Home
About
JUDUL
: BAGAIMANA UPAYA UNTUK MENINGKATKAN KETAHANAN PANGAN
DI INDONESIA
Disusun oleh :
NAMA
NPM
: 1EB16
KELAS :25213340
PENDAHULUAN
1. LATAR BELAKANG
Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia sehingga pemenuhannya menjadi salah
satu hak asasi yang harus dipenuhi secara bersama-sama oleh negara dan masyarakatnya.
Pemerintah Indonesia selalu berupaya untuk mencapai kemakmuran rakyat indonesia, salah
satunya adalah meningkatkan ketahanan pangan nasional. Pangan merupakan kebutuhan primer
yang harus dipenuhi oleh setiap manusia.Salah satunya adalah kebutuhan akan beras, di
Indonesia beras merupakan salah satu makanan pokok. Setelah beberapa tahun terakhir ini petani
banyak yang mengalami gagal panen yang diakibatkan oleh berbagai macam bencana seperti
banjir, dan musim kemarau yang berkepanjangan, oleh karena itu pemerintah melakukan
kebijakan supaya warga indonesia tidak selalu bergantung pada beras.
Salah satu kebijakan yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan meningkatkan
keanekaragaman konsumsi pangan. Kebijakan tidak hanya ditujukan untuk mengurangi
ketergantungan pada beras, tetapi juga dimaksudkan untuk mengubah pola konsumsi masyarakat
agar mengkonsumsi bahan pangan yang beranekaragam dan lebih baik gizinya. Tetapi untuk
daerah-daerah tertentu penganekaragamn konsumsi pangan itu masih sulit karena didaerah
tertentu pola konsumsi masyarakat masih didominasi dengan padi-padian. Masyarakat umumnya
masih mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap beras.
Kita tahu bahwa indonesia merupakan negara yang kaya akan sumber alam, tetapi coba kita
teliti, apakah warga indonesia sudah sejahtera? Tentu jawabannya tidak, karena masih banyak
rakyat yang tidak mendapatkan penghidupan yang layak. Contoh kita lihat gelandangan, yang
setiap hari mereka mondar-mandir dijalanan dan bahkan mereka tidak mengonsumsi apapun
dalam sehari. Untuk itu masyarakat membutuhkan kebijakan pemerintah untuk mensejahterakan
mereka.
Di Indonesia, pemerintah sudah banyak melakukan kebijakan untuk mengatasi masalah pangan.
Salah satu contohnya : pemerintah telah membantu para petani untuk meningkatkan jumlah
panen, seperti memberikan pupuk yang berkualitas.
Utuk mempertahankan ketahanan pangan nasional, beberpa usaha yang perlu
dilaksanakan
secara simultan antara lain: pengendalian konversi lahan pertanian, mencetak
lahan pertanian baru dan intensifikasi sistem pertanian dengan menerapkan tekhnologi yang
dapat meningkatkan produktivitas dan sekaligus mempertahankan kualitas lingkungan.
Walaupun secara teoritis ketahanan pangan mengandung aspek yang sangat luas, termasuk
kemampuan mengadakan bahan pangan baik yang bersumber dari dalam maupun dari luar
negeri, namun dalam berbagai kebijakan pembangunan pertanian, usaha pencapaian ketahanan
pangan sebagian besar difokuskan pada peningkatan kemandirian pangan terutama beras.
Sebenarnya jika ditinjau dari kondisi alam di Indonesia, negara kita termasuk negara
yang kaya akan sumber daya alam. Banyak negara luar yang datang ke Indonesia untuk
mengolah bahan mentah dari Indonesia. Tetapi walaupun negara Indonesia kaya akan sumber
daya alam kita mengimpor pangan, itu disebabkan karena kekurangan dan kemampuan sumber
daya manusia. Maka untuk meningkatkan ketahanan pangan di Indonesia juga sangat
membutuhkan sunber daya manusia untuk mampu mengolah kekayaan sumber daya alam.
Meskipun di Indonesia lahan untuk bertani luas, jika sumber daya manusia tidak ada itu sama
saja tidak menghasilkan apapun. Untuki itu sumber daya alam itu harus juga diikuti dengan
sumber daya manusia.
1. TUJUAN PENULISAN
2. Menjelaskan faktor-faktor dan strategi untuk meningkatkan ketahanan pangan.
3. Menguraikan berbagai masalah yang menyebabkan ketahanan pangan menurun
1. TINJAUAN LITERATUR
Di Indonesia persoalan pangan telah menjadi isu utama sejak jaman kerajaan, dimana raja-raja
Jawa telah memupuk cadangan bahan pangan. Demikian pula pemerintah kolonial Belanda
membentuk badan khusus untuk menangani pengadaan pangan. Pada perkembangan awal,
ketahanan pangan diartikan menjamin seluruh orang pada setiap waktu terhadap akses pangan
dan akses secara ekonomi untuk mendapatkan kebutuhan pangan yang mereka perlukan.
Kemudian terdapat perubahan yang membedakan ketersediaan dengan akses, pada akhirnya
konsep berkembang dengan memperhatikan faktor lain, seperti nilai gizi,aspek sosial dan latar
belakang budaya (ESCAP, 2009:20).Ketahanan pangan para ahli sepakat bahwa ketahanan
pangan minimal mengandung dua unsur pokok yaitu ketersediaan pangan dan aksesibilitas
masyarakat terhadap bahan pangan tersebut. Salah satu dari unsur diatas tidak terpenuhi, maka
suatu negara belum dapat dikatakan mempunyai ketahanan pangan yang baik. Walaupun pangan
tersedia cukup ditingkat nasional dan regional tetapi jika akses individu untuk memenuhi
kebutuhan pangannya tidak merata, maka ketahanan pangan masih dikatakan rapuh
(Arifin,2004:31). Ada tiga pilar yang mendukung bangunan ketahanan pangan. Pertama, ialah
ketersediaan pangan sebanyak yang diperlukan oleh masyarakat yang mencakup kestabilan dan
kesinambungan penyediaan pangan baik yang berasal dari produksi, cadangan maupun impor
dan ekspor. Kedua, ialah distribusi yang mencakup aksesabilitas pangan antar wilayah dan antar
waktu serta stabilitas harga pangan strategis. Ketiga, ialah konsumsi yang mencakup jumlah
mutu gizi/nutrisi,keamanan dan keanekaragaman konsumsi pangan (Suparmo dan
Usman,2004:3-4).
Ancaman iklim dan bencana alam sering menyebabkan ketersediaan pangan berkurang. Kondisi
ini membuat harga pangan naik dan sulit terjangkau oleh kelompok masyarakat. Dengan kata
lain, ancaman tersebut mengganggu aspek stabilitas dari ketahanan pangan. Salah satu contohnya
adalah dampak musim kering berkepanjangan(el nino) yang mengurangi ketersediaan pangan
nasional. Karena El Nino 1997 Indonesia harus merelakan hilangnya produksi beras sebesar 1,2
juta ton ditambah dengan adanya krisis ekonomi tahun 1997/1998 yang berkembang menjadi
krisis multi dimensi, yang membuat harga beras melesat naik. Hal ini yang secara tidak langsung
menerangkan mengapa pada tahun 1998 pemerintah terpaksa mengimpor beras dalam jumlah
yang sangat mengejutkan, yakni 5,8 juta ton. Karena krisis tersebut dapat memicu kerawanan
sosial yang dapat membahayakan stabilitas ekonomi dan stabilitas nasional.
Dengan pertimbangan pentingnya beras tersebut, pemerintah selalu berusaha untuk
meningkatkan ketahanan pangan dari produksi dalam negeri. Pertimbangan tersebut menjadi
penting bagi Indonesia karena jumlah penduduk semakin besar dengan sebaran populasi yang
luas dan cakupan geografis yang luas dan tersebar. Indonesia memerlukan ketersediaan pangan
dalam jumlah yang cukup yang memenuhi kriteria kecukupan konsumsi. Kemudahan
mewujudkan ketersediaan pangan dalam jumlah yang besar serta kemungkinan alternatif baru
bentuk program stabilisasi harga, mendorong berbagai pihak untuk selalu mengevaluasi
kebijakan pangan pemerintah. Diprediksikan bahwa pada tahun 2030 nanti akan muncul krisis
pangan di Indonesia. Dalam kondisi krisis ekonomi ditambah gejolak harga dalam perberasan
nasional, bisa jadi akan muncul ancaman ketahanan pangan yang serius. Setidaknya akan muncul
apa yang disebut dengan hunger paradox, yaitu suatu fenomena telah mantabnya ketahanan
pangan nasional, yang dicerminkan oleh ketersediaan kalori dan protein di atas angka kebutuhan
gizi, tapi kekurangan gizi masih terjadi dimana-mana.Djuni,Sunarru (2012).
Di negara kita, kesulitan dalam penyeimbangan neraca pangan sudah dialami sebelum awal
krisis moneter terjadi pada pertengahan tahun 1997. Bahkan, pemenuhan kebutuhan beras yang
pernah diatasi secara swasembada pada tahun 1986, sampai saat sekarang ini ternyata tidak dapat
dipertahankan. Menurut data dari Badan Pusat Statistik tahun 1999[1] kita telah mengimpor
beras sebanyak 1.8 juta ton pada tahun 1995; 2.1 juta ton pada tahun 1996; 0.3 juta ton pada
tahun 1997; 2.8 juta ton pada tahun 1998; 4.7 juta ton pada tahun 1999. Di awal tahun 2000 kita
bahkan dibanjiri dengan beras impor yang diberitakan ilegal, sedangkan di awal tahun 2006 kita
diramaikan dengan keputusan pemerintah untuk mengimpor beras, yang dianggap tidak berpihak
kepada petani meskipun hal itu bukan merupakan issue baru dan disadari pula bahwa petani kita
pun merupakan konsumen beras. Bahkan, pada tahun ini kita dirisaukan dengan impor benih
padi yang konon tidak berjalan mulus pula sampai ke tangan petani, padahal hasilnya diharapkan
dapat mendongkrak produksi beras.
Ketahanan pangan tidak hanya mencakup pengertian ketersediaan pangan yang cukup, tetapi
juga kemampuan untuk mengakses (termasuk membeli) pangan dan tidak terjadinya
ketergantungan pangan pada pihak manapun. Dalam hal inilah, petani memiliki kedudukan
strategis dalam ketahanan pangan : petani adalah produsen pangan dan petani adalah juga
sekaligus kelompok konsumen terbesar yang sebagian masih miskin dan membutuhkan daya beli
yang cukup untuk membeli pangan. Petani harus memiliki kemampuan untuk memproduksi
pangan sekaligus juga harus memiliki pendapatan yang cukup untuk memenuhi kebutuhan
pangan mereka sendiri. Disinilah perlu sekali peranan pemerintah dalam melakukan
pemberdayaan petani.
Peningkatan produktivitas lahan sawah dapat meningkatkan ketahanan pangan. Lahan sawah
yang sat ini luasnya sekitar 7,8 juta ha, cenderung menciut akibat konversi untuk memenuhi
tuntutan pembangunan diberbagai sektor, bahkan sekitar 3,1 juta ha atau 42% diantaranya
terancam akan dialihfungsikan, sebagaimana tertuang dalam Rencana Tata Ruang Wilayah
(RTRW) kabupaten/kota seluruh Indonesia.
Jumlah penduduk Indonesia yang banyak ( lebih dari 230 juta) dan terus bertambah memerlukan
produk pangan dalam jumlah yang terus meningkat (peningkatan kebutuhan pangan nasional 1-
2% per tahun), sehingga keberadaan lahan sawah dalam jumlah yang cukup dan layak untuk
mendukung ketersediaan dan ketahanan pangan mutlak diperlukan. Disamping itu perlu upaya
peningkatan produksi pangan (terutama padi)secara berkelanjutan. Mengandalkan pangan impor
untuk ketahanan pangan nasional tentu riskan terhadap berbagai aspek kehidupan, termasuk
ekonomi,sosial dan politik nasional.
Upaya peningkatan produksi harus diimbangi dengan peningkatan pendapatan petani,
kemudahan aksebilitas konsumen, dan aktualisasi keamanan pangan. Sebaliknya komoditas non
pangan yang umumnya bersifat komersialdituntut untuk memiliki daya saing yang tinggi agar
mampu meraih pangsa pasar global secara optimal. Oleh karena itu produktivitas tinggi, efisiensi
sistem produksi, serta peningkatan mutu dan nilai tambah produk menjadi tumpuan utama dalam
menjaga ketahanan pangan nasional.
Untuk mencapai berbagai target dalam mewujudkan ketahanan pangan nasional dan untuk
mempertahankan ketahanan pangan dan pengembangan bioenergi nasional, diperlukan strategi
dan kebijakan pemanfaatan dan pengelolaan sumber daya lahan, baik lahan pertanian (sawah
yang sudah dimanfaatkan saat ini maupun lahan cadangan ). Strategi tersebut adalah
1. Mengoptimalakan pemanfaatan sumber daya lahan eksisting agar lebih produktif dan
lestari baik secara kuantitas dan kualitas, yaitu dengan intensifikasi dan peningkatan
intensitas tanam, pengembangan inovasi tekhnologi, dan pengendalian konversi lahan.
2. Perluasan areal pertanian, seperti ekstensifikasi dengan memanfaatkan lahan potensial.
3. Percepatan penyiapan dan pelaksanaan beberapa kebijakan dan regulasi kelembagaan
untuk melindungi lahan pertanian tanaman pangan/sawah. Wahyunto(2009)
Berbicara pengembangan kelembagaan untuk ketahanan pangan, berarti berbicara
kelembagaan.Peluang pengembangan kelembagaan dalam rangka ketahanan pangan dan
peningkatan kesejahteraan masyarakat masih ada, mengingat kebiasaan masyarakat yang
memiliki pola makan beranekabahan pangan. Disamping itu, secara organisatoris, kelompokkelompok tani ini dapat dimanfaatkan sebagai wadah atau organisasi lumbung pangan desa
manakala memperoleh bimbingan yang intensif. Dengan demikian melembagakan ketahanan
pangan nasional memerlukan suatu strategi. Dalam rangka pengembangan kelembagaan untuk
ketahanan pangan dan peningkatan kesejahteraan petanidapat dilakukan melalui dua arus, yaitu
melalui pengembangan norma-norma masyarakatdan pengembangan organisasi beserta
normatifnya.
1. Pengembangan norma-norma masyarakat
Pengembangan ini dapat ditempuh melalui kempanye atau penyuluhan secara nasional. Agar
kebiasaan mengkonsumsi makan nasi oleh rumah tangga. Tetapi bisa dikombinasi atau diganti
dengan bahan pangan lain yang potensial diprodukisi( jagung,sagu,ketela, dan ubi)sehingga tidak
perlu impor beras. Pemerintah dan para penyuluh turut mengkampanyekan aneka ragam jenis
makanan lokal yang potensial diproduksi dalam negeri sebagai makanan khas Indonesia yang
bergizi kepada masyarakat. Dengan demikian, agar terjadi pelembagaan yakni menjadi kebiasaan
dan tata kelakuan setiap rumah tangga dan masyarakat, bahwamakan tidak harus nas, makanan
tidak harus berasal dari bahan gandum yang harus diimpor.
1. Pengembanganorganisasi besrta normatifnya
Ketergantungan konsumsi beras masih cukup tiggi dan belum optimalnya pemanfaatan
pangan lokal untuk konsumsi pangan harian.
Cadangan pangan pemerintah masih terbatas, sementara cadangan pemerintah daerah dan
masyarakat belum berkembang.
Masih rendahnya kualitas dan kuantitas konsumsi pangan penduduk, karena budaya dan
kebiasaan makan masyarakat kurang mendukung konsumsi pangan beragam, bergizi
seimbang dan aman.
Belum berkembangnya industri pangan berbasis bahan pangan lokal untuk mendukung
penganekaragaman konsumsi pangan.
Belum memadainya prasarana dan sarana trasportasi baik darat dan terlebih antar pulau.
Masih terjadinya kasus keracunan akibat bahan kimia berbahaya pada makanan sehingga
menimbulkan rendahnya ketahanan pangan masyarakat.
Jumlah penduduk rawan pangan masih cukup besar, meskipun telah menunjukkan trend
yang menurun.
Permasalahan itu tentunya juga menjadi permasalahan utama didaerah karena pada dasarnya
perkembangan daerah sangat bergantung pada kualitas kehidupan warganya. Oleh sebab itu,
memang kondisi ketahanan pangan baik secara nasional maupun lokal yang masih tergolong
dalam kondisi rawan pangan, diperlukan upaya yang terintegrasi dan berkesinambungan dalam
usaha peningkatan ketahanan pangan masyarakat. Sekalilagi patut ditegaskan bahwa ketahanan
pangan merupakan kondisi dimana masyarakat memiliki daya beli terhadap pangan dan mampu
mengakses kebutuhan pangan mereka. Dino Predi (2012)
Menjadi kewajiban pemerintah untuk menanggulangi masalah kemiskinan, pemerintah telah
menetapkan beberapa upaya untuk mengurangi kerawanan/kerentanan pangan antara lain dengan
cara:
Membangun infrastruktur agar terjalin integrasi antara sumber pasokan bahan pangan dan
distribusinya dengan mengembangkan sentra-sentra produksi dan daerah-daerah
lumbung-lumbung pangan baru.
Meningkatkan pelayanan kesehatan bagi ibu-ibu hamil dan menyusui, dan batita/balita.
Upaya-upaya tersebut perlu dukungan dan/atau dikaitkan dengan pemanfaatan sumberdaya dan
budaya lokal, pengembangan tekhnologi inovatif dan potensi pasar, serta penguatan ekonomi
pedesaan yang sejalan dengan upayapengentasan kemiskinan. Pada dasarnya perkuatan
ketahanan pangan nasional tentu perlu ditempuh melalui jalur utama yang sudah menjadi
komponen bakunya.Dari yang sudah secara baku dituangkan berbagai komponen dari setiap
aspek ketahanan pangan, berikut ini hasil diskusi Pokja Ahli Dewan ketahanan pangan Provinsi
Sumatera Selatan pada tahun 2011 merumuskan beberapa komponen yang mesti menjadi fokus
dan penting untuk diimplementasikan, yaitu untuk aspek ketersediaan pangan adalah
a)
Pemantapan dan peningkatan produksi pangan domestik melalui intensifikasi dan
ekstensifikasi pada lahan yang sesuai dan masih potensial.
b)
Pelestarian lahan pangan melalui audit lahan sawah, penerbitan peraturan daerah,
pencegahan konversi lahan pangan, dan pencadangan lahan untuk pangan/beras yang mesti
disertai kompensasi yang memadai bagi produsen.
c)
Fasilitasi dan jaminan kelancaran pasokan sarana produksi, terutama benih/bibit dan pupuk.
d) Peningkatan dan perbaikan infrastruktur produksi dan transportasi didaerah sentra produksi
melalui alokasi anggaran pemerintah pusat.
e)
Pengembangan produksi bahan pangan organik dan bahan pangan berbasis sumberdaya
lokal.
f)
Pengembangan cadangan pangan daerah melalui pengembangan kerjasama antar
pemerintah kabupaten/kota dan peningkatan/revitalisasi fungsi dan peran lumbung desa dan
cadangan pangan masyarakat.
g)
Pemantapan kesepakatan alokasi anggaran pertanian provinsi dan kabupaten/kota sentra
produksi.
h)
i)
Peningkatan fasilitas pengeringan dan pengolahan hasil pangan pada daerah pasang surut .
Untuk mendukung upaya-upaya tersebut perlu dilakukan secara periodik analisis ketersediaan
dan kebutuhan pangan masyarakat , dan analisis cadangan pangan ditangan masyarakat. Andy
Mulyana (2012).
Dengan sumberdaya alam yang masih banyak tersedia, Indonesia tentu dapat memainkan peran
penting dan strategis dalam memperkuat ketahanan pangan di wilayah ASEAN yang
diprioritaskan pada aspek produksi, pengembangan pasar/perdagangan dan industri pangan.
Dalam perjalanannya implementasi langkah strategis lainnya juga dilaksanakan secara bertahap
dan atau simultan sesuai dengan kemajuan yang dicapai. Priorotas tersebut diperlukan karena
Indonesia perlu juga memprioritas penanggulangan kemiskinan dan kerentanan pangan yang
sebagian besar ternyata terjadi pada masyarakat petani itu sendiri. Prioritas peran tersebut
disinergikan dengan prioritas peran negara negara anggota lainnya berpotensi besar untuk
mewujudkan ketahanan pangan regional yang lebih kuat.
Negara berkewajiban untuk menjamin ketersediaan pangan dan jumlah yang cukup bagi setiap
warga negara, karena pada dasarnya setiap warga negara berhak atas pangan bagi
keberlangsungan hidupnya. Penyediaan pangan oleh negara harus diupayakan melalui produksi
pangan dalam negeri, dimana produksi ini harus senantiasa meningkat dari tahun ketahun seiring
dengan pertambahan penduduk. Produksi pangan sangat bergantung pada tingkat produktivitas
dan luas areal pangan.
Kebijakan pangan pemerintah sebagai pelaksanaan Undang-Undang Nomor 7 tahun 1996
dituangkan dalam peraturan pemerintah nomor 68 tahun 2002 mengenai ketahanan pangan, yang
secara garis besar mengatur:
Ketersediaan pangan
Penganekaragaman pangan
Badan ketahanan pangan menyusun kebijakan umum mengenai ketahanan pangan yang arahnya
adalah mewujudkan kemandirian pangan untuk menjamin ketersediaan dan konsumsi pangan
yang cukup, aman bermutu, bergizi seimbang pada tingkat rumah tangga, daerah dan nasional
sepanjang waktu dan merata melalui pemanfaatan sumberdaya dan budaya lokal, tekhnologi
inovatif dan peluang pasar serta memperkuat ekonomi kerakyatan dan mengentaskan dari
kemiskinan. Yunasti Purwaningsih (2008).
Menurut Maslow, kebutuhan dasar manusia adalah fisiologis yang didalamnya termasuk
pangan, dengan demikian pangan harus terpenuhi di dalam kehidupan manusia, pangan
merupakan komponen dasar untuk membentuk sumber daya manusia yang sehat dan
berkualitas. UU No.12 tahun 1996 tentang pangan, bahwapangan adalah segala sesuatu yang
berasal dari sumber hayati dan air, baik yang diolah maupun yang tidak diolah, yang
diperuntukkan sebagai makanan atau minuman bagi konsumsi manusia, termasuk bahan
tambahan pangan, bahan baku pangan, dan bahan lain yang digunakan dalam proses penyiapan,
pengolahan, dan atau pembuatan makanan atau minuman. Proyeksi produksi tanaman pangan
diindonesia tampak bahwa dari tahun ketahun ada laju pertambahan peningkatan produksi
pertanian tanaman pangan baik padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi katu, maupun ubi jalar.
Tetapi dari antara konsumsi pangan itu, konsumsi pangan padi masih lebih banyak.
Proyeksi produksi tanaman pangan( juta ton) di Indonesia tahun 2007- 2009
Laju
Produksi
Laju
Produksi
Laju
2008
2009
Padi
56,39
1,20
57,05
1,18
57,70
1,15
Jagung
12,84
4,31
13,38
4,22
13,96
4,33
Kedelai
0,88
6,50
0,939
6,50
1,00
6,50
0,41
0,84
0,65
0,85
0,71
Ubi kayu
19.74
0,47
19,81
0,35
19,81
0,42
Ubi jalar
1,89
0,35
1,90
0,40
1,91
0,45
Setelah melihat data tentang konsumsi masyarakat dengan pangan padi yang sangat tinggi oleh
karena itu Indonesia harus mengimpor beras.
Proyeksi produksi, impor dan konsumsi beras di Indonesia
Produksi
Impor
Konsumsi
(ton)
(ton)
(ton)
2010
44.217.300
16.530,10
49.371.096,70
-5.153.796,7
2015
34.348.280
24.727,53
54.827.597,20
-20.479.3172
2020
18.573.760
35.215,10
63.970.027,70
-45.396.267,2
Tahun
Sampai dengan tahun 2010 konsumsi jagung masih bisa dicukupi dari produksi dalam negeri,
namun demikian tahun-tahun berikutnya 2015 dan 2030 konsumsi tampak meningkat dan
menyebabkan kekurangan meskipun dengan mengimpor. Untuk bahan pangan kedelai, konsumsi
juga melebihi produksi sehingga untuk mencukupinya masih memerlukan impor.
Proyeksi produksi, impor dan konsumsi jagung di Indonesia
Tahun
Produksi
Impor
Konsumsi
(ton)
(ton)
(ton)
2010
12.646.900,00
2.144.932,00
11.831.101,40
815.798,60
2015
14.089.347,50
2.991.273,13
23.788.092,40
-9.698.744,90
2030
16.809.740,00
6.752.768,00
126.747.525,40
-109.937.785,40
produksi
Konsumsi
Surplus/defisit
2010
837,19
1.882,72
-1.045,57
2015
964,40
2.069,28
-1.104,88
2030
1.474,21
2.747,26
-1.273,15
oleh Dreze dan Sen (1989:9) yang menyatakan bahwa ketidaktahanan pangan dan kelaparan
terjadi karena ketiadaan akses atas pangan
Untuk tujuan kebijakan pemerintah, ketahanan pangan dapat dipikirkan sebagai spektrum
yang terus menerus dari perspektif mikro nutrisi yang baik bagi semua orang ke perspektif makro
yang menjamin suplai pangan secara teratur pada level nasional, regional dan pasar lokal.
Sasaran penting dari kebijakan pangan adalah menciptakan suatu lingkungan dimana terdapat
akses untuk daya beli, pengetahuan nutrisi dan perawatan kesehatan pada semua rumah tangga
untuk menjamin permintaan pangan di pasaran. Menciptakan ketahanan pangan baik pada
tingkat mikro maupun tingkat makro adalah tugas yang rumit di dalam ekonomi yang
beriorientasi pasar, namun demikian nomi yang demikian yang dapat meningkatkan
pertumbuhan dan mengurangi tingkat kemiskinan. Nursalam(2010).
Pola konsumsi masyarakat pada masing-masing daerah berbeda-beda, tergantung dari
potensial daerah dan struktur budaya masyarakat. Pola konsumsi masyarakat indonesia masih
didominasi padi-padian, khususnya beras, yang diindikasikan oleh tingginya starchi staple ratio.
Masyarakat umumnya mempunyai ketergantungan yang kuat terhadap beras sebagai sumber
karbohidrat dan sebagai upaya untuk mengurangi ketergantungan masyarakat pada beras, maka
perlu menggali potensi lokal yang berbasis non beras untuk memenuhi kebutuhan pangannya.
Pada saat mendatang diharapkan akan terwujud pola konsumsi pangan masyarakat yang
bergizi, beragam dan berimbang berbasis potensi lokal yang bermuara pada terwujudnya
ketahanan pangan yang berkelanjutan. Oleh karenanya diversifikasi konsumsi pangan potensial
lokal menjadi sesuatu yang mendesak untuk segera diupayakan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengkaji pola diversifikasi konsumsi pangan pokok
berbasis potensi lokal pada rumah tangga pedesaan, mengkaji hubungan pendapatan rumah
tangga dengan konsumsi pangan pokok, dan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi pola
diversifikasi konsumsi pangan pokok berbasis potensi lokal dalam mewujudkan ketahanan
pangan rumah tangga pedesaan. Ni Made Suyastiri (2008).
Mengacu dari konsep awal ketahanan pangan dan perkembangannya, pada dasarnya dalam
ketahanan pangan terdapat empat pilar yaitu:
1. Aspek ketersediaan (food availibility)
2. Aspek stabilitas ketersediaan atau pasokan(stability of supplies)
3. Aspek keterjangkauan (acces to supplies)
4. Aspek konsumsi pangan (food utilization)
Keempat pilar ini mengindikasikan bahwa pangan harus tersedia dalam jumlah yang cukup, baik
dimusim panen maupun paceklik, terdistribusi merata diseluruh pelosok negeri, harganya
terjangkau oleh orang yang miskin sekalipun, dan aman serta bermutu.
Produksi komoditas tanaman pangan menunjukkan perkembangan yang berbeda antar
komoditas. Komoditas padi dan jagung mengalami perkembangan yang cukup baik
selamaperiode 2000- 2009, yaitu masing-masing 3,31 dan 6,81 persen pertahun. Perkembangan
produksi tersebut bersumber dari perkembangan luas panendan produktivitas yaitu masingmasing 2,33 dan 0,98 persen untuk padi dan 2,27 dan 4,54 persen untuk jagung. Ini menunjukkan
bahwa perkembangan produksi padi lebih tergantung pada perkembangan luas panen, sedangkan
untuk jagung lebih tergantung pada perkembangan produktivitas. Sebaliknya, produksi kedelai
dalam periode yang sama cenderung menurun 0,63 persen per tahun.penurunan ini lebih
disebabkan oleh penurunan luas panen 1,59 persen .
Meskipun secara umum produksi komoditas tanaman pangan meningkat, namun
demikian utuk meningkatkan produksi pangan indonesia masih dihadapkan pada berbagai
kendala. Kendala peningkatan produksi komoditas tanaman pangan antara lain adalah terus
berlanjutnya konversi lahan pertanian ke non pertanian, semakin langkanya ketersediaan sumber
daya air untuk pertanian, fenomena iklim yang semakin tidak menentu. Dilihat dari sisi
ketersediaan, kinerja ketersediaan pangan nasional menunjukkan perkembangan yang kurang
menggembirakan. Untuk mengimbangi permintaan pangan, pemerintah mengambil kebijakan
impor untuk komoditas yang ketersediaannya tidak dapat dipenuhi dari domestik. Angka
ketergantungan impor yang relatif tinggi adalah susu, kedelai dan susu. Ketergantungan impor
beras ada kecenderungan meningkat. Terkait dengan upaya peningkatan ketersediaan pangan
tersebut, peluang indonesia untuk menjadi lumbung pangan dunia di tengah krisis ekonomi
global dan tantangan fenomena perubahan iklim ( El Nino)masih terbuka. Dalam upaya
peningkatan ketersediaan pangan sumber protein pemerintah telah mencanangkan program
peningkatan swasembada daging nasional. Untuk itu, disamping masalah teknik pengusahaan
ternak, salah satu upaya terobosan yang dilakukan adalah dengan melaksanakan program sarjana
masuk desa (SMD) Handewi dan Erma (2010).
Negara berkewajiban untuk menjamin ketersediaan pangan dalam jumlah yang cukup bagi setiap
warga negara, karena pada dasarnya setiap warga negara berhak atas pangan bagi
keberlangsungan hidupnya. Penyediaan pangan oleh negara harus diupayakan melalui produksi
pangan dalam negeri, dimana produksi ini harus senantiasa meningkat dari tahun ketahun seiring
dengan pertambahan penduduk. Sebagai penyedia bahan pangan, perjalanan sektor pertanian di
Indonesia semenjak 1967 sampai sekarang, secara umum mengalami:
Fase konsolidasi
Fase ini dalam membangun pertanian menerapkan tiga kebijakan yaitu: intensifikasi,
ekstensifikasi dan diversifikasi.
Fase ini menerapkan revolusi hijau membawa Indonesia kepada pencapaian swasembada
pangan.
Fase dekonstruksi
Sektor pertanian harus menanggung dampak krisis ekonomi melalui keharusan menyerap
limpahan tenaga kerja sektor informal perkotaan. Dampaknya adalah sektor pertanian termasuk
petani, terus terpojok dan terpinggirkan.
Tumbuh Tinggi
Dekonstruksi
Krisis Ekonomi
1967-78
1978-86
1986-97
1997-2001
PDB Pertanian
3,39
5,72
3,38
1,57
Tanaman Pangan
3,58
4,95
1,90
1,62
Tanaman
Perkebunan
4,53
5,85
6,23
1,29
Peternakan
2,02
6,99
5,78
-1,92
Perikanan
3,44
5,15
5,36
5,45
6,76
3,99
-0,47
4,13
1,83
-1,45
Produktivitas tenaga
2,32
kerja
5,57
2,03
-0,47
Keterangan
Ketersediaan pangan yang stabil merupakan salah satu kebutuhan dalam kelangsungan sebuah
negara untuk mencukupi kebutuhan pangan nasional. Secara strategis masing-masing negaranegara memiliki perencanaan pembangunan untuk mewujudkan kesejahteraan masyarakatnya,
baik secara bilateral, regional,maupun multilateral. Perkembangan ketersediaan beras,khususnya
Indonesia, sangat terkait dengan gambaran perekonomian yang terjadi dalam negeri maupun
internasional. Setelah melawati krisis 1998, dimana ekonomi sudah pulih maka ketersediaan
pangan cenderung positif.
II PEMBAHASAN
Ketahanan pangan tercipta ketika masyarakat bisa mendapatkan makanan yang aman, bergizi,
dan harganya terjangkau, yang menjadi dasar hidup yang aktif dan sehat. Bisnis Cargill
memberikan kontribusi terhadap ketahanan pangan dengan menyediakan makanan bergizi yang
dapat meningkatkan diet. Setiap tahun, kita bekerja sama dengan jutaan petani untuk membantu
mereka menghasilkan pangan dalam jumlah yang lebih banyak dan secara lebih
berkesinambungan, memperluas pasar, mendapatkan harga yang layak, dan untuk meningkatkan
standar hidup mereka. Kita juga bekerja sama dengan mitra di sektor publik dan swasta untuk
mencari solusi jangka panjang dalam mengatasi kelaparan dan untuk memastikan semua orang
bisa mendapatkan makanan yang aman, bergizi, dan harganya terjangkau. Dalam lima tahun
terakhir, Cargill telah menyumbangkan lebih dari $55 juta untuk mengurangi kelaparan dan
meningkatkan gizi di seluruh belahan dunia melalui program kemitraan dengan berbagai
organisasi internasional, nasional, dan organisasi lokal.
Sehubungan dengan semakin banyaknya penduduk indonesia yang tidak esbanding dengan
ketersediaan pangan, oleh karena itu pemerintah memiliki kewajiban untuk menjamin
ketersediaan pangan dengan jumlah yang cukup. Pemerintah harus berupaya untuk
meningkatkan produksi pangan dari tahun ke tahun. Maka diharapkan masyarakat agar dapat
mengganti beras sebagai makanan utama yang dapat diganti dengan makanan pokok lain.Ada
berbagai faktor untuk meningkatkan ketahanan pangan dan sekaligus mensejahterakan
masyarakat.
Di Indonesia, ketahanan pangan masih berupa wacana. Permasalahan ketahanan pangan masih
terus terjadi, yang mencakup aspek produksi dan ketersediaan pangan. Produksi bahan pangan
belum mampu untuk memenuhi kebutuhan penduduk. Hal ini disebabkan oleh laju pertumbuhan
produksi pangan yang relatif lebih lambat dari permintaannya. Sejauh ini, permasalahan tersebut
dapat diatasi dengan impor. Namun, sampai kapan bangsa ini akan mengandalkan bahan pangan
impor? Hal ini tidak akan membuat bangsa ini berkembang, justru akan mengancam stabilitas
ketahanan pangan dan mengancam produk dalam negeri. Selain itu, permasalahan distribusi
pangan dari produsen ke konsumen juga masih menuai kendala.
Sektor pertanian merupakan salah satu sektor yang selama ini masih diandalkan oleh Negara
Indonesia karena sektor pertanian mampu memberikan pemulihan dalam mengatasi krisis yang
terjadi di Indonesia. Keadaan inilah yang menampakkan bahwa sektor pertanian sebagai salah
satu sektor yang andal dan mempunyai potensi besar untuk berperan sebagai pemicu pemulihan
ekonomi nasional melalui salah satunnya adalah ketahanan pangan nasional. Dengan demikian
diharapkan kebijakan untuk sektor pertanian lebih diutamakan. Namun setiap tahun untuk luas
lahan pertanaian selalu mengalami alih fungsi lahan dari lahan sawah ke lahan non sawah.
Ketahanan pangan merupakan salah satu dari 11 prioritas dengan substansi inti program aksinya
yang meliputi pengembangan kawasan dan tatat ruang pertanian, pembangunan dan
pemeliharaan infrastruktur, adaptasi terhadap perubahan iklim, peningkatan penelitian dan
pengembangan, serta peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan melalui peningkatan
pola pangan harapan. Berdasarkan hal tersebut, pendayagunaan tanah terlantar dapat diarahkan
untuk mendukung program aksi ketahanan pangan melalui pengembangan lahan untuk pertanian
pangan dan ikut serta dalam mendorong peningkatan kualitas gizi dan keanekaragaman pangan
masyarakat. Tetapi luas lahan juga tidak akan mampu mengatasi masalah ketahanan pangan, jika
lahan yang digunakan tidakmenghasilkan produksi padi yang meningkat. Maka diperlukan
pupuk supaya produktivitas padi baik.
Dibawah ini adalah data yang menunjukkan luas panen dan produksi tanaman padi diseluruh
provinsi di Indonesia
Unduh Tabel
Provinsi
Jenis
Tanaman
Tahun
Luas
Panen(Ha)
Indonesia
Padi
2013 13837213.00
51.52
71291494.00
Aceh
Padi
2013 419183.00
46.68
1956940.00
Sumatera Utara
Padi
2013 742968.00
50.17
3727249.00
Sumatera barat
Padi
2013 487820.00
49.82
2430384.00
Riau
Padi
2013 118518.00
36.63
434151.00
Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Provinsi
Jenis
Tanaman
Tahun
Luas
Panen(Ha)
Jambi
Padi
2013 153243.00
43.36
664535.00
Sumatera Selatan
Padi
2013 800036.00
45.96
3676723.00
Bengkulu
Padi
2013 147680.00
42.17
622832.00
Lampung
Padi
2013 640948.00
50.28
3222789.00
Bangka Belitung
Padi
2013 10205.00
27.81
28384.00
Kepulauan Riau
Padi
2013 379.00
36.15
1370.00
DKI Jakarta
Padi
2013 1744.00
58.88
10268.00
Jawa Barat
Padi
2013 2029891.00
59.53
12083162.00
Jawa Tengah
Padi
2013 1845447.00
56.06
10344816.00
DI Yogyakarta
Padi
2013 159266.00
57.88
921824.00
Jawa Timur
Padi
2013 2037021.00
59.15
12049342.00
Banten
Padi
2013 393704.00
52.92
2083608.00
Bali
Padi
2013 150380.00
58.66
882115.00
2013 438057.00
50.08
2193698.00
Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Provinsi
Jenis
Tanaman
Tahun
Luas
Panen(Ha)
Nusa Tenggara
Timur
Padi
2013 222469.00
32.80
729666.00
Kalimantan Barat
Padi
2013 464615.00
31.01
1440902.00
2013 247217.00
32.81
811211.00
2013 479721.00
42.34
2031029.00
Kalimantan Timur
Padi
2013 138768.00
40.63
563850.00
Sulawesi Utara
Padi
2013 127413.00
50.10
638373.00
Sulawesi Tengah
Padi
2013 224317.00
45.98
1031324.00
Sulawesi Selatan
Padi
2013 983107.00
51.22
5035830.00
Sulawesi Tenggara
Padi
2013 132945.00
42.23
561361.00
Gorontalo
Padi
2013 56894.00
52.01
295913.00
Sulawesi Barat
Padi
2013 91035.00
48.79
444203.00
Maluku
Padi
2013 24399.00
41.74
101835.00
Maluku Utara
Padi
2013 19281.00
37.57
72445.00
Papua Barat
Padi
2013 7431.00
39.80
29572.00
Papua
Padi
2013 41111.00
41.30
169790.00
Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Provinsi
Jenis
Tanaman
Tahun
Luas
Panen(Ha)
Produktivitas(Ku/Ha) Produksi(Ton)
Menganekaragamkan pangan
Di Indonesia terdapat makanan yang menjadi pangan pokok, tetapi masyarakat indonesia
sebagian besar masih menganggap bahwa beras adalah makanan utama yang tidak bisa
digantikan oleh makanan lain. Hal ini yang menyebabkan indonesia harus mengimpor beras. Kita
tahu bahwa diindonesia terdapat berbagai makanan selain beras diantaranya adalah ubi-ubian,
jagung, gandum, sagu dan lain sebagainya. Tujuan dari menganekaragamkan pangan ini adalah
a)
Memantapkan pola konsumsi pangan Beragam, Bergizi Seimbang dan Aman (B2SA);
b)
Mendorong peningkatan penganekaragaman konsumsi pangan masyarakat melalui
Percepatan Penganekaragaman Konsumsi Pangan berbasis pangan lokal dan LCM (Lomba Cipta
Menu)
c)
Memfasilitasi laboratorium keamanan pangan segar dan peningkatan mutu dan keamanan
pangan.
http://www.paskomnas.com/UserFiles/Image/News/GAMBARAN-UMUM-PANGANDUNIA_05.jpg
Ketersediaan Pangan
1. Meningkatkan ketersediaan pangan yang berasal dari produksi dalam negeri untuk
mencukupi kebutuhan pangan masyarakat;
2. Mengkoordinasikan dan mengembangkan cadangan pangan dan pemantapan
kelembagaan pangan;
3. Meningkatkan peran serta stake holder dan masyarakat dalam upaya mencegah
dan penanggulangi kerawanan pangan
Distribusi Pangan
1. Mendorong dan memberikan kontribusi terhadap terwujudnya distribusi pangan
yang efektif dan efisien;
2. Menumbuh kembangkan koordinasi dan sinergi kebijakan distribusi pangan;
3. Mendorong peran serta kelembagaan pangan dan masyarakat dalam
meningkatkan kelancaran distribusi, menciptakan stabilisasi harga dan
meningkatkan akses pangan.
4. Penanganan daerah rawan pangan melalui SIDI (Sistem Informasi Dini) dan
penyusunan peta rawan pangan melalui Sistem Keamanan Pangan dan Gizi
(SKPG).
Penyuluhan
1. Pengembangan penyuluh dan kelembagaan penyuluh yang handal dan
professional di Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan;
2. Pemberdayaan Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) ditingkat Kecamatan sebagai
home base dan basis penyebaran informasi ketahanan pangan dan agribisnis;
3. Pengembangan sarana dan prasarana serta penguatan koordinasi program dan
programa penyuluhan ditingkat Provinsi, Kabupaten/Kota dan Kecamatan ;
4. Peningkatan koordinasi, integrasi dan sinkronisasi antar pemerintah dalam
penyelenggaraan penyuluhan
Kebijakan merupakan suatu langkah yang dilakukan untuk memberi arah dalam pelaksanaan
pembangunan yang efektif dan efisien serta tepat sasaran, agar pembangunan yang dilaksanakan
secara cepat dapat menyelesaikan berbagai permasalahan pembangunan daerah. Selain itu,
Produktivitas lahan
Kondisi tanah yang tidak dapat memproduksi poangan yang banyak. Hal ini disebabkan
karen akurang suburnya lahan, karena kekurangan produk. Petani selalu mengharapkan
bantuan dari pemerintah untuk memberikan pupuk yang berkualitas demi hasil panen
mereka.Penerapan teknologi yang masih setengah-setangah oleh para petani menjadi salah satu
akibat kesuburan lahan yang terus menurun. Seperti penggunaan pupuk kimia yang tidak sesuai
dengan dosis dan dilakukan secara terus menerus sejak adanya revolusi hijau sampai sekarang.
Akibat yang ditimbulkan adalah lahan menjadi tidak subur dan produktivitas mengalami
levelling off dan bahkan terjadi penurunan produktivitas.
Hama penyakit
Faktor ini selalu meresahkan para petani, mereka bahkan mengalamigagal panen karena
hama penyakit tersebut. Hal ii menyebabkan produksi pangan yang menurun sehingga
mengakibatkan ketahanan pangan menurun.
Bencana
Faktor ini merupakan diluar dugaan manusiaa, yang secara tiba-tiba datang, dan
pengaruhnya terhadap produksi pangan sangat besar. Salah satu contohnya adalah banjir,
banjir dapat menggagalkan panen, sehingga menyebabkan ketahanan pangan menurun.
Disamping banjir masih terdapat bencana lain yang mengakibatkan ketahanan pangan
menurun contohnya musim kemarau yang berkepanjangan, longsor dan lain-lain.
pangan yang bermutu dan bergizi sehingga akan menghambat kesinambungan ketahanan
pangan. Pemenuhan kebutuhan pangan harus menekankan status gizi yang baik, beragam,
seimbang dan aman untuk di konsumsi, atau dalam dunia ketahanan pangan dikenal
sebagai B2SA (beragam, bergizi, seimbang dan aman).
III KESIMPULAN
Dari berbagai tulisan-tulisan yang saya kumpulkan dan juga berdasarkan data- data yang terkait
dengan ketahanan pangan nasional dapat disimpulkan bahwa ketahanan pangan harus
diperhatikan oleh pemerintah secara serius, karena masih banyak masyarakat yang mengalami
kesulitan dalam mengonsumsi pangan. Walaupun indonesia merupakan sumber alam yang
sangan banyak, tetapi warga indonesia masih banyak yang tergolong dalam kemiskinan.
Berbagai upaya harus dilakukan oleh pemerintah untuk menanggulangi masalah ketahanan
pangan sekaligus masalah kemiskinan, diantaranya adalah melakukan strategi yang mampu
meningkatkan ketahanan pangan. Berbagai strategi itu diharapkan mampu meningkatkan
ketahanan pangan nasional dan meningkatkan taraf hidup masyarakat. Beberapa faktor yang
terkait dalam peningkatan ketahanan pangan nasional adalah
1. Sumber daya alam
Sumber daya alam di Indonesia tidak perlu diragukan lagi, luas lahan untuk pertanian cukup
untuk memproduksi pangan bagi masyarakat Indonesia,
2. Sumber daya manusia
Mungkin salah satu yang menyebabkan mengapa masyarakat Indonesia masih banyak yang
kekurangan adalah karena sumber daya manusia. Sebelumnya telah dijelaskan bahwa pendidikan
itu sangat berpengaruh bagi ketahanan pangan. Artinya dengan pendidikan yang tinggi manusia
dapat memikirkan maupun mengolah bagaimana caranya untuk memptoduksi pangan dalam
jumlah yang besar. Dengan pengetahuannya dia akan bisa menerapkan tahap-tahap memproduksi
pangan yang benar. Tetapi karena masyarakat Indonesia masih kekurangan sumber daya manusia
untuk memanfaatkan sumber daya alam yang sudah tersedia maka, Indonesia masih mengalami
kemiskinan.
3. Konsumsi pangan
Masalah konsumsi pangan adalah masyarakat indonesia yang masih berpikiran bahwa pangan itu
hanya beras. Sebagian besar warga di Indonesia mengonsumsi beras sebagai pangan. Maka dari
itu Indonesia harus mengimpor beras. Padahal di Indonesia terdapat beragam makanan yang
layak untuk dikonsumsi masyarakat, buakn berarti makanan selain beras itu tidak mengandung
gizi/nutrisi. Kandungan gizi/nutrisi yang ada dalam makanan seperti jagung, umbi-umbian,
gandum dan lain sebagainya juga mengandung gizi/nutrisi.
4. Penyuluhan
Pemerintah perlu melakukan penyuluhan kepada warga Indonesia untuk meningkatkan
ketahanan pangan. Salah satu contohnya melakukan penyuluhan kepada para petani, yaitu
bagaimana cara mengolah lahan, menanam tanaman, supaya dapat berproduktivitas dengan baik.
Berdasarkan beberapa faktor diatas masalah kekurangan pangan dapat teratasi, tetapi hal itu juga
harus didukung oleh semua masyarakat bukan hanya pemerintah saja, akan tetapi jika lebih baik
antara masyarakat dengan pemerintah bekerja sama.
IV DAFTAR PUSTAKA
Share this:
Facebook2
Related
KEPUASAN KONSUMEN
JUDUL
Post navigation
investasi dan penanaman modal
Hal hal yang berhubungan dengan penalaran, deduksi, dan induksi
Leave a Reply
Recent Posts
karangan ilmiah
Recent Comments
Archives
January 2016
November 2015
October 2015
May 2014
April 2014
January 2014
November 2013
October 2013
Categories
Uncategorized
Meta
Register
Log in
Entries RSS
Comments RSS
WordPress.com
Follow masrogultom
Get every new post delivered to your Inbox.
Build a website with WordPress.com