Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG


Ilmu logam adalah ilmu mengenai bahan-bahan logam dimana ilmu ini berkembang
bukan berdasarkan teori saja melainkan atas dasar pengamatan, pengukuran dan pengujian.
Pengujian bahan logam saat ini semakin meluas baik dalam konstruksi, permesinan,
bangunan, maupun bidang lainnya. Hal ini disebabkan karena sifat logam yang bisa diubah,
sehingga pengetahuan tentang metalurgi terus berkembang.
Untuk mengetahui kualitas suatu logam, pengujian sangat erat kaitannya dengan
pemilihan bahan yang akan dipergunakan dalam konstruksi suatu alat, selain itu juga bisa
untuk membuktikan suatu teori yamg sudah ada ataupun penemuan baru dibidang
metalurgi. Dalam proses perencanaan, dapat juga ditentukan jenis bahan maupun
dimensinya, sehingga apabila tidak sesuai dapat dicari penggantinya yang lebih tepat.
Disamping tidak mengabaikan faktor biaya produksi dan kualitasnya.
Adapun pengujian yang akan kita lakukan adalah:
Uji Kekerasan
Uji Jomini
Uji Struktur Mikro
Uji Impak
Uji Tarik

1.2. MAKSUD DAN TUJUAN


1.2.1. Maksud Pengujian
Melalui praktikum ini, mahasiswa diharapkan dapat :
1. Mengenal alat pengujian, mengetahui bagaimana cara menggunakan, kemampuan dan sifatsifatnya.
2. Untuk mengetahui parameter - parameter pengujian

3. Untuk mengetahui perhitungan suatu pengujian material yang dikaitkan dengan


penggunaanya didalam praktek.
4. Mengetahui sifat sifat karakteristik dan spesifik dari material logam.
5. Mempratekkan teori teori yang diperoleh dalam mata kuliah ilmu logam kedalam
praktikum pengujian material
6. Melengkapi syarat mata kuliah dan syarat mengikuti Praktek Kerja Nyata.
7. Menambah pengetahuan dan kemampuan menyusun suatu laporan.
1.2.2. Tujuan Pengujian
Melalui pengujian ini diharapkan dapat mengetahui sifat sifat logam seperti sifat
mekanik, sifat fisik dan lain sebagainya. Sifat mekanik adalah kemampuan suatu bahan
untuk menerima beban atau gaya tanpa menimbulkan kerusakan pada benda tersebut.
Beberapa sifat mekanik antara lain :
KEKUATAN ( STRENGHT )
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa menyebabkan bahan
menjadi patah, kekuatan ini terdiri dari : kekuatan tarik, kekuatan tekan, kekuatan geser,
dan lain sebagainya.
KEKERASAN ( HARDNESS )
Menyatakan kemampuan bahan untuk tahan terhadap goresan, pengikisan
( abrasi ).Sifat ini berkaitan terhadap sifat tahan aus ( wear resistance ).
KEKENYALAN ( ELASTICITY )
Menyatakan kemampuan bahan untuk menerima tegangan tanpa mengakibatkan terjadinya
perubahan bentuk yang permanent setelah tegangan dihilangkan. Tetapi apabila tegangan
melampaui batas maka perubahan bentuk akan terjadi walaupun beban dihilangkan.
KEKAKUAN ( STIFNESS )
Adalah kemampuan bahan untuk menerima tegangan atau beban tanpa mengakibatkan
terjadinya perubahan bentuk atau defleksi.
PLASTISITAS ( PLASTICITY )
Menyatakan kemampuan bahan untuk mengalami sejumlah deformasi plastis

( yang

permanent ) tanpa mengakibatkan terjadinya kerusakan. Sifat ini sering disebut sebagai
keuletan ( ductility ).

KETANGGUHAN ( TOUGHNESS )
Menyatakan kemampuan bahan untuk menyerap sejumlah energi tanpa mengakibatkan
terjadinya kerusakan atau banyaknya energi yang diperlukan untuk mematahkan suatu
bahan.
MERANGKAK ( CREEP )
Merupakan kecenderungan suatu logam untuk mengalami deformasi plastis yang besarnya
merupakan fungsi waktu pada saat menerima beban yang besarnya relatif besar.
KELELAHAN ( FATIQUE )
Merupakan kecenderungan dari logam untuk patah bila menerima tegangan berulang
ulang yang besarnya masih jauh dibawah batas kekuatan elastisnya.

BAB II
UJI KEKERASAN

2.1. Tujuan Pengujian


Salah satu sifat mekanik dahan yang penting adalah kekerasan. Untuk mengetahui
nilai kekerasan dari suatu bahan, dilakukan pengujian kekerasan menurut suatu metode
tertentu.
Pengujian kekerasan ini bertujuan :
1. Untuk memperoleh harga kekerasan suatu logam.
2. Untuk mengetahui perubahan suatu sifat dan perubahan suatu kekerasan dari logam setelah
di Heat Treatment.
3. Untuk mengetahui kekerasan baja terhadap kecepatan pendinginan.
4. Untuk mengetahui perbedaan kekerasan yang disebabkan oleh media pendingin.
2.2. Dasar Teori

2.2.1. Pengertian Kekerasan


Kekerasan suatu bahan pada umumnya, menyatakan terhadap deformasi dan untuk
logam dengan sifat tersebut merupakan ukuran ketahanannya terhadap deformasi plastik
atau deformasi permanen. apabila yang menyatakan kekerasan sebagai ukuran terhadap
lekukan dan ada pula yang mengartikan kekerasan sebagai ukuran kemudahan dan

kuantitas khusus yang menunjukkan sesuatu mengenai kekuatan dan perlakuan panas dari
suatu logam.
Terdapat 3 jenis ukuran kekerasan secara umum, yang bergantung pada cara
pengujian ketiga jenis tersebut adalah:
1. Kekerasan goresan ( Stracht Hardness ), adalah kekerasan yang diukur dari hasil goresan
yang terdapat pada benda kerja. misalnya cara pengujian MOHS.
2. Kekerasan Lekukan ( Identation Hardness ), adalah harga kekerasan yang diukur dari hasil
lekukan yang terdapat pada benda kerja.
3. Kekerasan Pantulan ( Rebound ) atau kekerasan dinamik ( Dinamic Hardness ), adalah
harga kekerasan yang diukur dari hasil pantulan yang lakukan pada saat pengujian.
Misalnya cara penekanan : BRINELL, MEYER, VICKERS, ROCKWELL, dan

lain-lain.

Penentuan kekerasan untuk keperluan industri biasanya digunakan metode.


Pengukuran ketahanan penetrasi bola kecil, kerucut atau piramida. Pengujian kekerasan
adalah salah satu dari sekian banyak pengujian yang dipakai. Karena dapat dilaksanakan
pada benda uji yang kecil tanpa kesukaran mengenai spesifikasinya.
Pengukuran kekerasan digolongkan dalam kelompok pengujian tak merusak. dan
diterapkan untuk inspeksi sebagai suku cadang karena kekerasan dengan kekuatan tarik
sedang ketahanan aus berbanding terbalik dengan kekerasan.
2.2.2. Pengaruh Proses Perlakuan Panas Terhadap Kekerasan
Macam-masam proses perlakuan panas
1. Thermal Treatments.
2. Thermochemical Treatment.
3. Inovatif Surface Treatment.

Pada tiap perlakuan panas diatas mempunyai pengaruh yang berbeda beda pada
kekerasan misalnya thermochemical treatments, pengaruhnya terhadap kekerasan hanya
pada kedalaman tertentu dari benda kerja, sesuai dengan yang diinginkan pada pengujian
kekerasan yang dilakukan, perlakuan panas yang digunakan adalah thermal treatment yang
meliputi

annealing

( full

annealing,

annealing ), normalizing, hardening, tempering.

recrystalization

annealing,

stress relief

Tiap-tiap perlakuan panas memberikan efek yang berbeda pada bahan yang dikenai,
sedangkan pada thermal treatment prosesnya meliputi:
1. Hardening
Adalah proses pemanasan logam ( baja ) diatas temperature kritis untuk beberapa
waktu, lalu dicelupkan kedalam media pendingin, dengan cara seperti ini tingkat kekerasan
akan meningkat. Hardening juga dapat didefinisikan sebagai suatu proses yang bertujuan
untuk mendapatkan struktur martensite yang keras dengan sifat kekerasan yang tinggi dan
kekenyalan yang rendah.
2. Tempering
Adalah memanaskan kembali baja yang telah dikeraskan untuk menghilangkan
tegangan dalam. Pada proses tempering baja yang telah diheat treatments dipanasi kembali
pada suhu 150 oC - 650 oC.
3. Anealing
Adalah proses heat treatment dimana pemanasannya dilakukan sampai mencapai
temperature tertentu, dan ditahan pada temperature tertentu yang diinginkan, kemudian
didinginkan perlahan. Tujuan anealing adalah untuk menghilangkan tegangan dalam. Pada
peristiwa ini dilakukan pemanasan sampai diatas suhu kritis ( 60 oC ), kemudian setelah
suhu rata didinginkan diudara.
4. Normalizing
Adalah suatu proses heat treatments yang dilakukan untuk mendapatkan struktur
butiran yang halus dan seragam. Pada proses ini dilakukan pemanasan diatas suhu kritis
721 oC ( 60 oC ), kemudian setelah merata didinginkan diudara.
Pada percobaan kita menggunakan proses annealing yang bertujuan :
Melunakkan regangan sisa
Menghaluskan ukuran butir
Memperbaiki sifat kelistrikan
Melunakkan dan memperbaiki keuletan
Secara khusus jenis annealing yang dipergunakan adalah full annealing. Full
annealing digunakan untuk membuat baja yang lebih lunak, menghaluskan butir dan dalam

beberapa hal dapat memperbaikimachineability. Baja dalam proses pengerjaan mengalami


pemanasan sampai temperatur yang tinggi. Biasanya butir kristalnya akan terlalu besar,
sehingga sifat mekaniknya kurang baik. Maka butiran kristal tersebut perlu dihaluskan
dengan full annealing.
Pada baja hypoutektoid dipanaskan dengan range temperatur 30 oC - 60 oC diatas A1
pada dapur pemanas, ditahan pada temperatur itu dan didinginkan secara lambat ( dengan
media udara ), sedangkan pada baja hypotektoid perbedaannya hanya pada pemanasan pada
range 30 oC - 60 oC diatas garis A1.
2.2.3. Macam macam Pengujian Kekerasan Yang Dilakukan
Pengujian yang paling banyak dipakai adalah penekanan-penekanan tertentu pada
benda kerja dengan bahan tertentu dengan mengukur ukuran penekanan yang berbentuk
diatasnya :
a. Metode Brinel
b. Metode Vickers
c. Metode Rockwell
Pada laporan ini akan dijelaskan dua metode pengujian kekerasan yang berkaitan
dengan pengujian yang telah dilaksanakan. Metode yang dilakukan pada pengujian ini
adalah Metode Brinell dan Metode Vickers.

Telah dilakukan percobaan B5 yang bertujuan untuk mengukur kekerasan besi alloy sebagai
fungsi jarak dari ujung besi karbon yang didinginkan setelah diberikan perlakuan panas sebelumnya
Percobaan dilakukan dengan menggunakan prinsip jominy test, yaitu dengan memberikan perlakuan
panas terhadap besi karbon sampai 750C dengan menggunakan tube furnace,kemudian dilakukan
holding time selama 1 jam. Setelah itu, salah satu bagian ujung dari besi karbon tersebut didinginkan
dengan cara menyemprotkan air secara konstan sampai suhu besi alloy menurun mendekati suhu
kamar berkisar 30C . Diamati mikrostruktur batang pada tiga titik yang sudah
ditentukan. Dari percobaan yang telah dilakukan, diperoleh data rata-rata kekerasan besi karbon
sebelum dilakukan pemanasan sebesar 178,35 kg/mm 2. Sedangkan data nilai rata-rata kekerasan
yang diperoleh setelah dilakukan pemanasan dan pendinginan terhadap besi karbon, antar lain, pada
ujung besi karbon yang tidak terkena semprotan air sebesar 122,10 kg/mm 2, pada bagian tengah besi
karbon sebesar 125,97 kg/mm 2, dan kekerasan pada bagian ujung besi karbon yang disemprot air
sebesar 132,13 kg/mm2
Kata kunci : jominy tes, besi alloy, mikrostruktur

PENDAHULUAN

Heat
treatment dilakukan
untuk
merubah
sifat
dari
suatu
bahan seperti halnya perlakuan panas dengan metode jominy test yang digunakan
dalam praktikum ini. Terdapat beberapa perlakuan panas yang dapat dilakuakan
untuk merekayasa suatu bahan. Perlakuan tersebut dilakukan sesuai dengan sifat
apa yang akan direkayasa dari bahan tersebut dengan melihat beberapa parameter
yang diperlukan untuk merubah
sifat dari suatu bahan. Misalkan, suhu, waktu dan beberapa parameter yang lain.
Perlakuan panas untuk merubah sifat suatu bahan juga tergantung dari
proses pendinginan. Misalkan pada proses normalizing dilakukan pendinginan
dengan udara, quenching dengan media air atau oli dan beberapa proses lain yang
memiliki cara pendinginan yang berbeda-beda. Hal tersebut menunjukkan bahwa
proses pendinginan pada perlakuan panas tehadap suatu bahan juga
mempengaruhi sifat dari suatu bahan. Untuk itu, beberapa tes yang berhubungan
dengan pendinginan juga perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh proses pendinginan terhadap mikrostruktur suatu bahan yang
mempengaruhi sifat bahan tersebut.
TEORI
Makna nilai kekerasan suatu material berbeda untuk kelompok bidang ilmu
yang berbeda. Bagi insinyur metalurgi nilai kekerasan adalah ketahanan material
terhadap penetrasi sementara untuk para insinyur disain nilai tersebut adalah ukuran
dari tegangan alir, untuk insinyur lubrikasi kekerasan berarti ketahanan terhadap
mekanisme keausan, untuk para insinyur mineralogi nilai itu adalah ketahanan
terhadap goresan, dan untuk para mekanik work-shop lebih bermakna kepada
ketahanan material terhadap pemotongan dari alat potong. Begitu banyak konsep
kekerasan material yang dipahami oleh kelompok ilmu, walaupun demikian konsepkonsep tersebut dapat dihubungkan pada satu mekanisme yaitu tegangan alir plastis
dari material yang diuji.
Pada percobaan Jominy, kecepatan pendinginan tidak merata. Hal tersebut
disebabkan karena hanya satu bagian/ujung
(bagian bawah) dari benda uji diquench dengan semprotan air sehingga
kecepatan pendinginan yang terjadi menurun sepanjang benda uji, dimulai dari
ujung yang disemprot air.
Pada percobaan jominy pelaksanaannya menggunakan dua metode, dimana
cara pendinginan untuk ujung yang bawah dengan cara menyemprotkan air
langsung yaitu quenchsedangkan untuk ujung yang lain dilakukan dengan
cara normalizing. Pendinginan di ujung yang disemprot dengan air pendinginannya
lebih cepat daripada ujung yang satunya karena bantuan udara. Jadi laju
pendinginan terbesar terjadi di ujung benda uji yang disemprot air.
Logam yang didinginkan dengan kecepatan yang berbeda-beda misalnya
dengan media pendingin yang berbeda, air, udara atau minyak akan mengalami
perubahan struktur mikro yang berbeda. Setiap struktur mikro misalnya fasa
martensit, bainit, ferit dan perlit merupakan hasil transformasi fasa dari fasa
austenit. Masing-masing fasa tersebut terjadi dengan kondisi pendinginan yang
berbeda-beda dimana untuk setiap paduan bahan dapat dilihat pada diagram
Continous Cooling Transformation (CCT) dan Time Temperature Transformation
(TTT) diagram.

Masing-masing suatu fasa mempunyai nilai kekerasan yang berbeda.


Dengan pengujian Jominy maka dapat diketahui laju pendinginan yang berbeda
akan menghasilkan kekerasan bahan yang berbeda. Pada percobaan Jominy ini ,
mampu keras dari suatu baja yang sama akan bervariasi karena dipengaruhi oleh
komposisinya, dimana komposisi tersebut merupakan komposisi kimia dan terdapat
ukuran-ukuran dari setiap benda uji atau spesimen. Spesimen yang biasa digunakan
dalam percobaan Jominy test ini adalah baja karbon. Pada baja,pendinginan yang
cepat dari fasa austenit menghasilkan fasa martensit yang tinggi kekerasannya.
Sedangkan pendinginan yang lambat kan menghasilkan fasa austenit yang
cenderung yang kekerasannya rendah.
a.

METODE PERCOBAAN
Pengujian kekerasan
Sebelum dilakukan pemanasan
Sebelum dilakukan pengujian kekerasan, besi karbon dipotong sepanjang
3,5 cm dan diiris melintang pada bagian sisi lingkarannya sehingga besi karbon tidak
berbentuk tabung tapi setengah tabung yang memiliki permukaan lurus memanjang.
Setelah itu, besi karbon di haluskan dengan menggunakan grinder sampai halus.
Pengujian kekerasan sebelum pemanasan dan pendinginan, dilakukan dengan
menggunakan alat vickers hardnes. vickers hardnes dapat menentukan kekerasan
suatu material dalam bentuk daya tahan material terhadap intan berbentuk piramida
dengan sudut puncak 136 yang ditekankan pada permukaan material uji tersebut.
Intan pada vicker hardnes dengan berat 2 kg akan membebani besi karbon dengan
waktu pembebanan 15 detik sehingga akan timbul bekas pembebanan pada besi
karbon. Dari bekas pembebanan tersebut, akan diperoleh diameter bekas
pembebanan sehingga dengan data diameter akan diperoleh nilai kekerasan pada
besi karbon secara otomatis pada alat. Percobaan dilakukan sebanyak tiga kali pada
tempat yang berbeda, sehingga diperoleh tiga data nilai kekerasan yang nantinya
dirata-rata untuk mendapatkan nilai kekerasan uniform dari besi karbon.

Setelah dilakukan pemanasan dan pendinginan


Pengujian kekerasan setelah dilakukan pemanasan dan pendinginan
sama dengan pengujian kekerasan sebelum dilakukan pemanasan dan pendinginan
terhadap besi karbon. Namun, bagian yang dilakukan pengujian kekerasan berbeda.
Yaitu terdiri dari bagian ujung, bagian tengah dan bagian dekat ujung yang
disemprot air. Pengujian pada masing-masing bagian dilakukan sebanyak tiga kali
sehingga diperoleh data nilai kekerasan rata-rata dari masing bagian tersebut.

a.

Jominy tes
Besi karbon dimasukkan kedalam tube furnace, kemudian tube furnace
dihidupkan dan tunggu sampai suhu tube furnace mencapai suhu 750C. Setelah
mencapai 750C, besi karbon ditahan suhunya selama kurang lebih 1 jam.
Selanjutnya, besi karbon diambil dengan menggunakan penjepit, kemudian salah
satu bagian ujungnya didinginkan dengan cara menyemprotkan air secara konstan
sampai suhu besi karbon menurun mendekati suhu kamar yaitu sebesar 38C. untuk
mengetahui suhu besi karbon menurun sampai suhu kamar digunakan thermometer
digital sehingga suhu besi karbon dapat diketahui. Setelah itu dilakukan pengujian

kekerasan pada bagian ujung besi karbon, bagian tengah besi karbon dan bagian
ujung besi karbon dekat yang disemprot air dengan menggunakan Vickers hardnes.
b.

Pengujian mikrostruktur
Pengujian dilakukan terlebih dahulu dengan membuat halus permukaan
irisan melintang dari besi karbon yang sudah di panaskan dan didinginkan sampai
mengkilap dengan menggunakan grinder. Setelah itu, dilakukan proses eksa
terhadap besi karbon yang sudah dihaluskan dengan cara mencelupkan besi karbon
tersebut kedalam larutan HCL 10% selama 5 detik agar grain dan grain boundarynya
dapat diamati. Kemudian besi karbon di amati mikrostrukturnya dengan
menggunakan mikroskop optik, diatur jarak lensanya sehingga diperoleh
pengamatan mikrostruktur antara graind dan graind boundary yang jelas.
Pengamatan dilakukan di tiga tempat yang berbeda, yaitu pada bagian ujung besi
karbon, bagian tengah besi karbon dan bagian ujung besi karbon dekat yang
disemprot air. Sehingga nantiya diperoleh pengamatan mikrostruktur dari besi
karbon yang berbeda-beda.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Percobaan yang telah dilakukan bertujuan untuk untuk mengukur respon
pengerasan sebagai fungsi jarak dari ujung besi karbon yang didinginkan setelah
diberikan perlakuan panas sebelumnya. Dari percobaan tersebut, diperoleh data
kekerasan besi karbon sebelum dan nasesudah dilakukan pemanasan dan
pendinginan. Terdapat perbedaan nilai kekerasan antara sebelum dan sesudah
dilakuakan perlakuan panas dan pendinginan terhadap besi karbon. Data nilai ratarata kekerasan sebelum perlakuan, diperoleh sebesar 178,35 kg/mm 2. sedangkan
data nilai rata-rata kekerasan setelah perlakuan, sebesar 122,10 kg/mm 2 pada ujung
besi karbon, 125,97 kg/mm 2 pada bagian tengah besi karbon, dan kekerasan pada
bagian ujung besi karbon yang disemprot air sebesar 132,13 kg/mm 2. dari data
tersebut, teridentifikasi bahwa nilai rata-rata kekerasan besi karbon munurun setelah
dilakukan perlakuan pemanasan dan pendingin.
Penurunan kekerasan terjadi karena terdapat perubahan mikrostruktur
akibat proses pemanasan dan pendinginan yang dilakukan terhadap besi karbon.
Hal tesebut terjadi karena proses austenisasi yang terjadi hampir pada semua
bagian besi karbon meskipun pada salah satu bagian ujung besi karbon dilakukan
pendinginan secara langsung dengan menyemprotkan air secara konstan sampai
suhu besi karbon menurun mendekati suhu kamar. Pada keadaan tersebut terjadi
proses normalizing, yaitu proses pemanasan besi karbon yang diikuti dengan
pendinginannya diudara terbuka. Proses tersebut akan memperbaiki dan
memperhalus butir karena terjadi proses austenisasi yang membentuk Austenit yang
homogen pada besi karbon dan terjadi graind growth yang menyebabkan besi
karbon menjadi lebih ducktile namun kekerasannya menurun. Pertumbuan graind,
dapat diidentifikasi dari pengamatan mikrosrtuktur besi karbon yang telah diberikan
perlakuan pemanasan dan pendinginan dengan mikroskop optik terlihat bahwa grain
dari besi karbon memiliki perbandingan yang cukup besar daripada grain
boundarynya.
Proses pendinginan dengan media air pada salah satu bagian ujung besi
karbon tidak terjadi proses quenching sehingga besi karbon cenderung lebih ductile
dari pada sebelumnya. Hal tersebut terjadi Karen kecepatan pendinginan yang
kurang cepat, sehingga pada besi karbon masih bisa terjadi proses pengintian dan

pertumbuhan austenit, selain itu, saat besi karbon yang disemprot dengan air terjadi
di udara, dan memungkinkan terjadi normalizing.
Perlakuan pendinginan pada salah satu bagian ujung besi karbon yang
telah dipanaskan dengan menyemproykan air secara konstan menyebabakan besi
karbon memiliki nilai kekerasan yang berbeda pada setiap bagiannya. Hal tersebut
terjadi karena proses pendinginan yang tidak merata menyebabkan pembentukan
fasa yang berbeda pada setiap bagiannya. Pada bagian besi karbon yang tidak
disemprot air, terjadi proses pengintian dan pertumbuhan austenit yang relatif lama
dari pada bagian besi karbon yang terkena semprot air. Sehingga pada bagian yang
tidak terkena semprot air, terjadi grain growth yang menyebabkan pada bagian
tersebut lebih ductile dan kekerasannya lebih rendah daripada bagian yang
disemprot air, karena pada bagian yang disemprot air tersebut hampir tidak
melibatkan pengintian dan pertumbuhan yang dicirikan dengan kontrol difusi atom.
Dan kemungkinan terjadi sedikit Pembentukan martensit yang didasari pada proses
pergeseran atom yang melibatkan penyusutan dari struktur kristal akibat adanya
pendinginan langsung dengan semprotan air di udara. Struktur martensit merupakan
konsekwensi langsung dari tegangan disekitar matriks yang timbul akibat
mekanisme geser. Pada bagian tersebut juga terjadi pertumbuhan graind yang relatif
lambat, sehingga hampir tidak
terjadi pengintian graind dan membuat besi karbon relatif britle dan tidak ductile
daripada bagian yang tidak terkena semprotan air secara langsung.
Perbedaan kekerasan pada ketiga bagian besi karbon tersebut dapat ditinjau
dari pengamatan mikrostruktur yang telah dilakuakan. Dari pengamatan yang telah
dilakukan, terlihat bahwa mikrostruktur pada bagian ujung besi karbon yang tidak
terkena semprotan air, memiliki graind yang lebih besar dari pada mikrostruktur pada
bagian ujung besi karbon yang terkena semprotan air yang lebih banyak memiliki
graind bondary. Hal tersebut terjadi karena pada bagian ujung besi karbon yang
tidak terkena semprotan air mengalami austenisasi atau pertumbuhan graind yang
lebih banyak dari pada bagian ujung besi karbon yang terkena semprotan air,
sehingga pada ujung besi karbon yang tidak terkena semprotan air cenderung lebih
ductile sedangkan pada bagian besi karbon yang terkena semprotan air lebih keras.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang terdapat dalam percobaan ini antara lain
1. kekerasan rata-rata besi karbon sebelum dilakukan perlakuan panas dan
pendinginan adalah sebesar 178,35 kg/mm 2, sedangkan kekerasan rata-rata setelah
dilakukan pemanasan dan pendinginan antara lain pada ujung besi karbon sebesar
122,10 kg/mm2, pada bagian tengah besi karbon kekerasannya sebesar 125,97
kg/mm2, dan kekerasan pada bagian ujung besi karbon yang disemprot air sebesar
132,13 kg/mm2
2. Besi karbon setelah dilakukan perlakuan panas dan pendinginan mengalami
penurunan kekerasan.
3. kecepatan suatu pendinginan mempengaruhi kekerasan besi karbon, hal tersebut
dapat dilihat dari nilai kekerasan ujung besi karbon yang didinginkan dengan
menyemprotkan air lebih keras dari pada ujung besi karbon yang didinginkan
dengan udara.

Anda mungkin juga menyukai