing-masing) dapat
menyebabkan diabetes. Hal ini umumnya terjadi pada individu dengan yang sudah
ada sebelumnya cacat pada sekresi insulin, hiperglikemia dan biasanya
menyelesaikan ketika kelebihan hormon teratasi.

Somatostatinoma- dan aldosteronoma-induced hipokalemia dapat menyebabkan


diabetes, setidaknya sebagian, dengan menghambat sekresi insulin. Hiperglikemia
umumnya sembuh setelah penghapusan sukses tumor.

Narkoba atau diabetes kimia yang disebabkan.


Banyak obat dapat mengganggu sekresi insulin. Obat ini mungkin tidak
menyebabkan diabetes sendiri, tetapi mereka mungkin memicu diabetes pada
individu dengan resistensi insulin. Dalam kasus tersebut, klasifikasi ini tidak jelas
karena urutan atau kepentingan relatif disfungsi sel- dan resistensi insulin tidak
diketahui. Racun tertentu seperti Vacor (racun tikus) dan pentamidin intravena
secara permanen dapat merusak -sel pankreas. Reaksi obat tersebut untungnya
jarang terjadi. Ada juga banyak obat-obatan dan hormon yang dapat merusak
tindakan insulin. Contohnya termasuk asam nikotinat dan glukokortikoid. Pasien
yang menerima -interferon telah dilaporkan untuk mengembangkan diabetes
berhubungan dengan antibodi sel islet dan, dalam kasus tertentu, kekurangan
insulin yang berat. Daftar ditunjukkan pada Tabel 1 tidak semua-inklusif, tetapi
mencerminkan obat- lebih umum dikenal, hormon, atau bentuk racun-diinduksi
diabetes.

Infeksi.
Virus tertentu telah dikaitkan dengan kerusakan sel-. Diabetes terjadi pada pasien
dengan rubella bawaan, meskipun sebagian besar pasien ini memiliki HLA dan
penanda kekebalan karakteristik diabetes tipe 1. Selain itu, coxsackievirus B,

cytomegalovirus, adenovirus, dan gondok telah terlibat dalam mendorong kasuskasus tertentu dari penyakit.

Bentuk Jarang diabetes imun.


Dalam kategori ini, ada dua kondisi yang dikenal, dan lain-lain yang mungkin
terjadi. Sindrom kaku-man adalah suatu gangguan autoimun dari sistem saraf pusat
yang ditandai oleh kekakuan otot aksial dengan kejang yang menyakitkan. Pasien
biasanya memiliki titer tinggi dari autoantibodi GAD, dan sekitar sepertiga akan
mengembangkan diabetes.

Antibodi reseptor anti-insulin dapat menyebabkan diabetes dengan mengikat


reseptor insulin, sehingga menghalangi pengikatan insulin untuk reseptor dalam
jaringan target. Namun, dalam beberapa kasus, antibodi ini dapat bertindak sebagai
agonis insulin setelah mengikat reseptor dan dengan demikian dapat menyebabkan
hipoglikemia. Antibodi reseptor anti-insulin kadang-kadang ditemukan pada pasien
dengan lupus eritematosus sistemik dan penyakit autoimun lainnya. Seperti di
negara-negara lain resistensi insulin yang ekstrim, pasien dengan antibodi reseptor
anti-insulin sering acanthosis nigricans. Di masa lalu, sindrom ini disebut tipe
resistensi insulin B.

Sindrom genetik lainnya kadang-kadang dikaitkan dengan diabetes.


Banyak sindrom genetik yang disertai dengan peningkatan kejadian diabetes
mellitus. Ini termasuk kelainan kromosom dari sindrom Down, sindrom Klinefelter,
dan sindrom Turner. Sindrom Wolfram adalah gangguan resesif autosomal yang
ditandai dengan diabetes insulin-kekurangan dan tidak adanya sel- pada otopsi.
Manifestasi tambahan termasuk diabetes insipidus, hipogonadisme, atrofi optik, dan
tuli saraf. Sindrom lain tercantum dalam Tabel 1.

Gestational diabetes mellitus (GDM)


GDM didefinisikan sebagai derajat apapun intoleransi glukosa dengan onset atau
pengakuan pertama selama kehamilan. Definisi ini berlaku terlepas dari apakah
insulin atau hanya diet modifikasi digunakan untuk pengobatan atau apakah kondisi
tersebut terus berlangsung setelah kehamilan. Ini tidak mengesampingkan
kemungkinan bahwa intoleransi glukosa yang belum diakui mungkin telah
mendahului atau mulai bersamaan dengan kehamilan. GDM mempersulit ~ 4% dari
seluruh kehamilan di Amerika Serikat, sehingga ~135,000 kasus per tahun.

Prevalensi dapat berkisar dari 1 sampai 14% dari kehamilan, tergantung pada
populasi yang diteliti. GDM mewakili hampir 90% dari semua kehamilan dengan
komplikasi diabetes.

Memburuknya toleransi glukosa terjadi secara normal selama kehamilan, terutama


pada trimester ke-3.

Toleransi glukosa terganggu (TGT) dan gangguan glukosa puasa (IFG)


Komite Ahli (1,2) diakui kelompok menengah mata pelajaran yang kadar glukosa,
meskipun tidak memenuhi kriteria untuk diabetes, tetap saja terlalu tinggi untuk
dianggap normal. Kelompok ini didefinisikan sebagai memiliki glukosa plasma puasa
(FPG) tingkat 100 mg / dl (5,6 mmol / l), tetapi <126 mg / dl (7,0 mmol / l) atau 2h nilai dalam tes toleransi glukosa oral (OGTT) dari 140 mg / dl (7,8 mmol / l),
tetapi <200 mg / dl (11,1 mmol / l). Dengan demikian, kategori nilai FPG adalah
sebagai berikut:

FPG <100 mg / dl (5,6 mmol / l) = glukosa puasa normal;

FPG 100-125 mg / dl (5,6-6,9 mmol / l) = IFG (glukosa puasa terganggu);

FPG 126 mg / dl (7,0 mmol / l) = diagnosis sementara dari diabetes (diagnosis


harus dikonfirmasi, seperti yang dijelaskan di bawah).

Kategori yang sesuai ketika OGTT digunakan adalah sebagai berikut:

2-h postload glukosa <140 mg / dl (7,8 mmol / l) = toleransi glukosa normal;

2-h glukosa postload 140-199 mg / dl (7,8-11,1 mmol / l) = IGT (toleransi glukosa


terganggu);

2-h glukosa postload 200 mg / dl (11,1 mmol / l) = diagnosis sementara dari


diabetes (diagnosis harus dikonfirmasi, seperti yang dijelaskan di bawah).

Pasien dengan IFG dan / atau IGT sekarang disebut sebagai memiliki "pra-diabetes"
menunjukkan risiko yang relatif tinggi untuk pengembangan diabetes pada pasien
ini. Dengan tidak adanya kehamilan, IFG dan IGT tidak entitas klinis di kanan
mereka sendiri melainkan faktor risiko untuk diabetes di masa depan serta penyakit
kardiovaskular. Mereka dapat diamati sebagai tahap-tahap peralihan dalam salah
satu proses penyakit yang tercantum dalam Tabel 1. IFG dan IGT berhubungan
dengan sindrom metabolik, termasuk obesitas (terutama perut atau obesitas
viseral), dislipidemia dari trigliserida tinggi dan / atau rendah Jenis HDL, dan
hipertensi. Perlu disebutkan bahwa terapi nutrisi medis yang bertujuan untuk
menghasilkan 5-10 penurunan% dari berat badan, olahraga, dan agen farmakologis
tertentu telah bervariasi ditunjukkan untuk mencegah atau menunda
perkembangan diabetes pada orang dengan IGT; dampak potensial dari intervensi
tersebut untuk mengurangi risiko kardiovaskular belum diperiksa sampai saat ini.

Perhatikan bahwa banyak individu dengan IGT adalah euglycemic dalam kehidupan
sehari-hari mereka. Individu dengan IFG atau IGT mungkin normal atau dekat kadar
hemoglobin terglikasi normal. Individu dengan IGT sering nyata hiperglikemia hanya
ketika ditantang dengan beban glukosa oral digunakan dalam standar OGTT.

Bagian sebelumnya
Bagian berikutnya
KRITERIA DIAGNOSTIK UNTUK DIABETES MELLITUS

Kriteria untuk diagnosis diabetes diperlihatkan dalam Tabel 2. Tiga cara untuk
mendiagnosa diabetes mungkin, dan masing-masing, dengan tidak adanya
hiperglikemia tegas, harus dikonfirmasi, pada hari berikutnya, oleh salah satu dari
tiga metode yang diberikan dalam Tabel 2. Penggunaan hemoglobin A1C (A1C)
untuk diagnosis diabetes tidak dianjurkan pada saat ini.

Diagnosis GDM
Kriteria untuk toleransi glukosa abnormal pada kehamilan adalah dari Carpenter
dan Coustan (3). Rekomendasi dari Internasional Keempat Lokakarya-Konferensi

American Diabetes Association di Gestational Diabetes Mellitus diadakan Maret


1997 mendukung penggunaan kriteria diagnostik Carpenter / Coustan serta
penggunaan alternatif diagnostik 75 g 2-h OGTT. Kriteria ini adalah sebagai berikut.

Pengujian untuk diabetes gestasional.


Rekomendasi sebelumnya termasuk skrining untuk GDM dilakukan di semua
kehamilan. Namun, ada faktor-faktor tertentu yang menempatkan perempuan pada
risiko yang lebih rendah untuk pengembangan intoleransi glukosa selama
kehamilan, dan kemungkinan tidak efektif untuk menyaring pasien tersebut. Ibu
hamil yang memenuhi semua kriteria ini tidak perlu diperiksa untuk GDM.

Kelompok berisiko rendah ini terdiri dari wanita yang

adalah <25 tahun

adalah berat badan normal

tidak memiliki riwayat keluarga (yaitu, tingkat pertama relatif) diabetes

tidak memiliki riwayat metabolisme glukosa yang abnormal

tidak memiliki riwayat hasil obstetri yang buruk

bukan anggota kelompok etnis / ras dengan prevalensi tinggi diabetes (misalnya,
Hispanik Amerika, penduduk asli Amerika, Asia Amerika, Afrika Amerika, Kepulauan
Pasifik)

Penilaian risiko untuk GDM harus dilakukan pada kunjungan prenatal pertama.
Wanita dengan karakteristik klinis yang konsisten dengan risiko tinggi GDM
(ditandai obesitas, sejarah pribadi GDM, glikosuria, atau riwayat keluarga yang kuat
diabetes) harus menjalani pengujian glukosa (lihat di bawah) sesegera mungkin.

Jika mereka ditemukan tidak memiliki GDM pada saat itu screening awal, mereka
harus diuji ulang antara 24 dan 28 minggu kehamilan. Wanita risiko rata-rata
seharusnya pengujian dilakukan pada 24-28 minggu kehamilan.

Tingkat kadar glukosa darah puasa> 126 mg / dl (7,0 mmol / l) atau glukosa plasma
kasual> 200 mg / dl (11,1 mmol / l) memenuhi ambang batas untuk diagnosis
diabetes. Dengan tidak adanya hiperglikemia tegas, diagnosis harus dikonfirmasi
pada hari berikutnya. Konfirmasi diagnosis menghalangi kebutuhan untuk
tantangan glukosa apapun. Dengan tidak adanya gelar ini hiperglikemia, evaluasi
untuk GDM pada wanita dengan rata-rata atau karakteristik risiko tinggi harus
mengikuti salah satu dari dua pendekatan.

Pendekatan satu langkah.


Melakukan OGTT diagnostik tanpa plasma sebelumnya atau skrining glukosa serum.
Pendekatan satu langkah mungkin efektif pada pasien berisiko tinggi atau populasi
(misalnya, beberapa kelompok penduduk asli-Amerika).

Pendekatan dua langkah.


Lakukan pemeriksaan awal dengan mengukur konsentrasi glukosa plasma atau
serum 1 jam setelah beban glukosa oral 50-g (tantangan glukosa tes [GCT]) dan
melakukan OGTT diagnostik pada subset perempuan melebihi nilai ambang batas
glukosa pada GCT. Ketika pendekatan dua langkah digunakan, nilai ambang batas
glukosa> 140 mg / dl (7,8 mmol / l) mengidentifikasi ~ 80% dari wanita dengan
GDM, dan hasil tersebut meningkat menjadi 90% dengan menggunakan cutoff> 130
mg / dl (7,2 mmol / l).

Dengan pendekatan baik, diagnosis GDM didasarkan pada OGTT. Kriteria diagnostik
untuk 100-g OGTT berasal dari karya asli O'Sullivan dan Mahan (4) diubah oleh
Carpenter dan Coustan (3) dan akan ditampilkan di bagian atas Tabel 3. Atau,
diagnosis dapat dibuat dengan menggunakan beban 75-g glukosa dan nilai-nilai
ambang glukosa terdaftar untuk puasa, 1 jam, dan 2 jam (Tabel 2, bawah); Namun,
tes ini tidak serta disahkan sebagai 100-g OGTT.
http://care.diabetesjournals.org/content/31/Supplement_1/S55.full
1.

The Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus: Report of the Expert
Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus. Diabetes Care 20: 11831197, 1997

FREE Full Text

2.

The Expert Committee on the Diagnosis and Classification of Diabetes Mellitus: Follow-up report on the
diagnosis of diabetes mellitus. Diabetes Care 26:31603167, 2003

FREE Full Text

3.

Carpenter MW, Coustan DR: Criteria for screening tests for gestational diabetes.Am J Obstet
Gynecol 144:768773, 1982

Medline

4.

O'Sullivan JB, Mahan CM: Criteria for the oral glucose tolerance test in
pregnancy. Diabetes 13:278, 1964

Medline

Anda mungkin juga menyukai