HIPOTERMIA
PADA NEONATUS
Penguji II:
dr. M. Mukhson, Sp.A
Disusun Oleh:
Windarto
G4A015090
Pemeriksaan fisik
Anamnesis
Bayi terpapar suhu
lingkungan yang
Gangguan napas
rendah
Waktu timbulnya
kurang dari 2 hari
Pemeriksaan
Suhu tubuh 320C-360C
Malas minum
Letargi
Suhu tubuh < 320C
lingkungan yang
rendah
Hipotermia berat
sedang
Waktu timbulnya
Klasifikasi
Hipotermia sedang
berfluktuasi antara
berlebihan
360C-390C meskipun
berada di suhu
lingkungan yang stabil
Fluktuasi terjadi
sesudah periode suhu
stabil
Patofisiologi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya dengan baik, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam rahim ibu ke lingkungan
luar yang suhunya lebih tinggi. Suhu dingin ini menyebabkan air ketuban menguap lewat
2
kulit, pada lingkungan yang dingin, pembentukan suhu tanpa mekanisme menggigil
merupakan usaha utama seorang bayi untuk mendapatkan kembali panas tubuhnya.
Pembentukan suhu tanpa menggigil ini merupakan hasil penggunaan lemak coklat untuk
produksi panas. Timbunan lemak coklat terdapat di seluruh tubuh dan mampu meningkatkan
panas tubuh sampai 100%. Untuk membakar lemak coklat, sering bayi harus menggunakan
glukosa guna mendapatkan energi yang akan mengubah lemak menjadi panas. Lemak coklat
tidak dapat diproduksi ulang oleh seorang BBL. Cadangan lemak coklat ini akan habis dalam
waktu singkat dengan adanya stress dingin. Semakin lama usia kehamilan semakin banyak
persediaan lemak coklat bayi.
Pada keadaan normal suhu tubuh bayi dipertahankan 370C ( 36,50C 370C) yang
diatur oleh SSP (sistem termostat) yang terletak di hipotalamus. Perubahan suhu akan
mempengaruhi sel - sel yang sangat sensitif di hipotalamus (chemosensitive cells).
Pengeluaran panas dapat melalui keringat, dimana kelenjar kelenjar keringat dipengaruhi
serat serat kolinergik dibawah kontrol langsung hipotalamus. Melalui aliran darah di kulit
yang meingkat akibat adanya vasodilatasi pembuluh darah dan ini dikontrol oleh saraf
simpatik. Adanya rangsangan dingin yang di bawa ke hipotalamus sehingga akan timbul
peningkatan
produksi
panas
melalui
mekanime
nonshivering
thermogenesis
dan
meningkatkan aktivitas otot. Akibat adanya perubahan suhu sekitar akan mempengaruhi kulit.
Kondisi ini akan merangsang serabut - serabut simpatik untuk mengeluarkan norepinefrin.
Norepinefrin akan menyebabkan lipolisis dan reseterifikasi lemak coklat, meningkatkan HR
dan O2 ke tempat metabolisme berlangsung, dan vasokonstriksi pembuluh darah dengan
mengalihkan darah dari kulit ke organ untuk meningkatkan termogenesis.
Kehilangan panas akibat penguapan cairan ketuban pada permukaan tubuh oleh panas
tubuh bayi sendiri. Hal ini merupakan jalan utama bayi tidak segera dikeringkan atau
terlalu cepat dimandikan dan tubuhnya tidak segera dikeringkan dan diselimuti
2. Konduksi
Kehilangan panas tubuh melalui kontak langsung antara tubuh bayi dengan permukaan
yang dingin. Meja, tempat tidur atau timbangan yang temperaturnya lebih rendah dari
tubuh bayi akan menyerap panas tubuh bayi melalui mekanisme konduksi apabila bayi
diletakkan di atas benda-benda tersebut.
3. Konveksi
Kehilangan panas tubuh yang terjadi saat bayi terpapar udara sekitar yang lebih dingin.
Bayi yang dilahirkan atau atau ditempatkan di dalam ruangan yang dingin akan cepat
mengalami kehilangan panas. Kehilangan panas juga terjadi jika ada aliran udara dingin
dari kipas angin, hembusan udara dingin melalui ventilasi/pendingin ruangan.
4. Radiasi
Kehilangan panas yang terjadi karena bayi ditempatkan di dekat benda-benda yang
mempunyai suhu lebih rendah dari suhu tubuh bayi. Bayi dapat kehilangan panas dengan
cara ini karena benda-benda tersebut menyerap radiasi panas tubuh bayi (walaupun tidak
bersentuhan secara langsung)
MANAJEMEN HIPOTERMIA
Bayi baru lahir dengan hipotermia harus segera dihangatkan. Suhu ruangan tempat
menghangatkan bayi harus di atas 250C. Jika alat pemancar panas digunakan, bayi harus
berpakaian dan suhunya harus selalu dicek secara teratur selama proses penghangatan.
Melanjutkan pemberian ASI pada bayi sangat penting untuk kebutuhan kalori dan cairannya.
Jika bayi terlalu lemah untuk menyusu, ASI dapat diberikan melalui nasogastric tube, sendok
ataupun cangkir.
Manajemen di Rumah Sakit
Hipotermia di rumah sakit didiagnosis dengan mengukur suhu tubuh
menggunakan termometer ukuran rendah yang dapat mengukur sampai 25 0C, jika
tersedia. Metode yang digunakan untuk menghangatkan tergantung pada keparahan
hipotermi dan ketersediaan alat dan petugas.
1. Pada kasus hipotermia ringan (suhu tubuh 36.0-36.40C), bayi dihangatkan dengan
kontak kulit ke kulit di ruangan yang hangat (>250C).
2. Pada kasus hipotermia sedang (suhu tubuh 32-35.90C), bayi yang sudah dibedong
dapat dihangatkan dengan:
Di dalam ruangan hangat, suhu ruangan 32-340C (lebih apabila bayi kecil atau
sakit)
Apabila tidak ada yang tersedia atau bayi dalam keadaan stabil, kontak kulit ke
kulit dengan ibu dapat digunakan dalam ruangan hangat (>250C)
Proses menghangatkan harus dilakukan hingga suhu bayi mencapai normal.
Suhu tubuh harus di periksa setiap jam dan suhu dari peralatan atau ruangan
yang digunakan harus disesuaikan.
3. Pada kasus hipotermia berat (suhu tubuh di bawah 320C), beberapa penelitian
menyebutkan bahwa penghangatan yang cepat dalam beberapa jam lebih
disarankan dari pada penghangatan lambat dalam beberapa hari. Penghangatan
cepat dapat dilakukan menggunakan matras hangat dengan pengontrol suhu yang
diatur pada suhu 37-380C atau dengan inkubator, dengan suhu udara diatur pada
suhu 35-360C. Apabila tidak ada alat yang tersedia, kontak kulit ke kulit atau
ruangan atau ranjang hangat dapat digunakan.
Pemberian ASI harus tetap dilanjutkan untuk memenuhi kebutuhan kalori dan
cairan, juga sebagai pencegah turunnya glukosa darah mendadak dimana menjadi
masalah yang sering ditemukan pada bayi hipotermia. Apabila memberi ASI tidak
Hipotermia Berat
1. Segera hangatkan bayi di bawah pemancar panas yang telah dinyalakan sebelumnya, bila
mungkin. Gunakan inkubator atau ruangan hangat, bila perlu
2. Ganti baju yang dingin dan basah. Beri pakaian hangat, pakai topi dan selimuti dengan
selimut hangat
3. Pasang jalur IV dan beri cairan IV sesuai dengan dosis rumatan, dan pipa infus tetap
terpasang di bawah pemancar panas, untuk menghangatkan cairan
4. Periksa kadar glukosa darah, bila kurang dari 45 mg/dL tangani hipoglikemia
5. Nilai tanda bahaya setiap jam dan nilai juga kemampuan minum setiap 4 jam sampai
suhu tubuh kembali dalam batas normal
6. Ambil sampel darah dan beri antibiotik sesuai dengan penanganan kemungkinan sepsis
7. Anjurkan ibu menyusui segera setelah bayi siap:
a. Bila bayi tidak dapat menyusu, beri ASI peras dengan menggunakan salah satu
alternatif cara pemberian minum
b. Bila bayi tidak dapat menyusu sama sekali, pasang pipa lambung dan beri ASI peras
begitu suhu bayi mencapai 350C
8. Periksa suhu tubuh bayi setiap jam. Bila suhu naik paling tidak 0,50C/jam, berarti upaya
menghangatkan berhasil, kemudian lanjutkan dengan memeriksa suhu bayi setiap 2 jam
9. Periksa juga suhu alat yang dipakai untuk menghangatkan dan suhu ruangan setiap jam
10. Setelah suhu bayi normal:
a. Lakukan perawatan lanjutan untuk bayi
b. Pantau bayi selama 12 jam, dan ukur suhunya tiap 3 jam
11. Pantau bayi selama 24 jam setelah penghentian antibiotik. Bila suhu bayi tetap dalam
batas normal dan bayi minum dengan baik dan tidak ada masalah lain yang
memerlukan perawatan di rumah sakit, bayi dapat dipulangkan dan nasehati ibu
bagaimana cara menjaga kehangatan bayi selama di rumah
Hipotermia Sedang
1. Ganti pakaian yang dingin dan basah dengan pakaian yang hangat, memakai topi dan
selimuti dengan selimut hangat
2. Bila ada ibu/pengganti ibu, anjurkan menghangatkan bayi dengan melakuan kontak
kulit dengan kulit (perawatan bayi lekat)
3. Bila ibu tidak ada:
PENCAGAHAN
HIPOTERMI
DENGAN
10
LANGKAH
PROTEKSI
10
PROGNOSIS
Ad Vitam: dubia ad bonam
Ad Sanationam: dubia ad bonam
Ad Functionam: dubia ad bonam
Bayi baru lahir memiliki mekanisme pengaturan suhu tubuh yang belum efisien dan
masih lemah. Prognosis dari hipotermia pada neonatus sangat bergantung pada
penanganannya yang tepat. Hipotermia pada bayi baru lahir lebih banyak terjadi karena
kurangnya pengetahuan daripada kurangnya ketersediaan alat. Kesalahan penanganan bayi
baru lahir menjadi faktor penting yang mempengaruhi kejadian hipotermia.
11
DAFTAR PUSTAKA
WHO. 1997. Safe Motherhood: Thermal Protection of The Newborn: A Practical Guide.
Geneva: World Health Organization
KemenKes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Neonatal Esensial. Jakarta: Kementerian
Kesehatan
DepKes RI. 2005. Pelatihan Pelayanan Kegawatdaruratan Obstetri Neonatal Esensial
Dasar. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia
12